Anda di halaman 1dari 6

Teks Narasi dan Dialog dalam Operet Nomensen

---------------------------------------------------------

Diawali dengan Nyanyian O Tano Batak

BABAK I
Situasi : Beberapa laki-laki dan perempuan memasuki pentas.
Perempuan datang dengan membawa tandok. Mereka bersalaman dan
berbincang-bncang di atas pentas. Kemudian gondang berbunyi dan
mereka pun manortor. Lalu tiba-tiba terjadilah perang saudara
Salah satu laki-laki : Serbu
Mereka saling berperang
Raja : Panglima buas kuliti kepalanya, rambutnya bawa
ke sini untuk tungkot tunggal panaluan
Panglima : Siap, laksanakan
Raja : Ambil darahnya dan bagikan dagingnya
Salah satu laki-laki : Siap, laksanakan
Raja : Ompu Debata, Raja Nabolon, berikanlah
kekuatan gaib untukku agar aku kebal dan bisa
menaklukkan semua musuhku dan menguasai
semua tanah ini.
Munson dan Liman hadir di pentas.
Munson : I come to bring peace and joint on to you.
Raja : Poltak, apa artinya itu
Poltak : Saya kurang mengerti, tapi dia bilang piss,
mungkin maksudnya piss matana marnida ho ho
Salah satu laki-laki : Dia memandang hina kepadamu
Raja : Bunuh !!!1
Ambil rambutnya yang seperti rambut jagung itu
Poltak : Siap Laksanakan
Raja : Mana darahnya
Poltak : Siap
Raja : Ompu Raja Nabolon, darah raja orang bule dari
negeri seberang, sudah mengalir dalam tubuhku.
Jadikanlah aku sakti

BABAK II
Situasi : Beberapa laki-laki dan perempuan datang ke pentas dengan
berbagai aktivitas. Ada yang marsihutuan, mamiar boras dan manduda
eme. Sementara laki-laki tampak sedang berbincang-bincang sambil
memegang seruling masing-masing. Tiba-tiba gondang berbunyi. Laki-laki
langsung memainkan seruling dan perempuan menari. Saat itulah
Nomensen dan ajudannya datang ke tengah-tengah keramaian sambil
memperhatikan orang-orang Batak tersebut. Sementara itu perlahan-
lahan orang-orang Batak tersebut mulai keheranan melihat nomensen
yang berkulit putih dan berambut pirang.
Salah satu laki-laki : Pasti daging mulus orang putih ini enak
dimakan
Tiba-tiba ajudan Nomensen (Marfel) memberikan biola ke tangan
Nomensen dan Nomensen pun memainkan biolanya. Orang-orang Batak
memperhatikan Nomensen bermain biola dengan keheranan.
Salah satu laki-laki : Kecapinya itu pasti ada setannya. Bunyinya pun
nyaring sekali seperti suara sese.
Salah seorang laki-laki : (Mendekati Nomensen dan sedikit mendoronnya)
Jangan ikut-ikutan.
Nomensen : Dame ma di hamu sude. Saya membawa damai
kepadamu.
Semua orang Batak : (keheranan) Bah marbahasa Batak poang. Ise do
Sibontar on. Boi ibana marbahasa Batak.
Salah satu laki-laki (Jhonny) : Dia berbahasa Batak seperti kita. Pasti dia
dikirim ompu raja nabolon dewa kita. Kulitnya
putih berarti pernah mati. Jadi mayat dan hidup
kembali. Daripada celaka lebih baik kita ikut dia.
Lalu semua orang menyalami dia satu persatu dan perlahan-lahan
meninggalkan pentas. Sementara Nomensen tinggal sendiri di pentas dan
berdoa.
Nomensen : Tuhan hidup atau mati. Saya akan bersama
bangsa ini, untuk memberitakan firman dan
kerajaanMu. Amen
Lalu Nomensen meninggalkan pentas dan berbunyilah gondang. Perlahan-
lahan semua orang Batak kembali memasuki pentas sambil menari
kegirangan. Persis seperti orang kesurupan (siarsiaron). Kemudian
Nomensen hadir di antara keramaian itu bersama dengan ajudannya. Dia
membawa tongkat bambu yang dikabarkan memiliki kesaktian. Salah satu
orang Batak terus mengamati tongkat bambunya dan kemudian
memegangnya. Seketika itu juga orang yang memegang tongkat bambu
itu jatuh pingsan. Nomensen langsung memberikan obat penawar dan
orang yang pingsan itu pun kembali sadar. Tetapi Ia langsung menjauh
karena ketakutan terhadap Nomensen.
Nomensen : Janganlah kamu takut, karena aku membawa
berita kesukaan untuk melepaskan kalian dari
belenggu kegelapan dan keterbelakangan.
Kemudian ajudan Nomensen pun memberikan accordion kepada
Nomensen. Lalu Nomensen memainkannya dan bernyanyi dari Buku Ende
No. 136: 1.
Nomensen : (Memainkan musik sambil bernyanyi) Bidang do
pe naholom i, di bangso na di hasiangan i. Na
nirajaan ni siboli i. Disomba halak angka begu i.
Kemudian Nomensen mengajak orang-orang Batak untuk bernyanyi.
Salah satu laki-laki : Dia benar-benar utusan Tuhan. Pintar berbahasa
Batak dan juga nyanyi Batak. Lagipula dia sakti.
Raja Pontas : (Perlahan-lahan mendekati Nomensen) Tuan kulit
putih, kami mau menjadi pengikutmu. Sambil
mengarahkan rakyatnya untuk mau menjadi
pengikut Nomensen.
Nomensen : Raja Pontas, aku membatiskan engkau di dalam
nama Allah Bapa, di dalam nama AnakNya Tuhan
Yesus Kristus, dan di dalam nama Roh Kudus.
Nomensen membabtiskan beberapa orang Batak dan secara perlahan-
lahan semua meninggalkan pentas.

