Anda di halaman 1dari 12

PROSIDING TPT XXXI PERHAPI 2022

KARAKTERISASI PASIR KUARSA DI DAERAH


BANGKA SEBAGAI BAHAN BAKU PANEL SURYA
1)*
Syafrizal, 2)Akmal Yahya Hidayat, 3)Wirandika Mayzzani
Hadiana, 4)Mirza Dian Rifaldi, 5)Periska Rasma
1)
Kelompok Keahlian Eksplorasi Sumber Daya Bumi,
Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan,
Institut Teknologi Bandung, Indonesia,
2)
Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas
Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut
Teknologi Bandung, Indonesia

* corresponding authors: syafrizal@mining.itb.ac.id

ABSTRAK

Pemanfaatan energi surya sebagai salah satu sumber energi terbarukan sedang menjadi perhatian di
dunia. Dalam energi surya, radiasi matahari diubah menjadi arus listrik dengan menggunakan panel
surya yang bahan bakunya terbuat dari bahan semikonduktor. Bahan semikonduktor yang biasa
digunakan dan mudah diperoleh adalah silikon. Keterdapatan silikon di alam jarang ditemukan dalam
bentuk bebas, namun dapat dijumpai dalam bentuk senyawa silika (SiO2) pada mineral kuarsa. Potensi
akan pasir kuarsa di Indonesia sebenarnya cukup melimpah, namun pemanfaatan pasir kuarsa sebagai
bahan baku panel surya masih belum terlalu masif dikaji. Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi
pasir kuarsa di daerah Bangka serta kemungkinan pemanfaatannya sebagai bahan baku panel surya.
Karakterisasi pasir kuarsa dilakukan menggunakan analisis Scanning Electron Microscope (SEM), X-
Ray Fluorescence (XRF), dan Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry (ICP-MS). Spesifikasi
pasir kuarsa yang dapat dijadikan bahan baku panel surya adalah memiliki kandungan silicon dioxide
≥ 99,7%, iron oxide ≤ 85 ppm, titanium oxide ≤ 140 ppm, dan alumunium oxide ≤ 500 ppm. Berdasarkan
hasil analisis yang dilakukan, sampel pasir kuarsa di daerah Bangka memiliki kandungan silicon
dioxide 69,817%–95,604%, iron oxide 11294,63–18014,22 ppm, titanium oxide 131,78–417,03 ppm,
dan alumunium oxide 2645,3–17213,35 ppm. Dengan demikian, pasir kuarsa di daerah Bangka belum
memenuhi spesifikasi sebagai bahan baku panel surya. Pasir kuarsa di daerah Bangka kemungkinan
masih berpotensi sebagai bahan baku panel surya, namun dibutuhkan proses pemurnian yang kompleks
yang mungkin dengan biaya yang mahal.

Kata kunci: karakterisasi, pasir kuarsa, panel surya

ABSTRACT

Utilization of solar energy as a renewable energy source is becoming an important concern throughout
the world. In solar energy, solar radiation is converted into electric current by using solar panels whose
raw materials are made of semiconductor materials. The semiconductor material commonly used and
obtained is silicon. The presence of silicon in nature is rarely found in its free form, but can be found
in the form of silica compounds (SiO2) in quartz minerals. The potential of quartz sand in Indonesia is
actually quite abundant, but the use of quartz sand as raw material for solar panels is still not too
massive. In this study, the characterization of quartz sand in Bangka area and the possibility of its use
as raw material for solar panels was carried out. Quartz sand characterization was carried out using
Scanning Electron Microscope (SEM), X-Ray Fluorescence (XRF), and Inductively Coupled Plasma
Mass Spectrometry (ICP-MS) analysis. The specification of quartz sand as raw material for solar
panels contains silicon dioxide ≥ 99.7%, iron oxide ≤ 85 ppm, titanium oxide ≤ 140 ppm, and aluminum
oxide ≤ 500 ppm. Based on the results of the analysis carried out, samples of quartz sand in Bangka
area contain silicon dioxide content of 69.817%–95.604%, iron oxide 11294.63–18014.22 ppm,

21
PROSIDING TPT XXXI PERHAPI 2022

titanium oxide 131.78–417.03 ppm, and aluminum oxide 2645.3– 17213.35 ppm. Thus, the quartz sand
in Bangka area has not met the specifications as raw material for solar panels. Quartz sand in Bangka
area still has potential as raw material for solar panels, but it requires a complex and expensive
purification process.

