Anda di halaman 1dari 8

Drama Penginjilan Nomensen ke Tanah Batak

TERANG ITUPUN HADIR DI NEGERI YANG KELAM


(Oleh : Pdt. Bernard H. Pasaribu, M.Min)

Pengantar Drama  : Pada abad ke-17 dan abad ke-18, Indonesia adalah salah satu negara
kepulauan yang cukup terkenal di Benua Eropa dan Amerika. Bangsa-
bangsa di eropa berlomba-lomba untuk datang dan menjajah negri ini
karena mereka ingin menguasai kekayaannya. Bersama dengan kedatangan
mereka, mereka juga menyertakan para penginjil-penginjil untuk melayani
mereka dan untuk memberitakan Injil.
                        Salah satu daerah yang cukup terkenal di dalam catatan para penginjil Eropa
itu adalah Tapanuli (Tano Batak). Daerah Tapanuli yang masih barbar
menjadi salah satu daerah tujuan penginjilan yang paling diinginkan para
penginjil-penginjil (badan-badan penginjilan Eropa) karena masih steril
dari pengaruh agama-agama khususnya Islam yang sudah tersebar di
Sumatra Barat (Padang).

I.    ADEGAN I : DI SEBUAH SEKOLAH TEOLOGI DI AMERIKA


      Prolog :       Jauh di Amerika tahun 1834, di sebuah Kantor Zending  American Board
of  Commisioners for Foreign Missions yang terdapat di Boston Amerika,
tampak beberapa pendeta dan penginjil sedang berdiskusi.

     
      Panggung : Panggung menunjukkan sebuah ruangan sebuah kantor zending, , tampak
beberapa meja kantor, namun di satu meja ada beberapa hamba Tuhan
sedang  berdiskusi. (disitu ada Samuel Munson dan teman-temannya.)

      Henry Lyman  : (lalu Lyman memasuki panggung, sambil membawa buku).
.Samuel…….  samuel……!
      Samuel Munson: . Ya….Henry, ada apa? 
      Henry      :  Coba kamu tebak,  surat  apa yang ada di tangan saya saat ini?
      Samuel    :  Surat apa?..... mana saya tahu! Tapi nampaknya kamu sangat bersemangat,
coba sini biar saya baca (berusaha untuk merebut surat tersebut dari
tangan Henry)
      Henry      :  Ooppps.. tunggu dulu,  Ini surat dari pimpinan untuk menugaskan kita
berangkat menginjili ke Tapanuli?
      Samuel    :  Oh ya…! Kapan ?
      Henry      :  Dua minggu lagi. Ada kapal kompeni yang akan berangkat ke Hindia,  2
minggu dari sekarang.
      Samuel    :  Tapi kita khan belum mempunyai informasi yang cukup tentang daerah  itu
      Henry      :  Tenang ..kawan…ini ada  bulletin tentang perjalanan dan penginjilan dari
Pdt. Burton dan Pdt. Ward dari Sending  Baptist Missionary Society –
Inggris tahun 1820 tentang Tapanuli, tentang Sibolga!
      Samuel    :  Oh ya…..Tentang orang-orang Batak yang masih primitive itu khan? Coba
sini aku lihat
      John        :  Tapi kalian khan belum tahu bahasa batak….! Bagaimana kalian akan
berkomunikasi dengan mereka!
      Henry      :  Bagaimana kalau kita membayar seorang penterjemah!
      Samuel    : Brilliant……itu ide bagus…saya suka ide kamu Henry! (sambil 
mengacungkan jempolnya ke Henry).
      Henry      :  Tadinya sich saya mau belajar bahasa Batak dulu,
      John        :  Lalu apa masalahnya .. kawan?.........
      Henry      :  Masalahnya……… belum ada yang mengajarkannya ….sementara kapal
yang menuju ke Hindia itu akan berangkat Minggu depan? Jadi tidak ada
cukup waktu untuk mempelajarinya.
      Samuel    :  Santai aja kawan, kita akan coba mempelajarinya selama di pelayaran….
      Henry      :  Ide bagus kawan…. (nampak wajah Samuel Munson dan Henry Lyman
berseri-seri).
      Samuel    :  Kalau begitu kita harus mulai mempersiapkan segala peralatan kita!
Mari……
                        (lalu mereka masuk, dan pangung pun menjadi sunyi).

