LANDASAN TEORI
2.1 Pemberdayaan
atau kelompok oleh beberapa agen ataupun pimpinan organisasi. Gerakan pemberdayaan
pertama sekali disuarakan oleh aktivis feminis western yang menegaskan hak mereka atas
persamaan representasi, perlakuan dan kesempatan dan ini kemudian diformalkan dan
diperkuat oleh undang-undang hak pilih dan persamaan hak pada waktu itu.1
Pemberdayaan atau disebut juga dengan empowerment yang berasal dari kata “empower”
yang memberikan pengertian tentang : (1) to give power to (memberi kekuasaan), (2) to give
berasal dari kata dasar “daya”, yang berarti kekuatan atau tenaga, juga mengandung arti
sebagai potensi yang dapat menggerakan sesuatu. Secara umum diartikan lebih berdaya dari
sebelumnya baik dalam hal wewenang, tanggung jawab maupun kemampuan individual
kepada bawahan, serta mendorong mereka secara mandiri agar dapat merampungkan
1
Quinn, Jhon J. dan Davies, Peter W.F., Ethics and Empowerment, (London : Macmillan
Press, 2008), 23-24.
2
Imam Wahyudi, Pengembangan Pendidikan : Strategi Inovatif dan Kreatif dalam
Mengelola Pendidikan Secara Komprehensif, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2012), 25-26.
3
Kadarisman, Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2013), 233.
Pemberdayaan (empowerment) merupakan upaya pengembangan yang melingkupi employee
involvement, yaitu memberikan wewenang dan tanggung jawab yang cukup untuk
sistem desentralisasi yang melibatkan para pekerja atau bawahan dalam pembuatan
kepercayaan kepada setiap individu dalam suatu organisasi, serta mendorong mereka untuk
perubahan dan pengembangan manusia itu sendiri, yang berupa kemampuan (competency),
sebagai akibat proses kematangan dan pengalaman. Perkembangan memiliki dua proses yang
saling berlawanan yakni pertumbuhan atau evolusi dan kemunduran atau involusi. Bower
kemampuan dan kemudian akan menghilang dan yang akan dapat muncul kembali.5
komunitasnya.6
4
Nurul Ulfatin dan Teguh Triwiyanto, Manajemen Sumber Daya Manusia Bidang
Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Pers, 2016), 90.
5
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan , terjemahan oleh Istiwidayanti dan
meningkatkan daya atau kekuatan yang ada menjadi lebih, sehingga dengan peningkatan daya
dan kekuatan tersebut, seorang menjadi lebih berdaya dari sebelumnya. Daya yang bersumber
ketrampilan (skill) dan sikap (attitude). Pemberdayaan sumber daya manusia (SDM)
aspek manajemen yang sangat kunci dan strategis, karena sumber daya manusia yang akan
memberi daya terhadap sumber-sumber lainnya dalam suatu manajemen untuk mencapai
tujuan. Aspek penting lain dari pemberdayaan adalah bahwa pemberdayaan turut serta
pekerjaan untuk dilakukan dan kebebasan bagi mereka untuk melakukannya secara kreatif.
motivasinya sama, yaitu mengantar orang ke dalam keadaan yang lebih baik, ke kemampuan
yang lebih besar dan kepribadian yang lebih dewasa. Fokus pembinaan adalah manusia yang
hidup di dalamnya. Disana jiwa dan imannya dapat berkembang secara kodrati dan Injil dapat
meneranginya.8Pembinaan yang riil tidak bermaksud mengubah orang menurut tatanan luar,
tetetapi menolong orang mengubah diri atas kesadaran diri sendiri bahwa yang ada padanya
6
Sumodiningrat, Upaya Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: IDEA, 1997), hal. 165
7
Syafarudin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep Strategi, dan Aplikasi,
(Jakarta: Grasindo Gramedia Indiasrana, 2002), hal. 66-67
8
J.J. To masoa, Membina Jemaat Kristen di Bumi Indonesia, (Yogyakarta : TPK Gunung Mulia, 1986), 9-10
9
J.J. To masoa, Membina Jemaat Kristen di Bumi Indonesia, (Yogyakarta : TPK Gunung Mulia, 1986), 9
Membina artinya membangun. Tetetapi bukan membangun sesuatu yang mati. Melainkan
membangun sesuatu yang hidup, misalnya manusia dan masyarakat yang karyanya bermakna
bagi kehidupan semesta. Hal ini bisa dirumuskan seperti ini : membina jemaat yang sudah
kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab yang bertautan. Bersama dengan itu meningkatkan
kemampuannya lahir batin, intelektual maupun mental. Pembinaan tentu harus dilaksanakan
menggiatkan potensi yang belum bangun dan aktif pada mereka yang dibina.
semua orang dalam kesatuan gereja. Ini artinya seseorang ataupun sekelompok orang
harus merasa terpanggil untuk turut memasang dayanya, material maupun spiritual.
