Anda di halaman 1dari 21

Pembekalan Guru Sekolah

Minggu HKBP Res. Sukabumi


Disambut Baik dan Penuh
Semangat
By Distrik Deboskab | 4 April 2019 | 0 
Pembekalan Guru-Guru Anak Sekolah Minggu HKBP Res. Sekolah Minggu di Villa
Pelangi Sukabumi berjalan dengan baik dan penuh semangat pada  Selasa-Rabu, 02 –
03 April 2019. Ibadah Pembukaan dilaksanakan pada  Selasa 02 April 2019 pada pukul
18.00 Wib dipimpin oleh Pdt Resort Sukabumi, Pdt Ramly Manurung, S.Pak,  M.Div.
Dalam Khotbahnya yang diambil dari 1 Korintus 3 : 9 – 10 mengatakan bahwa  kita
sebagai sama –sama pelayan membangun dasar iman jemaat melalui Firman Tuhan.
Guru Sekolah Minggu (GSM)  sebagai Pelayan membangun Gereja HKBP Masa
depan melalui pertumbuhan iman anak-anak sekolah minggu. GSM harus memiliki
kerjasama dalam pelayanan. Jadi tidak ada merasa berjasa siapa yang menanam
dan siapa yang menyiram,  tetapi   yang menjadikan ‘berbuah’  adalah Allah. Inti
puncak dari pembekalan ini adalah diharapkan GSM semakin memahami tugas
dan tanggungjawabnya untuk membangun  HKBP masa depan melalui pengajaran
anak-anak sekolah minggu ( bnd. Markus 16:15 ).

Membangun iman anak sekolah minggu sama halnya dengan membangun sebuah
rumah di atas pondasi yang kokoh sehingga ketika badai datang karena rumah
tersebut diatas dasar yang kokoh tidak akan rubuh oleh badai ( Matius 7 : 24 -27).
Demikianlah diharapkan anak-anak sekolah minggu HKBP pada umumnya dan
khususnya di HKBP Sukabumi, agar anak-anak sekolah minggu tidak akan
meninggalkan imannya kepada Tuhan Yesus oleh karena kehidupan duniawi,
misalnya materi dan jabatan setelah ia  menjadi dewasa ke depan.

Sessi awal oleh Pdt Dr Jusen Boangmanalu memaparkan materi dengan topik ‘ Metode
Pengajaran Sekolah Minggu.’. Pdt Dr Jusen Boangmanalu mengatakan GSM sangat
penting mengenal anak sekolah minggu dengan baik agar lebih dekat ke sasaran
yakni nama, jiwa dan pribadi mereka. Kedua penting mengenal apa-apa saja yang
menjadi tugas GSM. Ketiga penting menjadikan anak-anak adalah bagian pewaris
Kerajaan Allah. Keempat perlu menjadikan anak-anak pewaris Keselamatan karya
Tuhan Yesus. Dengan demikian maka GSM akan mampu menterjemahkan
penerapan Metode Pengajaran yang baik, demikian ucapnya.  Sessi Pdt Dr Jusen
Boangmanalu dilanjutkan pada esok harinya untuk mempertajam lagi dari keempat
diatas. Sessi diisi dengan tanya jawab.

Pada hari kedua Rabu, 03 April 2019 pada pagi hari seusai ibadah pagi, Praeses, Pdt
Drs, Berlin Tamba, M.Div memberikan materi  sessi dengan Topik  ‘Jatidiri HKBP dalam
Pelayanan yang Holistik.’  Anak Sekolah Minggu mendapat tempat yang urgent dalam
pelayanan HKBP  yang holistik. Dalam rangka Taon Ulaon Parasinirohaon HKBP
melayani dengan menekankan diakoni sosial. Guru Sekolah Minggu perlu membekali
dirinya  memahami pengetahuan psikologi khusus psikologi anak-anak  agar
mampu melayani dengan kebutuhan yang tepat sasaran bagi kehidupan anak-
anak sekolah minggu dalam ajaran Tuhan Yesus  secara umum dan  ditahun 2019
ini, contohnya ajaran yang berkaitan dengan diakoni sosial . Bagaimana GSM mampu
mengajari anak-anak tentang ‘ Belas Kasihan Allah ‘. Anak-anak perlu diajarkan makna
dan ajaran Tuhan Yesus dan mereka harus tahu dan harus mampu dekat kepada Tuhan
dalam bentuk ‘ mesyukuri belas kasihan Allah’ sehingga anak-anak bisa atau mampu
menterjemahkannya dalam dunia anak-anak. Dan pada gilirannya anak-anak  ketika ia
menjadi dewasa ia tetap memiliki jatidiri pengikut Kristus dan menjadi berkat bagi dunia.


Sesungguhnya anak-anak adalah milik pusaka dari Tuhan. Oleh sebab itu GSM
berperan penting dalam menentukan perkembangan iman anak-anak ke
depannya. Dalam PL dan PB anak-anak begitu berharga, karenanya Gereja  harus
menganggap pelayanan kepada anak-anak sama pentingnya dengan pelayanan
lainnya. Menjadi GSM  adalah sebuah kebahagiaan dalam tugas pelayanan. Apa
yang menjadi motivasi GSM ? Hendaklah motivasi menjadi GSM sebagai bagian
ucapan syukur membalas atas kebaikan Tuhan yang sudah rela mati disalib
menebus dosa kita. Kedua hendaklah motivasi menjadi GSM adalah sebagai
‘persembahan kudus’.  Ketiga GSM sebagai perpanjangan tangan Tuhan dalam
mendidik anak-anak.  Jatidiri HKBP dalam pelayanan ASM ada 2 segmen, yakni
Ibadah Minggu dan Pengajaran . Ibadah sekolah minggu dimulai dengan
penyerahan penyembahan dirinya kepada Tuhan. Dalam Ibadah Minggu itu ada
penerapkan langsung  penyembahan kepada Tuhan dengan hidup penuh 
kedisiplinan, keteraturan dan tetaatan. Dan segmen kedua adalah pengajaran,
yakni pengajaran Firman Tuhan yang ada di dalam Alkitab dan dengan memakai
kurikulum dan buku nyanyian SKM yang sudah ada serta memakai alat peraga.
Kedua segmen ini perlu dipahami dan dikuasai oleh GSM, ucapnya.

Sessi Pdt Damaiyanti Sinaga, STh ( sedang Study S-2 di STT Jakarta ) memberikan
materi dengan topik ‘ Pengajaran Untuk Sekolah Minggu ‘. Untu mengajar anak-anak
sekolah minggu sangat perlu persiapan pengajaran yang matang. Kesibukan
apapun seorang GSM dia harus ikut sermon GSM dan disitu perlu memahami
kebenaran Firman Tuhan sebelum  untuk diajarkan kepada anak-anak. Sebab bila
GSM tidak paham atau salah mengajar akan kebenaran Firman Tuhan maka
taruhannya anak-anak akan menerima ajaran yang salah dan bisa merusak iman
anak-anak.  Ibarat gambarannya bahwa anak-anak sedang ‘memakan Kebenaran 
Firman Tuhan.’ ( makanan rohani ) lewat pengajaran oleh GSM. Bila benar tidak
masalah. Namun bila salah menyampaikan isi kebenaran Firman Tuhan maka
anak-anak ‘ bisa sakit imannya nantinya. Pendeknya Ibarat  bila kita salah makan
makanan yang salah / yang makanan yang tidak baik maka kita bisa sakit perut.
Cara penyampaian pengajaran jangan asal-asalan atau asal disampaikan saja
begitu materinya. Jangan takut menyampaikan materi. Jangan berada di satu
tempat saja. Gunakan gerak bahasa tubuh sebagai media yang  geraknya  variatif
agar menarik bagi anak-anak dalam menyampaikan pesan pengajaran lewat cerita
yang disampaikan. Ciptakan semangat kreasi yang membangun. Hindari cara 
yang bisa membosankan anak-anak, ucapnya. Alat peraga bahasa gerak tubuh
dan atau alat peraga yang kita tampilkan atau kita peragakan  adalah media yang
penting dalam menyampaikan pengajaran, ucapnya. Sessi diisi dengan cara-cara 
praktek  bercerita dengan menggunakan alat peraga atau simbol-simbol.

Acara pembekalan seyogianya ditutup oleh Pdt Ramly Manurung, S,Pak, M.Div namun
berhubung ada pelayanan beliau, maka  diwakilkan kepada Pdt Ligat Simbolon, STh. 
Ibadah penutupan dipimpin Pdt Ligat Simbolon, STh ( Kabid Koinonia ) sekaligus
menutup acara pembekalan.  Sebelum acara penutupan dilakukan penyerahan Tanda
Tali Kasih kepada semua nara sumber oleh HKBP Resort  Sukabumi disampaikan oleh
Pdt Resort, Pdt Ramly Manurung, S.Pak, M.Div didampingi Ketua Dewan Koinonia, St.
J. Lumbangaol dan Ibu Biv. Resty Sinaga.  Praeses atas nama HKBP Resort Sukabumi
juga menyerahkan Piagam/Sertifikat Pembekalan yang sudah terlaksana bagi seluruh
GSM sebanyak 16 Orang.  Turut hadir  Ibu Biv. Resty Sinaga, Ketua Dewan Koinonia,
St Jasper Lumbangaol. St. J.E Rajagukguk ( Seksi ASM ). St. H Br Gultom dan Bapak
A.N Sianipar.  Selama acara diselang selingi dengan lagu-lagu Buku Ende Sekolah
Minggu HKBP dengan menggerakkan tubuh sehingga suasana  menjadi hidup.  Usai
penutupan disertai dengan berfoto bersama. 

Pembinaan GSM: Psikologi Anak dan Teknik Mengajar


GSM, HKBP Resort Cikarang

Ada banyak ayat berbicara tentang anak di dalam Alkitab, baik itu di Perjanjian
Lama maupun Perjanjian Baru. Alkitab memberi tempat penting tentang anak-
anak. Setiap anak unik dan berbeda. Mereka pun tumbuh dan berkembang dengan
proses yang berbeda sehingga kemampuan dan bakatnya berbeda-beda.

