Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN AKHIR MAGANG

MERDEKA BELAJAR KAMPUS MERDEKA

DI PERUMDA TIRTANADI

PROVINSI SUMATERA UTARA

OLEH:
JULIO A. C. SIREGAR
190405178

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program MBKM (Merdeka Belajar-Kampus Merdeka) merupakan salah satu kebijakan


dari mentri Pendidikan dan kebudayaan, yang bertujuan menyiapkan mahasiswa menghadapi
perubahan sosial, budaya, dunia kerja dan kemajuan teknologi yang pesat. Program MBKM
memberikan peluang bagi mahasiswa/I di seluruh Indonesia untuk dapat mengenali potensi
diri, mengasah potensi tersebut dan dapat mengaplikasikan potensi yang dimiliki melalui
praktek kerja atau pengalaman belajar langsung ke dunia kerja sebagai bentuk
mempersiapkan diri menuju dunia kerja yang sesungguhnya.

Kota medan merupakan kota metropolitan dan memiliki jumlah penduduk sebesar
2.527.050 jiwa. Diperkirakan kebutuhan air bersih kota medan sebesar 11.000 liter/detik,
Dalam Perpres nomor 33 tahun 2011 tentang kebijakan nasional pengelolaan sumber daya air
disebutkan bahwa dalam pemenuhan air bersih manusia dapat melakukan berbagai upaya
untuk mendapatkannya dan dalam usaha pemenuhan kebutuhan air bersih untuk masyarakat
tidak akan terlepas dari proses penyediaan/produksi air bersih. Pelayanan air bersih di kota
medan secara khusus, dan beberapa daerah di provinsi sumatera utara dilakukan oleh
Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi. PERUMDA Tirtanadi merupakan badan usaha
milik pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara dalam bidang pelayanan air minum.

Air merupakan kebutuhan dasar bagi manusia karena diperlukan antara lain untuk
rumah tangga, industry, pertanian dan juga menjadi derajat Kesehatan manusia. Air bersih
ialah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
Kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Menurut Notoatmodjo (2007) air
minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat Kesehatan dan dapatt langsung
diminum, Agar air minum tidak dapat menyebabkan penyakit maka, air yang baik untuk
diminum harus sudah memenuhi Peraturan Menteri Kesehatan nomot
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum.

PERUMDA Tirtanadi kota medan sebagai salah satu instansi pemerintahan yang
mengadakan program magang bersertifikat dengan kerja sama antar Universitas Sumatera
Utara (USU). Dengan adanya program ini, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan
keahlian yang didapatkan selama program magang berlangsung serta menjadi sumber daya
manusia yang siap bersaing dalam dunia industri. Mahasiswa sebagai salah satu asset sumber
daya manusia (SDM) harus bisa menyesuaikan dan mengembangkan diri terhadap
lingkungan yang akan dihadapi dengan cara membekali diri melalui Program Magang
Bersertifikat (MBKM) agar bisa menyesuaikan dengan keterampilan dunia kerja nantinya.

1.2 Tujuan Magang

Adapun tujuan dari dilaksanakannya program magang dengan mitra kerja ialah sebagai
berikut:
1. Menjadikan mahasiswa sebagai sumber daya manusia yang memiliki kemampuan
profesional yang dibutuhkan dalam dunia kerja
2. sebagai sarana bagi mahasiswa untuk dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang
diperoleh di bangku kuliah
3. melatih mental kerja mahasiswa untuk dapat menjalin kerja sama dengan lingkungan yang
baru yang memiliki kebudayaan dan karakter yang berbeda serta sebagai tempat untuk
menambah relasi.

1.3 Manfaat Magang

1.3.1 Manfaat Untuk Usu

Adapun manfaat yang didapatkan oleh perguruan tinggi dari dilaksanakannya program
magang adalah sebagai berikut:

1. kegiatan magang dapat meningkatkan Kerjasama yang baik antara perguruan tinggi dan
mitra magang
2. kegiatan magang dapat meningkatkan kualitas Pendidikan sehingga sesuai dengan
perkembangan dunia industry
3. Perguruan tinggi akan lebih dikenal di dunia industri

1.3.2 Manfaat untuk Mitra magang

Adapun manfaat yang bisa didapatkan oleh perumda tirtanadi kota medan dari
dilaksannakanya program magang adalah sebagai berikut:

1. dapat menjalin hubungan baik dengan Lembaga Pendidikan khususnya fakultas Teknik
universitas sumatera utara
2. sebagai bahan masukan bagi pimpinan perusahaan dalam rangka memajukan
pembangunan di bidang Pendidikan
3. sebagai sumbangan perusahaan dalam memajukan pembangunan di bidang Pendidikan

1.3.3 Bagi Mahasiswa

Adapun manfaat yang bisa didapatkan oleh mahasiswa dari dilaksannakanya program magang
adalah sebagai berikut:

1. memahami berbagai aspek perusahaan seperti aspek Teknik proses, aspek pemasaran,
organisasi, ekonomi, pernyediaan dan sebagainya
2. memperoleh kesemoatan untuk melatih keteramoukan dakan nekajya pekerjaan atau
kegiatan lapangan
3. dapat membandingkan teori-teori yangbdiperoleh diperuliahan dengan paraktek secara
lamgsug dilapangan.

1.4 Tujuan Spesifik magang

Adapun tujuan spesifik magang yang penulis bahs selama kegiatan magan di PERUMDA
tirtanadi kota medan yaitu:

1. kumpulan kegiatan-kegiatan harian yang dilakukan selama magang yang diarahkan oleh
kepala bagian dan operator bagian
2. proses pengolahan air baku yang ada di PERUMDA Tirtanadi kota Medan,
BAB II

PROFIL MITRA MAGANG

2.1 Sejarah Perusahaan

PDAM Tirtanadi pertama kali didirikan oleh pemerintah Belanda pada tanggal 8
September 1905 dengan nama N.V. Waterleiding Maatschappij Ajer Beresih yang berkantor
pusat di Amsterdam, Belanda. Pada saat itu kapasitas air sebesar 3000 m3/hari dengan sumber
utama berasal dari mata air .Rumah Sambul di Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara. Air
tersebut kemudian ditransmisikan ke Reservoir Menara Jl. Kapitan dengan kapasitas 1200
m3. Namun setelah kemerdekaan Indonesia, perusahaan ini diserahkan kepada Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara oleh Pemerintah Indonesia. Hingga akhirnya pada tahun 1979
berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Tingkat I Sumatera Utara No.11 tahun 1979 dan
berpedoman pada Undang-Undang No. 5 tahun 1962, ditetapkan nama perusahaan menjadi
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi dengan statusnya merupakan salah satu
Badan Usaha Milik Daerah Provinsi Sumatera Utara Tingkat I yang bergerak di bidang
penyediaan dan pendistribusian air minum untuk wilayah Kota Medan dan sekitarnya. Selain
melayani kebutuhan air minum masyarakat wilayah kota medan dan sekitarnya, Perumda
Tirtandi juga bergerak dalam pengolahan limbah domestik. Perumda tirtanadi berupaya untuk
mengembangkan cakupan pelayanan untuk seluruh masyarakat Provinsi Sumatera Utara.
Sehingga pada tanggal 17 Juli 1999 dilakukan penandatangan naskah perjanjian kerjasama
operasi dengan beberapa kabupaten di Sumatera Utara, seperti Kabupaten Simalungun, Toba
Samosir, Samosir, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, Nias, Nias Selatan,
dan Deli Serdang.