Dengan demikian, manajer atau pimpinan organisasi mampu belajar untuk berhenti
mengontrol dan pekerja belajar bagaimana bertanggung jawab atas pekerjaannya dan
membuat keputusan yang tepat. Pemberdayaan yang diikuti dengan pembinaan dapat
mengubah gaya kepemimpinan, hubungan kekuasaan, cara pekerjaan dirancang, dan cara
organisasi distrukturkan.11
10
J.J. To masoa, Membina Jemaat Kristen di Bumi Indonesia, (Yogyakarta : TPK Gunung Mulia, 1986) 80-84.
Prof. Dr. Wibowo. Manajemen Kinerja. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007),
11
114.
2.2 Kepribadian dan Motivasi
2.2.1 Kepribadian
Kepribadian atau personality berasal dari istilah bahasa latin yakni persona yang memiliki
arti topeng, perlengkapan yang selalu dipakai dalam panggung drama. Konotasi persona ini
2. Kenyataan psikologis
3. Kenyataan sosial
psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuain-penyesuaian yang unik terhadap
Setiap orang merupakan pribadi yang memiliki ciri atau karakter khas dan unik. Karakter
berasal dari istilah Belanda yakni Karakterologie juga berasal dari bahasa Yunani Charas
Sein yang memiliki arti pencerminan seluruh kepribadian dan muncul secara sepintas. 14
Beberapa ahli psikologi yang menyangkut kepribadian telah mengatakan bahwa kepribadian
adalah sekumpulan organisasi dinamik dari sistem psikologis yang terdapat dalam diri
Irwanto, Heman Elia, dkk, Psikologi Umum : Buku Panduan Mahasiswa, (Jakarta : PT
12
Irwanto, Heman Elia, dkk, Psikologi Umum : Buku Panduan Mahasiswa, (Jakarta : PT
13
yang digunakan oleh seseorang untuk bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain.15
Kepribadian maupun personality adalah pola-pola perilaku, tata krama, pemikiran, motif, dan
emosi yang khas, yang membentuk karakter kepada individu sepanjang waktu dan berbagai
situasi yang berbeda. Pola-pola ini meliputi banyak trait yaitu cara-cara dan kebiasaan
berperilaku, berpikir dan merasakan seperti contohnya pemalu, ramah, mudah berteman,
Mengenai proses tata cara terbentuknya suatu kepribadian seseorang, beberapa penelitian
menunjukkan bahwa terdapat paling tidak ada tiga faktor yang turut berperan dalam
1) Faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, ialah yang diwarisi oleh seseorang dari orang
tuanya pada komposisi biologis, fisiologis, dan psikologis yang secara inheren
2) Interaksi dengan lingkungan. Ini meliputi ajaran dan disiplin dalam keluarga, kultur di
mana seseorang dibesarkan, norma-norma yang berlaku dan berbagai kelompok sosial
3) Faktor situasi. Merupakan reaksi seseorang terhadap situasi tertentu yang bisa saja
Maka ada beberapa ciri-ciri yang membentuk atau mendorong seseorang memiliki
15
Sondang P. Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), 93-94
Carole Wade dan Carol Tavris, Psikologi Jilid 2, Terjemahan oleh Padang Mursalin dan
16
Merumuskan seluruh kepribadian tentu saja menjadi hal yang sangat sulit. Salah satu cara
yang dapat dilakukan untu mudah mengenali berbagai jenis kepribadian itu ialah dengan
a) Kepribadian ekstrovert
b) Kepribadian introvert
Perlu ditegaskan kembali bahwa dengan memiliki tipe kepribadian tertentu, tetap terbuka
kemungkinan bagi seseorang untuk berperilaku dan bertindak menyimpang dari ciri-ciri
Menurut Freud, kepribadian terdiri dari tiga sistem utama : id, ego, dan superego. Setiap
tindakan yang diperlihatkan merupakan hasil interaksi dari keseimbangan antara ketiga
Alam Bachtiar, Obat Minder : Rahasia Menjadi Pribadi Percaya Diri, Berani Tampil Beda
18
psikologis yang tidak disadari dan motivasi untuk menghindari rasa sakit dan mendapatkan
kesenangan. Ego merupakan sistem kedua yang muncul setelah id. Ego adalah “wasit” atau
penengah antara kebutuhan insting dan tuntunan sosial masyarakat. Freud berpendapat ego
disadari sekaligus tidak disadari dan mewakili “akal sehat dan penilaian yang baik”.
