Anda di halaman 1dari 27

BAB IV

ANALISA PENELITIAN

4.1 Pemberdayaan Guru Sekolah Minggu Dalam Meningkatkan Kualitas

Pemberdayaan merupakan upaya pengembangan yang melingkupi employee

involvement, yaitu memberikan wewenang dan tanggung jawab yang cukup untuk

penyelesaian tugas dan pengambilan keputusan. Pemberdayaan juga sebagai upaya

memberikan otonomi, wewenang, dan kepercayaan kepada setiap individu dalam suatu

organisasi, serta mendorong mereka untuk kreatif agar dapat merampungkan tugasnya sebaik

mungkin. Dengan demikian, pemberdayaan pada hakikatnya merupakan kegiatan untuk

memperdayakan manusia melalui perubahan dan pengembangan manusia itu sendiri, yang

berupa kemampuan (competency), kepercayaan (confidence), wewenang (authority) dan

tanggung jawab (responsibility) dalam rangka pelaksanaan kegiatan-kegiatan (activities)

organisasi untuk meningkatkan kinerja (performance).1 Sedangkan perkembangan ialah

serangkaian tahapan progresif yang terjadi sebagai dampak dari proses kematangan dan

pengalaman. Ada dua proses yang saling berlawanan dalam perkembangan yakni

pertumbuhan atau evolusi dan kemunduran atau involusi. Bower mengungkapkan

perkembangan merupakan proses berkembangnya berbagai kemampuan dan kemudian akan

menghilang dan serta dapat muncul kembali.2

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Gereja HKBP Ressort Nagojor ditemukan

bahwa pemberdayaan ini telah dilakukan sebagaimana semestinya. Pemberdayaan ini

melingkupi program pembinaan yang telah dilakukan secara rutin oleh Gereja setiap

1
Nurul Ulfatin dan Teguh Triwiyanto, Manajemen Sumber Daya Manusia Bidang
Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Pers, 2016), 90.
2
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan , terjemahan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo, (Jakarta :
Erlangga, 2016), 2-3.
tahunnya. Pembinaan ini diikuti oleh setiap para guru sekolah minggu yang baru saja direkrut

serta guru sekolah minggu yang telah lama bertugas melayani sekolah minggu. Pembinaan ini

dilakukan secara personal serta bimbingan secara situasional. Hal ini diupayakan supaya para

guru sekolah minggu tetap dievaluasi kinerjanya. Memang ada dampak nyata yang terlihat

dilapangan yakni keaktifan pada guru sekolah minggu, program sekolah minggu yang terus

berlangsung seperti program buku tabungan anak sekolah minggu dan lainnya serta kesiapan

yang nyata di guru sekolah minggu dalam menyusun dan mengolah bahan ajar sekolah

minggu yang telah disusun melalui Buku Panduan Sekolah Minggu HKBP. Memang sudah

terlihat cukup baik, namun ada sisi kelemahan kompentensi yang terlihat dari para guru

sekolah minggu. Hal ini tampak dari jumlah tenaga pengajar sekolah minggu yang terdiri

murid-murid Sekolah Menengah Atas kelas 3 SMA yang berjumlah 5 orang. Hal ini

dikarenakan para guru sekolah minggu telah banyak yang pergi merantau ke luar kota untuk

bekerja ataupun tidak mengajar lagi karena faktor usia yang tidak mendukung.

Pemberdayaan dari Distrik XXIV Tanah Jawa juga telah dilakukan pada April 2015 sampai

dengan tahun 2020. Pada Pembinaan Pembekalan Guru-guru Sekolah Minggu se-Distrik

XXIV Tanah Jawa yang pertama sekali diadakan pada tahun 2015 berlokasi di HKBP

Hutabayu Raja. Pemberdayaan ini diberlangsungkan dengan pemberangkatan perwakilan

guru sekolah minggu dari setiap huria dengan kuota peserta 3 orang dalam satu huria.3

3
Dokumen Bericht HKBP Ressort Nagojor
Tabel 4.1.

a. Pelatihan Pemberdayaan yang Diikuti oleh Guru Sekolah Minggu Yang

Melayani Saat ini

No Nama Usia Pendidikan Lama Pengalaman Training

Mengajar Sekolah Pemberdayaan

Minggu Yang diikuti se-

Distrik XXIV

Tanah Jawa
1 Elizabeth N. 18 SMA 2 tahun -

Pakpahan
2 Rut Lolita 18 SMA 2 tahun -

Nainggolan
3 Jesicha M. 19 Mahasiswa 2 tahun -

Manurung Semester 2
4 Cahyani br. 17 SMA 2 tahun -

Sinaga
5 Shinta br. 17 SMA 2 tahun -

Tamba
6 Reflince br. 17 SMA 2 tahun -

Manurung
7 Hotma L. 18 Mahasiswa 2 tahun -

Tampubolon Semester 2
8 Debora C.A. 18 Mahasiswa 3 tahun -

Rajagukguk Semester 4
9 Roslina br. 19 Mahasiswa 3 tahun 1

Sijabat Semester 4
Sumber : dokumentasi Bericht HKBP Ressort Nagojor
Program Pembinaan Pembekalan Guru-guru Sekolah Minggu se-Distrik XXIV Tanah

Jawa ini diikuti oleh HKBP Ressort Nagojor dengan apresiasi yang baik. Setiap guru sekolah

minggu secara bergiliran dan bergantian mengikuti pembinaan ini setiap tahunnya. Dari

penjelasan pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa ada 1 orang yang telah mengikuti

Pembinaan Pembekalan Guru-guru Sekolah Minggu se-Distrik XXIV Tanah Jawa. Mengenai

hal ini, dari penjelasan langsung oleh Pendeta HKBP Nagojor, bahwasanya guru-guru

sekolah minggu yang pernah mengikuti Pembinaan Pembekalan Guru-guru Sekolah Minggu

pada saat ini tidak bertugas lagi sebagai guru sekolah minggu. Hal diakibatkan oleh

pendidikan yang harus mereka jalani di luar kota serta pergi merantau untuk mencari

pekerjaan yang layak. Maka, jumlah tenaga guru sekolah minggu pada saat ini yang telah

mendapati Pembinaan Pembekalan hanyalah 1 orang saja. Tentunya hal ini menjadi satu

kelemahan tersendiri bagi pelayanan sekolah minggu di HKBP Ressort Nagojor.

Menyikapi masalah ini, tentunya Pembinaan Pembekalan Guru-guru Sekolah Minggu ini

seharusnya wajib diikuti oleh setiap para guru sekolah minggu dan tidak diberikan batas

kuota. Tentunya hal ini berguna bagi kelanjutan regenerasi guru sekolah minggu serta

peningkatan kompetensi para guru-guru sekolah minggu yang berkualitas dan professional.