Sampai dengan akhir tahun 1995, PERUMDA Tirtanadi telah memiliki pipa jaringan
air bersih sepanjang 4.379,9 km dengan pelanggan sebanyak 188.360. Sejalan dengan
perkembangan kota di dalam berbenah diri untuk dapat mengikuti laju pembangunan
nasional, pertambahan pelanggan serta peluasan wilayah akan sangat erat dengan tingkat
kemampuan perusahaan dalam mengantisipasi dan memenuhi tingkat kebutuhan air bersih.
Secara garis besar daerah operasional PERUMDA Tirtanadi dikelompokkan menjadi 2
bagian, yaitu :
1. Wilayah Pelayanan I ( Kota Medan dan sekitarnya ) yang terdiri dari cabang cabang :
a. Cabang Utama
b. Cabang Sei Agul
c. Cabang Padang Bulan
d. Cabang Medan Denai
e. Cabang Belawan
f. Cabang Tuasan
g. Cabang Sunggal
h. Cabang Deli Tua
i. Cabang H. M. Yamin 11
j. Cabang Diski
k. Cabang Amplas

2. Daerah Operasional 2 (Kerjasama Operasi/Kerjasama Manajemen) yang terdiri dari :


a. Kabupaten Deli Serdang
b. Simalungun
c. Toba Samosir
d. Mandailing Natal
e. Tapanuli Tengah
f. Nias
g. Tapanuli Selatan
h. Kabupaten Labuhan Batu

2,2 Struktur Organisasi

PDAM Tirtanadi adalah Badan Usaha Milik Daerah Sumatera Utara yang sampai saat ini
landasan hukum pendiriannya masih berdasarkan UU Nomor 5 tahun 1962 dan UU Nomor 6
tahun 1969 dengan landasan pendirian yang diatur dengan peraturan daerah , baik dengan
status provinsi maupun kabupaten/kota (Suciyanti dan Putri, 2018). Struktur Organisasi
diperlukan untuk membedakan batas-batas wewenang dan tanggung jawab secara sistematis
yang menunjukkan adanya hubungan / keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Demi tercapainya tujuan umum suatu instansi diperlukan suatu
wadah untuk mengatur seluruh aktivitas maupun kegiatan instansi tersebut. Pengaturan ini
dihubungkan dengan pencapaian instansi yang telah diteapkan sebelumnya. Wadah tersebut
disusun dalam suatu struktur organisasi dalam instansi. Melalui struktur organisasi yang baik,
pengaturan pelaksanaan dapat diterapkan, sehingga efisiensi dan efektivitas kerja dapat
diwujudkan melalui kerja sama dengan koordinasi yang baik sehingga tujuan perusahaan
dapat dicapai. Suatu instansi terdiri dari berbagai unit kerja yang dapat dilaksanakan
perseorangan, maupun kelompok kerja yang berfungsi melaksanakan serangkaian kegiatan
tertentu dan mencakup tata hubungan secara vertikal melalui saluran tunggal
Gambar 2.3 Struktur Organisasi PERUMDA Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara
Sumber: pdamtirtanadi.co.id, 2023
2.2.1 Deskripsi Jabatan

Adapun rincian tugas dan wewenang dari direksi adalah sebagai berikut:

a. Direktur Utama

Direktur Utama sebagai pimpinan perusahaan bertanggung jawab kepada Gubernur Provinsi
Sumatera Utara dengan uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Memimpin dan mengendalikan kegiatan dan jalannya perusahaan.


2. Menetapkan dan menyelenggarakan kebijakan serta strategi perusahaaan.
3. Memajukan, meningkatkan dan mempertahankan kinerja serta mengelola kekayaan
perusahaan
4. Mengangkat, memutasikan, mempromosikan dan memberhentikan pegawai.
5. Melaksanakan semua tugas diperusahaan dan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Gubernur Sumatera Utara

Dalam melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya, direktur utama dibantu oleh:
direktur air minum, direktur administrasi dan keuangan, direktur air limbah, kepala 11
penelitian dan pengembangan, satuan pengawas intern, public relations, staf ahli direksi, unit
layanan pengadaan, dan pengawasan kualitas barang.

b. Direktur Air Minum

1. Melaksanaan koordinasi dengan Direksi lainnya


2. Mengambil kebijakan dan strategi perusahaan dalam bidang perencanaan dan produksi
3. Membantu Direksi Utama dalam membuat keputusan, kebijaksanaan dan strategi dalam
pengembangan perusahaan
4. Dapat bekerja sama dengan Direktur Utama maupun antar anggota Direksi
5. Mengambil langkah-langkah pembinaan personil pada unit kerja dibawahnya.

Dalam melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya, Direktur Air Minum
dibantu oleh: ka. Divisi Perencanaan, ka. Divisi Sistem Manajemen, ka. Divisi Produksi, ka.
Divisi PKA, ka. Divisi Transmisi Distribusi dan ka. Peralatan Teknik
1. Divisi Peralatan dan Teknik

Divisi Peralatan dan Teknik bertanggung jawab kepada Direktur Air Limbah dan
membawahi bidang pemeliharaan mekanikal dan elektrik, bidang pemeliharaan komputer
dan komunikasi dan ka. Bengkel. Dengan uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang
sebagai berikut.

a. Merencanakan dan melaksanakan program divisi peralatan teknik.


b. Melakukan uji coba terhadap barang peralatan teknik maupun peralatan elektronik
sebelum di gunakan perusahaan
c. Mengatur dan mengendalikan penyimpanan barang–barang peralatan teknik dengan baik
dilengkjapi dengan identitas barang sebelum dipergunakan perusahaan
d. Membuat dan menyampaikan laporan bulanan perkembangan divisi peralatan teknik
dilengkapi dengan evaluasinya
e. Membimbing, mengatur dan memberdayakan pegawai untuk kepentingan pelaksanaan
tugasnya.
f. Mengendalikan pekerjaan perbengkelan berikut sarana dan prasarana pendukung kerja.
g. Senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam
lingkup tugasnya.
h. Merekomendasikan pembuatan alat – alat bantu yang bersifat teknis atau memperbaiki
peralatan teknik seluruh sistem perusahaan

2. Kepala Divisi Perencanaan

Divisi Perencanaan bertanggung jawab kepada direktur air minum dengan uraian tugas,
wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut

a. Melakukan koordinasi dengan divisi-divisi lain yang berhubungan dengan divisinya


b. Merencanakan dan melaksanakan program kerja Divisi Perencanaan
c. Menetapkan kebijaksanaan/strategi berupa pedoman perencanaan standard biaya
pelaksanaan untuk pekerjaan sipil, mekanikal & elektrikal dan mengevaluasinya secara,
berkala
d. Mempersiapkan dan memberikan bahan untuk keperluan rapat baik internal maupun
eksternal.
e. Mengkoordinir penyusunan rencana anggaran pendapatan, biaya tahunan perusahaan
f. Melakukan tindakan pengawasan dan pengarsipan gambar as built drawing atau
sejenisnya yang telah dilaksanakan
g. Membuat dan menyampaikan laporan bulanan perkembangan Divisi Perencanaa
dilengkapi dengan evaluasinya
h. Melaksanakan semua tugas perusahaan dan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur
Perencanaan
i. Menetapkan spesifikasi bahan kimia dan peralatan diluar kebutuhan sistem informasi
j. Memberikan rekomendasi atas spesifikasi yang dibutuhkan oleh semua bidang yang
belum ditetapkan standardnya Membimbing, mengatur dan memberdayakan pegawai
untuk kepentingan pelaksanaan tugasnya
k. Mengantisipasi dan mengatasi permasalahan dalam divisi perencanaan baik internal
maupun eksternal.
l. Menyerahkan hasil pengolahan data sesuai dengan kebutuhan kepada divisi terkait. m.
Memberikan saran dan pertimbangan mengenai langkah-langkah yang perlu diambil
dalam tugasnya kepada Direktur Perencanaan dan Produksi.
m. Senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam
lingkup tugasnya.

c. Direktur Administrasi dan Keuangan

Direktur Administrasi dan Keuangan selaku anggota Direksi bertanggung jawab kepada
Direktur Utama dengan uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Melaksanakan koordinasi dengan Direktur lainnya


b. Mengambil kebijakan dan strategi perusahaan dalam bidang Administrasi dan Keuangan
c. Membantu Direktur Utama dalam membuat keputusan, kebijaksaan dan strategi dalam
pengembangan perusahaan
d. Dapat bekerjasama dengan Direktur Utama maupun antar anggota Direksi
e. Mengambil langkah-langkah pembinaan personil pada unit kerja di bawahnya. Bersama-
sama dengan Direktur Utama dan atau anggota Direksi lainnya yang ditunjuk Direktur
Utama menandatangani suratsurat dan dokumen-dokumen untuk kepentingan
perusahaan. Dalam melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya
Dalam melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya, Direktur Administrasi dan
Keuangan dibantu oleh: ka. Divisi Keuangan., ka. Divisi Umum, ka. Divisi Sumber Daya
Manusia, ka. Divisi SIM, ka. Divisi Aset Manajemen, ka. Divisi Hublang

