Anda di halaman 1dari 116

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSRI (PRAKERIN)

ANGKATAN XVII
“PEMBANGUNAN JALAN RUAS RANTEPAO - SA’DAN –
BATUSITANDUK KABUPATEN LUWU”

Laporan Ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti

Ujian Tahun 2022/2023

Disusun oleh :

Indah Lestari
NISN: 006996449

KOMPETENSI KEAHLIAN DESAIN PERMODELAN INFORMASI DAN


BANGUNAN
SEKOLAH MENENGAH JURUSAN (SMK)NEGERI 1LUWU UTARA
PROVINSI SULAWESI SELATAN
TAHUN PELLAJARAN 2022/2023
SEKOLAH MENEGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 1 LUWU UTARA
PROVINSI SULAWESI SELATAN
TAHUN 2022/2
TANDA PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIK
KERJA DIPEMBANGUNAN JALAN RUAS RANTEPA’O SA’DAN
BATUSITANDUK

Nama : Indah Lestari

Nis/Nisn : 20.6496/006996449

Program Keahlian : Desain Pemodelan Dan Informasi Bangunan

Judul Laporan Prakerin : Pembangunan Jalan Ruas Rantepao - Sa’dan

- Batusitanduk

Laporan praktik kerja industri ini telah disetujui dan disahkan serta
diizinkan untuk dipresentasikan pada ujian lisan praktik kerja dunia
usaha/dunia industri

Periode : 2022-2023

Pembimbing Extren Pembimbing Intern


KONSULTAN
PT. IRAYA KONSULTAN

(ANWAR, ST) (ISMAYANTI, S.Pd)

Menyetujui,
Kepala UPT. SMKN 1 LUWU UTARA

(YULIANTO, S.Pd., M.S)


NIP.19770724 200604 1 007
PENGUJIAN PRAKERIN

Laporan Praktik Kerja Industri DU/DI ini telah dipresentasekan dan


diujikan di depan tim penguji PRAKERIN Program Keahlan Teknik
Gambar Bangunan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Luwu
Utara

Pada tanggal :

N
Nama Tanda Tangan Jabatan
o
1. Ketua Sidang

2. Notulen

3. Penguji I
4.
Penguji II
5.
Penguji III
6.
Penguji IV
LEMBAR KONSULTASI PRAKERIN
SMK NEGERI 1 LUWU UTARA
PROGRAM KEAHLIAN DESAIN PERMODELAN DAN INFORMASI
BANGUNAN

Nama Lengkap : Indah Lestari


NISN : 006996449
FOTO
Pembimbing Extren : Anwar, ST.
3X4
Pembimbing Intern : Ismayanti S.Pd
Judul Prakerin : Pembangunan Ruas Jalan
Rantepao - Sa’dan -
Batusitanduk
Tanggal Paraf Guru
NO. Pokok Bahasan
Bimbingan Pembmbing
1.

2.

3.

4.

5.

Catatan untuk guru pembimbing

Bimbingan PRAKERIN

 Dimulai pada tanggal : ………..


……………………………
 Diakhiri pada tanggal : ………….
………………………….
 Jumlah pertemuan pembimbing :
……………………………………..
Disetujui oleh,
Guru Pembimbing

(ISMAYANTI S.Pd)

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur atas kehadirat Allah Swt

telah menganugrahkan Rahmat serta Inaya-Nya, yang karena-Nya, saya

diberikan kekuatan dan kesabaran untuk menyelesaikan aktivitas Praktik

Kerja Industri (PRAKERIN) dan menyusun sebuah laporan dengaann

judul “Pembangunan Jalan Ruas Rantepao - Sa’dan - Batusitaduk”

Tujuan dari laporan ini dibuat sebagai salah satu syarat mengikuti

Ujian 2022/2023. Adapun isi laporan disusun berdasarkan hasil praktik

langsung di lapangan yang berlokasi di Rantepao - Sa’dan - Batusitanduk,

dan berdasarkan dasar-dasar teori konsruksi pembangunan jalan.

Kami sungguh sadar bahwa aktivitas PRAKERIN serta penulisan

laporan ini dapat selesai berkat bantuan serta dukungan dari semua

pihak. Perlu kita ketahui pula bahwa dengan segenap kelemahan, laporan

PRAKERIN kami tetap jauh dari kata sempurna. Oleh karna itu, kami

minta masukan dan kritikan yang dapat membangun kami, yang kemudian

dapat menyempurnakan laporan dimasa yang akan datang.

Laporan ini dapat dibuat dan diselesaikan dengan adanya bantuan

dari semua pihak, oleh karena itu kami sebagai penulis mengucapkan

terimakasih kepada :
1. Orang tua kami tercinta yang memberikan dukungan moral maupun

spiritual.

2. Bapak YULIANTO, Spd., M.Si. Kepala UPT. SMK Negeri 1 Luwu

Utara

3. Bapak RINTO NASRUM, S.Pd. selaku Kepala Jurusan DPIB

4. Bapak ANWAR, ST. Selaku Pembimbing Extern

5. Ibu ISMAYANTI, S.Pd. Pembimbing Intern

6. Rekan-rekan Siswa Kelas XII SMK Negeri 1 Luwu Utara

Serta semua pihak yang terlalu banyak untuk disebut satu persatu

sehingga terwujudnya penulisan ini.Akhir kata semoga laporan ini dapat

berguna bagi saya khususnya dan bagi para pembaca yang berminat

pada umumnya.

Bone-Bone, 02 November 2022

Indah Lestari
Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….i
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………..ii
LEMBAR PENGUJIAN PRAKERIN…………………………………………...iii
LEMBAR KONSULTASI PRAKERIN……………..…………………………..iv
KATA PENGANTAR……………………………………………………….……v
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..vii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………..ix
DAFTAR LAMPIRAN………………….………………………………………..x
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………….1


1.2 Maksud dan Tujuan …………………………………………….2
1.3 Metode Penyusunan Laporan Prakerin …………………….3
1.4 Sistematika Penulisan Laporan ………………………….....5

BAB II. LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Jalan …………………………………………………….6


2.2 Klasifikasi Jalan …………………………………………………….7

BAB III. PEMBAHASAN

3.1 Lokasi Kegiatan Proyek …………………………………………...10


3.2 Gambar Rencana …………………………………………...11
3.3 Time Schedule …………………………………………………...15
3.4 Daftar Kegiatan Pekerjaan …………………………………...10
I. Divisi 1. Umum …………………………………………...20
1.1 Mobilisasi …………………………………………………...20
1.2 Managemen dan Keselamatan Lalu Lintas …………...26
1.3 Pengamanan Lingkungan Hidup …………………...45
1.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja …………………...54

II. Divisi 2. Drainase ……………………………………....…...55


II.1 Galian Untuk Selokan Drainase dan Saluran Air………...55
II.2 Pasangan Batu dan Mortar …………………………...59
III.Divisi 3. Pekerjaan Tanah dan Geosintetik…………………...63
3.1 Tahap Pelaksanaan …………………………………...63
3.2 Teknis Pelaksanaan …………………………………...64
IV. Divisi 5. Perkerasan Berbutir …………………………...70
5.1 Lapisan Fondasi Agregat Kelas A …………………...70
V. Divisi 6. Perkerasan Aspal …………………………………...79
6.1 Lapisan Resap Pengikat dan Lapisan Perekat …..79
6.2 Laston Lapis Aus (AC-WC) dan Laston Lapis Antara (AC-
BC) ………………………………………………..………….88
6.3 Bahan Anti Pengelupasan …………………………...94
VI. Divisi 7. Struktur …………………………………………...96
7.1 Pekerjaan Plat Duicker (Beton Fc’20 Mpa) dan Bahu Jalan
(Beton Fc’15 Mpa) …………………………………...96
VII. Divisi 9. Pekerjaan Harian dan Pekerjaan Lain-lain …...97
9.1 Marka Jalan Termoplastik …………………………...97

BAB IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan ………………………………………………….100


4.2 Saran ………………………………………………………….100

DAFTAR PUSTAKA………………….………………………………………101
DAFTAR RIWAYAT HIDUP………………….……………………..………102
DOKUMENTASI……………………………….………………………..……103
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Strip Map APBD ……………….………………………………..10
Gambar 3.2 Strip Map DAK ……………….………...……………………….11
Gambar 3.3 Tipikal Melintang Jalan Type 1 (Saluran dan Talud) …...…..11
Gambar 3.4 Tipikal Melintang Jalan Type 2 (Saluran dan Talud) …...…..12
Gambar 3.5 Detail Plat Duicker ……………….……………………………..12
Gambar 3.6 Site Plan Plat Duicker……………….………………………….13
Gambar 3.7 Standar Rambu Lalu Lointas (1) ……………….……………..13
Gambar 3.8 Standar Rambu Lalu Lintas (2) ……………….……..………..14
Gambar 3.9 Detail Pemasangan Rambu Lalu Lintas ……………….….....14
Gambar 3.10 Galian Biasa …………………………………………….….....64
Gambar 3.11 Galian Batu ……………………………………………...….....64
Gambar 3.12 Proses Pengangkutan Hasil Galian ………………………...65
Gambar 3.13 Proses Pembersihan ………………………………………….66
Gambar 3.14 Proses Penyiapan Lahan …………………………………….67
Gambar 3.15 Proses Pengangkutan Material ………………………..…….67
Gambar 3.16 Penghamparan Timbunan ……………………………..…….68
Gambar 3.17 Pemadatan Timbunan ……………………………...…..…….68
Gambar 3.18. Tes Analisa Saringan LPA Kelas A ……………………..….73
Gambar 3.19 Proses Penghamparan LPA Kelas A ……………………….74
Gambar 3.20 Penghamparan Agregat Kelas A ……………………..……..75
Gambar 3.21 Pemadatan Agregat Kelas A …………………...……..……..75
Gambar 3.22 Melakukan Send Cone Test …………………...……..……..78
Gambar 3.23 Proses Prime Coat ……………………………...……..……..86
Gambar 3.24 Overlay AC-BC ……………………………...……..………....90
Gambar 3.25 Pemadatan Awal dengan Tandem Roller ……………….....92
Gambar 3.26 Pemadatan Akhir dengan Tire Roller …………...……….....93
Gambar 3.27 Pengecoran Plat Duicker Fc’20 Mpa …………...…….….....96
Gambar 3.28 Pengecoran Bahu Jalan Fc’15 Mpa …………...……..….....96
Gambar 3.29 Proses Marka Jalan …………...…………………….....….....97

DAFTAR LAMPIRAN

STRUKTUR ORGANISASI KONSULTAN ……………….……….........….


TIME SCHEDULE ……………………………….………….……….........….
GAMBAR PERENCANAAN …………….….………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan praktik kerja industri (PRAKERIN) adalah sebuah

pelatihan dan pelajaran yang dilaksankan di Dunia Usaha atau Dunia

Indutri yang relevan dengan kompensasi keahlian yang dimiliki

masing-masing, dalam upaya meningkatkan mutu Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) dan juga menambah bekal utuk masa-masa

mendatang guna memasuki dunia kerja yang semakin banyak serta

ketat dalam persaingannya seperti saat ini, selain itu dengan pesatnya

perkembangan dengan ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi, banyak

peralatan baru yang diciptakan guna menunjang banyaknya

permintaan produksi barang atau jasa yang menimbulkan perubahan

mendasar untuk mendapat pekerjaan, sehingga tenaga kerja dituntut

bukan hanya memiliki kemampuan teknis belaka, tetapi juga harus

lebih fleksibel dan berwawasan lebih luas, inovatif serta didukung

dengan keterampilan yang kompeten, maka dengan daya kegiatan

PRAKERIN siswa/siswi dapat mengasah dan juga

mengimplementasikan materi yang didapatkannya di Sekolah

langsung di dunia usaha atau dunia Industri yang relevan dengan

kemampuan masing-masing.

Dalam upaya untuk mewujudkan visi dan misinya, SMK NEGERI 1

LUWU UTARA melaksanakan berbagai kegiatan demi menjadikan


siswa dan siswi yang siap memasuki dunia usaha dan dunia industri

(DU/DI), tentunya hal itu tidak dapat diraih dengan mudah, tidak hanya

dengan belajar berbagai teori yang berada di sekolah, namun seorang

siswa atau siswi harus belajar mengenai bagaimana lingkungan yang

berada di dunia kerja dan tentunya bagaimana pekerjaan yang akan

dihadapinya nanti selepas lulus sekolah.

1.2 Maksud dan Tujuan

A. Tujuan Pelaksanaan Prakerin

Pelaksaanaan Prakerin bertujuan agar :

1. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian yang sesuai

dengan tuntutan dunia kerja atau industri.

2. Merperkokoh ‘Link and Match’ antara pihak sekolah dan Dunia

Kerja Industri.

3. Meningkatkan efisiensi profesi pendidikan dan pelatihan tenaga

kerja terampil.

4. Memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap pegalaman

kerja sebagai bagian dari mengajar.

5. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempromosikan dirinya

kepada dunia usaha/lapangan yang relevan.

B. Tujuan Pembuatan Laporan

Sesuai kurikulum yang berlaku di SMK, maka siswa kelas XII

diwajibkan melaksanakan praktik kerja industri pada

instansi/industri pemerintah maupun swasta. Pembuatan karya


tulis ini merupakan suatu laporan dan salah satu bukti otentik yang

menyatakan bahwa siswa telah melaksanakan Praktik Kerja

Industri di instansi/industri.

Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai

berikut:

1. Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian karya tulis.

2. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian

akhir prakerin tahun pelajaran 2022/2023.

3. Untuk memenuhi tugas yang diberikan pembimbing produktif.

4. Untuk melatih kemampuan siswa dalam menulis laporan secara

ilmia.

5. Sebagai laporan dari hasil Praktik Kerja Industri (Prakerin) yang

telah dilaksanakan secara tertulis.

6. Memantapkan dan mengembangkan pelajaran yang diperoleh

di sekolah dengan menerapkan di dunia kerja.

1.3 Metode Penyusunan Laporan Prakerin

Selama saya melaksanakan prakerin, saya mengumpulkan data

dari hasil prakerin dari tanggal sekian. Untuk mencapai tujuan yang

diharapkan dalam penyusunan karya tulis serta tehnik pengumpulan

data yang baik, sehingga data yang diperoleh dapat dibuktikan

kebenarannya. Adapun penyusunan dari karya tulis ini berdasarkan

data yang diperoleh dari :


a. Observasi

Melihat tempat dan praktikkan secara langsung cara

melaksanakan prakerin.

b. Wawancara (Interview)

Dalam hal ini saya mengadakan wawancara secara langsung

mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan

penyusunan Karya Tulis, baik dengan instruktur atau mekanik

untuk mendapatkan data-data yang diperlukan.

c. Studi Pustaka dan Referensi

Tehnik untuk mengumpulkan data dengan proses ini dilakukan

dengan cara membaca buku-buku paduan serta

mempelajarinnya sumber data-data yang ada hubungannya

dengan karya tulis ini, kemudian digabungkan sehingga dapat

ditarik kesimpulannya.

d. Metode Partisipasi Dalam Tugas Rutin

Yaitu, ikut mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sehingga

penulis mengetahui bagaimana kegiatan yang ada pada objek

penulisan yang diteliti.

e. Search To Internet

Hal ini dilakukan untuk melengkapi kekurang dan menambah

data dengan mencarinya (Browsing)dalam media internet.


1.4 Sistematika Penulis Laporan

Agar penyusunan laporan ini sesuai dengan kaidah penulisan

lideratur dalam pemaparan, penulisannya dibuat dalam beberapa

bagian urutan terpenting.

Berikut penulisan laporan ini:

 BAB I (PENDAHULUAN)

Bab ini membahas tentang latar belakang pelaksanaan PRAKEIN,

tujuan pelaksanaan PRAKERIN, tujuan pembuataan laporan

PRAKERIN, metode penyusunan laporan dan sistematika

penyusunan laporan.

 BAB II (PENGENALAN PROGRAM PEMBANGUNAN JALAN )

Bab ini membahas mengenai program Pembangunan Jalan secara

umum.

 BAB III (PEMAHAMAN TEKNIK)

Bab ini membahas mengenai proses Pembangunan Jalan Ruas

Rantaepao - Sa’dan - Batusitanduk.