Kesadaran dalam diri seorang guru sekolah minggu untuk mengikuti kegiatan ini pun penting

untuk diperhatikan dan ditumbuhkan dengan mengingat peran mereka yang sangat vital bagi

penerus generasi gereja di masa yang akan datang yakni para anak-anak sekolah minggu.4

Ken Hemphill mengemukakan sembilan alasan mengapa Sekolah Minggu adalah alat

pertumbuhan untuk masa depan :5

4
Pdt. Lerik Jon Panjaitan, STh, Pendeta Ressort HKBP Nagojor, wawancara dengan penulis pada 21 Maret
2021 pukul 19.00 WIB

5
Ken Hemphill, Revitalizing the Sunday Morning Dinosaur, (Nashville: Broadman and Holman Publishers,
1996), 27-30.
1. Sekolah Minggu menyediakan strategi yang tersentralisasi dan disederhanakan.

2. Sekolah Minggu familiar.

3. Sekolah Minggu adalah fondasi yang kuat untuk inovasi.

4. Sekolah Minggu menggabungkan enam prinsip pertumbuhan gereja dalam satu

organisasi.

5. Sekolah Minggu adalah pendamping alami bagi kebaktian yang menggairahkan.

6. Sekolah Minggu melibatkan orang-orang yang terlibat dalam pelayanan.

7. Sekolah Minggu menyediakan pengalaman kelompok kecil yang dibutuhkan setiap

orang Kristen.

8. Sekolah Minggu tidak terikat pada satu kepribadian.

9. Sekolah Minggu memiliki rekam jejak yang terbukti.

b. Pembinaan Pembekalan Guru-guru Sekolah Minggu se-Distrik XXIV Tanah

Jawa

No Kegiatan Tahun Nama Tahun Jumlah Lokasi

. Peserta
1. Pembinaan Pembekalan 2015 Tahun Perempuan 3 HKBP

Guru-guru Sekolah Minggu Hutabayu

Raja
2. 2016 (Dokumen telah hilang)
3. Pembinaan Pembekalan 2017 Pendidikan dan 3 Distrik XXIV

Guru-guru Sekolah Minggu Pemberdayaan Tanah Jawa


4. Pembinaan Pembekalan 2018 Kesehatan dan 4
Guru-guru Sekolah Minggu Kebersihan dalam Parhutaan
Bibelvrouw
Lingkungan Sinaksak

Hidup
5. Pembinaan Pembekalan 2019 Ulaon 3 Distrik XXIV

Guru-guru Sekolah Minggu Parasinirohaon Tanah Jawa


6. Pembinaan Pembekalan 2020 Ulaon Zending 3 Distrik XXIV

Guru-guru Sekolah Minggu Tanah Jawa


7. Pembinaan Pembekalan 2021 Tahun 3 Distrik XXIV

Guru-guru Sekolah Minggu Pemberdayaan Tanah Jawa


Sumber : dokumentasi Bericht HKBP Ressort Nagojor

Dinyatakan di dalam Buku Panduan Tahun Pemberdayaan yang diterbitkan oleh HKBP,

bahwasanya transformasi perlu dilakukan. Transformasi pemberdayaan ini mengikuti ciri

penugasan Yesus kepada murid-muridnya untuk pergi dan menghasilkan buah. Maka,

terdapat 3 tugas di dalam pemberdayaan yakni :6

1) Enabling, menciptakan suasana untuk berkembang.

2) Empowering, memperkuat minat yang dimiliki.

3) Protecting, pencegahan terjadinya persaingan yang mengeksploitasi.

Maka, dalam rangka tujuan ini, pemberdayaan sangat diperlukan sekali bagi setiap orang

khususnya dalam kasus ini yakni bagi guru sekolah minggu sendiri. Guru sekolah minggu

yang berperan sebagai ujung tombak dalam melaksanakan proses pembelajaran akan

memegang peranan yang sangat menentukan keberhasilan pelayanan sekolah minggu. Guru

yang efektif akan mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara profesional.

Guru yang profesional akan memiliki komitmen yang tinggi disertai dengan kemampuan

sesuai dengan bidang keahliannya. Pembaharuan perkembangan karakter anak serta

pertumbuhan imannya akan berjalan dengan maksimal, jika mampu memberdayakan seluruh

6
Kantor Pusat Huria Kristen Batak Protestan, Buku Panduan Tahun Pemberdayaan, 7.
guru sekolah minggu dalam pelaksanaan peran dan fungsinya dengan baik. Pemberdayaan ini

merupakan unsur yang sangat penting dalam meningkatkan akuntabilitas guru sebagai

pendidik profesional.

4.1.1 Faktor-faktor Dalam Pemberdayaan Guru Sekolah Minggu

Ada 4 faktor-faktor yang penting dalam pelaksanaan pemberdayaan guru sekolah minggu.

Faktor-faktor ini antara lain yakni kompetensi, pemberian kepercayaan, wewenang serta

tanggung jawab. Tentunya keempat faktor ini sangat mendukung dan mempengaruhi

terbentuknya karakter professional dalam diri setiap guru sekolah minggu. Tanpa adanya

pemberdayaan ini, sangatlah tidak mungkin untuk seorang guru menjadi kompeten atau ahli

dibidangnya. Berdasarkan informasi yang didapat melalui informan, maka ditemukan

beberapa hal sebagai berikut :

a. Kompetensi

Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir dan bertindak secara konsisten sebagai

perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki oleh tenaga pendidik.

Tenaga pengajar sekolah minggu yang ditemukan di gereja HKBP Ressort Nagojor memiliki

jenjang pendidikan yang dimulai dari siswa SMA kelas 3 SMA sebanyak 5 orang serta

mahasiswa perguruan tinggi bidang pendidikan ataupun pendidikan SD sebanyak 4 orang.

Umur para guru sekolah minggu beragam-ragam yang dimulai dari 17 sampai 19 tahun.

