Anda di halaman 1dari 4

"Iya Tuan".

persembunyiannya bersama Kira-kira pukul lima pagi Passokkorang sudah rama bergegas-
gegas menyiapkan alat-alat perangnya. Sudal berangkatlah mereka ke Balanipa. Baru sekitar pukul enam
mereka sudah tiba di Campalagian bertemu dengan orang Balanipa di sana. Sebentar kemudian, tiba
pula orang-orang sebelah sungai Maloso (orang Passokkorang) yang menuju pun laki-laki yang tingga ke
Balanipa. Tidak satu Passokkorang. Hanya perempuan yang tinggal memasak Bertempurlah kedua raja
itu dahsyatnva berganti tebas menebas. Tidak ada saling melukai. Rupanya lawan kampiun. Tetapi mayat-
mayat anak buah, t bergelimang darah dan bergelimpangan di mana-mana. Puatta Saragian dan Puatta
Bulo segera ke kolong r raja Passokkorang lalu berkata : "oh Passangao, alai tambari Passallo naruai ipo
puang!" Passangao bergegas-gegas menga bil passallo (tempat obat) dan pintu dibuka. menyodor
passallo kepada orang yang minta obat itu. Tanpa pikir la Puatta Bulo menarik tangan Passangao, lalu
dibunuh. Seda Puatta memerintahkan anak buahnya untuk segera membal: hutan-hutan dan rumah-
rumah penduduk secara serentak. Agaknya pasukan Passokkorang sangat kuat, sehing hampir-hampir
saja pasukan Balanipa dipukul mundur dikalah. Pasukan Balanipa berteriak:"Rumbu-rumbu

dipondo'mu Passokkorang, pe'itao tama!" Artinya : "Asap apa itu vang sangat besar di belakangmu
Passokkorang. lihatlah! Jawab orang Passokkorang: "Umbu-umbunna tobaine asap dapurnya perempuan
yang memasak nasi. Tak usah kau peduli. Hantam kemari!" Orang Balanipa berteriak lagi: "Lihatlah
negerimu itu sudah hangus dimakan api!" orang Passokkorang menoleh sedikit dan sempat melihat
negerinya sudah habis mapparessu ande. Damo mujappanni, gasa'i mai!" Artinya : "Itu Mereka
semuanya lari hendak menolong negerinya. tetapi sudah terlambat Pasukan Balanipa tetap mengejar
mereka. Tetapi raja Passokkorang segera menyuruh hubungi raja Balanipa dan minta damal. Dengan
syarat. orang Passokkorang tidak akan datang lagi menyerang Balanipa dan mengakui Balanipa sebagai
kerajaan yang tidak bernaung pada kerajaan Passokkorang 6. Kebiasaan Orang Balanipa Setelah kerajaan
Balanipa aman dan stabil. tidak ada lagi gangguan dari Passokkorang. Todilaling mulai memperhatikan
dan membenahi kebiasaan-kebiasaan orang Balanipa Keblasaan orang Balanipa yang dijumpai Todilaling
ketika Balanipa belum memiliki adat (hukum). Apabila seorang laki- laki berselisih dengan sesamanya
lelaki, Tomakaka Napo duduk menyaksikanya. Kedua laki-laki yang berselisih itudi suruh masukkan ke
dalam "bala batu". Keduanya bersetumpu di dalam bala batu itu lalu bertikaman. Siapa yang lebih
dahulu luka

Sewaktu penduduk sedang asyik-asyiknya tidur, manik- diketahui bahwa di kampung itu banyak anak-
anaknya. Keesokan kejaran dan bersembunyi di semak-semak yang pada akhirnya manik itu
dihamburkan di semak-semak sekitar pekarangan yang manik-manik itu nampak oleh mereka. Karena
gembiranya. mereka panggil orang tuanya serta saudara-saudaranya untuk turut memungut manik-
manik yang banyak itu. Saking gembira- nva. mereka tidak merasa kepanasan di tempat itu. Pada malam
harinva, anak-anak di kampung itu bermain-main berkejar- bersama harinya. rata-rata anak-anak panas
badannya dan demam dari Puatta Saragian mengunjungi rumah rakyat yang ada anaknya sakit dan
memberi pengobatan kepada mereka. dan berhasil menyembuhkan mereka Dengan demikian.
bertambah banyak orang yang datang berobat kepadanya. Sekali waktu raja suruh datang ke istana
menderita penyakit. Pada karena ada keluarganya yang kesempatan itulah, Puatta Saragian
berkesempatan melakukan siasatnya. Sesudah dilakukan pengobatan, Puatta Saragian mulai
mengemukakan pendapatnya bahwa : "Dalam sebulan dua bulan ini, negeri Passokkorang akan diserang
wabah penyakit. Dan kemungkinan mengambil nyawa yang cukup banyak." Raja Passokkorang kelihatan
ngeri dan ketakutan. lalu bertanya: "Kalau begitu Puang, apa yang harus dilakukan oleh rakyat
Passokkorang ini?"

