Narasi
A.Narasi
Tabut adalah sebuah peti keramat milik Bani Israil, yaitu umatnya Nabi
A
Musa. Di dalam peti ini tersimpan beberapa lembar kitab Taurat dan
Mis nada
peninggalan-peninggalan Nabi Musa. Bani Isra’il selalu membawa peti ini
ke mana pun mereka pergi, bahkan saat mereka berperang. Setiap kali
mereka membawa Tabut, hati mereka menjadi tenang sehingga dalam
setiap pertempuran mereka selalu menang. Akhirnya Bani Israil berhasil
tinggal di Tanah kan’an sebelah selatan.
Namun, musim demi musim berganti, tahun-tahun pun berlalu. Bani Israil
mulai meninggalkan ajaran Nabi Musa, mereka mulai tergoda untuk
menyembah dewa dewi bangsa Kan’an. Akibatnya, Allah meninggalkan
mereka, dan bangsa Kan’an pun berhasil menjajah mereka. Tabut yang
mereka sucikan, dirampas dan menghilang dari dunia.
BABAK 1 “Penindasan”
Narasi #2
B
Mis nada Bangsa Kan’an masuk ke perkampungan Bani Isra’il, mereka mengusir
Bani Isra’il dari rumah mereka. Menangkap anak-anak, perempuan, dan
orang tua …
1.1 #3
Ibu-Ibu, Anak-Anak
(Zhe-zhe, Zahra, “Ampun, tolong, jangan sakiti kami”
Almira, Sophie)
Di sudut lain, seorang tentara juga menghunuskan pedang kepada kakek-kakek yang hanya bisa
jongkok meminta ampun.
1.2 #4
bapak-bapak 1
(Alif) “Ampun, tolong, jangan sakiti kami”
1
1.3 #5
bapak-bapak 2
(Azka, Darren) “Ampun, tolong, jangan sakiti kami”
1.4 #6
Penduduk Bani Israil
(Farhan) “Wahai bangsa Kan’an, mengapa kalian mengusir kami?”
1.5 #7
Tentara Kan’an
(Ardhi) “Hahaha… karena kalian tak berhak tinggal di sini”
“Air yang kalian minum… adalah air kami!
Tanah yang kalian injak ini adalah milik kami… milik bangsa
Kan’an!
Kami sudah tinggal di tanah ini selama ribuan tahun! Kalian
hanyalah pendatang yang mencuri tanah kami!
1.6 #8
Penduduk bani israil
(Farhan) “Bukan.. ! Tanah ini, bumi ini, langit dan bumi adalah milik
Allah, bukan milik kalian!”
“Kakek moyang kami, Nabi Musa membebaskan kami dari
kekejaman Fir’aun. Lalu, Allah memerintahkan kami untuk
menetap di tanah ini! Allah yang memerintahkan kami untuk
tinggal di sini!”
1.7 #9
Tentara kan’an
Ardi “Omong kosong! Demi dewa Marduk dan Isytar! kalian
hanyalah pencuri! … Kami akan menangkap kalian!”
“Pasukan! Tangkap anak-anak Israil ini! Masukkan mereka ke
penjara!”
2
BABAK 2 “Musyawarah Suku-Suku”
Narasi # 10
2.1 # 11
Ketua Suku Lewi
(Azzam) “Kalian sudah saksikan betapa kejamnya Bangsa Kan’an itu
kepada kita!”
Mereka membakar rumah kita, menyiksa anak-anak dan kaum
perempuan, mengusir kita dari tanah ini! Ini ke-ter-la-lu-an!
“Brakkk” (menggebrak meja)
2.2 # 12
Ketua Suku
Yahudza Kita harus membalas perbuatan mereka! Karena jika kita tidak
(Burhan) melawan, mereka pasti akan terus menindas kita!
Aku yakin Allah pasti akan berpihak kepada kita! Karena
mereka berbuat zolim kepada kita!
Seorang ketua suku lainnya menimpali sambil duduk, sembari mengacungkan jari telunjuk.
2.3 # 13
Ketua Suku Dan
(Asfar) Benar! Sesungguhnya, doa orang yang dizolimi, doa orang
yang ditindas, doa orang yang disakiti … akan Allah kabulkan!
