Membangun iman anak sekolah minggu sama halnya dengan membangun sebuah
rumah di atas pondasi yang kokoh sehingga ketika badai datang karena rumah
tersebut diatas dasar yang kokoh tidak akan rubuh oleh badai ( Matius 7 : 24 -27).
Demikianlah diharapkan anak-anak sekolah minggu HKBP pada umumnya dan
khususnya di HKBP Sukabumi, agar anak-anak sekolah minggu tidak akan
meninggalkan imannya kepada Tuhan Yesus oleh karena kehidupan duniawi,
misalnya materi dan jabatan setelah ia menjadi dewasa ke depan.
Sessi awal oleh Pdt Dr Jusen Boangmanalu memaparkan materi dengan topik ‘ Metode
Pengajaran Sekolah Minggu.’. Pdt Dr Jusen Boangmanalu mengatakan GSM sangat
penting mengenal anak sekolah minggu dengan baik agar lebih dekat ke sasaran
yakni nama, jiwa dan pribadi mereka. Kedua penting mengenal apa-apa saja yang
menjadi tugas GSM. Ketiga penting menjadikan anak-anak adalah bagian pewaris
Kerajaan Allah. Keempat perlu menjadikan anak-anak pewaris Keselamatan karya
Tuhan Yesus. Dengan demikian maka GSM akan mampu menterjemahkan
penerapan Metode Pengajaran yang baik, demikian ucapnya. Sessi Pdt Dr Jusen
Boangmanalu dilanjutkan pada esok harinya untuk mempertajam lagi dari keempat
diatas. Sessi diisi dengan tanya jawab.
Pada hari kedua Rabu, 03 April 2019 pada pagi hari seusai ibadah pagi, Praeses, Pdt
Drs, Berlin Tamba, M.Div memberikan materi sessi dengan Topik ‘Jatidiri HKBP dalam
Pelayanan yang Holistik.’ Anak Sekolah Minggu mendapat tempat yang urgent dalam
pelayanan HKBP yang holistik. Dalam rangka Taon Ulaon Parasinirohaon HKBP
melayani dengan menekankan diakoni sosial. Guru Sekolah Minggu perlu membekali
dirinya memahami pengetahuan psikologi khusus psikologi anak-anak agar
mampu melayani dengan kebutuhan yang tepat sasaran bagi kehidupan anak-
anak sekolah minggu dalam ajaran Tuhan Yesus secara umum dan ditahun 2019
ini, contohnya ajaran yang berkaitan dengan diakoni sosial . Bagaimana GSM mampu
mengajari anak-anak tentang ‘ Belas Kasihan Allah ‘. Anak-anak perlu diajarkan makna
dan ajaran Tuhan Yesus dan mereka harus tahu dan harus mampu dekat kepada Tuhan
dalam bentuk ‘ mesyukuri belas kasihan Allah’ sehingga anak-anak bisa atau mampu
menterjemahkannya dalam dunia anak-anak. Dan pada gilirannya anak-anak ketika ia
menjadi dewasa ia tetap memiliki jatidiri pengikut Kristus dan menjadi berkat bagi dunia.
‘
Sesungguhnya anak-anak adalah milik pusaka dari Tuhan. Oleh sebab itu GSM
berperan penting dalam menentukan perkembangan iman anak-anak ke
depannya. Dalam PL dan PB anak-anak begitu berharga, karenanya Gereja harus
menganggap pelayanan kepada anak-anak sama pentingnya dengan pelayanan
lainnya. Menjadi GSM adalah sebuah kebahagiaan dalam tugas pelayanan. Apa
yang menjadi motivasi GSM ? Hendaklah motivasi menjadi GSM sebagai bagian
ucapan syukur membalas atas kebaikan Tuhan yang sudah rela mati disalib
menebus dosa kita. Kedua hendaklah motivasi menjadi GSM adalah sebagai
‘persembahan kudus’. Ketiga GSM sebagai perpanjangan tangan Tuhan dalam
mendidik anak-anak. Jatidiri HKBP dalam pelayanan ASM ada 2 segmen, yakni
Ibadah Minggu dan Pengajaran . Ibadah sekolah minggu dimulai dengan
penyerahan penyembahan dirinya kepada Tuhan. Dalam Ibadah Minggu itu ada
penerapkan langsung penyembahan kepada Tuhan dengan hidup penuh
kedisiplinan, keteraturan dan tetaatan. Dan segmen kedua adalah pengajaran,
yakni pengajaran Firman Tuhan yang ada di dalam Alkitab dan dengan memakai
kurikulum dan buku nyanyian SKM yang sudah ada serta memakai alat peraga.
Kedua segmen ini perlu dipahami dan dikuasai oleh GSM, ucapnya.
Sessi Pdt Damaiyanti Sinaga, STh ( sedang Study S-2 di STT Jakarta ) memberikan
materi dengan topik ‘ Pengajaran Untuk Sekolah Minggu ‘. Untu mengajar anak-anak
sekolah minggu sangat perlu persiapan pengajaran yang matang. Kesibukan
apapun seorang GSM dia harus ikut sermon GSM dan disitu perlu memahami
kebenaran Firman Tuhan sebelum untuk diajarkan kepada anak-anak. Sebab bila
GSM tidak paham atau salah mengajar akan kebenaran Firman Tuhan maka
taruhannya anak-anak akan menerima ajaran yang salah dan bisa merusak iman
anak-anak. Ibarat gambarannya bahwa anak-anak sedang ‘memakan Kebenaran
Firman Tuhan.’ ( makanan rohani ) lewat pengajaran oleh GSM. Bila benar tidak
masalah. Namun bila salah menyampaikan isi kebenaran Firman Tuhan maka
anak-anak ‘ bisa sakit imannya nantinya. Pendeknya Ibarat bila kita salah makan
makanan yang salah / yang makanan yang tidak baik maka kita bisa sakit perut.