Sebelum kehadiran para guru-guru sekolah minggu yang masih tergolong muda ini, di gereja

ini sendiri pernah ada 2 orang tenaga pengajar sekolah minggu yang professional yaitu Bapak

Ambarita yang merupakan Kepala Sekolah SD Negeri serta ibu simanjuntak yang merupakan

seorang guru di sekolah pada waktu itu. Namun, kedua pengajar ini tidak lagi bertugas

sebagai pengajar sekolah minggu dikarenakan Bapak Ambarita yang telah meninggal dunia

serta ibu Simanjuntak yang saat ini telah pensiun dan tidak memungkinkan lagi baginya
untuk mengajar. Ibu simanjuntak sendiri telah mengajar sekolah minggu selama 50 tahun

hampir sepanjang hidupnya, dan Bapak Ambarita sekitar 30 tahun sudah mengajar sekolah

minggu. Selepas masa mengajarnya kedua orang tersebut, gereja kita tidak memiliki lagi

tenaga pengajar yang professional, hal ini diduga karena tidak adanya kesediaan diri para

jemaat gereja untuk mengajar sekolah minggu. Tentu ini menjadi suatu kelemahan tersendiri

bagi gereja. Semenjak itulah gereja mulai mengadakan perekrutan mandiri kepada remaja-

remaja yang dinilai layak sebagai tenaga pengajar sekolah minggu. Hal ini seperti

disampaikan oleh Pendeta Ressort dalam wawancara yakni perekrutan ini dinilai dengan

melihat beberapa pertimbangan seperti :7

1. Pendidikan minimal kelas 3 SMA

2. Telah naik sidi

3. Berpenampilan menarik

4. Tabiat atau perilaku apakah baik atau tidak dimasyarakat sekitarnya

5. Kemampuan untuk mengetahui psikologi perkembangan anak serta metode

pendekatan anak-anak

6. Pengetahuan tentang alkitab

7. Pemahaman Kognisi umum yang dimaksimalkan melalui program pemberdayaan

rutin dari resort dan distrik

8. Tingkat sosialisasi di masyarakat.

Maka setelah itu, dilakukanlah tahapan seleksi seperti : 1. Bertanya kepada sintua

lingkungan, apakah ada yang direkomendasi dari mereka dengan memperhatikan remaja yang

sudah naik sidi dan minimal kelas 2 SMA. 2, mengajukan nama yang telah direkomendasi

tentang kelayakan sebagai guru Sekolah Minggu sesuai dengan penilaian dan pengamatan

7
Pdt. Lerik Jon Panjaitan, STh, Pendeta Ressort HKBP Nagojor, wawancara dengan penulis pada 21 Maret
2021 pukul 19.00 WIB
parhalado, 3. Seksi sekolah minggu memanggil yang bersangkutan untuk bertanya langsung

tentang kesiapan dengan ketentuan dan kesepakatan, 4. Kemudian diwartakan di gereja

bahwa yang bersangkutan telah menjadi guru Sekolah Minggu.8

Penerimaan atau rekruitmen guru sekolah minggu ini juga tidaklah lepas sesuai dengan

ketentuan Aturan dan Peraturan HKBP yakni sebagai berikut9:

a) Bersedia mempersembahkan diri bekerja di tengah-tengah anak-anak Sekolah

minggu jemaat.

b) Berperilaku yang pantas ditiru, tidak bercela, rajin mengikuti kebaktian atau

persekutuan, dan melakukan pekerjaan gerejawi.

c) Rajin mengikuti sermon.

d) Berusia sekurang-kurangnya 18 tahun dan sudah sidi.

e) Seboleh-bolehnya berpendidikan keguruan, dan memiliki pengertian tentang

perkembangan pikiran emosi, dan fisik anak-anak sekolah minggu, dan proses

belajar.

f) Dipilih dalam rapat gabungan dewan Koinonia dan majelis tahbisan dari antara

warga jemaat, dan ditetapkan oleh pimpinan jemaat dengan surat keputusan, serta

diumumkan dalam ibadah minggu.

Dengan ketentuan tugasnya adalah sebagai berikut10:

a) Menyusun bahan ajar tentang firman Allah, kehidupan kekristenan dan jemaat,

demikian juga kehidupan segenap HKBP sesuai dengan perkembangan pikiran,

emosi, dan fisik anak-anak sekolah minggu.

8
Pdt. Lerik Jon Panjaitan, STh, Pendeta Ressort HKBP Nagojor, wawancara dengan penulis pada 21 Maret
2021 pukul 19.00 WIB
9
HKBP, Aturan Dohot Paraturan HKBP 2002 Dung Amandemen Paduahon, (Tarutung : Kantor Pusat HKBP,
2015), 45-46.
10
HKBP, Aturan Dohot, 46.
b) Menyajikan bahan ajar yang telah direncanakan kepada sekolah minggu sesuai

dengan kelasnya.

c) Merencanakan dan mengadakan kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler seperti wisata

rohani dan kunjungan ke panti-panti asuhan untuk dilaksanakan oleh anak-anak

sekolah minggu.

d) Mengadakan evaluasi tentang pemahaman dan penghayatan anak sekolah minggu

secara berkala dan mempergunakan hasil-hasil evaluasi itu untuk meningkatkan

mutu pengajaran Sekolah Minggu.

e) Membuat laporan tentang pelaksanaan pembelajaran Sekolah Minggu secara berkala

dan menyampaikannya kepada Ketua Seksi Sekolah Minggu, dan selanjutnya

disampaikan kepada Ketua Dewan Koinonia dan ke Pimpinan Jemaat.

Kemudian dilakukan wawancara secara mendalam pada guru-guru sekolah minggu

tentang alasan yang mendasari mereka ingin mengabdikan diri sebagai tenaga pengajar

sekolah minggu. Didapati bahwa 5 orang dari 9 guru sekolah minggu mengatakan alasan para

guru sekolah minggu yaitu dikarenakan kesadaran adanya panggilan Kristen sebagai pengajar

dan pelaku Firman Tuhan dalam mewartakan Firman. Serta 3 orang lainnya diakibatkan

adanya kebutuhan akan pengalaman dan pengetahuan dalam mengajar dan membina anak-

anak. Dan satu orang guru mengatakan alasan ini dimulai dari ajakan teman-temannya yang

merupakan guru sekolah minggu. Kesenangan berinteraksi dengan anak-anak juga menjadi

salah satu faktor pendukung alasan mereka.

Dengan dilatarbelakangi pengetahuan yang didapat dari pendidikan mereka masing-

masing, para guru ini pun telah mengabdikan diri dan telah memiliki pengalaman mengajar

sekolah minggu dimulai dari 2 tahun sebanyak 7 orang, pengalaman 3 tahun ada 2 orang. Ada

banyak sekali para guru sekolah minggu yang memiliki pengalaman selama 2tahun, hal ini

dikarenakan sempat terjadinya kekosongan tenaga pengajar sekolah minggu lama yang pergi
merantau ke luar kota, maka terjadilah perekrutan dengan skala besar untuk guru-guru

sekolah minggu yang cukup muda.

Para guru sekolah minggu ini juga menyukai interaksi dengan anak-anak. Hal ini

dikarenakan seluruhnya dari mereka para guru adalah pelajar ataupun mahasiswa perempuan.