Yesus selama melayani di dunia menempatkan anak-anak menjadi bagian penting


di dalam pelayananNya sehingga sudah sepatutnyalah gereja sebagai tubuh Kristus
menempatkan anak-anak menjadi bagian yang penting dalam pelayanan gereja.
Pelayanan yang terbaik dan maksimal harus diberikan kepada anak karena mereka
adalah masa depan gereja. Gereja di dalam memberikan pelayanan kepada anak
harus memperhatikan aspek tumbuh kembang anak.

HKBP Resort Cikarang memandang anak-anak menjadi bagian penting di dalam


pelayanan gereja sehingga pada hari Sabtu (23/02) mereka mengadakan Pembinaan
kepada Guru Sekolah Minggu (GSM). Khusus memberikan tambahan edukasi
kepada para GSM agar lebih dalam lagi mengenal siapa itu anak, psikologi anak
dan bagaimana cara efektif dan efisien mengajar anak maka topik “Psikologi Anak
dan Teknik Mengajar Anak Sekolah Minggu” dipercayakan kepada narasumber Susi
Rio Panjaitan (Yayasan Rumah Anak Mandiri).

Mendidik anak bukanlah hal yang mudah apalagi durasi pelayanan di gereja
kepada anak sangat singkat. Diharapkan para GSM setelah mengikuti Pembinaan
ini untuk kedepannya akan lebih baik lagi mempersiapkan diri mereka sebelum
melayani anak-anak, baik itu materi pengajaran, teknik penyampaian materi
bahkan sikap diri.

PANGGILAN MENJADI GURU SEKAOLAH MINGGU


Oleh: Pdt. Midian KH Sirait, MTh

Praeses HKBP Distrik X Medan Aceh

Sekolah Minggu adalah merupakan suatu institusi formal maupun informal untuk setiap
anak untuk belajar akan nilai-nilai agama dan moral. Sekolah Minggu adalah
merupakan sarana pendukung dalam pembinaan rohani anak-anak. Sarana pendukung
untuk setiap orang tua mengajarkan nilai-nilai Kristiani bagi anaknya hal ini sebagai
usaha supaya anak-anak bisa mengenal Juru Selamatnya secara pribadi sejak usia dini.
Oleh sebab itu panggilan menjadi Guru Sekolah Minggu  (GSM)[1] ini, pada hakekatnya
respons atas keselamatan yang telah ia terima dari Tuhan Yesus. Sebagai bagian dari
anggota tubuh Kristus (bd. 1 Kor.12, 13+17, Efesus 5,2-3) para GSM memiliki tanggung
jawab agar Anak Sekolah Minggu (ASM) memiliki iman dan tumbuh menjadi dewasa
dalam semangat yang sama: saling melayani sebagaimana Tuhan sendiri
menghendakinya..Perannya ialah memperlengkapi dan membukakan wawasan
pembina/guru sekolah atau sekolah minggu untuk berperan aktif sebagai pena Allah
dalam menggores sejarah di dalam hidup anak-anak didiknya
Sesuai dengan tugasnya mengajar ASM (anak sekolah minggu), maka mereka harus
dipandang juga sebagai anggota tubuh Kristus yang juga bagian dari penyelamatan
Tuhan Yesus. Dalam eksistensinya, wadah anak untuk bersekutu dan berkumpul ialah
oleh HKBP disebut dengan Sekolah Minggu. Kata “sekolah” berarti disana yang
diperankan adalah pengajaran atau pendidikan, yaitu berhubungan dengan iman
kepada Yesus. Kata “Minggu” pengajaran itu dilakukan pada hari Minggu (Pagi).
Hubungan Guru dengan Murid tidak lain adalah sebagai anggota tubuh Kristus yang
bersekutu di dalam wadah tsb.
Inti pokok yang perlu diperhatikan para GSM ialah tugas utamanya ialah pertama,
membawa anak itu datang kepada Yesus. Kedua, supaya mereka belajar takut akan
Tuhan, Allah. Dan ketiga supaya ASM melakukan dengan setia segala perkataan hukum
Taurat Tuhan (Ulangan 31:12-13).
Masalahnya, kebanyakan gereja menempatkan  pelayanan  Sekolah Minggu sebagai 
“pelengkap penyerta.”   Walaupun  Sekolah Minggu  diselenggarakan,  namun  kerap
dilakukan  secara “asal ada saja, ketimbang  tidak  ada.” Umumnya orientasi
pelayanan gereja  lebih  diarahkan kepada pelayanan orang dewasa. Anak-anak, juga
remaja, tidak dianggap sebagai bagian penuh dari komunitas jemaat. Tak heran, GSM
direkrut tanpa proses pelatihan khusus yang memperlengkapi mereka untuk terlibat 
dalam pelayanan anak. Siapa saja, asal mau,  bisa menjadi guru Sekolah Minggu.

2.  Menjadi Guru Sekolah Minggu adalah pengabdian


Untuk memenuhi ke-3 panggilan tsb tiap GSM dibutuhkan kerendahan hati,
kesederhanaan, dan kejujuran, sebagai dimaksudkan dalam Yoh 3:30: “Ia harus makin
besar, tetapi aku harus menjadi makin kecil” [Yoh 3:30].  Surat pertama Petrus secara
gamblang menasihatkan: “… Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu,
jangan dengan terpaksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan
jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri [1 Ptr 5:1-4].
Dengan demikian panggilan menjadi GSM itu adalah pengabdian.
Pengabdian itu adalah kebahagiaan.  Kebahagiaannya, karena setiap GSM diberi
kesempatan mengemban tugas yang amat mulia. Di tangan GSM itulah para Anak
Sekolah Minggu (ASK), diberi kesempatan untuk  memperkenalkan Yesus Kristus di
dalam hidupnya. ASM yang memiliki kepolosan, kejujuran, belum banyak dicemari
kebiasaan buruk itu amat ditentukan oleh GSM untuk dapat menjadi anak-anak yang
berguna. Seperti Amsal menyebutnya, “Sekali mereka dibentuk dengan benar maka
ketika menjadi dewasa mereka akan selalu mengingat dan mereka tidak akan
melenceng jauh dari kebenaran” (Amsal 22:6).
Kebenaran Firman Tuhan itulah yang harus ditanamkan di dalam diri, pribadi ASM.
Sungguh suatu hal yang memprihatinkan jika gereja lebih banyak menyerahkan
pendidikan rohani anak-anak jemaat kepada orang-orang yang seringkali belum
berpengalaman dan tidak dipersiapkan dengan bekal yang cukup.

Jadi panggilan untuk menjadi pelayan, pada hakekatnya menjadi pergumulan


sepanjang waktu Yesus dalam karya singkat-Nya di dunia ini,  Ia mewartakan
kedatangan kerajaan Allah dan memanggil semua orang yang mau mendengarkan dan
menjadi murid-Nya untuk mengikuti Dia dalam pelayanan. Panggilan tsb menjadi
pergumulan karena menjadi bagian kehidupan; perhatian, pemikiran, ucapan, sikap
dan tindakan. Pergumulan, karena berhadapan dengan seluruh unsur kehidupan:
Pemberi hidup dan ciptaan. Pergumulan, karena menghadirkan suasana yang tersendiri
dalam kehidupan orang yang dipanggil tersebut. Oleh karena itu, memahami
kehidupan seorang yang menerima panggilan Tuhan sama artinya memasuki suatu
kenyataan pergumulan hidup manusia yang tidak ada habis-habisnya.

Panggilan menjadi pelayan, menurut Alkitab ada sepanjang rentang waktu. Ia hadir
bersamaan dengan pengenalan manusia akan Tuhan. Karena ia memperkenalkan nama
dan perintahNya, kasih, penebusan, larangan, murka dan hukumanNya. Ia adalah alat
yang Tuhan pakai dalam rencana dan pemeliharaan Tuhan atas ciptaannya. Dengan
demikian dipahami sebagai pengabdian, tugas, tanggung jawab dan ketaatan kepada
Tuhan, yang sungguh agung, berharga, sakral, berat sekaligus membahagiakan.

Dalam Perjanjian Baru, istilah “dipanggil” (‘kletos’) dan “panggilan” (‘klesis’) muncul
2 kali. Semuanya menyatakan panggilan Tuhan kepada umat-Nya untuk sesuatu
maksud yang rohani. Seluruh jemaat dipanggil (“the called-out ones”) oleh Tuhan.  Hal
itu sesuai dengan dengan Confessie HKBP Pasal 9: “kita percaya dan menyaksikan tiap-
tiap orang Kristen terpanggil menjadi saksi Kristus”. Artinya, semua warga jemaat
terpanggil menjadi saksi Kristus. Sebagai umat pilihan Allah terpanggil untuk
memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Allah   (I Petrus 2 : 9). Dalam Mat.
4: 18 – 22; Mk. 1: 16 – 20; Luk. 5: 1 – 11, Yesus memanggil  Simon Petrus dan Andreas
dari tempat bekerjanya di Danau Galilea dengan ajakan “mari ikutlah Aku, dan kamu
akan kujadikan penjala manusia”.  Ajakan inilah yang kita sebut panggilan. Yesus
memanggil muridNya berjalan dibelakangnya  (deute opisoo mou) yang 
terjemahannya:  mari ikutlah Aku dari belakang atau mari berjalanlah dibelakangKu
(Mat 4:19-20).

Yang dipanggil itu tidak mendahului atau tidak pergi ke kiri dan kekanan Yesus,
bahkan tidak dikatakan berjalan sejajar tetapi selalu mengikut Yesus dari belakang
(ekolouthesan= mengikuti). Tuhan Yesus memanggil murid-muridNya untuk berjalan
dibelakang-Nya. Pengertianya jangan diartikan sempit. Dalam pemikiran umat Israel di
zaman PL mengikuti seseorang atau berjalan di belakang mengandung arti mengiringi,
menaati, mencintai, menyerahkan diri, dan mengabdikan diri. Untuk berjalan
dibelakangNya Yesus tidak membebani kita, tetapi yang diinginkan Yesus merespons
ajakanNya. Ajakan Yesus itulah yang mesti kita jawab. Sebab sambil berjalan itu kita
terus mendengar dan melihat kepadaNya. Artinya mengikut Yesus berarti mendengar
dan melihat serta menjadi prioritas.