1. Kepala Divisi Umum

Kepala divisi Umum bertanggung jawab kepada Direktur Administrasi dan Keuangan
dengan uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Mencatat, menyimpan, mengamankan dan memelihara dokumen perusahaan


b. Mengatur penggunaan dan pemeliharaan sarana, ruangan kerja di kantor pusat
c. Menetapkan pelaksana pengadaan barang dan jasa sesuai peraturan yang ditetapkan
d. Mengantisipasi dan mengatasi permasalahan dalam Divisi Umum baik internal maupun
eksternal
e. Memberi izin atas penggunaan dan penempatan barang – barang inventaris perusahaan
f. Melaksanakan dan menetapkan pelaksana, pengadaan barang dan jasa sesuai dengan
peraturan yang ditetapkan
g. Memenuhi permintaan barang – barang tertentu sesuai dengan kualitas secara efektif dan
efisien

d. Direktur Air Limbah

Direktur Air Limbah selaku anggota Direksi bertanggung jawab kepada Direktur Utama
dengan uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Dapat bekerjasama dengan Direktur Utama maupun antar anggota Direksi.


b. Mengambil langkah-langkah pembinaan personil pada unit kerja di bawahnya.
c. Bersama-sama dengan Direktur Utama dan atau anggota Direksi lainnya yang ditunjuk
Direktur Utama menandatangani surat-surat dan dokumendokumen untuk kepentingan
perusahaan
d. Dapat mengambil keputusan yang berhubungan dengan lingkup tugasnya yang menjadi
wewenang Direktur Utama dalam hal Direktur Utama berhalangan
e. Menyelenggarakan kebijakan dan strategi perusahaan dibidang Operasi. Visi dan Misi
PERUMDA Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara
Berdasarkan situs resmi dari PERUMDA Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara, visi dan
misi PERUMDA Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara antara lain:

1. Visi Perumda Tirtanadi yaitu : PERUMDA Tirtanadi menjadi perusahaan pengelola air
minum dan air limbah yang terdepan di Indonesia, sehat dan memberikan pelayanan prima
kepada pelanggan.

2. Misi PERUMDA Tirtanadi yaitu :

a. Memberikan pelayanan air minum kepada masyarakat yang memenuhi azas kualitas,
kuantitas, dan kontinuitas serta keterjangkauan masyarakat dengan menerapkan Good
Corporate Govermance yang didukung oleh SDM yang berintegritasi, berkemampuan
dan professional
b. Menunjang peningkatan kualitas lingkungan dengan mengembangkan pelayanan air
limbah
c. Memberikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan asli daerah dan membantu
mengembangkan daerah.

3. Tujuan Pokok PERUMDA Tirtanadi :

a. Mengembangkan perekonomian Daerah


b. Pendapatan asli daerah
c. Menyelenggarakan pelayanan air minum
d. Memenuhi persyaratan Kesehatan
e. Memberikan pelayanan penyaluran air limbah

2.3 Kegiatan Produksi Operasional PERUMDA Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara

Pada tanggal 10 September 2009, telah ditandatangani Peraturan Daerah Provinsi


Sumatera Utara No 10 Tentang Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi yang menyatakan
bahwa tujuan pokok PERUMDA Tirtanadi adalah untuk mengelola dan menyelenggarakan
pelayanan air minum yang memenuhi persyaratan kesehatan dan untuk mengembangkan
perekonomian daerah, meningkatkan pendapatan daerah, serta meningkatkan kualitas
lingkungan dengan memberikan pelayanan pengumpulan dan penyaluran air limbah melalui
sistem perpipaan dalam rangka untuk mencapai kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
BAB III

PELAKSANAAN MAGANG

3.1 Posisi/kedudukan Kegiatan Magang PERUMDA Tirtanadi

Kegiatan magang di perumda Tirtanadi merupakan program magang mitra Universitas


Sumatera Utara yan bekerja sama dengan kampus merdeka. Penulis ditempatkan pada
beberapa cabang PERUMDA Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara seperti IPAM Tirtanadi
Martubung, IPAL Tirtanadi Cemara, IPAM Tirtanadi Hamparan Perak. Penulis
melaksanakan kegiatan magang selama 2 bulan dari akhir oktober hingga pertengahan januari
dengan ditempatkan di beberapa bagian serta tugas pokok dari dan fungsi yang telah
diterapkan dan dilaksanakan

3.1.1 Posisi/kedudukan Kegiatan Magang PERUMDA Tirtanadi

Pelaksanaan magang yang dilaksanakan penulis di IPAM Tirtanadi Martubung dimulai


dengan pembekalan, pengenalan mengenai IPAM Martubung serta pembagian kedudukan
magang/tugas mahasiswa magang MBKM yan dibimbing oleh Ibu anita selaku kepala bagian
umum dan bapak taufik selaku kepala bagian pengolahan. Dalam pembekalan, mahasiswa
diberikan pemaparan materi menyangkut IPAM Martubung dan pengenalan secara langsung
dilapangan terkait dengan proses pengolahan air minum yang dilakukan oleh IPAM
Martubung. Proses pengolahan air minum IPAM Martubung berbahan dasar air sungai yang
akan dialirkan pada water jump. Penulis diajak langsung melihat dan mempelajari bagaimana
proses pemompaan air sungai ke intake, dari intake selanjutnya akan dikirim pada pusat
pengolahan IPAM Martubung. Alur proses pengolahan air baku pada IPAM Martubung
dimulai dari intake, water jump, bak koagulan, bak flokuasi, settler, bak filtrasi dan reservoir,
ruang finish water pump(FWP). Penulis juga melakukan pengenalan pada laboratorium, uji
pH dan kekeruhan (turbidity) air.

Adapun tugas dan tanggung jawab yang diberikan selama magang di IPAM Tirtanai
Martubung ialah:
1. Melakukan uji kekeruhan (turbidithy) air reservoir dan air baku setiap satu jam sekali
dengan menggunakan alat turbidiy meter

Gambar 3.1 melakukan uji kekeruhan (turbidity)


2. Melakukan uji pH air reservoir setiap satu jam sekali dengan menggunakan alat
pengukur pH

Gambar 3.2 Melakukan uji pH air reservoir


3. Melakukan uji lab seperti uji kandungan aluminium, ammonia, ammonia nitrat, besi,
sulfat

Gambar 3.3 melakukan uji-uji lab


4. Mengaktifkan dan menonaktifkan pompa FWP (Finish Water Pump) sesuai dengan jawal
operasionalnya

Gambar 3.4 Melakukan pergantiian pompa FWP


5. Mengamati proses pembersihan/pencucian bak filtrasi yang bertujuan untuk
membersihkan filter dari flok-flok yang mengendap dan flok-flok yang tertangkangkap
sehingga filter dapat kembali beroperasi dengan optimal

Gambar 3.5 Proses pencucian bak filtrasi


6. melakukan pendosisan PAC sebagai koagulan dalam proses koagulasi dan flokuasi.
Pendosisan PAC dapat dilakukan dengan melakukan jar test. Tujuannya ialah untuk
memastikan pendosisan koagulan PAC liquid yang akan digunakan berdasarkanhasil jar
test yang telah dilakukan atau berdasarkan table pendosisan PAC liquid. Untuk
mengetahui pendosisan PAC liquid berdasarkan kalibrasi diperlukan rumus perhitungan
yaitu :
Gambar 3.6 melakukan jar test
7. Melakukan proses Back Wash pada Filter. Pada unit filter ini, flok-flok halus yang tidak
tertangkap oleh settler pada clarifier akan disaring dan lambat laun media filter seperti
pasir silika akan penuh dengan flok halus sehingga dilakukanlah proses backwash.
Tujuan dari proses ini adalah untuk membersihkan media filter dari endapan flok-flok
halus yang tersaring dengan menggunakan pompa back wash sehingga flok-flok yang
ada di permukaan media filter akan bersih dari flok-flok yang sebelumnya terdapat pada
permukaan media filter dan flok-flok tersebut akan terbuang melalui jalur drainase
menuju lagoon. Setelah dilakukan proses back wash ini media filter dapat berfungsi
kembali secara efektif