Prolog      :  Samuel Munson & Henry Lyman pun mulai mempersiapkan segala
keperluan mereka, mereka berangkat ke Hindia (Indonesia pada saat itu)
dengan menumpang kapal Kompeni Belanda yang pada jaman itu
menguasai dan menjajah Indonesia.

    

ADEGAN II : SEBUAH KAMPUNG BATAK YANG BERNAMA LOBU PINING


      Situasi      : sebuah perkampungan Batak yang nampaknya masih primitive, orang-
orang berpaiakan ulos. Ada Raja, Datu (Dukunnya orang Batak),pengawal-
pengawal raja dan beberapa warga.
      Prolog      :  Hingga abad ke-17 orang-orang Batak yang tinggal di  Tano Batak
(Tapanuli)  masih hidup di dalam kegelapan, mereka masih belum
mengenal TuhanYesus Kristus, Orang Batak masih   masih hidup dengan
menyembah roh-roh nenek moyang. Peran seorang Rja dan Datu (Dukun)
masih sangat menentukan didalam menentukan segala hal kebijakan yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Sementara di saat yang sama
Belanda sudah menguasai Sumatra Barat , terdengar kabar akan segera
memasuki Tapanuli, sehingga Raja-raja Batak mulai gusar.

      Panggung    : (tampak di panggung, Raja dan beberapa pengawal. Raja sedang mondar-
mandir, raut wajahnya menunjukkan hatinya yang sedang gusar).

      Pengawal I : Raja nami…berita tentang Orang-orang Bolanda yang telah


menguasai Padang dan Sibolga sudah sampai ke telinga warga kita!
      Pengawal 2 : Betul , raja nami, warga sudah semakin gusar, karena katanya bolanda itu
akan masuk dan menyerang tano kita ini!
      Raja           :  Apa kabar yang kalian dengar ini bisa dipercaya?...
      Pengawal I :   Bisa, raja nami.
      Raja           :  Kalau begitu, kau panggil dulu Ompung Datu na Bolon kemari, aku mau
minta nasehat darinya,…….cepat…..!
      Pengawal II   :        Baik, raja nami, permisi raja nami…!
      Raja           :  Permisi!…..permisi!….permisi kau bilang lagi!… cepat sana pergi..! (lalu
Raja mondar mandir seperti sedang memikirkan sesuatu).

                           (Tidak lama kemudian, pengawal II masuk bersama dengan Ompung Datu
na Bolon, di tangan Ompung Datu ada tongkat – namanya Tunggal
Panaluan)

      Datu           :  (Dengan suara berat) Horas ma di hamu……


      Raja           :  Horas ma Ompung……! (sambil menundukkan kepala tanda hormat
kepada Datu).
      Datu           :  Ada apa Raja Panggalamei! Kenapa kau memanggil ompung mu ini,
siang-siang begini! Ini khan jam istirahatnya ompungmu ini!
      Raja           :  Begini Ompung………Rakyat sekarang sudah gusar…katanya orang-orang
Bolanda Si Bontar Mata itu sudah menguasai Sibolga, dan katanya, akan
segera masuk , menyerang dan menguasai daerah kita ini!
      Datu           :  kalau begitu, kita akan memperketat penjagaan pintu masuk daerah kita
ini, setiap orang asing apalagi si Bontar Mata yang masuk ke daerah kita
ini harus kita tangkap. dan Aku akan meminta kepada  roh-roh ompung
kita untuk menjaga daerah kita ini.
      Raja           :  Baik….Ompung!  Pengawal………kalian dengar apa kata ompung Datu na
Bolon, mulai dari sekarang perketat penjagaan …tidak boleh ada siBontar
Mata masuk ke tano kita ini.
      Pengawal    :  (Serentak menjawab) Siap Raja nami………..!
      Raja           :  Beta ma  ompung……..(Raja mengajak Ompung  Datu keluar
meninggalkan panggung).

  
ADEGAN III  :  PDT. HENRY LYMAN DAN PDT SAMUEL MUNSON DIBUNUH

      Prolog         :  Di Sibolga Pdt Henry Lyman & Pdt Samuel Munson telah tiba, mereka
berkonsultasi dengan Belanda dan mendapat ijin dari pemerintah Hindia
Belanda untuk masuk ke daerah tapanuli untuk memberitakan Injil.
Mereka menyewa beberapa pengantar dan penterjemah karena mereka
sendiri tidak bisa berbahasa batak. Mereka juga membawa senapang
untuk jaga-jaga. Mari kita dengarkan babak selanjutnya.

