Anda di halaman 1dari 4

Info Sehat !

Apa itu Sarkoidosis Jantung ?

Sarkoidosis adalah penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan kumpulan kecil sel inflamasi
(granuloma) di bagian tubuh. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru, kelenjar getah
bening, mata, kulit, dan jantung.

Penyebab Sarkoidosis hingga ssat ini masih belum diketahui. Namun, kondisi ini diduga terkait
dengan faktor berikut:
- Genetik
- Paparan non- infeksi, seperti debu atau zat kimia
- Infeksi, baik virus, bakteri, maupun jamur

Selain faktor faktor diatas, ada beberapa kondisiyang dapat meningkatkan risiko seseorang
terkena , yaitu:
- Berjenis kelamin perempuan
- Berusia 20-65 tahun
- Memiliki keluarga yang menderita sarkoidosis
- Memiliki riwayat penyakit Limfoma

Gejala Sarkoidosis dapat muncul secara bertahap dengan pola yang berbeda- beda, tergantung
pada organ tubuh yang terkena. Pada beberapa kasus, ada gejala yanmg hanya muncul sesaat,
kemudian menghilang. Ada juga gejala yang muncul hingga bertahun- tahun ( kronis, atau justru
tidak menampakkan gejala sama sekali.
Sarkoidosis yang muncul secara mendadak umumnya menimbulkan serangkaian gejala khas
yang disebut sindrom Lofgren. Gejala yang dimaksud antara laindemam, pembengkakan kelenjar
getah bening, nyeri dan pembengkakan di sendi, serta benjolan kemerahandi kulit ( eritem
nodusum). Gejala ini juga tergantung pada organ yang terkena, seperti pada organ Jantung.
Penderita sarkoidosis di jantung dapat mengalami kelelahan, nyeri dada, sesak nafas, gangguan
irama jantung ( aritmia), jantung berdebar, dan pembengkakan tubuh karena kelebihan cairan
( edema), bahkan kematian mendadak.
Penanganan Sarkoidosis Jantung
Setelah seseorang terdiagnosis mengalami sarkoidosis, biasanya akan ada serangkaian
pemeriksaan lanjutan untuk mendeteksi organ mana saja yang terkena dampak. Adapun
penanganannya bergantung pada tingkat keparahannya. Pilihannya antara lain:

 Obat-obatan untuk meredakan peradangan atau memulihkan irama detak jantung


 Pemasangan implantable cardioverter defibrillator (ICD) untuk gangguan irama detak
jantung atau aritmia yang parah. Alat ini memiliki kabel yang disambungkan ke
pembuluh darah jantung. Saat irama detak jantung tak normal, alat itu akan mengirim
impuls listrik untuk memulihkannya.
 Ablasi kateter untuk mengatasi gangguan irama jantung dengan cara menghantarkan
energi ke jantung lewat kateter yang dimasukkan lewat pembuluh darah.
 Pemasangan left ventricular assist device yang fungsinya seperti pompa yang terhubung
dengan baterai untuk membantu jantung memompa darah.
 Transplantasi jantung untuk kasus sarkoidosis yang sudah sangat parah.

Komplikasi Sarkoidosis jantung menimbulkan gangguan terhadap sistem kelistrikan jantung


sehingga bisa memicu komplikasi seperti aritmia hingga gagal jantung. Aritmia adalah kelainan
irama detak jantung yang terjadi lantaran impuls listrik dari bilik atas jantung tidak mampu
mencapai bilik bawah sehingga detak jantung menjadi tidak teratur.
Adapun gagal jantung adalah penyakit jantung yang berkaitan dengan aritmia. Gagal jantung
terjadi ketika jantung terlalu lemah hingga tak dapat memompa darah secara maksimal. Padahal
darah yang mengandung oksigen dan nutrien dibutuhkan oleh semua organ tubuh.
Gejala aritmia antara lain mudah lelah, pusing, dan pingsan. Adapun gejala gagal jantung
meliputi sesak napas, kelelahan, pembengkakan pada kaki, dan batuk kering.