3
2.4 # 14
Ketua Suku Lewi
(Azzam) Kalau begitu, kita harus memikirkan bagaimana cara melawan
orang-orang Kan’an itu! Jumlah mereka lebih banyak dari kita
dan badan mereka pun sangat besar seperti raksasa.
2.5 #15
Ketua Suku Naftali
(Bima) Benar sekali, jumlah kita terlalu sedikit jika dibandingkan
dengan jumlah tentara Kan’an… ini seperti… jika kita melawan
mereka… akan seperti semut melawan gajah
2.6 # 16
Ketua Suku Lewi
(Azzam) Menurutku, untuk mengalahkan mereka, kita harus bersatu…
dan inilah kelemahan kita..
Selama ini, Kau memimpin suku Naftali, kau memimpin suku
Yahudza, kau memimpin suku Dan, ada 12 kepala suku Israel!
Kita belum bersatu..
2.7 # 17
Ketua Suku Yahudza
(Burhan) Kalau begitu, kita harus memilih seorang raja, yang dapat
memimpin 12 suku Israil untuk melawan pasukan Bangsa
Kan’an!
2.8 # 18
Ketua Suku Lewi
(Azzam) Aku sanggup menjadi raja Isra’el
4
2.9 # 19
Ketua Suku Yahudza
(Burhan) Para nabi dan ulama berasal dari suku Lewi, tetapi raja,
komandan, dan pemimpin, seharusnya dari suku
Yahudza. Aku sanggup menjadi raja!
2.10 # 20
Ketua Suku Isakhar
(Baim) Kalau kalian sanggup… Aku juga sanggup
2.11 # 21
Ketua Suku Ruben
(Abey) Aku juga sanggup!
2.12 # 22
Ketua Suku Simeon
(Nazriel) Tidak! Kalau semuanya ingin menjadi raja, justru kita
akan segera berpecah belah…. (diam sejenak berfikir)
Sebaiknya, kita serahkan urusan ini kepada nabi Samuel.
2.13 # 23
Ketua Suku Isakhar
(Baim) Aku setuju, itu lebih adil.
Ketua Suku Lewi pun berdiri, dan mengajak ketua-ketua suku lainnya untuk menemui nabi Samuel.
2.14 # 24
Ketua Suku Lewi
(Azzam) Kalau begitu, ayo, sekarang kita menemui Nabi Samuel
5
BABAK 3 “Kunjungan ke Rumah Nabi Samuel”
Narasi # 25
3.1 # 26
Ketua Suku Lewi
(Azzam) Tok-tok-tok… Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh,
wahai Nabi Samuel, kami ketua-ketua suku ingin berbicara
dengan engkau.
Nabi Samuel yang tadinya sedang duduk, segera berdiri dan membuka pintu.
3.2 # 27
Nabi Samuel
(Nizam) “Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh. Silakan
masuk!”
Para ketua suku pun masuk, mereka duduk dengan format setengah lingkaran dan Nabi Samuel
duduk di tengah-tengah mereka. Lalu, ketua suku dari Bani Lewi mulai berbicara.
3.3 # 28
Ketua Suku Lewi
(Azzam) “Wahai, Nabi Samuel. Bangsa Kan’an setiap hari menindas
dan menculik anak-anak kita! Mereka mengganggu penduduk
Bani Isra’il.
3.4 #29
Ketua suku Yahudza
(Burhan) “Benar, wahai Nabi Allah. Kemarin kami sudah
bermusyawarah dan memutuskan untuk melawan
pasukan Kan’an yang kejam itu.
(Nabi Samuel tampak agak mengangguk-anggukan
kepala sebagai tanda mengerti)
6
Kemudian, ketua suku Bani Ruben mengatakan.
3.5 # 30
Ketua Suku Ruben
(Abey) Tetapi, untuk melawan bangsa Kan’an yang besar, kita
harus bersatu di bawah kepemimpinan seorang raja. Untuk
itu kami semua datang ke sini. Kami ingin Engkau memilih
seorang raja untuk kami.
Mendengar permintaan itu, Nabi Samuel pun tampak sedang berfikir sembari memandangi kepala-
kepala suku itu. Kemudian ia bertanya.