Gambar 3.7 proses back wash bak filtrasi


3.1.2 Posisi/kedudukan Magang di IPAL Tirtanadi Cemara

Kegiatan magang dilakukan penulis di IPAL Tirtanadi cemara dimulai dengan


pembekalan, pengenalan mengenai IPAL Cemara serta pembagian kedudukan magang/tugas
mahasiswa magang MBKM yang dibimbing oleh ibu Evi Parapat selaku kepala bagian
pengolahan di IPAL Cemara. dalam pembekalan mahasiswa dierikan pemaparan materi yang
menyangkut IPAL Cemara dan pengenalan secara langsung terkait dengan proses
pengolahan air limbah di IPAl cemara yang dimulai dari inlet, screw pump,screen, grit
chamber, splitter box, uasb(up flow an aerobic sludge bank), sludge drying beds, aerated
and facultative pond, outlet. Selama kegiatan magang penulis ditempatkan di ruang operasi
dan laboratorium. Adapun tugas dan tanggung jawab yang diberikan selama magang antara
lain

1. melakukan pengecekan ketinggian air pada inlet setiap satu jam sekali
2. melakukan pergantian screw pump yang beroperasi melakukan pergantian screw pump
yang beroperasi
3. melakukan pengecekan screen yang terdiri dari screen kasar dan screen halus
4. melakukan pembersihan pada reactor uasb dari lumut dan rumput-rumput yang
mengganggu
5. melakukan penyedotan lumpur menggunakan sludge pump
6. melakukan pendataan jumlah debit air outlet dan ph outlet setiap pagi
7. penulis ditempatkan pada bagian laboratorium dan melakukan uji kandungan klor,
bod,cod, ammonia, aluminium fosfat, sulfat, sulfur dan ammonia pada sampel outlet
8. melakukan uji pH sampel inlet setiap pagi hari

3.1.3 Posisi/kedudukan Magang di IPAM Hamparan Perak

Kegiatan magang dilakukan penulis di IPAM Hamparan Perak dengan pembekalan,


pengenalan mengenai IPAM Hamparan Perak serta pembagian kedudukan magang/tugas
mahasiswa magang MBKM oleh pak Parlindungan Sormin selaku kepala bagian pengolahan
di IPAM Hamparan Perak dalam pembekalan mahasiswa diberikan pemaparan materi yang
menyangkut pengolahan air minum yang dilakukan di IPAM Hamparan perak mulai dari
intake, bak koagulasi, bak flokuasi, ruang chlorine, bak pengumpulan, bak filtrasi, reservoir,
ruang pompa, dan sludge lagoon serta pengenalan laboratorium, uji pH dan kekeruhan
(turbidity) air. Adapun tugas dan tanggung jawab yang diberikan selama magang antara lain
1. Melakukan uji kekeruhan (turbidty) air reservoir dan air baku setiap satu jam sekali

2. Melakukan pengecekan level ketinggian air sungai pada intake

3. Melakukan uji laboratorium seperti uji fostat, sulfat, mangan, besi, aluminium, dan
ammoniak

4. melakukan pengecekan sampah pada screen yang terdapat pada bak pengumpulan

5. melakukan jar test yang bertujuan untuk mengetahui dosis PAC yang didigunakan dalam
proses koagulasi

6. mengamati proses backwah bak filtrasi.. Pada unit filter ini, flok-flok halus yang tidak
tertangkap oleh settler pada clarifier akan disaring dan lambat laun media filter seperti pasir
silika akan penuh dengan flok halus sehingga dilakukanlah proses backwash.

3,2 Metodologi Penyelesaian Tugas

Pada bab ini, penulis memaparkan tentang alur proses pengolahan air sungai mejadi air
bersih/minum. Pada bab ini penulis hanya memaparkan alur proses pengolahan IPAM
Martubung sebagai perwakilan dari seluruh bagian/tempat magang yang dilaksanakan oleh
penulis. Instalasi pengolahan air minum (IPAM) Martubung merupakan salah satu unit
pengolahan air milik PERUMDA Tirtanadi dengan sumber air baku dari air sungai deli.
Lokasi PDAM tirtanadi cabang IPA Martubung terletak di jln. Platina IV Gg. Bilal, besar, kec.
Medan Labuhan, kota medan, sumatera utara. Jarak tempuh dari kota medan untuk mencapai
IPA Martubung ialah kurang lebih 15 KM. Pengolahan pada IPA Martubung memiliki
kapasitas produksi 200 Liter/detik.

Proses pengolahan air di IPA Martubung bersumber dari air sungai deli. Upaya
pengolahan air sungai deli dilakukan lewat suatu system pengolahan yang terdiri dari
serangkaian unit yang saling mendukung dengan diagram alir pengolahan. IPA Martubung
memiliki unit pengolahan dari bendungan, intake, Raw Water Tank (RWT), Raw Water Pump
(RWP) Clarifier, Filtrasi, dan Reservoir. Adapun Diagram alir dapat dilihat pada gambar
berikut:

Intake Prasedimentasi Koagulasi Flokuasi

Reservoir Desinfeksi Filtrasi Sedimentasi

Pelanggan

Gambar 3.10 Diagram Proses Pengolahan Air

Proses pengolahan air bersih di IPA Martubung didesain untuk menghasilkan air yang
layak untuk dikonsumsi masyarkat bagaimanapun kondisi cuaca dan lingkungan. IPA
Martubung didesain harus sederhana,efektif, tahan lama, dan murah dalam pembiayaan.
Proses pengolahan air bersih di IPA Marubung dimulai dari intake, Prasedimentasi,
Koagulasi, Flokuasi, Sedimentasi, Filtrasi, Desinfeksi, rervoir, lalu didistribusikan ke
pelanggan. Ir yang diproduksi akan diuji kualitasnya di laboratorium sehingga air yang di
produksi memenuhi standar Kesehatan air bersih, Permenkes No. 2 Tahun 2023.

Proses pengolahan air bersih di IPA MArtubung diuraikan seperti dibawah ini

1. Intake

Kondisi intake sangat berpengaruh dalam suplai air yang akan diolah. Untuk menjamin
suplai air cukup, intake diletakkan di lokasi yang mudah di capai dan direncanakan untuk
mensuplai jumlah kuantitas air pada kualitas optimal yang memungkinkan. Intake pada IPA
Martubung terdapat dipinggir sungai deli, dimana akan dikirimkan cukup jauh ke pengolahan
yang berjarak sekitar 3 km. Suplai air sungai memanfaatkan kecepatan dan arah aliran sungai
deli. Pemilihan site untuk intake pada sungai didasarkan pada:

a) perolehan kualitas air baku yang dapat disuplai ke pengolahan air


b) prediksi kemungkinan perubahan arah dan kecepatan aliran sungai
c) meminimalkan efek dari banjir, kotoran mengapung dan gelombang aliran
d) tersedia akses untuk perbaikan dan perawatan
e) fleksibel terhadap kenaikan dan penurunan muka air
f) didapatkan kondisi geologi terbaik

2. Prasedimentasi

Bangunan pengendap pertama dalam pengolahan ini berfungsi untuk mengendapkan


partikel-partikel padat dari air sungai dengan cara gravitasi. Bak pengendap pada IPA
Martubung terdapat di intake.

3. Koagulasi

Koagulasi adalah proses pengadukan cepat dengan pembubuhan bahan kimia/koagulan


yang berfungsi untuk mengurangi gaya tolak-menolak antar partikel koloid kemudian
bergabung membentuk flok-flok. Koagulan adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada air
untuk membantu proses pengendapan partikel-partikel kecil yang tak dapat mengendap
dengan sendirinya. Unit ini berfungsi untuk membubuhkan koagulan secara teratur sesuai
dengan kebutuhan(dosis yang tepat). Pada proses pengolahan di IPA Martubung
pencampuran memanfaatkan tekanan air dari water jump. Kagulen yang digunakan ialah Poly
Aluminium Chloride (PAC). Penggunaan PAC pada proses koagulasi selalu dioptimalkan
agar di peroleh efesiensi pemakaian yang baik.