Superego merupakan sistem terakhir yang mewakili moralitas dan otoritas orang tua,
termasuk juga suara hati yang memberitahu suatu waktu jika merasa berbuat salah. Menurut
Freud, kepribadian yang sehat harus dapat menyeimbangkan ketiga sistem didalamnya.20
Murray juga memiliki defenisi tersendiri mengenai bentuk kepribadian. Defenisi kepribadian
menurut Murray :
1) Kepribadian individu adalah abstraksi yang dirumuskan oleh teoretikus dan bukan
2) Kepribadian individu adalah rangkaian peristiwa yang secara ideal mencakup seluruh
4) Kepribadian adalah fungsi yang menata atau mendorong dalam diri individu. Tugas-
Jadi, Murray secara sederhana merumuskan kepribadian yang berorientasi pada pandangan
bentuk organisme, fungsi kepribadian sifat dasarnya mengatur, ciri-ciri berulang dan baru
Carole Wade dan Carol Tavris, Psikologi Jilid 2, Terjemahan oleh Padang Mursalin dan
20
2.2.2 Motivasi
Kata motivasi berasal dari bahasa latin yang memiliki arti bergerak. Motivasi merupakan
penyebab atau alasan yang membuat melakukan apa yang dilakukan. Ada empat area utama
motivasi manusia yakni : makanan, cinta, seks, dan pencapaian. Dorongan untuk bergerak ini
akan mencapai suatu tujuan karena motivasi intrinsik, yakni suatu keinginan untuk
melakukan suatu aktivitas atau pencapain tertentu semata-mata demi kesenangan atau
kepuasan yang didapat dari melakukan aktivitas tersebut, atau juga karena motivasi
ekstrinsik, yakni keinginan untuk mengejar suatu tujuan yang diakibatkan oleh imbalan-
imbalan eksternal.22
Yang dimaksud dengan motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang
anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuannya dalam bentuk keahlian
atau ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang
Dorongan ialah kekuatan dari dalam yang memiliki tujuan tertentu dan berlangsung di luar
Carole Wade dan Carol Tavris, Psikologi Jilid 2, Terjemahan oleh Padang Mursalin dan
22
Motivasi dimulai dengan mendefinisikan motif bukan dengan mengacu pada rangsangan
internal tetapi dengan mengacu pada tujuan. Menurut definisi, tujuan, yang disebut motif,
harus memiliki otonomi tertentu. Pekerjaan merintis tentang pendekatan pencarian tujuan
dilakukan oleh Henry Murray dan rekan-rekannya pada tahun tiga puluhan. Murray beralih
ke definisi motif sebagai tujuan dan bukan dorongan karena kebutuhan, dia menemukan
bahwa dia tidak bisa menggambarkan hal-hal yang orang perjuangkan. Perjuangan tujuan
manusia terlalu kompleks dan dibedakan untuk dicakup oleh kosakata dorangan atau tujuan.25
Motivation ialah satu variabel yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu di
Teori-teori Motivasi
Salah satu teori motivasi berdasarkan riset ditemukan gagasan bahwa ada beberapa motif
tertentu yang merupakan dasar manusia dalam berfungsi dan orang-orang memilikinya dalam
Andrade, Roy D dan Strauss, Claudia, Human Motives and Cultural Models, (New York :
25
James P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, terjemahan oleh Kartini Kartono, (Jakarta :
26
Kepribadian, dan Pengembangan Diri, Terjemahan oleh Maria Lubis, (Jakarta : PT Bentara
Aksara Cahaya, 2020), 237.
Andrew Elliot mengemukakan suatu integrasi antara pendekatan motif dan pendekatan
tujuan. Elliot mengusulkan bahwa motif-motif pencapaian adalah factor kepribadian yang
tersimpan dalam diri, yang mengarahkan orang-orang ke tujuan pencapaian berbeda, dan
dalam risetnya yang cemerlang, dia menunjukkan bagaimana pengukuran “motif pencapaian”
tertentu, tetapi bagaimana seseorang diperlakukan oleh orangtua, guru, saudara, dan teman
telah menentukan cara temperamen itu mengekspresikan diri dalam kehidupan. Beberapa
temperamen seperti karakter ceria, mungkin cenderung menjadi aset dan yang lain seperti
Teori Freud klasik berdasarkan pada keinginan orang-orang untuk mencari kesenangan dan
menghindari rasa sakit. Seluruh pencapaian dalam teori Freud mengarah pada, apa yang
benar-benar diinginkan manusia adalah memuaskan hasrat mereka. Serta ada dua tujuan yang
mendorong pencapaian yakni hasrat untuk memvalidasi kompetensi seseorang serta hasrat
1) Pemberian motivasi tentulah berkaitan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan
berbagai sasaran organisasional. Melalui pada pandangan ini bahwa dalam tujuan dan
Carol S. Dweck, Self Theories : Wawasan Psikologi Terbaru tentang Motivasi,
28
Kepribadian, dan Pengembangan Diri, Terjemahan oleh Maria Lubis, (Jakarta : PT Bentara
Aksara Cahaya, 2020), 238.