Keywords: characterization, quartz sand, solar panels

A. PENDAHULUAN

Pemanfaatan energi terbarukan untuk mereduksi penggunaan energi fosil saat ini menjadi perhatian
penting di seluruh dunia. Salah satu energi terbarukan yang memiliki potensi cukup besar adalah energi
surya. Dalam energi surya, radiasi matahari diubah menjadi arus listrik dengan menggunakan panel
surya yang bahan bakunya terbuat dari bahan semikonduktor. Bahan semikonduktor yang biasa
digunakan dan mudah diperoleh adalah silikon. Keterdapatan silikon di alam jarang ditemukan dalam
bentuk bebasnya, namun dapat dijumpai dalam bentuk senyawa silika (SiO2) dalam mineral kuarsa.

Indonesia sebenarnya memiliki potensi pasir kuarsa yang melimpah. Berdasarkan data Neraca Sumber
Daya dan Cadangan Mineral, Batubara, dan Panas Bumi Indonesia tahun 2020, Indonesia memiliki
total sumber daya pasir kuarsa sebesar 2,1 miliar ton dan total cadangan sebesar 332 juta ton
(Kementerian ESDM, 2020). Potensi akan pasir kuarsa tersebut tersebar hampir di seluruh wilayah
Indonesia, terutama pada daerah dengan litologi batuan granit atau batuan felsik yang kaya akan mineral
kuarsa. Salah satu daerah di Indonesia yang dilewati sabuk granitik adalah Pulau Bangka.

Meskipun Indonesia memiliki potensi akan pasir kuarsa yang melimpah, pemanfaatan pasir kuarsa
sebagai bahan baku panel surya masih belum terlalu masif. Di Indonesia, pasir kuarsa banyak
dimanfaatkan sebagai bahan baku kaca, bahan bangunan, hingga sebagai bahan baku semen. Padahal,
apabila potensi pasir kuarsa bisa dimksimalkan sebagai bahan baku panel surya tentu akan
meningkatkan nilai ekonomis dari pasir kuarsa dan mendukung perkembangan energi terbarukan,
khususnya energi surya di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data
karakterisasi pasir kuarsa di Pulau Bangka untuk mengetahui apakah pasir kuarsa tersebut memenuhi
persyaratan sebagai bahan baku panel surya atau tidak.

B. TINJAUAN UMUM

Penelitian ini dilakukan di Pulau Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan mengambil
sampel penelitian berjumlah 17 (tujuh belas) buah. Rincian jumlah sampel yang diambil beserta lokasi
pengambilannya yaitu 7 (tujuh) buah sampel diambil di Desa Perlang, Kecamatan Lubuk Besar,
Kabupaten Bangka Tengah, 8 (delapan) buah di Desa Mapur, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten
Bangka, dan 2 (dua) buah di Desa Pemali, Kecamatan Pemali, Kabupaten Bangka. Sampel pada
penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) jenis, yaitu sampel tailing, timbunan, dan aluvial. Terdapat dua jenis
sampel tailing, yaitu sampel pasir kuarsa yang diambil di daerah bekas penambangan timah dan sampel
pasir kuarsa yang menjadi produk samping proses pemurnian timah. Sampel timbunan merupakan
sampel pasir kuarsa yang sudah ditambang lalu ditimbun di tempat penimbunan. Sementara itu, sampel
aluvial merupakan sampel hasil endapan pasir kuarsa yang terakumulasi di pantai.

22
PROSIDING TPT XXXI PERHAPI 2022

Gambar 1 Peta Lokasi Pengambilan Sampel di Desa Perlang

Gambar 2 Peta Lokasi Pengambilan Sampel di Desa Mapur

Gambar 3 Peta Lokasi Pengambilan Sampel di Desa Pemali

Secara umum wilayah Kepulauan Bangka Belitung dilewati oleh sabuk timah Asia Tenggara. Sabuk
timah ini memanjang utara-selatan dengan panjang 2800 km dan lebar 400 km, membentang dari
Myanmar, Thailand Semenanjung Malaysia hingga Kepulauan Bangka Belitung. Sebanyak 9,6 juta ton
timah atau setara dengan 54% produksi timah dunia berasal dari kawasan ini (Schwartz dkk., 1995).

