Anda di halaman 1dari 3

Kali ini George harus ketinggalan waktu liburan bersama sepupu-sepupunya karena ia dilarang pergi

oleh orang tuanya. Ia harus menghabiskan awal liburannya di atas kasur karena ia terserang batuk
dan pilek. Jadi ibunya memaksa dia untuk beristirahat. Tentu saja George terus-terusan merajuk
karena dilarang pergi. Julian dan adik-adiknya sekarang sedang berkelana dengan karavan pinjaman
mereka. Tentu saja George ingin segera bergabung dengan mereka. Untungnya ia berhasil
meyakinkan ibunya bahwa ia sudah sembuh dan akhirnya ibunya mengijinkannya untuk menyusul
Julian, Dick, dan Anne ke bukit dekat Puri Faynights.

Hari berikutnya, George naik kereta ke Faynights dan saudara-saudaranya sudah menantikan
kedatangannya. Untung kemarin George sudah mengirim kartu pos untuk mengabari kedatangannya.
Setelah berkumpul, mereka pun pergi ke sebuah toko yang menjual es krim untuk merayakan
kedatangan George dan Timmy. Dari ibu penjual, mereka mendapat informasi bahwa akan ada pasar
malam yang menghadirkan banyak atraksi yang cukup berbahaya. Tentu saja anak-anak sangat
tertarik untuk datang ke pasar malam. Apalagi tempat mereka memarkir karavan sekarang akan
menjadi tempat utama pemberhentian karavan-karavan orang pasar malam. Pasti suasana akan seru
dan mengasyikan bagi mereka.

Saat di desa ternyata Julian tidak lupa membeli koran. Dengan koran itu mereka mengecek ramalan
cuaca. Lalu perhatian mereka terhisap ke sebuah berita menganai dua sarjana terkenal yang
menghilang dan diduga melarikan diri ke Prancis dengan membawa dokumen-dokumen penting.
Kedua sarjana itu bernama Derek Terry-Kane dan Jeffrey Pottersham. Kemarin saat mendengar kabar
itu Julian sempat membuat kaget Bibi Fanny dengan menanyakan apakah Paman Quentin ada
dirumah, menghilang atau tidak? Hhaha.. Rupanya ia takut kalau sarjana yang dimaksud adalah
paman mereka dan Paman Quentin menghilang karena diculik. Tapi kini mereka lebih tenang karena
selain mendapat konfirmasi bahwa pamannya baik-baik saja, mereka juga sudah tahu nama kedua
sarjana ini.

Saat mereka kembali dari jalan-jalan, mereka melihat beberapa karavan lain yang sudah terparkir di
dekat karavan mereka. Hati mereka langsung membuncah. Pasti itu karavan orang-orang pasar
malam. Sayangnya perkenalan pertama mereka dengan orang pasar malam kurang mengesankan.
Masalahnya, saat mereka tiba di salah satu karavan, Timmy terus menggongong di dekat sebuah
kotak persegi besar yang rupanya isinya adalah dua ular sanca besar-besar yang membuat anak-anak
ngeri, bahkan juga Timmy. Sang pawang ular marah-marah pada anak-anak ini dan memperingatkan
mereka agar tidak mendekati karavannya lagi. Saat itulah datang karavan dengan nama tertera “Pak
Karet”. Yah, sudah pasti ialah si manusia karet yang tadi sempat dibicarakan oleh penjual eskrim di
desa. Yang mereka tahu selanjutnya adalah bahwa orang yang menghuni satu lagi karavan disitu
bernama Bufflo dan Skippy, namun mereka belum tahu apa profesi keduanya. Kini mereka semakin