Kepribadian, dan Pengembangan Diri, Terjemahan oleh Maria Lubis, (Jakarta : PT Bentara
Aksara Cahaya, 2020), 239
30
Sondang P. Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), 139.
sasaran organisasi yang diberi motivasi tersebut. Secara populer dapat dikatakan
bahwa pemberian motivasi hanya akan efektif apabila dalam diri para anggota
organisasi yang digerakkan itu terdapat keyakinan bahwa dengan tercapainya tujuan
dan berbagai sasaran organisasi tujuan pribadipun akan ikut pula tercapai.
usaha tingkat tinggi untuk mencapai tujuan organisasi. Akan tetapi kesediaan
3) Dalam usaha pemahaman teori motivasi dan aplikasinya, yang dimaksud dengan
kebutuhan ialah keadaan internal seseorang yang menyebabkan hasil usaha tertentu
menjadi menarik.
Dari batasan pengertian diatas, terlihat bahwa motivasi dapat bersumber dari dalam diri
seseorang yang sering dikenal dengan istilah motivasi internal atau intrinsik. Akan tetapi
dapat pula bersumber dari luar diri orang yang bersangkutan yang dikenal dengan istilah
motivasi tersebut sedemikian rupa sehingga menjadi daya pendorong yang efektif.
Salah seorang pelopor yang mendalami teori motivasi adalah Abraham H. Mashlow.
Keseluruhan teori motivasi yang dikembangkan oleh Mashlow berintikan pendapat yang
mengatakan bahwa kebutuhan manusia itu dapat diklasifikasikan pada lima hirarki
31
Sondang P. Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), 146.
1) Kebutuhan fisiologis
4) Kebutuhan “esteem”
Karena itulah dapat dikatakan bahwa bagaimanapun motivasi didefenisikan, terdapat tiga
komponen utamanya, yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan, yang merupakan
segi pertama dari motivasi, timbul dalam diri seseorang apabila ia merasa adanya kekurangan
Berarti dorongan merupakan usaha pemenuhan kekurangan secara terarah. Dapat dikatakan
bahwa dorongan, sebagai segi kedua motivasi, berorientasi pada tindakan tertentu yang
secara sadar dilakuka oleh seseorang. Dorongan dapat bersumber dari dalam diri seseorang
dan dapat pula bersumber dari luar diri orang tersebut. Dorongan yang berorientasi pada
tindakan itulah yang sesungguhnya menjadi inti motivasi sebab apabila tidak ada tindakan,
situasi ketidakseimbangan yang dihadapi oleh seseorang tidak akan pernah teratasi. Segi
ketiga motivasi adalah tujuan. Tujuan adalah segala sesuatu yang menghilangkan kebutuhan
dan mengurangi dorongan. Mencapai tujuan berarti mengembalikan keseimbangan dalam diri
Pendidikan menurut Paulo Freire ialah “circulo de cultura” yang merupakan sebuah lingkup
kebudayaan dimana orang merasa aman dan diterima sebagai subyek-subyek yang berhak
berkembang. Dan tujuan pendidikan ialah sebagai tugas kultural untuk membuka tabir
Sondang P. Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), 142-
32
143.
dehumanis dan mengubahnya menjadi keadaan humanis yang akan memerdekakan
manusia.33
tenaga kependidikan, kompensasi dan penilaian tenaga kependidikan. Semua itu perlu
dilakukan dengan baik dan benar agar diharapkan tercapainya ketersedianya tenaga
kependidikan yang diperlukan dengan kualifikasi dan kemampuan yang sesuai serta dapat
Kualitas program pendidikan bergantung tidak saja pada konsep-konsep program yang
cerdas tapi juga pada para personel sekolah yang mempunyai kesanggupan dan keinginan
berprestasi. Tanpa personel yang cakap dan efektif, program pendidikan yang dibangun di
atas konsep yang cerdas serta dirancang dengan teliti pun dapat tidak berhasil. Pentingnya
kesanggupan dan gairah personil sekolah dalam pelaksanaan program telah mendorong
banyak kepala sekolah untuk menuntut tanggung jawab lebih besar dalam seleksi,
sosiologi harus mempelajari jenis-jenis pendidikan yang umum yang berkaitan dengan
berbagai jenis masyarakat, berusaha mencari tahu kondisi apa yang membuat jenis-jenis
pendidikan tersebut saling bergantung dan bagaimana pendidikan tersebut saling bergantung
dan bagaimana pendidikan itu bermunculan dari satu sama lain. Dalam analisisnya tentang
33
Mudji Sutrisno, Pendidikan Pemerdekaan, (Jakarta : Obor, 1995), 22-29.
34
Oteng Sutrisna, Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritis untuk praktek Profesional, (Bandung:Angkasa,1983),
hal. 109
pendidikan, Durkheim melihat pendidikan memiliki tiga tingkat yakni ilmu pendidikan, teori
Di tingkat penyelidikan ini, pendidik Kristen bisa berpartisipasi dalam penelitian dan
menggunakan deskripsi yang diperolehnya sebagai hipotesis untuk teori pedagogi di tingkat
berikutnya. Dalam menggunakan hipotesis itu, bagi orang Kristen adalah cara pandangnya.
Cara pandang Kristen berfokus pada Firman Allah yang hidup dan tertulis dan
menyingkirkan semua pandangan lain yang tidak sesuai atau tidak melengkapi kebenaran
Allah. Tingkat kedua dari analisis Durkheim adalah tingkat teori pedagogi atau teori praktis.