23
PROSIDING TPT XXXI PERHAPI 2022

Gambar 4 Sabuk Timah Asia Tenggara (dimodifikasi dari Ng dkk., 2017)

Lokasi Penelitian termasuk pada Peta Geologi Lembar Bangka Utara (Mangga dan Djamal, 1994) dan
Peta Geologi Lembar Bangka Selatan (Margono dkk., 1995) dengan umur batuan Perem hingga
Kuarter. Wilayah Bangka Utara memiliki struktur geologi berupa sesar naik, sesar geser, sesar normal,
lipatan, kekar dan kelurusan. Lipatan terjadi pada batuan Perem dan Trias yang terpotong oleh sesar-
sesar. Selain itu, terdapat pula deformasi yang terjadi dalam tiga tahap. Pertama, deformasi yang berarah
timur laut-barat daya (NE-SW) dan terbentuk pada Masa Paleozoikum akhir. Kedua, deformasi berarah
barat laut-tenggara (NW-SE) yang terbentuk pada pada Zaman Trias-Jura. Ketiga, deformasi berarah
timur laut-barat daya (NE-SW) yang terbentuk pada Zaman Kapur. Pola sesar yang berarah utara-
selatan merupakan pola sesar yang paling muda (Mangga dan Djamal, 1994).

Sementara itu, struktur geologi yang teramati di Peta Geologi Lembar Bangka Selatan adalah kelurusan,
lipatan dan sesar. Wilayah Bangka Selatan memiliki kelurusan terutama pada granit dengan arah
beragam. Lipatan terdapat pada satuan batupasir dan batulempung Formasi Tanjung Genting dan
Formasi Ranggam dengan kemiringan antara 18-75o. Sumbu lipatan diduga berarah timur laut-barat
daya (NE-SW). Dua jenis sesar yang berkembang adalah sesar mendatar dan sesar normal. Sesar
mendatar berarah timur laut-barat daya (NE-SW), sedangkan sesar normal berarah barat laut-tenggara
(NW-SE) (Margono dkk., 1995).

Struktur geologi yang terdapat di Pulau Bangka yaitu sesar naik, sesar geser, sesar normal, lipatan,
kekar, kelurusan, dan deformasi. Geomorfologi Pulau Bangka sebagian besar terdiri dari dataran
rendah, lembah dan sebagian kecil pegunungan serta perbukitan. Ketinggian dataran rendah rata-rata
sekitar 50 mdpl dan ketinggian daerah pegunungan seperti Gunung Maras memiliki ketinggian 699
mdpl.

24
PROSIDING TPT XXXI PERHAPI 2022

Gambar 5 Peta Geologi Pulau Bangka (dimodifikasi dari Mangga dan Djamal, 1994 serta Margono
dkk., 1995)

C. LANDASAN TEORI

Kuarsa merupakan mineral yang sangat umum dijumpai, mineral ini terdiri dari senyawa kimia silikon
dan oksigen dalam bentuk silikon dioksida (SiO2) yang biasa disebut silika. Kuarsa bukan hanya
mineral silika yang paling penting, tetapi juga melimpah di kerak bumi. Mineral kuarsa bisa dijumpai
pada batuan beku, batuan metamorf dan batuan sedimen (Götze, 2012). Pasir kuarsa merupakan hasil
dari pelapukan batuan beku felsik seperti batu granit, gneiss atau batuan lainnya yang mengandung
mineral utama kuarsa. Komposisi kimia pasir kuarsa di Indonesia secara umum sebagai berikut: SiO 2
55,30-99,87%, Fe2O3 0,01-9,14%, Al2O3 0,01-18,00%, TiO2 0,01-0,49%, CaO 0,01-3,24%, MgO 0,01-
0,26%, dan K2O 0,01-17.00% (Mulyani, 2012).