Perempuan yang memiliki sifat empati dan simpati yang baik tentu akan memampukan

mereka berbaur dalam lingkup kehidupan anak-anak kecil.11

Selain kemampuan kognitif, kemampuan interaksi pada anak-anak, hampir semua para

guru sekolah minggu memiliki talenta mengajar ataupun menyanyi. Sebanyak 4 guru sekolah

minggu yang memiliki status pendidikan mahasiswa menyatakan lebih menyukai mengajar.

Sementara 2 orang lainnya menyukai menyanyi, 1 orang yang menyatakan menyukai

mengajar dan menyanyi serta 2 orang lainnya memiliki talenta yang tidak berhubungan

dengan mengajar ataupun menyanyi. Talenta mengajar dan menyanyi yang mereka miliki

didapatkan dari jalur pendidikan mereka yang berstatus mahasiswa bidang pendidikan serta

sebagian lagi dikarenakan selalu aktif dalam kegiatan latihan koor serta menjadi song leader

yang memampukan mereka untuk bernyanyi.12 Tetapi menurut keterangan oleh Pendeta,

talenta bukan memainkan peranan utama, keinginan besar untuk mengajar sekolah minggu

adalah hal yang paling utama sedangkan talenta menjadi penunjang pelaksana kinerja. Para

parhalado gereja pun turut serta membantu mereka mendapatkan pengetahun pendidikan

anak-anak.13

Tabel 4.1.1

11
Lolita Nainggolan, guru sekolah minggu HKBP Ressort Nagojor, wawancara dengan penulis pada 21 Maret
pukul 17.00 WIB
12
Reflince Manurung, guru sekolah minggu HKBP Ressort Nagojor, wawancara dengan penulis pada 20 Maret
pukul 18.00 WIB
13
Pdt. Lerik Jon Panjaitan, STh, Pendeta Ressort HKBP Nagojor, wawancara dengan penulis pada 21 Maret
2021 pukul 19.00 WIB
Talenta yang Dimiliki Para Guru Sekolah Minggu

No. Talenta Jumlah


1. Mengajar 4
2. Menyanyi 2
3. Mengajar & Menyanyi 1
4. Dll. 2

Progesivitas para guru sekolah minggu ini pun turut dipantau dengan kontinu melalui

pemberian pembinaan secara personal seperti pengetahuan psikologi anak, metode mengajar,

apa isu-isu teologi yang sedang berkembang dan tentang hukum-hukum perlindungan anak.,

diberikan buku panduan Sekolah Minggu dalam 6 bulan, diadakan sermon sekolah minggu

untuk membekali pengetahuan alkitab setiap minggunya, diberikan almanak dan kalender

HKBP sebagai media untuk mengenal HKBP dan tahun-tahun gerejawi didukung juga

dengan peranan parhalado gereja yang berprofesi sebagai guru serta tenaga penunjang dari

pelayan full timer gereja seperti diakones dan guru huria. 14 Pembinaan secara personal

menjadi solusi dari gereja sendiri atas persoalan-persoalan yang dihadapi para guru sekolah

minggu.

Kemampuan-kemampuan yang mereka peroleh dari pembinaan maupun dari parhalado

gereja ternyata belumlah mumpuni.15 Hal ini terlihat dalam kegiatan peribadahan yang saya

amati secara langsung, ditemukan masih adanya kesulitan memanajemen anak-anak sekolah

minggu serta mengendalikan tingkah laku anak-anak yang cenderung agresif dan lincah. Ini

mengakibatkan kesulitan untuk memimpin ibadah yang tertib dan tenang. Kesulitan ini

mereka rasakan setiap minggunya. Untuk itu, gereja menawarkan solusi bagi mereka semua

dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil guru sekolah minggu yang mempunyai

14
Pdt. Lerik Jon Panjaitan, STh, Pendeta Ressort HKBP Nagojor, wawancara dengan penulis pada 21 Maret
2021 pukul 19.00 WIB
15
Elisabet Pakpahan, guru sekolah minggu HKBP Ressort Nagojor, wawancara dengan penulis pada 21 Maret
pukul 18.00 WIB
tugas masing-masing dalam setiap kegiatan peribadahan. Ada yang bertugas memantau anak-

anak, ada yang bertugas menyampaikan Firman Tuhan, ada juga yang bertugas menemani

dan mengajari anak-anak secara langsung ditengah-tengah anak-anak itu. Bercerita,

berdiskusi, menggunakan alat peraga serta bernyanyi adalah metode yang seringsekali

mereka terapkan dalam kegiatan sekolah minggu.16

Kinerja dan pengabdian diri para guru sekolah minggu ini pun diberikan apresiasi sesuai

dengan rapat huria yang mengadakan pemberian insentif. Tetapi karena keterbatasan dana

maka insentif ini tidak maksimal. Namun gereja tetap melakukan upaya seperti

mengusahakan adanya bantuan dari pemerintah desa yang sudah diberikan secara bertahap

selama 2x dalam satu tahun. Bantuan dari pemerintah desa ini sudah dimulai pada tahun

2018. Gereja dan pemerintah telah menyepakati adanya perhatian kepada para guru-guru

sekolah minggu. Diberikan anggaran sebanyak 6juta/tahun bagi para GSM. Memang harapan

gereja sudah pasti adalah memberikan insentif setiap bulan kepada para GSM. Hanya saja

karena minimnya anggaran gereja serta dampak situasional covid ini, dana bantuan dari

pemerintahpun mengalami kendala. Sehingga sulit sekali untuk mengupayakan adanya dana

insentif setiap bulannya. Harapan di hari kedepannya memang sudah dipikirkan untuk

menuju kesana. Visi untuk perkembangan pelayanan sekolah minggu ternyata telah

dipikirkan oleh pimpinan jemaat beserta seluruh parhalado huria.17

b. Pemberian Kepercayaan

Menurut Robbins, kepercayaan (trust) adalah suatu harapan positif bahwa orang lain tidak

akan bertindak secara oportunistik melalui kata-kata, tindakan, atau keputusannya. Istilah

secara oportunistik merujuk pada risiko dan kerentanan yang inheren dalam setiap hubungan

16
Shinta tamba, guru sekolah minggu HKBP Ressort Nagojor, wawancara dengan penulis pada 20 Maret pukul
19.00 WIB
17
Pdt. Lerik Jon Panjaitan, STh, Pendeta Ressort HKBP Nagojor, wawancara dengan penulis pada 21 Maret
2021 pukul 19.00 WIB
kepercayaan. Kepercayaan tidak dapat diminta atau dipaksakan tetapi kepercayaan harus

dihasilkan. Kepercayaan timbul dari suatu proses yang lama sampai kedua belah pihak saling

mempercayai. Apabila kepercayaan sudah terjalin maka usaha untuk mengkoordinirnya lebih

mudah.18

Adanya rasa kepercayaan yang terlah terjalin baik antara pendeta selaku pimpinan jemaat

dengan para guru sekolah minggu ini telah tampak pada aktivitas ataupun program-program

yang telah dibentuk. Sesuai keterangan dari pendeta, jika para guru sekolah minggu selalu

diawasi dan tidak diberikan kepercayaan maka yang muncul adalah kondisi tertekan dan

mempengaruhi pada kemerosotan kreativitas mereka. Memberikan kepercayaan menjadi titik

kunci bagi perkembangan mereka serta kemandirian mereka dalam mengoptimalkan

pelayanan serta ide-ide kreatif mereka sendiri. Tentu semua orang memiliki kelemahan

ataupun kelalaian, para guru sekolah minggu pun tentunya pernah lalai dalam tugasnya.