 BAB IV (PENUTUP)

Bab ini membahas tentang kesimpulan, dan saran.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Jalan

Jalan adalah suatu kepentingan vital yang harus terpenuhi pada

zaman sekarang. Seiring dengan perkembangan zaman, maka

kebutuhan akan jalan juga berkembang. Maka mulailah manusia

berusaha memenuhi kebutuhan tersebut.

Dalam rangka peranan penting jalan dalam mendorong

perkembangan kehidupan bangsa, sesuai dengan UU. No. 13/1980

tentang jalan, pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan yang

menjurus ke arah profesionalisme dalam bidang pengelolaan jalan,

baik di pusat maupun daerah.

Menurut pendapat beberapa ahli transportasi mengenai

pengertian jalan adalah sebagai berikut:

 Jalan merupakan jalur yang disediakan untuk keperluan

membangun jalan yang tidak dapat lagi dipergunakan untuk

keperluan lain (Ir. J. Honing, 1981)

 Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala

bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan

perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang

berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di


bawah permukaan tanah atau air, serta di atas permukaan air,

kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel (UU No. 38

Tahun 2004)

 Jalan merupakan bagian dari jalur gerak, median dan pemisah

luar (MKJI, 1997)

 Jalan merupakan jejak yang digunakan manusia dalam

memenuhi kebutuhan hidup mereka terutama makan dan minum

(Ir. Djoko Untung Soedarsono, 1982)

 Jalan merupakan rute atau jalur yang terbuat dari berbagai

bahan secara berlapis-lapis (Arthur Wignall, 1999).

Adapun tujuan umum pembuatan struktur jalan adalah untuk

mengurangi tegangan atau tekanan akibat beban roda sehingga

mencapai tingkat nilai yang dapat diterima oleh tanah yang

menyokong struktur tersebut.

2.2 Klarifasi Jalan

Klarifikasi jalan dapat dibagi oleh beberapa kelompok yaitu:

A. Klarifikasi jalan menurut fungsinya:

Klarifikasi jalan berdasarkan fungsinya,terdiri atas:

1) Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani

angutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh,kecepatan

rata-rata tinggi antara kota yang penting atau antara pusat

produksi dan pusat-pusat eksport,dan jumlah jalan masuk

dibatasi secara berdaya guna.


Adapun ciri-cirinya sebagai berikut:

 Dilalui oleh kendaraan berat > 10 ton,10 ton adalah beban

ganda.

 Dilalui oleh kendaraan dengan kecepatan tinggi > 80 km/jam.

2) Jalan Kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani

angkutan pengumpul atau pembagi dengan perjalan jarak

sedang,kecepatan rata-rata sedang,jumlah jalan masuk

dibatasi serta melayani daerah-daerah di sekitarnya.

Adapun cirinya sebagai berikut :

 Kendaraan yang melaluinya yaitu kendaraan ringgan < 10

ton.

 Dilalui oleh kendaraan dengan kecepatan sedang (40-80

km/jam).

3) Jalan Penghubung atau jalan lokal merupakan jalan keperluan

aktivitas daerah yang sempit juga dipakai sebagai jalan

penghubung antara jalan-jalan dari golongan yang lama atau

belainan.Fungsi jalan penghubung adalah untuk melayani lalu

lintas yaitu memenuhi kebutuhan aktivitas masyarakat

setempat biasanya jalan perkotaan.

Adapun ciri-cirinya sebagai berikut :


 Melayani semua jenis pemakaiaan jalan,kendaraan ringan

serta kendaraan berat namun dibatasi dari pusat pemukiman

ke pusat industri.

 Keceptan kendaraan rendah (max.60 km/jam)

4) Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi

melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak

dekat,dan kecepatan rata-rata rendah.


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 LOKASI KEGIATAN PROYEK

Kegiatan ini dilaksanakan pada paket, yaitu: Pembangunan

Jalan Ruas Rantepao Sa’dan Batusitanduk Kab. Luwu (APBD)

dimana awal pekerjaan pada Km 367+600 (X=174002.00,

Y=9684301.00) dan akhir pekerjaan pada Km 370+000

(X=176387.00, Y=9684318.00).

Gambar 3.1 Strip Map APBD

Pembangunan Jalan Ruas Rantepao Sa’dan Batusitanduk

Kab.Luwu (DAK) diana awal pekerjaan pada Km 370+000


(X=176387.00, Y=9684318.00) dan akhir pekerjaan pada Km

373+040 (X=178905.00, Y=9684402.00).

Gambar 3.2 Strip Map DAK

3.2 GAMBAR RENCANA

1. Gambar Rencana Jalan

Gambar 3.3 Tipikal Melintang Jalan Type 1 (Saluran dan Talud)


Gambar 3.4 Tipikal Melintang Jalan Type 2 (Saluran dan Talud)

2. Gambar Rencana Plat Duicker

Gambar 3.5 Detail Plat Duicker


Gambar 3.6 Site Plan Plat Duicker

3. Standar Rambu Lalu Lintas

Gambar 3.7 Standar Rambu Lalu Lointas (1)


Gambar 3.8 Standar Rambu Lalu Lintas (2)

Gambar 3.9 Detail Pemasangan Rambu Lalu Lintas


3.3 TIME SCHEDULE
Nama Paket : PEMBANGUNAN JALAN RUAS RANTEPAO-SA'DAN-BATUSITANDUK, KAB. LUWU (DAK)
No/Tgl Kontrak : 602.1/370/DISPU&TR-BM/III/2022 Tanggal 24 Maret 2022
No/Tgl Addendum 01 : ADD.01/602.1/370/DISPU&TR-BM/V/2022 Tanggal 25 Mei 2022
No/Tgl Addendum 02 : ADD.02/602.1/370/DISPU&TR-BM/IX/2022 Tanggal 14 September 2022
Nilai Kontrak : Rp.15.970.575.723

Kontrak Add-01
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN 180 (SERATUS DELAPAN PULUH) HARI KALENDER
NO. ITEM
PEMBAYA URAIAN Maret April May June July August Sept Oktober November KET.
RAN Volume Bobot Volume Bobot
24-25 26-01 02-08 09-15 16-25 26-29 30-06 07-13 14-20 21-25 26-03 04-10 11-17 18-25 26-01 02-08 09-15 16-25 26-29 30-05 06-12 13-19 20-25 26-02 03-09 10-16 17-25 26-30 01-07 08-14 15-25 26-04 05-11 12-18 19-27

I. UMUM
100
1.2 Mobilisasi 1.00 0.24 1.00 0.25 0.04 0.00 - 0.01 0.00 0.06 0.06 0.04 0.04
0.04 0.00 - 0.01 0.00 0.00 0.04 0.03 0.01 0.01 0.02
1.8.(1) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas 1.00 0.37 1.00 0.38 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.01 0.02 0.02 0.02 0.02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.01 0.02 0.02 0.02 0.02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
1.17.(2a) Pengujian Vibrasi Lingkungan u/ Kenyamanan dan Kesehatan 9.00 0.03 9.00 0.03 0.01 0.01 0.01
0.01
1.17.(3a) Pengujian NoX 9.00 0.03 9.00 0.03 0.01 0.01 0.01 90
0.01
1.17.(3b) Pengujian Sulfurdioksida (SO2) 9.00 0.03 9.00 0.03 0.01 0.01 0.01
0.01
1.17.(3c) Pengujian Karbondioksida (CO2) 9.00 0.03 9.00 0.03 0.01
SCHEDULE RENCANA 0.01 0.01
0.01
1.17.(3f) Pengujian Total Partikulat (TSP) - Debu 9.00 0.03 9.00 0.03 0.01 0.01 0.01 80
0.01
1.17.(3g) Pengujian Timah Hitam (Pb) 9.00 0.03 9.00 0.03 0.01 0.01 0.01
0.01
1.19 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1.00 0.22 1.00 0.23 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
II. DRAINASE 70
2.1.(1) Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air 2,736.00 0.49 1,597.00 0.29 0.01 0.03 0.07 0.01 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.04 0.04
0.01 0.03 0.07 0.01 0.02 0.01 0.03 0.03
2.2.(1) Pasangan Batu dengan Mortar 1,520.00 5.26 1,484.51 5.18 0.01 0.17 0.43 0.17 0.09 0.17 0.09 0.17 0.02 0.17 0.04 0.60 0.17 0.23 0.23 0.23 0.24 0.23 0.23 0.50 0.50 0.50
0.01 0.17 0.43 0.17 0.09 0.17 0.09 0.17 0.02 0.17 0.04 0.60 0.17 0.17
III. PEKERJAAN TANAH
3.1.(1) Galian Biasa 22,944.81 4.32 55,052.69 10.46 0.04 0.06 0.75 0.38 0.39 0.66 0.76 0.76 0.38 0.18 - 2.44 0.91 1.89 0.76 0.02 0.02 0.07
60
0.04 0.06 0.75 0.38 0.39 0.66 0.76 0.76 0.38 0.18 - 2.44 0.91 1.89 0.76 0.02 0.02 0.04 0.02
3.1.(3) Galian Batu 1,464.56 0.73 19,657.00 9.95 0.01 0.05 0.15 0.05 0.10 0.15 0.10 0.10 0.03 1.01 0.05 0.03 1.22 1.22 1.22 2.03 2.44
0.01 0.05 0.15 0.05 0.10 0.15 0.10 0.10 0.03 1.01 0.05 0.03 0.05 0.41 1.04
3.2.(1b) Timbunan Biasa dari Hasil Galian 1,500.00 0.43 1,500.00 0.43 0.14 0.22 0.03 0.04
SCHEDULE REALISASI
3.2.(1b) Timbunan Biasa dari Hasil Galian 582.88 0.04 0.04 SCHEDULE ADD-02
0.14 0.22 0.03 0.04 0.04
50
3.2.(2a) Timbunan Pilihan dari Sumber Galian 3,040.00 3.37 6,844.71 7.67 0.12 0.13 0.29 0.35 0.27 0.22 0.25 0.16 0.64 1.05 1.05 3.15
0.12 0.13 0.29 0.35 0.27 0.22 0.25 0.29 0.64 1.38
3.3.(1) Penyiapan Badan Jalan 21,280.00 0.16 20,849.35 0.16 0.01 0.00 0.01 0.01 0.03 0.03 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
0.01 0.00 0.01 0.01 0.03 0.03 0.01 0.01 0.05
V. PERKERASAN BERBUTIR
5.1.(1) Lapis Pondasi Agregat Kelas A 6,384.00 22.28 6,350.77 22.36 0.37 0.21 0.35 0.95 1.36 3.12 4.19 1.78 1.77 1.77 6.50
0.37 0.21 0.35 0.95 1.36 3.12 4.19 0.88 1.88 2.37 3.31 3.11 40
VI. PERKERASAN ASPAL
6.1 (1) Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair/Emulsi 17,024.00 1.50 16,935.38 1.51 0.45 1.06
SCHEDULE ADD-01 0.26 0.62
6.1.(2a) Lapis Perekat - Aspal Cair/Emulsi 3,192.00 0.36 1,949.51 0.22 0.06 0.15
0.11
6.3.(5a) Lataston Lapis Aus (AC - WC) 1,957.76 15.75 1,168.88 9.49 2.81 6.55 30
- 4.71
6.3(6a) Laston Lapis Antara (AC-BC) 2,936.64 21.13 2,865.07 20.81 6.24 14.56
3.64 8.59
6.3.(8) Bahan anti pengelupasan 851.63 0.56 689.76 0.45 0.07 0.07 0.07 0.25
0.06 0.20
VII. STRUKTUR
20
7.1.(7a) Beton Struktur fc’= 20 MPa 95.48 1.03 30.80 0.34 0.05 0.05 0.05 0.18

7.1.(8) Beton fc’= 15 MPa 1,824.00 11.58 881.45 5.65 1.69 3.95

7.3.(1) Baja Tulangan Polos BjTP 280 10,917.78 1.40 473.47 0.06 0.01 0.01 0.01 0.01 0.03
0.01 0.02 0.00
10
7.3.(3) Baja Tulangan Sirip BjTS 420A 9,450.34 1.20 5,673.90 0.73 0.25 0.07 0.07 0.07 0.26
0.25 0.28
7.9.(1) Pasangan Batu 1,824.00 6.32 570.37 1.99 0.13 0.60 0.72 0.19 0.15 0.03 - - 0.04 0.13
0.13 0.60 0.72 0.19 0.15 0.03 - - 0.04 0.13
IX. PEKERJAAN HARIAN & PEKERJAAN LAIN-LAIN
9.2.(1) Marka Jalan Termoplastik 948.48 1.10 1,007.40 1.18 1.18
0
Jumlah Rencana 100.00 100.00 - 0.14 0.02 0.02 0.02 0.05 0.52 1.10 1.42 1.82 3.96 3.93 6.50 6.50 6.43 7.85 8.24 8.52 8.15 7.10 8.81 6.03 5.54 4.10 2.04 1.16
Komulatief - - - 0.14 0.17 0.19 0.22 0.27 0.79 1.89 3.31 5.13 9.09 13.03 19.52 26.02 32.45 40.30 48.55 57.07 65.22 72.32 81.13 87.16 92.71 96.80 98.84 100.0
RESCHEDULE ADD-01 - - - 0.07 0.07 0.08 - 0.79 0.41 1.11 0.98 0.98 0.98 1.68 3.00 3.00 3.06 3.24 3.24 5.41 7.82 13.23 17.24 18.83 9.67 5.09
- - 0.07 0.143 0.22 0.22 1.01 1.42 2.52 3.51 4.49 5.47 7.16 10.16 13.16 16.23 19.47 22.71 28.12 35.95 49.18 66.42 85.25 94.91 100.0
RESCHEDULE ADD-02 - - - 0.07 0.07 0.08 - 0.79 0.41 0.56 1.37 1.90 1.21 1.44 1.12 0.63 0.63 0.78 0.48 4.05 1.46 2.94 3.17 3.80 4.43 1.54 4.36 3.38 9.18 5.79 5.29 25.85 7.45 4.55 1.22
- - 0.07 0.143 0.22 0.22 1.01 1.42 1.99 3.36 5.25 6.46 7.90 9.02 9.65 10.28 11.06 11.54 15.60 17.06 20.00 23.18 26.97 31.40 32.95 37.31 40.68 49.862 55.65 60.94 86.79 94.25 98.80 100.0
Realisasi - - - 0.07 0.07 0.08 - 0.79 0.41 0.569 1.37 1.90 1.21 1.44 1.12 0.63 0.63 0.78 0.48 4.05 1.46 2.94 3.17 3.80 4.43 1.19 2.19 4.25 4.35 3.96 17.34
Realisasi Komulatif - - 0.07 0.143 0.22 0.22 1.01 1.42 1.99 3.36 5.25 6.46 7.90 9.02 9.65 10.28 11.06 11.54 15.60 17.06 20.00 23.18 26.97 31.40 32.6 34.78 39.03 43.39 47.35 64.69
Deviasi (+/-) - (0.14) (0.17) (0.12) (0.07) (0.04) (0.56) (0.88) (1.89) (0.537) (0.152) 0.763 0.986 0.742 (1.137) (3.511) (5.948) (8.407) (11.17) (12.53) (18.89) (29.18) (43.24) (58.28) (63.51) (0.35) (2.52) (1.65) (6.47) (8.30) 3.75
3.4 DAFTAR KEGIATAN PEKERJAAN

Berikut ini merupakan daftar kegiatan pekerjaan pada proyek

Pembangunan Ruas Jalan Rantepao – Sa’dan – Batusitanduk di

Kabupaten Luwu.