Seorang pelayan atau murid, pasrah menyerahkan hidupnya kepada orang yang diikuti
dengan segala risikonya. Karena kemauannya mengikuti panggilan Yesus, secara
otomatis dia merubah hidupnya dengan kemauan Yesus yang diikutinya. Dia mau
meninggalkan segala jalan kehidupan semula dan mengikuti jalan Yesus. Meski berat
dan susah tetapi  kita tidak akan ditinggalkanNya. Jadi mari ikutlah Aku dari belakang
telah mengubah hidup duabelas (oi dodeka) orang Galilea dan dikemudian hari ribuan
juta orang lainnya.  Rahasia kesuksesan dari orang yang bersedia memenuhi panggilan
Yesus ini, tertulis dalam Mk. 9:35; 9:35-50, “Jika seseorang ingin menjadi yang
terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir.

3.  Tantangan Melayani Anak Sekolah Minggu


Tidak semua anak-anak anda adalah anak-anak yang ceria, yang polos dan yang haus
untuk belajar. Tidak jarang mereka datang dari lingkungan yang kurang mendapat
perhatian dan kasih sayang. Banyak diantara mereka adalah korban kejahatan orang
dewasa dan lingkungan sekitarnya. Bahkan di lingkungan yang kurang beruntung anak-
anak dijadikan pengemis, pekerja di bawah umur dll. Kejahatan terhadap anak- anak
pada masa Alkitab pun ada. Dalam Kel 1:16, Firaun memerintahkan untuk membunuh
semua bayi laki-laki bangsa Israel yang lahir. Kejahatan terhadap anak-anak dialami
hampir oleh tiap bangsa, sebagai contoh bangsa Samaria. Kejahatan terhadap anak-
anak ini sangat bertentangan dengan rencana Tuhan.
4.  Rencana Tuhan Bagi Anak-anak dan sejarah sekolah minggu
Alkitab sangat memberi perhatian kepada ASM ini. Dalam sejarahnya, jaman
Perjanjian Lama, maka sebenarnya Alkitab telah memberikan perhatian yang serius
terhadap pembinaan rohani anak. Pada masa itu pembinaan rohani anak dilakukan
sepenuhnya dalam keluarga (Ulangan 6:4-7). Tujuan pendidikan  tsb  anak di didik oleh
orang tuanya untuk mengenal Allah Yahweh. Pada masa pembuangan di Babilonia (500
SM), ketika Tuhan menggerakkan Ezra dan para ahli kitab untuk membangkitkan
kembali kecintaan bangsa Israel kepada Taurat Tuhan, maka dibukalah tempat ibadah
sinagoge di mana mereka dapat belajar tentang Firman Tuhan, termasuk diantara
mereka adalah anak-anak kecil. Orangtua wajib mengirimkan anak-anaknya yang
berusia di bawah 5 tahun ke sekolah di sinagoge. Di sana mereka dididik oleh guru-
guru yang mahir dalam kitab Taurat. Anak-anak dikelompokkan dengan jumlah
maksimum 25 orang dan dibimbing untuk aktif berpikir dan bertanya, sedangkan guru
adalah fasilitator yang selalu siap sedia menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.
Ketika orang-orang Yahudi yang dibuang di Babilonia diijinkan pulang ke Israel, maka
mereka meneruskan tradisi membuka tempat ibadah (sinagoge) ini sampai masa
Perjanjian Baru. Tuhan Yesus ketika masih kecil, juga sama seperti anak-anak Yahudi
yang lain, menerima pengajaran Taurat di sinagoge. Dan pada usia 12 tahun Yesus
sanggup bertanya jawab dengan para ahli Taurat di Bait Allah. Tradisi mendidik anak-
anak secara ketat terus berlangsung sampai pada masa rasul-rasul (1 Tim 3:15) dan
gereja mula-mula. Namun, tempat untuk mendidik mereka perlahan-lahan tidak lagi
dipusatkan di sinagoge tetapi di gereja, tempat jemaat Tuhan berkumpul.
Rencana Tuhan terhadap manusia meliputi rencana Tuhan terhadap anak-anak juga.
Dalam Kej 1:28, Tuhan memerintahkan manusia untuk berkembang dan bertambah
banyak. Tuhan pula yang telah membentuk manusia sejak dia menjadi bakal anak di
dalam kandungan ibunya dan Tuhan telah merancang kehidupan yang akan dilaluinya
(Mazmur 139). Tuhan juga ingin memulihkan bangsa Israel dengan membentuk generasi
baru yang bisa masuk ke tanah Kanaan (Bil 21:4-9). Tuhan juga merencanakan
membangun Yerusalam baru dimana penuh anak-anak laki-laki dan perempuan
bermain di jalanan (Zakaria 8:3).
Sejak kejatuhan manusia dalam dosa, anak-anak yang lahir telah mewarisi dosa
(Mazmur 51:7), dan anak-anak juga akan menghadap tahta pengadilan Allah (Wahyu
20:15-16). Oleh karena itu anak-anak juga membutuhkan keselamatan dari Tuhan
Yesus (Matius 18:14). Melalui kuasa kelahiran baru Roh Kudus, Tuhan memberikan
rencana baru bagi manusia, termasuk anak-anak. Mereka akan bertumbuh menjadi
milik kepunyaan-Nya dan berkarya bagi kemuliaan-Nya (Rom 11:36).
Anak-anak yang memiliki hati yang lemah lembut, merupakan tanah yang baik dan
ladang yang paling cocok untuk ditanami kebenaran Alkitab. Alkitab pun mencatat
bahwa anak-anak dapat percaya kepada Tuhan, dapat menyesali dosanya dan dapat
memperoleh keselamatan dari Tuhan, bahkan orang dewasa patut meneladani sikap
anak-anak ini (Markus 10:15).
5.   Panggilan Melayani Anak Sekolah Minggu
Tuhan ingin agar anak-anak ini mengenal Pencipta mereka; bertemu dengan Dia dan
diubahkan menjadi ciptaan baru. Pelayanan ASM tidak semata-mata dibentuk untuk
mendidik anak-anak menjadi anak- anak yang manis yang mempunyai sikap baik budi.
Itu bukan tujuan utama Tuhan bagi anak-anak. Tujuan mengajar ASM  ialah supaya
mereka harus berjumpa secara pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus. Kita harus
meyakini bahwa apa yang telah dimulai olehNya, maka Ia juga yang akan
menyempurnakan nya.

Pendidikan melalui pelayanan ASM akan menjadi dasar pertumbuhan rohani seorang
anak untuk dapat mengenal kebenaran Alkitab, menyembah Tuhan dan memuji Tuhan
dan mengasihi pekerjaanNya. Apabila mereka telah dimenangkan maka berarti
generasi selanjutnya juga telah dimenangkan, karena mereka adalah penerus dan
pemimpin generasi yang akan datang. Dan tidak bisa disangkal bahwa jika kita
memenangkan anak-anak maka kita tahu gereja memiliki masa depan.

6.  Syarat menjadi pelayan anak sekolah minggu


Yang dimaksudkan syarat di sini ialah tujuannya agar setiap guru sekolah minggu
menyadari bahwa pendidikan ASM itu dituntut agar memberikan hasil yang sesuai
dengan yang diharapkan. Dengan demikian menjadi GSM tidak semudah yang kita
bayangkan. Karena tiap orang yang menjadi GSM itu harus senantiasa merenungkan
firman Tuhan seperti tertulis dalam  “janganlah banyak orang diantara kamu mau
menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran
yang lebih berat.” (Yakobus 3:1) “Mereka (diaken/pelayan Tuhan) juga harus diuji
dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu setelah ternyata mereka tak bercacat.”
(1 Timotius 3:10) “sebagai pangatur rumah Allah seorang penilik jemaat (pelayan
Tuhan) harus tidak bercacat, tidak angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan
pemarah, tidak serakah …” (Titus 1:7) “Seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar,
tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan lemah
lembut menuntun orang yang suka melawan,” (2 Timotius 2:24)
Dari data di atas, Firman Tuhan di atas ini, menjadi GSM itu diharuskan memenuhi
syarat atau tuntutan firman tsb. Untuk maksud tujuan inilah maka pembinaan GSM itu
penting.  Sebab GSM itu juga adalah pelayan Tuhan. Atas dasar itulah semua GSM
harus memenuhi syarat tsb.

