SKRIPSI
YOGA ALFAROZI
NPM:1821010252
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1444 H/2023 M
PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN
SKRIPSI
OLEH :
NAMA : YOGA ALFAROZI
NPM : 1821010252
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1444 H/2023 M
ABSTRAK
i
ABSTRAK
ii
iii
MOTTO
vi
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim.
Puji syukur kepada Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan juga
hidayah-Nya. Sebuah karya yang sangat sederhana ini namun butuh perjuangan
1. Orang tuaku tercinta bapak Najamudin dan Ibunda Sistri Mawita yang dengan
sangat sabar, tulus, ikhlas dan kasih sayangnya memberikan kesempatan untuk
doa-doa terbaiknya.
mendukungku.
3. Keluarga besar dari bapak dan ibu yang selalu memberi semangat dan
motivasi untuk penulis untuk tidak mudah menyerah dan putus asa.
vii
7. Teman seperjuanganku di kelas b, Yahya latif, Taufik Pajar, Fahrudin
kuucapkan terimakasih.
penulis.
Lampung.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
viii
RIWAYAT HIDUP
02 Oktober 1999. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, adikku
yang pertama bernama Pringky Irawan dan adik ku yang ke dua bernama Fathir
Ahmad Azzamy, dari pasangan bapak Najamudin dan ibu Sistri Mawita. Penulis
Tenong, Lampung Barat, yang telah diselesaikan pada tahun 2006, Sekolah Dasar
(SD) Negeri 1 Sukaraja, Lampung Barat, yang telah diselesaikan pada tahun 2012,
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 01 Way Tenong, Lampung Barat, yang
telah diselesaikan pada tahun 2015, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 01
Way Tenong, Lampung Barat, yang telah diselesaikan pada tahun 2018. Pada
tahun 2018 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Syari‟ah UIN Raden
Intan Lampung Program Strata 1 (satu) jurusan Ahwal Al-Syakshiyah dan telah
Yoga Alfarozi
NPM. 1821010252
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadiran Allah swt. yang telah memberikan rahmat, taufik,
Barat)” dapat terselesaikan. Sholawat serta salam penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad saw, keluarga, para sahabat, serta para pengikut setia sampai akhir
zaman.
Atas semua pihak dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis ucapkan
1. Bapak Prof. Dr. H. Wan Jamaluddin Z, M.Ag., Ph.D selaku Rektor UIN
2. Ibu Dr. Efa Rodiah Nur, MH., selaku Dekan Fakultas Syariah Universitas
Islam Negeri Raden Intan Lampung dan juga selaku pembimbing I yang
3. Bapak Dr. Gandhi Liyorba Indra, S.Ag., M.Ag., selaku ketua prodi Hukum
Keluarga Islam Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung dan Sekprodi Dr.
x
arahan dan juga selalu memberikan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah yang telah mendidik dan membimbing
dalam mencari ilmu serta petugas perpustakaan pusat dan Fakultas Syariah
dibutuhkan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, hal itu
tidak lain karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Yoga Alfarozi
NPM. 1821010252
xi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................................. ii
PERSETUJUAN ....................................................................................................... iii
MOTTO ..................................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN .................................................................................................... vii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................................ x
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul ...................................................................................... 1
B. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 3
C. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ............................................. 8
D. Rumusan Masalah ................................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian ................................................................................ 10
G. Kajian PenelitianTerdahulu Yang Relevan ........................................... 11
H. Metode Penelitian ................................................................................. 16
I. Sistematika Pembahasan ....................................................................... 24
xii
Kabupaten Lampung Barat ................................................................... 80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 94
B. Saran ..................................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
1.3 Data Penduduk Menurut Agama dan Jenis Kelamin di Kecamatan Way
Tenong…………………………………………………………….……..74
1.5 Data Penduduk Usia 13 tahun ke atas Menurut Jenis Kelamin dan Tingkat
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran VII Surat Balasan dari Kepala Dinas Penanaman Modal dan
Lampiran VIII Surat Balasan Izin Penelitian dari Kecamatan Way Tenong
Tenong
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
dan juga agar tidak terjadi kesalah pahaman, maka disini penulis terlebih
Beberapa istilah yang akan dibahas telah penulis tegaskan melalui judul
1. Pandangan
Pandangan berasal dari kata pandang, arti dari pandangan dapat masuk
yang sebenarnya. Pandangan memiliki arti dalam bahasa kelas nomina atau
tempat, atau semua benda dari segala yang dibendakan. Jadi kata
1
KBBI DARING, "Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Rpublik Indonesia, 2016, https://kbbi.kemdikbud.go.id.
1
2
2. Hukum Islam
kaidah yakni tolak ukur, patokan, pedoman, yakni dipergunakan untuk nilai
tingka laku atau perbuatan manusia atau benda. Sedangkan Islam adalah
sebuah ideology dan keyakinan yang didalamnya telah diataur oleh Allah
manusia dengan manusia lainnya. Jadi hukum Islam adalah hukum yang
bersumber dari agama Islam dan menjadi bagian dari agama Islam itu
sendiri. Atau dengan kata hukum Islam adalah seperangkat norma, kaidah
atau aturan-aturan yang mengikat yang bersumber dari Allah swt. Melalui
ajaran agama islam namun ketika dilanggar maka sangsi sudah menjadi
3. Perceraian
Kata perceraian atau cerai disebut dengan istilah “talak” yang berarti
juga sering disebut sebagi furqah yang artinya bercerai yaitu lawan dari
isim maf‟ul dari kata faqidaa yafqadu yang artinya hilang, jadi kata
2
Prof.H. Muhammad Daud Ali S.H., “Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tatahukum Islam
di Indonesia” (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), 43.
3
sebab tertentu.3
4. Mafqud
fiqh yang dimaksud dengan mafqud ialah orang yang pergi, tidak ada
dengan alasan suami mafqud dan juga untuk mengetahui penyebab suami
Allah SWT menciptkan setiap insan didunia ini untuk hidup berpasang-
untuk berpasang- pasangan saling mengenal dan melindungi satu sama lain
islam sehingga terlaksana hubungan antara keduanya secara halal dan sakinah.
