Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS DAYA SAING KLASTER INDUSTRI MINYAK DAN GAS BUMI DI

JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM


(Studi Kasus : Industri Pengolahan Pelumas di Jawa Timur)

Devinata Juwita P. , Patdono Suwignjo , Budisantoso Wirjodirdjo.


Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
Email : devinatajp@gmail.com ; patdono@ie.its.ac.id ; santoso@ie.its.ac.id

Abstrak

Industri migas (migas) merupakan sector yang memiliki peran strategis penting dalam
pembangunan nasional. Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Pulau Jawa yang memiliki
potensi migas yang besar dan belum dimanfaatkan secara optimal. Konsep klaster industri
merupakan konsep pengembangan industri yang komprehensif mengatur hubungan dan perilaku
stakeholder dalam industri untuk bekerjasama meningkatkan daya saing industri. Peningkatan
daya saing industri ini didukung oleh kelengkapan dan konstribusi pelaku dalam industri migas di
Jawa Timur melalui identifikasi perilaku stakeholder dan sistem di sektor ini yang digambarkan
dalam model stakeholder dan rantai nilai. Pada penelitian ini embrio awal sebagai pilot dalam
pengembangan klaster industri migas bumi adalah klaster industri pelumas. Kompleksitas sistem
dalam hubungannya dengan perilaku sistem akan digambarkan dalam sebuah model dinamika
sistem sehingga bisa dilihat pengaruh antar variabelnya. Di dalam penelitian ini perilaku variabel
daya saing didefinisikan dari model Diamond Porter yang diadaptasi ke dalam model Oil
Diamond. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa beberapa variabel berpengaruh secara
signifikan dalam peningkatan daya saing klaster dan beberapa variabel lain tidak signifikan
berpengaruh. Hal ini dapat dilihat dari scenario yang diujikan pada model daya saing klaster
industri pelumas tersebut. Hasil simulasi model menunjukkan variabel yang cukup signifikan
berpengaruh dalam peningkatan daya saing adalah kapasitas yang dimiliki oleh pelaku
pendukung seperti industri pengolahan, pengangkutan dan sebagainya dalam mendukung
kebutuhan dari pelaku inti Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa daya saing industri
migas saat ini khususnya pada sector pelumas adalah 2,23 yang menunjukkan angka yang masih
sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sector ini masih membutuhkan banyak dukungan dari
seluruh stakeholder baik pemerintah pada bidang kebijakan maupun industri secara operasional
dan teknis.
Kata Kunci : klaster Industri minyak dan gas, stakeholder, analisis rantai nilai, analisis daya
saing, sistem dinamis, Diamond Porter

Abstract
Oil and gas industry is a sector that has a vital strategic role on national development. East Java
is one of the province in Java that has an enourmous potential on oil and gas and has not been
optimally explored. Industrial cluster is an industrial development concept that comphrehensively
organize the relationship and behaviour of stakeholder in industry so that they can co-operate to
increase the competitiveness of the industry. The increasing of industrial competitiveness is
supported by completeness and contribution of each industry in oil and gas industial cluster in
each java by identifying the behaviour of stakeholder and system in this sector which is described
in stakeholder model and value chain model. In this research, lubricant industrial cluster is used
as an embryo for developing oil and gas industrial cluster. The complexity of the system in terms
of system behaviour will be presented in a dynamic system model, which will make it possible to
identify the influence between each variables.The Porters Diamond model is adapted to model the
behaviour of the competitiveness The result of this research shows that in increasing the
industrial cluster competitiveness some variables are significantly influencing while others do not.
This can be seen from the scenario that is tested on a lubricant industrial cluster competitiveness
model that is used The simulation of the model shows that the variables that has significant effect
on increasing the competitiveness is the capacity of supporting industries, such as refinery
industries, transportation and distribution industries etc.in fulfilling the needs of the main
actors/industry/player. This research also shows that the competitivenessindex in oil and gas
industrial cluster, specifically on lubricant industrial cluster, in east java is currently 2,23 which
is very low. This shows that this sector still requires a lot of support from all stakeholders both in
government with policy and supporting industry with operationally and technically process.
Keywords : Oil and Gas Industrial Cluster, Stakeholder, Value Chain Analysis, Competitiveness Analysis,
Dynamic System, Diamond Porter