4. Flokuasi

Unit ini berfungsi untuk membentuk partikel padat yang lebih besar supaya dapat
diendapkan dari hasil reaksi partikel kecil dengan bahan/zat koagulan yang kita bububuhkan.

5. Sedimentasi

Proses Sedimentasi ini bertujuan untuk mengendapkan floc yang terbentuk pada bak
flokuasi. Pengendapan ini memanfaatkan gaya berat floc sendiri (Gravitasi). Pada proses ini
mulai dihasilkan air yang sudah mulai jernih dan disebut sebagai super natan.

6. Bak Filtrasi

Bak filtrasu merupakan tempat proses filtrasi berlangsung , jumlah dan ukuran bak
tergantung debit pengolahan. Pada proses pengolahan air di IPA Martubung digunakan pasir
malang sebagai media filter yang akan menjadi penyaring pada proses filtrasi.
7. Desinfeksi

Desinfeksi merupakan proses membunuh bakteri pathogen yang benyebarannya melalui


air. Desinfeksi yang dilakukan pada IPA Martubung dilakukan dengan klorinasi. Proses
klorinasi ialah pembubuhan klor atau senyawa klor kedalam air dengan tujuan membunuh
kuman atau bakteri pathogen dan untuk menghilangkan bau.

8. Reservoir

Berfungsi untuk menampung air yang akan didistribusikan ke konsumen air yang telah
melalui filter dan dapat digunakan sebagai air minum

9. lagoon

Lagoon sebagai tempat penampungan sludge (Lumpur) dari hasil pengolahan air. Air pada
lagoon akan dialirkan Kembali ke water jump untuk diolah Kembali menjadi air bersih.

IPA Martubung memiliki unit pengolahan dari bendungan, intake, Raw Water Tank
(RWT), Raw Water Pump (RWP), Clarifier, Bak filtrasi, dan reservoir.

1. Intake

Intake berfungsi untuk pengambilan air baku. Bangunan ini merupakan saluran yang
dilengkapi dengan screen (Saringan) yang berfungsi untuk mencegah masuknya sampah-
sampah berukuran besar dan kotoran yang terbawa oleh arus sungai.

2. Bak air baku (Raw Water Tank)

Bangunan ini berada setelah bangunan intake. Air baku yang berasal dari intake akan
dialirkan dengan memanfaatkan gaya gravitasi ke bak air baku. Bak ini berfungsi juga
sebagai tempat pengendapan awal partikel-partikel kasar dan lumpur yang terbawa dari
sungai dengan system sedimentasi.

3. Pompa air baku (Raw Water Pump)

Pompa air baku berfungsi untuk memompakan air dari RWT ke cleator (clarifier). RWP
terdiri dari 3 unit dimana 2 unit beroperasi dan 1 unit cadangan.

4. Cleator (Clarifier)

Dari intake air akan dialirkan ke bangunan cleator. Bangunan cleator merupakan
modifikasi dari bangunan bak koagulasi/flokuasi, Tube settler. Pada bangunan cleator ini
akan terjadi proses koagulasi, flokuasi, Sedimentasi (tube settler). Pada unit ini air akan
mengalir dari water jump dimana proses awal koagulasi dimulai, lalu dari proses koagulasi
selanjutnya akan melalui proses flokuasi dimana akan terbentuk flok-flok dari hasil campuran
koagulen dan lumpur, selanjutnya akan melalui proses sedimentasi dengan menggunakan
tube settler dimana pada bagian ini flok-flok yang terbentuk akan tertahan pada dinding
settler dan akan turun mengendap ke bagian dasar bak. Flok-flok yang terdapat pada dasar
bak akan terbuang secara otomatis. Air dari hasil proses ini disebut dengan super natan,
selanjutnya super natan akan dialirkan ke bak filtrasi.

5. Bak Filtrasi

Bak filtrasi merupakan tempat berlangsungnya proses filtrasi, yaitu proses penyaringan
flok-flok yang sangat kecil dan sangat ringan yang tidak bertahan dari settler. Bak filtrasi
pada IPA martubung menggunakan jenis saringan cepat berupa pasir silika dengan
menggunakan motor AC nominal daya 0,75 Kw. Filter ini berfungsi untuk menyaring
turbidity melalui pelekatan pada media filter.

6. Reservoir

Reservoir merupakan bangunan beton dibawah tanah yang berfungsi untuk menampung
air olahan setelah melalui media filter. Reservoir berfungsi untuk menampung air bersih yang
telah disaring melalui filter dan juga berfungsi sebagai tempat penyaluran air ke pelanggan.

7. Finish water Pump (FWP)

Finish Water Pump (FWP) ipa martubung memiliki 4 unit FWP yang berfungsi untuk
mendistribusikan air bersih dari reservoir instalasi ke bak penampungan distribusi cabang-
cabang melalui pipa-pipa transmisi yang dibagi menjadi 5 jalur. Finish Water Pump IPA
Martubung berjumlah 4 dimana 2 pompa akan beroperasi dan 2 pompa stand by.

8. Lagoon

Lagoon merupakan sebuah bak yang berfungsi sebagai media penampung air buangan
bekas pencucian system pengolahan dan kemudian air olahannya akan disalurkan Kembali ke
water jump untuk diproses Kembali.
BAB IV

TUGAS KHUSUS

4.1 EVALUASI KINERJA UNIT REAKTOR UPFLOW ANAEROBIC SLUDGE


BLANKET DAN EVALUASI KINERJA UNIT SLUDGE BED DRYING
4.1.1 Latar Belakang

Air limbah domestik dibedakan menjadi dua jenis yaitu greywater dan blackwater.
Air limbah jenis greywater dihasilkan dari kamar mandi, dapur, dan cucian, sedangkan
blackwater dihasilkan dari kakus. Limbah cair domestik cenderung bersifat
organomikrobiologis dan mengandung detergen. Hal ini dikarenakan kandungan pencemar
air limbah cenderung organik yang dapat didegradasi oleh mikroorganisme. Air limbah jenis
blackwater bersifat patogenik karena terkontaminasi oleh bakteri, virus, ataupun Protozoa.
Alternatif pengolahan yang paling ekonomis dan sederhana dalam mengolah greywater
adalah proses pengolahan biologi yang terbagi menjadi 2 yakni proses aerob yang
membutuhkan oksigen dan proses anaerob adalah proses biologi tanpa bantuan oksigen.
Pengolahan anaerob untuk air limbah domestik termasuk greywater adalah Septic Tank,
Imhoff Tank, Anaerobic Lagoon (AL), Anaerobic Filter (AF), dan Upflow Anaerobic Sludge
Blanket (UASB).

UASB (Upflow Anaerob Sludge Blanket) bisa disebut juga anaerobic granular sludge
adalah sebuah sistem dimana air limbah akan masuk kedalam tangki anaerobic yang sudah
terdapat sludge yang mengandung mikroorganisme atau bisa disebut sludge blanket
kemudian diproses sehingga menghasilkan biogas. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
adalah instalasi pengolahan yang berfungsi mengolah air limbah domestik maupun industri
agar tidak mencemari badan air. IPAL ini menghasilkan lumpur yang mengandung air, residu
organik, dan logam anorganik. Lumpur hasil IPAL dikelola pada unit Sludge Drying Bed (SDB)
dengan sistem pengeringan. Proses pengeringan dan laju pengeringan dapat dipengaruhi
oleh faktor suhu, kelembaban relatif, kadar air lumpur, pembentukan kerak, kecepatan
udara, dan adanya zat kimia (Danish et al., 2016). Proses pengeringan lumpur sendiri
menghadapi masalah penyediaan tempat pengeringan, pemanfaatan lumpur aktif yang
telah dikeringkan dan sangat bergantung pada faktor sinar matahari (Ummah, 2018)
4.1.2 Tujuan

Adapun tujuan khusus dari kerja praktek ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui bagaimana kinerja dari Unit Reaktor UASB

2. Mengetahui bagaimana kinerja dari Unit Sludge Bed Drying

4.1.3 Manfaat

Adapun manfaat yang didapat dari tugas khusus ini adalah menambah pengetahuan tentang
bagaimana kinerja dari Unit Reaktor UASB dan Unit Sludge Bed Drying

4.1.4 Metodologi

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Observasi lapangan

Metode yang dilakukan adalah dengan cara pengamatan langsung pada proses pengolahan
air.