NO. ITEM
URAIAN
PEMBAYARAN

I. UMUM

Mobilisasi
1.2

Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas


1.8.(1)

Pengujian Vibrasi Lingkungan u/ Kenyamanan dan


1.17.(2a)
Kesehatan

1.17.(3a) Pengujian NoX

1.17.(3b) Pengujian Sulfurdioksida (SO2)

1.17.(3c) Pengujian Karbondioksida (CO2)

1.17.(3f) Pengujian Total Partikulat (TSP) - Debu

1.17.(3g) Pengujian Timah Hitam (Pb)


1.19 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

II. DRAINASE
Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air
2.1.(1)

Pasangan Batu dengan Mortar


2.2.(1)

III. PEKERJAAN TANAH


3.1.(1) Galian Biasa

3.1.(3) Galian Batu

3.2.(1b) Timbunan Biasa dari Hasil Galian


3.2.(1b) Timbunan Biasa dari Hasil Galian

3.2.(2a) Timbunan Pilihan dari Sumber Galian

3.3.(1) Penyiapan Badan Jalan

V. PERKERASAN BERBUTIR
5.1.(1) Lapis Pondasi Agregat Kelas A

VI. PERKERASAN ASPAL


6.1 (1) Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair/Emulsi

Lapis Perekat - Aspal Cair/Emulsi


6.1.(2a)

Lataston Lapis Aus (AC - WC)


6.3.(5a)
6.3(6a) Laston Lapis Antara (AC-BC)

6.3.(8) Bahan anti pengelupasan

VII. STRUKTUR
Beton Struktur fc’= 20 MPa
7.1.(7a)

Beton fc’= 15 MPa


7.1.(8)

Baja Tulangan Polos BjTP 280


7.3.(1)

Baja Tulangan Sirip BjTS 420A


7.3.(3)

Pasangan Batu
7.9.(1)

IX. PEKERJAAN HARIAN & PEKERJAAN LAIN-LAIN


9.2.(1) Marka Jalan Termoplastik
I. DIVISI 1. UMUM

1.1 MOBILISASI

Mobilisasi Proyek adalah kegiatan mendatangkan peralatan,

bahan dan tenaga kelokasi proyek menggunakan alat angkut berupa

Trailer, Truk dan angkutan laut seperti Tronton.

Mobilisasi erat kaitannya dengan disiplin ilmu manajemen

sebagaimana yang diperlukan sesuai dengan jenis dan volume

pekerjaan dalam kontrak.

Biasanya dilakukan serempak maupun secara berkala sesuai

kebutuhan anggaran maupun jenis kegiatan konstruksi secara efektif

dan efisian.

Kegiatan Mobilisasi Proyek Konstruksi ini termasuk dalam item

1.2 Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2018 Revisi

II. Berikut tahapan pelaksanaannya :

1) Persiapan

Kontraktor membuat dokumen program mobilisasi menurut

waktu secara detail diserahkan kepada direksi pekerjaan untuk

diketahui.

Kegiatan ini juga termasuk mengurus legalitas/Izin terkait

pelaksanaan kegiatan menyangkut pengelolaan sumber daya

untuk diketahui aparatur daerah dimana proyek dilaksanakan.


Periode mobilisasi diselesaikan dalam jangka waktu 60 hari

terhitung mulai tanggal mulai kontrak. Dan 45 hari untuk waktu

penyediaan fasilitas layanan mutu.

2) Pengadaan

Kontraktor menyewa atau pembelian tanah untuk Base

Camp. Adalah tanah/lahan untuk bangunan penunjang yang

digunakan baik untuk kantor maupun untuk tempat penyimpanan

aset perusahaan seperti peralatan, material dan pusat dari

aktivitas manajemen pengendalian pekerjaan proyek.

Yang termasuk dalam base camp diantaranya lokasi kantor,

bengkel, barak, gudang, laboratorium dan fasilitas lain yang

seperti mesin pemecah batu (stone crusher), instalasi

pencampuran aspal dan beton, jika termasuk dalam kontrak kerja.

Base Camp Kontraktor juga harus dibuat berdasarkan izin

bebas gangguan (HO) dan Izin mendirikan Bangunan (IMB)

sesuai peraturan daerah.

Mobilisasi semua personil yang tercantum dalam struktur

organisasi dan semua peralatan utama sesuai daftar peralatan

yang tercantum dalam penawaran.

Kontraktor mengadakan fasilitas layanan mutu berupa ruang

laboratorium beserta peralatan yang diperlukan dan dikelola oleh

tenaga ahli kualitas yang mempu melakukan pengujian dan

pengendalian mutu pekerjaan.


Pengajuan lampiran daftar peralatan laboratorium, jadwal

pengujian serta daftar personil pengelola laboratorium.

Perlengkapan laboratorium lain yang perlu disediakan

seperti meja, kursi, lemari yang dapat dikunci, tangki perawatan

benda uji dan laci arsi sesuai kebutuhan.

Perlengkapan laboratorium yang terdaftar sudah harus

disediakan paling lambat 45 hari dari tanggal surat perintah mulai

kerja. Pemeliharaan semua bangunan, perlengkapan serta

fasilitas pengujian selama kegiatan berlangsung.

Pada kondisi yang lain, kecenderungan sewa tanah untuk

base camp tidak ada lagi, karenakontraktor pemenang tender

biasanya sudah memiliki lahan yang dekat dengan lokasi proyek.

Dalam hal ini,cost untuk sewa tanah base camp tetap

dibayarkan pihak pemilik proyek secara Hak Aset Pinjam.

Hal ini merupakan kelebihan/keuntungan bagi Pelaksana

Kegiatan (Kontraktor) untuk meminimalisisr anggaran dan

meningkatkan keuntungan.

Prosedur penganggaran mobilisasi secara lump sump atau

harga perkiraan dalam kontrak harga satuan yang terinci terpisah

beserta syarat-syaratnya.

3) Pembangunan

Kantor dan fasilitasnya dibuat pada lokasi umum yang bebas

dari polusi akibat kegiatan pelaksanaan dan telah disetujui.


Kantor dibuat dengan baik, tahan cuaca dan lantai lebih

tinggi dari tanah sekitarnya. Ukuran kantor sesuai dengan

keperluan dari kontraktor dan harus dilengkapi dengan ruang

untuk rapat.

Ruang rapat dibuat dengan fasilitas pelengkap seperti meja

dan kursi minimum 8 orang dan laci tembat berkas administrai

proyek.

Gudang dibuat sedemikian rupa untuk memastikan bahan

yang disimpan tidak akan mengalami kerusakan.

Kontraktor harus membangun bengkel yang diberi

perlengkapan yang memadai, berdaya listrik aman, dan gudang

khusus untuk penyimpanan suku cadang selama proyek

dilakukan.

Bengkel harus dikelola oleh tenaga ahli yang mampu

melakukan perbaikan mekanis dengan dibantu sejumlah asisten.

Fasilitas laboratorium haru dibuat terpisah yang mempunyai

jarak tertentu dari bangunan konstruksi, bebas dari polusi dan

gangguan getaran selama proses pengoperasian.

Laboratorium harus dibuat menggunakan lantai beton,

failitas pembuangan air kotor, dan dilengkapi dengan 2 buang

pendingin ruangan yang masing-masing berkapasitas 1.5 PK.

Setiap bangunan dapat dibuat ditempat atau dirakit dari

komponen-kompone pra pabrikasi atau dari bahan container.


Lahan untuk lokasi bangunan harus ditimbun dan diratakan,

bebas dari genangan air, dilengkapi dengan pagar dan lahan

parkir berkerikil.

Bahan atau perlengkapan untuk pembangunan fasilitas

dapat baru atau bekas pakai dan berfungsi baik, sesuai dengan

kegunaannya serta tidak melanggar ketentuan perundang-

undangan. Setiap bangunan harus dilengkapi sarana dan

prasanan uintuk kesehatan dan keselamatan.

4) Transportasi

Kontraktor harus membuat peta route pengangkutan bahan

dan peralatan lengkap dengan titik lokasi pengambilan material

dan penumpukannya.

Kontraktor harus mengurus dan memiliki ijin pengangutan

untuk penyelenggaraan lalu lintas, dan ijin dispensasi muatan

yang melebihi batas angkutan, khusus untuk muatan yang tidak

bisa dibagi-bagi.

Melakukan survey terperinci pada jalur-jalur pengangkutan

yangberkonsentrasi pada jalan dan jembatan, dan terhadap

struktur lain yang terpengaruh frekwensi pengangkutan.

Bilamana diperlukan, kontraktor harus memperbaiki

kerusakan jalan dan memperkuat jembatan pada jalur

pengangkutan agar tidak mengalami hambatan.


Bertanggung jawab atas setiap kerusakan yang ditimblkab

pada saat proses pengangkutan.

Pengangkutan muatan yang melebihi batas angkutan dan

membutuhkan penggunaan sebagian besar jalur jalan, maka

kontraktor harus mengadakan petugas patwal untuk mengawal

proses mobilisasi dari awal sampai akhir.

Menyediakan semua keperluan perlengkapan dan

pengamanan berlalu lintas seperti lampu sirene dan rambu

segitiga sebagai peringatan dini kepada penguna jalan sepanjang

jalur pengangkutan.

5) Demobilisasi

Anggaran mobilisasi dibayarkan 50% jika semua fasilitas

bangunan telah selesai dan fasilitas laboratorium telah lengkap

dimobilisasi.

20% bilamana semua peralatan utama telah berada dilokasi

atau telah diterima oleh direksi pekerjaan.

30 % dari jumlah harga mobilisasi setelah semua

perlengkapan dan peralatan dkembalikan.

Pengembalian dana mobilisasi sebesar 1%/hari dari jumlah

harga mobilisasi bilamana kontraktor tidak dapat memenuhi

proses mobilisasi dalam waktu 60 hari dari surat perintah mulai

kerja atau 45 hari untuk penyediaan fasilitas layanan mutu.


Kontraktor membongkaran semua bangunan proyek setelah

pekerjaan selesai, serta pemibdahan semua instalasi peralatan

dan perlengkapan dari tanah milik pemerintah dan pengembalian

kondisi semula.

1.2 MANAGEMEN DAN KESELAMATAN LALU LINTAS

Dengan mengacu kepada Undang-undang No 22 Tahun

2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Manajemen lalu

lintas didefinisikan sebagai upaya untuk mengatur pergerakan lalu

lintas supaya memenuhi kriteria keselamatan, kelancaran,

efisiensi, dan murah. Manajemen lalu lintas selanjutnya meliputi

kegiatan perencanaan lalu lintas, pengaturan lalu lintas,

pengawasan lalu lintas, dan pengendalian lalu lintas.

1) Urutan Pekerjaan dan Rencana Manajemen Lalu Lintas

Penyedia Jasa harus menjaga seluruh kegiatan

pekerjaan sepanjang jalan dalam kondisi sedemikian hingga

agar lalu lintas dapat terbuka dengan selamat dan seluruh

pekerja, dan pengguna jalan terlindungi.

Sebelum memulai pekerjaan apapun, Penyedia Jasa

harus menyiapkan dan mengajukan kepada Direksi

Pekerjaan, Rencana Manajemen dan Keselamatan

Lalu Lintas (RMKL) untuk pengoperasiannya selama

periode pelaksanaan. RMKL harus berdasarkan analisa arus

lalu lintas tingkat makro dan juga mikro dan tidak hanya
terfokus di daerah konstruksi. RMKL harus disusun oleh

Tenaga Ahli Keselamatan Jalan dari Penyedia Jasa,

disampaikan pada saat rapat persiapan pelaksanaan

pekerjaan konstruksi (PCM) dan mendapatkan persetujuan

dari Direksi Pekerjaan. RMKL harus dimutakhirkan secara

regular berdasarkan kondisi tempat pekerjaan. RMKL harus

memperhitungkan Prosedur Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (lihat Seksi 1.19 Spesifikasi Umum).

RMKL harus memperhitungkan dan menyediakan

fasilitas khusus untuk pejalan kaki dan kendaraan tidak

bermotor jika dibutuhkan.

2) Pembagian Zona Pekerjaan Jalan

Zona Pekerjaan Jalan dibagi menjadi empat zona

berdasarkan fungsinya (sesuai dengan Instruksi Dirjen Bina

Marga No. 02/IN/Db/2012 tentang Panduan Teknis

Rekayasa Keselamatan Jalan) sebagaimana ditunjukkan

pada gambar pada Lampiran 1.8.A. Zona tersebut adalah:

1. Zona peringatan dini adalah segmen jalan dimana

pengguna jalan diinformasikan tentang akan adanya

pekerjaan jalan dan apa yang harus dilakukan.

2. Zona pemandu transisi adalah segmen jalan dimana

pengemudi dipandu untuk menurunkan kecepatan dan

masuk ke lintasan yang benar.


3. Zona kerja adalah segmen jalan dimana pekerjaan

dilaksanakan dan terdapat pekerja, peralatan,

perlengkapan, serta material.

4. Zona terminasi adalah segmen jalan dimana lalu lintas

dituntun kembali ke kondisi normal setelah melalui lokasi

pekerjaan.

Bilamana pekerjaan belum selesai, dan jalan atau lajur

dibuka untuk lalu lintas umum, Penyedia Jasa wajib

memasang marka sementara (pre marking), dan rambu

sementara atau perlengkapan jalan lainnya yang dibutuhkan

untuk menjamin keselamatan pengguna jalan.

3) Implementasi Pekerjaan Manajemen dan Keselamatan Lalu

Lintas

Jika pada setiap saat, Direksi Pekerjaan menetapkan

bahwa ketentuan yang sebagaimana mestinya untuk

pengendalian lalu lintas yang berkeselamatan tidak

disediakan, tidak dipelihara atau tidak dilaksanakan sesuai

lingkup dari RMKL, Direksi Pekerjaan dapat membatasi

operasi Penyedia Jasa yang mempengaruhi situasi

semacam ini sampai penyesuaian yang diperlukan telah

dilaksanakan. Direksi Pekerjaan dapat juga menangguhkan

seluruh pekerjaan sampai penyesuaian tersebut dicapai.


Bilamana keselamatan pengguna jalan atau pekerja

diabaikan secara serius dan dengan sengaja oleh Penyedia

Jasa, Direksi Pekerjaan dapat melakukan Tindakan

perbaikan yang sepadan dan memotong biaya dari hak

Penyedia Jasa sebagai kompensasi kerugian dari jumlah

yang dibayarkan kepada Penyedia Jasa.

Semua pekerja paling sedikit berusia 18 tahun, dan

pekerja harus mengenakan baju yang reflektif, sepatu boot

dan helm kerja pada setiap saat selama jam kerja di dalam

daerah kerja.

Pelaksanaan pengaturan lalu lintas perlu

berkoordinasi dengan pihak Kepolisian dan/atau Dinas Lalu-

Lintas dan Angkutan Jalan setempat.

Pekerjaan pada malam hari harus diterangi dengan

lampu dan atau sistem reflektif yang disetujui Direksi

Pekerjaan. Sistem penerangan harus ditempatkan dan

dioperasikan sedemikian hingga agar sorot cahaya tidak

mengganggu pengguna jalan pada lokasi tersebut. Lampu

pijar tidak diperkenankan untuk digunakan.

Pada saat pelaksanaan konstruksi, Direksi Pekerjaan

wajib memeriksa dan mengawasi pelaksanaan keselamatan

lalu lintas di lokasi pekerjaan dengan membuat formulir

pemantauan kesesuaian berdasarkan RMKL yang telah


disepakati pada saat rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan

konstruksi termasuk di dalamnya adalah kelengkapan

perlengkapan jalan sementara.

4) Koordinasi Antara Berbagai Kontrak-kontrak Pekerjaan Sipil

Penyedia Jasa akan diberitahu setiap pekerjaan sipil

lainnya yang terdaftar dalam Lampiran 1.8.A yang

dijadwalkan untuk dilaksanakan selama Periode

Pelaksanaan.

5) Pemeliharaan Perlengkapan Jalan Sementara.

Penyedia Jasa harus menyediakan personil untuk

melakukan pengawasan berkesinambungan terhadap

operasi pengendalian lalu lintasnya. Personil tersebut harus

tersedia baik siang maupun malam untuk menanggapi

panggilanjika ada kerusakan antara lain terhadap barikade,

lampu, rambu-rambu, dan sebagainya baik karena

vandalisme atau kecelakaan lalu lintas.

Penyedia Jasa harus memberitahu identitas personil

tersebut kepada Direksi Pekerjaan maupun pejabat lalu

lintas setempat (termasuk polisi) di tempat kerja.

6) Bahan dan Peralatan

Penyedia Jasa harus menyediakan perlengkapan jalan

sementara sesuai RMKL atau sesuai perintah Direksi


Pekerjaan bila dianggap perlu. Perlengkapan jalan

sementara, dapat berupa :

1. alat pemberi isyarat lalu lintas sementara;

2. rambu lalu lintas sementara;

3. marka jalan sementara;

4. alat penerangan sementara;

5. alat pengendali pemakai jalan sementara, terdiri atas -

alat pembatas kecepatan; dan alat pembatas tinggi dan

lebar kendaraan.