      Panggung    :  Menunjukkan suatu tempat terbuka layaknya sebuah


pasar. Ada beberapa orang pengawal yang sedang berjaga di dekat pintu
masuk sementara di sudut yang lainnya ada beberapa orang batak yang
sedang mengadakan aktivitas dagang (jual beli).

      Pengawal 3 :  hei lae…pernah ya kau melihat orang Belanda si Bontar Mata itu?
      Pengawal 4 :  Belum lae…. Tapi pasti matanya beda dengan kita….khan siBontar Mata
berarti Matanya pasti putih.
      Pengawal 3 :  Ya ia lah..namanya pun Si Bontar Mata. hei…..coba lihat orang itu, coba
kau perhatikan matanya! Itu pasti si Bontar Mata itu!
      Pengawal 4 :  Ia,  betul  lae, matanya putih . itu pasti si bontar mata yang disebut-sebut
itu, mereka pasti mata-mata belanda…
      Pengawal 3 :  Cepat….cepat kau pergi … beritahukan kepada Raja dan para pengawal
lainnya.
      Pengawal 4 :  Baik…., baik,…. lae
                           (Pengawal 4 lalu berlari menemui raja dan pengawal lainnya..semantara
Pdt Henry Lyman & Pdt Samuel Munson masuk bersama dengan para
pengawalnya).
                          
                           Dari sisi yang lain Raja & Pengawalnya datang (para pengawal datang
lengkap dengan senjatanya – Tombak). …..

      Pengawal 1 :  Berhenti…(rombongan Penginjil itupun berhenti, akan tetapi melihat


para pengawal raja yang datang dengan membawa tombak, pengawal dan
penterjemah para penginjil itupun lari ketakutan meninggalkan Pdt.
Samuel Munson dan Pdt. Henry Lyman)
      Samuel       :  Hei….wait ! don’t go…..(Samuel memanggil para pengawal an
pennterjemahnya yang melarikan diri meningglkan mereka berdua).

      Pengawal 2 :  Hei….Bontar Mata, kau pasti orang belanda, penjajah itu khan…
      Pengawal 3 :  Raja….Lihat dia membawa senjata, dia pasti datang mau menjajah kita…
bunuh aja…
      Henry         :  What do you say………… we not understand, we are missionaries….Yesus…
you know…Yesus
      Raja           :  Tangkap mereka……. (Pengawal menangkap mereka, mengambil
senjatanya dan pengawal lainnya mengikat tanggan para misionaris itu).
      Samuel       :  What do you do!.....hei…wait…wait…what do you do, you know Jesus,
Jesus….
      Raja           :  Bawa mereka ke pasar, cepat….Dan kau….! (menunjuk ke salah seorang
pengawal), pergi ke rumah Ompung Datu na Bolon, kita mau minta
nasehatnya…cepat!
      Pengawal 4 :  Siap…Raja..!
                           (lalu para pengawal membawa para missionaries yang terikat itu ke salah
satu sudut panggung).
                           (Pengawal 4 datang bersama dengan datu).

      Datu           :  Horas ma di  hamu……..


      Semua        :  Horas ma Ompung Datu Na Bolon……..
      Raja           :  Ompung…..ini ada Si Bontar Mata, mereka adalah mata-mata Bolanda
yang akan masuk dan menyerang negeri kita ini, apa yang harus kita
lakukan…ompung?
      Datu           :  (bertanya kepada para missionaries), Betul ?…kalian mata-mata belanda?
      Samuel       :  Jesus….Jesus….Jesus is Lord, He is the Saviour, we are his missionaries..
      Datu           :  Apa yang dibilang orang ini?
      Pengawal 1 :  Mereka orang Belanda Ompung.., Lihat mereka bawa senjata……..!
      Datu           :  Kalau begitu kita harus mempersembahkan mereka kepada begu (roh-
rohnya)nya ompung-ompung kita! Bagaimana raja nami!
      Raja           :  Bagus Ompung……….kita harus menyingkirkan mereka, sebelum mereka
melaporkan kepada Belanda tentang negri kita ini, bunuh saja mereka….
                           Pengawal…….., kasih kau dulu pisau yang tajam itu kepada Ompung
Datu…!
                           (Pengawal memberi pisau kepada Datu, lalu datu mulai berkomat-kamit)
      Datu           :  (sambil memainkan-mainkan pisaunya dan melihat ke atas dan
sesebentar menari sambil mengucapkan). “Ompung Mula Jadi Na Bolon,
pencipta dunia dan isinya, kami akan memberikan si Bontar Mata ini
menjadi persembahan kami kepadamu, jauhkanlah bencana dari negeri
kami, Ompung penguasa roh-roh yang ada dibumi, lindungi lah kami,
Ompung leluhur kami, terimalah persembahan kami ini………uaghhhhhh
(Datu menusukkan pisaunya kepada para missionaries).
      Samuel + Henry      :           aghhhhh ……   (seketika itu juga kedua missionaries itu
rubuh)
      Datu           :  Huaghahahahaha…..huaghahahaha,…..(Datu tertawa dengan sangat puas)
      Semua        :  Huaghahahahaha…………………….
      Datu           :  Raja nami……Sekarang …..kau makanlah tubuh si Bontar Mata ini, lalu
kau bagikan kepada seluruh rakyat, setelah itu buang lah bangkainya ke
jurang yang dalam itu…..
      Raja           :  Baik …..ompung Datu…..   Pengawal!….. kerjakan………! Kau potong-
potong lah tubuh si Bontar Mata ini, kalian makan juga dan bagikan
kepada rakyat ini.
      Raja           : Ayo ………….ompung…. (Raja dan Datu keluar dari panggung, diikuti oleh
Para pengawal sambil membawa mayat kedua missionaries itu).