3.6 # 31
Nabi Samuel
(Nizam) Apakah benar, kalian ingin meminta Aku memilih seorang raja
untuk kalian?
3.7 # 32
Ketua Suku Ruben
(Abey) Benar, wahai, Nabi Allah. Inilah cara yang paling adil.
3.8 # 33
Nabi Samuel
(Nizam) Kalian berkata, ingin berperang melawan para penjajah,
bangsa Kan’an itu… ada 2 hal yang Aku takutkan…
3.9 # 34
Ketua Suku Yahudza
(Burhan) Tidak! Kami berjanji akan mematuhi keputusanmu,
wahai Nabi Allah! Siapapun raja yang Engkau pilihkan
untuk kami… kami akan mematuhinya!
7
3.10 # 35
Nabi Samuel
(Nizam) Kedua, kalian berkata ingin berperang melawan para penjajah
bangsa Kan’an itu.
3.11 # 36
Ketua Suku Ruben
(Abey) Tidak! Kami berjanji, kami akan mematuhi semua perintah
Allah!
3.12 # 37
Nabi Samuel
(Nizam) Baiklah kalau begitu. Datanglah lagi esok hari. Semoga Allah
memilihkan untuk kalian seorang raja yang dapat menjadi
pemimpin kalian!
Kemudian, ketua suku Lewi pamit, keluar dari kediaman Nabi Samuel, diikuti pula oleh para ketua
suku yang lain.
3.13 # 38
Ketua Suku Lewi
(Azzam) Kami akan datang esok hari insya Allah. Sekarang, kami
pamit. Assalamu’alaikum.
Narasi # 39
8
4.1 # 40
Ketua Suku Lewi
(Azzam) Tok-tok-tok… Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarokatuh, wahai Nabi Samuel, kami ketua-ketua suku
datang ingin mendengarkan keputusan Engkau.
Nabi Samuel yang tadinya sedang duduk, segera berdiri dan membuka pintu.
4.2 # 41
Nabi Samuel
(Nizam) “Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh. Silakan
masuk!”
Para ketua suku pun masuk, mereka duduk dengan format setengah lingkaran dan Nabi Samuel
duduk di tengah-tengah mereka. Lalu, ketua suku dari Bani Lewi mulai berbicara.
4.3 # 42
Ketua Suku Lewi
(azzam) “Wahai, Nabi Samuel. Apakah Engkau telah
membuat keputusan?
4.4 # 43
Nabi Samuel
(Nizam) “Aku tidak membuat keputusan. Allah yang
Membuat Keputusan untuk Kalian.
4.5 # 44
Ketua Suku Yahudza
(Burhan) Siapakah orang yang akan menjadi raja kami,
wahai Nabi Allah?”
4.6 # 45
Nabi Samuel
(Nizam) “Bersabarlah, karena Sebentar lagi orang yang akan menjadi
raja kalian akan datang ke sini…”
9
Tiba-tiba, datanglah seorang lelaki dengan baju lusuh, di tangannya, ia membawa sekeranjang
kurma. Lelaki ini, Thalut, berkata kepada Nabi Samuel.
4.7 # 46
Thalut
(Raya) “Tok tok tok …! (suara ketukan pintu)
Assalamualaikum …
Wahai Nabi Allah, Aku membawakan sedikit kurma untukmu,
walaupun sedikit, tapi Aku berharap engkau mau menerimanya…
Aku hanya mengharapkan keberkahan”
Nabi Samuel pun menerima keranjang tersebut dengan kedua tangannya, dengan tersenyum ia
berkata.
4.8 # 47
Nabi Samuel
(Nizam) “Terima kasih, wahai Thalut”, semoga Allah memberkahi
hartamu. Tetapi, ada hal penting yang ingin Aku sampaikan
kepadamu… di hadapan para tetua Bani Israil ini …
(sembari menunjuk ke para ketua)”
4.9 # 48
Nabi Samuel
(Nizam) “Wahai, ketua-ketua suku Israil…Allah telah menetapkan
Thalut sebagai Raja Bani Israil”
Ketua-ketua suku Israil yang tadinya duduk pun langsung berdiri, dengan tatapan tidak percaya
sekaligus tidak menerima. Ketua suku Yahudza lalu protes.
