Anda di halaman 1dari 3

English-Indonesian Translation

Adam Prayoga H (15/384007/SA/18114)

Nazmia Shahni (15/384027/SA/18134)

Irving : Dari “Rip Van Winkle”


Abad ke 19 Penulis Amerika Washington Irving berdasarkan beberapa elemen dari 2 cerita yang
paling terkenal “Rip Van Winkle” dan “The Legend of Sleepy Hollow” pada cerita-cerita rakyat Jerman.
Namun Demikian, cerita-cerita itu diterbitkan dalam sebuah buku sketsa dari Geoffrey Crayon, Gent.
(1819-1820), yang diakui sebagai tonggak dalam pembentukan suara jelas Amerika di dalam genre cerita
pendek. Mereka mengambil tempat di negara New York dalam pengaturan tentang pastoral, dan
kadang-kadang mereka menjadikan tempat itu liar dan indah. Cerita Irving untuk Rip Van Winkle , orang
kota yang pergi berburu dan jatuh tidur dalam waktu selama 20 tahun, telah di ceritakan kembali,
berkali-kali, dan telah menjadi dasar untuk drama dan musikal.

Dari “Rip Van Winkle”

Oleh Washington Irving

Pada saat dia bangun, dia menemukan dirinya di bukit hijau dimana dia pertama kali melihat
orang tuanya dari lembah. Dia mengusap matanya ternyata hari sudah pagi. Burung-burung itu
melompat dan berkicau diantara semak-semak dan elang itu berputar-putar dan menyongsong seliran
angin yang sepoi-sepoi di atas gunung. “Saya Yakin” pikir Rip , “Saya tidak tidur semalaman”. Dia
mengingat-ingat kejadian dia sebelum tidur. Pria aneh dengan sebuah tong minuman keras – jurang di
gunung – dengan perlahan mundur liar diantara bebatuan – acara sedih yang ada di rumah kartu – guci
anggur yang- “!Oh itu guci anggur ! itu guci anggur yang jahat !” , pikir Rip. “Apa alasan yang akan saya
buat untuk Dame Van Winkle?”.

Dia mencari senjatanya, tetapi di tempat itu sudah bersih, tempat itu sudah diminyaki oleh
seorang pemburu burung. Dia menemukan sebuah dataran tua dengan adanya kunci api di tempat itu.
Bertatahkan karat , adanya kunci yang jatuh , dan stok makanan yang berulat. Dia sekarang menduga
bahwa roysters makam gunung yang telah menempatkan trik kepadanya dan ketika dia sedang
meminum minuman keras , senjatanya pun telah dirampas darinya. Serigala juga menghilang , namun
dia mungkin telah menyimpang jauh setelah melihat tupai ayam di hutan. Dia bersiul-siul setelah
meneriakkan namanya ,tetapi semua sia-sia karena walaupun sudah berulang kali bersiul-siul dan
berteriak sehingga menimbulkan suara gema tetapi tetap saja tidak ada anjing yang terlihat. Dia
bertekad untuk kembali dalam adegan lonjakan pada malam yang lalu , dan jika dia bertemu dengan
segerombol orang itu , dia akan menuntut anjing dan pistolnya. Saat dia akan berjalan mendaki, dia akan
merasakan kaku pada sendinya dan menginginkan aktivitas seperti biasanya. “Tempat tidur yang ada di
gunung ini pun tidak setuju dengan saya”, Pikir Rip. “Dan ketika yang lainnya sedang bermain-main , dia
harus terbaring dengan rematiknya, saya akan memiliki waktu itu setelah dia diberkati oleh Dame Van
Winkle”. Dengan beberapa kesulitan dia pun turun ke lembah, dia menemukan celah diatas karang yang
telah mereka temukan malam sebelumnya. Tetapi mereka merasa bingung karena saat mereka turun
sungai yang ada di gunung itu berbusa, mereka melompat dari batu ke batu untuk mengisi lembah
dengan murmur. Dia dengan bagaimanapun caranya membuat pergeseran untuk memanjat pada sisi-
sisinya, berusaha dengan cara yang sangat melelahkan lewat semak birch, sassafras, dan penyihir tua.
Kadang-kadang mereka juga tersandung atau terjerat oleh anggur liar yang memutar kumparan atau
sulur mereka dari pohon ke pohon dan menyebarkan jenis jaringan di jalannya.