Maka kedua missionaries itupun mati terbunuh di Lobu Pining, satu kampung yang
menjadi pintu masuk dari Sibolga ke Tarutung dimana Raja Panggalamei
Lumbantobing menjadi Raja di daerah itu. Pada hari  itu 6 Pebruari  1834 adalah hari
paling kelabu berita penginjilan di Tano Batak. Akan tetapi jauh di Benua Eropa
tepatnya di  di sebuah pulau Kecil Marsch Nortdstrand di Jerman – pada hari itu juga,
lahir kedunia seorang bayi yang kemudian diberi nama Inger Ludwid Nomensen. Ia
kemudian akan menjadi misiionaries yang hebat dan paling terkenal bahkan dijuluk
sebagaii rasulnya orang batak.

ADEGAN IV : PDT.DR.INGER LUDWID NOMENSEN DATANG KE TANO


BATAK

Prolog         :  Berita tentang kematian kedua missionaries ini, beberapa tahun


kemudian menjadi satu berita yang hangat di Eropa, kematian mereka
disebut-sebut karena dimakan orang Batak, (Orang batak yang disebut
sebagai kanibal ) menjadi salah satu motivasi yang kuat untuk Nomensen
segera datang menginjil ke tana batak.  Tahun 1862 dibawah bendera
badan Penginjilan Misi Zending Gereja Protestan (Evangelissche kirche)
dulunya RMG, yang berkantor Pusat di  Barmen, Jerman. Setelah
berlabuh di padang Nomensen berangkat ke Sipirok. Di Sipirok,
Nomensen mulai mempelajari budaya dan bahasa Batak lebih mendalam.
Sehingga akhirnya ia siap Berangkat masuk ke hutan Sumatra,. Bersama
dengan beberapa teman dan pembantunya ia menelusuri hutan Sumatra.
Panggung    :  Panggung mengambarkan sebuah Pasar, tampak beberapa pengawal,
juga masyarakat biasa yang sedang berjualan… (Nomensen dan
temannya masuk dan menemuai masyarakay yang sedang asyik
berjualan).

Nomensen  :  Horas ma di hamu…….