Cara penyampaian pengajaran jangan asal-asalan atau asal disampaikan saja
begitu materinya. Jangan takut menyampaikan materi. Jangan berada di satu
tempat saja. Gunakan gerak bahasa tubuh sebagai media yang geraknya variatif
agar menarik bagi anak-anak dalam menyampaikan pesan pengajaran lewat cerita
yang disampaikan. Ciptakan semangat kreasi yang membangun. Hindari cara
yang bisa membosankan anak-anak, ucapnya. Alat peraga bahasa gerak tubuh
dan atau alat peraga yang kita tampilkan atau kita peragakan adalah media yang
penting dalam menyampaikan pengajaran, ucapnya. Sessi diisi dengan cara-cara
praktek bercerita dengan menggunakan alat peraga atau simbol-simbol.
Acara pembekalan seyogianya ditutup oleh Pdt Ramly Manurung, S,Pak, M.Div namun
berhubung ada pelayanan beliau, maka diwakilkan kepada Pdt Ligat Simbolon, STh.
Ibadah penutupan dipimpin Pdt Ligat Simbolon, STh ( Kabid Koinonia ) sekaligus
menutup acara pembekalan. Sebelum acara penutupan dilakukan penyerahan Tanda
Tali Kasih kepada semua nara sumber oleh HKBP Resort Sukabumi disampaikan oleh
Pdt Resort, Pdt Ramly Manurung, S.Pak, M.Div didampingi Ketua Dewan Koinonia, St.
J. Lumbangaol dan Ibu Biv. Resty Sinaga. Praeses atas nama HKBP Resort Sukabumi
juga menyerahkan Piagam/Sertifikat Pembekalan yang sudah terlaksana bagi seluruh
GSM sebanyak 16 Orang. Turut hadir Ibu Biv. Resty Sinaga, Ketua Dewan Koinonia,
St Jasper Lumbangaol. St. J.E Rajagukguk ( Seksi ASM ). St. H Br Gultom dan Bapak
A.N Sianipar. Selama acara diselang selingi dengan lagu-lagu Buku Ende Sekolah
Minggu HKBP dengan menggerakkan tubuh sehingga suasana menjadi hidup. Usai
penutupan disertai dengan berfoto bersama.
Ada banyak ayat berbicara tentang anak di dalam Alkitab, baik itu di Perjanjian
Lama maupun Perjanjian Baru. Alkitab memberi tempat penting tentang anak-
anak. Setiap anak unik dan berbeda. Mereka pun tumbuh dan berkembang dengan
proses yang berbeda sehingga kemampuan dan bakatnya berbeda-beda.
Mendidik anak bukanlah hal yang mudah apalagi durasi pelayanan di gereja
kepada anak sangat singkat. Diharapkan para GSM setelah mengikuti Pembinaan
ini untuk kedepannya akan lebih baik lagi mempersiapkan diri mereka sebelum
melayani anak-anak, baik itu materi pengajaran, teknik penyampaian materi
bahkan sikap diri.
Sekolah Minggu adalah merupakan suatu institusi formal maupun informal untuk setiap
anak untuk belajar akan nilai-nilai agama dan moral. Sekolah Minggu adalah
merupakan sarana pendukung dalam pembinaan rohani anak-anak. Sarana pendukung
untuk setiap orang tua mengajarkan nilai-nilai Kristiani bagi anaknya hal ini sebagai
usaha supaya anak-anak bisa mengenal Juru Selamatnya secara pribadi sejak usia dini.
Oleh sebab itu panggilan menjadi Guru Sekolah Minggu (GSM)[1] ini, pada hakekatnya
respons atas keselamatan yang telah ia terima dari Tuhan Yesus. Sebagai bagian dari
anggota tubuh Kristus (bd. 1 Kor.12, 13+17, Efesus 5,2-3) para GSM memiliki tanggung
jawab agar Anak Sekolah Minggu (ASM) memiliki iman dan tumbuh menjadi dewasa
dalam semangat yang sama: saling melayani sebagaimana Tuhan sendiri
menghendakinya..Perannya ialah memperlengkapi dan membukakan wawasan
pembina/guru sekolah atau sekolah minggu untuk berperan aktif sebagai pena Allah
dalam menggores sejarah di dalam hidup anak-anak didiknya
Sesuai dengan tugasnya mengajar ASM (anak sekolah minggu), maka mereka harus
dipandang juga sebagai anggota tubuh Kristus yang juga bagian dari penyelamatan
Tuhan Yesus. Dalam eksistensinya, wadah anak untuk bersekutu dan berkumpul ialah
oleh HKBP disebut dengan Sekolah Minggu. Kata “sekolah” berarti disana yang
diperankan adalah pengajaran atau pendidikan, yaitu berhubungan dengan iman
kepada Yesus. Kata “Minggu” pengajaran itu dilakukan pada hari Minggu (Pagi).
Hubungan Guru dengan Murid tidak lain adalah sebagai anggota tubuh Kristus yang
bersekutu di dalam wadah tsb.
Inti pokok yang perlu diperhatikan para GSM ialah tugas utamanya ialah pertama,
membawa anak itu datang kepada Yesus. Kedua, supaya mereka belajar takut akan
Tuhan, Allah. Dan ketiga supaya ASM melakukan dengan setia segala perkataan hukum
Taurat Tuhan (Ulangan 31:12-13).
