Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MIKROEKONOMI

“PASAR OLIGOPOLI”

Di susun oleh :

M.ARYA FANDIA 2201103010068


IBRAHIM GHASAF 2201103010078
FAIQ DZAKHWAN MUYASSAR 2201103010071
DIMAS RIZKI HAMDANI 2201104010074
ECoNoMiCJurnal oFEPENGGABUNGANMARKETDesember 2011 3(3) 291-274

ANALISIS STRUKTUR PASAR MANUFAKTUR PROVINSI


SUMATERA UTARA
Muhammad Asaad
Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara
email:mhd.asaad@uisu.ac.id

Situs Rasidin Karo-Karo


Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara
email:rasid888@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur dan kinerja industri pengolahan dan
pengaruhnya terhadap perekonomian Provinsi Sumatera Utara. Penelitian menggunakan
dua pendekatan, yaitu analisis structure, conduct and performance (SCP) dan model panel
data ekonometrik. Data yang digunakan adalah data base Industri Besar dan Sedang tahun
2005-2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur industri didominasi oleh struktur
pasar oligopoli yang ketat. sebagian kecil lainnya adalah oligopoli ringan dan monopoli.
Beberapa industri yang memiliki peran penting bagi perekonomian Sumatera Utara adalah
industri minyak sawit, industri makanan dan minuman, industri karet dan produk karet, dan
besi dan logam dasar, dan industri logam dasar bukan besi.

Kata kunci:struktur pasar, kinerja industri, industri manufaktur, perekonomian lokal


Nomor klasifikasi JEL: L10, L20, L60

PENGANTAR
Pembangunan industri merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Ini
merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Menurut
Dumairy (1996) sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat menjadi percontohan
sektor lain untuk pembangunan ekonomi. Produk industri memiliki jangka waktu
perdagangan yang tinggi atau lebih menguntungkan dan menciptakan nilai tambah yang
lebih besar dari produk sektor lain.
Peranan sektor industri dalam suatu negara atau wilayah dapat dilihat dari pengertian
ekonomi industri. Menurut Jaya (2001), ruang lingkup ekonomi industri adalah studi tentang
struktur, perilaku dan kinerja pasar dan perusahaan. Dua aspek penting yang tercakup dalam
ekonomi industri adalah: pertama, seperangkat konsep dan analisis persaingan dan monopoli
dengan berbagai pasar di antaranya, dan kedua, yang erat kaitannya dengan pasar riil yang
diramaikan dengan adanya persaingan antar perusahaan.

Teori ekonomi industri merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang bertumpu pada teori
ekonomi mikro. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kedua teori tersebut mempelajari
perilaku ekonomi. Teori ekonomi industri secara khusus menganalisis hubungan antara satu
kegiatan dengan kegiatan lainnya, saling ketergantungan antara satu sama lain di pasar dan
hubungan antara kondisi pasar, perilaku perusahaan dan kinerja ekonomi (Naylah, 2008).

Industri manufaktur di Provinsi Sumatera Utara memiliki peranan yang sangat penting.
Hal ini dapat dilihat melalui kontribusinya yang signifikan terhadap pembentukan permintaan
dan penawaran, konsumsi, pengeluaran pemerintah, investasi, ekspor dan impor, nilai tambah
bruto dan output sektoral. Industri manufaktur memiliki keterkaitan sektoral yang kuat
sehingga sektor ini dapat mendorong perkembangan sektor hulu dan hilir (Bangun, dan
Hutagaol, 2008).

Pada tahun 2009 harga PDRB Provinsi Sumut saat ini sebesar Rp 234,47 triliun. Sektor
industri masih menjadi penyumbang utama yang mencapai 23,29 persen terhadap PDRB.
Kemudian disusul pertanian (23,03 persen) dan perdagangan, hotel, dan restoran (19,01
persen). Sementara itu, sektor lain memberikan kontribusi total sebesar 34,67 persen terhadap
perekonomian di Sumut (BPS Sumut, 2010). Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara dari
tahun 2008 hingga 2010 cenderung meningkat. Namun, kontribusi sektor industri menurun
dari masing-masing 24,14% menjadi 23,29% dan 22,9%. Tulisan ini menganalisis
perkembangan sektor industri di Sumatera Utara yang tidak dapat dipisahkan oleh struktur
pasar industri.