Syarat menjadi GSM, (1) di atas bahu GSM  inilah tergantung masa depan generasi
penerus gereja Tuhan. Yang menjadi syarat bukan masalah pandai atau bodoh, kaya
atau miskin, tapi masalah hati. Jika seseorang telah menyerahkan hatinya kepada
Tuhan maka Tuhan akan membentuk dan memperlengkapi mereka dengan kemampuan
yang sesuai dengan panggilan yang Tuhan berikan.
(2) Tugas utama GSM ialah memiliki kewajiban untuk memperkenalkan Kristus pada
anak-anak. Hal ini hanya akan mungkin terjadi bila guru telah mengenal Tuhan Yesus
secara pribadi. Hanya guru yang telah mengenal Allah dengan sungguh-sungguh dan
mengalami kasihNya yang luar biasa, yang dapat memberikan gambaran yang benar
tentang Allah (Yohanes 3:3; 1 Korintus 2:14; 2 Korintus 5:17).
(3) Tiap GSM harus memiliki kerajinan untuk membaca, merenungkan firman Tuhan
siang dan malam. Dari persekutuan dengan Firman Tuhan, guru akan bertumbuh dan
selalu siap memberi berkat karena dengan berakar di dalam Firman Tuhan maka
hidupnya akan menjadi seperti aliran air hidup yang tidak akan menjadi kering (1
Petrus 2:2; Yohanes 6:35). Pelayan ASM dan GSM yang telah mengalami kasih Tuhan akan
sanggup mengasihi anak-anak didiknya, sekalipun kadang mereka nakal, bandel dan
sulit dikasihi. Setiap anak adalah berharga di mata Tuhan. Oleh karena itu Tuhan ingin
supaya kita mengasihi mereka sebagaimana Tuhan mengasihi kita. Kasih Tuhan
memungkinkan kita mau berkorban memberikan yang terbaik bagi Tuhan dan anak
didik kita (Yohanes 3:16; Efesus 4:1-2).
(4) Ketaatan GSM kepada Tuhan menjadi penentu keberhasilannya. Karena mengajar
adalah ketaatan menjalankan Amanat Agung Yesus Kristus. Hidup seorang pelayan
Tuhan adalah hidup dalam ketaatan, ia rela menjalankan kehendak Tuhan karena
hidupnya adalah milik Kristus (Filipi 1:21-22; Galatia 2:20-21). Ukuran ketantaatan ialah
bersandar pada Tuhan dan bukan kepada kekuatan sendiri, karena Dialah yang
memimpin dan menolong kita (Amsal 3:5; 2 Timotius 1:12). Hidup suci adalah modal
utama bagi seorang pelayan Tuhan yang ingin memberikan teladan hidup yang benar
dan berkenan kepada Tuhan.
(5) Tidak mungkin GSM itu berhasil jika ditunjang oleh disiplin. Disiplin menolong kita
untuk senantiasa melayani secara konsisten, berapi-api dan tanpa pamrih (Roma
12:11; 2 Korintus 4:8). Guru harus rendah hati, termasuk mau dikritik dan ditegur
supaya ia bisa terus belajar (Yesaya 50:4; 1 Timotius 4:6).
Jadi syarat yang paling penting untuk menjadi seorang GSM, mengasihi Tuhan dengan
segenap hati, dan mengasihi anak-anak seperti diri kita sendiri (Ulangan 6:5). Mengasihi
Tuhan berarti juga mengenal Firman-Nya, dan Firman inilah yang harus kita nyatakan
pada anak-anak dari dalam hati kita, bukan hanya dari otak kita.  Mengasihi anak
berarti kita terpanggil untuk menyampaikan Firman Tuhan pada anak-anak, meski
dengan konsekuensi yang tidak gampang. Sebagai GSM harus banyak memperlengkapi
diri dengan berbagai pengetahuan dan ketrampilan untuk dapat menyelami dan
memahami alam pikiran dan jiwa anak-anak.
7.  Tugas seorang GSM ialah mengajar
Proses belajar mengajar adalah proses seumur hidup, berawal dari kehidupan seorang
bayi mungil yang belajar melalui orangtua dan lingkungannya, sampai menjadi seorang
dewasa yang terus menerus menjalani proses pembentukan, baik melalui pendidikan
formal (sekolah atau institusi pendidikan lainnya) maupun non formal (keluarga,
masyarakat, lingkungan, dsb.). Proses belajar mengajar ini juga dialami oleh Tuhan
Yesus, meskipun Dia adalah Sang Guru Agung.
Seluruh konsep mengajar dalam Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB)
melibatkan tiga aspek paling penting bagi anak didiknya:  Pertama, mendengar ajaran-
ajaran/nasehat-nasehat yang diberikan oleh orang tua/orang yang lebih bijaksana.
Dalam konteks bangsa Yahudi ajaran-ajaran itu berasal dari Firman Allah yang mereka
dengar turun menurun dari nenek moyang mereka. Sedangkan fokus ajaran/nasehat
itu adalah untuk pembentukan karakter yang saleh (godly life) dan takut akan Allah
(Ulangan 31:12-13). Kedua, merenungkan supaya apa yang didengar di atas, diproses di
dalam hati anak untuk menjadi pengalaman hidup yang transformasional, yang
membawa kepada perubahan hidup (Roma 12:2).  Ketiga hidup dalam komunitas orang
percaya (Efesus 3:15-18), sehingga pengajaran berlangsung dalam konteks hubungan
pribadi antara:  => Tuhan dan guru – guru dan anak – anak dan Tuhan <=
Alkitab adalah sumber utama dalam mengajar.Mengajar anak sangat berbeda dengan
mengajar orang dewasa. Pada orang dewasa, pada umumnya telah terbentuk cara
berpikir dan pandangan/prinsip-prinsip hidup yang sudah mapan (permanen) dan hal
itu sering kali sulit untuk diubah. Tetapi mengajar anak adalah seperti mengisi botol
yang masih kosong, masih banyak hal yang dapat diisi dalam pikiran anak, dan belum
terbentuk pola pikir dan pandangan-pandangan tertentu secara permanen. Oleh
karena itu GSM  mempunyai banyak kesempatan emas untuk membangun suatu dasar
yang kuat dan benar bagi kehidupan rohani ASM.
Memberikan pengajaran yang sesuai dengan Alkitab sangat penting supaya anak
belajar mengenal Allah dengan benar. Guru harus belajar untuk senantiasa setia pada
Alkitab, biasakan untuk menjadikan Alkitab sebagai buku sumber yang paling utama
dalam mengajar. Pokok-pokok kebenaran yang diajarkan guru Sekolah Minggu harus
didukung oleh kebenaran dari ayat-ayat Firman Tuhan.
8.  Kedudukan Sekolah Minggu dalam Gereja
Kedudukannya di dalam pelayanannya tak terpisahkan dari semua program pelayaanan
ASM. Gereja tidak boleh memandang rendah atau menyepelekan anak kecil.
Sebaliknya sudah sewajarnya bila gereja memberi perhatian pada pelaksanaan dan
pertumbuhan ASMS. Melalui ASM, gereja memiliki tanggung jawab yang besar, yaitu
membimbing dan mempersiapkan angkatan muda, generasi penerus di masa yang akan
datang. Sungguh suatu hal yang indah bila gereja dapat mengatakan kepada anak-
anak, “Marilah anak-anak, dengarkanlah aku, takut akan TUHAN akan kuajarkan
kepadamu!” (Mazmur 34:12)
Amanat Agung Tuhan Yesus, “…. Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada
segala makhluk.” (Markus 16:15) “…. jadikanlah semua bangsa muridKu …. dan ajarlah
mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu ….” (Matius
28:19-20) . Perintah Tuhan Yesus di atas ditujukan pada segenap orang percaya (Gereja
yang kudus dan am) untuk meraih dan membimbing orang mengenal kebenaran,
termasuk di dalamnya adalah untuk menjangkau dan membimbing anak-anak. Semasa
hidup di dunia, Tuhan Yesus dalam beberapa kesempatan menunjukkan perhatian-Nya
pada anak-anak. Di kala orang-orang dewasa “menganggap sepele” kehadiran anak
kecil, Tuhan Yesus justru meluangkan waktu bersama dengan anak-anak (Markus 10:13-
16).  Bahkan, Tuhan Yesus sempat memberikan peringatan yang cukup keras pada
orang dewasa untuk memperhatikan pengajarannya pada anak kecil. “Tetapi
barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepadaKu,
lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia
ditenggelamkan ke dalam laut.” (Markus 9:42)
9.  Kesimpulan
Dari penjelasan di atas ini, peran pembinaan kepada ASM itu sangat memegang
peranan penting di dalam tubuh gereja itu. Jikalau ASM berhasil, berarti gereja telah
melatih dan mempersiapkan para pemimpin gereja untuk masa yang akan datang.
Memang “anak-anak kecil” yang terlihat hadir di Sekolah Minggu, tapi “anak-anak
kecil” itulah yang beberapa tahun ke depan akan menjadi para pemimpin gereja.
Kualitas para pemimpin gereja di masa yang akan datang, sedikit banyak dapat dilihat
dari bagaimana kualitas Sekolah Minggu yang ada saat ini.

Oleh karena itu, penting dipikirkan bersama, bagaimana membuat ASM menjadi
program yang terintegrasi dengan gereja secara utuh. Bagaimana merangkai program
pembinaan anak secara berkesinambungan hingga kelak mereka remaja dan dewasa.
Melayani ASM merupakan suatu tugas dan tanggung jawab yang berat. Tapi sesuai
dengan janji-Nya, Tuhan Yesus akan senantiasa menyertai dan memberikan kekuatan
bagi setiap kita yang terpanggil melayani di Sekolah Minggu. “…. ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:20)
Tanggung Jawab GSM hanya dapat bertahan kalau pengajar-pengajarnya adalah orang-
orang yang berkepribadian kuat. Gereja dan Sekolah Minggu milik kita bersama.
“Jadilah teladan bagi orang-orang percaya,” (1Timotius 4:12). Sekolah Minggu
diselenggarakan di semua gereja di  Indonesia, namun   pengembangan pelayanannya
belum diusahakan secara maksimal.  Mengingat pentingnya Sekolah Minggu sebagai
wadah persemaian, bukan hanya pengetahuan tentang iman Kristen, melainkan juga
nilai-nilai yang mendukung kehidupan, khususnya kasih terhadap sesama,  keadilan
dan perdamaian,
Menyadari dampak kemajuan zaman dengan diikuti derasnya pengaruh perkembangan
teknologi informasi pada anak-anak saat ini, menjadi pergumulan yang tidak mudah
bagi sekolah minggu untuk mendapatkan guru-guru yang memiliki hati dan motivasi
yang kuat sehingga dapat mendidik anak mengintegrasikan iman di dalam ilmu dan
moral. Amin.

Pelatihan Guru Sekolah Minggu


HKBP Distrik VI Dairi
Tahun 2017 ditetapkan sinode Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) sebagai tahun
Pendidikan dan Pemberdayaan, hal ini menunjukkan bahwa HKBP menyadari bahwa
pendidikan adalah kunci kesejahteraan bagi jemaatnya, khususnya dalam
mempersiapkan generasi penerus Gereja yaitu sekolah Minggu. HKBP menyadari
bahwa masa depan gereja harus dipersiapkan dengan sungguh- sungguh, karena
masa depan anak ditentukan bagaimana kehidupan masa kecilnya tentunya melalui
cara  mendidik anak. 

Untuk menindaklanjuti hal tersebut, Huria Kristen Batak Protestan ( HKBP )


Distrik VI Dairi melaksanakan pembinaan kepada guru-guru Sekolah Minggu HKBP
se-Distrik VI Dairi. Kegiatan tersebut dilaksanakan di HKBP Sidikalang dan diikuti
oleh 260 Guru sekolah Minggu dari 28 Ressort.

Pembinaan Guru Sekolah Minggu ini dibuka oleh Praeses Distrik VI Dairi
( Pdt. W. Sitorus, M.Th ). Dalam sambutannya beliau menyampaikan ucapan
terimakasih kepada semua Guru Sekolah Minggu yang telah melaksanakan
pelayanan dengan sukarela dan sukacita, beliau juga menegaskan kepada seluruh
pelayan Fultimer   agar sungguh-sungguh membina guru sekolah Minggu. Karena
Sekolah Minggu adalah Generasi yang harus kita persiapkan dengan sungguh-
sungguh agar dapat melanjutkan pelayanan HKBP di masa yang akan datang.