Ibu-ibu 1     :  Horas juga untumu, bah…orang mananya kau ito? Beda kulihat matamu
dan warna kuliatmu
Ibu-ibu 2     :  Orang belanda si Bontar Mata itu ya kau ito khan? Penjajah itu?
Nomensen  :  Bukan ibu…bukan… aku bukan penjajah.. aku penginjil dari Jerman..
Ibu-ibu 1     :  Kalau kau bukan penjajah, untuk apa kau datang kesini?
Nomensen  :  Aku datang mau memberitakan kabar tentang keselamatan manusia?
Tentang kehidupan setelah kematian?
Ibu-ibu 2     :  Tentang apa pula itu?
Nomensen  :  Tentang Yesus, Tuhan Juruslamat dunia. Kalau ibu nanti meninggal, apa
ibu tahu ibu jadi apa, dan pergi kemana.
Ibu-ibu 1     :  Ya menjadi tanahlah, roh ku jadi begu……
Nomensen  :  Sesungguhnya tidak begitu ibu, setelah kita mati masih ada fase
kehidupan yang kedua….(belum selesai ia berbicara, ia dikejutkan dengan
suara para pengawal Raja).
Pengawal 1 :  Hei……….kau Sibontar Mata…..apa yang kau ajarkan kepada orang-orang
ini, kau datang mau memata matai untuk belanda ya. Kau pasti orang
belanda!
                     Lae…(Menunjuk pengawal 2) kau pergi sekarang, beritahukan kepada Raja
ada sibontar mata yang tertangkap masuk ke negeri kita ini…..cepat.
Pengawal 2 :  baik, lae. (lalu pengawal 2 berlari dan pergi keluar panggung, tidak lama
ia datang kembali bersama dengan Raja, Raja sudah nampak lebih tua).
Semua        :  Horas Raja nami…………….
Raja           :  Horas ma di hamu, aku dengar ada siBontar Mata masuk ke kampung
kita………..
Pengawal 1 :  Betul, Raja nami…. Ini orangnya…. Katanya dia bukan mata-mata
belanda, katanya dia seorang penginjil……..
Nomensen  :  Saya bukan penjajah…, saya bukan orang belanda….saya seorang
penginjil dari Jerman
Raja           :  Apa itu penginjil……….kau pasti mata-mata Belanda……tangkap dia….ikat
di kayu borotan……
                     Pengawal……….kau panggil dulu Ompung Datu Na Bolon….sekarang,
cepat…….!

                     (pengawal 1 & 2 mengikat Nomensen dan temannya lalu membawa dia ke
sebuah sudut panggung dan mengikatnya ke sebuah tiang borotan,
sementara pengawal 3 berlari keluar panggung dan masuk kembal
bersama dengan Ompung Datu).

Datu           :  Horas ma di hamu…….


Semua        : Horas ma Ompung……..
Datu           :  Ada apa ini Raja Panggalamei, kenapa pengawalmu ini memanggil saya
seperti orang sedang kesetanan, ada apa itu?………siapa Si Bontar Mata
ini?
Raja           : Begini ompung, ada si Bontar Mata masuk ke kampong kita ini….katanya
dia bukan orang Belanda,, katanya Dia seorang Penginjil dari
Jerman….tapi aku curiga…dia pasti mata-mata belanda….
Datu           :  kalau begitu, kita bunuh saja dia….kita persembahkan saja darahnya
kepada roh-roh ompung kita…..
Semua        : betul….betul………….bunuh saja dia…
Datu           :  Raja nami, tolong dulu kau sediakan pisau yang tajam…..
Raja           :  pengawal!!!!..kalian dengar kata ompung Datu, berikan pisau yang tajam
itu kepada Ompung…
Nomensen  :  Tunggu dulu……….tunggu….sebelum kalian membeunuh aku…aku mau
katakana kepada kalian…bahwa Tuhan akan melihat perbuatan kalian ini
sebagai dosa besar….Tuhan akan sedih kepada perbuatan kalian….kalian
akan mati karena dosa-dosa ini….Tuhan mengutus aku ke negri ini
supaya kalian hidup…supaya kalian selamat bukan untuk
mati….Saudaraku dengarkanlah aku….aku hamba Tuhan Yesus….aku
penginjil keselamatan…
Datu           :  Ahhh…diam……… Kau orang belanda, kau mata-mata belanda. Dan kau
harus mati.
                     (Datu mulai mempersiapkan dirinya untuk mempersembahkan Nomensen
kepada roh-roh nenek moyang – Di depannya nampak sebuah tampi
berisi, jeruk purut dan bakaran kemenyan dan daun sirih).
                     (kalau ada gondang bisa dipaluh (dibunyikan).

Datu           :  Ompung mulajadi, Ompung Penguasa bumi dan langit, Kami akan
mempersembahkan darah Bolanda ini kepadamu, lindungilah kami (lalu
mengambil sikap hendak menusukkan pisaunya) heakkk………………..

                     (tiba-tiba terdengar suara petir menggelegar dan semua orang : Datu,
Raja, Para pengawal dan warga jatuh tersungkur dan terpelanting, hanya
Nomensen dan temannya saja yang tetap berdiri teguh, sementara tali
yang mengikat tanggannya tiba-tiba lepas).
                     Lalu terdengarlah alunan musik yang  lembut yang penuh dengan
kedamaian. (boleh dipilih salah satu lagu dari KJ atau BE).

