Anda di halaman 1dari 6

PROFESI (Profesional Islam)

Media PublikasiPenelitian; 2018; Volume 16; No 1.


Website: ejournal@stikespku.ac.id

Hubungan Asupan Protein dan Status Gizi dengan Kadar Hemoglobin


pada Remaja Putri Anemia

Dewi Pertiwi Dyah Kusudaryati 1*, Ratih Prananingrum2


1
Program Studi S1 Gizi, STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
2
Program Studi DIII Kebidanan, STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
Jl. Tulang Bawang Selatan No.26, Kadipiro, Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57136
*Email: dewipertiwidk@stikespku.ac.id

Kata Kunci Abstrak


Asupan Protein, Anemia merupakan kondisi dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah
Status gizi, yang sangat sedikit. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berfungsi
Hemoglobian, untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh. Asupan zat gizi seperti protein
Anemia. yang kurang akan memperberat terjadinya anemia serta berdampak pada
terjadinya gizi kurang. Secara tidak langsung status gizi juga akan
berpengaruh terhadap terjadinya anemia. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan asupan protein dan status gizi dengan kadar
hemoglobin pada remaja putri yang anemia. Desain penelitian menggunakan
observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian
merupakan remaja anemia sebanyak 20 subyek yang diambil secara
concecutve sampling. Kadar hemoglobin diperoleh dari pemeriksaan darah
sedangkan asupan protein diperoleh dari wawancara food recall 24 jam.
Status gizi diperoleh dari data Indeks Massa Tubuh. Data dianalisis
menggunakan uji Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada
hubungan asupan protein dengan kadar hemoglobin (p=0,515). Berdasarkan
hasil asupan subyek didapatkan hasil sebagian besar subyek memiliki tingkat
kecukupan protein yang normal. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada
hubungan status gizi dengan kadar hemoglobin (p=0,601). Sebagian besar
subyek masuk dalam kategori gizi baik. Kesimpulan penelitian ini adalah tidak
ada hubungan asupan protein dan status gizi dengan kadar hemoglobin pada
remaja putri anemia.

The Correlation Between Protein Intake and Nutritional Status


with Hemoglobin Level in Anemic Young Women

Keywords Abstract
Protein intake, Anemia is a condition where the body has a low level of red blood cell. Red
Hemoglobin, blood cell containing hemoglobin have a role to circulate oxygen throughout
Nutritional status, the body. Poor nutrition intake such as protein will severely the occurrence of
Anemia. anemia and have an impact on the occurrence of undernutrition. Indirectly,
nutritional status will also affect the occurrence of anemia. The aim of this
research is to know the correlation between protein intake and nutritional
status with hemoglobin levels in anemic young women. This study was
observational analityc with crossectional design. The subjects was 20 anemic
young women were recruited using concecutive sampling. The data or
hemoglobin level was obtained by checking the blood while the protein intakes

37
PROFESI (Profesional Islam)
Media Publikasi Penelitian; 2018; Volume 16; No 1.
Website: ejournal.stikespku.ac.id

were obtained by interview 24 hours food recall. Nutritional status data were
obtained by measuring Body Mass Index. The data were analyzed using Rank
Spearman test. The results show that there is no association between protein
intake with hemoglobin level (p=0,515). Most subjects have a normal level of
protein adequacy.There is no correlation between nutritional status with
hemoglobin level (p=0,601). The most subjects have a good of nutritional
status. The conclusion there is no correlation between protein intake and
nutritional status with hemoglobin level.