3
Ardiansyah Pratama Putra, “Perceraian Karena Suami Mafqud menurut Hukum Islam (studi
putusan pengadilan agama cibinong NO. 0406/Pdt.G/2016/PA.Cbn.)” (Disertasi: UIN Syarif Hidayatullah,
2017), 41.
4
Amin HuseinNasution, “HukumKewarisan” (Jakarta: Rajawali, 2012), 193.
4
memberikan suatu cara yang dapat diterima untuk reproduksi dan dengan
diteruskan, sehingga harus diputuskan atau dengan kata lain terjadi perceraian
diantara suami dan istri, perceraian memang diperbolehkan dalam islam jika
Tujuan dari dilakukannya pernikahan ini juga dijelaskan dalam QS. AR-
5
Ardiansyah Pratama Putra, “Perceraian Karena Suami Mafqud menurut Hukum Islam (studi
putusan pengadilan agama cibinong NO. 0406/Pdt.G/2016/PA.Cbn.),” 1.
6
Ibid., 2.
5
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
Penjelasan dari ayat tersebut, terdapat beberapa tujuan dari adanya sebuah
ketenangan itu bisa kita dapatkan dengan adanya rasa cinta (mawaddah) dan
juga kasih sayang (warahmah) yang tumbuh diantar dua insan sehingga
terciptanya suatu pernikahan yang bahagia dan di ridhoi oleh Allah SWT.
Mewujudkan keluarga yang penuh dengan adanya ketenangan, rasa cinta dan
kasih sayang. Undang-Undang No.1 Tahun 1974 dan kompilasi hukum islam
Hal itu tertuang dalam bentuk hak dan kewajiban suami istri. Jika dalam suatu
Menurut ulama Malikiyyah, rukun talak itu ada empat diantaranya adalah
sebagai berikut:
menjatuhkan talak itu adalah suami atau wakilnya (kuasa hukumnya) atau
7
Ahmad Masyhadi, Batasan Waktu pengajuan Perceraia Mafqud (Studi Kasus terhadap Pasal 116
Ayat B Kompilasi Hukum Islam) (Disertasi: UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2013), 2.
6
3. Istri yang dihalalkan maksudnya talak yang dijatuhkan itu mesti terhadap
Pengadilan Agama.
dalam melaksanakan kehidupan suami istri tentu saja tidak selamanya berada
dalam situasi yang damai dan tentram, tapi kadang-kadang terjadi juga salah
paham antara suami istri atau salah satu pihak melainkan kewajibannya, tidak
tetapi dalam Islam tetap memandang bahwa perceraian adalah suatu yang
bertentangan dengan asas-asas Hukum Islam. Oleh karena itu, dalam hadits
Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dari Abdullah bin
Umar, yang artinya: “perbuatan halal yang dibenci oleh Allah adalah
Perceraian‟
8
Khoirul Abror, “Hukum Perkawinan dan Perceraian” (Bandar Lampung, 2019), 124-128.
7
fiqh yang dimaksud dengan mafqud ialah orang yang pergi, tidak ada kabar
beritanya, tidak diketahui tempat tinggalnya, dan tidak diketahui apakah orang
itu masih hidup atau sudah meninggal dunia. Para ulama fiqh telah
mafqud tidak boleh dinikahi oleh orang lain, hartanya tidak boleh diwarisi dan
Mafqud ini terdapat hak yang seharusnya diterima oleh pihak yang
ditinggalkan dan juga ada kewajiban yang seharusnya diberikan oleh pihak
yang meninggalkan atau pihak yang hilang (mafqud). Namun hal ini tidak
dapat terjadi karena hilangnya salah satu pihak sehingga kewajiban dan hak
Mafqud ini terjadi jika terdapat salah satu pihak meninggaalkan pihak yang
lainnya selama 6 bulan sampai 2 tahun atau lebih secara berturut-turut tanpa
adanya kabar dan juga tanpa adanya izin dari pihak yang lain.
9
Amin Husein Nasution, “Hukum Kewarisan” (Jakarta: Rajawali, 2012), 193.
8
berita tentunya menimbulkan berbagai problem yang serius bagi pihak yang
sanggup menghadapi persoalan yang terjadi baik dari segi ekonomi maupun
dari segi lainnya. Kasus yang terjadi masih banyak dan alasannya pun sangat
suami tersebut pergi dari rumah tanpa berpamitan dan tak kunjung kembali
saat ini, dan juga perginya suami karena tak sanggup menghadapi himpitan
1. Identifikasi Masalah
mafqud?
9
2. Batasan Masalah
agar permasalahan yang akan penulis bahas tidak meluas, maka penulis
D. Rumusan Masalah
1. Faktor apa saja yang menjadi penyebab suami mafqud di Kecamatan Way
suami mafqud?
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
peneliti yang lain serta menambah wawasan dan pengetahuan untuk para
2. Secara Praktis
terdahulu ini berguna sebagai acuan dalam penelitian yang akan penulis
1. Pada tahun 2013 telah dilakukan penelitian yang sama oleh saudara Ahmad
dengan alasan mafqud itu bisa dipercepat tanpa harus memastikan ketidak
hadiran dari salah satu pihak sampai dua tahun. Waktu dua tahun dikurangi
sehingga hal ini setidaknya ketidak adilan atau kedzoliman itu tidak lagi
berlarutlarut.10
lakukan yaitu terletak pada sub fokus penelitian. Penelitian ini sama-sama
10
Ahmad Masyhadi, Batasan Waktu pengajuan Perceraia Mafqud (Studi Kasus terhadap Pasal 116
Ayat B Kompilasi Hukum Islam), xiii.
12
2. Pada tahun 2017 penelitian yang sama juga dilakukan oleh Ardiansyah
seorang istri yang suaminya menghilang dalam kurun waktu yang lama.
oleh suaminya tersebut. Dalam pasal 19 PP No. 9 tahun 1975 waktu batas
tahun sedangkan menurut imam malik dan imam ahmad bin hambal adalah
lakukan yaitu terletak pada sub fokus penelitian. Penelitian ini sama-sama
11
Ardiansyah Pratama Putra, “Perceraian Karena Suami Mafqud menurut Hukum Islam (studi
putusan pengadilan agama cibinong NO. 0406/Pdt.G/2016/PA.Cbn.).”, v.