Teori pedagogi diorientasikan bukan kepada masa kini atau masa lalu, tetapi masa depan.
Teori-teori pedagogi tersebut menghasilkan dan memberikan pengarahan dan sintesis untuk
pendidikan. Tingkat ketiga dari analisis Durkheim adalah tingkat praktik. Praktik dalam
pendidikan digambarkan sebagai apa yang harus dilakukan, prosedurnya seperti apa. Praktik
berkaitan dengan seni pendidikan yang berorientasi pada sebuah tujuan yang khusus.
Kekuatan pendidikan Injili terletak pada komitmennya kepada praktek pendidikan dan
komitmen ini tidak boleh hilang. Namun, para pendidik Injili juga harus secara lebih serius
John Eggleston dalam analisisnya memberikan lima pertanyaan kunci untuk mengeksplorasi
nilai-nilai dan komitmen dalam pekerjaan atau pelayanan pendidikan secara khusus :36
1. Apa yang disebut sebagai pengetahuan, pengertian, nilai, sikap dan kemampuan ?
35
Robert W. Pazmino, Fondasi Pendidikan Kristen : Sebuah Pengantar dalam Perspektif
Injili, Terjemahan oleh Denny Pranolo dan Yanti, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2013), 254-
256.
36
Robert W. Pazmino, Fondasi Pendidikan Kristen : Sebuah Pengantar dalam Perspektif
Injili, Terjemahan oleh Denny Pranolo dan Yanti, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2013), 256-
257.
2. Bagaimana caranya mengurutkan elemen-elemen ini berdasarkan derajat pentingnya
dan statusnya ?
4. Apa yang menjadi identitas dari kelompok di mana defenisi-defenisi tersebut bisa
5. Apakah sah bagi kelompok tersebut untuk bertindak dengan cara seperti itu ?
Perspektif Eggleston menyarankan agar mereka yang terpanggil untuk berada di posisi yang
bertanggung jawab dan berkuasa harus dipertanyakan dan dievaluasi oleh mereka yang
dilayaninya.37
Paulston mengatakan bahwa reformasi teori pendidikan berakar dalam orientasi ideologi yang
sistematis tentang realitas sosial dan proses perubahan sosial. Cara pandang Paulston
menantang orang Kristen yang peduli pada reformasi atau pembaharuan pendidikan. Teori
mana yang konsisten dengan cara pandang Kristen dengan mempertimbangkan observasi
Paulston bahwa orientasi tersebut “bukan acak atau variatif, tetapi berasal dari bias personal
tentang orientasi teoritis dan ideologis yang mengarah pada realitas sosial dan proses
perubahan sosial ?
Paulston juga mengingatkan bahwa orang Kristen mungkin terpanggil untuk melayani dalam
berbagai poin dalam masyarakat, ada yang bekerja dalam sistem yang berusaha mencari
keseimbangan untuk menyesuaikan tuntutan Injil, sementara yang lain lagi terpanggil untuk
menentang sistem atau masyarakat dengan cara konflik kreatif dan menawarkan peluang
baru.38
PERKEMBANGAN IMAN
37
Robert W. Pazmino, Fondasi Pendidikan Kristen : Sebuah Pengantar dalam Perspektif
Injili, Terjemahan oleh Denny Pranolo dan Yanti, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2013), 258.
James Fowler telah mengembangkan teori tentang tahap-tahap perkembangan iman, yang
membangun teorinya berdasarkan teori Piaget tentang perkembangan kognitif dan teori
Kohlberg tentang perkembangan moral. Iman lebih merupakan suatu proses menjadi daripada
sesuatu yang diproses seseorang. Fowler memberikan tujuh kategori yang membedakan
tahap-tahap berbeda dari perkembanga manusia : bentuk logika, mengambil peran, bentuk
penilaian moral, batasan-batasan dari kesadaran sosial, fokus otoritas, bentuk dari koherensi
dunia dan peran simbol. Enam tahap perkembangan iman Fowler adalah sebagai berikut :39
mempercayai sesuatu yang dipercayai orang tuanya dan tidak pernah yang lain.
yang dimiliki oleh “kelompok” mereka. Iman pada tahap ini mulai mensintesakan
4. Iman individual-reflektive. Pada masa akhir remaja dan awal masa dewasa, fokus
asumsi tradisional.
5. Iman conjunctive. Tahap iman yang dewasa, jarang ditemukan dalam diri seseorang
yang belum beranjak usia 30 tahun yang mengintegrasikan posisi posisi di luar
38
Robert W. Pazmino, Fondasi Pendidikan Kristen : Sebuah Pengantar dalam Perspektif
Injili, Terjemahan oleh Denny Pranolo dan Yanti, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2013), 259-
260.
