Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nufail Zabid

Kelas : TBIN-5C

NIM : 12210193132

Pesta Pencuri

Tiga orang pencuri yang bernama piktor, Petbun dan gusdul sedang bertemu dengan keluarga Nyonya
molen yang kaya raya di sebuah kafe. Mereka bertiga berlaku seperti layaknya orang kaya dan berhasil
memikat keponakan nyonya molen, Yeyet dan Lela. Disamping itu ada Togar tua dan Togar muda, yang
ternyata memiliki niat yang sama dengan tiga orang tadi untuk mencuri nyonya molen. Namun Togar tua
dan muda ini tidak berhasil untuk memikat keponakan dari nyonya molen. Nyonya molen terlanjur
terpesona oleh kehadiran piktor, Petbun dan gusdul. Bahkan nyonya molen telah mengira bahwa
Petbun merupakan kenalan lamanya yang bernama Fernando Gomez.

Singkat cerita, nyonya molen mengajak ketiga orang tersebut untuk menginap di villa. Gusdul tak
menyangka bahwa gerak-geriknya selama di villa sudah diperhatikan oleh Yeyet. Ketika kemarahan
gusdul, ia terdiam saat Yeyet mengatakan bahwa dia siap untuk Menanggung resiko hidup bersamanya
walaupun ia adalah seorang pencuri. Sepulang dari karnaval, nyonya molen mengetahui bahwa villanya
telah dicuri. Togar tua dan muda yang menyamar menjadi seorang Intel dari kepolisian, mereka
memaksa piktor, Petbun dan gusdul untuk menyerah. Namun tiba-tiba polisi datang dan justru
menodongkan pistolnya ke arah Togar tua dan muda.

Cerita ini berakhir setelah diketahui bahwa dalang sebenarnya dari rangkaian pencurian adalah tuan
bak Pau. Tuan bak Pau justru sudah mendidik dan mengajari mereka untuk mencuri. Ia sudah
merancang bahwa mereka akan mencuri kepada orang yang sedang mencuri.

Analisis :

Tema: tema yang terkandung dalam cerita tersebut adalah pencurian. Bagaimana seorang pencuri yang
bersaing dengan pencuri yang lain untuk mendapatkan harta curian.

Alur: alur yang terdapat pada cerita tersebut adalah alur maju.

Setting: dalam cerita tersebut setting atau latar tempat bertempat di kafe, villa dan sebuah taman.

Tokoh: tokoh yang terdapat pada cerita tersebut yakni, piktor, Petbun, gusdul, togar tua, Togar muda,
tuan bak Pau, Yeyet, nyonya molen, Laila, seorang penyapu taman dan dua orang polisi.

Penokohan:

Gusdul, mempunyai watak romantis, lucu, setia, dan keras kepala.

Yeyet, mempunyai watak sedikit genit, ceria, manja dan setia pada gusdul.
Nyonya molen, glamour, penyanyang, cerewet, mudah percaya dan genit.

Piktor, mempunyai watak romantis, penyabar, setia dan penyayang.

Laila, mempunyai watak genit, manja, mudah marah, dan angkuh.

Petbun, mempunyai watak egois, kasar, pemarah dan keras kepala.

Tuan bak Pau, mempunyai watak cerdik, humoris dan matre.

Togar tua, mempunyai watak matre dan penyayang anaknya.

Togar muda, polos, lucu dan lugu.

Bahasa: bahasa yang terdapat pada cerita ini menggunakan bahasa Indonesia, bahasa Batak dan bahasa
Jawa.

RT Nol RW Nol

Kehidupan yang cukup memprihatinkan dialami oleh kakek, pincang, Ina dan Ani. Pasalnya mereka
makan dari makanan yang kurang layak, bisa dibilang makanan yang dimakan oleh mereka adalah
makanan yang sangat kotor. Makanan tersebut bahkan banyak juga yang sudah membusuk.

Mereka berangkat dengan penuh harapan agar mendapat rezeki yang banyak agar dapat memakan
makanan yang layak. Mereka ingin makan sepiring nasi putih, sepotong daging rendang dengan bumbu
yang kental ditambah dengan telur balado dan segelas penuh teh yang hangat lalu ditutup dengan
pisang kuning. Berharap jika rezeki mereka banyak, mereka akan membawakannya untuk kakek dan
pincang.

Setelah mereka pergi dari kolong jembatan, mereka berharap akan mempunyai kehidupan yang baru,
dengan kehidupan yang jelas dan mempunyai KTP. Setidaknya ketika mereka sudah memiliki KTP,
keberadaan mereka diakui oleh masyarakat bahkan negara. Tidak seperti sekarang yang tinggal di
kolong jembatan dengan julukan RT Nol RW Nol.

Semua orang akan pergi meninggalkan kolong jembatan, kecuali kakek yang bersikukuh ingin tetap
tinggal di kolong jembatan. Meski ati membujuk dan mengajak kakek untuk ikut bersamanya dengan
pincang, kakek menolaknya. Menurut kakek, kolong jembatan tersebut merupakan tempat yang sangat
berarti baginya, karena separuh hidupnya sudah ia jalani di kolong jembatan. Jikalau ia mati nanti, ia
berharap akan dimakamkan dengan batu nisan yang tidak dikenali oleh siapapun namanya, bahkan ia
ingin mayatnya berguna untuk ilmu urai kedokteran sehingga ia masih berguna meski sudah tidak
bernyawa.
Tema: Kritik sosial, karena dalam cerita menggambarkan tentang warga negara yang tidak dipenuhi
haknya.

Tokoh dan penokohan:

Kakek: mempunyai pemikiran yang kritis, baik hati, pemikirannya selalu matang dan penuh
pertimbangan. Pemberi nasihat, perhatian, dan penyabar.

Pincang: mempunyai watak pencemburu, ingin tahu urusan orang lain, sok tau dan berbicara
seenaknya.

Ani: mempunyai watak sombong dan ambisius. Disamping itu, ia juga baik hati dan suka menepati
janji.

Ina: mempunyai watak tidak tulus, ambisius dan bersungguh-sungguh.

Bopeng: mempunyai watak yang baik hati, meski tempramental.

Ati: mempunyai watak ramah dan peduli dengan orang lain.

Latar/setting: latar tempat dalam cerita bertempat di kolong jembatan, meski di kolong jembatan,
penulis menggambarkan dengan spesifik. Waktu yang diketahui oleh pembaca menunjukkan malam
hari.

Suasana: dalam cerita menunjukkan suasana tegang dan sedih.

Alur: Alur maju, karena penulis menceritakan cerita dari awal hingga akhir.

Anda mungkin juga menyukai