13
perkara di pengadilan agama Boyolali) dan hasiil dari penelitian ini adalah
bahwa seorang istri yang suaminya menghilang dalam kurun waktu yang
menghilang adalah dua tahun sedangkan menurut imam malik dan imam
12
Ryan Ganang Kurnia, “Perceraian Karena Suami Mafqud (studi kasus terhadap proses
penyelesaian perkara di pengadilan agama Boyolali)” ((Disertasi: Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2015), 1.
14
pernikahan istri yang suaminya mafqud adalah sah, dan ketika istri
yang harus dilalui menurut mazhab Syafi'i, didalam mazhab Syafi'i banyak
sedangkan menurut qoul jididnya 4 tahun, selain itu juga ada pandangan
lakukan yaitu terletak pada sub fokus penelitian. Penelitian ini sama-sama
hukum sah atau tidaknya pernikahan yang dilakukan seorang istri yang
13
Ani Khomsatun, “Hukum Pernikahan Istri yang disebabkan Suami Mafqud menurut Prespektif
islam,” Jurnal Al-Wasith : Jurnal Studi Hukum Islam Articles, Vol 6, No 1 (Juni 2021): 50
https://jurnal.unugha.ac.id/index.php/wst/article/view/196.
15
suami mafqud.
tahun 2021 dengan judul penelitian " Analisis Terhadap Perkawinan Istri
yang Suaminya Mafqud menurut Hukum Islam" dan hasil dari penelitian
yang dilakukan adalah bahwa status hukum seorang istri yang mempunyai
suami Mafqud yaitu masih menjadi istri sah dari suami tersebut sebelum
lakukan yaitu terletak pada sub fokus penelitian. Penelitian ini sama-sama
14
Norman, “Analisis Terhadap Perkawinan Istri yang Suaminya Mafqud menurut Hukum Islam,
Factualy Of Law Tanjungpura Univercity” Vol 4, No 3 (Mei 2021): 50,
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jhf/article/view/49185.
16
penelitian terdahulu dan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu penelitian
syarat-syarat dan ketentuan pengajuan perceraian dan hukum bagi istri yang
H. Metode Penelitian
Metode Penelitian berasal dari kata “Metode” yang berarti cara yang
15
Cholit Narbuko Abu Achadi, “Metodelogi Penelitian” (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2015), 1.
17
penelitian juga dijelaskan sebagai cara pengmpulan data yang selajutnya data
tercapainya tujuan dari dilakukannya penelitian ini maka disini penulis akan
menjelaskan mengenai metode yang akan penulis gunakan agar penelitian ini
dapat berjalan dan mencapai tujuan serta mendapat data-data yang lengkap
a. Jenis penelitian
16
Sadarmayanti Syaifudin Hidayat, “Metodelogi Penelitian” (Bandung: Mandar Maju, 2002), 25.
17
Sugiono, “Metodelogi Kuantitatif, Kulitatif Dab R&D” (Bandung: Alfabeta, 2009), 2.
18
Lexy J, Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif.” (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011),
14.
18
b. Sifat penelitian
yang akan penulis teliti, dan bukan berarti penelitian yang penulis
lakukan ini untuk menguji atau untuk mencari teori yang baru.
ini adalah beberapa metode sebagai dasar yang efektif untuk mandapatkan
data-data dan juga informasi yang akurat, dan metode pengumpulan data
a. Observasi
19
Koentjar ningrat, “Metode-Metode Penelitian Masyarakat” (Jakarta: PT. Gramedia, 1976), 30.
20
Kartini Kartono, “Pengantar Riset Sosial” (Bandung: Bandar Maju, Cetakan ke VIII, 1996), 32.
19
b. Wawancara
secara fisik, antara satu dengan yang lainnya dan massing-masing dapat
dipilih.
memiliki struktur akustik yang baik dan ada banyak pihak yang
harus direkam.
21
Sutrisno Hadi, “Metodelogi Research II” (Yogyakarta: Fak Psikologi UGM, 1983), 72.
20
kosong dan tepat pada pita hitam bila merekam, jika perekam
yang penting karena data yang digunakan dapat diperoleh, dan yang
c. Dokumentasi
d. Analisi Data
22
Ibid.
22
terhadap suatu hal yang bersifat khusus untuk menuju kepada hal-hal
3. Populasi
perceraian mafqud yang berjumlah 3 orang dan Tokoh Agama yang berada
beberapa kriteria tokoh agama yang akan penulis gunakan untuk menjadi
berikut:
23
Suharsimin Arikunto, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik” (Jakarta: Rineka Cipta,
1996), 63.
24
Juliansyah, “Metode Penelitian” (Jakarta: Kencana, 2010), 147.
23
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan dan
yang telah penulis peroleh atau yang telah dikumpulkan langsung dari
b. Data Sekunder
Data sekunder ini merupakan data pelengkap dari data primer. jika
penelitian dari suumber-sumber yang sudah ada, baik itu dari buku-
penulis lakukan.
25
M Nazir, “Metode Penelitian” (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1989), 50.
24
I. Sistematika Pembahasan
BAB I Pendahuluan
Bab ini membahas dan juga menjelaskan dari penegasan judul, latar
tempat dan hal-hal yang akan penulis bahas melalui penelitian ini.
dalam suatu penelitian dan didalam bab ini juga terdiri dari beberapa sub
Mafqud.
penulis lakukan. Dan juga dibab ini berisikan penyajian fakta dan data
penelitian.
yang telah ditemukan dalam penelitian sebagimana yang telah disajikan pada
bagian bab III. Dalam konteks penelitian ini membahas temuan penelitian dari
25
hasil penelitian. Dibab ini membahas dua bab yaitu temuan penelitian, analisis
data penelitian.
BAB V Penutup
penelitian berdasarkan analisa data dan temuan penelitian. Dibab ini terdiri
LANDASAN TEORI
1. Definisi Perceraian
Perceraian atau cerai dalam istilah Fiqh disebut “Talak” yang berarti
juga disebut sebagai Furqah yang artinya bercerai, yaitu lawan dari
berkumpul. Kemudian kedua istilah itu digunakan oleh para ahli Fiqh
sebagai salah satu istilah yang berarti “perceraian antar suami dan istri”.26
a. Sayyid Sabiq
bercampur.