Pembicara dalam kegiatan pembinaan ini adalah para pendeta fultimer yang
telah mengikuti TOT di kantor pusat. Adapun materi yang diberikan  adalah
Penguatan: Motivasi Pelayanan sekolah Minggu, Psykologi perkembangan Anak
dan Dasar Pengajaran dan Teologi.

             Pdt. Andy Lumbangaol,S.Th menyampaikan bahwa mengajar sekolah


Minggu adalah tugas yang berat yang harus dipertanggungjawabkan Gereja.
Tujuan Sekolah Minggu adalah membantu orangtua untuk mendidik anak-anak
mengenal Allah Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus dan memberi kesempatan
kepada anak-anak beribadah dan belajar iman Kristen bersama-sama.

Motivasi mengajar sekolah Minggu pasti berbeda-beda, namun diharapkan


motivasi semua Guru Sekolah Minggu  adalah motivasi rohani atau motivasi yang
berkualitas, berdasarkan kasih kepada Kristus yang sudah mati bagi kita.
Sebagai persembahan dan ungkapan syukur atas karya Kristus dalam hidup kita.
Dari penghayatan akan kasih dan pengorbanan Kristus itulah motivasi rohani
berakar, bertumbuh, dan terwujud dalam ungkapan syukur, yang diungkapkan
dalam bentuk pelayanan kepada anak-anak.Guru sekolah minggu harus memiliki
semangat, cita-cita dan mimpi untuk melakukan sesuatu yang
bermakna,memiliki cita-cita untuk menjadi kaya di dalam iman, menghindari
kekeringan dalam kehidupan tapi terus terisi oleh kepercayaan supaya hidup
menjadi berkat bagi semua.

Pdt. Jhon Simbolon, S.Th juga menjelaskan Psikology Perkembangan Anak


harus benar-benar dipahami oleh guru-guru sekolah Minggu. Keberhasilan guru
sekolah Minggu dalam menarik minat sekolah Minggu untuk mau belajar
ditentukan oleh pemahaman akan psikology anak. Beliau menjelaskan cara
memahami gerak, tingkah laku, minat dan bakat anak juga cara menciptakan
sesuatu yang memotivasi anak datang ke sekolah Minggu. Jangan memaksakan
selera kita sendiri tetapi kita harus memberikan pengajaran sesuai pribadi dan
dunia anak.

Pdt. Yahaziel Panjaitan,M.Th juga menyampaikan agar dalam mengajar


sekolah Minggu hendaknya guru sekolah Minggu HKBP berpedoman atau
menggunakan buku-buku ajaran HKBP seperti  Bibel, Buku ende, Agenda,
Konfessi, RPP dan Khatekhismus juga lagu-lagu sekolah minggu HKBP, agar
sekolah Minggu HKBP dapat  memahami ajaran HKBP secara utuh, memahami
budaya HKBP dan benar-benar memiliki iman kepercayaan yang tak pernah
kering, dan setia dalam mengikuti Ibadah HKBP.
Pembinaan Guru sekolah Minggu ini berjalan dengan baik dan aman, Guru-guru
sekolah Minggu sangat senang dengan adanya pembinaan untuk semakin paham
dalam melayani, mengajar dan mendidik sekolah Minggu.

Dalam kegiatan ini guru-guru sekolah minggu menyampaikan kepada pimpinan


HKBP Distrik VI Dairi agar pembinaan Guru sekolah Minggu dilaksanakan secara
berkesinambungan minimal sekali dalam tiga atau enam bulan sebagai wadah
untuk belajar dan evaluasi pelayanan.

 Guru-guru sekolah Minggu berharap melalui pembinaan ini Guru sekolah Minggu
mampu mempersiapkan anak –anak menjadi agen perdamaian di era digital ini.
Agar sekolah Minggu mampu menjadi garam dan terang di dalam hidupnya.

Berikut ini materi Pembinaan Guru Sekolah Minggu yang pernah diadakan di HKBP
Lubuk Baja, Ressort Batam oleh Pdt. Victor Tinambunan, M.Th

Semoga bermanfaat bagi kita semua, khususnya Sekolah Minggu.


Liturgy: Apa yang Tuhan kerjakan dalam hidup kita dan ciptaanNya dan respon kita
kepada-Nya melalui: Pujian, penyerahan diri & komitemen

INSPIRATIF terdiri dari kata In + Spirit:

 In = Didiami oleh Roh Tuhan


 Spirit = Merelakan diri dipimpin oleh Roh Tuhan

Pengertian Ibadah Anak yang Inspiratif:

1. Ibadah yang menolong anak-anak bertumbuh dalam pimpinan Roh Tuhan


2. Ibadah adalah untuk kemuliaan Tuhan, bukan masalah ‘selera’ manusia.
3. Ibadah menolong anak ‘mencintai Tuhan’, bukan terutama mencintai ‘Tata
Ibadah’ tertentu. (contoh: Jangan dipaksa berdoa )
4. Ibadah yang ‘meneguhkan’ hati anak-anak akan kasih dan penerimaan Tuhan
(contoh: anak menangis tiap malam takut neraka; gambaran Allah yang seram
dan masa depan suram)

Empat Prinsip Dasar Ibadah

1. Benar: Berdasarkan firman Tuhan – menyambut Tuhan dan kehendak-Nya


(bukan masalah selera)
2. Baik: Rangkaian Ibadah yang tertata ‘rapi’, sesuai keadaan anak, situasi tempat,
dan sebagainya.
Meneguhkan: tidak menakut-nakuti
3. Jelas: Setiap aktivitas dan pesan dapat ditangkap dan dipahami.
4. Menarik: Membantu anak menghayati inti ibadah.

Tata Ibadah (Agenda) Sekolah Minggu HKBP

 Sebuah tradisi yang sudah dipergumulkan penyusunannya, tetapi bisa dibaharui.


 Anak Sekolah Minggu perlu memahami makna urutan dari Votum sampai ke Doa
Berkat (Amin 3x)
 Inti:
– Perjumpaan dengan Tuhan, kini dan di sini.
– Menjalani hidup sehari-hari seirama dengan Tahun Liturgi.
 Dipimpin pelayan tahbisan, dengan kekecualian

Pemimpin Ibadah Sekolah Minggu

 Persiapan diri yang sungguh-sungguh


(Memohon pimpinan Roh Tuhan)
 Melayani Tuhan bersama Tuhan
 Spirit-controled temperamen
(Temperamen yang dikontrol oleh Roh Kudus)
 Anak-anak Sekolah Minggu melihat karya Roh dalam diri guru Sekolah Minggu

Yesus berkata:
Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku;
sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga. (Matius 19:14)

Pelayanan Sekolah Minggu di HKBP


Harus diakui bahwa pada umumnya jemaat HKBP belum sepenuh hati memberikan
perhatian terhadap pelayanan atau pembinaan generasi penerus jemaat, yaitu anak-
anak dan pemuda. Memang, HKBP sudah lama melakukan pelayanan terhadap anak-
anak melalui wadah pelayanan yang dikenal dengan “Sekolah Minggu”. Semua jemaat
HKBP tidak pernah lupa melayani anak-anak dalam Sekolah Minggu. Ketika HKBP
mendirikan jemaat baru, pelayanan Sekolah Minggu tidak dilupakan. Namun, perlu
dipertanyakan, apakah pelayanan sekolah minggu tersebut, dilakukan karena dorongan
oleh kesadaran akan panggilan tugas Kristiani, yaitu melayani (diakonia), bersekutu
(koinonia), dan bersaksi (marturia). Kemungkinan sekali pelayanan sekolah minggu
yang dilakukan jemaat, bukan didorong oleh kesadaran untuk mempersiapkan jemaat
masa depan jemaat.

Ketidaksungguhan jemaat melayani dan melakukan pembinaan terhadap generasi muda


kelihatan dalam program kerja setiap jemaaat. Perhatian jemaaat terhadap pembinaan
generasi muda jauh tertinggal dibandingkan dengan perhatian terhadap pembangunan
fisik gereja, yang hampir menyita semua dana dan daya jemaat. Bukankah anggaran
belanja gereja belum pernah disediakan untuk kegiatan pembinaan ?. Bila parhalado
menyediakan anggaran belanja untuk sekolah minggu itu hanya sebatas mendanai
kegiatan parheheon, perayaan Paskah, dan perayaan Natal.

Sehubungan dengan ketidak sungguhan tersebut, tulisan ini ingin menggugah perhatian
kita untuk menyadari dalam rangka mempersiapkan masa depan gereja, betapa
pentingnya pembinaan (pelayanan) terhadap generasi muda, khususnya anak-anak.
Supaya semakin disadari betapa pentingnya pembinaan tersebut, perlu disimak makna
pepatah orang asing yang mengatakan :

* Bila anda mau hidup tiga bulan tanamlah jagung;


* Bila anda mau hidup enam bulan tanamlah ubi;
* Bila anda mau hidup satu tahun tanamlah padi;
* Bila anda mau hidup lima tahun tanamlah kelapa
* Bila anda mau hidup seratus tahun tanamlah pendidikan (pembinaan)
* Bila anda mau hidup selamanya tanamlah iman, pengharapan dan kasih.

Masih dalam kaitan pepatah diatas, penggubah lagu Tapanuli terkenal, Nahum
Situmorang dalam salah satu nyanyian ciptaannya “Anakhonhi do hamoraon di au”
mengisahkan betapa orang Batak menempatkan anak sebagai tumpuan segalanya
dalam hidupnya. Anak yang kita yakini adalah anugerah mahal dari Tuhan, boleh
menjadi harta yang paling mahal dalam keluarga, hanya melalui pembinaan yang
berdasar kepada Firman Tuhan.

Apabila kita menginginkan HKBP eksis dan lestari sepanjang zaman, sudah sepatutnya
HKBP bangkit segera memberi perhatian yang serius melayani anak-anak. Tugas gereja
adalah membina manusia menjadi manusia yang berkwalitas dalam iman, setia kepada
Yesus.