1. PENDAHULUAN besi tubuh karena fungsi transferin mengangkut


Anemia adalah kondisi dimana tubuh me- besi dalam sirkulasi ke tempat yang membutuh-
miliki jumlah sel darah merah yang sangat sedikit kan besi, seperti sumsum tulang untuk mem-
sehingga berdampak pada nilai kadar hemoglobin bentuk hemoglobin yang baru. Selain itu, feritin
(Hb) yang rendah (Proverawati, 2013). Sel darah merupakan protein lain yang penting dalam
merah mengandung hemoglobin yang berfungsi metabolisme zat besi (Gallagher, 2008). Hasil
untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh. penelitian menyatakan bahwa protein memiliki
anemia defisiensi besi adalah jenis anemia yang peran penting dalam pembentukan sel darah
sering dijumpai. Anemia defisiensi besi meru- merah dan hemoglobin serta berperan dalam
pakan anemia karena kekurangan zat besi (bahan perpindahan zat besi yang ada didalam tubuh
utama pembentukan hemoglobin) yang menga- untuk pembentukan sel darah merah di sumsum
kibatkan sintesis hemoglobin terganggu yang tulang. Asupan protein yang kurang akan meng-
pada akhirnya menyebabkan penurunan transport akibatkan terganggunya pembentukan eritrosit
oksigen (Price, 2007). dan hemoglobin serta terlambatnya perpindahan
Prevalensi anemia secara nasional di Indo- zat besi sehingga produksi sel darah merah
nesia mencapai 21,7%. Berdasarkan kelompok terganggu (Fatimah, 2011).
umur, prevalensi anemia penduduk Indonesia Selain asupan protein, faktor lain yang dapat
dengan kategori remaja (15 – 24 tahun) sebesar menyebabkan tejadinya anemia adalah status
18,4%. Prevalensi anemia berdasarkan jenis gizi. Seseorang dengan status gizi kurang akan
kelamin didapatkan lebih tinggi pada perempuan mudah terkena infeksi karena secara langsung
(23,9%) dibanding dengan laki-laki (18,4%) infeksi dapat mempengaruhi status gizi (Supa-
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, riasa, 2016). Status gizi juga dipengaruhi oleh
2013). asupan makanan. Asupan makanan yang kurang
Anemia dapat disebabkan oleh beberapa akan menimbulkan gangguan dalam penyerapan
faktor seperti asupan makanan yang tidak zat gizi oleh tubuh dan berdampak pada menu-
adekuat, infeksi, perdarahan kronis, kelainan runnya daya tahan tubuh sehingga mudah terkena
pembentukan sel, trauma, dan menstruasi (Sylvia penyakit (Goldenberg, 2008). Prevalensi anemia
dan Lorraine, 2005). Pendarahan patologis akibat semakin meningkat dengan semakin memburuk-
penyakit/ infeksi parasit seperti cacingan dan nya status gizi seseorang (Gropper, 2009).
saluran pencernaan berhubungan positif terhadap Berdasarkan uraian di atas maka tujuan
anemia (Syafiq dkk, 2008) penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
Anemia dapat dipengaruhi oleh kurangnya asupan protein dan status gizi dengan kadar
asupan protein dalam tubuh manusia. Protein hemoglobin pada remaja putri yang anemia.
berfungsi sebagai pembentuk butir-butir darah
seperti pembentukan eritrosit dan hemoglobin. 2. METODE PENELITIAN
Protein juga berperan sebagai transportasi zat Jenis penelitian ini adalah observasional
besi di dalam tubuh. Apabila seseorang keku- analitik dengan pendekatan cross sectional.
rangan protein maka transportasi zat besi akan Penelitan dilaksanakan pada bulan April – Juli
terhambat sehingga berakibat pada terjadinya 2018. Subyek daam penelitian merupakan
defisiensi zat besi. Transferin adalah suatu gliko- mahasiswi STIKES PKU Muhammadiyah sejum-
protein yang berperan sentral dalam metabolisme lah 20 subyek. Pengambilan subyek dengan