Teguran dan nasehat perlu diberikan. Untuk itu diadakannya sermon setiap minggu demi

peningkatan kualitas serta upaya evaluasi dalam rangka menilai dan mengetahui kelebihan

serta kekurangan masing-masing.

Program sekolah minggu disusun dan didiskusikan bersama dengan para guru sekolah

minggu yang dipimpin oleh Pendeta sendiri. Bahan ajar sekolah minggu telah disusun oleh

Pendeta dengan mengikuti panduan dari Buku Panduan Sekolah Minggu HKBP. Kreativitas

mengajar para guru sekolah minggu juga dituntut tetapi tetap dalam pantauan dari Pendeta

Ressort. Dengan adanya buku panduan ini sangat menolong para guru sekolah minggu dalam

mempersiapkan alat peraga ataupun ringkasan Firman Tuhan yang akan mereka sampaikan. 19

Ini tentunya juga mempermudah mereka untuk lebih memusatkan perhatian yang lebih

banyak pada perilaku anak-anak. Pendeta beserta parhalado ataupun full timer gereja lainnya
18
Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi Jilid 2. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.
19
Hotma Tampubolon, guru sekolah minggu HKBP Ressort Nagojor, wawancara dengan penulis pada 21 Maret
pukul 16.00 WIB
seperti diakones dan guru huria pun turut serta menghadiri kegiatan ibadah sekolah minggu

ini.20

Tentunya pemberian kepercayaan ini dapat terjalin karena adanya komponen-komponen

seperti integritas, kompetensi, konsistensi, loyalitas dan keterbukaan yang nyata.

Kepercayaan ini juga dijalin dengan terciptanya kerjasama berkelompok para guru sekolah

minggu yang terstruktur dalam kegiatan sekolah minggu. Kegiatan berkelompok ini selalu

diterapkan setiap minggunya demi membantu para guru sekolah minggu memimpin anak-

anak yang tentunya sangat aktif. Ada 3 sampai 4 orang didalam satu kelompok. Kegiatan

sekolah minggu yang dilakukan dengan berkelompok dan tentunya kerjasama yang baik akan

memudahkan terciptanya kondisi pengajaran yang baik dan teratur.

Dalam kerjasama yang baik juga dituntut untuk mampu bekerja sesuai dengan arahan dan

ketentuan yang disampaikan oleh pendeta selaku pimpinan huria. Bekerjasama dengan

pendeta selaku pimpinan huria juga perlu diperhatikan. Jika hal ini tidak ada, maka tentu saja

akan mengalami kekacauan serta program tidak berjalan sesuai target.21

c. Wewenang

Wewenang adalah hak pengambilan keputusan dan hak untuk memerintahkan orang lain

atau bawahan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Disisi lain pendelegasian

wewenang berkaitan juga dengan tindakan mempercayakan tugas biasanya dari atasan kepada

bawahan. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Arifin (2012:125) menyatakan

bahwa pendelegasian merupakan tindakan mempercayakan tugas (yang pasti dan jelas)

20
Debora Rajagukguk, guru sekolah minggu HKBP Nagojor, wawancara dengan penulis pada 21 Maret pukul
20.00 WIB
21
Cahyani Sinaga, guru sekolah minggu HKBP Ressort Nagojor, wawancara dengan penulis pada 20 Maret
pukul 20.00 WIB
kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban dan pertangung jawaban kepada bawahan

secara individu dalam setiap posisi tugas.22

Para guru sekolah minggu di gereja ini pun tentu diberikan wewenang oleh pendeta

selaku pimpinan jemaat. Ada wewenang yang diberikan kepada para guru sekolah minggu

yang saya amati dilapangan yaitu kewenangan untuk berkreativitas. Tentunya berkreativitas

ini dimanfaatkan dalam mendidik anak, memberitakan Firman Tuhan, serta keikutsertaan

terlibat dalam diskusi bersama dalam sermon sekolah minggu yang dilakukan setiap hari

sabtu yang dipimpin oleh Pendeta sendiri. Kewenangan ini diberikan karena sudah terlebih

dahulu diberikan kepercayaan dari pendeta kepada para guru sekolah minggu. Kepercayaan

yang sudah diperoleh ini haruslah dilaksanakan dengan hati-hati dan penuh tanggung jawab

dalam diri. Kewenangan ini juga mengajarkan pentingnya komitmen kinerja serta

kemandirian yang akan terlatih perlahan-lahan.

Keputusan-keputusan yang diambil dalam rangka pelaksanaan wewenang terlihat dalam

diberikan sangsi dan teguran kepada anak-anak sekolah minggu yang didapati melakukan

kesalahan ataupun kelalaian. Tentunya teguran ini diberikan secara halus demi mengarahkan

perubahan karakter anak-anak. 23Teguran ataupun sangsi perlu diberikan untuk memberikan

pengajaran kepada anak-anak akan apa yang patut dan tidak patut dalam tindakan mereka.

Tidak hanya itu, anak-anak pun diajarkan berlatih menerima semua konsekuensi atas setiap

perbuatan yang dilakukan atas kesadaran diri ataupun tidak. Hadiah-hadiah kecil pun

diberikan sebagai lambang pada apresiasi citra diri yang baik yang selalu turut dipantau

perubahannya.

22
Arifin, Syamsul. 2012. Leadership; Ilmu dan Seni Kepemimpinan
23
Debora Rajagukguk, guru sekolah minggu HKBP Nagojor, wawancara dengan penulis pada 21 Maret pukul
20.00 WIB
Wewenang ini cukup luas seperti tertera dalam aturan dan peraturan HKBP. Hal ini

sebagai bentuk pertanggungjawaban demi perkembangan iman seorang anak. Wewenang

mereka terutama adalah menjadi pengajar dan pembimbing bagi anak-anak. Dengan

ketentuan tugasnya sebagai guru sekolah minggu sebagai berikut24:

1. Menyusun bahan ajar tentang firman Allah, kehidupan kekristenan dan jemaat,

demikian juga kehidupan segenap HKBP sesuai dengan perkembangan pikiran,

emosi, dan fisik anak-anak sekolah minggu.

