Anda di halaman 1dari 3

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP

FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN PPKn


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR (UNM)
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

MATA KILIAH : HUKUM ISLAM II


Dosen : 1. DR. MUH. SUDIRMAN, S.Ag., M.Pd
2. DR. MUSTARING, M.Hum

S.O.A L

1. Perkawinan adalah Ikatan lahir bathin antara seorang Pria dan seorang
wanita sebagai Suami-Isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sebutkan dan Jelaskan Unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian
Perkawian!
2. Kemukakan beberapa tujuan pernikahan.
3. Setelah terjadinya perkawinan, maka suami istri memiliki hak dan
kewajiban. Sebutkan hak dan kewajiban suami istri yang dimaksud.
4. Meminang seseorang perempuan untuk dinikahi harus memenuhi syarat.
Sebutkan dan jelaskan syarat yang dimaksud.
5. Dalam Hukum Perkawinan ditetapkan beberapa golongan perempuan yang
haram dinikahi. Sebutkan dan jelaskan golongan wanita yang dimaksud!

Jawaban :

Nama : Muhammad Mu’min Zhohir Ali


NIM : 200601501023
Kelas : A

1. Pertama, unsur seorang pria dan seorang wanita. Dalam sebuah pernikahan
dilangsungkan oleh seorang pria dan seorang wanita. Esensi utama dari pernikahan
adalah bagaimana mempertemuka dan menyatukan kedua insan manusia ini agar
menjadi satu dalam ikatan pernikahan. Sebagai mana Allah berfirman “Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.” (QS Al-Hujurat: 13).
Kedua, unsur ikatan lahir dan batin. Jika proses ijab Kabul telah dilakukan dan saksi
berkata “sah” maka mulai saat itu pula timbul ikatan antara seorang pria dan wanita.
Ikatan tersebut yang membuat mereka memiliki hak dan kewajiban masing-masing.
Ikatan itu yang membuat apa yang sebelumnya haram menjadi halal. Dan dari ikatan
itu diharapkan tujuan menciptakan keluarga sakinah mawadah warahmah dapat
terwujud
Ketiga, unsur tujuan. Berdasarkan pengertian di atas tujuan pernikahan adalah
membentuk keluarga tang bahagia dan kekal. Artinya setelah ikatan seorang pria dan
wanita terjalin makan mereka memiliki tujuan yang sama dan utama. Setelah mereka
memutuskan untuk menjadi seorang suami dan isteri maka selanjutnya mereka harus
mencaoai tujuan dari ikatan tersebut yaitu menciptakan rumah tangga yang bahagia
dan kekal.
2. Tujuan pernikahan
 Untuk memperoleh kebahagiaan dan ketenangan hidup
 Membina rasa cinta dan kasih sayang
 Memenuhi kebutuhan seksual yang telah di Ridhai oleh Allah SWT
 Mengikuti Sunnah Rasul
 Memperoleh keturunan yang sah
 Sebagai bentuk fitrah manusia dalam hidup

3. Kewajiban suami terhadap isteri


 Memberikan mahar
 Memberikan nafkah, Pakaian dan tempat tinggal
 Menggauli istri secara baik
 Menjaga isteri dari dosa
 Memberikan cinta dan kasih sayang kepada isteri
Kewajiban isteri terhadap suami
 Taat kepada suami
 Mengikuti tempat tinggal suami
 Menjaga diri saat suami tidak ada
 Memelihara dan mendidik anak utamanya pendidikan agama
 Berhias untuk suami
Hak suami terhadap isteri
 Suami berhak ditaati oleh isteri dalam seluruh perkara kecuali maksiat
 Suami berhak mendapatkan pelayanan yang baik dari isteri
 Suami berhak memberikan izin atau tidak kepada isteri ketika ingin keluar
rumah
Hak isteri terhadap suami
 Isteri berhak mendapatkan hak dari suami
 Isteri berhak atas nafkah, makan minum dan tempat tinggal
 Isteri berhak mendapat perlakuan yang baik dari suami
 Isteri berhak mendapatkan bimbingan yang baik dari suami
 Isteri berhak mendapatkan perlakuan yang adil dari suami

4. Syarat hitbah seorang wanita


 Kosong dari perkawinan atau iddah laki-laki lain.
 Ditentukan wanitanya.
 Tidak ada hubungan mahram antara calon suami dengan calon istrinya, baik
mahram senasab (keturunan) maupun mahram sesusuan dan tidak ada
hubungan kemertuaan atau bekasnya sebagaimana yang akan diterangkan
nanti.
 Wanitanya beragama Islam atau kafir kitabi yang asli, bukan kafir watsani
(penyembah berhala atau atheis atau tidak beragama sama sekali. Kecuali kalau
wanita kafir itu diislamkan dahulu baru boleh dikawin).
5. Wanita yang haram dinikahi
 Adanya hubungan nasab

Situs perpustakaan Mahkamah Agung menjelaskan, nasab merupakan pertalian


kekeluargaan. Hubungan ini berlaku untuk generasi tua, muda, dan mereka yang kerap
disebut sepupu.

Golongan yang masuk haram dinikahi karena nasab adalah ibu, anak perempuan
kandung, saudara perempuan kandung, bibi dari pihak ayah, ibu, anak perempuan
saudara laki-laki, dan anak perempuan saudara perempuan.

 Hubungan persusuan

Posisi ibu menyusui disamakan dengan ibu kandung. Golongan yang tidak dibolehkan
menikah karena hubungan persusuan adalah ibu dan saudara perempuan
sepersusuan. Dengan posisi ibu susu seperti ibu kandung, maka saudara sepersusuan
sama dengan kakak atau adik kandung.

 Adanya hubungan pernikahan sebelumnya

Dikutip dari kitab Rawa’iul Bayan, Tafsir Ayat al Ahkam Min al Qur’an karya
Muhammad Ali al-Shobuni ada empat golongan yang masuk kriteria ini. Mereka adalah
mertua, anak tiri, menantu, dan mengumpulkan dua orang wanita yang bersaudara
untuk dinikahi.

Anda mungkin juga menyukai