Anda di halaman 1dari 1

Aisyah Ufairoh Rahmah

XII IPA 5 / 3
Sinopsis Lorong Seratus Hari

Judul : Lorong Seratus Hari


Penulis : Ary Nilandari
Penerbit : Tali Kata Publishing
Terbit : Juni 2011
Jumlah Halaman : 154
ISBN : 978-602-8906-79-1

Sejak kecil, Beno hidup bersama pamannya karena kedua orang tuanya telah meninggal.
Beno bertubuh lentur memiliki kemampuan akrobat yang mengagumkan. Dia bisa dengan
lihai melenturkan tubuhnya tanpa menghasilkan bunyi, persis seperti akrobat yang biasa
dilihat di pasar malam. Ia bersama pamannya, Paman Radi meninggalkan Jakarta dan tinggal
di Bandung. Setelah 5 tahun, seseorang mencari Paman Radi di bengkelnya. Beno yang
sempat curiga karena pamannya menyuruhnya untuk pergi bersama Kang Hilal mengantar
koran pagi, akhirnya tahu bahwa ada yang akan datang. Ternyata ia yang selama ini selalu
menghantui kehidupan Beno dan Paman Radi, yaitu si Muka Pucat. Penjahat yang seharusnya
dihukum di penjara ternyata melarikan diri.

Si Muka Pucat berulah lagi, ia meminta tolong Paman Radi untuk membantunya menjarah
rumah orang kaya lagi. Tapi Paman Radi tak mau. Hanya saja, si Muka Pucat menggertak
bila tidak dituruti, nyawa Beno sebagai taruhannya. si Muka Pucat ingin ini yang terakhir
kalinya ia melakukan bersama Paman Radi. Ia ingin agar aksinya bisa mengecoh polisi,
sehingga polisi mengira ada kawanan baru yang sedang mengintai, dan bukan kawanan si
Muka Pucat. Akhirnya, Paman Radi menyanggupi dengan syarat setelahnya tak ada aksi
lagi. Paman Radi berdiskusi dengan Beno untuk membuat rencana menjebak si Muka Pucat.
Beno pun mengusulkan untuk lari dan bersembunyi ke lorong seratus hari. Sebuah lorong
yang ajaib kata orang. Siapapun yang percaya keajaiban lorong itu, ia akan ada di lorong
tersebut dan bisa melihat cabang lorong.

Sehari sebelum menjarah rumah orang kaya, Ia juga mengusulkan untuk meminta bantuan
Denisa, sahabatnya sejak kecil, Ilyasa, sepupu Denisa dan Tante Yasmin, Ibu Denisa. Meski
bisa meminta bantuan mereka, Beno sempat diawasi dengan anak buah si Muka Pucat, Pieter.
Lalu setelah menjarah rumah orang kaya, kedok si Muka Pucat dan anak buahnya diketahui
oleh polisi. Beno pun dijadikan sandera dan dibawa kabur oleh si Muka Pucat dengan
menggunakan mobil jip. Di tengah jalan saat Ia akan dibawa kabur oleh si Muka Pucat Ia
berpura-pura ingin muntah sehingga si Muka Pucat memberhentikan mobil jipnya dan Beno
bisa lepas dari cengkeraman si Muka Pucat. Namun Beno tidak begitu saja bisa bebas. Ia
tetap dikejar oleh si Muka Pucat hingga masuk ke Lorong Seratus Hari. Ia akhirnya benar-
benar bisa lolos dari cengkeraman si Muka Pucat. Ia tidak tahu kalau ternyata Ia bisa bertahan
di lorong itu selama tiga hari, serta dari peristiwa itu Ia benar-benar percaya bahwa lorong
tersebut memang ajaib.

Anda mungkin juga menyukai