Masalahnya, kebanyakan gereja menempatkan pelayanan Sekolah Minggu sebagai
“pelengkap penyerta.” Walaupun Sekolah Minggu diselenggarakan, namun kerap
dilakukan secara “asal ada saja, ketimbang tidak ada.” Umumnya orientasi
pelayanan gereja lebih diarahkan kepada pelayanan orang dewasa. Anak-anak, juga
remaja, tidak dianggap sebagai bagian penuh dari komunitas jemaat. Tak heran, GSM
direkrut tanpa proses pelatihan khusus yang memperlengkapi mereka untuk terlibat
dalam pelayanan anak. Siapa saja, asal mau, bisa menjadi guru Sekolah Minggu.
Panggilan menjadi pelayan, menurut Alkitab ada sepanjang rentang waktu. Ia hadir
bersamaan dengan pengenalan manusia akan Tuhan. Karena ia memperkenalkan nama
dan perintahNya, kasih, penebusan, larangan, murka dan hukumanNya. Ia adalah alat
yang Tuhan pakai dalam rencana dan pemeliharaan Tuhan atas ciptaannya. Dengan
demikian dipahami sebagai pengabdian, tugas, tanggung jawab dan ketaatan kepada
Tuhan, yang sungguh agung, berharga, sakral, berat sekaligus membahagiakan.
Dalam Perjanjian Baru, istilah “dipanggil” (‘kletos’) dan “panggilan” (‘klesis’) muncul
2 kali. Semuanya menyatakan panggilan Tuhan kepada umat-Nya untuk sesuatu
maksud yang rohani. Seluruh jemaat dipanggil (“the called-out ones”) oleh Tuhan. Hal
itu sesuai dengan dengan Confessie HKBP Pasal 9: “kita percaya dan menyaksikan tiap-
tiap orang Kristen terpanggil menjadi saksi Kristus”. Artinya, semua warga jemaat
terpanggil menjadi saksi Kristus. Sebagai umat pilihan Allah terpanggil untuk
memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Allah (I Petrus 2 : 9). Dalam Mat.
4: 18 – 22; Mk. 1: 16 – 20; Luk. 5: 1 – 11, Yesus memanggil Simon Petrus dan Andreas
dari tempat bekerjanya di Danau Galilea dengan ajakan “mari ikutlah Aku, dan kamu
akan kujadikan penjala manusia”. Ajakan inilah yang kita sebut panggilan. Yesus
memanggil muridNya berjalan dibelakangnya (deute opisoo mou) yang
terjemahannya: mari ikutlah Aku dari belakang atau mari berjalanlah dibelakangKu
(Mat 4:19-20).
Yang dipanggil itu tidak mendahului atau tidak pergi ke kiri dan kekanan Yesus,
bahkan tidak dikatakan berjalan sejajar tetapi selalu mengikut Yesus dari belakang
(ekolouthesan= mengikuti). Tuhan Yesus memanggil murid-muridNya untuk berjalan
dibelakang-Nya. Pengertianya jangan diartikan sempit. Dalam pemikiran umat Israel di
zaman PL mengikuti seseorang atau berjalan di belakang mengandung arti mengiringi,
menaati, mencintai, menyerahkan diri, dan mengabdikan diri. Untuk berjalan
dibelakangNya Yesus tidak membebani kita, tetapi yang diinginkan Yesus merespons
ajakanNya. Ajakan Yesus itulah yang mesti kita jawab. Sebab sambil berjalan itu kita
terus mendengar dan melihat kepadaNya. Artinya mengikut Yesus berarti mendengar
dan melihat serta menjadi prioritas.
Seorang pelayan atau murid, pasrah menyerahkan hidupnya kepada orang yang diikuti
dengan segala risikonya. Karena kemauannya mengikuti panggilan Yesus, secara
otomatis dia merubah hidupnya dengan kemauan Yesus yang diikutinya. Dia mau
meninggalkan segala jalan kehidupan semula dan mengikuti jalan Yesus. Meski berat
dan susah tetapi kita tidak akan ditinggalkanNya. Jadi mari ikutlah Aku dari belakang
telah mengubah hidup duabelas (oi dodeka) orang Galilea dan dikemudian hari ribuan
juta orang lainnya. Rahasia kesuksesan dari orang yang bersedia memenuhi panggilan
Yesus ini, tertulis dalam Mk. 9:35; 9:35-50, “Jika seseorang ingin menjadi yang
terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir.
Pendidikan melalui pelayanan ASM akan menjadi dasar pertumbuhan rohani seorang
anak untuk dapat mengenal kebenaran Alkitab, menyembah Tuhan dan memuji Tuhan
dan mengasihi pekerjaanNya. Apabila mereka telah dimenangkan maka berarti
generasi selanjutnya juga telah dimenangkan, karena mereka adalah penerus dan
pemimpin generasi yang akan datang. Dan tidak bisa disangkal bahwa jika kita
memenangkan anak-anak maka kita tahu gereja memiliki masa depan.
Syarat menjadi GSM, (1) di atas bahu GSM inilah tergantung masa depan generasi
penerus gereja Tuhan. Yang menjadi syarat bukan masalah pandai atau bodoh, kaya
atau miskin, tapi masalah hati. Jika seseorang telah menyerahkan hatinya kepada
Tuhan maka Tuhan akan membentuk dan memperlengkapi mereka dengan kemampuan
yang sesuai dengan panggilan yang Tuhan berikan.