6. alat pengaman pemakai jalan sementara, terdiri atas:

- pagar pengaman/Penghalang lalu lintas;

- cermin tikungan;

- tanda patok tikungan (delineator);

- pulau-pulau lalu lintas;

- pita penggaduh (rumble strip); dan

- Traffic Cones.

Penyediaan dan penempatan alat pemberi isyarat lalu

lintas dan rambu lalu lintas sementara sekurang-kurangnya

harus sesuai dengan pedoman Perambuan Sementara

untuk Pekerjaan Jalan No. Pd-T-12-2003, Instruksi Dirjen

Bina Marga No. 02/IN/Db/2012 tentang Panduan Teknis

Rekayasa Keselamatan Jalan: Panduan Teknis 3:

Keselamatan di Lokasi Pekerjaan Jalan, dan Peraturan


Menteri Perhubungan No. PM 13/2014 tentang Rambu Lalu

lintas.

Bentuk-bentuk zona pekerjaan jalan seperti yang

disebutkan dalam Lampiran 1.8 A dan estimasi jumlah dan

jenis alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, marka jalan

sementara, dan rambu lalu lintas sementara terlebih dulu

diinformasikan oleh Pengguna jasa pada dokumen

pengadaan jasa pemborongan beserta Adendumnya pada

saat pengadaan berlangsung.

Semua bahan dan peralatan yang disediakan untuk

implementasi kegiatan-kegiatan manajemen dan

keselamatan lalu lintas harus disediakan oleh Penyedia Jasa

dan tetap menjadi miliknya pada akhir periode kontrak.

Perlengkapan jalan sementara yang rusak oleh sebab

apapun selama periode pelaksanaan harus diperbaiki atau

diganti segera, termasuk pengecatan jika perlu oleh

Penyedia Jasa dengan biaya sendiri.

Bilamana tidak diperlukan lagi, perlengkapan jalan

sementara harus disingkirkan dari daerah kerja.

Perlengkapan jalan sementara harus dibuat sedemikian

hingga tidak merusak kendaraan yang melalui atau melukai

pengguna jalan jika tertabrak dan harus tetap stabil dan


berdiri di tempat ketika diterpa angin maupun getaran akibat

LL kendaraan lewat.

7) Koordinator Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas

Penyedia Jasa harus menyediakan tenaga

Koordinator Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas

(KMKL) yang memadai, dengan pengalaman yang sesuai

minimum 3 tahun dalam tugas-tugas semacam ini dan staf

yang diperlukan (jumlah minimum 2 orang) yang

dibawahinya untuk seluruh pengendalian dan pelaksanaan

dari manajemen dan keselamatan lalu lintas, termasuk

koordinasi dengan pejabat lalu lintas setempat yang

bertanggungjawab sesuai yuridiksi Daerah Kerja,

sedemikian hingga dapat memperkecil halangan, risiko

keselamatan dan memperlancar arus lalu lintas yang melalui

daerah pekerjaan konstruksi dan melalui jalan-jalan

pengalihan yang sesuai dan disetujui. Pemilihan KMKL

harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan. KMKL harus secara

aktif berpartisipasi dalam semua rapat reguler maupun

khusus dengan Direksi Pekerjaan. KMKL harus siap

dihubungi pada setiap saat (24 jam per hari, 7 hari per

minggu) melalui komunikasi bergerak untuk mengatasi

kesulitan-kesulitan, keadaan darurat, dan hal-hal lain terkait


lalu lintas dan manajemen keselamatan selama Periode

pelaksanaan.

KMKL adalah individu yang bertanggungjawab atas

semua permintaan Direksi Pekerjaan yang terkait dengan

hal-hal manajemen dan keselamatan lalu lintas. KMKL

mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan dan

berkoordinasi dengan personil Penyedia Jasa untuk hal-hal

manajemen dan keselamatan lalu lintas.

Tugas-tugas KMKL harus mencakup berikut ini:

a) Memahami persyaratan kontraktual, termasuk denah,

spesifikasi, dan lingkungan di mana pekerjaan sipil akan

dilaksanakan;

b) Menginspeksi rutin terhadap kondisi dan keefektifan dari

pengaturan lalu lintas yang digunakan dalam kegiatan

dan memastikan bahwa perlengkapan tersebut berfungsi

sebagaimana mestinya, bersih, dapat dilihat dan

memenuhi spesifikasi, denah, serta peraturan-peraturan

setempat;

c) Meninjau dan mengantisipasi kebutuhan atas pengaturan

lalu lintas yang sesuai, memberi pendapat kepada

Direksi Pekerjaan tentang hal-hal terkait, dan

memastikan bahwa RMKL telah diimplementasikan untuk

pergerakan lalu lintas yang aman dan efisien;


d) Mengkoordinasikan pemeliharaan dari pengoperasian

lalu lintas dengan Direksi Pekerjaan;

e) Melakukan rapat keselamatan lalu lintas dengan

Penyedia Jasa sebelum pelaksanaan dimulai, dan rapat

berkala yang dianggap perlu atau sebagaimana

diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Direksi Pekerjaan

harus diberitahu sebelumnya untuk menghadiri rapat-

rapat ini.

8) Penutupan Jalan yang Tidak Sah

Semua penutupan dini/lambat atas jalan atau lajur di luar

waktu yang ditetapkan (Lampiran 1.8.B, Tabel 1.8.B.2) dapat

dikategorikan sebagai penutupan jalan yang tidak sah.

Semua penutupan total jalan tanpa suatu jalan pengalihan

yang pantas harus dipandang sebagai penutupan jalan yang

tidak sah dan Penyedia Jasa harus menanggung segala

tuntutan yang timbul dari pihak ketiga.

9) Akses Menuju Daerah Kerja

Penyedia Jasa harus menggunakan sebuah Kendaraan

Penghantar ketika memasuki atau meninggalkan daerah

kerja sampai jalan tersebut dibuka untuk lalu lintas.

Penyedia Jasa harus menyediakan fasilitas yang sama

untuk Personil Direksi Pekerjaan dan Pengguna Jasa.


Manuver ini (memasuki dan meninggalkan daerah kerja)

harus dilaksanakan dengan selamat sehingga memperkecil

risiko terhadap para pekerja dan pengguna jalan.

10) Kejadian Khusus dan Hari Libur

Tabel 1.8.B.4 pada Lampiran 1.8 B mengidentifikasi

kejadian khusus dimana selama waktu itu Direksi Pekerjaan

mencadangkan haknya untuk tidak mengijinkan penutupan

jalan. Penyedia Jasa harus mempertimbangkan kejadian

semacam ini dalam rencana kerjanya.

Bilamana terjadi Kejadian Kahar, Direksi Pekerjaan

dapat juga membatalkan penutupan jalan.

11) Penutupan Lajur/Jalan dengan Menggunakan Tanda Visual

Penutupan lajur dengan menggunakan tanda visual harus

dilakukan sesuai dengan detil-detil dalam Gambar atau

sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

12) Penutupan Jalan Keluar/Masuk pada Jalan Umum

Penutupan jalan keluar/masuk pada jalan umum harus

dilakukan sesuai dengan detil-detil dalam Gambar atau

sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

13) Penutupan Jalan Keluar/Masuk pada Jalan dalam Kota

Penutupan jalan keluar/masuk pada jalan dalam kota harus

dilakukan sesuai dengan detil-detil dalam Gambar atau

sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.


14) Rambu Lalu Lintas dan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas

Tambahan

Atas permintaan Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus

menyediakan tambahan rambu-rambu lalu lintas sementara

atau alat pemberi isyarat lalu lintas. Peralatan tersebut harus

sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh Direksi

Pekerjaan. Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan

tersebut dalam waktu 48 jam dan memasang serta

memelihara peralatan tersebut selama Periode

Pelaksanaan.

1.8.3 URAIAN PERLENGKAPAN MINIMAL JALAN SEMENTARA

1) Rambu-rambu Konstruksi dan Pengalihan

Istilah “Rambu-rambu Daerah Konstruksi” harus mencakup

semua rambu-rambu sementara yang diperlukan untuk arah

lalu lintas umum yang melalui dan sekitar pekerjaan selama

pelaksanaan pekerjaan. Rambu-rambu ini ditunjukkan dan

dirujuk dalam Gambar.

Rambu-rambu daerah konstruksi harus dipasang pada lokasi

yang ditunjukkan dalam denah sebagaimana yang

diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

Rambu-rambu daerah konstruksi dirancang sebagai rambu

tetap yang dipasang pada denah dan rambu-rambu daerah

konstruksi dirancang sebagai rambu portabel pada denah harus


memenuhi semua ketentuan dalam Seksi 8.4 “Perlengkapan

Jalan dan Pengatur Lalu Lintas”.

Rambu-rambu daerah konstruksi yang tidak dirancang

sebagai rambu tetap atau portabel pada denah akan menjadi

pilihan Penyedia Jasa, apakah tetap atau portabel. Semua

rambu daerah konstruksi harus memenuhi ketentuan-ketentuan

dimensi, warna dan tanda dalam denah dan spesifikasi ini.

Rambu-rambu daerah konstruksi harus terlihat dengan jarak

150 meter dan terbaca dengan jarak 90 meter pada cuaca

cerah siang hari dan pada malam hari dengan kuat penerangan

lampu dengan berkas cahaya rendah, oleh orang-orang dengan

visi atau dikoreksi sampai 20/20.

Penyedia Jasa mungkin diperlukan untuk menutupi rambu-

rambu tertentu selama kemajuan pekerjaan. Tutup untuk

rambu-rambu daerah konstruksi haruslah dengan ukuran dan

ketebalan yang cukup untuk menutup seluruh informasi

sedemikian hingga informasi tersebut tersebut tidak terlihat baik

selama siang maupun malam hari. Tutup harus diikat dengan

kencang untuk mencegah pergerakan yang disebabkan oleh

angin.

Penyedia Jasa harus membersihkan semua panel dari

rambu daerah konstruksi pada saat pemasangan dan sesering


mungkin setelah itu sebagaimana jika Direksi Pekerjaan

menetapkan perlu, tetapi paling sedikit setiap 4 bulan sekali.

Rambu yang digunakan dengan lembar bahan yang

disebutkan akan dipandang memenuhi syarat jika rambu

tersebut memenuhi ketentuan-ketentuan untuk keterlihatan dan

keterbacaan dan warnanya memenuhi ketentuan-ketentuan

yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Perbedaan

menyolok warna reflektif antara siang dan malam akan menjadi

dasar untuk menolak rambu-rambu tersebut.

Untuk menyediakan rambu-rambu tersebut dengan memadai

atas perubahan kondisi lalu lintas dan kerusakan yang

disebabkan oleh lalu lintas umum atau sebaliknya, Penyedia

Jasa harus siap menyediakan panel dengan waktu

pemberitahuan yang singkat, tiang dan perangkat keras tiang

tetap atau tiang rambu portabel dari tambahan rambu-rambu

daerah konstruksi. Penyedia Jasa harus memelihara inventaris

barang-barang yang umum diperlukan di tempat kerja dan

menyediakan barang-barang-barang-barang tersebut dalam

waktu pemberitahuan yang singkat.

a) Rambu-rambu Tetap

Rambu-rambu tetap harus dengan tiang kayu dengan

cara yang sama sebagaimana ditunjukkan dalam denah

atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan


untuk pemasangan rambu-rambu pada tepi jalan, kecuali

berikut ini :

(i) Pengaku dan rangka pada bagian belakang panel

dari rambu tidak diperlukan.

(ii) Tinggi dari dasar dari panel diatas tepi jalur lalu

lintas paling sedikit 1,5 meter kecuali jika rambu

ditempatkan pada jalur pejalan kaki dan sepeda

maka tinggi dari dasar panel rambu diatas tepi

jalur lalu lintas paling sedikit harus 2,1 meter.

(iii) Tiang rambu-rambu daerah konstruksi dapat

dipasang tepat diatas penunjang sementara

rambu-rambu yang berbentuk datar sebagaimana

disetujui oleh Direksi Pekerjaan, atau rambu-

rambu yang dapat dipasang pada tiang listrik yang

ada atau penunjang lainnya sebagaimana yang

disetujui Direksi Pekerjaan. Bilamana rambu-

rambu daerah konstruksi dipasang pada tiang

listrik yang ada, maka tidak boleh dibuat lubang

pada tiang yang menunjang rambu tersebut.

(iv) Tiang yang tertanam harus 0,8 meter dan lubang

tiang harus ditimbun kembali di sekeliling tiang

dengan beton semen yang dibuat dari campuran

agregat dan semen dengan mutu komersial yang


mengandung semen tidak kurang dari 168

kilogram per kubik.

Ukuran tiang dan jumlah tiang haruslah sebagaimana

yang ditunjukkan dalam Gambar, kecuali jika rambu-rambu

tetap dipasang dan jenis rambu yang dipasang tidak

ditunjukkan dalam Gambar, ukuran tiang dan jumlah tiang

harus ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Tiang haruslah dari

kayu yang baik mutunya dan tidak cacat, sesuai untuk tujuan

yang dimaksud.

Panel-panel rambu untuk rambu tetap haruslah terdiri

dari lembaran plywood. Tanda dan tepi dapat dilakukan

dengan proses sablon. Ukuran dan jarak huruf-huruf dan

lambang-lambang haruslah sebagaimana yang dilukiskan

dalam lembar spesifikasi rambu-rambu yang diterbitkan oleh

Pengguna Jasa.

b) Rambu Portabel

Masing-masing rambu portabel haruslah terdiri dari

dasar, penunjang atau kerangka dan panel rambu. Unit-

unit ini harus dapat dikirim ke lapangan untuk digunakan

dan ditempatkan untuk pengoperasian yang segera.

Panel-panel rambu untuk rambu portabel haruslah terdiri

dari lembaran plywood. Penunjang atau kerangka rambu

harus mampu menunjang panel dengan dimensi


maksimum 120 cm, dalam posisi tegak lurus dengan

pusat dari panel rambu dan jarak minimum panel diatas

perkerasan adalah 1,2 meter.

Jika rambu portable berpindah tempat atau terguling,

oleh sebab apapun, selama kemajuan pekerjaan,

Penyedia Jasa harus segera mengganti rambu-rambu itu

pada lokasi awal dari rambu-rambu tersebut.

c) Rambu Elektronik

Rambu elektronik yang digunakan atau dipasang harus

sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan

oleh kementerian teknis terkait.

Semua rambu yang digunakan pada pekerjaan

konstruksi dan pada jalan sementara mengacu kepada

Peraturan Menteri Perhubungan No.13 Tahun 2014

dengan spesifikasi teknis yang diterbitkan oleh

kementerian teknis terkait.

2) Penghalang Lalu Lintas

Penghalang lalu lintas harus terbuat dari “jenis plastik”

yang baru sebagaimana yang ditunjukkan dalam denah.

Penghalang dengan beton pracetak hanya diperbolehkan

dengan ijin khusus dari Direksi Pekerjaan.

Penghalang lalu lintas harus digunakan untuk

memandu lalu lintas untuk tidak melintasi perkerasan yang


baru dihampar dan dipasang pada lokasi yang ditunjukkan

dalam denah atau sebagaimana yang diperintahkan oleh

Direksi Pekerjaan.

Penghalang lalu lintas yang dirancang sebagai “jenis

plastik” dalam Gambar harus memenuhi ketentuan-

ketentuan dalam Seksi 8.4 “Perlengkapan Jalan dan

Pengatur Lalu Lintas”.

Penghalang lalu lintas harus memenuhi ketentuan

dimensi dan warna yang terdapat dalam Gambar dan

Spesifikasi ini.

a) Penghalang Lalu Lintas, Jenis Plastik

Penghalang lalu lintas, jenis plastik harus digunakan untuk

pengalih lalu lintas dari perkerasan aspal beton yang baru.

Penghalang lalu lintas, jenis plastik harus cukup berat agar

dapat tetap stabil jika terdapat angin atau pusaran angin

akibat lewatnya lalu lintas. Penghalan ini harus dipasang

rapat dan saling mengunci satu dengan yang lain sesuai

manual dari pabrik.

Pemberat yang digunakan untuk penghalang lalu lintas, jenis

plastik haruslah air dan terisi sesuai dengan ketentuan

pabrik.