26
Nasruddin, “Fiqh Munakat Hokum Perkawinan Berbeasis Nash” (Yogyakarta: Liberty, 1982),
79.
27
Abdul Ghoufur Anshori, “Hukum Perkawinan Islam” (Yogyakarta: UII, 2011), 106.
26
27
c. al-Hamdani
dalam rangka membina rumah tangga yang utuh, kekal dan abadi,
layaknya suami-isteri.28
berdasarkan gugatan perceraian, namun lebih lanjut dalam pasal 116 KHI
tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain
c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara selama lima tahun atau
28
Linda Azizah, “Analisis Perceraian dalam Kompilasi Hukum Islam,” AL-‟ADALAH Vol. X, No.
4 (Juli 2012): 417, http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/adalah/article/view/295.
28
e. Salah satu pihak mendapatkan cacat badan atau penyakit dengan akibat
a. Tindak hukum yang dapat dilakukan oleh suami atau istri untuk
ketentuan yang pasti dan langsung ditetapkan oleh tuhan yang Maha
Kuasa
29
Ibid.
30
Muhammad Syarifudin Dkk, “Hukum Perceraian,” Cet II (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), 16.
29
yaitu dalam Pasal 107 ayat (2) KUHPer,31 yang mengatakan bahwa
segala apa yang perlu dan patut sesuai dengan kedudukan dan
kemampuan suami.
salah satu bentuk putusnya perkawinan antara suami dan istri karena
terakhir ketika terjadi permasalahan dan saat semua cara telah dilakukan
sebagai berikut:
31
Tim Viva Justicia, “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata” (Genesis Learning, 2016), 411.
30
Artinya: “kepada orang-orang yang meng-ilaa' isterinya diberi
mengetahui.”. (Al-Baqarah/2:226-227)
bersetubuh dengan engkau lagi. Sumpah seperti ini di sebut ila‟. Dalam
hal ini, istri tentu akan tersiksa dan menderita, karena tidak di gauli
dan juga tidak di cerai (ditalak). 32 Hal seperti ini tidak boleh dibiarkan
sudah dekat empat bulan lamanya sesudah sumpah itu, suami harus
dengan istrinya, maka itulah yang lebih baik, tetapi dia harus
32
Kementrian Agama, “Tafsir Ringkas Al-Qur‟an Al-Karim” (Jakarta: Lajnah Pentashihan
Kemenag RI, 2015), 36.
31
yang seperti itu. Tapi kalua dia bermaksud untuk menceraikan, maka
Mengetahui. 33
Artinya : Dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka
apa yang diciptakan Allah dalam rahim mereka, jika mereka beriman
kepada Allah dan hari akhir. Dan para suami mereka lebih berhak
Mahabijaksana. (Al-Baqarah/2:228)
mereka laksanakan dengan baik jika mereka beriman keada Allah dan
33
Ibid.
32
kembali kepada istri dalam masa iddah itu. Apabila istri yang
bersabar menunggu tiga kali quru‟ atau 3 kali suci, baru boleh menikah
Artinya: Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (Setelah itu suami
halal lagi bagi kamu mengambil kembali sesuatu yang telah kamu
34
Ibid.
33
Dalam ayat ini dijelaskan, bahwa talak raj‟i itu hanya berlaku dua
kali. Kalau talak sudah tiga kali, tidak boleh rujuk lagi dan dinamakan
tiga, tetapi ada pula ulama yang berpendapat jatuh talak satu.35
yang buruk itu, untuk mengatur urusan pernikahan, talak, dan rujuk
dengan sebaik-baiknya. Selama masih dalam talak satu atau talak dua,
suami boleh rujuk dengan cara yang baik, atau tetap bercerai dengan
cara yang baik pula. Yang dimaksud dengan yang baik, ialah selama
yang sudah diberikan kepada istrinya seperti mahar dan lain lain,
35
Ibid., 37.
34
kepada istrinya. Tetapi kalau hal itu disebabkan oleh istri karena
seorang istri yang seperti ini yaitu rela memberikan sebagian hartanya
Ubay bin Salūl, istri Sābit bin Qais datang menghadap Rasulullah saw
dan berkata, “Ya Rasulullah, suamiku Sābit bin Qais tidak akan
yang tidak baik, aku takut kalau aku jadi orang kafir kembali karena
36
Ibid.
37
Ibid., 38.
35
kebun yang sudah menjadi miliknya, asal dia diceraikan, itu namanya
menebus diri dan kata kebun adalah kuniyah dari mahar. 38 Perceraian
itu dinamakan khulu‟, tidak boleh rujuk lagi kecuali dengan akad dan
38
Muhammad bin Isma‟il Abu Abdillah Al-Bukhari Al-Ju‟fi, “Al-Jami‟ Al-Musnad As-Shahib Al-
Mukhtashar Min Umari Rasulullah SAW Wa Sunanihi Wa Ayyamihi (Shahih Bukhari)” (cetakan pertama:
Dar Tuq An-Najah, 1422), 464.
36
Allah, maka sungguh, dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.
idahnya, yaitu pada waktu istri-istri itu suci dari haid dan belum
ِعن عب ِداهللِ ب ِن عمر أَنَّو طَلَّق امرأَتَو وِىي حائِض علَى عه ِد رسوِل اهلل
ْ ُ َ ْ َ َ ٌ َ َ َ ُ َ ْ َ ُ َ َ ُ ْ َْ ْ َ
ِ ِ ْ صلَّى اهلل َعلَْي ِو وسلَّم فَسأ ََل ُعمر بْن
ُصلَّى اهلل َ اْلَطَّاب َر ُس ْو َل اهلل ُ َُ َ َ ََ ُ َ
ِ ِ ِ
ُصلَّى اهللُ َعلَْيو َو َسلَّ َم ُم ْره
َ ال َر ُس ْو ُل اهلل َ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َع ْن ّٰذل
َ ك فَ َق
39
Ahsin Sakho Muhammad dan Hery Harjono, “Tafsir Tahlili” (Jakarta: Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Quran, 2015).