38
PROFESI (Profesional Islam)
Media PublikasiPenelitian; 2018; Volume 16; No 1.
Website: ejournal@stikespku.ac.id

teknik consecutive sampling dimana subyek yang Berdasarkan tabel 1 di atas diketahui bahwa
diambil memiliki kriteria inklusi dan eksklusi rata-rata usia subyek penelitian termasuk remaja
yang telah ditetapkan oleh peneliti. akhir yaitu 19,5 ± 1,15 tahun. Dilihat dari kadar
Variabel penelitian ini terdiri dari variabel hemoglobin didapat hasil bahwa semua subyek
bebas yaitu asupan protein dan status gizi. Se- penelitian mengalami anemia dengan rata-rata
dangkan variabel terikat yaitu kadar hemoglobin. kadar hemoglobin 11,0 ± 0,84 gr/dl. Asupan
Data kadar hemoglobin diambil dengan
protein subyek rata-rata 91,3 ± 26,26 % yang
mengambil darah di ujung jari menggunakan alat
berarti subyek rata-rata memiliki Tingkat
GCHb sedangkan data asupan protein diukur
dengan metode food recall 2 x 24 jam. Status gizi Kecukupan Protein dalam kategori normal.
dihitung berdasarkan nilai Indeks Massa Tubuh Apabila dilihat dari nilai rata-rata Indeks Massa
(IMT) subyek. Tubuh sebesar 21,4 ± 3,20 kg/m2 maka subyek
Analisis data diolah menggunakan SPSS for masuk dalam kategori status gizi baik.
Windows versi 17.0 yang meliputi analisis
univariat seperti deskripsi nilai rata-rata dan 3.1.2 Tingkat Kecukupan Protein
standar deviasi usia, kadar hemoglobin, asupan Tingkat Kecukupan Protein dapat dilihat
protein, Indeks Massa Tubuh, Tingkat Kecukup- pada tabel 2 berikut ini:
an Protein, dan kategori status gizi. Analisis data
asupan protein hasil food recall 2x24 jam Tabel 2. Tingkat Kecukupan Protein Subyek
menggunakan Nutrisurvey. Penelitian
Data univariat yang terkumpul kemudian
diuji kenormalan data dengan uji Shapiro Wilk Tingkat Kecukupan Protein n %
dan didapatkan data asupan protein dan status Defisit tingkat berat 5 25
gizi berdistribusi normal sedangkan data kadar Defisit tingkat sedang 4 20
hemoglobin berdistribusi tidak normal. Kemudi-
Defisit tingkat ringan 2 10
an dilanjutkan dengan uji hubungan mengguna-
kan uji Rank Spearman untuk mengetahui hubu- Normal 6 30
ngan asupan protein dengan kadar hemoglobin Di atas kebutuhan 3 15
serta hubungan status gizi dengan kadar hemo- Total 20 100
globin.
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa seba-
3. HASIL DAN PEMBAHASAN gian besar subyek penelitian Tingkat Kecukupan
3.1 Hasil Protein masuk dalam kategori normal yaitu
3.1.1 Karakteristik Subyek Penelitian sebesar 30%.
Karakteristik subyek berdasarkan usia, kadar
hemoglobin, Asupan Protein dan Indeks Massa 3.1.3 Kategori Status Gizi
Tubuh (IMT) subyek penelitian dapat dilihat pada Kategori Status Gizi dapat dilihat pada tabel
tabel 1 berikut ini. 3 berikut ini.
Tabel 1. Karakteristik Usia, Kadar Hemoglobin, Tabel 3. Kategori Status Gizi Subyek Penelitian
Asupan Protein dan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Subyek Penelitian Kategori Status Gizi n %
Status Gizi Kurang 6 30
Variabel x ± SD
Status Gizi Baik 8 40
Usia (tahun) 19,5 ± 1,15
Status Gizi Lebih 6 30
Kadar hb (gr/dl) 11,0 ± 0,84
Total 20 100
Asupan Protein (%) 91,3 ± 26,26
IMT (kg/m2) 21,4 ± 3,20

39
PROFESI (Profesional Islam)
Media Publikasi Penelitian; 2018; Volume 16; No 1.
Website: ejournal.stikespku.ac.id

Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa seba- jika kadar hemoglobin < 12 gr/dl (WHO, 2011).
gian besar subyek penelitian memiliki status gizi Remaja putri rentan menderita anemia karena
baik yaitu sebesar 40%. mereka setiap bulannya mengalami menstruasi.
3.1.4 Hubungan Tingkat Kecukupan Protein Banyaknya darah yang keluar menyebabkan
dengan Kadar Hemoglobin seorang perempuan berisiko mengalami anemia
Hubungan Tingkat Kecukupan Protein karena persediaan zat besi yang tidak cukup dan
dengan kadar hemoglobin dapat dilihat pada tabel absorbsi zat besi ke dalam tubuh tidak dapat
4 berikut ini. menggantikan hilangnya zat besi saat menstruasi
(Fatmah, 2007).
Tabel 4. Hubungan Asupan Protein
Asupan protein subyek rata-rata 91,3 ±
dengan Kadar Hemoglobin
26,26 % yang berarti subyek rata-rata memiliki
Variabel rs p* asupan protein dalam kategori normal. Protein
Asupan Protein 0,155 0,515 dapat diperoleh dari sumber lauk hewani maupun
nabati (Almatsier, 2010). Berdasarkan tabel 2
Kadar Hb
Tingkat Kecukupan Protein subyek sebagian
*Uji Rank Spearman
besar memang masuk dalam kategori normal
(30%) akan tetapi jika dilihat dari total subyek
Berdasarkan tabel 4 di atas didapat nilai p =
yang mengalami defisit baik itu defisit ringan,
0,515) yang berarti tidak ada hubungan antara
sedang maupun berat maka jumlah subyek yang
asupan protein dengan kadar hemoglobin.
tergolong defisit menjadi lebih banyak yaitu
sebanyak 55% subyek. Berdasarkan hasil food
3.1.5 Hubungan Status Gizi dengan Kadar
Hemoglobin recall 24 jam diketahui bahwa subyek penelitian
Hubungan status gizi dengan kadar hemo- kurang bervariasi dalam mengkonsumi makanan
globin dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini. terutama lauk hewani dan nabati.
Asupan protein yang cukup menunjukkan
Tabel 5. Hubungan Status Gizi dengan konsumsi lauk pauk yang baik karena protein
Kadar Hemoglobin salah satunya berasal dari lauk pauk yang me-
ngandung protein hewani maupun nabati seperti
Variabel rs p* ikan, ayam, telur, tahu, dan tempe.
Status Gizi 0,125 0,601 Asupan makanan sesorang akan berpenga-
Kadar Hb ruh secara langsung terhadap status gizi (Supa-
*Uji Rank Spearman riasa, 2016). Pada tabel 3 diketahui sebagian
subyek masuk dalam kategori gizi baik (40%)
dengan rata-rata Indeks Massa Tubuh sebesar
3.2 Pembahasan
21,4 ± 3,20 kg/m2. Hal ini kemungkinan karena
Subyek dalam penelitian ini memiliki rata-
sebagian besar subyek memiliki asupan protein
rata usia 19,5 ± 1,15 tahun yang berarti subyek
yang tergolong normal sehingga berdampak pada
masuk dalam kategori remaja akhir. Menurut
status gizi yang normal pula.
Depkes (2009) bahwa batasan usia remaja akhir
Berdasarkan tabel 4 didapatkan hasil tidak
adalah 17 – 25 tahun. Masa remaja atau adole-
ada hubungan antara asupan protein dengan
scence merupakan periode transisi dari masa
kadar hemoglobin pada remaja putri yang ane-
kanak-kanak menuju ke masa dewasa (Santrock,
mia. Hal ini sesuai dengan penelitian Matayane
2006). Masa remaja juga sering diartikan sebagai
dkk (2014) yang menyatakan bahwa tidak ada
masa pematangan organ reproduksi manusia atau
hubungan asupan protein dengan kadar hemo-
masa pubertas (Widyastuti dkk, 2009).
globin pada mahasiswa Program Studi Pendidik-
Seluruh subyek penelitian ini adalah remaja
an Dokter di Universitas Sam Ratulangi. Tidak
putri anemia dengan rata-rata kadar hemoglobin
adanya hubungan antara asupan protein dan
11,0 ± 0,84 gr/dl. Seseorang dikatakan anemia