Sejauh ini, pemanfaatan pasir kuarsa terbesar ada dalam sektor industri pembuatan kaca. Pasir silika
dengan kemurnian tinggi digunakan dalam industri pembuatan kaca yang menghasilkan kaca wadah,
kaca pelat datar, kaca khusus dan fiberglass. Karena kuarsa merupakan material abrasif, pasir kuarsa
yang digiling halus dapat digunakan untuk sand blasting, scouring cleaners, grinding media, dan
sebagai bahan dasar amplas. Kuarsa sangat tahan terhadap bahan kimia dan panas, oleh karena itu, pasir
kuarsa sering digunakan sebagai bahan campuran dalam pengecoran. Dengan titik leleh lebih tinggi
dari kebanyakan logam, pasir kuarsa dapat digunakan sebagai bahan cetakan berbagai logam
(Balasubramanian, 2017). Selain itu, silikon yang diambil dari pasir silika dengan kemurnian sangat
tinggi dapat dimanfaatkan sebagai bagahan baku panel surya karena memiliki efisiensi konversi energi
yang tinggi, biaya produksi yang relatif rendah dibandingkan jika menggunakan unsur lain, jumlah di
alam yang melimpah, ramah lingkungan, dan menunjukkan stabilitas jangka panjang (Xakalashe,
2012).

Berdasarkan Laporan Galalar Silica Sands Project yang digagas oleh Diatreme Resources pada tahun
2020, pasir kuarsa yang digunakan sebagai bahan baku panel surya membutuhkan spesifikasi seperti
yang tertera pada Tabel 1.

25
PROSIDING TPT XXXI PERHAPI 2022

Tabel 1 Spesifikasi Pasir Kuarsa Sebagai Bahan Baku Panel Surya (Diatreme Corporate
Presentation, 2020)

No Kandungan Kadar
1 Silicon dioxide ≥ 99.7%
2 Iron oxide ≤ 85 ppm
3 Titanium dioxide ≤ 140 ppm
4 Alumunium oxide ≤ 500 ppm
Ukuran Partikel: 109-700 mikron (24-140 mesh)

Raw material pada Galalar Silica Sands Project diambil dari pasir kuarsa dengan spesifikasi seperti
yang tertera pada Tabel 2.

Tabel 2 Spesifikasi Raw Material Pasir Kuarsa Galalar Silica Sands Project (Diatreme Corporate
Presentation, 2020)

Kemurnian kuarsa alami dapat ditingkatkan melalui kombinasi perlakuan gelombang mikro, magnetik
dan kimia untuk menghasilkan bahan baku yang layak dalam produksi solar grade silicon. Akan tetapi,
proses pemurnian ini dapat meningkatkan biaya produksi dan membutuhkan biaya yang mahal (Zhong,
2021).

D. METODOLOGI PENELITIAN

Sampel penelitian diambil dengan metode grab sampling menggunakan sekop lalu dimasukkan ke
dalam plastik ziplock ukuran 2 kg. Informasi mengenai sampel bisa dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Informasi Sampel

Kode Sampel Kode Sampel


No Tipe Sampel Lokasi
Lapangan Analisis
1 SS 01 TA-1 Tailing Perlang
2 SS 02 TA-2 Tailing Perlang
3 SS 03 TA-3 Tailing Perlang
4 SS 04 PA-1 Timbunan Perlang
5 SS 05 PA-2 Timbunan Perlang
6 SS 06 PA-3 Timbunan Perlang
7 SS 07 TA-4 Tailing Perlang
8 TIM 01 TB-1 Tailing Mapur
9 TIM 02 TB-2 Tailing Mapur
10 TIM 03 TB-3 Tailing Mapur
11 TIM 04 PB-1 Timbunan Mapur

26
PROSIDING TPT XXXI PERHAPI 2022

Kode Sampel Kode Sampel


No Tipe Sampel Lokasi
Lapangan Analisis
12 TIM 05 PB-2 Timbunan Mapur
13 PML 01 TC-1 Tailing Pemali
14 PML 02 TC-2 Tailing Pemali
15 MPR 01 PB-3 Timbunan Mapur
16 MPR 02 PB-4 Timbunan Mapur
17 PNT AB-1 Aluvial Mapur

D.1. Preparasi Sampel

Preparasi sampel yang dilakukan adalah penjemuran sampel, coning and quartering, dan pengayakan
sampel. Setelah proses pengayakan selesai terdapat 5 (lima) fraksi ukuran sampel pasir kuarsa, yaitu
sampel dengan fraksi ukuran +35 mesh, -35+60 mesh, -60+80 mesh, -80+120 mesh, dan -120 mesh.
Distribusi ukuran pasir kuarsa per fraksi dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Diagram Batang Distribusi Pasir Kuarsa per Fraksi

Sebelum analisis ICP-MS, dilakukan preparasi berupa panning untuk memisahkan kuarsa dengan
mineral pengotor lainnya berdasarkan perbedaan densitas, lalu dilakukan picking terhadap butiran
kuarsa.