39
Robert W. Pazmino, Fondasi Pendidikan Kristen : Sebuah Pengantar dalam Perspektif
Injili, Terjemahan oleh Denny Pranolo dan Yanti, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2013), 297-
301
posisinya sendiri, dan merespons identifikasi yang melampaui ras, kelas sosial atau
6. Iman universalizing. Jumlah orang pada tahap ini langka sekali, karena hanya sedikit
sekali orang yang disebut “raksasa rohani” yang mampu mencapai tahap ini. Iman
pada tahap ini bersifat universal di mana seorang individu mengidentifikasi dirinya
melampaui dirinya dan mengarah kepada Allah sebagai suatu realitas yang
dirindukan.
Sebuah alternatif yang radikal terhadap teori Fowler diberikan oleh Ruth Beechick yang
seseorang dalam hidupnya, misalnya peran sebagai anak, teman, anggota organisasi, pekerja,
1. Masa prasekolah
Alkitab
40
Robert W. Pazmino, Fondasi Pendidikan Kristen : Sebuah Pengantar dalam Perspektif
Injili, Terjemahan oleh Denny Pranolo dan Yanti, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2013), 301-
302.
d) Mulai mengembangkan konsep tentang yang benar dan salah
b) Bertumbuh dalam kesadaran akan kasih dan tanggung jawab kristiani dalam
3. Masa remaja
yang bertambah
bersifat kekal
4. Kedewasaan
akan mengarahkan perkembangan spiritual dalam suatu perencanaan dasar yang bersifat
kompetensi berarti kemampuan atau kecakapan, maka hal ini erat kaitannya dengan
perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam
Menurut Hall dan Jones mengatakan bahwa kompetensi (competence) adalah pernyataan
yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan
perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur. Sedangkan
menurut Jonhson, kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang
dari pengetahuan (daya pikir), sikap (daya kalbu), dan keterampilan (daya fisik) yang
diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Dengan kata lain, kompetensi merupakan perpaduan
dari penguasaan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam
seseorang untuk berunjuk kerja dalam menjalankan tugas atau pekerjaan guna mencapai
Senada dengan itu Usman mngatakan bahwa, kompetensi adalah suatu hal yang
menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang
kuantitatif. Pengertian ini menggambarkan makna bahwa kompetensi ini dapat digunakan
dalam dua konteks, yakni: pertama, sebagai indikator kemampuan yang menunjukkan kepada
perbuatan yang diamati. Kedua, sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek kognitif, afektif,
kemampuan nyata atas penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
mencakup pengusaan substansi isi materi kurikulum mata pelajaran di sekolah, substansi
kemampuan seorang guru dalam penguasaan materi secara luas dan mendalam yang meliputi
penguasaan materi keilmuan, metode khusus pembelajaran bidang studi serta pengembangan
wawasan etika dan pengembangan profesi sesuai dengan keahlian dan keterampilan yang
Sukses dalam Sertifikasi Guru), (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 51-52
43
Ramayulis, Etika dan Profesi Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), hlm. 84
pendidikan hanya akan jalan ditempat, tidak ada tanda-tanda dalam peningkatan mutu
kualitas pendidikan.45
Karakteristik adalah ciri khas atau bentuk watak atau karakter yang dimiliki seorang individu,
corak tingkah laku, tanda khusus. Ada bebrapa karakteristik mengenai kompetensi
4. Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses mengajar dan belajar
dalam kelas.
Sedangkan menurut Gary dan Margaret yang di kutip oleh Mulyasa, berpendapat bahwa
merencenakan pembelajaran.
dengan kemampuan untuk menghadapi dan menagani peserta didik yang bermasalah,
45
Manpan Drajat dan M. Ridwan Effendi, Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2014), 90.
E. Mulyasa, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Putra Grafika, 2007), 22-
47
24.
3. Memiliki kemampuan memberikan umpan balik (feed back) dan penguatan
(reinforcement) antara lain: memberikan umpan balik yang positif terhadap respon
peserta didik, memberikan respon yang sifatnya membantu terhadap peserta didik
yang lamban belajar, memberikan tindak lanjut terhadap jawaban peserta didik yang
4. Memiliki kemampuan peningkatan diri antara lain menerapkan kurikulum dan metode
pembelajaran.
Dalam proses mengajar, guru memiliki tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi
fasilitas belajar untuk mencapai pada tujuan belajar. Guru memiliki tanggung jawab untuk
membantu proses perkembangan anak. Secara rinci tugas guru yakni :48
1. Mendidik anak dengan titik berat memberikan arah dan memotivasi pencapaian tujuan
penyesuaian diri. Guru juga harus mampu merangsang murid untuk memenuhi
Sebagai perencana pengajaran, guru harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang prinsip-
prinsip belajar dalam merancang kegiatan belajar mengajar, merumuskan tujuan, memiliki
bahan ajar, memilih metode, dan menetapkan evaluasi. Dengan demikian proses belajar
H. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991),
48
98-99
Sebagai motivator, guru juga berperan memberikan motivasi yakni :50
3. Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai demi merangsang prestasi yang
lebih baik
Menurut Nasrun Harapa, ada beberapa pelaksanaan evaluasi dalam memberikan perhatian
1. Aspek tentang berpikir yang meliputi pemikiran yang logis, inteligensi, ingatan dan
lain-lain.