(2) Tugas utama GSM ialah memiliki kewajiban untuk memperkenalkan Kristus pada
anak-anak. Hal ini hanya akan mungkin terjadi bila guru telah mengenal Tuhan Yesus
secara pribadi. Hanya guru yang telah mengenal Allah dengan sungguh-sungguh dan
mengalami kasihNya yang luar biasa, yang dapat memberikan gambaran yang benar
tentang Allah (Yohanes 3:3; 1 Korintus 2:14; 2 Korintus 5:17).
(3) Tiap GSM harus memiliki kerajinan untuk membaca, merenungkan firman Tuhan
siang dan malam. Dari persekutuan dengan Firman Tuhan, guru akan bertumbuh dan
selalu siap memberi berkat karena dengan berakar di dalam Firman Tuhan maka
hidupnya akan menjadi seperti aliran air hidup yang tidak akan menjadi kering (1
Petrus 2:2; Yohanes 6:35). Pelayan ASM dan GSM yang telah mengalami kasih Tuhan akan
sanggup mengasihi anak-anak didiknya, sekalipun kadang mereka nakal, bandel dan
sulit dikasihi. Setiap anak adalah berharga di mata Tuhan. Oleh karena itu Tuhan ingin
supaya kita mengasihi mereka sebagaimana Tuhan mengasihi kita. Kasih Tuhan
memungkinkan kita mau berkorban memberikan yang terbaik bagi Tuhan dan anak
didik kita (Yohanes 3:16; Efesus 4:1-2).
(4) Ketaatan GSM kepada Tuhan menjadi penentu keberhasilannya. Karena mengajar
adalah ketaatan menjalankan Amanat Agung Yesus Kristus. Hidup seorang pelayan
Tuhan adalah hidup dalam ketaatan, ia rela menjalankan kehendak Tuhan karena
hidupnya adalah milik Kristus (Filipi 1:21-22; Galatia 2:20-21). Ukuran ketantaatan ialah
bersandar pada Tuhan dan bukan kepada kekuatan sendiri, karena Dialah yang
memimpin dan menolong kita (Amsal 3:5; 2 Timotius 1:12). Hidup suci adalah modal
utama bagi seorang pelayan Tuhan yang ingin memberikan teladan hidup yang benar
dan berkenan kepada Tuhan.
(5) Tidak mungkin GSM itu berhasil jika ditunjang oleh disiplin. Disiplin menolong kita
untuk senantiasa melayani secara konsisten, berapi-api dan tanpa pamrih (Roma
12:11; 2 Korintus 4:8). Guru harus rendah hati, termasuk mau dikritik dan ditegur
supaya ia bisa terus belajar (Yesaya 50:4; 1 Timotius 4:6).
Jadi syarat yang paling penting untuk menjadi seorang GSM, mengasihi Tuhan dengan
segenap hati, dan mengasihi anak-anak seperti diri kita sendiri (Ulangan 6:5). Mengasihi
Tuhan berarti juga mengenal Firman-Nya, dan Firman inilah yang harus kita nyatakan
pada anak-anak dari dalam hati kita, bukan hanya dari otak kita. Mengasihi anak
berarti kita terpanggil untuk menyampaikan Firman Tuhan pada anak-anak, meski
dengan konsekuensi yang tidak gampang. Sebagai GSM harus banyak memperlengkapi
diri dengan berbagai pengetahuan dan ketrampilan untuk dapat menyelami dan
memahami alam pikiran dan jiwa anak-anak.
7. Tugas seorang GSM ialah mengajar
Proses belajar mengajar adalah proses seumur hidup, berawal dari kehidupan seorang
bayi mungil yang belajar melalui orangtua dan lingkungannya, sampai menjadi seorang
dewasa yang terus menerus menjalani proses pembentukan, baik melalui pendidikan
formal (sekolah atau institusi pendidikan lainnya) maupun non formal (keluarga,
masyarakat, lingkungan, dsb.). Proses belajar mengajar ini juga dialami oleh Tuhan
Yesus, meskipun Dia adalah Sang Guru Agung.
Seluruh konsep mengajar dalam Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB)
melibatkan tiga aspek paling penting bagi anak didiknya: Pertama, mendengar ajaran-
ajaran/nasehat-nasehat yang diberikan oleh orang tua/orang yang lebih bijaksana.
Dalam konteks bangsa Yahudi ajaran-ajaran itu berasal dari Firman Allah yang mereka
dengar turun menurun dari nenek moyang mereka. Sedangkan fokus ajaran/nasehat
itu adalah untuk pembentukan karakter yang saleh (godly life) dan takut akan Allah
(Ulangan 31:12-13). Kedua, merenungkan supaya apa yang didengar di atas, diproses di
dalam hati anak untuk menjadi pengalaman hidup yang transformasional, yang
membawa kepada perubahan hidup (Roma 12:2). Ketiga hidup dalam komunitas orang
percaya (Efesus 3:15-18), sehingga pengajaran berlangsung dalam konteks hubungan
pribadi antara: => Tuhan dan guru – guru dan anak – anak dan Tuhan <=
Alkitab adalah sumber utama dalam mengajar.Mengajar anak sangat berbeda dengan
mengajar orang dewasa. Pada orang dewasa, pada umumnya telah terbentuk cara
berpikir dan pandangan/prinsip-prinsip hidup yang sudah mapan (permanen) dan hal
itu sering kali sulit untuk diubah. Tetapi mengajar anak adalah seperti mengisi botol
yang masih kosong, masih banyak hal yang dapat diisi dalam pikiran anak, dan belum
terbentuk pola pikir dan pandangan-pandangan tertentu secara permanen. Oleh
karena itu GSM mempunyai banyak kesempatan emas untuk membangun suatu dasar
yang kuat dan benar bagi kehidupan rohani ASM.