1. Pendahuluan Intelligence, 2006). Industri Minyak dan Gas


Indonesia adalah negara yang kaya akan Bumi merupakan sektor penting di dalam
potensi sumber daya alam, baik di sektor pembangunan nasional baik dalam hal
industri, pertanian, kehutanan, perikanan dan pemenuhan kebutuhan energi dan bahan baku
kelautan, dan pertambangan yang mampu industri di dalam negeri maupun sebagai
memberikan sumbangan bagi pertumbuhan penghasil devisa negara sehingga
Product Domestic Bruto (PDB) setiap pengelolaannya perlu dilakukan seoptimal
tahunnya. Pertumbuhan Product Domestic mungkin (Badan Pengatur Hilir Minyak dan
Bruto (PDB) tahun 2008 meningkat sebesar Gas Bumi, 2009). Dalam upaya menciptakan
6,1% jika dibandingkan dengan tahun 2007. kegiatan usaha minyak dan gas bumi yang
Pertumbuhan terendah terjadi di sektor mandiri, andal, transparan, berdaya saing,
pertambangan dan penggalian 5% (Badan Pusat efisien, dan berwawasan pelestarian fungsi
Statistik, 2009). lingkungan serta mendorong perkembangan
Kebijakan stimulus fiskal merupakan potensi dan peranan nasional sehingga mampu
salah satu kebijakan yang akan membantu mendukung kesinambungan pembangunan
kinerja perekonomian 2009. Sektor industri nasional guna mewujudkan peningkatan
memang menyumbang PDB terbesar, tetapi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat maka
sejak 2005 pertumbuhan sektor ini cenderung ditetapkan Undang-undang Nomor 22 Tahun
melambat. Bahkan pertumbuhannya berada di 2001 tentang Minyak dan Gas (Badan Pengatur
bawah pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu Hilir Minyak dan Gas Bumi, 2009) dimana
untuk mendukung perbaikan industri, kebijakan pemerintah memberikan kesempatan besar bagi
pemerintah akan difokuskan pada enam sektor perusahaan multinasional serta mematahkan
prioritas dan kompetensi inti daerah. Enam monopoli peran PT. Pertamina yang
sektor tersebut meliputi pemurnian minyak sebelumnya menguasai kegiatan usaha hulu
bumi, otomotif, pengolahan komoditas primer, sampai dengan hilir sektor migas. (Ridho,
industri pengolahan tembaga, industri tekstil 2007). Dominasi asing terhadap sektor energi
dan produk tekstil terintegrasi, serta industri migas Indonesia akan semakin berkepanjangan
mesin perkakas (Hariansib, 2009). apabila pemerintah tidak berupaya mendorong
Struktur perekonomian Indonesia bangkitnya industri dalam negeri dan
secara spasial masih didominasi oleh kelompok memberikan kesempatan yang lebih besar
provinsi di Pulau Jawa yang mempu kepada industri lokal untuk ikut bermain di
memberikan konstribusi terhadap Product sektor ini sehingga beberapa tahun mendatang
Domestic Bruto (PDB) sebesar 57,9% dengan seluruh kegiatan usaha di sepanjang rantai nilai
konstribusi provinsi terbesar adalah DKI (value chain) pengelolaan migas, mulai dari
Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Barat dimana industri hulu sampai hilir akan sepenuhnya
ketiganya mampu memberikan konstribusi dikuasai oleh industri dalam negeri, mulai dari
sebesar 46% yang menunjukkan hampir industri besar, menengah, hingga industri
separuh konstribusi terhadap Indonesia dalam berskala kecil. Hal ini sejalan dengan konsep
mendukung daya saing industri nasional (Badan klaster industri yang diperkenalkan oleh Porter
Pusat Statistik, 2009). (1998) dan kemudian diadopsi oleh pemerintah
Jawa Timur (Jatim) merupakan salah satu dengan mengeluarkan kebijakan pembangunan
propinsi Indonesia dengan potensi sumber daya industri nasional dengan pendekatan klaster
energi dan mineral yang beragam dan melimpah industri (Departemen Perindustrian, 2005).
khususnya sumber daya mineral yaitu mineral Melihat kondisi sektor migas yang
energi meliputi minyak dan gas bumi serta demikian maka permasalahan yang akan
panas bumi serta mineral bahan galian logam/ dibahas pada penelitian Tugas Akhir ini adalah
non-logam/ industri seperti pasir timah, sulfur, bagaimana membuat sebuah model sistem
fosfat, mika, belerang, fluorit, felspar, ziolit dan dinamik klaster industri minyak bumi dan gas
diatomea (The Indonesian Economic alam di Jawa Timur dalam upaya peningkatan