2. Dokumentasi atau referensi

Metode yang dilaksanakan dengan cara pengambilan data melalui dokumen tertulis maupun
referensi yang tersedia dari PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Limbah Cemara

3. Studi literatur

Metode yang dilaksanakan dengan cara pengumpulan sumber-sumber literatur dari elektronik
yang berkaitan dengan laporan ini.

4.1.5 Hasil dan Pembahasan

A. Evaluasi Kinerja Unit Reaktor UASB

Sesuai dengan namanya, air buangan yang masuk dialirkan ke atas dan akan
mengalami kontak dengan mikroorganisme yang terdapat pada selimut lumpur. Pada selimut
lumpur ini terjadi proses pengolahan air buangan tersebut. Saat ini terdapat 1 (satu) unit
reaktor UASB dengan volume masing-masing 3.040 m3 (19,2 m x 9,02 m x 4,06 m). Dengan
waktu detensi rata-rata 7 (tujuh) jam, diharapkan efisiensi pemisahan BOD pada proses ini
adalah 79% (tujuh puluh sembilan persen). Dalam proses ini juga akan dihasilkan gas
methane yang dapat dimanfaatkan sebagai tenaga listrik. Namun saat ini system biogas pada
IPAL Cemara sedang tidak berfungsi sehingga gas yang terbentuk dari proses pengolahan air
limbah terbuang ke udara bebas. Hal ini disebabkan gas yang terbentuk dari proses
pengolahan air limbah lebih banyak terbuang ke udara.

Gambar 4.1 Unit Reaktor UASB

Design kriteria dari Reaktor UASB

Tabel 4.1 Design Kriteria dari Reaktor UASB

Average flow M3/H 1.253

Peak flow M3/H 2.605

BOD load Kg/d 7.948

COD load Kg/d 19.870

TSS load Kg/d 7.948

Minimum HRT H 3.5

Maximum HRT H 6

Max. volume per unit M3 5,000

Depth M 4

Max. area served by 1 inlet M2 3


Cara kerja UASB (Upflow Anaerobic Sludge Balnket)

Cara kerja reaktor ini pertama adalah air limbah masuk dari bagian bawah reaktor
kemudian dialirkan secara vertikal keatas. Air limbah akan melewati lapisan sludge bed. Pada
lapisan ini air limbah akan mengalami kontak dengan mikroba anaerob yang berbentuk
granula. Biogas yang terbentuk dari metabolisme anaerob akan bergerak keatas dan
mengakibatkan terjadinya proses vertikal mixing di dalam reaktor. Dengan demikian tidak
diperlukan alat mekanik untuk pengadukan didalam reaktor.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi kondisi reaktor UASB selama prose
pengoalahan limbah terjadi, antara lain Jika reaktor UASB terlalu asam maka akan
mengakibatkan kondisi reaktor overload. Hal ini Terjadi karena menurunnya volatil fatty
acids (VFAs) yang di produksi oleh bakteri asitogenik dan asetagenik dan energi kinetik
antara bakteri produsen asam dan pemakannya. Sebaliknya jika Ph menurun atau dalam
kondisi basa akan menyebabkan kondisi reaktor menjadi toxic atau beracun. Oleh karena itu
kondisi pH harus normal berdasarkan aturan kenormalan pH air limbah agar tidak overload
bahkan toxic atau beracun.

Selain pH yang mempengaruhi kondisi reaktor UASB adalah produksi biogas yaitu
metana. Jika produksi biogas rendah bisa berpotensi mengakibatkan overload pada reaktor
jika pH nya dalam kondisi asam, jika pH dalam kondisi basa akan mengakibatkan toxic pada
reaktor. Dengan demikian agar kondisi reaktor normal maka pH harus dalam keadaan normal
sesuai aturan kenormalan pH air limbah dan produksi biogas juga harus sedang.

Pada dasarnya kecepatan upflow dalam reaktor yang menyebabkan waktu kontak
antara substrat dan biomassa lebih baik dipengaruhi oleh laju alir umpan yang rendah yang
masuk ke reaktor. Hal ini didukung dengan pernyataaan dari (Ahmad 1999), yang
menyatakan tingginya tingkat penyisihan disebabkan oleh laju alir umpan yang rendah
sehingga mikroorganisme memiliki waktu yang lebih lama untuk mendegradasi senyawa
organik yang terkandung di dalam limbah cair yang diolah. Selain itu (Kristaufan, 2010), juga
menyatakan bahwa semakin rendah laju alir maka proses biodegradasi bahan konsentrasi
yang terdapat di dalam limbah berlangsung baik, karena kontak antara mikroorganisme
dengan limbah berlangsung cukup lama (Anindita, 2014).
Berikut data hasil uji beberapa parameter yang dilakukan untuk menentukan mutu kinerja
dari proses pengolahan air limbah di IPAL Cemara yang dilakukan pada tanggal 06 Oktober
2020:

Gambar 4.2 Laporan analisis kadar air limbah pada inlet

Gambar 4.3 Laporan analisis kadar air limbah pada outlet


Dari data hasil uji diatas dapat dilihat bahwa kadar air limbah hasil proses yang terjadi
di reactor UASB berada dibawah nilai kadar maks. menurut KepMenLHK No.P.68 Tahun
2016. Hal ini menunjukkan bahwa proses pengolahan air limbah di IPAL Cemara sudah
memenuhi baku mutu standar kadar air limbah.

Untuk mengetahui efisiensi kinerja dari reactor UASB dapat diperoleh dengan
menggunakan rumus:

(Pererva, 2014)

Dari hasil perhitungan diperoleh efisiensi kinerja dari reactor UASB sebesar 77%.
Dapat disimpulkan bahwa kinerja yang dilakukan reactor UASB dalam proses pengolahan air
limbah berlangsung secara efektif.

B. Evaluasi Kinerja Unit Sludge Bed Drying

Fungsi : Mengeringkan lumpur yang tidakdistabilkan

Kelebihan : - Mudah untuk dioperasikan sehingga tidak membutuhkan


operator berkemampuan khusus
- Padatan hasil pengeringan dapat dijadikan campuran bahan

Kompos

- Reduksi volume yang dihasilkan tinggi

- Dapat menyisihkan bakteri pathogen

Kekurangan : - Luas lahan yang dibutuhkan besar

- Hasil pengeringan tergantung pada kondisi cuaca

- Hanya dapat diaplikasikan pada musim kemarau atau

dilengkapi dengan atap pada musim penghujan

- Pembersihan padatan kering dilakukan secara manual atau

menggunakan alat khusus

- Berpotensi menimbulkan bau

Desain : Dalam satu unit SDB terdiri dari beberapa lapisan, yaitu lapisan

lumpur (20-30 cm), lapisan pasir berdiameter 0.3-1.2 mm

(7.5-15cm), lapisan kerikil berdiameter 9.5-25 mm (10-15


cm), lapisan kerikil berdiameter 2.5-7.6 mm (20-30 cm),

media penahan filter ( dapat berupa batu-batuan berdiameter

76mm atau batu bata), dan system drainase pada lapisan

untuk mengalirkan filtrate. Dasar SDB harus dirancang

memilik kemiringan 1% agar filtrat mengalir.

Sludge Drying Bed (SDB) merupakan teknik pengeringan lumpur yang paling banyak
digunakan. Jenis lumpur yang dapat dikeringkan dengan SDB adalah lumpur yang telah stabil
( telah melalui proses digestion) apabila lumpur tinja yang diolah masih muda. Lumpur akan
terkomposisi secara anaerobik dan berpotensi menimbulkan bau. Dalam penggunaan unit
SDB, perlu diperhatikan jumlah penduduk yang dilayani oleh ketersediaan lahan karena
semakin banyak jumlah penduduk yang dilayani maka lahan yang dibutuhkan lebih luas dan
jumlah pekerja yang dibutuhkan meningkat.