rumah-rumah yang berdinding ijuk Lima hari sebelum perang dimulai. Puatta Saragian nra akan
membakar hutan-hutan yang sudah kering, begitu pula bersama Puatta Bulo dan pengikutnya menebang
pohon untuk diladikan rakit ke Passokkorang melalui sungai Maloso Mapilli. Mereka menyamar pakai
rumput-rumput di atas rakit itu sehingga tidak seorang pun yang mengetahui bahwa di atas kayu-
memasuki akan yang manusia ada itu kayu bundar Passokkorang. Hari sudah senja. mereka sudah tiba di
pinggir hutan orang sementara makan malam. Puatta Bulo disuruh oleh Puatta raja Passokkorang
mencari-cari Passokkorang dan mencari persembunyian. Diperkirakan orang- Saragian ke kolong rumah
informasi rahasia yang mungkin dibicarakan oleh mereka Tidak lama kemudian terdengar olehnya pesan
raja "Makale' Passangao Passokkorang kepada permaisurinya kemammusu'mi tau ia Balanipa, anna ia
denni sule kumini, oh Passangao alai aui tamba' allan passallo' naruai ipe puang anna ketae' nakua dao
benni. Le'ba'mitau tutu'mi dokko babbamu le!" Artinya: "Besok Passangao (nama permaisuri) kalau kalau
kami sudah berperang dengan orang Balanipa dan ada orang datang mengatakan. "oh. Passangao,
berikan kemari penawar racun ada di Passallao raja kita terkena oleh tombak beracun. segera berikan.
Dan kalau tidak berkata demikian jangan berikan. Kalau orang itu sudah pergi tutuplah pintumu!" jawab
istrinya:

pemerintahnya. Sebelum uang itu dihambur, Puatta Saragian santai-santai perkampungan rakyat dan
kediaman-kediaman para pejabat Saragian dijamu makanan dan minuman serta makan sirih menurut ke
kediaman raja Passokkorang Topanggerek Tau. Puatta firasatnya pada malam ini negeri Passokkorang
akan kedatangan bersama. Pada kesempatan yang baik itu, Puatta Saragian mengemukakan maksudnya.
Dikatakannya, bahwa suatu rezeki yang sangat besar. Berarti negeri Passokkorang ini akan lebih kaya lagi
dari pada sekarang. "Jadi, apa yang harus jangan ada orang-orang kampung yang bangun melihat atau
turun dari rumah untuk mengusirnya," jawab Puatta Saragian. kami lakukan." tanya raja Passokkorang.
"Kalau ada terdengar suara rerumputan atau semak-semak seperti ada babi lewat AMaka serentak raja
suruh beberapa orang pergi mengumumkan disuruh cepat-cepat menutup pintu rumahnya masing-
masing. Semua hutan belukar dan rimba dihamburi uang seperti yang ke seluruh penduduk dalam ibu
negeri Passokkorang dan rakyat pengikut Puatta Saragian, mereka pun pulanglah ke negerinya masing-
masing. Kecuali Puatta Saragian masih tinggal. Pagi-pagi benar, orang-orang yang ke hutan hendak
direncanakan semula. Selesai pekerjaan itu dilakukan oleh ke kebunnya melewati hutan atau mengambil
kayu Puntambanan yang banyak durinya itu yang laksana bukit barisan membentengi kerajaan
Passokkorang. sempat melihat