2. Menyajikan bahan ajar yang telah direncanakan kepada sekolah minggu sesuai

dengan kelasnya.

3. Merencanakan dan mengadakan kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler seperti wisata

rohani dan kunjungan ke panti-panti asuhan untuk dilaksanakan oleh anak-anak

sekolah minggu.

4. Mengadakan evaluasi tentang pemahaman dan penghayatan anak sekolah minggu

secara berkala dan mempergunakan hasil-hasil evaluasi itu untuk meningkatkan mutu

pengajaran Sekolah Minggu.

5. Membuat laporan tentang pelaksanaan pembelajaran Sekolah Minggu secara berkala

dan menyampaikannya kepada Ketua Seksi Sekolah Minggu, dan selanjutnya

disampaikan kepada Ketua Dewan Koinonia dan ke Pimpinan Jemaat.

Dikatakan oleh pendeta resort HKBP Nagojor bahwa wewenang ini pun turut perlu

diberikan sebagai bentuk apresiasi terhadap pengaktualisasian diri guru sekolah minggu.25

d. Tanggung Jawab

24
HKBP, Aturan Dohot, 46.
25
Pdt. Lerik Jon Panjaitan, STh, Pendeta Ressort HKBP Nagojor, wawancara dengan penulis pada 21 Maret
2021 pukul 19.00 WIB
Menurut pendapat Yaumi yang dimaksud tanggung jawab (responsibility) adalah suatu

tugas atau kewajiban untuk melakukan atau menyelesaikan tugas dengan penuh kepuasan

(yang diberikan oleh seseorang, atau atas janji atau komitmen sendiri) yang harus dipenuhi

seseorang, dan memiliki konsekuen hukuman terhadap kegagalan.26 Tanggung jawab pada

taraf yang paling rendah adalah kemampuan seseorang untuk menjalankan kewajiban karena

dorongan dari dalam dirinya, atau biasanya disebut dengan panggilan jiwa. Ia mengerjakan

sesuatu bukan semata-mata karena adanya aturan yang menyuruh untuk mengerjakan hal itu.

Tetapi, ia merasa kalau tidak menunaikan pekerjaan tersebut dengan baik, ia merasa

sesungguhnya ia tidak pantas untuk menerima apa yang selama ini menjadi haknya.

Guru sekolah minggu yang memiliki peranan sebagai pendidik, pembimbing, motivator,

pemberita Firman Tuhan serta pengasuh anak dengan penuh kasih juga memiliki peranan

dalam mengambil tanggung jawab. Penting sekali adanya tanggung jawab untuk

memperhatikan bagaimana cara mengajar yang efektif dan kreatif untuk mampu

mengarahkan anak-anak pada perubahan karakter dan iman yang dewasa. Sikap anak ketika

merespon dan meneladani Firman Tuhan juga perlu diperhatikan sebagai evaluasi hasil

pengajaran.

Memang merupakan tanggung jawab guru sekolah minggu untuk turut serta

memperhatikan pertumbuhan serta perkembangan iman anak-anak, tetapi tidak sepenuhnya

menjadi tanggung jawab guru sekolah minggu. Hal ini juga membutuhkan adanya kerjasama

dengan orang tua selaku pemeran utama yang memperhatikan dan mengarahkan perubahan

perilaku anak karena anak telah tinggal dan memiliki waktu lebih banyak bersama orang

tuanya.27

26
M. Yaumi, Pendidikan Karakter (Landasan, Pilar & Implementasi), (Jakarta : Prenadamedia Group, 2016),
72
Menurut pendeta HKBP Ressort Nagojor ada banyak hal yang perlu disoroti oleh guru

sekolah minggu sendiri terutama disiplin, berpenampilan menarik, serta bertanggung jawab

atas setiap lingkungan yang dipercayakan karena ada 9 lingkungan bagi setiap guru sekolah

minggu. Masing-masing guru sekolah minggu memiliki tanggung jawab di wilayah atau

sektornya sendiri. Tanggung jawab yang diberikan ini secara otomatis akan mengarahkan

para guru untuk selalu memperhatikan ataupun mengawasi setiap anak seperti kehadiran anak

setiap minggu diacara ibadah, program buku tabungan sekolah minggu dan lain-lain. dalam

kehidupan sehari-hari pun seorang guru punya tanggung jawab holistik sebagai seorang guru

yang perilakunya harus terlihat dan berdampak baik bagi lingkungan serta bagi anak-anak

sekolah minggu.28

Guru sekolah minggu memiliki kebebasan dalam mengaplikasikan kreatifitas mereka

namun tetap ada patron dalam setiap event atau kegiatan yang dilakukan oleh gereja.

Misalnya dalam kegiatan paskah nanti, setiap guru sekolah minggu memberikan

kreatifitasnya dalam membuat obor, yel-yel nyanyian, prosesi paskah, pemberian hadiah,

kreatifitas telur paskah dan lain-lain dan tentu nantinya ada penilaian dari gereja serta

pemberian hadiah. Maka, kreativitas sangat dituntut.29

Evaluasi pun perlu ditegaskan. Gereja melakukan evaluasi dengan kegiatan sermon yang

bertujuan mengevaluasi kinerja guru-guru sekolah minggu, memberikan wawasan alkitab,

bimbingan metode mengajar serta mengikutsertakan setiap guru dalam rapat bersama yang

27
Roslina Sijabat, guru sekolah minggu HKBP Ressort Nagojor, wawancara dengan penulis pada 20 Maret
pukul 16.00 WIB
28
Pdt. Lerik Jon Panjaitan, STh, Pendeta Ressort HKBP Nagojor, wawancara dengan penulis pada 21 Maret
2021 pukul 19.00 WIB
29
Pdt. Lerik Jon Panjaitan, STh, Pendeta Ressort HKBP Nagojor, wawancara dengan penulis pada 21 Maret
2021 pukul 19.00 WIB
dikordinatori oleh pimpinan jemaat dan adanya pemberdayaan yang kontinuitas setiap

tahunnya.30

Sesuai dengan Buku Panduan Tahun Pemberdayaan HKBP, dikatakan bahwa ada empat

kategori ataupun faktor dalam pemberdayaan yakni :31

1) Spiritualitas

a. Keterhubungan setiap saat dengan Allah, Yesus Kristus dan Roh Kudus

b. Penghayatan tugas panggilan

c. Irama hidup sesuai dengan misi Kristus

2) Pengembangan wawasan berpikir

a. Pemahaman perkembangan serta tantangan zaman

b. Pemahaman realitas sosial sesuai konteks

c. Pembangunan jaringan komunitas

d. Pemahaman isu-isu lingkungan hidup, SARA, Gender, human trafficking

serta perkembangan teknologi

e. Adaptasi baru pada dampak pandemic Covid 19

3) Keterampilan

a. Kemampuan dasar yang dilatih terus-menerus dan dikembangkan secara

berkelanjutan sehingga menjadi ahli dan professional

b. Keterampilan menghadapi era digital yang membutuhkan kreatifitas,

kolaborasi, berpikir kritis dan komunikasi

4) Pengembangan kelembagaan yakni berupa evaluasi terhadap struktur saat ini.