Memberikan pengajaran yang sesuai dengan Alkitab sangat penting supaya anak
belajar mengenal Allah dengan benar. Guru harus belajar untuk senantiasa setia pada
Alkitab, biasakan untuk menjadikan Alkitab sebagai buku sumber yang paling utama
dalam mengajar. Pokok-pokok kebenaran yang diajarkan guru Sekolah Minggu harus
didukung oleh kebenaran dari ayat-ayat Firman Tuhan.
8. Kedudukan Sekolah Minggu dalam Gereja
Kedudukannya di dalam pelayanannya tak terpisahkan dari semua program pelayaanan
ASM. Gereja tidak boleh memandang rendah atau menyepelekan anak kecil.
Sebaliknya sudah sewajarnya bila gereja memberi perhatian pada pelaksanaan dan
pertumbuhan ASMS. Melalui ASM, gereja memiliki tanggung jawab yang besar, yaitu
membimbing dan mempersiapkan angkatan muda, generasi penerus di masa yang akan
datang. Sungguh suatu hal yang indah bila gereja dapat mengatakan kepada anak-
anak, “Marilah anak-anak, dengarkanlah aku, takut akan TUHAN akan kuajarkan
kepadamu!” (Mazmur 34:12)
Amanat Agung Tuhan Yesus, “…. Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada
segala makhluk.” (Markus 16:15) “…. jadikanlah semua bangsa muridKu …. dan ajarlah
mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu ….” (Matius
28:19-20) . Perintah Tuhan Yesus di atas ditujukan pada segenap orang percaya (Gereja
yang kudus dan am) untuk meraih dan membimbing orang mengenal kebenaran,
termasuk di dalamnya adalah untuk menjangkau dan membimbing anak-anak. Semasa
hidup di dunia, Tuhan Yesus dalam beberapa kesempatan menunjukkan perhatian-Nya
pada anak-anak. Di kala orang-orang dewasa “menganggap sepele” kehadiran anak
kecil, Tuhan Yesus justru meluangkan waktu bersama dengan anak-anak (Markus 10:13-
16). Bahkan, Tuhan Yesus sempat memberikan peringatan yang cukup keras pada
orang dewasa untuk memperhatikan pengajarannya pada anak kecil. “Tetapi
barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepadaKu,
lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia
ditenggelamkan ke dalam laut.” (Markus 9:42)
9. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas ini, peran pembinaan kepada ASM itu sangat memegang
peranan penting di dalam tubuh gereja itu. Jikalau ASM berhasil, berarti gereja telah
melatih dan mempersiapkan para pemimpin gereja untuk masa yang akan datang.
Memang “anak-anak kecil” yang terlihat hadir di Sekolah Minggu, tapi “anak-anak
kecil” itulah yang beberapa tahun ke depan akan menjadi para pemimpin gereja.
Kualitas para pemimpin gereja di masa yang akan datang, sedikit banyak dapat dilihat
dari bagaimana kualitas Sekolah Minggu yang ada saat ini.
Oleh karena itu, penting dipikirkan bersama, bagaimana membuat ASM menjadi
program yang terintegrasi dengan gereja secara utuh. Bagaimana merangkai program
pembinaan anak secara berkesinambungan hingga kelak mereka remaja dan dewasa.
Melayani ASM merupakan suatu tugas dan tanggung jawab yang berat. Tapi sesuai
dengan janji-Nya, Tuhan Yesus akan senantiasa menyertai dan memberikan kekuatan
bagi setiap kita yang terpanggil melayani di Sekolah Minggu. “…. ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:20)
Tanggung Jawab GSM hanya dapat bertahan kalau pengajar-pengajarnya adalah orang-
orang yang berkepribadian kuat. Gereja dan Sekolah Minggu milik kita bersama.
“Jadilah teladan bagi orang-orang percaya,” (1Timotius 4:12). Sekolah Minggu
diselenggarakan di semua gereja di Indonesia, namun pengembangan pelayanannya
belum diusahakan secara maksimal. Mengingat pentingnya Sekolah Minggu sebagai
wadah persemaian, bukan hanya pengetahuan tentang iman Kristen, melainkan juga
nilai-nilai yang mendukung kehidupan, khususnya kasih terhadap sesama, keadilan
dan perdamaian,
Menyadari dampak kemajuan zaman dengan diikuti derasnya pengaruh perkembangan
teknologi informasi pada anak-anak saat ini, menjadi pergumulan yang tidak mudah
bagi sekolah minggu untuk mendapatkan guru-guru yang memiliki hati dan motivasi
yang kuat sehingga dapat mendidik anak mengintegrasikan iman di dalam ilmu dan
moral. Amin.
Pembinaan Guru Sekolah Minggu ini dibuka oleh Praeses Distrik VI Dairi
( Pdt. W. Sitorus, M.Th ). Dalam sambutannya beliau menyampaikan ucapan
terimakasih kepada semua Guru Sekolah Minggu yang telah melaksanakan
pelayanan dengan sukarela dan sukacita, beliau juga menegaskan kepada seluruh
pelayan Fultimer agar sungguh-sungguh membina guru sekolah Minggu. Karena
Sekolah Minggu adalah Generasi yang harus kita persiapkan dengan sungguh-
sungguh agar dapat melanjutkan pelayanan HKBP di masa yang akan datang.