Menurut Prasetyo (2007), struktur pasar merupakan kunci penting dari perilaku pasar
dan kinerja pasar. Struktur pasar yang tidak terkonsentrasi berupa oligopoli dan atau monopoli
masih dapat digunakan untuk penerapan model pola perilaku strategi kebijakan produk
melalui penciptaan berbagai inovasi produk daripada hanya penerapan strategi penetapan
harga yang saling menghancurkan. Muslim et.al (2008) menunjukkan bahwa ada perilaku
dominan dari beberapa perusahaan besar dalam penetapan harga minyak goreng sawit sebagai
konsekuensi dari struktur pasar oligopoly.

METODE
Penelitian ini menggunakan tiga pendekatan yaitu Structure, Conduct, and Performance
(SCP) Analysis. Analisis SCP digunakan untuk menentukanstruktur, perilaku dan kinerja suatu
industri. Analisis struktur biasanya diukur dengan rasio konsentrasi. Rasio konsentrasi adalah
persentase dari total output industri atau pendapatan penjualan. Untuk mengukur hambatan masuk ke
pasar digunakan skala efisiensi minimum. Sedangkan untuk mengukur kinerja industri menggunakan
model ekonometrika data pool efek acak. Sumber data dari Basis Data Industri Menengah dan Besar
BPS.
Analisis Struktur Industri
Untuk melihat struktur suatu industri pertama kali dilakukan oleh Mason (1939). Mason
berpendapat bahwa struktur suatu industri akan menentukan bagaimana perilaku perusahaan
yang pada akhirnya menentukan kinerja industri.

Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat antara struktur-
perilaku-kinerja (SCP) dari perusahaan dan kekuatan pasar (Bos dan Djalil, 2006). Struktur
biasanya diukur dengan rasio konsentrasi sedangkan perilaku perusahaan dapat dilihat dari
tingkat persaingan atau kolusi antar produsen. Kinerja suatu industri diukur dengan tingkat
inovasi, efisiensi, dan profitabilitasnya.

Rasio konsentrasi adalah persentase dari total output industri atau pendapatan penjualan.
Semakin besar tingkat persentase mendekati 100 semakin besar konsentrasi industri produk.
Jika rasio konsentrasi suatu industri mencapai 100 persen berarti struktur pasar adalah
monopoli. Jika rasio konsentrasi suatu industri relatif besar, hambatan untuk masuk ke pasar
relatif rumit. Di sisi lain, jika lebih kecil maka masuk ke pasar akan jauh lebih mudah. Hal ini
karena output kontrol tidak terkonsentrasi pada satu perusahaan tertentu.

Melakukan Analisis dan Kinerja Industri

Perilaku industri dianalisis secara deskriptif untuk memperoleh informasi tentang