BABAK III
Gondang berbunyi dan orang-orang Batak memasuki pentas sambil
menari seperti orang kesurupan (siarsiaron). Pesta itu disebut pesta raja-
raja. Dan di sana biaanya diadakan ritual mempersembahkan kerbau
untuk ompu mereka. Tapi kali ini mereka berencana untuk menyembelih
Nomensen dan dijadikan persembahan kepada ompu mereka. Dan
Nomensen datang sendirian ke tengah-tengah keramaian itu.
Nomensen : Ompu yang kalian sembah, dimana dia? Adakah
ompu di tanah Batak yang rela cucunya dibunuh
untuk dipersembahkan kepadanya?
Orang-orang Batak merasa sangat marah mendengar perkataan
Nomensen. Lalu mereka menangkapnya untuk membunuhnya. Namun
ketika mereka hendak membunuh Nomensen. Tiba-tiba datanglah petir
dan badai. Lalu semua orang berpencar dan Nomensen tidak jadi dibunuh.
Nomensen tinggal sendirian dan keheranan melihat apa yang telah
terjadi. Kemudian dia berdoa.
Nomensen : (Berdoa) Biarkanlah aku ya Tuhanku, melanjutkan
tugas menyebarkan firmanMu. Di tanah Batak
yang aku cintai ini. Amin

BABAK IV
Semua orang Batak datang ke pentas dengan berbagai aktivitasnya
masing-masing. Ada yang mencangkul, bertukang, belajar, merawat orang
sakit, mamiar boras, martonun. Kemudian Nomensen dan Raja Pandei
berkeliling-keliling untuk merperhatikan berbagai aktivitas orang Batak
tersebut dan mereka mengambil posisi di tengah-tengah pentas dan
berbincang-bincang.
Nomensen : Raja Pandei. Apa hidup yang kekal?
Raja Pandei : Ubi kayu. Karena setiap dicabut, ubinya diambil,
batangnya ditanam menghasilkan ubi lagi, dan
seterusnya. Itulah sebabnya orang Batak makan
daun ubi atau ikkau rata. Agar dia hidup lebih
lama.
Nomensen : Kalau batang ubi itu ditanam di pasir atau di
batu-batuan, apakah pohon itu bisa hidup?
Raja Pandei : Ya pasti mate.
Nomensen : Hidup yang kekal berada di surga sesudah
kematian. Raja Pandei dan lain-lainnya akan hidup
kembali dan akan ditempatkan Kristus Raja di
sebelahNya untuk hidup tenang. Bahagia dan
kekal apabila berbuat kebaikan di dunia. Pedoman
berbuat kebaikan adalah kasihilah musuhmu,
perbuatlah baik kepada orang yang membenci
kamu. Mintalah berkat bagi orang yang mengutuk
kamu. Berdoalah untuk orang yang mencaci maki
kamu. Setiap hari lonceng gereja akan berbunyi
pada jam 6 pagi, jam 9 pagi, jam 12 siang, jam 3
sore, dan jam 6 malam. 5 kali sehari untuk
mengingatkan kamu untuk berdoa dimanapun
kamu berada. Walaupun singkat dan berdoa di
dalam hati. Jam 7 malam, lonceng gereja akan
berbunyi lagi agar para remaja berkumpul untuk
mempelajari Injil. Untuk meningkatkan hasil
pertanian dan mencegah hama tikus hendaklah
kamu menanam benih padi bersamaan pada
musim hujan dan menuai pada musim kering.
Pusatkan onan atau pasar satu kali seminggu. Hari
senin onan di Laguboti, hari Selasa di Narumonda,
hari rabu di Uluan, hari Kamis di Habinsaran, hari
Jumat di Balige dan hari Sabtu di Sigumpar. Hari
Kamis sesudah pasar, ibu-ibu berkumpul untuk
latihan koor atau paduan suara. Sebutkan koor ibu
itu parari Kamis. Hari minggu sepenuhnya kamu
tidak boleh bekerja. Anak-anakmu, kalau tangan
kanannya sudah bisa memegang telinga kirinya
melewati atas kepalanya, masukkan dia ke
sekolah zending. Anak gadismu sesudah dewasa
masukkan dia ke sekolah perawat di Balige atau di
Narumonda dan Sigumpar. Anak laki-lakimu, kalau
punya bakat bertukang, masukkan dia ke sekolah
tukang di Laguboti.
Semua orang masih tetap dalam aktivitasnya masing-masing. Sementara
itu prolog berbunyi dan semuanya perlahan-lahan meninggalkan pentas.

BABAK V
Nomensen (yang sudah menjadi tua renta) datang ke pesta dengan
tertatih-tatih didampingi oleh dua orang pendeta memegang tangan
kanan dan tangan kirinya. (Dengan diiringi musik BE 318: 1-2 Nunga loja
dagingkon) Perlahan-lahan membawa Nomensen berjalan ke tempat
tidurnya dan membantu Nomensen berbaring di tempat tidurnya. Setelah
kedua pendeta yang mendampinginya pergi, Nomensen bangkit dan
besujud untuk berdoa. Lalu dia berbaring kembali dan meninggal.
Kemudian mengalunlah musik pengiring dari BE No 336 Sonang ma
modom. Enam orang penari datang ke pentas. Kemudian menari dengan
diirini lagu BE No. 336.
Kemudian seluruh pemain operet perlahan-lahan memasuki pentas dan
mengelilingi Nomensen.

Anda mungkin juga menyukai