tidak sabar menantikan karavan-karavan yang lain tiba 🙂

Hari berikutnya mereka memang benar, kira-kira ada lima karavan lain yang sudah datang. Seusai
sarapan, Anne dan George pergi ke desa terdekat untuk belanja dan mereka pergi bersamaan dengan
tiga wanita dari kelompok orang pasar malam. Sedangkan Julian dan Dick memutuskan untuk
berkeliling dan menyapa para artis pasar malam. Tapi ternyata dua kelompok kecil ini tidak mendapat
sambutan yang baik, baik itu Anne dan George ataupun Julian dan Dick. Orang-orang pasar malam
selalu memperingatkan mereka agar menjauh dari tanah perkemahan mereka. Lah, padahal kan Lima
Sekawan duluan yang tinggal di sini. Julian pun sempat marah karenanya. Tapi akhirnya mereka
memutuskan untuk menyuekin orang pasar malam. Seusai makan siang, mereka membaca surat dari
Bibi Fanny yang mengatakan bahwa Paman Quentin terus marah-marah setelah mendengar kabar
tentang menghilangnya dua sarjana karena salah satunya dulu sempat menjadi rekan kerja Paman
Quentin dan beliau tidak percaya kalau Terry-Kane ini adalah pengkhianat negara, mencuri dokumen
rahasia dan menjualnya pada negara lain. Saat membaca koran, ada secuil berita juga mengenai dua
sarjana ini. Well, cukup untuk berita tentang sarjana ini. Karena cuaca hari itu cerah sekali, mereka
memutuskan untuk jalan-jalan ke pantai yang berjarak dua mil dari tempat mereka memarkir
karavan. Yah, setidaknya mereka ke sana dengan bus sebelum kemudian melanjutkan perjalanan
dengan berjalan kaki.

Keindahan laut membuat mereka takjub, bahkan Anne ingin berenang, padahal saat itu masih bulan
April, tentu saja air laut masih sedingin es. Lantas mereka pergi ke dermaga dan mengobrol dengan
sejumlah nelayan yang ramah. Senangnya disambut dengan ramah begini, tidak seperti orang-orang
pasar malam yang kasar dan suka memelototi mereka. Karena hari menjelang sore, mereka
berpamitan dan memutuskan kembali ke perkemahan karavan dengan berjalan kaki. Sesampainya di
perkemahan, mereka tertegun, dua karavan mereka hilang! Astaga. Jahatnya orang-orang pasar

malam itu! 😦 Ternyata karavan mereka dipindahkan ke lapangan sebelah karena orang-orang pasar
malam tidak suka dengan kehadiran anak-anak di sekitar mereka. Karena hari sudah malam, anak-
anak memutuskan untuk beristirahat dan akan mendiskusikan hal ini keesokan harinya. Benar saja,
belum juga mereka bangun, seseorang sudah menggedor pintu karavan dan ia marah-marah.
Rupanya orang itu adalah sang pemilik tanah pertanian dimana sekarang dua karavan ini tertambat.
Orang itu mengusir anak-anak dan mengancamnya. Anak-anak semakin bingung, namun Julian tetap
bisa bersikap tenang sementara adiknya, Anne, cemas bukan main.

Julian dan Dick kembali lagi ke perkemahan orang-orang pasar malam, meminjam kuda untuk
menghela karavan-karavan mereka kembali ke tempat semula. Saat ketegangan terjadi, muncul
seorang kenalan lama yang membuat mereka semua tercengang. Ternyata anak itu adalah Jo, si
gelandangan. Diceritakan Jo ini sedang menyusul pamannya yang berkemah disini, dan ya, pamannya
adalah Pak Alfredo, si penelan api. Ckck.. Lalu dengan semangat Jo pun bercerita pada orang-orang
pasar malam mengenai petualangannya bersama Lima Sekawan, sementara Julian dan Dick kembali
ke tempat Anne dan George menunggu dan mereka bercerita tentang kemunculan Jo. Tentu saja
Anne senang, hanya saja George sedikit tidak senang karena ia sebenarnya iri pada Jo yang terlalu
mirip dengannya dan bisa lebih banyak hal daripada dirinya. Namun berkat bantuan Jo, akhirnya
kedua karavan bisa kembali ke tempat semula. Tapi Julian sudah memutuskan, mereka tetap akan
pergi dari perkemahan esok hari. Walaupun George dan Anne mengatakan sudah tidak masalah lagi
tinggal disana, apalagi sekarang orang-orang pasar malam bersikap sangat baik dan manis. Namun
Julian tetap bersikukuh akan pergi karena ini mengenai harga diri, dan Dick memahami perasaan
abangnya itu. Akhirnya Julian memutuskan, mereka bisa tinggal kalau ada keadaan yang memang
memaksa mereka untuk tinggal.