D.2. Analisis Grain Counting

Analisis Grain Counting dilakukan pada 17 (tujuh belas) sampel untuk mengetahui keterdapatan
mineral pada semua sampel beserta kadarnya. Kegiatan analisis grain counting dilakukan
menggunakan mikroskop binokuler di Laboratorium Mineralogi, Mikroskopi, dan Geokimia Program
Studi Teknik Pertambangan ITB.

Gambar 7 Mineral yang Teridentifikasi pada Kegiatan Grain Counting


27
PROSIDING TPT XXXI PERHAPI 2022

Data kadar mineral rata-rata hasil analisis grain counting dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Diagram Batang Kadar Mineral Rata-rata Hasil Analisis Grain Counting

Berdasarkan hasil analisis grain counting yang dilakukan pada 17 (tujuh belas) sampel, dipilih 8
(delapan) buah sampel yang mewakili lokasi pengambilan sampel dan memiliki kemurnian pasir kuarsa
tertinggi. Kedelapan sampel tersebut adalah sampel PA-1, PA-2, PA-3, TB-2, TB-3, PB-2, PB-3, dan
PB-4. Pada tahap selanjutnya dilakukan analisis SEM, XRF, dan ICP-MS pada kedelapan sampel hasil
reduksi.

E. HASIL DAN PEMBAHASAN

E.1. Hasil Analisis Scanning Electron Microscope (SEM)

Analisis SEM dilakukan untuk melihat kenampakan butiran mineral secara mikroskopis dengan
resolusi yang lebih tinggi. Pengamatan ini akan memberikan informasi gambar topografi permukaan,
bentuk, dan ukuran butiran mineral. Analisis SEM dilakukan pada sampel PA-1, PA-2, PA-3, TB-2,
TB-3, PB-2, PB-3, dan PB-4 pada fraksi -35+60 mesh dengan perbesaran 30x. Kegiatan analisis SEM
dilakukan di Laboratorium Hidrogeologi Program Studi Teknik Pertambangan ITB dengan metode
area analysis, dan spot analysis pada butiran dengan kadar unsur yang tinggi.

Gambar 9 Fotomikrograf Sampel PA-3

28
PROSIDING TPT XXXI PERHAPI 2022

Gambar 10 Hasil Spot Analysis PA-3

Berdasarkan Analisis SEM, terdapat 2 (dua) buah unsur dengan kelimpahan tinggi, yaitu Si dan Al.
Kandungan Al yang tinggi menjadi perhatian dikarenakan berdasarkan spesifikasi pasir kuarsa sebagai
bahan baku panel surya Al berperan sebagai pengotor pada pasir kuarsa dengan parameter teretera
seperti pada Tabel 1. Semua sampel pasir kuarsa memiliki tingkat kebundaran beragam mulai dari sub-
angular, angular, sampai very angular. Berdasarkan Gambar 6, semua sampel pasir kuarsa yang
dianalisis memiliki distribusi ukuran paling banyak berada di fraksi +35 mesh.

E.2. Hasil Analisis X-Ray Fluorescence (XRF)

Analisis XRF dilakukan untuk mengetahui kandungan unsur oksida mayor yang terdiri dari 10 unsur
utama penyusun batuan. Analisis ini dilakukan pada sampel PA-1, PA-2, PA-3, TB-2, TB-3, PB-2, PB-
3, dan PB-4 dengan fraksi -35+60 mesh. Kegiatan analisis XRF dilakukan di Laboratorium
Hidrogeologi Program Studi Teknik Pertambangan ITB. Berdasarkan hasil analisis XRF diketahui
beberapa unsur oksida mayor memiliki memiliki kelimpahan yang sangat sedikit di bawah detection
limit. Unsur oksida mayor tersebut adalah MnO, MgO, dan K2O. Sementara itu, unsur oksida mayor
TiO2 hanya dijumpai pada sampel TB-3.