1. Dasar dan Motivasi Orang Kristen Membina Anak-anak


Landasan pelayanan orang Kristen (jemaat) melakukan pembinaan, pengajaran
terhadap anak-anak, adalah Firman Tuhan yang tertulis dalam Alkitab, yaitu :

a. Orang Kristen (jemaat) harus mengajar anak-anak karena Tuhan Yesus


memerintahkan hal itu dilakukan. Dalam Matius 28, 20, Tuhan Yesus memberikan tugas
kepada orang Kristen untuk mengajarkan Firman Tuhan. “Ajarilah”, demikian perintah
Tuhan Yesus kepada para muridNya. Dalam Pasal 28, ayat terakhir Injil Matius tersebut,
diperlihatkan bahwa tugas “mengajar” adalah bagian dari tugas panggilan orang Kristen
sebagai murid Kristus. Mengajar anak-anak, dan mengajar semua lapisan manusia, baik
orang dewasa maupun anak-anak.

b Dalam Markus 10, 14, dikatakan bahwa anak-anak termasuk pewaris dalam kerajaan
sorga. Itu sebabnya gereja melayankan “baptisan kudus” kepada anak-anak. Karena
baptisan yang diterima anak-anak ketika mereka masih bayi, belum mereka mengerti, itu
sebabnya orang tua dan jemaat perlu mengajari mereka, tentang “baptisan” tersebut.
Kemudian, setelah mereka memasuki masa remaja, adalah tadisi gereja, memberikan
pelajaran sidi kepada anak-anak sebagai lanjutan dari pengajaran yang dilakukan dalam
sekolah minggu.

c. Berdasarkan Efesus 6, 4, yang mengatakan “…didiklah mereka di dalam ajaran dan


nasehat Tuhan …”, orangtua ditugaskan Tuhan bukan hanya memenuhi kebutuhan
jasmani si anak, juga ditugaskan untuk mengusahakan kebutuhan rohani mereka yaitu
mendidik mereka ‘dengan dan sesuai” dengan Firman Tuhan.

d. Pengajaran kepada anak-anak adalah merupakan penggenapan janji orangtua


kepada Tuhan, ketika orangtua membawa anaknya menerima baptisan di gereja. Di
dalam acara baptisan, orangtua berjanji bahwa mereka bersedia mengajar anaknya
“dengan dan sesuai” dengan Firman Tuhan. Dengan kata lain, boleh dikatakan,
pengajaran yang dilakukan di sekolah minggu dan di dalam keluarga adalah pengajaran
yang mempersiapkan anak-anak menerima pelajaran sidi. Pelajaran yang mereka
terima di Sekolah minggu menjadi dasar pengetahuan mereka dalam kelas sidi.
Pelajaran yang mereka terima di sekolah minggu dilengkapi dan disempurnakan dalam
kelas sidi. Kelas sidi adalah masa pengajaran yang membina remaja gereja supaya
mereka bertumbuh menjadi jemaat yang dewasa dalam iman, atau membina mereka
menjadi manusia yang mengenal Tuhan dan kehendakNya, dan oleh pengenalan itu
perilaku kehidupan mereka seharihari sesuai dengan kehendakNya.

Melalui ayat-ayat di atas, Tuhan memberikan tugas dan tanggung jawab untuk
mengajarkan Firman Tuhan kepada anak-anak, supaya mereka bertumbuh menjadi
jemaat yang hidup dan beriman kepada Tuhan Yesus.

2. Tujuan Pengajaran Sekolah Minggu


Tujuan Pengajaran dalam Sekolah Minggu tidak sama dengan tujuan pengajaran agama
Kristen di sekolah umum. Jemaat Kristen melakukan kegiatan pelayanan sekolah
minggu bukan dimotifasi masalah tidak ada guru agama Kristen di sekolah umum.
Tujuan utama pelayanan Sekolah Minggu, adalah : Agar sedini mungkin anakanak
percaya kepada Tuhan Yesus. Pengajaran yang diberikan di Sekolah Minggu menjadi
bekal dasar kehidupan rohani mereka. Pengajaran yang mereka terima di Sekolah
Minggu diharapkan menanamkan iman di hati mereka, sehingga mereka dimampukan
mengaku imannya melalui perbuatan dalam hidup seharihari. Dengan pengajaran yang
mereka terima di sekolah minggu, mereka dibekali dengan pedoman hidup yang boleh
mempengaruhi kehidupan kelak menjadi orang beriman. Menurut para ahli ilmu jiwa
anak-anak “masa anak-anak adalah kesempatan yang lebih baik dalam kehidupan
manusia untuk menanamkan etika kehidupan. Pendapat tersebut, sesuai dengan
pepatah orang Batak yang mengatakan :“ditingki poso do hau boi sihorsihoron, anggo
dung matua dang tarpatigor be.” Maksudnya : pohon yang tumbuh tidak lurus dapat
diluruskan ketika masih kecil, bila pohon sudah terlanjur besar tidak mungkin lagi
diluruskan. Demikian halnya dengan manusia, kesempatan yang lebih baik mengajar
seseorang menjadi manusia yang percaya kepada Tuhan, adalah pada masa anak-
anak. Apabila si anak sejak dini diajari mengenal Tuhan, kelak setelah dewasa dia
menjadi seseorang yang dekat dengan Tuhan. Dengan kata lain, apa yang kita lakukan
sekarang dalam kehidupan anak-anak, itulah adalah usaha yang menetukan sekali
dalam kehidupan mereka pada periode berikutnya. Dengan demikian, alangkah baiknya
bila orang Kristen selalu merenungkan Amsal Sulaiman 26, 26 “didiklah orang muda
menurut jalan yang patut baginya, maka masa tuanya ia tidak akan menyimpang dari
jalan itu”.

3.Bentuk Penmgajaran Sekolah Minggu Di HKBP

3.a Sekolah dihari minggu.


Sesuai dengan namanya “sekolah minggu”, kegiatan itu dilakukan pada hari minggu.
Sudah menjadi tradisi di HKBP, dan di jemaat Batak lainnya, pelayanan terhadap anak-
anak hanya dilakukan pada hari minggu. Kenyataan itu menunjukkan ada
ketidakseimbangan didalam pelayanan gereja terhadap orang dewasa dengan
pelayanan terhadap anak-anak. Selain pelayanan kebaktian hari minggu terhadap orang
dewasa, gereja melayani orang dewasa diluar hari minggu. Antara lain, sermon kaum
ibu pada hari Kamis, yang dikenal dengan kegiatan “Parari kamis”, Koor dan
Penelaahan Alkitab (PA) Pemuda, Sermon dan koor kaum bapak; partangiangan wyik,
dan pelayanan lainnya. Sementara pelayanan terhadap anak-anak hanya dilakukan
pada hari Minggu. Mengingat betapa pentingnya pelayanan terhadap anak-anak
sebagai jemaat masa depan, dan mengingat tantangan zaman yang boleh merusak
kehidupan khususnya anak-anak kristiani, sudah saatnya Gereja memikirkan pelayanan
yang lebih serius dan intensif terhadap anak-anak. Sudah saatnya jemaat,
merencanakan dan melakukan pelayanan anak-anak di luar hari Minggu. Pelayanan di
hari Minggu perlu berlanjut diluar hari Minggu. Gagasan ini bersumber dari masalah
yang dihadapi anak-anak khususnya di daerah yang penduduknya mayoritas Islam,
termasuk di Kepulauan Riau, dimana anak-anak Kristen tidak menerima pelajaran
agama Kristen di sekolah karena sekolah umum tidak seluruhnya memiliki guru untuk
mata pelajaran agama Kristen. Dengan kata lain, diluar pelayanan Sekolah Minggu, si
anak tidak pernah menerima pelajaran yang berhubungan dengan agama Kristen. Di
dalam keluarga sendiri, karena kesibukan orangtua, si anak sama sekali tidak pernah
menerima pengajaran iman Kristen, padahal tugas tersebut adalah tanggungjawab
orangtua. Sangat disesalkan, ada diantara orangtua yang tidak pernah mengajak atau
mengajar anak-anak berdoa. Padahal “doa” adalah merupakan “nafas” kehidupan orang
Kristen. Disamping nafas kehidupan rohani, doa adalah bukti seseorang anak Tuhan.
Saya pernah kesal, kaget dan hampir marah, melihat seorang pelajar sidi yang usianya
20 tahun lebih. Dia minta maaf dan mengatakan tidak dapat berdoa, ketika saya
menyuruh dia berdoa untuk mengakhiri pelajaran sidi. Saya tidak pernah menyangka,
bahwa masih ada orang Kristen yang belum tahu berdoa, padahal orang tersebut aktif di
gereja. Itu salah satu contoh yang menunjukkan bahwa orangtua belum berperan
sebagai “guru utama” dan “guru pertama” di dalam kehidupan rohani anak-anak.
Masalah tersebut merupakan cambuk bagi gereja untuk segera memikirkan pelayanan
yang serius terhadap anak-anak.

3.b Pelayanan di Kelas (Horong).


Sinode Godang HKBP tahun 1962, menetapkan bahwa pelayanan terhadap anak-anak
di sekolah Minggu, dimulai dengan kebaktian bersama, sesuai dengan Liturgi (Agenda)
kebaktian Sekolah Minggu HKBP. Setelah kebaktian bersama, anak-anak masuk ke
kelas masing masing, sesuai dengan kelas yang ditentukan. Pembagian kelas Sekolah
Minggu, adalah :

~ Kelompok kecil (Horong I) terdiri dari anak kecil, TK dan Kelas 1–2 Sekolah Dasar
(SD);
~ Kelompok tanggung, (Horong II), terdiri dari kelas 3 dan 4 SD
~ Kelompok besar (remaja), terdiri dari kelas 5, 6 SD dan Sekolah Lanjutan Pertama.

3.b.1 Kebaktian
Palayanan Sekolah Minggu diawali dengan kebaktian bersama. Semua anak-anak dari
semua horong bersamasama berkumpul di gereja, atau di sari tempat yang ditentukan
untuk mengokuti kebaktian. Kebaktian Sekolah Minggu diusahakan tidak lebih 25 menit,
dengan liturgi yang sudah ditetapkan. Mulai tahun 1984, Agenda, Liturgi Sekolah
Minggu, disediakan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Batak. Seharusnya kebaktian
Sekolah Minggu dilayani Parhalado. Karena, sesuai dengan konfessi HKBP, hal-hal
yang berhubungan dengan “kebaktian” adalah merupakan ttugas dan tanggungjawab
Parhalado. Namun di kebanyakan jemaat HKBP Parhalado kurang peduli memimpin
kebaktian Sekolah Minggu. Karena pada umumnya Parhalado HKBP kurang peduli
terhadap pelayanan Sekolah Minggu, dalam penjelasan pemakaian Agenda Kebaktian
Sekolah Minggu dikatakan, guru Sekolah Minggu boleh memimpin kebaktian Sekolah
Minggu, dengan catatan : Guru Sekolah Minggu yang memimpin kebaktian tidak boleh
membacakan “votum introitus” dan “berkat”.