4.2 Upaya-upaya Pemberdayaan Bagi Peningkatan Professionalitas Guru Sekolah Minggu

30
Jesica Manurung, guru sekolah minggu HKBP Ressort Nagojor, wawancara dengan penulis pada 20 Maret
pukul 17.00 WIB
31
Kantor Pusat Huria Kristen Batak Protestan, Buku Panduan Tahun Pemberdayaan, 8-9.
Ada pun beberapa upaya-upaya yang telah dilaksanakan di gereja HKBP Ressort Nagojor

sendiri yakni :

a. Sermon Guru Sekolah Minggu

Berdasarkan informasi yang didapat melalui pimpinan jemaat yang Pendeta Ressort serta

melalui tindakan pengamatan dan dokumentasi didapati bahwa, sermon Guru Sekolah

Minggu ini diadakan setiap hari sabtu pada pukul 19.00 WIB – 20.00 WIB. Kegiatan di

dalam sermon ini dilakukan dengan diskusi ringan seperti menelaah alkitab, telaah khotbah

sekolah minggu, mempelajari lagu-lagu Buku Nyanyian Sekolah Minggu, persiapan metode-

metode mengajar, program-program kegiatan sekolah minggu seperti buku tabungan sekolah

minggu dan diakhir dengan adanya sesi evaluasi kinerja dalam satu minggu.32

b. Training Guru Sekolah Minggu

Training juga diadakan bagi para guru sekolah minggu dengan jumlah perwakilan dari

setiap huria yakni 3 orang. Dalam informasi yang ditemukan melalui Pendeta Ressort, bahwa

training seringnya diadakan di pertengahan tahun. Training pemberdayaan ini dimulai sejak

tahun 2015. Pengadaan training sempat mengalami kendala dalam pelaksanannya yang

dikarenakan situasi negara Indonesia yang menderiwa wabah Corona Virus sejak tahun 2020

sampai saat ini. Training ini dilakukan dikarenakan masih banyaknya para guru sekolah

minggu yang belum memiliki pengalaman serta masih di dalam jenjang pendidikan Sekolah

Menengah Atas (SMA). Di dalam training ini dihadirkan sejumlah ahli bidang pendidikan

anak dan juga bidang pendidikan psikologi perkembangan. Di dalam sesi training ini, setiap

guru sekolah minggu diberikan pengetahuan seputar metode yang tepat untuk mengajar anak-

anak, struktur psikologis perkembangan serta hukum-hukum perlindungan anak. Dari

informasi yang ditemukan, tidak selalu training pemberdayaan ini diadakan, hal ini

Pdt. Lerik Jon Panjaitan, STh, Pendeta Ressort HKBP Nagojor, wawancara dengan penulis pada 28 Maret
32

2021 pukul 15.00 WIB


dikarenakan beberapa hal seperti kesiapan para guru sekolah minggu serta jika ada ditemukan

berbagai masalah yang timbul dalam pelayanan sekolah minggu. Pada tahun 2021, akan

diadakan training juga bagi para guru-guru sekolah minggu yang akan diadakan dari Distrik

XXIV Tanahjawa sendiri di dalam 2 gelombang di regional 1 untuk tanah jawa dan mandoge,

regional 2 dari huta tinggi sampai huta bayu. Guru sekolah minggu setiap gereja akan

dihadirkan dalam acara itu. Pembicara ataupun pelatih pemberdayaan itu nantinya akan

mengundang ahli-ahli psikologi perkembangan anak serta mengundang kepada Biro

SMIRNA. Kegiatan ini akan berlangsung pada Mei 2021. Program ini diadakan dari HKBP

sendiri yang mengusung Tahun Pemberdayaan, yang harus dilaksanakan oleh Distrik

Tanahjawa sendiri. Para peserta dari gereja HKBP Ressort Nagojor sendiri berjumlah 3 orang

guru sekolah minggu yang akan ditanyakan kesediaannya.

c. Bimbingan dari para pelayan Fulltimer Gereja dan Parhalado Gereja

Para pelayan full timer serta parhalado gereja juga mendukung dengan memberikan

informasi pengetahuan tambahan dan bagaimana upaya-upaya dukungan agar mereka bisa

menjadi kompeten dan profesional. Bentuk dari dukungan ini seperti pemberian pengetahuan

tentang pemahaman tata cara ibadah sekolah minggu, pemahaman mengelola kelas, serta

metoda-metode mengajar.33

d. Pemberian Insentif

Pemberian insentif tentunya disertakan oleh gereja sendiri. Hal ini dilakukan dalam upaya

pemberian dukungan serta perhatian pada para guru sekolah minggu. Berdasarkan informasi

dari Pendeta sendiri serta pengamatan yang dilakukan, rapat yang diadakan huria sendiri

menyatakan para guru sekolah minggu sudah sepantasnya diberikan insentif. Tetapi karena

keterbatasan dana maka insentif ini tidak maksimal. Namun gereja tetap melakukan upaya

33
Sintua Sitindaon, Sintua HKBP Nagojor, wawancara dengan penulis pada 04 April 2021 pukul 19.00 WIB
seperti mengusahakan adanya bantuan dari pemerintah desa yang sudah diberikan secara

bertahap selama 2 kali dalam satu tahun. Bantuan dari pemerintahan desa ini sudah dimulai

pada tahun 2018. Gereja dan pemerintah telah menyepakati adanya perhatian kepada para

guru-guru sekolah minggu. Diberikan anggaran sebanyak 6juta/tahun bagi para GSM.

Tunjangan insentif yang diberikan oleh pemerintahan desa baru terjadi 2 tahun ini yang

dimulai dari tahun 2019 dalam bentuk pemberian dana sosial bagi gereja dan perhatian

kepada tenaga pengajar sekolah minggu.

Memang harapan gereja sendiri sudah pasti adalah memberikan insentif setiap bulan

kepada para guru Sekolah Minggu. Hanya saja karena minimnya anggaran gereja serta

dampak situasional covid ini, dana bantuan dari pemerintah daerah pun mengalami kendala.