Pembicara dalam kegiatan pembinaan ini adalah para pendeta fultimer yang
telah mengikuti TOT di kantor pusat. Adapun materi yang diberikan adalah
Penguatan: Motivasi Pelayanan sekolah Minggu, Psykologi perkembangan Anak
dan Dasar Pengajaran dan Teologi.
Guru-guru sekolah Minggu berharap melalui pembinaan ini Guru sekolah Minggu
mampu mempersiapkan anak –anak menjadi agen perdamaian di era digital ini.
Agar sekolah Minggu mampu menjadi garam dan terang di dalam hidupnya.
Berikut ini materi Pembinaan Guru Sekolah Minggu yang pernah diadakan di HKBP
Lubuk Baja, Ressort Batam oleh Pdt. Victor Tinambunan, M.Th
Yesus berkata:
Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku;
sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga. (Matius 19:14)
Sehubungan dengan ketidak sungguhan tersebut, tulisan ini ingin menggugah perhatian
kita untuk menyadari dalam rangka mempersiapkan masa depan gereja, betapa
pentingnya pembinaan (pelayanan) terhadap generasi muda, khususnya anak-anak.
Supaya semakin disadari betapa pentingnya pembinaan tersebut, perlu disimak makna
pepatah orang asing yang mengatakan :
Masih dalam kaitan pepatah diatas, penggubah lagu Tapanuli terkenal, Nahum
Situmorang dalam salah satu nyanyian ciptaannya “Anakhonhi do hamoraon di au”
mengisahkan betapa orang Batak menempatkan anak sebagai tumpuan segalanya
dalam hidupnya. Anak yang kita yakini adalah anugerah mahal dari Tuhan, boleh
menjadi harta yang paling mahal dalam keluarga, hanya melalui pembinaan yang
berdasar kepada Firman Tuhan.
Apabila kita menginginkan HKBP eksis dan lestari sepanjang zaman, sudah sepatutnya
HKBP bangkit segera memberi perhatian yang serius melayani anak-anak. Tugas gereja
adalah membina manusia menjadi manusia yang berkwalitas dalam iman, setia kepada
Yesus.
b Dalam Markus 10, 14, dikatakan bahwa anak-anak termasuk pewaris dalam kerajaan
sorga. Itu sebabnya gereja melayankan “baptisan kudus” kepada anak-anak. Karena
baptisan yang diterima anak-anak ketika mereka masih bayi, belum mereka mengerti, itu
sebabnya orang tua dan jemaat perlu mengajari mereka, tentang “baptisan” tersebut.
Kemudian, setelah mereka memasuki masa remaja, adalah tadisi gereja, memberikan
pelajaran sidi kepada anak-anak sebagai lanjutan dari pengajaran yang dilakukan dalam
sekolah minggu.
Melalui ayat-ayat di atas, Tuhan memberikan tugas dan tanggung jawab untuk
mengajarkan Firman Tuhan kepada anak-anak, supaya mereka bertumbuh menjadi
jemaat yang hidup dan beriman kepada Tuhan Yesus.
~ Kelompok kecil (Horong I) terdiri dari anak kecil, TK dan Kelas 1–2 Sekolah Dasar
(SD);
~ Kelompok tanggung, (Horong II), terdiri dari kelas 3 dan 4 SD
~ Kelompok besar (remaja), terdiri dari kelas 5, 6 SD dan Sekolah Lanjutan Pertama.
3.b.1 Kebaktian
Palayanan Sekolah Minggu diawali dengan kebaktian bersama. Semua anak-anak dari
semua horong bersamasama berkumpul di gereja, atau di sari tempat yang ditentukan
untuk mengokuti kebaktian. Kebaktian Sekolah Minggu diusahakan tidak lebih 25 menit,
dengan liturgi yang sudah ditetapkan. Mulai tahun 1984, Agenda, Liturgi Sekolah
Minggu, disediakan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Batak. Seharusnya kebaktian
Sekolah Minggu dilayani Parhalado. Karena, sesuai dengan konfessi HKBP, hal-hal
yang berhubungan dengan “kebaktian” adalah merupakan ttugas dan tanggungjawab
Parhalado. Namun di kebanyakan jemaat HKBP Parhalado kurang peduli memimpin
kebaktian Sekolah Minggu. Karena pada umumnya Parhalado HKBP kurang peduli
terhadap pelayanan Sekolah Minggu, dalam penjelasan pemakaian Agenda Kebaktian
Sekolah Minggu dikatakan, guru Sekolah Minggu boleh memimpin kebaktian Sekolah
Minggu, dengan catatan : Guru Sekolah Minggu yang memimpin kebaktian tidak boleh
membacakan “votum introitus” dan “berkat”.
Adapun alasan kebaktian Sekolah Minggu tidak lebih dari 25 menit, atau tidak boleh
terlalu lama, karena tujuan kebaktian itu adalah :
1. Membiasakan anak menyembah dan memuji Tuhan. Kebaktian Sekolah Minggu
bertujuan membiasakan anak mengetahui dan mengenal Tuhan, yaitu Tuhan yang
dikenal orang Kristen dalam diri Yesus Kristus. Sedini mungkin, melalui kebaktian
mereka dibiasakan untuk menyembah dan memuja Tuhan.
2. Mempersiapkan anak mengenal ibadah kebaktian HKBP. Kebaktian Sekolah Minggu
merupakan usaha awal untuk mempersiapkan si anak mengenal cara dan bentuk
ibadah kebaktian HKBP.