Adapun alasan kebaktian Sekolah Minggu tidak lebih dari 25 menit, atau tidak boleh
terlalu lama, karena tujuan kebaktian itu adalah :
1. Membiasakan anak menyembah dan memuji Tuhan. Kebaktian Sekolah Minggu
bertujuan membiasakan anak mengetahui dan mengenal Tuhan, yaitu Tuhan yang
dikenal orang Kristen dalam diri Yesus Kristus. Sedini mungkin, melalui kebaktian
mereka dibiasakan untuk menyembah dan memuja Tuhan.
2. Mempersiapkan anak mengenal ibadah kebaktian HKBP. Kebaktian Sekolah Minggu
merupakan usaha awal untuk mempersiapkan si anak mengenal cara dan bentuk
ibadah kebaktian HKBP.
3. Membiasakan anak mensyukuri berkat Tuhan. Melalui persembahan mereka, anak
diajak untuk berterimakasih kepada Tuhan atas berkatNya yang mereka terima.
Disamping itu, dengan memberikan persembahan, kepada si anak ditanamkan rasa
tanggungjawab untuk memberitakan injil. Melalui persembahan itu si anak diajari untuk
turut bertanggung jawab dalam hal pelaksanaan pekerjaan Tuhan di dalam jemaat dan
di luar jemaat.
4. Memperkaya pengetahuan mereka tentang Firman Tuhan. Menurut
Pdt.J.N.Simaremare (mantan Direktor Departemen Sekolah Minggu HKBP periode 1964
– 1974) dalam bukunya “Buku Penuntun Di Sekolah Minggu”, cetakan ke II 1974
halaman 74, dalam kebaktian Sekolah Minggu kita belum saatnya menyampaikan
“khotbah”. Di dalam penjelasan agenda kebaktian sekolah minggu dikatakan bahwa
“khotbah” dalam kebaktian anak-anak adalah dalam pengertian “penyampaian
kesimpulan perikop”. Dengan kedua kutipan itu jelas bahwa bukan khotbah yang
disampaikan di dalam kebaktian Sekolah Minggu.

Sehubungan dengan kebaktian Sekolah Minggu, alangkah baiknya anak-anak


mengetahui perkembangan Sekolah Minggu melalui warta jemaat. Di dalam warta
jemaat diwartakan, misalnya, tentang yang sakit dari antara anak-anak Sekolah Minggu,
yang berulang tahun minggu depan atau minggu yang lalu dan lain-lain yang
berhubungan dengan Sekolah Minggu. Perlu juga diwartakan jumlah persembahan
mereka pada minggu lalu. (Berkenaan dengan persembahan Sekolah Minggu,
diingatkan bahwa 25% dari persembahan setiap minggu harus disetor ke Seksi Sekolah
Minggu di Kantor Pusat HKBP Pearaja Tarutung).

3.b.2 Belajar di Kelas


Selesai kebaktian, anak-anak masuk ke kelas sesuai dengan pembagian kelasnya.
Pembagian kelas perlu sekali untuk mempermudah si Guru Sekolah Minggu
menyesuaikan materi pelajaran, dan cara penyajian, sesuai dengan daya tangkap si
anak. Selama lebih kurang 45 menit, si guru menjelaskan pelajaran dari perikope Alkitab
yang ditentukan dalam Almanak HKBP. Disamping pelajaran dari perikop yang
ditentukan, perlu disampaikan pelajaran tambahan dari Padan na Robi napinajempek
(PRP) atau dari Padan na Imbaru na Pinajempek (PIP). Perikop dan cerita Alkitab
tersebut seharusnya dibahas dalam sermon Guru Sekolah Minggu. Sermon tersebut
sangat perlu untuk membekali guru Sekolah Minggu mempersiapkan bahan pelajaran.
Guru Sekolah Minggu diharuskan mengikuti sermon. Sangat berbahaya, jika guru
sekolah minggu berani mengajarkan Firman Tuhan kepada anak-anak, padahal tidak
hadir dalam sermon atau belum memahami Firman tersebut.
Dari nats (perikop) yang ditentukan, si guru mengolah pelajaran dalam bentuk cerita,
bukan khotbah atau penelaahan Alkitab. Khotbah berbeda dari cerita (berita), karena
bercerita adalah menyampaikan Firman Tuhan dalam bentuk cerita. Dengan
penyampaian dalam bentuk cerita, apa yang diberitakan dalam nats Alkitab seolah-olah
terjadi kembali dihadapan sianak. Dengan bercerita, Guru Sekolah Minggu berusaha
supaya si anak boleh merasakan makna cerita Alkitab itu dalam kehidupannya.
Sedangkan khotbah adalah suatu renungan dari perikop atau satu ayat Alkitab, yang
diolah melalui analisa ilmiah, tafsiran, dan sejarah. Khotbah disampaikan dalam bentuk
pernyataan, kritikan dan penghiburan. Itu sebabnya, bentuk khotbah belum sesuai
dengan daya tangkap anak-anak. Metode cerita adalah metode yang paling sesuai
dengan kehidupan, dan keinginan mereka yang selalu tertarik akan cerita. Guru Sekolah
Minggu yang baik dan pintar, adalah seseorang yang pandai mengolah pengajarannya
dalam bentuk cerita yang menarik kepada si anak.

3.c Buku-buku Pembantu Guru Sekolah Minggu


Untuk melengkapi guru-guru Sekolah Minggu mempersiapkan bahan pengajaran,
mereka perlu memiliki buku-buku sebagai berikut:
~ Almanak HKBP

Almanak HKBP adalah buku yang berisikan ayat dan perikop Alkitab yang seharusnya
dibaca dan direnungkan setiap hari. Di samping ayat harian, di dalamnya ditentukan
perikop bacaan Alkitab dan perikop khotbah setiap hari Minggu dan Hari raya Kristen.
Dalam Almanak HKBP yang terbit sekali setahun, ditentukan perikop Alkitab yang
diajarkan kepada Sekolah Minggu, kumpulan Perempuan, Pemuda dan Bapak. Di dalam
Almanak, dicatat sejarah perkembangan dan pelayanan HKBP, tentang statistik dan
jumlah jemaat, Resort dan Distrik, termasuk nama nama Pendeta HKBP.
~ Buku Pemandu Guru Sekolah Minggu

Sejak tahun 1982, HKBP menerbitkan Buku Pemandu Guru Sekolah Minggu. Buku ini
diterbitkan secara reguler per-semester oleh Seksi Sekolah Minggu HKBP di Kantor
Pusat HKBP Pearaja Tarutung. Di dalam Buku Pemandu dijelaskan cara penyajian
perikop Alkitab setiap Minggu dan Pesta, yang ditentukan menjadi bahan pengajaran
Sekolah Minggu dalam Almanak HKBP. Disamping penjelasan ayat, diberikan juga
tujuan nats, dan cara penyajiannya kepada kelompok kecil, tanggung dan remaja.
~ Buku PRP dan PIP

Buku PRP (Padan Na Robi Na Pinajempek) dan PIP (Padan Na Imbaru Na Pinajempek)
adalah dua dua buku ringkasan isi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, yang disajikan
dalam bentuk ceritera. Buku PRP dan PIP sangat perlu dimiliki Guru Sekolah Minggu
sebagai buku pelengkap. Sebelum Buku Pedoman Guru Sekolah Minggu diterbitkan
oleh Departemen Sekolah Minggu HKBP, buku PRP dan PIP sudah memiliki saham
yang demikian berharga dalam pelayanan Sekolah Minggu di HKBP, karena buku inilah
satu-satunya buku pegangan Guru Sekolah Minggu di HKBP.
~ Katekhismus Luther

Buku Katekhismus Luther adalah sebuah buku kecil yang dikarang Dr.Marthin Luther
pada tahun 1529. Di dalamnya reformator Marthin Luther menjelaskan arti kesepuluh
hukum Taurat, Pengakuan Iman Rasuli, Sakramen dan Doa Bapa kami. Dalam akhir
buku tersebut Luther menuliskan contoh doa yang praktis untuk anak-anak, misalnya
doa sebelum dan sesudah makan, doa di sekolah, dan lain-lain. Buku ini cukup dikenal
di HKBP, karena sejak dulu buku ini dipakai HKBP sebagai buku pegangan di Sekolah
Minggu, juga di dalam pelajaran sidi.
Untuk melengkapi bahan pelajaran Sekolah Minggu, setiap hari Minggu, Guru Sekolah
Minggu perlu mengajarkan satu pasal dari khatekismus, dan satu nomor nyanyian dari
Buku Ende HKBP. Disamping metode bercerita, seorang Guru Sekolah Minggu harus
mampu menciptakan cara yang menarik sehingga si anak tertarik menimak pelajaran
yang disampaikan. Umpamanya, dengan cara tanya jawab, dengan cara menghafalkan
ayat Alkitab, memaki alat peraga, metode menggambar, metode sandiwara, metode
klipping koran, metode pengajaran nyanyian, metode aktivitas, dan metode PR
(Pekerjaan Rumah). Tidak kalah perlunya apabila setiap akhir bulan Guru Sekolah
Minggu mengadakan evaluasi belajar.

5. Guru atau Pengajar Sekolah Minggu

Menurut Alkitab, guru utama dan pertama yang bertanggungjawab mengajarkan Firman
Tuhan kepada si anak adalah orangtua. Ketika orangtua membawa anaknya dibaptis di
gereja, mereka telah berjanji kepada Tuhan, bahwa mereka harus mengajarkan Firman
Tuhan kepada anaknya. Janji tersebut menunjukkan bahwa sebenanya, penanggung
jawab utama dalam hal pengajaran Firman Tuhan adalah orangtua, (baca.Epesus 6 , 4;
Ul 6, 7). Namun, kenyataannya orangtua lalai melalukkannya bahkan mengalihkan
tanggungjawab tersebut kepada gereja.