Nomensen  :  Saudara-saudaraku…….bangkitlah………(Nomensen Berjalan menemui


mereka yang terbaring tersungkur di lantai satu persatu, mengangkat
mereka sambil berkata-kata).. Tuhan tidak menginginkan kalian
melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya……Tuhan
mengasihi kalian…Tuhan Yesus telah mati di Kayu salib supaya kita
semua orang-orang yang  berdosa ini tidak mati akan tetapi bisa
menerima keselamatan dan kehidupan yang kekal.
Raja           :  tapi kami telah mempuyai Tuhan yaitu Mulajadi Na Bolon.
Nomensen  :  Tapi kalian belum mengenal Mulajadi Na Bolon itu, Mulajadi Na bolon
itu, dialah Tuhan yang menciptakan seluruh dunia ini dan isinya, juga
manusia, Namanya adalah Tuhan Allah yang Tritunggal, Dialah Tuhan
Yesus, Dialah Bapa kita dan Dialah Roh yang berkuasa diatas roh-roh
yang diatas semua roh dan kekuatan dunia ini. Dialah yang dengan
kasihnya telah  mengutus aku untuk menjadi penginjil ketengah bangsa
ini. Dia mengasihi kalian dan dia ingin kalian selamat?
Datu           :  Lalu apa yang harus kami lakukan supaya kami selamat?
Nomensen  :  Percayalah kepada Tuhan Yesus, Kepada Allah kita, apakah kalian mau
percaya?
Semua        :  Ya, kami percaya…………..
                     (musik yang penuh dengan kemenangan terdengar membuat suasana
menjadi harubiru,  Nomensen lalu menumpangkan tangannya disetiap
kepada orang yang ada disitu, dan mulai mengajar bangsa itu).

Nomensen  :  (kemudian Nomensen Berlutut, berdoa serta berikrar kepada Tuhan)


                     Ya Tuhan Yesus, begitu besar kasihmu kepadaku……Engkau telah
menyelamatkan aku, Engkau telah memelihara hidupku. Inilah aku
hambaMu. Aku berikrar dibawah kaki langitmu.Di tempat ini, Aku
berjanji, Hidup dan Matiku akan kepersembahakan kepadamu untuk
memberitakan Injil keselamatanMu.Di tengah-tengah bangsa inilah aku
akan Hidup dan mati untuk memberitakan InjilMu. Amin.

Semua        :  Semua pemain tampil ke panggung bersama-sama menyanyikan sebuah


lagu yang gembira.

Prolog         :  Akhirnya Nomensen bisa memenangkan hati Raja-Raja di Tanah Batak,


dia dengan kuasa Tuhan mulai mengajar orang-orang Batak akan Firman
Tuhan, bersama dengan penginjil-penginjil lainnya, ia terus mengajar
dan menginjili sampai kepelosok-pelosok kampong sehingga semakin
banyak orang batak yang diselamatkan. HKBP, GKPI, GKPS dan gereja-
gereja Batak lainnya adalah beberapa gereja buah penginjilan Nomensen
dan Penginjil-penginjil lainnya. Tuhan memberkati

By : Pdt. Bernard H. Pasaribu, M.Min.

Pemain :
1.  Pdt. Henry Lyman   : Mengenakan pakaian putih krem lengan panjang atau pakaian
layaknya pendeta dari Amereka.
2.   Pdt. Samuel Munson : Mengenakan pakaian layaknya pakaian seorang petinggi
kompeni, dengan topi bundarnya dan safari krem.
3.   Pdt. Inguer Ludwiq Nomensen, : mengenakan pakaian hitam ddengan bet putih
(layakanya pendeta jerman.
4.   Raja           :  mengenakan kaus hitam yang ketat dan bersendangkan ulos yang
berkilauan. Juga memakai ulos yang diikatkan dipinggang, juga memakai
ulos di kepala sebagai ikat kepala.
5.   Datu           :  Tidak memakai kaus, namun memakai ulos sampai sebatas pinggang,
memakai kalung dan gelang datu (dukun), ulos di kepala dan memegang
tongkat (Tunggal Panaluan)
6.   Pengawal    : 4 orang. Tidak memakai baju, memakai ulos yang sampai ke pinggang,
memagang tombak sebagai senjata.
7.   ibu-ibu (warga) :  2 – 4 Orang , mamakai kaus hitam yang ketat. Memakai ulos sampai
menutupi dada, rambutnya disanggul.
8.   Para Pengawal  Pdt. Samuel & Pdt Henry : ada 2
9.   Penterjemah   :  1 orang
10.  Teman Nomensen : 1 orang

Anda mungkin juga menyukai