3) Marka Jalan Sementara


Bahan untuk marka jalan sementara dapat berupa

pita rekat (road marking tape) yang berwarna putih / kuning

atau paku jalan dengan mata kucing. Sebelum melakukan

pemasangan penyedia jasa harus menunjukkan contoh

bahan marka sementara untuk Pemasangan Marka

sementara berupa pita rekat tidak diperkenankan pada

kondisi perkerasan basah.

Penggunaan paku jalan dengan mata kucing

diperbolehkan sebagai alternatif untuk pengarah smentara

pada pekerjaan jalan, ukuran paku jalan yang disarankan

adalah 100 x 50 mm dan terbuat dari polysterin hijau/kuning

yang berpendar dengan dilengkapi pinil reflektor berperekat

dengan interval pemasangan disesuaikan dengan

pemasangan paku permanen.

Penyedia jasa harus mengganti marka sementara

baik berupa pita rekat ataupun paku jalan yang terkelupas

atau lepas.

Marka jalan sementara harus dilaksanakan pada

setiap pelapisan perkerasan sebelum jalan dibuka untuk lalu

lintas umum. Pada pelapisan ulang perkerasan aspal beton,

marka sementara harus dilaksanakan sesegera mungkin

setelah suatu lapisan telah dihampar. Marka sementara


pada permukaan akhir harus dibuang sebelum marka

permanen dilaksanakan.

Semua garis menerus dan marka jalan konstruksi

yang berpotongan harus dibuang sampai benar-benar bersih

dengan pengaus pasir atau cara lain yang disetujui dan tidak

merusak permukaan atau tekstur perkerasan. Pola

pembuangan harus dalam bentuk yang tidak sama sehingga

tidak menyisakan bekas marka yang dibuang dengan

menggunakan pengausan secara diagonal dan termasuk

beberapa daerah permukaan sekitarnya. Kerusakan yang

terjadi pada permukaan harus diperbaiki dengan biaya

Penyedia Jasa dengan metoda yang dapat diterima oleh

Direksi Pekerjaan. Penumpukan pasir atau bahan lainnya

yang mengakibatakan bahaya terhadap lalu lintas harus

dibuang. Pada saat selesai, permukaan aspal yang diauskan

dengan pasir harus dilapisi tipis dengan ter emulsi atau

bahan sejenis yang disetujui.

4) Lain-lain

Penyedia Jasa harus menyediakan pengatur lalu

lintas dan pelayanan berikut untuk pengendalian dan

pemeliharaan lalu lintas yang melalui daerah konstruksi

dengan sub-komponen yang berbeda sebagaimana yang

ditunjukkan dalam Gambar.


1.3 PENGAMANAN LINGKUNGAN HIDUP

Pengamanan Lingkungan Hidup Pekerjaan Kontraktor termasuk

Mengambil semua langkah yang layak untuk melindungi lingkungan

(baik di dalam maupun di luar lapangan, jalan akses, termasuk

basecamp dan instalasi lain yang berada di bawah kendali Penyedia

Jasa) dengan melaksanakan mitigasi kerusakan dan gangguan

terhadap manusia dan harta milik sebagai akibat dari polusi,

kebisingan dan sebab-sebab lain dari kegiatannya."Sebagai suatu

cara untuk memperkecil gangguan lingkungan terhadap penduduk

yang berdekatan dengan lokasi kegiatan maka semua kegiatan

konstruksi dan pengangkutan harus dibatasi dalam jam-jam

pengoperasian sebagaimana yang telah ditentukan.

Sebelum pelaksanaan kontrak dimulai, jika rencana kegiatan

tidak termasuk dalam kategori wajib dilengkapi dengan dokumen

Amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup) atau UKL-UPL

(Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan

Lingkungan Hidup) atau DELH (Dokumen Evaluasi Lingkungan

Hidup) atau DPLH (Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup), maka

Wakil Pengguna Jasa menyampaikan secara tertulis kepada

Penyedia Jasa untuk berkewajiban melakukan pengelolaan

lingkungan hidup sesuai ketentuan.

Sebelum pelaksanaan kontrak dimulai, jika rencana kegiatan

termasuk dalam kategori wajib Amdal atau UKL-UPL atau DELH atau
DPLH, maka Wakil Pengguna Jasa wajib menyampaikan pernyataan

tertulis kepada Penyedia Jasa untuk mematuhi dan

mengimplementasikan rencana pengelolaan dan pemantauan

lingkungan yang tercantum dalam Dokumen Lingkungan, Surat

Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup (SKKLH) dan/atau Izin

Lingkungan yang tersedia tersebut.

Membuat/menyiapkan Rencana Kerja Pengelolaan dan

Pemantauan Lingkungan (RKPPL) berdasarkan Dokumen

Lingkungan, Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup (SKKLH)

dan/atau Izin Lingkungan yang telah tersedia pada saat Rapat

Persiapan Pelaksanaan (Pre Construction Meeting, PCM) untuk

dilakukan pembahasan bersama Wakil Pengguna Jasa dan

Pengawas Pekerjaan. Penyedia Jasa juga diwajibkan untuk

menyiapkan sendiri semua persyaratan Izin Lingkungan yang

berkaitan dengan aktivitas mereka di semua lokasi kegiatan seperti

Quarry, AMP (Asphalt Mixing Plant, CBP (ConcreteBatching Plant),

Base Camp, sesuai persyaratan, dan melampirkan salinan izin

lingkungan tersebut saat Rapat Persiapan Pelaksanaan (PCM) dan

Laporan Pelaksanaan RKPPL. Bentuk RKPPL sebagaimana yang

telah ditentukan.

Pengelolaan Lingkungan Hidup :

1) Dampak Terhadap Kualitas Air (Sungai, Danau, Mata air, Air

Bawah Tanah) Sebelum memulai Pekerjaan harus


memastikan bahwa kualitas air (sungai, danau, mata air, air

bawah tanah) atau saluran pembuangan lainnya tidak

melebihi baku mutu kualitas air atau parameter yang

tercantum di dalam dokumen lingkungan, SKKLH, dan/atau

Izin Lingkungan. Jika telah melebihi baku mutu lingkungan,

agar menginformasikan kepada masyarakat atau instansi

terkait khususnya instansi lingkungan hidup di daerah

tersebut. Memastikan bahwa semua pengaruh dari semua

kegiatan Penyedia Jasa tidak akan melampaui baku mutu

lingkungan sesuai peraturan yang berlaku. Penempatan

cofferdam atau bahan material yang ditumpuk pada daerah

sungai dan/atau danau harus disingkirkan seluruhnya setelah

pelaksanaan sebagaimana disyaratkan. Apabila diperlukan,

saluran air harus direlokasi dengan kapasitas yang memadai

untuk memastikan aliran dapat melewati daerah pekerjaan

tanpa halangan pada semua tingkatan banjir. Menyediakan

semua bahan, peralatan dan tenaga kerja yang diperlukan

apabila terjadi pengalihan saluran dengan cara pembuatan

saluran sementara."Setiap penggalian untuk bahan timbunan

tidak diizinkan mengganggu aliran drainase yang ada. Air

limbah domestik dari basecamp harus diolah terlebih dahulu

sebelum dibuang ke sungai, atau saluran pembuangan lain


sesuai manajemen pengolahan limbah cair untuk memenuhi

standar baku mutu kualitas air.

2) Dampak Terhadap Kualitas Udara Ambien, Harus memastikan

bahwa emisi dari semua kegiatan termasuk kegiatan

transportasi tidak akan melampaui baku mutu emisi sesuai

peraturan yang berlaku." Instalasi pencampuran aspal (AMP),

concrete batching plant (CBP), Stone Crusher dan setiap

peralatan konstruksi yang tidak bergerak harus dipasang yang

jauh dari pemukiman dan daerah sensitif (kawasan hutan,

kawasan rawan bencana, kawasan permukiman, kawasan

lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B)), dan dipastikan

tidak menimbulkan gangguan terhadap masyarakat.

3) Lokasi tersebut harus disetujui oleh Pengawas Pekeijaan,

Instalasi pencampuran aspal (AMP), concrete batching plant

(CBP), sebelum digunakan oleh Penyedia Jasa harus

dipastikan mempunyai Izin Lingkungan yang diterbitkan oleh

instansi/pejabat yang berwenang. Apabila tidak memiliki Izin

Lingkungan, maka AMP atau CBP tidak dapat digunakan.

AMP harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu (dust

collector) yang lengkap yaitu sistem pusaran kering (dry

cyclone) dan/atau pusaran basah (wet cyclone) atau tabung

filter sehingga tidak menimbulkan pencemaran udara.

Bilamana salah satu sistem di atas rusak atau tidak berfungsi


maka Instalasi Pencampuran Aspal (AMP), tidak boleh

digunakan. Stone Crusher dipastikan tidak menimbulkan

pencemaran udara.

4) Truk harus ditutup dan semua penutup harus diikat dengan

kencang, Menyediakan pasokan air di tempat kerja yang

memadai untuk pengendalian kadar air selama kegiatan

penghamparan dan pemadatan, dan harus membuang bahan

sisa pada lokasi yang tidak berpotensi menimbulkan debu dan

disetujui oleh Pengawas Pekerjaan. Memastikan bahwa emisi

gas buang alat transportasi atau kendaraan pengangkut yang

digunakan selama pelaksanaan pekerjaan tidak melebihi baku

mutu emisi gas buang kendaraan bermotor atau parameter

yang tercantum di dalam dokumen lingkungan, SKKLH,

dan/atau Izin Lingkungan.

5) Dampak Kebisingan dan/atau Getaran, Sebelum memulai

Pekerjaan, harus memastikan bahwa saat pelaksanaan

pekerjaan pada ruas jalan dan/atau jembatan tidak melebihi

baku mutu kebisingan dan/atau getaran atau parameter yang

tercantum di dalam dokumen lingkungan, SKKLH, dan/atau

Izin Lingkungan. Jika telah melebihi baku mutu lingkungan,

agar menginformasikan kepada masyarakat atau instansi

terkait khususnya instansi lingkungan hidup di daerah

tersebut.
6) Dampak terhadap Lalu Lintas, Harta Milik yang Bersebelahan,

dan Utilitas Galian saluran atau galian lainnya yang memotong

jalan secara melintang harus dilaksanakan maksimal

setengah lebar jalan sehingga jalan tetap berfungsi sebagian

untuk lalu lintas setiap saat. Semua pekerjaan harus

dilaksanakan dengan menjaga ketidaknyamanan seminim

mungkin bagi pengguna jalan dan paling sedikit satu lajur

harus tetap berfungsi setiap saat. Harus memastikan bahwa di

dalam dan di sekitar Ruang Milik Jalan harus bebas dari

bahan konstruksi, sampah atau benda-benda lepas lainnya

yang dapat menghalangi atau membahayakan keselamatan

lalu lintas yang melewati lokasi pekerjaan jalan. Lokasi

pekerjaan harus bebas dari parkir yang tidak sah atau

kegiatan perdagangan di jalanan kecuali pada daerah yang

dirancang untuk kegiatan tersebut. Untuk menghindari

gangguan atau bahaya terhadap lalu lintas, lubang pada

perkerasan beraspal dan lubang untuk keperluan pengujian

kepadatan harus segera diperbaiki. "Memberikan akses jalan

masuk bagi kendaraan dan pejalan kaki menuju rumah,

daerah bisnis, industri dan lainnya. Jalan masuk sementara

harus disediakan bilamana pelaksanaan telah mendekati jalan

masuk permanen untuk setiap periode di atas 16 jam, semua

penghuni dan anggota masyarakat yang terkena dampak


harus diinformasikan dengan waktu maksimal 24 jam sebelum

pekerjaan dimulai."

7) Keselamatan dan Kesehatan Manusia, Ketentuan-ketentuan

mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagaimana

yang telah ditentukan. "Harus memenuhi semua peraturan

keselamatan yang berlaku, memperhatikan keselamatan

semua personil yang berada di Lapangan dan menyiapkan

rencana Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja serta Lingkungan (SMK3L) Konstruksi, dan setiap

Pekerjaan Sementara menyediakan (jalan khusus, jalan

setapak, pengaman dan pagar) jika diperlukan, untuk manfaat

dan perlindungan bagi publik dan penghuni dari lahan yang

bersebelahan."Menyediakan rambu peringatan sesuai dengan

ketentuan dan menjaga keselamatan dan kesehatan

personilnya. Personil Penyedia Jasa harus menyediakan

seorang petugas keselamatan kerja yang bertanggungjawab

untuk menjaga keselamatan dan mencegah terjadinya

kecelakaan, petugas tersebut harus memenuhi aturan dan

persyaratan K3 Konstruksi."

8) Dampak terhadap Flora dan Fauna, Pemotongan pohon

dilakukan jika diperlukan untuk pelebaran jalan dan harus

mendapat persetujuan dari Pengawas Pekerjaan. Setiap

pohon yang ditebang harus diganti dengan dua pohon yang


sudah hampir jadi (bukan pohon kecil) dengan jenis yang

sama atau sejenis.Harus membatasi pergerakan para tenaga

kerja, lokasi basecamp, AMP dan sebagainya, dan

peralatannya jika pelaksanaan kegiatan terindikasi di dalam

daerah sensitif, misalnya kawasan hutan, kawasan rawan

bencana, kawasan permukiman, kawasan lahan pertanian

pangan berkelanjutan (LP2B), dan semua daerah sensitif

lainnya untuk memperkecil kerusakan terhadap tanaman

alami, terganggunya fauna, dan harus berusaha untuk

menghindari setiap kerusakan terhadap lahan. Tidak ada

basecamp, AMP, tempat parkir peralatan atau kendaraan atau

tempat penyimpanan yang diizinkan di luar Ruang Milik Jalan

bilamana jalan melalui daerah sentisif.

9) Dampak Terhadap Tanah, Untuk mencegah terj adinya

penurunan kualitas lingkungan yang mengakibatkan

kelongsoran dan erosi tanah selama penggalian untuk bahan

timbunan, tepi dari galian untuk bahan timbunan tersebut tidak

boleh lebih dekat 2 meter dari tumit timbunan atau 10 meter

dari puncak setiap galian.

10)Pembuangan Limbah, Pembuangan semua limbah padat dan

cair dari kegiatan konstruksi harus seuai dengan ketentuan

Transportasi dan Penanganan serta sesuai dengan ketentuan-

ketentuan dan izin-izin dari instansi pemerintah yang


berwenang.Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

(LB3)Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun

(LB3) yang dihasilkan dari kegiatan konstruksi (misalnya oli

bekas, kain majun bekas/terkontaminasi B3, lampu bekas,

baterai bekas, sisa kemasan bekas/terkontaminasi B3 dan

sebagainya) harus sesuai dengan ketentuan dan perizinan

terkait pengelolaan Limbah B3.

11) Dampak terhadap Daerah Sensitif, Harus mempunyai surat

pernyataan/ persetujuan dari instansi pemerintah yang

berwenang bahwa lokasi dan kegiatan sumber bahan, dan

rute kegiatan pengangkutan yang dilakukan dapat diterima

sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang

berlaku dan tidak mengganggu lingkungan dan sosial

masyarakat.Semua tempat pengambilan bahan (quarry) yang

digunakan harus mendapat izin dari instansi Pemerintah yang

berwenang. harus memastikan bahwa basecamp yang

digunakan tidak berdampak lingkungan serta tidak

mengganggu sosial masyarakat secara umum.

1.4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan upaya

kita untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman,

sehingga dapat mengurangi probabilitas kecelakaan kerja /penyakit

akibat kelalaian yang mengakibatkan demotivasi dan dan defisiensi


produktivitas kerja. Menurut UU Pokok Kesehatan RI No. 9 Th.

1960 Bab I Pasal II, Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi

Kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh

derajat Kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani maupun

social, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap

penyakit atau gangguan Kesehatan yang disebabkan oleh

pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum.

Prinsip-prinsip yang harus dijalankan perusahaan dalam

menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah sebagai

berikut (Sutrisno dan Ruswandi, 2007):

1. Adanya APD (Alat Pelindung Diri) di tempat kerja.

2. Adanya buku petunjuk penggunaan alat dan atau isyarat

bahaya.