3. Membiasakan anak mensyukuri berkat Tuhan. Melalui persembahan mereka, anak
diajak untuk berterimakasih kepada Tuhan atas berkatNya yang mereka terima.
Disamping itu, dengan memberikan persembahan, kepada si anak ditanamkan rasa
tanggungjawab untuk memberitakan injil. Melalui persembahan itu si anak diajari untuk
turut bertanggung jawab dalam hal pelaksanaan pekerjaan Tuhan di dalam jemaat dan
di luar jemaat.
4. Memperkaya pengetahuan mereka tentang Firman Tuhan. Menurut
Pdt.J.N.Simaremare (mantan Direktor Departemen Sekolah Minggu HKBP periode 1964
– 1974) dalam bukunya “Buku Penuntun Di Sekolah Minggu”, cetakan ke II 1974
halaman 74, dalam kebaktian Sekolah Minggu kita belum saatnya menyampaikan
“khotbah”. Di dalam penjelasan agenda kebaktian sekolah minggu dikatakan bahwa
“khotbah” dalam kebaktian anak-anak adalah dalam pengertian “penyampaian
kesimpulan perikop”. Dengan kedua kutipan itu jelas bahwa bukan khotbah yang
disampaikan di dalam kebaktian Sekolah Minggu.
Almanak HKBP adalah buku yang berisikan ayat dan perikop Alkitab yang seharusnya
dibaca dan direnungkan setiap hari. Di samping ayat harian, di dalamnya ditentukan
perikop bacaan Alkitab dan perikop khotbah setiap hari Minggu dan Hari raya Kristen.
Dalam Almanak HKBP yang terbit sekali setahun, ditentukan perikop Alkitab yang
diajarkan kepada Sekolah Minggu, kumpulan Perempuan, Pemuda dan Bapak. Di dalam
Almanak, dicatat sejarah perkembangan dan pelayanan HKBP, tentang statistik dan
jumlah jemaat, Resort dan Distrik, termasuk nama nama Pendeta HKBP.
~ Buku Pemandu Guru Sekolah Minggu
Sejak tahun 1982, HKBP menerbitkan Buku Pemandu Guru Sekolah Minggu. Buku ini
diterbitkan secara reguler per-semester oleh Seksi Sekolah Minggu HKBP di Kantor
Pusat HKBP Pearaja Tarutung. Di dalam Buku Pemandu dijelaskan cara penyajian
perikop Alkitab setiap Minggu dan Pesta, yang ditentukan menjadi bahan pengajaran
Sekolah Minggu dalam Almanak HKBP. Disamping penjelasan ayat, diberikan juga
tujuan nats, dan cara penyajiannya kepada kelompok kecil, tanggung dan remaja.
~ Buku PRP dan PIP
Buku PRP (Padan Na Robi Na Pinajempek) dan PIP (Padan Na Imbaru Na Pinajempek)
adalah dua dua buku ringkasan isi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, yang disajikan
dalam bentuk ceritera. Buku PRP dan PIP sangat perlu dimiliki Guru Sekolah Minggu
sebagai buku pelengkap. Sebelum Buku Pedoman Guru Sekolah Minggu diterbitkan
oleh Departemen Sekolah Minggu HKBP, buku PRP dan PIP sudah memiliki saham
yang demikian berharga dalam pelayanan Sekolah Minggu di HKBP, karena buku inilah
satu-satunya buku pegangan Guru Sekolah Minggu di HKBP.
~ Katekhismus Luther
Buku Katekhismus Luther adalah sebuah buku kecil yang dikarang Dr.Marthin Luther
pada tahun 1529. Di dalamnya reformator Marthin Luther menjelaskan arti kesepuluh
hukum Taurat, Pengakuan Iman Rasuli, Sakramen dan Doa Bapa kami. Dalam akhir
buku tersebut Luther menuliskan contoh doa yang praktis untuk anak-anak, misalnya
doa sebelum dan sesudah makan, doa di sekolah, dan lain-lain. Buku ini cukup dikenal
di HKBP, karena sejak dulu buku ini dipakai HKBP sebagai buku pegangan di Sekolah
Minggu, juga di dalam pelajaran sidi.
Untuk melengkapi bahan pelajaran Sekolah Minggu, setiap hari Minggu, Guru Sekolah
Minggu perlu mengajarkan satu pasal dari khatekismus, dan satu nomor nyanyian dari
Buku Ende HKBP. Disamping metode bercerita, seorang Guru Sekolah Minggu harus
mampu menciptakan cara yang menarik sehingga si anak tertarik menimak pelajaran
yang disampaikan. Umpamanya, dengan cara tanya jawab, dengan cara menghafalkan
ayat Alkitab, memaki alat peraga, metode menggambar, metode sandiwara, metode
klipping koran, metode pengajaran nyanyian, metode aktivitas, dan metode PR
(Pekerjaan Rumah). Tidak kalah perlunya apabila setiap akhir bulan Guru Sekolah
Minggu mengadakan evaluasi belajar.
Menurut Alkitab, guru utama dan pertama yang bertanggungjawab mengajarkan Firman
Tuhan kepada si anak adalah orangtua. Ketika orangtua membawa anaknya dibaptis di
gereja, mereka telah berjanji kepada Tuhan, bahwa mereka harus mengajarkan Firman
Tuhan kepada anaknya. Janji tersebut menunjukkan bahwa sebenanya, penanggung
jawab utama dalam hal pengajaran Firman Tuhan adalah orangtua, (baca.Epesus 6 , 4;
Ul 6, 7). Namun, kenyataannya orangtua lalai melalukkannya bahkan mengalihkan
tanggungjawab tersebut kepada gereja.