40
Muhammad bin Isma‟il Abu Abdillah Al-Bukhari Al-Ju‟fi, “Al-Jami‟ Al-Musnad As-Shahib Al-
Mukhtashar Min Umari Rasulullah SAW Wa Sunanihi Wa Ayyamihi (Shahih Bukhari)”, 465.
37
ِ ِ ِ
كَ ض ُُثَّ تَطْ ُهَر ُُثَّ إِ ْن َشاءَ أ َْم َس َ طهَر ُُثَّ ََتْي ُ َفَلْيُ َراج ْع َها ُُثَّ ِيُْس ْك َها َح ََّّت ت
ك الْعِ َّدةُ الَِّ ِْت أ ََمَر اهللُ أَ ْن تُطَلَّ َق
َ س فَتِْل َّ َبَ ْع ُد َو إِ ْن َشاءَ طَلَّ َق قَ ْب َل أَ ْن َِي
) (رواه البخاري و مسلم.ُِّساء
َ هلَا الن
Abdullah bin „umar telah menalak istrinya dalam keadaan haid.
Lalu „umar bin al-khattab menanyakan hal itu pada Nabi saw, lalu
lagi kepada istrinya yang telah ditalaknya dan merasa menyesal atas
kepadanya. Istri yang dimaksud di sini ialah istri yang sudah atau
masih haid dan sudah dicampuri sesudah akad nikah. Ada pun istri
yang masih kecil atau sudah ayisah (tidak haid lagi) atau belum
41
Ibid.
38
atas.
sebagai berikut:44
1) Wajib yaitu apabila terjadi konflik antar pasangan suami istri, lalu
42
Muhammad Daud Ali, “Hukum Islam dan Peradilan Agama” (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002), 102.
43
Satria Efendi M. Zein, “Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer” (Jakarta: Kencana,
2004), 48.
44
Syaikh Hasan Ayub, “Fikih Keluarga” (Pustaka Alkautsar, 2006), 208.
39
nafkah.47
dibenarkan, seperti:
tetapi disebut berulang kali sehingga cukup tiga kali atau lebih
45
Djamil Latif, “Aneka Hukum Perceraian di Indonesia” (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), 50.
46
Peunoh Dally, “Hukum Perkawinan Islam suatu Studi Perbandingan” (Jakarta: Bulan Bintang,
1988), 250-252.
47
Sudarsono, “Pokok-Pokok Hukum Islam” (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), 265.
48
H.S. A Al-Hamdani, “Risalah Nikah” (Jakarta: Pustaka Amani, 1989), 204–205.
40
ِ ف ب ِن و
اص ٍل َع ْن ِ ٍِ ٍ ِ
َ ْ َحدَّثَنَا َكثريُ بْ ُن ُعبَ ْيد َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن َخالد َع ْن ُم َعِّر
َ َصلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق ِ ِ ُُمَا ِر
ال ِّ ِب بْ ِن دثَا ٍر َع ْن ابْ ِن ُع َمَر َع ْن الن
َ َِّب
)اَل الطَّ ََلق (رواه ابو داود َ اْلَ ََل ِل إِ ََل اللَّ ِو تَ َع
ْ ض ُ َأَبْغ
Telah menceritakan kepada kami Katsir bin 'Ubaid, telah
Washil dari Muharib bin Ditsar dari Ibnu 'Umar dari Nabi Saw beliau
perceraian."51
49
Rahmat Hakim, “Hukum Perkawinan Islam” (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 159.
50
Abu Daud Sulaiman, “Sunan Abi Daud” (Al-Ashriyah: Shida Beirut), 708.
51
Ibid.
41
karena merasa tidak memiliki lagi kecocokan dan tidak menemukan titik
diantara suami dan istri yang kemudian hidup secara terpisah dan diakui
secara sah berdasarkan hukum yang berlaku. Hadis dan ayat tersebut
atau bisa disebut sebgai “pintu darurat” yang boleh ditempuh, manakala
3. Macam-macam Perceraian
a. Talak
1) Talak Raj‟i
Talak Raj‟i adalah talak yang boleh rujuk kembali oleh mantan
52
Ahmad Rofiq, “Hukum Perdata Islam di Indonesia” (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), 213.
42
2) Talak Ba‟in
akad nikah dengan seluruh syarat dan rukunnya, talak Ba‟in ada
tiga dimana mantan suami tidak boleh rujuk kembali kecuali jika
3) Talak Sunni
suci yang belum digauli pada massa sucinya itu. Jika seorang
53
Moh Idris Ramulyo, “Hukum perkawinan Islam Suatu Analisis dari Undang-undang NO1 tahun
1947 Dan Kompilasi Hukum Islam” (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), 110.
54
Ala Al-Din Abi Bakr Ibn Mas‟udn Al-Kasaniy, “bada‟i wa Al-shana, juz 3” (Beirut: Dar Al-
Kutub Al-ilmiyyah.), 98.
43
itu, maka pada saat itulah masa yang paling tepat bagi suami untuk
4) Talak Bid‟i
Talak bid‟i adalah suami yang menalak istrinya pada saat haid
b. Cerai gugat
1) Fasakh
2) Khulu
55
Syaikh Abu Bakar jabir Al-jaza‟iri, “Minhajul Muslim” (Jakarta, 2006), 783.
44
hal kiranya sangat perlu untuk digaris bawahi dalam hal ini,
diantaranya ialah :
suami diantaranya:
56
Yunan Putra, “Istri menggugat Cerai Suami Akibat Berpolgami atau sebab lain (analisis hukum
Islam dan Undang-undang),” sangaji Jurnal Pemikiran Syariah dan Hukum Vol. 5, No. 2 (oktober 2021):
120–23, https://ejournal.iaimbima.ac.id/index.php/sangaji/article/view/697.
45
disembuhkan
57
Ibid.
58
Ibid.
46
tertentu tidak sama. Adapun akibat hukum dari cerai gugat sebagai
berikut:
mut‟ah.
59
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
47
„iddah.
keputusannya.