Akhirnya ia sampai di bukaan jurang sepanjang tebing hingga ke ampiteater, tapi tidak ada satu
bukti bukaan tersebut tersisa. Sang batu menggambarkan sebuah dinding tak tertembus yang menjulang
tinggi diatas deburan ombak yang datang pada sehelai busa yang lembut dan jatuh pada basin yang
dalam, luas, gelap dari bayang bayang sekeliling hutan. Di tempat itu, Rip yang malang terbangun. Ia
memanggil kembali anjingnya; Ia hanya mendapat jawaban oleh kaokan sekawanan gagak yang tengah
hinggap, bersiap untuk memburu dari pohon yang sedang meranggas bertengger di ujung jurang, dan
bersiap untuk terbang, nampak memandang rendah dan mencemooh kegundahan si lelaki malang itu.
Apa yang sudah dilakukan? Pagi telah berganti siang, dan Rip sangat sangat lapar karena sedari pagi ia
belum mendapatkan sarapan. Ia bersedih karena harus merelakan anjing dan senjatanya, ia takut untuk
menemui istrinya, tapi kelaparannya tidak mungkin hilang begitu saja. Ia pun mengukuhkan niatnya
untuk pulang ke rumah dengan hati yang penuh kerisauan dan kegundahan.

Di perjalanannya menuju pedesaan ia berpapasan sejumlah warga yang tiada satu pun ia kenali, ia
terkejut, ia sendiri mengira dirinya telah mengenal hampir seluruh warga di negara itu. Busana mereka
sangatlah berbeda dengan model pakaian yang ia sering jumpai. Mereka semua juga terkejut saat
melihat dirinya, dengan gestur keheranan akan sosok dirinya di sekitar mereka. Perilaku orang orang
disekitarnya membuat Rip juga keheranan sehingga ia juga melakukan hal yang sama, alangkah
terkejutnya ia ketika ia mengusap dagunya, ia mendapati dagunya telah ditumbuhi jenggot sepanjang
kaki.

Sekarang ia telah sampai di tengah desa. Sekumpulan anak anak asing berlari dengan sepatu
heelsnya, meneriaki dirinya sembari menunjuk menunjuk jenggot abu abunya. Anjing anjingnya pun
juga, tak ada satupun dari anjing itu yang ia kenali, menggonggong ketika ia lewat. Seisi desa telah
berubah; lebih luas dan lebih padat. Terdapat berbaris baris rumah yang ia tak pernah liat sebelumnya,
dan yang familiar untuknya pun menghilang di peredaran. Nama nama asing di tiap pintu, wajah wajah
asing di balik jendela – semuanya asing baginya. Ia pun sekarang ragu akan pikirannya sendiri; ia mulai
mempretanyakan apakah dia dan dunia disekitarnya telah disihir. Pastinya disini tadinya adalah desa
aslinya, yang ia tinggalkan sehari sebelumnya. Disana berdiri dengan megahnya sang Kaatskill Mountains
– disana terdapat tambang perak hudson – disana terdapat bukit dan lembah yang selalu disana. Rip
benar benar kebingungan.
Dengan bersusah payah akhirnya ia dapat menemukan jalan menuju rumahnya, yang dimana
saat didekati rumah itu sangat sepi, menduga bahwa ia akan mendengar suara lengkingan Dame Van
Winkle setiap saat. Alangkah terkejutnya ia ketika menjumpai rumah yang telah rusak – atap atapnya
mulai berjatuhan, jendelanya hancur, dan pintunya sudah terlepas dari engselnya. Tampak seekor anjing
setengah kelaparan yg terlihat seperti serigala tengah menyelinap. Rip memanggil namanya, tetapi
anjing itu menggeram, menampakkan taringnya, lalu ia pergi. Kejadian ini sangatlah janggal baginya.
‘Anjingku yang malang,’ sembari ia menghela nafas, ‘Ia telah melupakanku’

Soure: Irving, Washington. Rip Van Winkle and Other Stories. Penguin Books. Microsoft Encarta 2009.
1993-2008 Microsoft Corporation. All rights reserved.

Anda mungkin juga menyukai