40
PROFESI (Profesional Islam)
Media PublikasiPenelitian; 2018; Volume 16; No 1.
Website: ejournal@stikespku.ac.id

kadar hemoglobin pada penelitian kemungkinan status gizi baik sedangkan kadar hemoglobin
disebabkan karena asupan protein sendiri semua subyek penelitian masuk dalam kategori
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berat anemia. Selain itu, anemia tidak hanya disebab-
badan, usia, dan mutu protein dalam pola kon- kan oleh status gizi tapi dapat disebabkan karena
sumsi pangannya. Komposisi dan jumlah asam pada remaja putri yang setiap bulan mengalami
amino akan mempengaruhi mutu protein. Protein menstruasi. Banyaknya darah yang keluar me-
hewani memiliki asam amino esensial yang lebih nyebabkan seorang wanita mengalami anemia
banyak dan lebih lengkap dibanding protein karena persediaan zat besi yang tidak cukup dan
nabati sehingga mutu protein pada pangan absorbsi zat besi ke dalam tubuh tidak dapat
hewani lebih baik daripada pangan nabati menggantikan hilangnya zat besi saat menstruasi
(Hardinsyah dkk, 2012). (Fatmah, 2007).
Selain itu, tidak adanya hubungan tersebut
karena kadar hemoglobin tidak hanya dipenga- 4. SIMPULAN
ruhi oleh asupan protein tetapi juga faktor lain Simpulan dalam penelitian ini adalah:
seperti asupan zat besi. Asupan zat besi berperan a. Tidak ada hubungan asupan protein dengan
dalam pembentukan sel darah merah (Fatimah, kadar hemoglobin pada remaja putri anemia.
2011). Ketidakcukupan asupan zat besi akan me- b. Tidak ada hubungan status dengan kadar
ningkatkan absorbsi besi dari makanan, memobi- hemoglobin pada remaja putri anemia.
lisasi simpanan zat besi dalam tubuh, mengurangi
transportasi zat besi ke sumsum tulang, dan me- 5. SARAN
nurunkan kadar hemoglobin sehingga berakibat Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat
pada terjadinya anemia (Gibney et al, 2009). melakukan penelitian dengan menam-bahkan
Berdasarkan tabel 5 didapatkan hasil tidak variabel-variabel yang berpengaruh langsung
ada hubungan antara status gizi dengan kadar terhadap kadar hemoglobin seperti pola dan
hemoglobin pada remaja putri yang anemia. Hasil siklus menstruasi, asupan zat besi, vitamin C dan
ini sejalan dengan penelitian Handayani dkk lain sebagainya.
(2015) yang menyatakan bahwa tidak ada hubu-
ngan status gizi dengan kejadian anemia pada 6. REFERENSI
remaja putri di SMAN 8 Pekanbaru.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Almatsier S. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
teori yang menyatakan bahwa prevalensi anemia Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
semakin meningkat dengan semakin memburuk- Arumsari E. (2008). Faktor Risiko Anemia Pada
nya status gizi seseorang (Gropper, 2009). Menu- Remaja Putri Peserta Program
rut Thomson (2007) dalam Arumsari (2008) Pencegahan dan Penanggulangan Anemia
mengemukakan bahwa status gizi mempunya Gizi Besi (PPAGB) di Kota Bekasi.
korelasi positif dengan kadar hemoglobin dimana Skripsi. Bogor: GMSK IPB.
semakin buruk status gizi seseorang maka
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
semakin rendah kadar hemoglobinnya. Penelitian
(2013). Riset Kesehatan Dasar
Permaesih (2005) menemukan bahwa ada hubu-
(Riskesdas) 2013: Laporan Nasional.
ngan bermakna antara Indeks Massa Tubuh
Jakarta: Badan Litbangkes Depkes.
dengan kejadian anemia. Remaja putri yang
kurus berisiko 1,4 kali menderita anemia diban- Depkes RI. (2009). Sistem Kesehatan Nasional.
dingkan dengan remaja putri dengan Indeks http://www.depkes.go.id
Massa Tubuh normal. Fatimah, ST. (2011). Pola Konsumsi Ibu Hamil
Tidak adanya hubungan status gizi dengan Dan Hubungannya Dengan Kejadian
kadar hemoglobin dapat disebabkan karena Anemia Defisiensi Besi. J. Sains &
sebagian besar subyek penelitian (40%) memiliki Teknologi. Vol. 7 No. 3: 137-152.