Tabel 4 Hasil Analisis XRF yang Sudah Dinormalisasi

Major PA-1 PA-2 PA-3 TB-2 TB-3 PB-2 PB-3 PB-4


No
Oxide (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
1 SiO2 90.221 95.604 87.800 92.378 69.817 93.338 83.497 93.023
2 TiO2 0.278
3 Fe2O3 0.305 0.070 0.369 0.052 0.054
4 Al2O3 7.832 3.300 10.900 6.818 29.049 5.782 15.618 6.092
5 MnO
6 MgO
7 CaO 0.124 0.113 0.110 0.109 0.094 0.087 0.098 0.108
8 Na2O 0.998 0.099 0.277 0.136 0.330 0.182 0.247 0.144
9 K2O
10 P2O5 0.520 0.814 0.544 0.507 0.432 0.610 0.540 0.579
Total 100 100 100 100 100 100 100 100

29
PROSIDING TPT XXXI PERHAPI 2022

Kadar SiO2 pada semua sampel cukup bervariasi mulai dari 69,817% hingga 95,604%. Berdasarkan
hasil analisis XRF, mineral pengotor dengan kadar tertinggi adalah Al 2O3 dengan kadar 3,3% sampai
29.049%. Selain menjadi pengotor dengan kadar tertinggi, Al2O3 dapat dijumpai di semua sampel.

E.3. Hasil Analisis Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry (ICP-MS)

Analisis ICP-MS dilakukan untuk mengetahui kandungan unsur pada sampel pasir kuarsa dengan batas
deteksi yang sangat rendah. Analisis ini dilakukan pada sampel PA-1, PA-2, PA-3, TB-2, TB-3, PB-2,
PB-3, dan PB-4. Berdasarkan analisis ICP-MS diketahui kelimpahan 60 (enam puluh) unsur yang terdiri
dari 9 (sembilan) unsur mayor dan 51 (lima puluh satu) unsur jejak. Kegiatan analisis ICP-MS
dilakukan di Laboratorium PT Intertek Utama Service.

Tabel 5 Kelimpahan Unsur Mayor Hasil Analisis ICP-MS dalam Bentuk Oksidanya

IDENT (ppm) TiO2 Fe2O3 Al2O3 MnO MgO CaO Na2O K2O
PA-1 168.48 12295.42 7841.43 130.41 49.75 111.94 161.76 1337.11
PA-2 131.78 16155.61 2645.30 171.73 66.33 111.94 80.88 204.78
PA-3 296.92 12438.39 17213.35 139.45 66.33 125.93 148.28 843.22
TB-2 295.25 11294.63 2796.46 123.96 66.33 125.93 121.32 204.78
TB-3 417.03 18014.22 10770.15 188.52 66.33 83.95 94.36 252.97
PB-2 155.13 15583.73 3438.89 161.40 49.75 97.94 107.84 301.15
PB-3 305.26 14154.03 6726.62 162.69 530.62 615.65 337.00 361.38
PB-4 225.19 15154.82 3930.16 162.69 132.66 139.92 94.36 240.92

E.4. Kelayakan Pasir Kuarsa di Daerah Bangka sebagai Bahan Baku Panel Surya

Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwasannya semua sampel pasir kuarsa belum memenuhi spesifikasi
pasir kuarsa sebagai bahan baku panel surya. Sampel PA-1 dan PA-2 yang diambil dari daerah Perlang
serta sampel TB-2, PB-2, dan PB-4 yang diambil dari daerah Mapur memiliki kandungan SiO2 cukup
tinggi (>90%) dan berpotensi dapat dijadikan sebagai raw material atau bahan baku panel surya. Akan
tetapi, agar sampel-sampel pasir kuarsa tersebut memenuhi spesifikasi sebagai bahan baku panel surya
diperlukan proses pemurnian lebih lanjut.

Tabel 6 Perbandingan Spesifikasi Pasir Kuarsa Sebagai Bahan Baku Panel Surya dengan Sampel
Pasir Kuarsa

Silicon dioxide Iron oxide Titanium dioxide Alumunium oxide


(%) (ppm) (ppm) (ppm)
Spesifikasi* ≥ 99.7 ≤ 85 ppm ≤ 140 ppm ≤ 500 ppm
PA-1 90.221 12295.42 168.48 7841.43
PA-2 95.604 16155.61 131.78 2645.30
PA-3 87.800 12438.39 296.92 17213.35
TB-2 92.378 11294.63 295.25 2796.46
TB-3 69.817 18014.22 417.03 10770.15
PB-2 93.338 15583.73 155.13 3438.89
PB-3 83.497 14154.03 305.26 6726.62
PB-4 93.023 15154.82 225.19 3930.16
*Spesifikasi Galalar Silica Sands Project

30
PROSIDING TPT XXXI PERHAPI 2022

E.5. Potensi Lain Pemanfaatan Pasir Kuarsa di Daerah Bangka

Pasir kuarsa PA-1, PA-2, PA-3, TB-2, TB-3, PB-2, PB-3, dan PB-4 dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku di berbagai sektor industri mulai dari industri alat optik, kaca, keramik, pemurnian logam, hingga
sebagai campuran dalam bahan bangunan. Selain itu, terdapat potensi lain yang tidak kalah
menguntungkan pada endapan pasir kuarsa di daerah Bangka. Pasir putih yang terbentang luas dengan
keindahan alamnya memiliki daya tarik sendiri sehingga cocok apabila dijadikan sebagai tempat wisata.