4.10 # 49
Ketua Suku Yahudza
(Burhan) “Wahai Nabi Allah, mengapa Allah memilihnya,
bukankah kami lebih baik darinya? Di sini ada orang-
orang yang lebih pantas untuk menjadi raja dan
pemimpin.
Suku Lewi adalah keturunan nabi dan Rasul sedangkan
suku Yahudza adalah keturunan raja-raja sehingga
pantas memegang tampuk kepemimpinan.
Bukankah, kami lebih pantas menjadi raja daripada dia
… darah kami, darah biru bangsawan, harta kami lebih
banyak sedangkan dia hanyalah petani miskin dari suku
Bunyamin yang rendah ….
10
Thalut yang belum percaya betul dengan apa yang didengarnya itu pun bertanya lagi.
4.11 # 50
Thalut
(Raya) “Wahai Nabi Allah, mereka benar… bagaimana Aku menjadi raja
bani Israil sedangkan Aku berasal dari Suku Bunyamin yang
paling rendah di antara 12 Suku Israil?
4.12 # 51
Nabi Samuel
(Nizam) “Allah telah memilihmu, wahai Thalut.
Ingatlah … Manusia yang paling mulia adalah yang paling
bertaqwa, bukan yang paling kaya …
Pemimpin sejati bukan karena berasal dari kalangan bangsawan;
pemimpin sejati bukan karena memiliki emas dan perak, harta
kekayaan
Sebentar lagi kita akan melawan Bangsa Kan’an yang gagah
perkasa. Kita membutuhkan seorang raja yang ahli dalam
strategi militer dan memiliki fisik gagah perkasa seperti engkau..
“Allah telah memilihmu.. dan inilah taqdirmu!”
Akhirnya, Thalut mulai tumbuh rasa percaya dirinya. Ia pun sedikit tersenyum dan berkata kepada
Nabi Samuel.
4.13 # 52
Thalut
(Raya) “Baiklah, wahai Nabi Allah. Aku menerima amanah ini! Aku insya
Allah akan berusaha sebaik yang Aku bisa.”
Lalu, para ketua suku Bani Israil menunjukkan sikap tidak suka, menggeleng-gelengkan kepala dan
mencibir Thalut. Kemudian, ketua suku Bani Lewi bertanya.
11
4.14 # 53
Ketua Suku Lewi
(Azzam) … Wahai Nabi Allah, jika benar keputusan ini berasal dari
Allah… tunjukkanlah kepada kami tanda-tandanya…
4.15 # 54
Nabi Samuel
(Nizam) Tandanya … Tabut akan kembali kepada kita …
Para ketua suku Israil menunjukkan sikap terkejut dan mereka saling bertanya-tanya satu sama lain.
4.16 # 55
Ketua Suku Yahudza
(Burhan) Benarkah? Apakah Tabut benar-benar akan kembali
kepada kita?? Tunjukkanlah kepada kami, di mana Tabut
itu, wahai Nabi Allah?
Lalu, Nabi Samuel berjalan menghampiri para ketua, ia pun langsung berdoa kepada Allah,
memohon agar Tabut dikembalikan kepada mereka.
4.17 # 56
Nabi Samuel
(Nizam) Ya Allah, kembalikanlah Tabut kepada kami, berikanlah kami
kekuatan dan ketenangan hati, lindungilah kami dari orang-
orang yang zalim ..
Lalu, tiba-tiba, tabut pun muncul di hadapan mereka… semua orang benar-benar terkejut. Mereka
yang duduk langsung berdiri. Sebagian menyentuh benda suci tersebut, sebagian lainnya hanya
melihat sembari terpaku..
Para ketua suku Israel itu berkumpul, lalu ketua suku Yahudza berkata.
4.18 # 57
Ketua Suku Yahudza
(Burhan) Para tetua, sudah lama bangsa kita terjajah dan tertindas
oleh Bangsa Kan’an. Sekarang adalah waktu yang tepat
untuk melawan.
12
Lalu, raja baru bangsa Israil pun berkata.
4.19 # 58
Thalut
(Raya) Para tetua, Aku, sebagai raja Bani Israil, akan memimpin
perlawanan terhadap Bangsa Kan’an.