Sesudah terpekur sebentar, seolah-olah menunggu petun Yang Maha Kuasa, Puatta Saragiang langsung
menjawa "Caranya, rumah-rumah penduduk harus berdinding ijuk. Juk yang mengandung obat, pikiran
dan penyakit yang sama untuk masing-masing," ada juga yang beratap Se termasuk istana raja
Passokkorang. Puatta Saragian segera pulang ke Balanipa melapork usahanya bagi Todilaling. Dia sangat
senang mendeng laporan Puatta Saragian. Puatta Saragian mengem kakan rencananya. Ia
menghamburkan sebagian besar air terjun di antara Passokkorang. Apabi rakvat melihat uang itu, pasti
seluruh hutan-hutan ya menutup serentak akan ditebang.Karena usul itu termak di akal raja, maka ia
meminta orang ke Gowa meminta uan berkisar dari berbagai pecahan uang seperti ketip sat karung, tali-
tali satu karung. suku-suku satu karung, rupiah sat karung dan ringgit satu karung. (Andi Tenriadji 1937:
25 Kurang le bih dua bulan lamanya, datang orang disuruh mengambil uang sebanyak yang disuruhkan.
Puatta Saragian segera berangkat bersama pengikutnya mengangkut uang itu ke Passokkorang
menghamburkan uang itu. Uang pecahan kecil dihamburkan ke semak-semak, jadi mudah kelihatan.
Sedang uang pecahan besar seperti rupiah dan ringgit, dihambur kan di hutan belukar dan rimba-rimba
besar yang tidak jauh dari

Passokkorang yaitu Napo, Samasundu, Mosso, Toda-todang Orang-orang di Manumanukang (Mapilli)


mulai mente orang-orang, orang-orang, orang-orang, orang-orang, orang-orang, dan orang baru, sedang
berjalan, sebagai raja. Lantaran pengacau yang dilepaskan oleh orang-orang Passokkorang sehin
kerajaan yang baru berdiri itu masyarakatnya tidak tenteram dijamin selalu takut. Politik dan keamanan
sangat kritis ekonomi rakyat mulai krisis, maka para pemimpin kerajaa kerajaan: Napo, Samasundu,
Mosso dan Toda-todang bersan Todilaling memimpin Puatta Sala (ra) gian, turunan da "Tokanaca" raja
Alu datang ke Balanipa. Puatta Saragian saya belum dikenal oleh orang-orang Passokkorang. Ia diperluka
untuk memberikan buah-buah pikirannya, menggantikan denga rencana penyerbuan melawan kerajaan
Passokkorang. Bagaapun dia mengikhtiarkan, agar dapat diakses negerewat da da Passokkorang mencari
kelemahan rakyat dan rajanya. Bermula Puatta Saragian melakukan penyamaran sebaga dukun. Setelah
percaya bahwa rakyat di sana mempercayai dirinya sebagai dukun karena cukup banyak yang sudah
disembuhkannya. Beliau lalu pulang ke negerinya mengambil manik-manik sekarung untuk dibawa ke
Passokkorang dihambur di sana, karena ia tahu penduduk di sana, sangat suka manik-manik. Manik-
manik itu diangkut dengan perahu melalui sungai Maloso (Mapilli)

Dia melanjutkan perjalanan ke Palippis, sampai di sana Tomak Lerang sedang asyik memperhatikan
orangnya memungut sip I Manyambungi menerima Tomakaka Lerang dari gunung Palippis. Tomakaka itu
menoleh dan melihat orang yang diundang. Sampai di sana, Tomakaka Lerang bertanya "Kau siapa?"
Jawab I Manyambungi: "Aku ini Bugis Mandar." Balik bertanya I Manyambungi. "Kalau kamu siapa?"
"Aku ini Tomakaka Lerang. Pekande makan tau" = selesai ucap makan hati manusia, "gertaknya. Belum
Tomakaka Lerang, aku Manyambungi langsung melepas tombak yang dipanggilI Naga dan langsung
bersarang di Tomakaka Lerang, ususnya terbuka, kemudian tersungkur sesuai kebutuhan. Semua anak
buahnya Bubar, berserakan, apakah Todilaling mana perginya. Satu pun tak ada yang berhasil bertahan,
Rajanya. Ikan-ikan dan siput-siput mereka sangat tak ada yang peduli lantaran. Aku Manyambungi pulang
ke perahunya untuk perjalananka perjalanannya. Saya Tabbilohe sampanye "Soreang" (Kandeapi
sekarang). Pertanda banw rombongannya telah tiba di Mandar. Negeri Mandar seolan-ola memperbaiki
gempa bumi lantaran suara I Tabbilohe. Lisan Pambusuang kaget dan berkata: "Ta'bilohe, apaditia macoa
cenderung dirranni." Maksudnya, amboi apa gerangan begitu enak di dengar

Anda mungkin juga menyukai