3. Adanya peraturan pembagian tugas dan tanggung jawab.

4. Adanya tempat kerja yang aman sesuai standar SSLK (syarat-

syarat lingkungan kerja) antara lain tempat kerja steril dari

debu, kotoran, asap rokok, uap gas, radiasi, getaran mesin dan

peralatan, kebisingan, tempat kerja aman dari arus listrik,

lampu penerangan cukup memadai, ventilasi dan sirkulasi

udara seimbang, adanya aturan kerja atau aturan keprilakuan.

5. Adanya penunjang kesehatan jasmani dan rohani ditempat

kerja.

6. Adanya sarana dan prasarana yang lengkap ditempat kerja.


7. Adanya kesadaran dalam menjaga keselamatan dan kesehatan

kerja.

II. DIVISI 2. DRAINASE

2.1 Galian Untuk Selokan Drainase dan Saluran Air

Pekerjaan ini mencakup galian selokan baru yang dilapisi (lined)

maupun tidak (unlined), sesuai dengan Spesifikasi ini serta memenuhi

garis, ketinggian, dan detail yang ditunjukkan pada Gambar. Selokan

yang dilapisi akan dibuat dari pasangan batu dengan mortar atau yang

seperti ditunjukkan dalam Gambar.

Pekerjaan ini juga mencakup relokasi atau perlindungan terhadap

sungai yang ada, kanal irigasi atau saluran air (waterway) lainnya yang

pasti tidak terhindarkan dari gangguan baik yang bersifat sementara

maupun tetap, dalam penyelesaian pekerjaan yang memenuhi

ketentuan dalam Spesifikasi ini.

PELAKSANAAN :

1) Penetapan Titik Pengukuran pada Saluran Lokasi yang

ditetapkan, panjang, arah aliran dan kelandaian dan

pengaturan pembuangan dari semua selokan dan semua

lubang penampung, elevasi terendah dan selokan

pembuang yang berhubungan, harus ditandai dengan

cermat oleh Penyedia Jasa sesuai dengan Gambar atau

sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan


dan harus disetujui oleh Pengawas Pekerjaan sebelum

pelaksanaan tersebut dimulai.

2) Pelaksanaan Pekerjaan Selokan

a) Penggalian, penimbunan dan pemangkasan harus

dilakukan sebagaimana yang diperlukan untuk

membentuk selokan baru atau eksisting sehingga

memenuhi kelandaian yang ditunjukkan pada Gambar

yang disetujui dan memenuhi profil jenis selokan yang

ditunjukkan dalam Gambar atau bilamana

diperintahkan lain oleh Pengawas Pekerjaan.

b) Setelah formasi selokan yang telah disiapkan disetujui

oleh Pengawas Pekerjaan, pelapisan selokan

pasangan batu dengan mortar harus dilaksanakan

seperti yang disyaratkan dalam Seksi 2.2 dari

Spesifikasi ini.

c) Seluruh bahan hasil galian harus dibuang dan

diratakan oleh Penyedia Jasa sedemikian rupa

sehingga dapat mencegah setiap dampak lingkungan

yang mungkin terjadi, di lokasi yang ditunjukkan oleh

Pengawas Pekerjaan.

3) Perlindungan Terhadap Saluran Air Eksisting


a) Sungai atau kanal alam yang bersebelahan dengan

Pekerjaan dalam Kontrak ini, tidak boleh diganggu

tanpa persetujuan Pengawas Pekerjaan.

b) Bilamana penggalian atau pengerukan dasar sungai

tidak dapat dihindarkan, maka setelah pekerjaan ini

selesai Penyedia Jasa harus menimbun kembali

seluruh galian sampai permukaan tanah asli atau

dasar sungai dengan bahan yang disetujui Pengawas

Pekerjaan.

c) Bahan yang tertinggal di daerah aliran sungai akibat

pembuatan fondasi atau akibat galian lainnya atau

akibat penempatan cofferdam harus dibuang

seluruhnya setelah pekerjaan selesai.

4) Relokasi Saluran Air

a) Bilamana terdapat pekerjaan stabilisasi timbunan atau

pekerjaan permanen lainnya dalam Kontrak ini yang

tidak dapat dihindari dan akan menghalangi sebagian

atau seluruh saluran air yang ada, maka saluran air

tersebut harus direlokasi agar tidak mengganggu

aliran air pada ketinggian air banj ir normal yang

melalui pekerjaan tersebut. Relokasi yang demikian


harus disetujui terlebih dahulu oleh Pengawas

Pekerjaan.

b) Relokasi saluran air tersebut harus dilakukan dengan

mempertahankan kelandaian dasar saluran eksisting

dan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga

tidak menyebabkan terjadinya penggerusan baik pada

pekerjaan tersebut maupun pada bangunan di

sekitarnya.

c) Penyedia Jasa harus melakukan survei dan

menggambar penampang melintang dari saluran air

yang akan direlokasi dan harus menggambarkan

secara detail penampang melintang yang diajukan

untuk keperluan pekerjaan tersebut. Pengawas

Pekerjaan akan menyetujui atau merevisi usulan

Penyedia Jasa sebelum relokasi pekerjaan dimulai

2.2 Pasangan Batu dengan Mortar

Pekerjaan ini mencakup pembuatan selokan dan saluran air, dan

pembuatan "apron" (lantai golak), lubang masuk (entrypits) dan

struktur saluran kecil lainnya dengan menggunakan pasangan batu

dengan mortar yang dibangun di atas suatu dasar yang telah disiapkan

memenuhi garis, ketinggian dan dimensi yang ditunjukkan pada

Gambar atau sebagaimana diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.


Pekerjaan ini juga mencakup pembuatan lubang sulingan (weep

holes), termasuk penyediaan dan pemasangan cetakan lubang

sulingan atau pipa.

Pengajuan Kesiapan Kerja :

a) Sebelum memulai pekeijaan, Penyedia Jasa harus mengajukan

kepada Pengawas Pekerjaan dua contoh batu yang mewakili,

masing-masing seberat 50 kg. Satu dari contoh batu akan disimpan

oleh Pengawas Pekerjaan untuk rujukan selama Masa

Pelaksanaan. Hanya batu yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan

yang akan digunakan dalam pekerjaan.

b) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar tidak boleh dimulai

sebelum Pengawas Pekerjaan menyetujui formasi yang telah

disiapkan untuk pelapisan.

Jadwal Kerja :

a) Besarnya pekerjaan pasangan batu dengan mortar yang

dilaksanakan setiap satuan waktu haruslah dibatasi sesuai dengan

tingkat kecepatan pemasangan untuk menjamin agar seluruh batu

hanya dipasang dengan adukan yang baru.

b) Bilamana pasangan batu dengan mortar digunakan pada lereng

atau sebagai pelapisan selokan, maka pembentukan penampang

selokan pada tahap awal haruslah dibuat seolah-olah seperti tidak

akan ada pasangan batu dengan mortar. Pemangkasan tahap akhir


hingga batas-batas yang ditentukan haruslah dilaksanakan sesaat

sebelum pemasangan pasangan batu dengan mortar.

Kondisi Tempat Kerja Ketentuan yang disyaratkan dalam Pasal

3.1.1.7) dari Spesifikasi ini tentang menjaga tempat kerja agar

senantiasa kering dan menjamin fasilitas sanitasi yang memadai

tersedia di lapangan untuk para pekerja, harus juga berlaku untuk

pekerjaan pasangan batu dengan mortar.

PELAKSANAAN :

1) Penyiapan Formasi atau Fondasi :

a) Formasi untuk pelapisan pasangan batu dengan mortar harus

disiapkan sesuai dengan ketentuan Seksi 2.1 Selokan dan Saluran

Air.

b) Fondasi atau galian parit untuk tumit (cut off wall) dari pasangan

batu dengan mortar atau untuk struktur harus disiapkan sesuai

dengan ketentuan Seksi 3.1 Galian.

c) Landasan tembus air dan kantung saringan (filter pocket) harus

disediakan bilamana disyaratkan, sesuai dengan ketentuan Seksi

2.4, Drainase Porous.

2) Penyiapan Batu :

a) Batu harus dibersihkan dari bahan yang merugikan, yang dapat

mengurangi kelekatan dengan adukan.


b) Sebelum pemasangan, batu harus dibasahi seluruh permukaannya

dan diberikan waktu yang cukup untuk proses penyerapan air

sampai jenuh.

3) Pemasangan Lapisan Batu :

a) Suatu landasan dari adukan semen paling sedikit setebal 3 cm

harus dipasang pada formasi yang telah disiapkan. Landasan

adukan ini harus dikerjakan sedikit demi sedikit sedemikian rupa

sehingga permukaan batu akan tertanam pada adukan sebelum

mengeras.

b) Batu harus ditanam dengan kuat di atas landasan adukan semen

sedemikian rupa sehingga satu batu berdekatan dengan lainnya

sampai mendapatkan tebal pelapisan yang diperlukan di mana

tebal ini akan diukur tegak lurus terhadap lereng. Rongga yang

terdapat di antara satu batu dengan lainnya harus disi adukan dan

adukan ini harus dikerjakan sampai hampir sama rata dengan

permukaan lapisan tetapi tidak sampai menutupi permukaan

lapisan.

c) Pekerjaan harus dimulai dari dasar lereng menuju ke atas, dan

permukaan harus segera diselesaikan setelah pengerasan awal

(initial setting) dari adukan dengan cara menyapunya dengan sapu

yang kaku.
d) Permukaan yang telah selesai dikerjakan harus dirawat seperti

yang disyaratkan untuk Pekerjaan Beton dalam Pasal 7.1.5.4) dari

Spesifikasi ini.

e) Lereng yang bersebelahan dengan bahu j alan harus dipangkas

dan dirapikan untuk memperoleh bidang antar muka yang rapat dan

rata dengan pasangan batu dengan mortar sehingga akan

memberikan drainase yang lancar dan mencegah gerusan pada

tepi pekerjaan pasangan batu dengan mortar dan tidak

menimbulkan sedimentasi pada dasar saluran

4) Pelaksanaan Pasangan Batu dengan Mortar untuk Pekerjaan Struktur

a) Tumit (cut off wall) dan struktur lainnya yang dibuat dalam galian

parit di mana terdapat kestabilan akibat daya lekat tanah atau

akibat disediakannya cetakan, harus dilaksanakan dengan mengisi

galian atau cetakan dengan adukan setebal 60 % dari ukuran

maksimum batu yang digunakan dan kemudian dengan segera

memasang batu di atas adukan yang belum mengeras. Selanjutnya

adukan harus segera ditambahkan dan proses tersebut diulangi

sampai cetakan tersebut terisi penuh. Adukan berikutnya harus

segera ditambahkan lagi sampai ke bagian puncak sehingga

memperoleh permukaan atas yang rata.

b) Bilamana bentuk batu sedemikian rupa sehingga dapat saling

mengunci dengan kuat, dan bilamana digunakan adukan yang liat,

pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk struktur dapat pula


dibuat tanpa cetakan, sebagaimana yang diuraikan untuk

Pasangan Batu dalam Seksi 7.9 dari Spesifikasi ini.

c) Permukaan pekerj aan pasangan batu dengan mortar untuk struktur

yang terekspos harus diselesaikan dan dirawat seperti yang

disyaratkan di atas untuk pelapisan batu.

d) Penimbunan kembali di sekeliling struktur yang telah selesai

dirawat harus ditimbun sesuai dengan ketentuan Seksi 3.2

Timbunan atau Seksi 2.4 Drainase Porous.

III. DIVISI 3. PEKERJAAN TANAH DAN GEOSINTETIK

3.1 Tahapan pelaksanaan

A. Galian Biasa dan Galian Batu

Galian biasa adalah galian pada tanah asli untuk perkerasan

badan jalan dan bahu jalan maupun untuk pembukaan badan

jalan. Galian batu mencakup galian bongkahan batu dengan

volume 1 m3 atau lebih dan seluruh batu atau bahan lainnya

tersebut tidak praktis digali tanpa penggunaan alat bertekanan

udara atau pemboran dan peledakan.

Berikut tahapan pelaksanaan pekerjaan galian biasa dan galian

batu :

1) Persiapan

2) Penggalian

3) Pembersihan/Perbaikan

2. Timbunan Biasa Dari Hasil Galian dan Timbunan Pilihan Dari


Sumber Galian

Untuk material timbunan biasa diperoleh dari tanah sekitar

lokasi proyek ataupun dari tanah pada hasil galian ataupun

(cuttingan) dan telah diperiksa dan disetujui oleh pengawas

lapangan.

Untuk material timbunan pilihan diperoleh dari sungai

batusitanduk yang dekat dari lokasi proyek dan telah diperiksa

dan disetujui oleh pengawas lapangan.

Adapun tahapan pelaksanaan dari timbunan biasa dari hasil

galian dan timbunan pilihan dari sumber galian yaitu sebagai

berikut :

1) Penyiapan tempat kerja (penyiapan lahan)

2) Pengangkutan material

3) Penghamparan timbunan

4) Pemadatan timbunan

3.2 Teknis pelaksanaan

1. Galian biasa dan galian batu

1) Pemasangan patok batas galian, baik teradap elevasi maupun

kedalaman galian.

2) Penggalian tanah atatupun cuttingan dilakukan dengan alat

berat yaitu excavator. Dalam pekerjaan cuttingan, untuk

menjaga stabilitas lereng galian dan menjaga keselamatan

pekerja, maka galian yang lebih dari 5 meter harus dibuat


bertangga dengan teras selebar 1 meter.

Sedangkan Penggalian batu dilakukan dengan alat berat yaitu

excavator dengan menggunakan stone crusher atau breaker.

Gambar 3.10 Galian Biasa

Gambar 3.11 Galian Batu

3) Hasil galian diangkut ke atas dump truck dan dibuang dari

lokasi dan ada juga hasil galian/cuttingan yang langsung


dibuang ke sisi jalan sampai mendapat ukuran badan jalan

yang telah ditentukan.

Gambar 3.12 Proses Pengangkutan Hasil Galian

4) Pada permukaan galian/pemotongan harus dibersihkan dari

segala bahan yang lepas yang akan menjadi berbahaya setelah


pekerjan selesai menggunakan bulldozer. Permukaan lereng

hasil galian/pemotongan agar diusahakan dalam keadan stabil.

Gambar 3.13 Proses Pembersihan

2. Timbunan biasa dari hasil galian dan timbunan pilihan dari sumber

galian

1) Penyiapan tempat kerja (penyiapan lahan) dilakukan sebelum

penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan

ataupun material yang tidak diperlukan harus

dibuang/disingkirkan.
Gambar 3.14 Proses Penyiapan Lahan

2) Selanjutnya timbunan diangkut menggunakan dump truck dan

timbunan dibawa ke lokasi yang telah disiapkan. Dan material

yang dibawa oleh dump truck diturunkan di lokasi yang telah

disediakan.

Gambar 3.15 Proses Pengangkutan Material


3) Selanjutnya lakukan penghamparan pada timbunan biasa

yang berada di lahan kerja menggunakan motor grader.

Gambar 3.16 Penghamparan Timbunan

4) Setelah penghamparan selesai, melakukan pemadatan

timbunan dengan menggunakan vibro roller, hingga

kepadatan mencapai 90 % kepadatan maksimum.

Gambar 3.17 Pemadatan Timbunan


IV. DIVISI 5. PERKERASAN BERBUTIR

5.1 LAPIS FONDASI AGREGAT KELAS A

Lapis Fondasi Agregat Kelas A terdiri dari Agregat Kasar dan

Agregat Halus yang meliputi Material Batu Pecah 2-3, Batu Pecah 1-2,

Batu Pecah 0.5-1, serta Abu Batu. Agregat Kasar merupakan Agregat

yang Tertahan di Saringan No. 4 Inci, sedangkan Agregat Halus

merupakan Agregat yang Lolos di Saringan No. 4 Inci

Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pemrosesan,

pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat

di atas permukaan yang telah disiapkan dan telah diterima sesuai

dengan detail yang ditunjukkan dalam Gambar, dan memelihara lapis

fondasi agregrat atau lapis drainase yang telah selesai sesuai dengan

yang disyaratkan. Pemrosesan harus meliputi, bila perlu, pemecahan,

pengayakan, pemisahan, pencampuran dan kegiatan lainnya yang

perlu untuk menghasilkan suatu bahan yang memenuhi ketentuan dari

Spesifikasi ini.