Guru kedua yang bertanggungjawab dalam tugas pengajaran Firman Tuhan adalah
gereja (parhalado), dibantu oleh Guru Sekolah Minggu. Guru Sekolah Minggu adalah
pengemban atau pelaksana tugas parhalado. Karena parhalado cukup sibuk dengan
tugas pengembalaannya, tugas pengajaran tersebut diserahkan pada anggota jemaat
yang bersedia melakukan tugas tersebut. Walaupun Guru Sekolah Minggu cukup
jumlahnya dan mampu melaksanakan tugas tersebut. Parhalado tidak boleh
melepaskan diri dari tugas tersebut. Dalam rangka pelayanan Sekolah Minggu
parhalado harus memikirkan sarana dan kebutuhan yang diperlukam pelayanan Sekolah
Minggu.
* Rajin belajar
Berdasarkan 1 Timotius 3, 14, seorang Guru Sekolah Minggu harus rajin membaca dan
menambah pengetahuannya. Menambah pengetahuan melalui pembacaan buku-buku
yang berhubungan dengan Alkitab dan Iman Kristen. Menambah pengetahuan bukan
hanya yang berhubungan dengan Alkitab, juga pengetahuan umum, Ilmu mendidik, dan
mengajar (didaktik), ilmu jiwa (anak), dan lain-lain. Khususnya tentang Alkitab, guru
Sekolah Minggu harus mempelajari dogma yang dianut HKBP (Konfessi HKBP), serta
aturan HKBP.
* Tekun berdoa
Seturut dengan Epesus 6, 18–20, seorang Guru Sekolah Minggu harus tekun dalam
doa, sehingga Tuhan senantiasa memberi kekuatan kepadanya untuk memberitakan
Firman Tuhan. Doa adalah senjata dan kekuatan di dalam diri orang Kristen. Guru
Sekolah Minggu, perlu diingatkan, jangan berangkat ke Sekolah Minggu sebelum
berdoa.
* Mencintai HKBP
Seorang guru Sekolah Minggu HKBP harus mencintai HKBP. Setiap pelayan HKBP
harus mengenal HKBP, baik struktur organisasinya demikian juga pola-pola
pelayanannya sebagai tubuh Kristus. Dalam hal ini kita pinjam pepatah orang Inggris
yang mengatakan “To love it you must know it, to know it you must it” artinya, hanya
dengan mengenal seseorang itu kita dapat mencintainya. Akhir-akhir ini banyak
Parhalado HKBP yang mencela HKBP. Sebenarnya dia mencela HKBP karena dia
belum mengenal siapa dan apa kegiatan pelayanan HKBP. Kita boleh mengenal HKBP
melalui Aturan yang berlaku di HKBP, melalui Konfessinya, dan Siasat gerejanya.
Aturan HKBP serta Sia.sat gereja adalah pedoman pelayanan HKBP. Aturan, Siasat dan
Konfessi HKBP seharusnya ditaati oleh ruas dan parhalado HKBP.
Dengan demikian, jika HKBP menginginkan kwalitas pelayanan Sekolah Minggu yang
lebi baik, sudah seharusnya HKBP menyediakan Balai Latihan Pelayanan (BLP) Guru
Sekolah Minggu. Melihat tantangan yang dihadapi gereja sekarang dan besok, hal itu
mendesak dilakukan. Disamping itu, masingmasing jemaat HKBP harus selektif memilih
orang yang menjadi Guru Sekolah Minggu. Sebelum seseorang ditetapkan menjadi guru
Sekolah Minggu, dia perlu dibina, ditatar (dilatih). Dalam hal memilih guru Sekolah
Minggu perlu dijauhkan prinsip “asal ma naung manghatindanghon haporseaon”. Lepas
sidi bukan jaminan untuk menetapkan seseorang menjadi guru Sekolah Minggu. Masih
melekat dalam ingatan, tradisi sistem pendidikan pada jaman lima, enampuluhan; guru
yang mengajar di Kelas 1 SR adalah Guru Kepala (Kepala Sekolah), atau guru yang
tertua dan berpengalaman. Tradisi tersebut perlu menjadi bahan bagi kita untuk memilih
dan menetapkan guru Sekolah Minggu. Dalam memilih dan menetapkan guru (pengajar)
Sekolah Minggu perlu diperhatikan kepribadiannya, hatauonna (kemampuannya), dan
ketaatannya kepada HKBP.
Penutup
Dengan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa menjadi guru Sekolah Minggu
bukan tugas ringan dan mudah. Apabila motifasi seseorang menjadi guru Sekolah
Minggu, hanya ambisi pribadi, atau hal lain yang tidak sesuai dengan prinsip yang
dipaparkan diatas, sebaiknya jangan menjadi guru sekolah minggu. Karena ambisi
demikian akan merusak pertumbuhan si anak, sekaligus merusak pertumbuhan gereja.
Kelestarian HKBP pada masa yang akan datang, terletak di dalam iman dan usaha
pelayanan kita terhadap generasi penerus (anak-anak).
Kiranya tulisan ini berguna bagi orang yang sudah melayani, atau yang sudah menjadi
guru Sekolah Minggu, dan menjadi pendorong bagi orang yang belum melayani sekolah
minggu untuk bersedia melayani sekolah minggu. Tugas mengajar yang diperintahkan
Tuhan Yesus dalam Matius 28, 19–20, bukanlah tanggungjawab Parhalado, Pendeta,
tetapi adalah tanggungjawab bersama orang Kristen (anggota jemaat).