41
PROFESI (Profesional Islam)
Media Publikasi Penelitian; 2018; Volume 16; No 1.
Website: ejournal.stikespku.ac.id

Fatmah. (2007). Gizi Dan Kesehatan Permaesih. (2005). Faktor-faktor Yang


Masyarakat. Jakarta: Departemen Gizi Mempengaruhi Anemia Pada Remaja.
dan Kesehatan Masyarakat, PT. Raja Buletin Penelitian Kesehatan. Vol. 23 No
Grafindo Persada. 4.
Gallagher ML. (2008). The Nutrients and Their Price S.A. 2007. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Metabolism. In: Mahan LK,Escott-Stump
Proverawati A. 2013. Anemia dan Anemia Keha-
S. Krause’s Food, Nutrition, and Diet
milan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Therapy. 12th edition. Philadelphia:
Saunders. Santrock. (2006). Life Span Development: Per-
kembangan Masa Hidup. Jakarta:
Gibney, MJ., Margaretts BM., Kearney JM., Arab
Erlangga.
L. (2009). Gizi Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I.(2016).
Penilaian Status Gizi. Jakarta:EGC.
Goldenberg et al. (2008). Anemia Prevalence And
Risk Factors In Pregnant Women In An Syafiq A, dkk. (2008). Gizi dan Kesehatan
Urban Area Of Pakistan. Masyarakat FKM UI.Depok Departemen
Gizi dan Kesmas.
Gropper, R.S., D=Smith L.J.,Groff L.J., (2009).
Advanced Nutrition and Humam Meta- Sylvia AP, Lorraine MW. (2005). Patofisiology
bolism 5 Edition. Wadsworth. Amerika (terjemahan). Edisi ke-6. Jakarta: EGC.
Serikat. Hlm. 256-61.
Handayani WP, Novayelinda R, Jumaini. (2015). Widyastuti, Rahmawati, Purnamaningrum.
Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian (2009). Kesehatan Reproduksi.
Anemia Pada Remaja Putri. JOM. Vol.2 Yogyakarta: Fitramaya.
No.1. World Health Organization. (2011). The Global
Hardinsyah, Riyadi H, Napitulu V. (2012). Prevalence Of Anaemia. Geneva: WHO
Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan Press.
Karbohidrat. Departemen Gizi Masya-
rakat FEMA IPB. Departemen Gizi.
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Matayane SG, Bolang ASL, Kawengian SES.
(2014). Hubungan Antara Asupan Protein
dan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin
Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Dokter Angkatan 2013 Fakultas Kedok-
teran Universitas Sam Ratulangi. Jurnal
e-Biomedik (eBM). Vol. 2 No.3.

42

Anda mungkin juga menyukai