Pekerjaan ini termasuk penambahan lebar perkerasan eksisting

sampai lebar jalur lalu lintas yang diperlukan dan juga pekerjaan bahu

jalan, yang ditunjukkan pada Gambar. Pekerjaan harus mencakup

penggalian dan pembuangan bahan yang ada, penyiapan tanah

dasar, dan penghamparan serta pemadatan bahan dengan garis dan

dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar.


 Toleransi Dimensi dan Elevasi :

a) Permukaan lapis akhir harus sesuai dengan Tabel 5.1.1.1) kecuali

disetujui oleh Pengawas Pekerjaan sehubungan dengan ketentuan

yang diuraikan dalam Pasal 5.1.4.1) dari Spesifikasi ini, dengan

toleransi di bawah ini:

b) Pada permukaan semua Lapis Fondasi Agregat tidak boleh

terdapat ketidakrataan yang dapat menampung air dan semua

punggung (camber) permukaan itu harus sesuai dengan yang

ditunjukkan dalam Gambar.

c) Tebal total minimum Lapis Fondasi Agregat tidak boleh kurang satu

sentimeter dari tebal yang ditunjukkan dalam Gambar, kecuali

disetujui oleh Pengawas Pekerjaan sehubungan dengan ketentuan

yang diuraikan dalam Pasal 5.1.4.1) dari Spesifikasi ini.

d) Tebal minimum Lapis Fondasi Agregat Kelas A, dan Lapis

Drainase, tidak boleh kurang satu sentimeter dari tebal yang

ditunjukkan dalam Gambar. Bilamana tebal yang diperoleh kurang

dari yang disyaratkan maka kekurangan tebal ini harus diperbaiki


kecuali disetujui oleh Pengawas Pekerjaan sehubungan dengan

ketentuan yang diuraikan dalam Tabel 5.4.1.1).

e) Pada permukaan Lapis Fondasi Agregat Kelas A yang disiapkan

untuk lapisan resap pengikat atau pelaburan permukaan, bilamana

semua bahan yang terlepas harus dibuang dengan sikat yang

keras, maka penyimpangan maksimum pada kerataan permukaan

yang diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m, diletakkan sejajar

atau melintang sumbu jalan, maksimum satu sentimeter.

f) Permukaan akhir bahu jalan, termasuk setiap perkerasan yang

dihampar di atasnya, tidak boleh lebih tinggi dan lebih rendah 1,0

cm terhadap tepi jalur lalu lintas yang bersebelahan.

g) Lereng melintang bahu tidak boleh bervariasi lebih dari 1,0% dari

lereng melintang rancangan.

 Cuaca Yang Diizinkan Untuk Bekerja

Lapis Fondasi Agregat tidak boleh ditempatkan, dihampar,

atau dipadatkan sewaktu turun hujan, dan pemadatan tidak boleh

dilakukan segera setelah hujan atau bila kadar air bahan jadi tidak

berada dalam rentang yang ditentukan dalam Pasal 5.1.3.3)

 Tahapan pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan LPA kelas A terdiri dari pengadaan,

pemrosesan, pengangkutan, penghamparan, dan pemadatan

agregat batu atau kerikil alami dalam lapis pondasi agregat kelas A,
diatas satu lapis pondasi bawah atau diatas lapisan tanah dasar

yang telah disiapkan.

1. Pengadaan dan pemrosesan material.

2. Pengangkutan material ke lokasi pekerjaaan

3. Penghamparan material

4. Pemadatan

5. Setelah pemadatan maka dilakukan tes sandcone

 Teknis pelaksanaan

1) Melakukan Tes Analisa saringan LPA kelas A adalah penentuan

persentase berat butiran agregat yang lolos saringan. Alat dan

bahan yang digunakan dalam pengujian ini terdiri dari :

a) Satu set saringan yaitu :

 No. 1

 No. 3/8

 No. 4

 No. 10

 No. 40

 No. 200

 Pan

b) Wajan dan spatula

c) Kompor

d) Timbangan digital

e) Material agregat kelas A


Adapun tahap dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :

 Panaskan agregat kelas A dengan cara disangarai. Hal ini

dilakukan untuk menghilangkan kadar air yang terkandung dalam

agrgat kelas A.

 Agregat yang sudah disangrai kemudian didinginkan sampai

mencapai suhu ruangan kemudian bagi menjadi 4 bagian.

 Ambil salah satu bagian, kemudian imbang sebanyak 5000 gr.

 Saring agregat yang sudah ditimbag secara manual selama ± 15

menit.

 Timbang agregat yang telah tertahan disetiap saringan dan pan.

 Catat berat agregat yang tertahan disetiap saringan.


Gambar 3.18. Tes Analisa Saringan LPA Kelas A

2) Setelah material yang telah diuji memenuhi syarat dan ketentuan,

selanjutnya mengangkut material ke lokasi pekerjaaan

menggunakan dump truck. Material diurunkan dengan jarak dan

volume tertentu untuk memudahkan proses penghamparan agar

tidak terjadi kelebihan material disatu tempat dan kekurangan

material di tempat lain.


Gambar 3.19 Proses Penghamparan LPA Kelas A

3) Penghamparan lapisan pondasi agregat kelas A dengan kualitas

baik, dilaksanakan secara berlapis dan dipadatkan sampai

mencapai ketebalan yang dinginkan serta kepadatan secara baik

sampai permukaan LPA harus rata atau tanpa gelombang.

Gambar 3.20 Penghamparan Agregat Kelas A


4) Saat penggilasan untuk pembentukan dan pemadatan alat

penggilas maju sedikit demi sedikit dari pinggir ke tengah dari

perkerasan, sejajar dengan sumbu jalan dan dilaksanakan dalam

operasi yang terus menerus untuk membuat pemadatan yang

merata. Pada bagian survei elevasi, mirig melintang atau

kemiringan yang terjadi, penggilasan harus berjalan dari bagian

jalan yang lebih rendah menuju kebagian yang lebih tinggi.

Gambar 3.21 Pemadatan Agregat Kelas A


5) Melakukan Tes sand cone yang betujuan untuk menentukan

kepadatan ditempat dari lapisan tanah LPA atau pekerjaan yang

telah dipadatkan. Alat yang digunakan dalam melakukan tes ini

adalah sebagai berikut :

a) Botol uji untuk tempat pasir dengan isi sekitar 4 liter

b) Corong kalibrasi pasir diameter 16,51 cm

c) Plat untuk corong pasir berrukuran 30,48 cm x 30,48 cm

dengan lubang bergaris tengah


d) Peralatan yang digunakan seperrti palu, kuas, pahat,

3
sendok agregat, talam dan saringan No. inci untuk
4

mencari kadar air

e) Satu timbangan digital dengan kapasitas 30 kg x 1 kg

f) Dengan bahan yang digunakan yaitu pasir kuarsa dan

spritus

Adapun tahapan pengujian di lapangan adalah sebagai berikut:

a) Isi pasir kuarsa kedalam botol uji sampai penuh

b) Kemudian timbang botol uji yang terisi penuh pasir kuarsa

c) Pasang plat pembatas dilokasi yang akan diuji

kepadatannya

d) Gali agregat dilokasi yang sudah dipasang plat pembatas

sedalam 10 cm sampai 15 cm

e) Ambil agregat galian sampai bersih dan letakkan di talam

f) Timbang agregat + talam

3
g) Saring agregat tadi dengan saringan No. inci
4

h) Timbang agregat yan tertahanm dalam saringan

i) Ambil agregat yan lolos saringan secukupnya dan letakkan

dalam talam, kemudian timbang.

j) Masukkan bensin kedalam wadah dan campurkan dengan

spritus kemudian bakar, tunggu sampai mengerring,

kemudian timbang agregat yang telah kering.


k) Masukkan botol uji kedalam lubang yang telah digali

dengan posisi corong berada dibawah.

l) Buka kran botol uji biarkan pasir sampai terisi penuh

kedalam lubang

m) Setelah terisi penuh, tutup kran kemudian timbang botol uji.

n) Tutup lubang bekas galian dengan agregat yang tersisa.

Gambar 3.22 Melakukan Send Cone Test

V. DIVISI 6. PERKERASAN ASPAL


6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT (PRIME COAT) LAPIS PEREKAT (TACK

COAT)

Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan

bahan aspal pada permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk

pemasangan lapisan beraspal berikutnya. Lapis Resap Pengikat

harus dihampar di atas permukaan fondasi tanpa bahan pengikat

Lapis Fondasi Agregat, sedangkan Lapis Perekat harus dihampar di

atas permukaan berbahan pengikat (seperti : Lapis Penetrasi

Macadam, Laston, Lataston, Lapis Fondasi Semen Tanah, Lapis

Fondasi Agregat Semen, Roller Compacted Concrete (RCC),

Perkerasan Beton Semen, dll).

 Kondisi Cuaca Yang Diizinkan Untuk Bekerja

Lapisan Resap Pengikat harus disemprot hanya pada

permukaan yang kering atau mendekati kering, dan Lapis Perekat

harus disemprot hanya pada permukaan yang benar-benar kering.

Penyemprotan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat tidak

boleh dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun

hujan.

 PELAKSANAAN PEKERJAAN

1) Penyiapan Permukaan Yang Akan Disemprot Aspal

a) Apabila pekerjaan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat

akan dilaksanakan pada permukaan perkerasan jalan yang


ada atau bahu jalan yang ada, semua kerusakan

perkerasan maupun bahu jalan harus diperbaiki dahulu.

b) Apabila pekerjaan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat

akan dilaksanakan pada perkerasan jalan baru atau bahu

jalan baru, perkerasan atau bahu itu harus telah selesai

dikerjakan sepenuhnya, menurut Seksi 4.5, 4.6, 4.7, 5.1,

5.3, 5.4, 5.5, 6.3, 6.4, 6,5, 6,6 atau 6.7 dari Spesifikasi ini

yang sesuai dengan lokasi dan jenis permukaan yang baru

tersebut.

c) Untuk lapis resap pengikat, jenis aspal emulsi yang

digunakan harus mengacu pada Pasal 6.1.2.1). dan untuk

lapis perekat, jenis aspal emulsi yang digunakan harus

mengacu pada Pasal 6.1.2.2).

d) Permukaan yang akan disemprot itu harus dipelihara

menurut standar butir (a) dan butir (b) di atas sebelum

pekerjaan pelaburan dilaksanakan.

e) Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan harus

dibersihkan dengan memakai sikat mekanis atau

kompresor atau kombinasi keduanya. Bilamana peralatan

ini belum dapat memberikan permukaan yang benar-benar

bersih, penyapuan tambahan harus dikerjakan manual

dengan sikat yang kaku.


f) Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi

bidang yang akan disemprot dengan kombinasi sapu

mekanis (power broom) dan kompresor atau 2 buah

kompresor.

g) Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda asing lainnya

harus disingkirkan dari permukaan dengan memakai

penggaru baja atau dengan cara lainnya yang telah

disetujui atau sesuai dengan perintah Pengawas Pekerjaan

dan bagian yang telah digaru tersebut harus dicuci dengan

air dan disapu.

h) Untuk pelaksanaan Lapis Resap Pengikat di atas Lapis

Fondasi Agregat Kelas A, permukaan akhir yang telah

disapu harus rata, rapat, bermosaik agregat kasar dan

halus, permukaan yang hanya mengandung agregat halus

tidak akan diterima.

i) Pekerjaan penyemprotan aspal tidak boleh dimulai sebelum

perkerasan telah disiapkan dapat diterima oleh Pengawas

Pekerjaan.

2) Takaran dan Temperatur Pemakaian Bahan Aspal

a) Penyedia Jasa harus melakukan percobaan lapangan di

bawah pengawasan Pengawas Pekerjaan untuk

mendapatkan tingkat takaran yang tepat (liter per meter

persegi) dan percobaan tersebut akan diulangi,


sebagaimana diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan, bila

jenis dari permukaan yang akan disemprot atau jenis dari

bahan aspal berubah. Biasanya takaran pemakaian yang

didapatkan akan berada dalam batas-batas sebagai berikut

Lapis Resap Pengikat : 0,4 sampai 1,3 liter (kadar residu*

0,22 – 0,72 liter) per meter persegi untuk Lapis Fondasi

Agregat tanpa bahan pengikat

(*) : kandungan bitumen di luar pelarut atau bahan emulsioner

Lapis Perekat : Sesuai dengan jenis permukaan yang

akan menerima pelaburan dan jenis bahan aspal yang akan

dipakai. Lihat Tabel 6.1.4.1) untuk jenis takaran pemakaian

lapis aspal.

b) Temperatur penyemprotan harus sesuai dengan Tabel

6.1.4.2), kecuali diperintahkan lain oleh Pengawas

Pekerjaan. Temperatur penyemprotan untuk aspal cair

yang kandungan minyak tanahnya berbeda dari yang

ditentukan dalam daftar ini, temperaturnya dapat diperoleh

dengan cara interpolasi.


c) Frekuensi pemanasan yang berlebihan atau pemanasan

yang berulang-ulang pada temperatur tinggi haruslah

dihindari. Setiap bahan yang menurut pendapat Pengawas

Pekerjaan, telah rusak akibat pemanasan berlebihan harus

ditolak dan harus diganti atas biaya Penyedia Jasa.

3) Pelaksanaan Penyemprotan

a) Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan

penyemprotan harus diukur dan ditandai. Khususnya untuk

Lapis Resap Pengikat, batas-batas lokasi yang disemprot

harus ditandai dengan cat atau benang.

b) Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik maka

bahan aspal harus disemprotkan dengan batang


penyemprot dengan kadar aspal yang diperintahkan,

kecuali jika penyemprotan dengan distributor tidaklah

praktis untuk lokasi yang sempit, Pengawas Pekerjaan

dapat menyetujui pemakaian penyemprot aspal tangan

(hand sprayer). Alat penyemprot aspal harus dioperasikan

sesuai grafik penyemprotan yang telah disetujui. Kecepatan

pompa, kecepatan kendaraan, ketinggian batang semprot

dan penempatan nosel harus disetel sesuai ketentuan

grafik tersebut sebelum dan selama pelaksanaan

penyemprotan.

c) Bila diperintahkan, bahwa lintasan penyemprotan bahan

aspal harus satu lajur atau setengah lebar jalan dan harus

ada bagian yang tumpang tindih (overlap) selebar 20 cm

sepanjang sisi-sisi lajur yang bersebelahan. Sambungan

memanjang selebar 20 cm ini harus dibiarkan terbuka dan

tidak boleh ditutup oleh lapisan berikutnya sampai lintasan

penyemprotan di lajur yang bersebelahan telah selesai

dilaksanakan. Demikian pula lebar yang telah disemprot

harus lebih besar daripada lebar yang ditetapkan, hal ini

dimaksudkan agar tepi permukaan yang ditetapkan tetap

mendapat semprotan dari tiga nosel, sama seperti

permukaan yang lain.


d) Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi

dengan bahan yang cukup kedap. Penyemprotan harus

dimulai dan dihentikan sampai seluruh batas bahan

pelindung tersemprot, dengan demikian seluruh nosel

bekerja dengan benar pada sepanjang bidang jalan yang

akan disemprot. Distributor aspal harus mulai bergerak kira-

kira 5 meter sebelum daerah yang akan disemprot dengan

demikian kecepatan lajunya dapat dijaga konstan sesuai

ketentuan, agar batang semprot mencapai bahan pelindung

tersebut dan kecepatan ini harus tetap dipertahankan

sampai melalui titik akhir.

e) Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh

kurang dari 10 persen dari kapasitas tangki untuk

mencegah udara yang terperangkap (masuk angin) dalam

sistem penyemprotan.

f) Jumlah pemakaian bahan aspal pada setiap kali lintasan

penyemprotan harus segera diukur dari volume sisa dalam

tangki dengan meteran tongkat celup.

g) Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap

lintasan penyemprotan, harus dihitung sebagai volume

bahan aspal yang telah dipakai dibagi luas bidang yang

disemprot. Luas lintasan penyemprotan didefinisikan

sebagai hasil kali panjang lintasan penyemprotan dengan


jumlah nosel yang digunakan dan jarak antara nosel.