60
Isnawati Rais, “Tingginya Angka Cerai Gugat (Khulu‟) Di Indonesia; Analisis Kritis Terhadap
Penyebab Dan Alternatif Solusi Mengatasinya,” AL-„ADALAH Vol. XII, No. 1 (Juni 2014): 195-196.
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/adalah/article/view/183.
49
ingin hidup bersama sampai akhir hayat, seringkali hasrat serupa itu
itu terjadi dan apa yang mendasari perceraian itu adalah sebuah keputusan
istri itu tidak akan hidup rukun sebagai suami istri, yaitu :
a. Faktor Ekonomi
61
Djamil Latif, “Aneka Hukum Perceraian di Indonesia” (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), 103.
62
Budi Susilo, “Prosedur Gugatan Perceraian” (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2018), 20.
50
yang diberi nafkah, maka saat menjadi seorang suami dia sebagai
pemberi nafkah.
menjadi orang yang diberi nafkah, maka saat menjadi seorang suami
dia
63
Ali Husain Muhammad Makki Al-Amili, “Perceraian Salah Siapa? Bimbingan dalam Mengatasi
Problematika Rumah Tangga” (Jakarta: Lentera IKAP), 52.
51
Baqarah/2:155).64
dengan atau tanpa alat, masing tergantung pada kasus yang timbul.
64
Depaq RI, “Penafsir Al-Quran Departemen Agama Republik Indonesia” (Bandung: Syamil
Quran, 2009), 39.
65
soeroso, Moerti Hadiati, “Kekerasan dalam Rumah Tangga dalam Perspektif Yuridis
Viktimologis” (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), 1.
52
sosial lainnya.66
rumah tangga.
66
Faqihuddin Abdul Kodir, “Komnas Perempuan: Referensi bagi Hakim Pengadilan Agama
tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga” (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), 116-117.
67
“Undang-undang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, Pasal 22.
53
bahwa
Orang ketiga tidak akan terjadi begitu saja tanpa adanya alasan
nafsu, baik dari pihak suami maupun istri. Yang mendasari timbulnya
68
Zaitunah Subhan, “Kekerasan Terhadap Perempuan” (Yogyakarta: LKIS Pelangi, 2004), 14-15.
54
melihat dari kondisi fisik. Jika ada pasangan yang tidak mampu
d. Perselisihan (Pertengkaran)
69
Abdul Aziz Ahmad, “All About Selingkuh: Problematika dan Jalan Keluarnya” (Bandung:
Pustaka Hidayah, 2009), 5.
55
seorang hakam dari pihak suami dan seorang hakam dari pihak istri.
dan seorang juru damai dari keluarga perempuan. Jika keduanya (juru
Mengenal. (An-Nisa‟/4:35). 70
dari kedua belah pihak baik itu dari pihak suami maupun dari pihak
istri.
70
Depaq RI, “Penafsir Al-Quran Departemen Agama Republik Indonesia”) 56.
56
dari pihak suami dan seorang hakam dari pihak istri, namun
5. Rukun Perceraian
Rukun talak (perceraian) adalah unsur pokok yang harus ada dalam
oleh Al-Kasni yaitu rukun talak adalah lafal yang menjadi penunjukan
dengan istri) dalam kedua bentuknya (raj‟i dan Ba‟in) atau apapun
71
Slamet Abidin dan Aminuddin, “Fiqih Munakahat 1” (Bandung: Pustaka Setia, 1999), 185.
72
Khoirul Abror, “Hukum Perkawinan dan Perceraian.” 123.
57
dalam pandangan ulama Hanafiyyah hanya satu yaitu Sighah atau lafal
yang menunjukan talak baik secara etimologi, Syar‟i maupun apa saja
terhadap steri yang telah dimiliki mealui suatu pernikahan yang sah
Adapun menurut ulama Syafi dan Hambali rukun talak itu ada 5 yaitu:
hendak lah Mukallaf. Oleh karena itu talak anak kecil yang belum
73
Ibid.
58
c. Lafal talak mengenai rukun yang ketiga ini para ulama Safi‟iyah
sarih dan kinayah, apabila lafal tidak diucapkan baik secara sarih
talak, dan talak itu juga dianggap sudah memenuhi rukun kedua jika
menjatuhkan talaknya.
anggota tubuh tertentu seperti tangan, kepala, limpa atau hati, maka
fadalat tubuhnya seperti air liur, air susu atau air mani, maka talaknya
tidak sah.
istrinya: Anti talliq (kamu wanita yang ditalak), maka talaknya tidak
sah, namun apabila suami tersebut berkata pada istrinya atau istrinya itu
masih berada dalam masa `iddah talak raj‟i, maka talaknya baru di
anggap sah.74
74
Ibid., 124.
59
1. Definisi Mafqud
fiqh yang dimaksud dengan mafqud ialah orang yang pergi, tidak ada
apakah orang itu masih hidup atau sudah meninggal dunia. Para ulama
seorang yang mafqud tidak boleh dinikahi oleh orang lain, hartanya tidak
boleh diwarisi dan segala haknya tidak boleh digunakan sampai orang
kata faqida yafqadu yang artinya hilang, jadi kata mafqud secara bahasa
yang pergi tanpa meninggalkan bekal apapun atau nafkah apapun untuk
75
Amin Husein Nasution, “Hukum Kewarisan.”193
76
Ahmad Warson Al –Munawwir, “Kamus Arab Indonesia Terlengkap” (Yogyakarta: Pustaka
Progresif, 1997), 321.
60
keberadaanya dan kapan dia akan kembali, apakah dia sudah meninggal
dunia atau masih hidup. Ada berbagai macam persoalan yang dapat
mungkin pergi merantau dan tidak diketahui kabar kematiannya, dan lain
sebagainya.
2. Macam-Macam Mafqud
dan harta bendanya tidak boleh dibagi, kecuali pendapat Asyhab yang
77
Ibnu Rusyid, “Bidayatul Mujtahid, Jilid 2, diterjemahkan oleh Imam Ghazali Said dan Ahmad
Zaidun dari „wa Nihayatul Muqtashid‟” (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), 551.