SDB terdiri dari bak pengering berisi media filter dan saluran filtrat. Bak pengering
merupakan tempat berlangsungnya proses pengeringan dimana terjadi filtrasi lumpur oleh
media pasir dan kerikil, evaporasi cairan atmosfer. Selanjutnya, saluran air tersaring (filtrate)
yang terdapat dibagian dasar bak berfungsi untuk mengalirkan kembali filtrat ke unit
stabilisasi cairan. Pada musim panas, proses pengeringan berlangsung selama 2-3 minggu
dengan kandungan padatan kering yang tersisa sebanyak 30-40%.

a) Kriteria Desain

Perancangan unit SDB dilaksanakan berdasarkan kriteria desain sebagai berikut:

Tabel 4.2 Kriteria desain Unit Sludge Drying Bed

Parameter Nilai

Ukuran bak:

Lebar 8m

Panjang 30m

Area yang dibutuhkan:

SDB tanpa penutup 0.14-0.28 m2 / kapita

SDB dengan penutup 0.10-0.20 m2 / kapita

Sludge Loading Rate:

SDB tanpa penutup atap 100-300 kg lumpur kering/ m3.tahun

SDB dengan penutup atap 150-400 kg lumpur kering/ m3. tahun

Sludge cake 20-40% padatan

Kemiringan dasar 1:20

Kemiringan dasar pipa 1%


Sumber: Quasim (1999)

b) Contoh Desain

Karakteristik influen

- Penduduk dilayani = 20.000 jiwa

- Debit influent rata-rata, Qavg = 10 m3

- Debit puncak, Qpeak = 12 m3

- BOD5 = 105.2 mg/L

- COD = 219.74 mg/L

- TSS = 2.400mg/L

Bakteri E coli = 4.260 MPN/100 mL

Kriteria desain digunakan

- Panjang kolam = 8 meter

- Lebara Kolam = 3 meter

Perhitungan desain

Tahap A: Menghitung luas lahan yang dibutuhkan

Dimana: t = waktu pengeringan, hari

= kandungan air dalam lumpur, kg/m2

= kandungan air yang diterima akibat hujan, kg/m2

= kandungan air yang tersisa dalam lumpur kering, kg/m2

= fraksi qi
= fraksi qr

= faktor reduksi untuk menghitung reduksi laju evaporasi dari

Lumpur

Ew = laju evaporasi, mm/bulan

Tabel 4.3 Nilai Koefisien Tipikal untuk Lumpur yang telah diolah secara

Aerobik.

Koefisien Lumpur terolah secara Aerobik

fi 0.8-0.9

ft 0.75

fe 0.78

Sumber: Al-Nozailit, et al. (2013)

- Masa Lumpur pada area seluas 1m3 = 200 kg

- Kandungan air lumpur

 Kandungan padatan = 5%
 Kandungan air, qr = (100-5)%

= 95% 0.95 200 kg/m2

= 190 kg/m2

- Kandungan air yang diterima akibat hujan

 Curah hujan = 100 mm/hari

 Kandungan air, qr = 100 kg/m2

- Kandungan air yang tersisa dalam lumpur kering

 Kandungan air = 7%

 Kandungan padatan = (100-7)%

= 93%

 qd = (0.07/0.93) 10 kg/m2

= 0.75 kg/m2

- fi = 0.8

- fr = 0.75

- fe = 0.78

- Laju evaporasi dalam bulan curah hujan tertinggi,

Ew = 5 mm/hari

= 150 mm/bulan 150 kg/m2/bulan

- Waktu pengeringan dibutuhkan pada musim penghujan

- Waktu pengeringan dibutuhkan pada musim kemarau


Tahap B: Menghitung waktu yang dibutuhkan dalam satu siklus pengeringan

- Diasumsikan:

 Proses pengeringan lumpur tinja ke SDB, t1 = 1 hari

 Waktu pengeringan lumpur, td = 13 hari

 Pembersihan SDB setelah lumpur kering, tdx = 1 hari

 Waktu pengeringan yang tersedia = 60 hari

- Waktu yang dibutuhkan dalam satu siklus pengeringan

= t1 + td + tdx

= 1 hari + 13 hari + 1 hari = 15 hari

Tahap C: Menghitung luas lahan yang dibutuhkan

- Dirancang ketinggian lumpur = 0.2 m

- Setelah melalui proses pemisahan padatan- cairan, volume lumpur yang

diterima kolam SDB: Volume influen = 5 m3 dari aneorobik digester

- Dirancang 1 kolam SDB mampu menampung 5 m3 lumpur (8 m 3m 0.2 m), maka


Kebutuhan kolam SDB per hari.

- Jumlah SDB yang dibutuhkan

= waktu satu siklus pengeringan kebutuhan kolam SDB per hari

= 15 m 1 kolam/hari = 15 kolam

- Luas area yang dibutuhkan

= Jumlah SDB dibutuhkan luas permukaan 1 SDB

= 15 8m 3 m = 360 m3

Tahap D: Mengestimasi volume lumpur tertahan filtrate


1. Volume lumpur tertahan pada SDB

- Beban TSS yang diterima SDB

= debit influen konsentrasi TSS

= 5 m3/ hari 24000 g/m3 = 12000 g/hari

= 12 kg/hari

- Beban TSS tertahan pada tiap SDB

= efisiensi penyisian TSS beban TSS influen

= 0.95 12 kg/hari = 11.4 kg/hari

- Volume lumpur tertahan pada SDB

- Konsentrasi TSS dalam lumpur tertahan

2. Volume filtrat dari SDB

- Beban TSS dalam filtrat dari setiap SDB

= beban TSS influent – beban TSS tertahan

= 12 kg/hari – 11.4 kg/hari = 0.6 kg/hari

- Debit filtrat dari setiap SDB

= debit influent – debit lumpur

= 5 m3 – 0.02 m3 = 4.98 m3/hari


- Konsentrasi TSS dalam filtrat SDB

Efisiensi unit pengolahan

1. BOD

- Estimasi efisiensi penyisihan = 75%

- BOD effluent = (1 - 0.8) x 105.2 mg/l

= 21.4 mg/l

2. COD

- Estimasi efisiensi penyisihan = 78%

- COD effluent = (1–0.78) x 219.74mg/l

= 48.4mg/l
3. TSS

- Estimasi TSS filtrat = 3.490 mg/l

- Estimasi efisiensi penyisihan

Berdasarkan estimasi di atas, konsentrasi parameter polutan yang terkandung dalam filtrat
hasil pengujian pada unit SDB masih tergolong rendah, sehingga filtrat tersebut tidak harus
untuk diolah kembali pada stabilitas cairan. Slugde Drying Bed yang digunakan IPAL
Cemara memenuhi Standard dengan efisiensi inlet 95%

A. Contoh Desain

Karakteristik outlet

- Penduduk dilayani = 20.000 jiwa

- Debit influent rata-rata, Qavg = 10 m3

- Debit puncak, Qpeak = 12 m3

- BOD5 = 25.4 mg/L

- COD = 51.36 mg/L

- TSS = 350 mg/L

Bakteri E coli = 4.260 MPN/100 mL

Kriteria desain digunakan

- Panjang kolam = 8 meter

- Lebara Kolam = 3 meter


Perhitungan desain

Tahap A: Menghitung luas lahan yang dibutuhkan

Dimana: t = waktu pengeringan, hari

= kandungan air dalam lumpur, kg/m2

= kandungan air yang diterima akibat hujan, kg/m2

= kandungan air yang tersisa dalam lumpur kering, kg/m2

= fraksi qi

= fraksi qr

= faktor reduksi untuk menghitung reduksi laju evaporasi dari

Lumpur

Ew = laju evaporasi, mm/bulan

Tabel 4.4 Nilai Koefisien Tipikal untuk Lumpur yang telah diolah secara

Aerobik.