Takaran pemakaian rata-rata yang dicapai harus sesuai

dengan yang diperintahkan Pengawas Pekerjaan menurut

Pasal 6.1.4.2).a) dari Spesifikasi ini, dalam toleransi berikut

ini :

Takaran pemakaian yang dicapai harus telah dihitung

sebelum lintasan penyemprotan berikutnya dilaksanakan

dan bila perlu diadakan penyesuaian untuk penyemprotan

berikutnya.

h) Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata ada

ketidaksempurnaan peralatan semprot pada saat

beroperasi.

i) Setelah pelaksanaan penyemprotan, khususnya untuk

Lapis Perekat, bahan aspal yang berlebihan dan tergenang

di atas permukaan yang telah disemprot harus diratakan

dengan menggunakan alat pemadat roda karet, sikat ijuk

atau alat penyapu dari karet.

j) Tempat-tempat yang disemprot dengan Lapis Resap

Pengikat yang menunjukkan adanya bahan aspal

berlebihan harus ditutup dengan bahan penyerap (blotter

material) yang memenuhi Pasal 6.1.2.1).b) dari Spesifikasi


ini sebelum penghamparan lapis berikutnya. Bahan

penyerap (blotter material) hanya boleh dihampar 4 jam

setelah penyemprotan Lapis Resap Pengikat.

k) Tempat-tempat bekas kertas resap untuk pengujian kadar

bahan aspal pada lokasi yang disemprot dengan distributor

aspal harus dilabur kembali dengan bahan aspal yang

sejenis secara manual dengan kadar yang hampir sama

dengan kadar di sekitarnya.

Gambar 3.23 Proses Prime Coat

6.2 Laston Lapis Aus (AC-WC) dan Laston Lapis Antara (AC-BC

Laston Lapis Aus AC-WC (Asphalt Concrete - Wearing Course),

merupakan lapisan perkerasan perkerasan beraspal yang berada

pada lapisan paling atas atau berfungsi sebagai lapisan aus.

Walaupun bersifat non struktural, namun AC-WC dapat menambah

daya tahan perkerasan jalan beraspal, sehingga secara keseluruhan


menambah masa pelayanan dari konstruksi perkerasan jalan. Laston

Lapis Aus (AC-WC) mempunyai tekstur yang paling halus dan kadar

aspalnya paling banyak dibandingkan dengan jenis laston lainnya.

Sebagau lapis aus, pada umumnya Laston Lapis Aus (AC-WC)

dihampar dengan ketebalan 4 m padat pada permukaan jalan yang

sebelumnya telah dilapisi dengan konstruksi Lapis Pondasi Agregat

Klas A (LPA) tebal 30 cm, serta Laston Lapis Antara (AC-BC) tebal 6

cm.

Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1983) Laston Atas atau

lapisan pondasi atas (AC- Base) merupakan pondasi perkerasan yang

terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu

dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas. Lapisan ini terletak

di bawah lapis pengikat (AC- BC), perkerasan tersebut tidak

berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi perlu memiliki stabilitas

untuk menahan beban lalu lintas yang disebarkan melalui roda

kendaraan. Lapis Pondasi (AC-Base) berfungsi untuk memberi

dukungan lapis permukaan, mengurangi regangan dan tegangan,

menyebarkan dan meneruskan beban konstruksi jalan di bawahnya

(sub grade).
 Peralatan yang digunakan;

- Aspalt Mixing Plant + Laboratorium

- Generator set

- Whell Loader

- Dump Truck

- Aspal Sprayer

- Compressor

- Tandem Roller

- Asphalt Finisher

- Pneumatic Tire Roller

- Alat pendukung lainnya

 Penghamparan

- Pastikan screed dipanaskan sebelum menghampar.

- Vibrasi pada tamper dipastikan berjalan baik.


- Pemasangan balok kayu atau material lain yg disetujui

pada sisi hamparan.

- Lakukan penghamparan dengan mendahulukan sisi

terendah.

- Amati apakah tekstur merata, secara visual memuaskan.

- Lakukan pengamatan pada pengukuran suhu campuran

yang dihampar (minimal 1x pada jarak 100 meter

- Pastikan kecepatan penghamparan konstan, harus sesuai

dengan standar yang telah ditentukan, untuk menghindari

timbulnya koyakan pada penghamparan.

- Jika terjadi segregasi, koyakan maka hentikan

penghamparan dan sampai ditemukan penyebabnya

hamparan dilanjutkan.

- Amati mekanisme kerja Asphalt Finisher (Paver), jalan

sempurna/ baik, penebaran merata.

- Tidak diperbolehkan adanya penaburan butiran kasar pada

permukaan yang telah dihampar rapi.

- Cek hamparan dengan straight edge (mistar lurus), pada

jarak 3,0 meter toleransi masing-masing 4 mm untuk

lapisan aus, 5 mm utk lapisan binder dan 6 mm untuk

lapisanPondasi.
Gambar 3.24 Overlay AC-BC

 Pemadatan awal (Breakdown Rolling)

- Suhu pemadatan awal antara 125ºC-145ºC (Aspal Pen),

dan 130ºC-150ºC (Asbuton Murni atau Modifikasi)

- Peralatan pemadatan Penggilas Roda Baja (Steel wheel

roller/Tandem Roller).

- Roda penggerak saat pemadatan berada didepan.

- Kecepatan alat pemadat tidak lebih besar dari 4 km/jam.

- Sambungan melintang dikerjakan terlebih dahulu dengan

membuat sambungan memanjang sebagai media

sepanjang (60-100) cm lebar gilasan 15 cm pada campuran

yg belum dipadatkan, lalu padatkan sambungan melintang

dengan lebar area 15 cm yg dipa datkan.

- Jumlah Pemadatan sesuai jumlah passing hasil percobaan.


 Prosedur Pemadatan ;

Jika lajur berdampingan dengan lajur lain yg telah dihampar padat.

- Pemadatan sambungan melintang.

- Pemadatan sambungan memanjang.

- Pemadatan tepi luar.

- Pemadatan pertama Break Down Rolling dimulai dari sisi

terendah menuju ke yang lebih tinggi.

- Pemadatan kedua sesuai prosedur (4).

- Pemadatan akhir Break Down Rolling.

Jika lajur tidak berdampingan dengan lajur lain.

- Pemadatan sambungan melintang.

- Pemadatan tepi luar.

- Pemadatan pertama Break Down Rolling dimulai dari sisi

terendah menuju ke yang lebih tinggi.

- Pemadatan kedua sesuai prosedur (3).

- Pemadatan akhir Break Down Rolling.

 Pemadatan antara (Intermediate Rolling)

- Suhu pemadatan antara 90ºC-125ºC untuk Aspal Pen dan

95ºC-130ºC untuk bitumen asbuton murni atau modifikasi

atau sesuai dengan instruksi direksi.

- Peralatan pemadatan Penggilas Roda Karet Pneumatic

Tire Roller (PTR)


- Jumlah lintasan (passing) sesuai standar percobaan

pemadatan yang disetujui.

- Selama proses pemadatan roda alat pemadat dibasahi

dengan air yang dicampur sedikit deterjen, hindari

penyiraman yg berlebihan.

- Kecepatan alat pemadat tidak lebih besar dari 10 km/jam.

- Proses pemadatan, harus menerus tidak boleh terputus.

Gambar 3.25 Pemadatan Awal dengan Tandem Roller

 Pemadatan akhir

- Suhu pemadatan 90 C-125 C untuk Aspal Pen dan 95 C-

130 C untuk bitumen asbuton murni atau

modifikasi.Peralatan pemadatan Penggilas Roda Baja

(Steel wheel roller/Tandem Roller). atau sesuai dengan

instruksi direksi

- Kecepatan alat pemadat tidak lebih besar dari 4 km/jam.


- Jumlah lintasan (passing) sesuai standar percobaan

pemadatan yang disetujui.

Gambar 3.26 Pemadatan Akhir dengan Tire Roller

6.3 Bahan Anti Pengelupasan

Bahan anti pengelupasan hanya digunakan jika Stabilitas

Marshall Sisa (IRS – Index of Retained Stability) atau nilai Indirect

Tensile Strength Ratio (ITSR) campuran beraspal sebelum ditambah

bahan anti pengelupasan lebih kecil dari yang disyaratkan. Jika bahan

anti pengelupasan harus digunakan maka sebelum bahan anti

pengelupasan ditambahkan ke dalam campuran, Stabilitas Marshall

sisa (setelah direndam 24 jam 60°C) haruslah min.75%.

Stabilitas Bahan anti pengelupasan (anti striping agent) harus

ditambahkan dalam bentuk cairan di timbangan aspal AMP dengan

mengunakan pompa penakar (dozing pump) sesaat sebelum


dilakukan proses pencampuran basah di pugmil. Penambahan bahan

anti pengelupasan ke dalam ketel aspal hanya diperkenankan atas

persetujuan Pengawas Pekerjaan. Kuantitas pemakaian aditif anti

striping dalam rentang 0,2% - 0,4% terhadap berat aspal. Bahan anti

pengelupasan harus digunakan untuk semua jenis aspal tetapi tidak

boleh digunakan pada aspal modifikasi yang bermuatan positif.

Persyaratan bahan anti pengelupasan haruslah memenuhi Tabel

6.3.2.6) dan kompabilitas dengan aspal disyaratkan dalam Tabel

6.3.2.7).
VI. DIVISI 7. STRUKTUR

7.1 PEKERJAAN PLAT DUIKER (Beton Fc’ 20 MPa) DAN BAHU

JALAN (Beton Fc’ 15 MPa)

Pada pekerjaan Struktur di proyek ini terdiri dari dua pekerjaan

yaitu Pekerjaan Plat Duiker dengan Beton Struktur Fc’ 20 Mpa dan

Pekerjaan Bahu Jalan dengan Beton Struktur Fc’ 15 Mpa.


Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen

hidraulik yang setara, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan

atau tanpa bahan tambah membentuk massa padat.

Gambar 3.27 Pengecoran Plat Duicker Fc’20 Mpa


Gambar 3.28 Pengecoran Bahu Jalan Fc’15 Mpa

VII. DIVISI 9. PEKERJAAN HARIAN DAN PEKERJAAN LAIN-LAIN

9.1 MARKA JALAN TERMOPLASTIK

Cat marka jalan thermoplastic merupakan jenis cat yang terbuat

dari bahan material resin sintetis dan manik-manik kaca campuran

yang digunakan untuk keselamatan jalan.

Penggunaan campuran resin sintetis dan manik kaca (glass bead)

pada cat thermoplastic tersebut bertujuan untuk penggunaan jangka

panjang dengan sifat reflektif khusus. Sehingga, garis marka akan

tetap terlihat jelas meski di waktu malam hari nan gelap.


Gambar 3.29 Proses Marka Jalan

 Jenis Bahan Marka Jalan

Ada berbagai jenis material marka jalan yang tersedia di pasaran

saat ini, dengan performa dan harga yang berbeda-beda. Penggunaan

bahannya sendiri menggunakan cat yang mengandung pelarut dan cat

yang mengandung air, thermoplastik (termasuk pita preformed), dan

plastik dingin. Karena ketersediaan material marka jalan yang

melimpah, tidak mudah untuk mengklasifikasikannya.

Selama 100 tahun terakhir, teknologi cat yang mengandung pelarut

ini sering menjadi bahan dalam berbagai keperluan. Teknologi ini

berkembang pesat seiring dengan kemampuannya bertahan dalam

berbagai kondisi. Termasuk karena aplikasinya yang konsisten di

bawah suhu rendah dan kelembaban tinggi.


Kemudian pada 1990-an, cat modern berbasis resin akrilik pun

mulai banyak yang memanfaatkannya. Karena lebih cepat kering,

tetapi cat ini memiliki kekurangan. Selama hujan, cat ini terhanyut

karena memiliki ketahanan pencucian yang buruk di bawah

kelembaban tinggi dan suhu rendah.

Cat thermoplastic yang akan kami tawarkan sebagai penyedia jasa

marka jalan tentu saja sangat layak sebagai bahan untuk pengecatan

marka jalan. Secara struktural, cat ini terdiri dari dua komponen, yaitu

thermoplastik dan cat air. Keduanya mengering di lokasi aplikasi

karena reaksi kimia. Thermoplastik membutuhkan panas untuk

aplikasi, sementara cat mengering setelah penguapan media pelarut.

Bahan marka jalan thermoplastic tetap menjadi salah satu bahan

marka jalan paling sukses yang masih digunakan. Padahal teknologi

ini berusia 80 tahun. Mereka terdiri dari hidrokarbon padat atau resin

alkid bercampur dengan pigmen dan pengisi serta manik-manik kaca.

Resin berasal dari sumber daya alam terbarukan, perkebunan pohon

pinus, dan sulingan minyak bumi.

Massa thermoplastic diproduksi pada suhu tinggi. Kemudian bahan

dikeringkan dan dibuat palet atau dibentuk sebelumnya ke bentuk

marka jalan khusus yang diinginkan dengan menggunakan kendaraan

khusus. Kendaraan atau alat ini tidak seperti truk yang menyemprotkan

cat di jalan. Aplikasi ini membutuhkan pemanasan ulang thermoplastik

hingga sekitar 200 °C untuk melelehkannya.


Penggunaan bahan cat termoplastik cukup beragam. Mulai sebagai

material untuk pembuatan marka garis, penyeberangan pejalan kaki,

dan berbagai rambu di permukaan jalan. Hebatnya di iklim yang

hangat, marka thermoplastik sanggup bertahan tiga hingga enam

tahun. Jadi, marka jalan thermoplastic di lokasi proyek sangat pun

menjadi tipe rambu marka yang sangat populer.

Sampai di sini, jika Anda seorang kontraktor marka jalan yang

tengah menangani proyek layanan pengecatan marka jalan

thermoplastic, segera hubungi tim CS Solid Line. Dapatkan layanan

konsultasi gratis untuk proyek Anda.


BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Selama kami melaksanakan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN)

pada Pembangunan Ruas Jalan Rantepao Sa’dan Batusitanduk 3

bulan lamanya.Saya mendapatkan pengalaman,pengetahuan,dan

semua hal yang terkait dunia kerja.Sehingga saya dapat menambah

wawasan yang saya dapatkan selama ini,karena hanya dengan

praktik ini saya bisa mengetahui seberapa jauh pelajaran yang sudah

saya dapatkan di sekolah.Sehingga suatu saat nanti jika saya

memasuki dunia kerja tidak akan ragu melakukannya,karena

sebelumnya sudah mempunyai pengalaman yang baik.

4.2 SARAN

a. Pihak sekolah agar dapat memantau kegiatan siswa yang sedang

melaksanakan PRAKERIN secara intensif sehingala segala

kesulitan yang timbul dapat dipecahkan bersama.

b. Kerjasama yang telah terjalin antara Pembimbing di duna Industri

dengan SMK Negeri 1 Luwu Utara diharapkan terus terjalin pada

masa-masa yang akan datang.

c. Untuk sekolah hendaknya lebih meningkatkan sosialisasi ke dunia

industri,untuk lebih mengetahui kemajuan di dunia industri.

d. Dan juga guru-guru agar selalu memberikan motivasi,bimbingan

dan keringanan siswa/siswi yang sedang PRAKERIN.


DAFTAR PUSTAKA

https://www.kerkuse.id/2019/02/pengamanan-lingkungan-hidup-pekerjaan-

kontraktor.html

Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal

Bina Marga. 2018. Spesifikasi Umum 2018 Untuk Pekerjaan

Konstruksi Jalan dan Jembatan Revisi 2.

Kegiatan Mobilisasi Proyek Konstruksi - Ragam Teknik

(fretswilsonlosa.blogspot.com)

Manajemen Lalu Lintas/Definisi manajemen lalu lintas - Wikibuku bahasa

Indonesia (wikibooks.org)

RENCANA MANAJEMEN DAN KESELAMATAN LALU LINTAS

(123dok.com)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Biodata Siswa

NIS /NISN : 20.6496/006996449

Nama Lengkap : Indah Lestari

Tempat & Tanggal Lahir : Salu Sappang, 06 Januari 2006

Alamat Lengkap : Salu Sappang, Desa Bungadidi

B. Riwayat Pendidikan Format & Non-Formal

1. SDN 107 Lagego, lulus tahun 2017

2. UPT SMP Negeri 1 Tanalili, lulus tahun 2020

C. Riwayat Pengalaman berorganisasi / Bekerja

1.

2.

Bone-Bone, 02 November 2022

FOTO

3X4
(Indah Lestari)

Anda mungkin juga menyukai