com/cerita-dongeng-indonesia-pendek-dari-sulawesi-
utara/cerita-dongeng-indonesia-pendek/)
Dengan demikian, terbuktilah bahwa Limbat tidak mencuri. Sigarlaki yang telah menuduh sembarangan pun meminta maaf kepada Limbat.
Mondo seorang anak yatim piatu yang tinggal bersama kakeknya. Kaki Nondo pincang sehingga ia hanya bisa membantu membereskan
urusan rumah. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sang kakek mencari kayu bakar dan menjualnya ke pasar.
Nondo ingin sekali melihat keindahan dan keunikan hewan-hewan di hutan yang sering diceritakan kakeknya saat makan malam. Ia sering
menirukan gerak dan suara burung-burung tersebut sesuai dengan cerita Kakek.
“Kakek, aku ingin melihat burung-burung yang kakek ceritakan,” pinta Nondo ke kakeknya.
Berangkatlah mereka ke hutan. Nondo yang jalannya pincang sering tertinggal oleh kakeknya karena keasyikan bercanda dengan binatang
hutan yang baru kali itu ditemuinya secara Iangsung.
Hari sudah sore. Sadarlah Nondo bahwa Kakek sudah tidak ada. Nondo berteriak dan mencari kakeknya. Ia justru semakin masuk ke hutan
dan tersesat. “Kakek! Kakek! Di mana, Kek?” teriak Nondo ketakutan.
Malam sudah datang, Nondo sering mendengar suara burung-burung malam yang menakutkan.
Sementara itu, Kakek yang menyadari bahwa Nondo hilang segera mencarinya. Sang kakek pun memutuskan untuk pulang ke rumah,
mengira bahwa Nondo sudah pulang.
Ia tidak mendapati cucunya itu. Kakek menyesal karena memperbolehkan Nondo ikut ke hutan. Lalu, ia mendengar suara, “Moo, poo… moo,
poo….”