Narasi # 59
5.1 # 60
Pembawa Pesan
(Rafandra) Hormat kepada yang mulia, Jalut Raja Kan’an Yang Gagah
Perkasa
5.2 # 61
Jalut
(Astha) Berdirilah, apa yang ingin engkau sampaikan?
5.3 # 62
Pembawa Pesan
(Rafandra) Tuanku raja…. Bani Israil akan memberontak. Mereka telah
mengangkat seorang raja, Thalut dari Suku Bunyamin.
Narasi # 64
6.1 # 65
Tentara Kan’an
(Ardi) Pasukan! Mundur!
6.2 # 66
Tentara Bani Israil 1
(Baim) Allahu Akbar! Allahu Akbar
14
6.3 # 67
Jalut
(Astha) (Jalut naik ke panggung, berkecak pinggang,
menunjukkan wajah marah)
6.4 # 68
Pembawa Pesan
(Rafandra) (Datang dan melapor) Saya ingin melapor, wahai raja
Jalut! Pasukan kita kalah di berbagai front pertempuran.
6.5 # 69
Jalut
(Astha) (Menghentakkan kaki dengan keras) duarr…
(Menghunuskan pedang) slingg….
“Berani-beraninya bangsa Israil ini melawanku… Siapkan
pasukan! Aku akan melumatkan mereka dengan tanganku
sendiri!”
6.6 # 70
Pembawa Pesan
(Rafandra) Baik, raja.
Narasi # 71
7.1 # 72
Thalut
(Raya) Kemenangan demi kemenangan di medan tempur berhasil kita
dapatkan.
7.3 # 74
Tentara Bani Israil 1
(Baim) Bukan! Tetapi ini berkat Tabut yang datang kembali kepada
kita. Tabut memberikan kemenangan untuk kita!
7.4 # 75
Thalut
(Raya) Kalian berdua keliru. (Lalu, berdiri dan memegang Tabut)
Kemenangan kita bukan disebabkan oleh Tabut peninggalan Nabi
Musa ini, bukan pula karena diriku.
… Ini hanyalah sebuah peti kayu berisi beberapa lembar kitab Taurat
dan peninggalan-peninggalan Nabi Musa… Tabut ini tidak memiliki
kekuatan apapun, La hawla wala quwwata illa billah.. semua
kekuatan berasal dari Allah!
Kemenangan kita adalah karena kita beriman, lalu kita membela
anak-anak yang disakiti, membela perempuan yang ditangkap,
membela orang-orang yang dianiaya … jika kita membela agama
Allah, maka Allah akan membela kita, memberikan kemenangan
kepada kita.
7.5 # 76
Tentara Bani Israil 1
(Baim) Kau memang bijaksana, Thalut.
Kemenangan kita juga telah memberikan motivasi
kepada para pemuda Bani Israil untuk ikut bergabung ke
dalam pasukan kita.
(Thalut mengangguk-angguk)
Tiba-tiba datanglah tiga orang bersaudara yang ingin bergabung ke dalam pasukan Thalut.
16
7.6 # 77
Tentara 3
Ketua Suku Assalamualaikum, wahai raja. Ada tiga bersaudara yang ingin
Simeon bergabung ke dalam pasukan kita
(Nazriel)
7.7 # 78
Thalut
(Raya) Persilakan mereka masuk
7.8 # 79
Eliab
(Fadhli) Assalamualaikum!
7.9 # 80
Thalut
(Raya) Wa’alaikumussalam.
7.10
Eliab # 81
(Fadhli)
Wahai raja! Aku bersama adik-adikku ingin bergabung ke dalam
pasukan Bani Israil.
Ini adikku, Abinadab, Syema, dan Daud.
7.11 # 82
Thalut
(Raya) Terima kasih karena karena keberanian kalian!
Pasukan Bani Israil setiap hari akan bertambah besar dan kuat
dengan dukungan anak-anak muda seperti kalian!
7.12 # 83
Daud
(Faris) Wahai raja, jangan kuatir. Aku memang yang paling kecil di antara
saudara-saudaraku, tetapi Aku lebih lincah dari rusa dan lebih kuat
dari singa. Aku pernah mengalahkan seekor singa dengan kedua
tanganku ini!