61
Akan tetapi bagi Malik masa menunggu yang paling lama adalah
setahun.
d. Hilangnya dalam peperangan dengan kaum kafir. Mengenai hal ini ada
menunggu masa satu tahun, kecuali dia berada disuatu tempat yang
sudah jelas maka disamakan dengan hukum orang yang hilang dalam
dibunuh berkaitan dengan istrinya, dan sama dengan hukum orang yang
b. Hilang yang menurut lahirnya tidak selamat. Seperti orang yang hilang
kembali lagi atau dia pergi karena suatu keperluan yang seharusnya ia
78
Ibid.
62
kembali, lalu tidak ada kabar beritanya atau ia hilang antara dua
a. Menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi‟i dalam qaul jadinya serta
yang tidak ada kabar berita tersebut tidak halal kawin lagi sampai dia
mungkin masih hidup, yang dibatasi oleh abu hanifah dengan waktu
tahun.80
dengan suami yang kedua menjadi batal dan statusnya kembali menjadi
79
Mahmoud Syaltout dan M. Ali as sayis, “Perbandingan Mazhab, diterjemahkan oleh Ismuha dari
„Muqarana Al Madzahib Fil Fiqh‟” (Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 2010), 248–49.
80
Novita Dwi Lestari, “Kompilasi Hukum Islam (HKI) dan Pendapat Madzhab Syafi‟i Tentang
Batasan Masa Tunggu Suami/Istri Mafqud,” 137.
81
Ibid.
63
ال َمالِك َوإِ ْن َ ني ُُثَّ تَ ْعتَ مد أ َْربَ َعةَ أَ ْش ُه ٍر َو َع ْشًرا ُُثَّ ََِتلم َق ِِ ِ
َ تَ ْنتَظُر أ َْربَ َع سن
َِّتَا فَ َد َخ َل ِِبَا َزْو ُج َها أَْو ََلْ يَ ْد ُخ ْل ِِبَا فَ ََل ِ تَزَّوجت ب ع َد انِْقض ِاء ِعد
َ َْ ْ َ َ
ك ْاْل َْمُر ِعْن َدنَا َوإِ ْن أ َْد َرَك َها ِ ِ َ َسبِيل لِزوِجها ْاْل ََّوِل إِلَي ها ق
َ ال َمالك َوذَل َْ َ َْ َ َ
َّاس يُْن ِكُرو َن ِ َ َزوجها قَبل أَ ْن تَت زَّوج فَهو أَح مق ِِبا ق
َ ت الن ُ ال َمالك َوأ َْد َرْك َ َ َ ُ َ ََ َ ْ َ ُ ْ َ
ال ُُيَيَّ ُر َزْو ُج َها َ َاب أَنَّوُ ق ِ َّاْلَط
ْ َّاس َعلَى ُع َمَر بْ ِن ِ ض الن ُ ال بَ ْع َ َالَّ ِذي ق
ال َمالِك َوبَلَغَِِن أ ََّن ُع َمَر بْ َن َ َص َداقِ َها أ َْو ِِف ْامَرأَتِِو ق َ ْاْل ََّو ُل إِ َذا َجاءَ ِِف
ب َعْن َها ُُثَّ يَُر ِاج ُع َها فَ ََل ِ ِ
ٌ ال ِِف الْ َم ْرأَة يُطَلِّ ُق َها َزْو ُج َها َوُى َو َغائ َ َاب ق ِ َّاْلَطْ
ت أَنَّوُ إِ ْن َد َخ َل ِِبَا َزْو ُج َها ْ اىا فَتَ َزَّو َجَ َّيَْب لُغُ َها َر ْج َعتُوُ َوقَ ْد بَلَغَ َها طَ ََلقُوُ إِي
يل لَِزْوِج َها ْاْل ََّوِل الَّ ِذي َكا َن طَلَّ َق َها إِلَْي َها َ
ِْاْل َخر أ َْو ََلْ يَ ْد ُخل ِِبَا فَ ََل َسب
ْ ُ
َل ِِف َى َذا وِف املفقود ََّ ِت إ ِ ال مالِك وى َذا أَح م
ُ ب َما ََس ْع َ َ َ َ َ َق
Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Yahya bin
Sa'id dari Sa'id bin Musayyab bahwa Umar bin Khattab berkata,
Kemudian menjalani masa iddah selama empat bulan sepuluh hari dan
setelah itu boleh menikah lagi." Malik berkata, "Jika dia menikah
kalangan kami selama ini. Namun jika suaminya datang sementara dia
belum menikah lagi, maka suaminya lebih berhak atas dirinya." Malik
sedang pergi, lalu dia ruju' lagi kepadanya. Namun ruju'nya tersebut
tidak sampai pada pihak istri, dan hanya kabar talaknya sampai kepada
istrinya, kemudian istri menikah lagi dengan lelaki lain. Jika suami
yang pertama yang telah mentalaknya, tidak ada lagi hak atasnya." 82
d. Khalifah umar bin khatab dan khalifah ustman bin affan, berpendapat
bahwa istri yang suaminya ghaib yang diberi tenpo untuk menanti
tersebut ingin menikah lagi dengan aki-laki lain, maka ia lebih dulu
82
Malik bin Anas bin Malik bin ‟Amir al-Ahbani Al-Madani, “Muatta‟ al-imam Malik,” Beirut
Libanon (Dar ilya‟ At-Turats Al-‟Arabi, 1985M/1406H).
83
Ikmal hafifi, “Status istri Mafqud dalam Pandangan Imam Syafi‟I dan Ibnu Qudamah (Studi
Komparatif Pendapat imam Syafi‟I dan Ibnu Qudamah,” JURNAL El-Usrah Hukum Keluarga vol 4, No. 2
(Juli 2021): 534, https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/usrah/article/view/10918/7188.
65
tidak selamat, maka si istri cukup menunggu suami nya selama 4 bulan
10 hari.
batas waktu bagi seorang istri menunggu suaminya yang mafqud, sangat
itu mafqud tidak diatur jelas oleh Al-Qur‟an dan Hadist. Ulama berbeda
dianggap mafqud. Oleh karena itu, materi ini menarik untuk melihat
pendapat mana yang lebih utama (kuat) diantara keduanya dan melahirkan
84
Ibid., 536.