perilaku perusahaan dalam industri manufaktur. Industri melakukan analisis perilaku bersama
dengan penerapan strategi yang digunakan oleh perusahaan dalam suatu industri untuk
menangkap pangsa pasar dan mengalahkan pesaing. Analisis ini dilakukan dengan sengaja
karena variabel yang mencerminkan perilaku bersifat kualitatif. Analisis kinerja industri
dilakukan dengan menggunakan pendekatan profit. Laba digunakan untuk menganalisis
hubungan struktur pasar terhadap kinerja perusahaan. Variabel endogen yang digunakan
adalah proksi keuntungan industri, sedangkan variabel eksogen adalah jumlah perusahaan,
jumlah tenaga kerja, biaya penunjang bahan baku dan biaya bahan bakar.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa struktur industri di Sumatera Utara yang
bersifat monopoli adalah industri batubara, migas;radio, televisi dan komunikasi peralatan,
dan peralatan medis. Karet dan produk karet, serta industri makanan dan minumantermasuk
dalam pasar oligopoli longgar termasuk sedangkan industri lainnya adalah pasar oligopoli ketat.
Menurut Mega (2007), di Indonesia struktur industri logam dasar besi dan baja yang merupakan
industri strategis untuk motor adalah milik oligopoli ketat.
Tiga kelompok industri yang memiliki CR4 atau monopoli tertinggi adalah (1) Industri
Batubara, Minyak dan Gas Bumi, (2) Peralatan Radio, Televisi dan Komunikasi, dan (3)
Peralatan Medis. Rasio konsentrasi yang tinggi menunjukkan pangsa pasar yang besar.
Industri yang menggunakan teknologi produksi atau bahan baku tertentu yang relatif sulit
diikuti oleh perusahaan baru yang tidak memiliki modal besar.
Hanya ada dua kelompok industri yang termasuk dalam oligopoli lepas, yaitu (1) industri
karet dan produk karet, dan
(2) industri makanan dan minuman. Hal ini menunjukkan bahwa struktur pasar di Sumatera
Utara cenderung merupakan pasar persaingan sempurna. Hal ini mendorong perusahaan
untuk bekerja secara efisien agar tetap bertahan di industri ini.
Hambatan Masuk Pasar
Konsep hambatan masuk pasar dapat disebabkan oleh kekuatan industri dalam hal
teknologi dan faktor input produksi. Bisa juga karena hak milik yang diberikan oleh
pemerintah. Hak milik dapat berupa lisensi, paten dan lain sebagainya yang umumnya terjadi
dalam hal barang publik. Penguasaan teknologi atau penguasaan faktor-faktor input produksi
akan menimbulkan pasar monopoli dimana tidak ada input faktor substitusi dalam proses
produksinya.
Hambatan masuk pasar adalah segala sesuatu yang memungkinkan pengurangan
peluang atau kecepatan masuknya pesaing baru. Masuknya perusahaan pendatang baru akan
menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada seperti peningkatan
kapasitas, perebutan pasar (market share) serta perebutan sumber daya produksi yang terbatas.
Kondisi tersebut menjadi ancaman bagi perusahaan yang ada (Koutsyiannis, 1997).
Salah satu entry barrier adalah keberadaan perusahaan-perusahaan besar yang telah ada
sebelumnya di industri tersebut. Perusahaan besar dalam hal ini digambarkan dari konsentrasi
output terhadap total output dalam industri tersebut. Nilai MES diperoleh dari persentase
output perusahaan terbesar terhadap total output industri manufaktur. MES yang tinggi
menjadi penghalang bagi pesaing baru untuk memasuki pasar suatu industri. Nilai MES
industri manufaktur di Sumatera Utara tahun 2005-2009 ditunjukkan pada Tabel 2.
Menurut Alistair (2004), jika MES lebih besar dari 10 persen maka menggambarkan
tingginya hambatan masuk suatu industri. Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa hambatan
masuk di Provinsi Sumatera Utara cukup tinggi. Hanya satu industri yang memiliki Nilai
MES kurang dari 10 persen yaitu industri karet dan produk karet.
Nilai MES yang tinggi menggambarkan semakin tingginya hambatan bagi
perusahaan baru untuk memasuki pasar industri manufaktur di provinsi Sumatera Utara.
Beberapa faktor penghambat masuknya pendatang baru ke dalam suatu industri adalah skala
ekonomi, kecukupan modal, biaya peralihan, akses ke saluran distribusi, kemandirian biaya
yang merugikan, dan peraturan pemerintah.
Kemudahan suatu perusahaan untuk masuk ke dalam suatu industri juga dipengaruhi
oleh kemudahan memperoleh izin. Survei Bank Dunia (2006) menunjukkan bahwa untuk
mendapatkan izin investasi di Indonesia, sebuah perusahaan harus melalui 12 prosedur dan
membutuhkan 97 hari. Jauh lebih lama dibandingkan di Thailand dan Malaysia yang
prosedur untuk mendapatkan izin investasi hanya membutuhkan 8 tahap dan 33 hari
(Thailand) dan 9 tahap dan 30 hari (Malaysia). Hal ini tentunya akan mempengaruhi kinerja
industri nasional secara keseluruhan.

2978-Article%20Text-3197-3763-10-20130404.pdf

Anda mungkin juga menyukai