F. KESIMPULAN

Spesifikasi pasir kuarsa sebagai bahan baku panel surya Galalar Silica Sands Project yang digagas oleh
Diatreme Resources pada tahun 2020 adalah memiliki kandungan silicon dioxide ≥ 99.7%, iron oxide
≤ 85 ppm, titanium oxide ≤ 140 ppm, dan alumunium oxide ≤ 500 ppm. Berdasarkan hasil analisis yang
dilakukan, sampel pasir kuarsa di daerah Bangka memiliki kandungan silicon dioxide 69,817%–
95,604%, iron oxide 11294,63–18014,22 ppm, titanium oxide 131,78–417,03 ppm, dan alumunium
oxide 2645,3–17213,35 ppm. Dengan demikian, pasir kuarsa di daerah Bangka belum memenuhi
spesifikasi sebagai bahan baku panel surya. Pasir kuarsa di daerah Bangka masih berpotensi sebagai
bahan baku panel surya, namun dibutuhkan proses pemurnian yang kompleks dengan biaya yang mahal.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan terima kasih kepada LPPM ITB sebagai penyedia dana Program Pengabdian
Masyarakat ITB 2022 Skema Bottom-Up yang mendukung penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Balasubramanian, A. (2017). Quartz Group of Minerals. DOI: 10.13140/RG.2.2.21495.52648.

Diatreme Corporate Presentation. (2020). Advanced, High Grade, Low-Cost Silica Project Located
Adjacent the World’s Largest Silica Mine. Coorparoo: Diatreme Resources.

Götze, J. (2012). Classification, Mineralogy and Industrial Potential of SiO2 Minerals and Rocks.
Quartz: Deposits, Mineralogy and Analytics. DOI: 10.1007/978-3-642-22161-3_1.

Kementerian ESDM. (2020). Neraca Sumber Daya dan Cadangan Mineral, Batubara, dan Panas Bumi
Indonesia Tahun 2020. Jakarta: Pusat Mineral Batubara dan Panas Bumi.

Mangga, A. S., dan Djamal, B. (1994). Peta Geologi Lembar Bangka Utara, Sumatra. Bandung: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Margono, U., Supandjono, R., dan Partoyo, E. (1995). Peta Geologi Lembar Bangka Selatan, Sumatra.
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Mulyani, S. Y. (2012). Naskah Ilmiah Kajian Lingkungan Pemanfaatan Pasir Kwarsa. Bandung:
Kementrian Pekerjaan Umum Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Penelitian dan
Pengembangan Jalan dan Jembatan.

Ng, S. W. P., Whitehouse, M. J., Roselee, M. H., Teschner, C., Murtadha, S., Oliver, G. J. H., Ghani,
A. A., dan Chang, S. C. (2017). Late Triassic granites from Bangka, Indonesia: A continuation of
the Main Range granite province of the South-East Asian Tin Belt. Journal of Asian Earth
Sciences, 138, 548–561. Diakses dari https://doi.org/10.1016/j.jseaes.2017.03.002.

Schwartz, M. O., Rajah, S. S., Askury, A. K., Putthapiban, P., dan Djaswadi, S. (1995). The Southeast
Asian tin belt. Earth Science Reviews, 38(2–4), 95–293.

31
PROSIDING TPT XXXI PERHAPI 2022

Xakalashe, B. S. (2012). Silicon Processing: From Quartz to Crystalline Silicon Solar Cells.
Johannesburg: NTNU.

Zhong, T., Yu, W., She, C., dan Wu, X. (2021). Research on Preparation and Characterisation of
High-purity Silica Sands by Purification of Quartz Vein Ore from Dabie Mountain. DOI:
doi:10.1007/s12633-021-01217-x.

32

Anda mungkin juga menyukai