66
wajib apabila sang istri merasa terancam dengan kepergian suaminya baik
itu dengan alasan atau tanpa alasan. Imam Malik berpendapat bahwa
yang jelas maka sang istri boleh mengajukan cerai terhadap suaminya
kepergian suami tanpa adanya berita yang jelas dengan keadaan suami
kembalinya dan suami yang menolak memberi nafkah istrinya sedang dia
Demikian pula halnya dengan suami yang tinggal bersama-sama istri tapi
berada dalam keadaan miskin dan tidak bisa memberi nafkah, sedangkan
85
Muhammad Jawad Mughniyah, “Fiqih Lima Mazhab, diterjemahkan oleh Masykur A.B. dkk dari
“Al Fiqh „ala al Madzahib al Khamsah,” Cet ke-27 (Jakarta: Penerbit Lentera, 2011), 492.
86
Ibid., 493.
67
istrinya tidak tahan dalam kondisi serupa itu.87 Sementara itu, dalam Al-
lalu istrinya mengadukan hal itu kepada hakim, maka hakim harus
sang suami tetap menolak, tetapi tidak bisa dipaksa untuk memberi nafkah
dari hartanya atau menjatuhkan talak, maka jelas bahwa hakim boleh
jika sudah berlalu masa satu tahun ditinggal suami khawatir akan
87
Ibid., 494.
88
Ibid., 491.
68
d) Menurut Imam Syafi‟i bahwa istri memiliki suami yang ghaib atau
baginya waktu tunggu atau masa iddah kecuali apabila seorang istri dicerai
pembagian macam- macam iddah adalah termasuk iddah bagi wanita yang
suaminya mafqud.89
sebetulnya tidak ada perbedaan dikalangan para Ulama, baik Ulama yang
menganggap orang yang hilang itu masih hidup, sehingga harus menunggu
seorang istri untuk menuntut cerai jika ditinggal lama oleh suaminya tanpa
maka iddah bagi si istri adalah iddah wanita yang ditinggal mati suaminya,
yaitu empat bulan sepuluh hari. Ketentuan ini meliputi baik istri itu pernah
bercampur dengan suaminya atau belum, keadaan istri itu belum pernah
89
Wahbah Zuhaili, “Al Fiqh Al- Islami Wa Adillatuhu, Juz. 9” (Damaskus: Dar Al- Fikr, 2006),
717.
90
Ibid., 7173.
69
haid, masih berhaid, ataupun telah lepas haid. Ketetapan ini berdasarkan
hari. Kemudian apabila telah sampai (akhir) idah mereka, maka tidak ada
dosa bagimu mengenai apa yang mereka lakukan terhadap diri mereka
menurut cara yang patut. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (Al-Baqarah/2:234)
yang terjadi akibat salah satu dari pasangan (suami/istri) yang hilang dan
keberadaanya dan kapan dia akan kembali, apakah dia sudah meninggal
maka dapat disimpulkan jika seoarang istri yang ditinggalkan mafqud oleh
suaminya tanpa tahu dimana tempat dan keberadaanya, dan tanpa adanya
nafkah dari suami selama kurang lebih 2 tahun maka sang istri boleh
menikah lagi dengan laki-laki lain dengan syarat sudah melewati masa
70
iddah selama 4 bulan sepuluh hari terlebih dahulu, namun jika suami yang
mafqud kembali lagi pada waktu istri sudah menikah kembali dengan pria
lain maka perkawinan dengan suami yang kedua menjadi batal dan
statusnya kembali menjadi istri dari suami yang pertama. Dan jika suami
Abdul Aziz Ahmad. “All About Selingkuh: Problematika dan Jalan Keluarnya.
Abu Achadi, Cholit Narbuko. “Metodelogi Penelitian,” Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2015.
Ahmad Rofiq. “Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, 2005.
Ahsin Sakho Muhammad dan Hery Harjono. “Tafsir Tahlili.” Jakarta: Lajnah
Ala Al-Din Abi Bakr Ibn Mas‟ud Al-Kasaniy. “bada‟i wa Al-shana, juz 3,”.
96
97
https://jurnal.unugha.ac.id/index.php/wst/article/view/196.
Bambang hermanto. “Arsip Kecamatan Way Tenong,” Way Tenong: Penata TK,
2022.
2018.
2011.
Grafika, 2014.
Ikmal hafifi. “Status istri Mafqud dalam Pandangan Imam Syafi‟I dan Ibnu
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/usrah/article/view/10918/7188.
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/adalah/article/view/183.
VIII, 1996.
2016. https://kbbi.kemdikbud.go.id.
Gramedia, 1976.
Rosdakarya, 2011.
99
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/adalah/article/view/295.
Bulan Bintang.
Malik bin Anas bin Malik bin ‟Amir al-Ahbani Al-Madani. “Muatta‟ al-imam
Moh Idris Ramulyo. “Hukum perkawinan Islam Suatu Analisis dari Undang-
undang NO1 tahun 1947 Dan Kompilasi Hukum Islam,” Jakarta: Bumi
Aksara, 2004.
Muhammad Daud Ali. “Hukum Islam dan Peradilan Agama,”. Jakarta: PT. Raja
Masykur A.B. dkk dari “Al Fiqh „ala al Madzahib al Khamsah,” Cet ke-
Liberty, 1982.
Novita Dwi Lestari. “Kompilasi Hukum Islam (HKI) dan Pendapat Madzhab
Ryan Ganang Kurnia. “Perceraian Karena Suami Mafqud (studi kasus terhadap
S.H., Prof.H. Muhammad Daud Ali. “Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum dan
2012.
101
Slamet Abidin dan Aminuddin. “Fiqih Munakahat 1,”. Bandung: Pustaka Setia,
1999.
2009.
1983.
Maju, 2002.
2016.
Wahbah Zuhaili. “Al Fiqh Al- Islami Wa Adillatuhu, Juz. 9,”. Damaskus: Dar Al-
Fikr, 2006.
Yunan Putra. “Istri menggugat Cerai Suami Akibat Berpolgami atau sebab lain
https://ejournal.iaimbima.ac.id/index.php/sangaji/article/view/697.
Pelangi, 2004.