2. Aspek perasaan sosial yang meliputi kerjasama tim, cara pemecahan masalah, nilai-
Aspek kekayaan sosial yang meliputi pandangan hidup, masalah-masalah sosial, politik dan
ekonomi.
Pelayanan anak (sekolah minggu) merupakan tempat yang dipakai oleh Tuhan untuk
menjangkau anak-anak agar mereka mengenal kasih Tuhan Yesus Kristus serta keselamatan
dari-Nya. Melalui sekolah minggu, anak-anak juga memiliki relasi yang baik dengan Tuhan,
sehingga mereka memliki pengalaman spiritualitas yang bagus. Untuk mewujudkan tujuan
H. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991),
49
100.
H. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991),
50
101.
H. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta,
51
1991),188.
sekolah minggu tersebut, maka gereja merekrut warga jemaat untuk menjadi guru sekolah
minggu.
Panggilan untuk mengajar jemaat di dalamnya termasuk anak sekolah minggu sudah di awali
sejak Perjanjian Lama. Dalam artian, umat menerima pendidikan dalam proses sosialisasi,
baik dalam konteks keluarga maupun umat Allah. Selanjutnya, dalam Perjanjian Baru, hal
mengajar telah dimulai oleh Tuhan Yesus Kristus saat memanggil para murid-Nya menjadi
komunitas murid Kristus yang menjadi ‘cikal bakal’ gereja Kristen. Di sinilah mandat
pendidikan itu sudah kita temukan. Tuhan Yesus memanggil dan mendidik para murid-Nya
Jelas di sini, warga jemaat dipanggil melakukan tugas panggilan Kristiani untuk menjadikan
semua bangsa murid-Nya. Begitu juga menurut penulis bahwa ungkapan Rasul Paulus dalam
Efesus 4:1-6 sangat menarik bahwa Tuhan telah menganugerahkan tugas-tugas pelayanan
sebagai guru atau pengajar kepada gereja. Karunia sebagai guru atau pengajar diberikan
Allah untuk membangun tubuh Kristus menuju kedewasaan iman. Setiap orang yang
dipanggil-Nya
Sebagai faktor penentu keberhasilan sekolah minggu, seorang guru sekolah minggu harus
memenuhi beberapa syarat: 1) Seorang yang telah diselamatkan; 2) Seorang Kristen yang
pendidikan adalah sebuah panggilan; 5) Suka pada anak didiknya; 6) Baik kesaksian
hidupnya; 7) Bertanggung jawab; 8) Terlatih sebagai guru; 9) Bersandar pada kuasa Roh
Kudus. 26 Seorang guru harus berani “membayar harga atas panggilan kudus yang
diterimanya dari Tuhan”. Ia rela mempersembahkan semuanya bagi Tuhan, baik waktu,
tenaga, pemikiran, maupun uang, bagi pelayanan anak. Agar pelayanannya berhasil, ia harus
Dien Sumiyatingsih, Mengajar dengan Kreatif dan Menarik (Yogyakarta: ANDI, 2006), 32-
52
33.
mempersiapkan diri sebaik mungkin, baik secara pribadi maupun bersama teman guru
lainnya. Persiapan mengajar merupakan hal yang wajib dilakukan oleh para guru sekolah
minggu, baik secara pribadi maupun secara bersama-sama guru yang lain.53
Setiap guru sekolah minggu memiliki tugas pribadi, sebagai berikut: Pertama, menyiapkan
setiap pertemuan hari Minggu dengan berbagai acara atau lagu/cerita/aktivitas yang kreatif,
sehingga sekolah minggu tidak menjadi pertemuan rutin yang monoton. Sekolah Minggu
diharapkan penuh variasi yang bukan saja menyenangkan anak, melainkan juga membuat
anak semakin mengenal Yesus bertumbuh dalam segala hal seperti yang Yesus inginkan.
Kedua, mengikuti persiapan mengajar serajin mungkin, membuat alat peraga sebaik
mungkin, membuat tata ruang kelas variatif agar tidak monoton, menyiapkan aktivitas anak
yang kreatif yang mengembangkan seluruh potensi anak. Ketiga, mengembangkan diri,
sebagai seorang guru ia harus terus aktif mengembangkan dirinya dengan banyak membaca
buku dan menerapkan serta mengembangkan pengetahuan yang ia peroleh. Seorang guru juga
harus aktif mengikuti pelatihan seminar, pelatihan mengajar, pembinaan guru, dan
sebagainya. Keempat, tugas guru lainnya adalah belajar dari kebutuhan dan keinginan anak.