Guru kedua yang bertanggungjawab dalam tugas pengajaran Firman Tuhan adalah
gereja (parhalado), dibantu oleh Guru Sekolah Minggu. Guru Sekolah Minggu adalah
pengemban atau pelaksana tugas parhalado. Karena parhalado cukup sibuk dengan
tugas pengembalaannya, tugas pengajaran tersebut diserahkan pada anggota jemaat
yang bersedia melakukan tugas tersebut. Walaupun Guru Sekolah Minggu cukup
jumlahnya dan mampu melaksanakan tugas tersebut. Parhalado tidak boleh
melepaskan diri dari tugas tersebut. Dalam rangka pelayanan Sekolah Minggu
parhalado harus memikirkan sarana dan kebutuhan yang diperlukam pelayanan Sekolah
Minggu.

Dalam upaya mengusahakan pelayanan yang terbaik kepada anak-anak sekolah


minggu, Parhalado harus berusaha mencari dan mempersiapkan serta membekali calon
guru Sekolah Minggu dari kalangan naposobulung, Ama, Ina dan ruas lainnya. Guru
Sekolah Minggu harus mendapat persetujuan dari Parhalado, dan persetujuan tersebut
disyahkan oleh Pendeta Resort. Selanjutnya pengangkatan Pendeta Resort tersebut
diwartakan dalam kebaktian. Dalam jemaat HKBP seseorang yang diterima menjadi
guru Sekolah Minggu adalah anggota jemaat yang sudah “manghatindanghon
Haporseaon” (lepas sidi), yaitu seseorang yang sudah menyatakan pemahamannya,
kedewasaannya dan pengakuan dirinya akan Firman Tuhan. Disamping syarat-syarat
tersebut, seorang

Guru Sekolah Minggu harus memenuhi syarat berikut :


*  Percaya kepada Tuhan Yesus
Guru Sekolah Minggu adalah orang yang sungguh-sungguh percaya dan yakin kepada
Tuhan Yesus. Boleh dibayangkan, betapa besarnya bahaya yang terjadi, apabila ada
guru Sekolah Minggu yang belum percaya, yang masih ragu dan sangsi akan kuasa
Firman Tuhan. Seorang guru Sekolah Minggu yang masih belum percaya kepada Tuhan
Yesus namun mengajar Sekolah Minggu, adalah bagaikan orang buta yang menuntun
orang buta. Itu sebabnya seorang Guru Sekolah Minggu sesuai dengan 1 Petrus 5, 1,
adalah “saksi Kristus”.
* Memiliki cinta kasih
Berdasarkan 1 Petrus 5, 2, seorang guru Sekolah Minggu harus menjauhkan sikap
“terpaksa” dari pelayanannya. Pelayanan orang Kristen terhadap sesamanya harus
didorong oleh “kasih”. Motivasi pelayanan guru Sekolah Minggu adalah kasih yang
diterima dari Tuhan Yesus. Dalam hal ini setiap guru Sekolah Minggu harus merasakan
bahwa anak yang dilayani adalah anak atau adiknya sendiri. Seorang pelayan yang
tidak memiliki kasih terhadap anak asuhnya, pasti merasakan tugasnya sebagai beban
berat, sehingga boleh saja dia bersikap seperti sikap ibu tiri terhadap anak tirinya.

* Menjadi panutan dan teladan


Berdasarkan 1 Petrus 5, 3, guru Sekolah Minggu harus bersikap dan berperilaku yang
baik, sehingga menjadi contoh bagi anak asuhnya. Sikap dan perangai yang baik
tersebut, menjadi contoh kepada si anak, bahwa yang diajarkan terlihat dalam hidup
Gurunya. Guru Sekolah Minggu seharusnya memelihara gerak dan langkah yang baik
dan sopan dihadapan anak-anak, karena si anak sungguh peka dan selalu
memperhatikan sikap gurunya. Itu sebabnya, ada peribahasa “Guru makan berdiri,
murid makan berlari”. Sikap kita akan menjadi contoh bagi sianak, contoh jelek apabila
sikap kita jelek, contoh baik apabila sikap kita baik. Tidak akan mungkin si anak
mendengar pengajaran kita, apabila sikap kita bertentangan dengan yang kita ajarkan.
Sebaiknya Guru Sekolah Minggu menghindarkan sikap yang dapat membuat si anak
menjadi tidak percaya kepada kita. Guru Sekolah Minggu harus menjadi “panutan dan
teladan”, di mata anak sekolah minggu, seperti pepatah orang Jawa yang mengatakan
“Ing ngarso sung tulodo, ing madio mangun karso, Tut wury Handayani “ (di depan
menjadi teladan, di tengah membangkitkan semangat, di belakang memberikan
dorongan). Keteladanan seperti itu yang diharapkan orang Batak dari seorang
pemimpin. Menurut orang Batak partogi (pemimpin) harus menunjukkan sikap yang
baik, sehingga “dijolo ibana aduon, dipudi ibana paimaon” (di depan harus dikejar,
dibelakang harus ditunggu).

* Rajin belajar
Berdasarkan 1 Timotius 3, 14, seorang Guru Sekolah Minggu harus rajin membaca dan
menambah pengetahuannya. Menambah pengetahuan melalui pembacaan buku-buku
yang berhubungan dengan Alkitab dan Iman Kristen. Menambah pengetahuan bukan
hanya yang berhubungan dengan Alkitab, juga pengetahuan umum, Ilmu mendidik, dan
mengajar (didaktik), ilmu jiwa (anak), dan lain-lain. Khususnya tentang Alkitab, guru
Sekolah Minggu harus mempelajari dogma yang dianut HKBP (Konfessi HKBP), serta
aturan HKBP.

* Tekun berdoa
Seturut dengan Epesus 6, 18–20, seorang Guru Sekolah Minggu harus tekun dalam
doa, sehingga Tuhan senantiasa memberi kekuatan kepadanya untuk memberitakan
Firman Tuhan. Doa adalah senjata dan kekuatan di dalam diri orang Kristen. Guru
Sekolah Minggu, perlu diingatkan, jangan berangkat ke Sekolah Minggu sebelum
berdoa.

* Disiplin memanfaatkan waktu


Sesuai dengan 1 Korintus 14, 40, seorang Guru Sekolah Minggu harus hidup teratur,
berdisiplin dalam segala hal, apalagi dalam pemakain waktu. Seorang Guru sekolah
minggu harus disiplin. Guru Sekolah Minggu harus menunjukkan kepada anak sekolah
Minggu, bahwa waktu adalah karunia Tuhan yang amat berharga dalam kehidupan
manusia. Dalam pemakaian waktu, Guru Sekolah Minggu harus menjadi contoh bagi si
anak. Apabila kebaktian Sekolah Minggu ditentukan dimulai pukul 07.00 WIB, guru
sekolah minggu harus tiba di gereja 15 menit sebelum kebaktian dimulai. Adalah
kesalahan besar apabila anak sekolah minggu yang menunggu kehadiran guru. Harus
disadari bahwa masa anak-anak adalah kesempatan yang paling baik untuk melatih si
anak menjadi orang yang teratur dan berdisiplin.

* Mencintai HKBP
Seorang guru Sekolah Minggu HKBP harus mencintai HKBP. Setiap pelayan HKBP
harus mengenal HKBP, baik struktur organisasinya demikian juga pola-pola
pelayanannya sebagai tubuh Kristus. Dalam hal ini kita pinjam pepatah orang Inggris
yang mengatakan “To love it you must know it, to know it you must it” artinya, hanya
dengan mengenal seseorang itu kita dapat mencintainya. Akhir-akhir ini banyak
Parhalado HKBP yang mencela HKBP. Sebenarnya dia mencela HKBP karena dia
belum mengenal siapa dan apa kegiatan pelayanan HKBP. Kita boleh mengenal HKBP
melalui Aturan yang berlaku di HKBP, melalui Konfessinya, dan Siasat gerejanya.
Aturan HKBP serta Sia.sat gereja adalah pedoman pelayanan HKBP. Aturan, Siasat dan
Konfessi HKBP seharusnya ditaati oleh ruas dan parhalado HKBP.

Dengan demikian, jika HKBP menginginkan kwalitas pelayanan Sekolah Minggu yang
lebi baik, sudah seharusnya HKBP menyediakan Balai Latihan Pelayanan (BLP) Guru
Sekolah Minggu. Melihat tantangan yang dihadapi gereja sekarang dan besok, hal itu
mendesak dilakukan. Disamping itu, masingmasing jemaat HKBP harus selektif memilih
orang yang menjadi Guru Sekolah Minggu. Sebelum seseorang ditetapkan menjadi guru
Sekolah Minggu, dia perlu dibina, ditatar (dilatih). Dalam hal memilih guru Sekolah
Minggu perlu dijauhkan prinsip “asal ma naung manghatindanghon haporseaon”. Lepas
sidi bukan jaminan untuk menetapkan seseorang menjadi guru Sekolah Minggu. Masih
melekat dalam ingatan, tradisi sistem pendidikan pada jaman lima, enampuluhan; guru
yang mengajar di Kelas 1 SR adalah Guru Kepala (Kepala Sekolah), atau guru yang
tertua dan berpengalaman. Tradisi tersebut perlu menjadi bahan bagi kita untuk memilih
dan menetapkan guru Sekolah Minggu. Dalam memilih dan menetapkan guru (pengajar)
Sekolah Minggu perlu diperhatikan kepribadiannya, hatauonna (kemampuannya), dan
ketaatannya kepada HKBP.

Penutup
Dengan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa menjadi guru Sekolah Minggu
bukan tugas ringan dan mudah. Apabila motifasi seseorang menjadi guru Sekolah
Minggu, hanya ambisi pribadi, atau hal lain yang tidak sesuai dengan prinsip yang
dipaparkan diatas, sebaiknya jangan menjadi guru sekolah minggu. Karena ambisi
demikian akan merusak pertumbuhan si anak, sekaligus merusak pertumbuhan gereja.
Kelestarian HKBP pada masa yang akan datang, terletak di dalam iman dan usaha
pelayanan kita terhadap generasi penerus (anak-anak).

Kiranya tulisan ini berguna bagi orang yang sudah melayani, atau yang sudah menjadi
guru Sekolah Minggu, dan menjadi pendorong bagi orang yang belum melayani sekolah
minggu untuk bersedia melayani sekolah minggu. Tugas mengajar yang diperintahkan
Tuhan Yesus dalam Matius 28, 19–20, bukanlah tanggungjawab Parhalado, Pendeta,
tetapi adalah tanggungjawab bersama orang Kristen (anggota jemaat).

Pdt.T.P. Nababan, STh

Anda mungkin juga menyukai