Sore harinya, saat waktunya minum teh, terjadi sesuatu yang aneh. Dick sedang asyik melihat
burung-burung yang beterbangan di sekitar menara Puri Faynights dengan teropong George saat
tiba-tiba ia melihat seraut wajah. Julian pun mengatakan hal yang sama. Hanya saja saat George dan
Anne yang melihat, wajah itu sudah menghilang. Nah, ini baru benar-benar aneh karena waktu
menunjukkan sudah lewat waktu berkunjung di Puri. Dan lagi wajah itu terlihat bingung. Akhirnya
mereka memutuskan untuk mengunjungi dan menyelidiki Puri itu esok harinya, dan itu berarti
mereka akan menunda kepindahan mereka.
Malam harinya mereka diundang untuk makan malam bersama Pak Alfredo. Mereka pun berkumpul
di sekitar api unggun dan terjadi hal-hal yang menarik. Pak Alfredo melakukan pertunjukkan menelan
api nya dan ini membuat anak-anak terkagum-kagum. Belum lagi Jo yang bermain dengan salah satu

ular sanca tanpa terlihat takut sama sekali. Pokoknya malam itu berlalu dengan indah 🙂

Hari berikutnya mereka beneran mengunjungi Puri, dan mengamati sekeliling. Saat meneliti satu-
satunya menara yang masih tampak utuh, mereka kecewa. Ternyata bangunan itu tidak seutuh yang
dikira. Tangga menuju puncak menara sudah runtuh, dan pintu masuk terhalang oleh batu-batu
besar dari tembok dalam yang sudah ambruk. Jadi bagaimana mungkin orang yang Dick dan Julian
lihat itu bisa naik ke atas? Kini mereka meragukan penglihatan mereka kemarin sore. Mungkin saat
itu memang pembiasan cahaya. Namun mereka menemukan beberapa keganjilan. Dan tentu saja hal
ini semakin membuat mereka ingin menyelidiki lebih lanjut, apalagi dugaan mereka mengarah pada
kemungkinan hal ini berkaitan dengan dua sarjana yang menghilang, karena kata nenek tua penjual
tiket di pintu gerbang mengatakan bahwa seminggu yang lalu datang dua orang dari kantor
Perhimpunan Kelestarian Bangunan-bangunan Kuno. Namun setelah Julian mengkonfirmasi, ternyata
orang terakhir yang dikirim pihak kantor untuk mendatangi Puri Faynights adalah dua tahun yang
lalu. Nah loo..

Setelah mereka selesai sarapan, mereka siap untuk ke Puri Faynight bersama Jo. Sesampainya disana,
mereka melihat – lihat dan berjalan – jalan disana. Tetapi mereka belum menemukan apa – apa.
Tidak sengaja, Timmy menemukan lorong yang membawa mereka ke menara yang masih utuh. Lalu,
mereka menyusuri lorong tersebut. Mereka sampai ditangga yang membawa mereka ke atas menara.
Setelah menaiki tangga itu, mereka sampai di kama menara. Dibukanya perlahan – lahan pintu kamar
itu oleh Julian. Tenyata, disitu ada orang yang disekap. Dia adalah Terry-Kane, sarjana yang
menghilang yang diberitakan di surat kabar. Ternyata Terry-Kane diculik oleh Pottersham untuk
dibawa ke luar negeri. Untung saja anak – anak itu datang kemari. Lalu, ada seseorang yang menuju
ke kamar itu. Ternyata orang itu adalah Pottersham. Pottersham kaget kenapa anak – anak itu bias
disini. Dia sekalian menyekap mereka di kamar itu. Hanya Jo yang bisa melarikan diri. Jo berlari dan
menuju ke orang – orang pasar malam. Setelah sampai, Jo menceritakan apa yang terjadi di sana.
Orang – orang pasar malam sangat kaget. Lalu, mereka memutuskan untuk beraksi menyelamatkan
mereka. Jo dilarang untuk ikut, tetapi Jo tetap ikut dari kejauhan. Dengan sangat lincah mereka
melewati pagar Puri Faynight yang sangat tebal. Dan berbagai cara mereka lakukan. Akhirnya, lima
anak yang juga disekap dan Terry-Kane selamat atas bantuan orang – orang pasar malam. Pottersham
ditangkap polisi.

Anda mungkin juga menyukai