Tujuannya adalah agar guru semakin memahami dunia anakanaknya, dan kemudian
Ada sebuah Pelayanan Pelepasan Sidi yang dikenal dengan “malua” yang merupakan
singkatan dari malua sian panghanghungion ni natora, yang mengartikan lepas dari tanggung
jawab “Janji Pembaptisan Anak”. Ini yang menjadi alasan adanya tanggung jawab orangtua
Ayub Yahya, Menjadi Guru Sekolah Minggu yang Efektif (Jakarta: Footprints Publishing,
53
2011), 19.
54
Paulus Lie, Mereformasi Sekolah Minggu, (Yogyakarta : Andi, 2003), 122-123.
oleh janjinya sendiri untuk membina anaknya supaya mengikuti iman kepercayaannya, hanya
dengan cara itu anaknya layak dibaptis. Oleh sebab itu, pelayanan Sekolah Minggu memiliki
1. Pembentukan sikap koinonis dengan rasa sukacita untuk bersekutu di tengah gereja
Pengajaran Sekolah Minggu ini telah diupayakan sejak awal oleh Dr. I.L. Nommensen yang
telah meringkas cerita-cerita Alkitab ke dalam bahasa Batak dengan judul Buku Padan na
Robi na Pinajempek dan Padan na Imbaru na Pinajempek. Hal ini merupakan upaya untuk
mempermudah mengenal isi Alkitab serta menceritakannya. Pada buku ini telah dilengkapi
dengan referensi ayat hafalan, bagian Katekismus, dan Buku Ende. Pengajaran ini telah
menjadi cikal bakal dalam dunia pendidikan menjadi bahan pengajaran Agama Kristen.56
Guru Sekolah Minggu haruslah memiliki dua ciri berikut agar layak untuk memimpin
1. Menaruh minat. Siapa pun yang akan menjadi guru Sekolah Minggu haruslah
memiliki cinta kasih kepada anak-anak. Menaruh minat dan menyediakan diri bagi
kebutuhan anak-anak tentu akan mendapatkan perhatian dari anak-anak serta menjadi
Darwin Lumbantobing, dkk, Menggagas Masa Depan : HKBP Pasca-100 Tahun Dr. I.L.
55
Darwin Lumbantobing, dkk, Menggagas Masa Depan : HKBP Pasca-100 Tahun Dr. I.L.
56
kepadanya.
2. Pengetahuan keagamaan. Guru yang telah memiliki minat dan watak yang selalu giat
3. Mampu Mengajar.
Bagi Gereja HKBP tugas pelayanan kepada anak-anak diakui berasal dari pengajaran Yesus.
Anak-anak disambut Yesus untuk datang ke dalam kerajaan-Nya (Markus 10:13-16). Maka
HKBP sebagai perwujudan tubuh Kristus di dunia ini terpanggil untuk melayani anak-anak
seperti yang dikehendaki Tuhan. Pelayanan kepada anak-anak diwujudkan dalam wadah
sekolah minggu. Pelaksanaan pengajaran terhadap sekolah minggu di HKBP dilakukan dalam
bentuk ibadah dan khotbah. Ibadah secara bersama diadakan di dalam gedung gereja. Setalah
dengan membagi sesuai tingkatan (horong) usia anak sekolah minggu tersebut. Ibadah di
dalam gereja wajib dipimpin oleh penatua (Majelis Jemaat) yang sudah ditentukan
petugasnya serta dibantu oleh para guru Sekolah Minggu yang berfungsi sebagai pengawas
dan pengajar selama ibadah berlangsung. Pengkhotbah (pengajaran Firman Tuhan) dilakukan
oleh guru Sekolah Minggu yang diangkat dari antara warga jemaat muda, orangtua, atau oleh
majelis jemaat itu sendiri. Kemampuan mereka mengajar tentu dibekali dalam sermon
(penelahan materi) sebagaimana yang telah disediakan oleh Biro Sekolah Minggu,
Dewan Koinonia, telah merumuskan bahwa syarat menjadi Guru Sekolah Minggu adalah
sebagai berikut58:
minggu jemaat.
b) Berperilaku yang pantas ditiru, tidak bercela, rajin mengikuti kebaktian atau
perkembangan pikiranm emosi, dan fisik anak-anak sekolah minggu, dan proses
belajar.
f) Dipilih dalam rapat gabungan dewan Koinonia dan majelis tahbisan dari antara
warga jemaat, dan ditetapkan oleh pimpinan jemaat dengan surat keputusan, serta
a) Menyusun bahan ajar tentang firman Allah, kehidupan kekristenan dan jemaat,
b) Menyajikan bahan ajar yang telah direncanakan kepada sekolah minggu sesuai
dengan kelasnya.
HKBP, Aturan Dohot Paraturan HKBP 2002 Dung Amandemen Paduahon, (Tarutung : Kantor
58
HKBP, Aturan Dohot Paraturan HKBP 2002 Dung Amandemen Paduahon, (Tarutung : Kantor
59
sekolah minggu.
Membuat laporan tentang pelaksanaan pembelajaran Sekolah Minggu secara berkala dan