17
7.13 # 84
Thalut
(Raya) Hahaha… baiklah, anak muda… Berjuanglah semampumu untuk
memenangkan pertempuran ini!
Narasi # 85
i Dua pasukan telah bertemu di medan pertempuran. Bani Israil
Mis nada dipimpin oleh Thalut dan Bangsa Kan’an dipimpin oleh Jalut.
8.1 # 86
Jalut
(Astha) Hahaha… Wahai, orang-orang Israil di mana nyali kalian? Di mana
orang terbaik kalian? Aku menantang kalian duel satu lawan satu!
Apakah ada orang Israil yang berani bertarung melawanku?
Tentara mengadu kepada Raja Thalut bahwa mereka tidak berani menghadapi tantangan duel raja
Jalut.
8.2 # 87
Tentara Bani Israil 1
(Baim) Wahai raja, Jalut jendral perang Kan’an badannya sangat
besar, tangguh dan kuat! Kami tidak berani menghadapi
tantangannya!
Maka, Thalut pun bertanya kepada tentaranya semua, siapa yang berani menerima tantangan Jalut
untuk berduel.
18
8.3 # 88
Thalut
(Raya) (Berbalik badan ke arah pasukan)
Kita tidak akan membiarkan bangsa kita diinjak-injak oleh penjajah
Kan’an itu. Sekarang, Aku bertanya kepada kalian, siapa yang berani
menerima tantangan duel melawan Jalut? (sunyi. Daud mengangkat
tangan tetapi tidak dihiraukan)
Siapa di antara kalian yang berani menerima tantangan duel melawan
Jalut? (sunyi. Daud mengangkat tangan tetapi tidak dihiraukan)
Daud mengajukan diri untuk menerima tantangan Jalut. Ia mengangkat tangannya seraya berkata.
8.4 # 89
Daud
(Faris) Aku berani melawan Jalut! Wahai, raja, izinkan Aku untuk berduel
melawannya!
Thalut menengok ke kanan dan kiri dari pasukannya, dan karena tidak ada lagi yang berani
mengajukan diri, maka Thalut pun mengizinkan Daud untuk maju melawan Jalut.
8.5 # 90
Thalut
(Raya) (Sembari mengangguk-angguk, menatap Daud)
Baiklah, anak muda. Kau berkata, kau lebih lincah dari rusa dan lebih
kuat dari singa! Sekarang, majulah!
8.6 # 91
Daud
(Faris) Wahai Jalut, penjajah zolim! Musuh manusia, musuh Allah! Aku Daud
bin Yisya, menerima tantanganmu!
(Daud pun berdiri di hadapan Jalut)
8.7 # 92
Jalut
(Astha) Hahaha… Wahai Bani Israil… Aku menantang prajurit terbaik kalian
tetapi kalian mengirimkan seorang bocah kepadaku?
Kalau ini mau kalian … maka akan Aku tunjukkan kepada kalian,
Aku akan menginjak anak ini tanpa belas kasihan!
19
• Maka Jalut pun berkali-kali mencoba mengayunkan pedangnya ke arah Daud tetapi Daud begitu
lincah menghindarinya.
• Sesekali Jalut berhasil mendekati Daud dan mengayunkan pedangnya dari atas tetapi Daud
berhasil menahan tangannya dan menghempaskan raja berbadan besar itu.
• Akhirnya, Jalut mulai goyah. Daud pun melumpuhkan kaki Jalut, kemudian ia mengambil jarak
dan mengeluarkan ketapelnya lalu ia membidik ketapelnya ke arah Jalut. Setelah bidikannya
tepat, ia melepaskan ketapelnya dan tumbanglah Daud.
• Setelah Daud tumbang, maka seluruh pasukan Israil menyerbu pasukan Kan’an. Pasukan
Kan’an pun melawan sebentar tetapi mereka telah putus asa hingga akhirnya melarikan diri.
Narasi # 93
ending
Narasi Ending
J Setelah Pasukan Jalut kalah, Bani Israil pun mendapatkan
kemerdekaannya. Mereka pun hidup dalam kedamaian dan
Mis nada keadilan. Di kemudian hari, Daud putra Yisya diangkat
menjadi Raja Bani Israil.
20