Koefisien Lumpur terolah secara Aerobik

fi 0.8-0.9

ft 0.75

fe 0.78

Sumber: Al-Nozailit, et al. (2013)

- Masa Lumpur pada area seluas 1m3 = 200 kg

- Kandungan air lumpur

 Kandungan padatan = 5%
 Kandungan air, qr = (100-5)%

= 95% 0.95 200 kg/m2

= 190 kg/m2

- Kandungan air yang diterima akibat hujan

 Curah hujan = 100 mm/hari

 Kandungan air, qr = 100 kg/m2

- Kandungan air yang tersisa dalam lumpur kering

 Kandungan air = 7%

 Kandungan padatan = (100-7)% = 93%

 qd = (0.07/0.93) 10 kg/m2

= 0.75 kg/m2

- fi = 0.8

- fr = 0.75

- fe = 0.78

- Laju evaporasi dalam bulan curah hujan tertinggi,

Ew = 5 mm/hari = 150 mm/bulan 150 kg/m2/bulan

- Waktu pengeringan dibutuhkan pada musim penghujan

- Waktu pengeringan dibutuhkan pada musim kemarau


Tahap B: Menghitung waktu yang dibutuhkan dalam satu siklus pengeringan

- Diasumsikan:

 Proses pengeringan lumpur tinja ke SDB, t1 = 1 hari

 Waktu pengeringan lumpur, td = 13 hari

 Pembersihan SDB setelah lumpur kering, tdx = 1 hari

 Waktu pengeringan yang tersedia = 60 hari

- Waktu yang dibutuhkan dalam satu siklus pengeringan

= t1 + td + tdx

= 1 hari + 13 hari + 1 hari = 15 hari

Tahap C: Menghitung luas lahan yang dibutuhkan

- Dirancang ketinggian lumpur = 0.2 m

- Setelah melalui proses pemisahan padatan- cairan, volume lumpur yang

diterima kolam SDB: Volume influen = 5 m3 dari aneorobik digester

- Dirancang 1 kolam SDB mampu menampung 5 m3 lumpur (8 m 3m 0.2 m), maka


Kebutuhan kolam SDB per hari.

- Jumlah SDB yang dibutuhkan

= waktu satu siklus pengeringan kebutuhan kolam SDB per hari

= 15 m 1 kolam/hari = 15 kolam

- Luas area yang dibutuhkan

= Jumlah SDB dibutuhkan luas permukaan 1 SDB

= 15 8m 3 m = 360 m3
Tahap D: Mengestimasi volume lumpur tertahan filtrate

1. Volume lumpur tertahan pada SDB

- Beban TSS yang diterima SDB

= debit influen konsentrasi TSS

= 5 m3/ hari 350 g/m3 = 1750 g/hari

= 1,75 kg/hari

- Beban TSS tertahan pada tiap SDB

= efisiensi penyisian TSS beban TSS influen

= 0.95 1.67 kg/hari = 1.67 kg/hari

- Volume lumpur tertahan pada SDB

- Konsentrasi TSS dalam lumpur tertahan

=
2. Volume filtrat dari SDB

- Beban TSS dalam filtrat dari setiap SDB

= beban TSS influent – beban TSS tertahan

= 1.75 kg/hari – 1.67 kg/hari = 0.08 kg/hari

- Debit filtrat dari setiap SDB

= debit influent – debit lumpur

= 5 m3 – 0.004 m3 = 4.996 m3/hari

- Konsentrasi TSS dalam filtrat SDB

Efisiensi unit pengolahan

1. BOD

- Estimasi efisiensi penyisihan = 75%

- BOD effluent = (1 - 0.8) x 25.4 mg/l

= 5.08 mg/l

2. COD

- Estimasi efisiensi penyisihan = 78%

- COD effluent = (1–0.78) x 51.36 mg/l

= 11.3mg/l

3. TSS

- Estimasi TSS filtrat = 3.490 mg/l

- Estimasi efisiensi penyisihan

=
=

Berdasarkan estimasi di atas, konsentrasi parameter polutan yang terkandung dalam filtrat
hasil pengujian pada unit SDB masih tergolong rendah sehingga filtrat tersebut tidak harus
untuk diolah kembali pada stabilitas cairan. Slugde Drying Bed yang digunakan IPAL
Cemara memenuhi Standard dengan efisiensi outlet 54% .
BAB V

Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan

Setelah melaksanakan kegiatan magang selama 8 minggu, penulis mendapatkan banyaj


pengalaman baru dimulai dari cara beradaptasi di lingkungan kerja sampai bertanggung
jawab atas suatu perkerjaan yang ditugaskan. Dari pengalaman-pengalaman tersebut, penulis
bisa menyimpulkan sebagai berikut:

1. Penulis mendapatkan perbedaan apa saja yang diajarkan di perkuliahan denga apa yang
ada dilapangan
2. Dalam melaksanakan kegiatan magang ini, penulis dapat memahami bagaimana alur
proses pengolahan air dari air baku sampai bisa menjadi air yang dapat dikonsumsi
3. Penulis mendapatkan ilmu baru baik hard skills seperti cara pengoperasisan katrol,
pendosisan PAC yang dapat menekankan efisiensi penggunaan PAC dan sebagainya serta
soft skills cara berinteraksi dengan lingkungan kerja, dan lain-lain.

5.1 Saran

Setelah melaksanakan magang selama 8 minggu, penulis menyadari masih banyak


kekurangan baik dari segi mahasiswa maupun perusahaan. Penulis ingin memaparkan
beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi masukan positif yang nantinya dapat
dipertimbangkan sehingga lebih baik dimasa yang akan dating. Adapun saran dan masukan
dari penulis yaitu:

1. Sebaiknya mahasiswa magang ditempatkan sesuai dengan jurusan yang ditekuni agar ilmu
yang dipelajari diperkuliahan dapat diimplementasikan di perusahaan
2. Sebaiknya jadwal pembersihan setiap unit pengolahan dapat dilakukan tepat waktu serta
membuat jadwa tambahan minimal 3 kali dalam sebulan
3. Sebaiknya dalam penyusunan jadwal magang mahasiswa tidak dilakukan rotasi dalam
waktu yang singkat karena jika watu rotasi lebih lama maka mahasiswa magang dapat
memahami lebih dalam mengenai tentang keagat magang yang dilakukaknnya di tempat
magang tersebut.
BAB VI
REFLEKSI DIRI

Puji syukur kepada Tuhan YME yang senantiasa memberikan rahmat, sehingga saya
bisa melewati serangkaian kegiatan magang di PERUMDA Tirtanadi Provinsi Sumatera
Utara dengan baik dan lancer. Dalam kegiatan magang ini banyak pengalaman yang saya
dapatkan, seperti mengetahi keadaan lapangan secara langsung di PERUMDA Tirtanadi
Provinsi Sumatera Utara. Hubungan interaksi sosial antara pegawai PERUMDA Tirtanadi
pun terlihat baik dan saling menghargai satu sama lain.
Kegiatan magang kampus merdeka juga menambah pengalaman nyata yang bisa saya
jadikan pembelajaran bermakna bagi mahasiswa mengenai permasalahan yang berkaitan
dengan pengolahan air.
Dengan dihadapkan secara langsung permasalahan yang sering terjadi di tempat
magang, mahasiswa akan belajar mengenai cara menyelesaikan masalah tersebut.
Mahasiswa juga memperoleh kesempatan untuk mengembangkan keterampilan yang
dimiliki sehingga daoat dijadikan sebagai bekal Ketika memasuki dunia kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A., T. Setiadi, M. Syafila dan O.B. Liang. 1999. Bioreaktor Berpenyekat
Anaerob untuk Pengolahan Limbah Industri yang Mengandung Minyak
dan Lemak: Pengaruh Pembebanan Organik Terhadap Kinerja Bioreaktor.
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Soehadi Reksowardojo 1999,
TKITB, Bandung,19- 20 Oktober .

Al-Nozaily, F.A , Taher, T.M., Al-Rawi, M.H.M. 2013. Evaluation of the Sludge
Drying Beds at San,a wastewater Treatment Plant. Seventeenth
Internasional Water Technology Conference

Anindita Raras V , Sudarno, Syafrudin. 2014. Pengaruh Konsentrasi Influen dan


Kecepatan Upflow terhadap Penyisihan Bod dan Cod pada Pengolahan Air
Limbah Domestik Artificial (grey water) menggunakan Reaktor UASB .
Semarang : Universitas Diponegoro

Khairunnisa. 2017. Proses Pengolahan Air Limbah dan Penentuan Beberapa


Parameter Mutu Air Limbah DI PDAM Tirtanadi IPA Limbah Cemara.
UniversitaS Sumatra Utara..

Anda mungkin juga menyukai