Pencegahan
Karena penyebab sarkoidosis jantung tak dapat dipastikan, ada tantangan dalam upaya
pencegahannya. Menerapkan gaya hidup sehat untuk menjaga kesehatan jantung menjadi salah
satu cara yang direkomendasikan, seperti:
 Bergaya hidup aktif
 Rutin berolahraga
 Mempraktikkan pola makan dengan gizi seimbang
 Mengelola stres
 Tidak merokok

Selain itu, hindari material yang disebut dapat memicu sarkoidosis jantung. Hidup sehat adalah
cara terbaik untuk mencegah atau setidaknya meminimalkan risiko terkena berbagai penyakit.
Hard Selling

Panel Pemeriksaan pada Sarkoidosis Jantung


Pemeriksaan Sarkoidosis Jantung

Karena sarkoidosis bisa mempengaruhi banyak sistem di seluruh tubuh, diagnosisnya relatif
rumit. Hanya sekitar 5 persen pasien sarkoidosis jantung yang menunjukkan gejala yang jelas.
Jadi dibutuhkan beragam tes untuk menegakkan diagnosis, di antaranya:
 Ekokardiogram: penggunaan teknologi gelombang suara untuk melihat abnormalitas
pada otot jantung dan katup jantung
 Elektrokardiogram (ECG): pemeriksaan untuk mengidentifikasi gangguan pada irama
detak jantung selain itu pada EKG juga dapat dijumpai adanya gangguan
repolarisasi,dan ectopic beats.
 Monitor Holter: pemantauan detak jantung secara terus-menerus dalam satu atau dua
hari dengan alat khusus untuk mengetahui apakah iramanya tak normal.
 Pencitraan nuklir: pemeriksaan dengan teknologi radioaktif untuk mengukur
peradangan dan aktivitas jantung
 Pencitraan resonansi magnetik untuk melihat abnormalitas jantung
 Biopsi: pengambilan sampel jaringan untuk mengetahui keberadaan granuloma.
Pemeriksaan jaringan yang diambil melalui proses biopsi ini disebut pemeriksaan
histologi. Tujuan dari pemeriksaan histologi untuk menunjukkan adanya proses
peradangan granulomatosa sel mononukleus.
Deteksi keterlibatan paru-paru pada sarkoidosis dapat dilakukan melalui biopsi pada
bronkus yang dipandu ultrasound (endobronchial ultrasound-guided transbronchial
needle aspirate/ EBUS-TBNA) serta biopsi trans dan endobronchial yang dapat
menunjukkan adanya granuloma nonperkejuan tipikal.
 Tes darah juga dapat dilakukan, untuk menghitung sel darah, kadar hormon serta
memeriksa fungsi hati dan ginjal.
Pemeriksaan hitung jenis leukosit pada sarkoidosis dapat ditemukan limfopenia. Bila
kondisi sarcoidosis melibatkan organ hepar maka pemeriksaan serum alkali fosfatase dan
panel pemeriksaan fungsi hepar dapat menunjukkan peningkatan.
Pemeriksaan fungsi ginjal pada sarkoidosis dapat menunjukkan peningkatan ureum dan
kreatinin pada darah, terutama bila sarkoidosis mempengaruhi organ renal. Pemeriksaan
urinalisis pada kondisi sarkoidosis juga dapat menunjukkan hiperkalsiuria.
 Foto Rontgent dada, untuk mendeteksi granuloma atau jaringan paru- paru, serta
pembesaran pada jantung atau kelenjar getah bening.
Pemeriksaan Rontgen toraks pada pasien sarkoidosis secara umum menunjukkan adanya
limfadenopati hilus bilateral, nodul diseminata, dan air trapping. Interpretasi pada
pemeriksaan Rontgen toraks disesuaikan dengan scadding’s staging untuk sarkoidosis.
Pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) dilakukan pada pasien sarkoidosis
untuk mendeteksi keterlibatan neurologis, medula spinalis, meningen, dan lesi pada
hipofisis.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemindaian F(18)-fluorodeoxyglucose positron
emission tomography (FDG-PET) seluruh tubuh dapat menilai aktivitas inflamasi pada
pasien dengan gejala persisten tanpa peningkatan pada biomarker sarkoidosis.
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi lesi ekstratoraks serta bermanfaat dalam
mengidentifikasi granuloma tersembunyi dan reversibel pada pasien sarkoidosis

Tabel 2. Scadding’s Staging pada Sarkoidosis


Stadium Radiografi Temuan Karakteristik Radiografi

0 Tidak ada temuan. Foto Rontgen toraks dalam keadaan normal

I Limfadenopati hilus bilateral

II Limfadenopati hilus bilateral dan infiltrasi parenkim

III Infiltrasi parenkim tanpa adenopati hilar pada Rontgen toraks reguler

Fibrosis lanjut dengan distorsi berat dari arsitektur paru-paru normal


khususnya pada lobus tengah dan atas, adanya bukti bronkiektasis,
IV adanya retraksi hilus, bulla, serta “honeycombing”

dr. Fatimah bebi

Anda mungkin juga menyukai