Sehingga sulit sekali untuk mengupayakan adanya dana insentif setiap bulannya. Harapan di

hari kedepannya memang sudah dipikirkan untuk menuju kesana.34

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Ada 4 faktor-faktor yang penting dalam pelaksanaan pemberdayaan guru sekolah

minggu. Faktor-faktor ini antara lain yakni kompetensi, pemberian kepercayaan,

wewenang serta tanggung jawab. Tentunya keempat faktor ini sangat mendukung dan

mempengaruhi terbentuknya karakter professional dalam diri setiap guru sekolah

minggu. Tanpa adanya pemberdayaan ini, sangatlah tidak mungkin untuk seorang

guru menjadi kompeten atau ahli dibidangnya.

34
Pdt. Lerik Jon Panjaitan, STh, Pendeta Ressort HKBP Nagojor, wawancara dengan penulis pada 28 Maret
2021 pukul 15.00 WIB
a) Faktor pertama ialah kompetensi, Kompetensi adalah kemampuan bersikap,

berpikir dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan,

sikap dan keterampilan yang dimiliki oleh tenaga pendidik.

b) Faktor kedua adalah pemberian kepercayaan, Kepercayaan tidak dapat diminta

atau dipaksakan tetapi kepercayaan harus dihasilkan. Kepercayaan timbul dari

suatu proses yang lama sampai kedua belah pihak saling mempercayai.

Apabila kepercayaan sudah terjalin maka usaha untuk mengkoordinirnya lebih

mudah.

c) Faktor ketiga ialah pemberian wewenang, bahwa pendelegasian wewenang ini

merupakan tindakan mempercayakan tugas (yang pasti dan jelas) kewenangan,

hak, tanggung jawab, kewajiban dan pertangung jawaban kepada bawahan

secara individu dalam setiap posisi tugas.

d) Faktor keempat ialah pemberian tanggun jawab, Tanggung jawab pada taraf

yang paling rendah adalah kemampuan seseorang untuk menjalankan

kewajiban karena dorongan dari dalam dirinya, atau biasanya disebut dengan

panggilan jiwa. Ia mengerjakan sesuatu bukan semata-mata karena adanya

aturan yang menyuruh untuk mengerjakan hal itu. Tetapi, ia merasa kalau

tidak menunaikan pekerjaan tersebut dengan baik, ia merasa sesungguhnya ia

tidak pantas untuk menerima apa yang selama ini menjadi haknya.

Sedangkan menurut Buku Panduan Tahun Pemberdayaan HKBP, dikatakan bahwa ada

empat kategori ataupun faktor dalam pemberdayaan yakni : Spiritualitas, Pengembangan

wawasan berpikir, Keterampilan serta Pengembangan kelembagaan yakni berupa evaluasi

terhadap struktur saat ini.

2. Ada beberapa upaya-upaya pemberdayaan yang dilakukan oleh HKBP Ressort

Nagojor yakni :
a. Sermon Guru Sekolah Minggu

Kegiatan di dalam sermon ini dilakukan dengan diskusi ringan seperti menelaah alkitab,

telaah khotbah sekolah minggu, mempelajari lagu-lagu Buku Nyanyian Sekolah Minggu,

persiapan metode-metode mengajar, program-program kegiatan sekolah minggu seperti buku

tabungan sekolah minggu dan diakhir dengan adanya sesi evaluasi kinerja dalam satu

minggu.

b. Training Guru Sekolah Minggu

Training juga diadakan bagi para guru sekolah minggu dengan jumlah perwakilan dari

setiap huria yakni 3 orang. Dalam informasi yang ditemukan melalui Pendeta Ressort, bahwa

training seringnya diadakan di pertengahan tahun. Training pemberdayaan ini dimulai sejak

tahun 2015 sampai dengan tahun 2021 saat ini yang secara rutin diagendakan dari Distrik

XXIV Tanah Jawa.

c. Bimbingan dari para pelayan Fulltimer Gereja dan Parhalado Gereja

Para pelayan full timer serta parhalado gereja juga mendukung dengan memberikan

informasi pengetahuan tambahan dan bagaimana upaya-upaya dukungan agar mereka bisa

menjadi kompeten dan profesional.

d. Pemberian Insentif

Pemberian insentif tentunya disertakan oleh gereja sendiri. Hal ini dilakukan dalam upaya

pemberian dukungan serta perhatian pada para guru sekolah minggu. Gereja melakukan

upaya seperti mengusahakan adanya bantuan dari pemerintah desa yang sudah diberikan
secara bertahap selama 2 kali dalam satu tahun. Bantuan dari pemerintahan desa ini sudah

dimulai pada tahun 2018.

5.2 Saran

1. Melihat telah adanya upaya-upaya pemberdayaan yang telah dilaksanakan oleh HKBP

Ressort Nagojor serta upaya dari Distrik XXIV Tanah Jawa, bahwasanya

pemberdayaan guru sekolah minggu telah mendapatkan perhatian yang cukup.

Tentunya upaya ini tidak hanya diusahakan oleh gereja sendiri tetapi juga gereja

menuntut adanya perhatian dari pemerintah daerah setempat. Namun diperlukan juga

solusi kreatif dari Gereja sendiri untuk menyikapi regenerasi guru sekolah minggu

yang terjadi sebagai akibat adanya guru sekolah minggu yang telah menerima

pembinaan namun akibat desakan-desakan tertentu yang mengharuskan mereka

merantau dan meninggalkan tugas pelayanan sekolah minggu . Regenerasi guru

sekolah minggu ini menyebabkan stagnannya pembinaan dan pemberdayaan yang

telah diupayakan dari gereja dan Distrik XXIV Tanah jawa.

2. Melihat upaya-upaya pemberdayaan yang telah dilakukan oleh Gereja HKBP Ressort

Nagojor serta Distrik XXIV Tanah Jawa yang sudah cukup memberikan hasil yang

nyata dan berkelanjutan. Para guru sekolah minggu yang telah diberdayakan sudah

mampu untuk melaksanakan kinerjanya dengan kesadaran tugas dan tanggung jawab

yang diberikan. Memang masih ada hambatan-hambatan yang bisa ditemukan pada

kegiatan pelayanan mereka seperti hambatan pengelolaan kelas dan kemampuan

kompetensi yang masih belum dirasakan cukup. Hal ini tentunya perlu untuk

diberikan solusi kreatif dari Gereja sendiri agar tidak menjadi ketimpangan dalam

pelayanan sekolah minggu. Kompetensi dan kualitas para pengajar haruslah

ditingkatkan.

Anda mungkin juga menyukai