daya saing industri minyak bumi dan gas alam melalui penggalian data dengan penyebaran
di Jawa Timur dalam upaya mendukung kusioner, Focus Group Discussion (FGD),
peningkatan daya saing migas nasional di brainstorming dan wawancara, serta in depth
persaingan minyak bumi dan gas alam global interview kepada para ekspert di sektor migas.
dengan fokus pada salah satu sektor yang Tahapan selanjutnya adalah
memiliki peran strategis dan potensial di Jawa permodelan sistem daya saing industri migas
Timur kemudian mendefinisikan dan Jatim, khususnya di industri pengolahan
mengidentifikasi hubungan dari setiap pelumas dengan menggunakan dinamika
komponen stakeholder dalam klaster sehingga sistem. Beberapa tahapan yang dilakukan dalam
dapat dibuat sebuah model sistem dinamik dari permodelan ini adalah identifikasi variabel
sistem migas Jatim tersebut sehingga dari dalam sistem daya saing dan proses
model-model tersebut dapat diidentifikasi penggambaran sistem yang meliputi Model
komponen-komponen (stakeholder) klaster , Boundary Diagram, Input Output Diagram,
rantai nilai, model konseptual sistem industri Cause Loop Diagram, dan Stock and Flow
minyak dan gas bumi di Jawa Timur khususnya Diagram. Dengan menggunakan Vensim,
pada sektor pelumas sebagai embrio model ini kemudian diformulasikan dan
pengembangan klaster industri migas Jatim dan disimulasikan.
mampu menganalisis perilaku model klaster Tahapan terakhir dalam proses
serta mengidentifikasi variabel-variabel yang permodelan ini adalah dengan melakukan
mempengaruhi dan mendukung peningkatan proses pengujian model yaitu pengujian
daya saing klaster industri migas di Jawa verifikasi dan validasi model. Verifikasi model
Timur, khususnya pada industri pengolahan dilakukan dengan merunning model dan jika
pelumas. tidak terjadi error maka model dinyatakan
telah terverifikasi. Sedangkan validasi
2. Metodologi Penelitian dilakukan dengan menggunakan minitab, yaitu
Secara metodologi penelitian ini membandingkan nilai eksisting dan hasil
menggunakan pendekatan mix method, yaitu simulasi dari sebuah parameter yang digunakan
gabungan antara metode kualitatif dan dalam model sistem, misalnya harga.
kuantitatif. Secara umum metode kualitatif
dilakukan pada awal penelitian yang dilakukan 3. Pengumpulan dan Pengolahan Data
dengan benchmarking kepada industri pelaku Industri migas memiliki pohon industri
maupun asosiasi, in-depth interview dengan yang cukup rumpun dari varietas produk yang
pakar, serta focus group discussion (FGD) bisa dihasilkan. Pada penelitian ini industri
dengan pelaku atau stakeholder sehingga dapat akan difokuskan pada industri petrochemical
dilakukan analisis SWOT. Di sisi lain, metode yang mengolah base oil menjadi lubricant
kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini (pelumas) karena di Jawa Timur pelaku
adalah suatu alat pemodelan sistem yang pengolahan yang ada adalah industri
disebut dengan sistem dinamis, dimana metode pengolahan pelumas.
ini dimanfaatkan untuk mendapatkan gambar
model dinamis klaster industri migas saat ini
dan ke depannya seperti apa. Sistem dinamis
juga digunakan untuk mensimulasikan beberapa
model infrastruktur kebijakan pengembangan
klaster industri minyak dan gas bumi di Jawa
Timur untuk dapat ditentukan model terbaik.
Tahapan awal yang dilakukan dalam
penelitian adalah mengidentifikasi sistem
klaster industri minyak dan gas bumi di Jawa
Gambar 4.1 Pohon Industri Minyak, Gas, dan Bahan
Timur, baik pelaku, hubungan antar pelaku dan Tambang
kondisi sistem migas yang ada sehingga dapat Berdasarkan fokus penelitian tersebut
didefinisikan rumusan masalah dan tujuan dari maka dilakukan diagnosis stakeholder dan
penelitian. Berlandaskan informasi kondisi rantai produksi berdasarkan data Dinas Energi
sistem tersebut selanjutnya dilakukan diagnosis dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan focus
terhadap model stakeholder dan rantai nilai
group discussion serta in-depth interview ke 4. Pengembangan Model
beberapa pelaku. Gambar 4.2 dan gambar 4.3 Tahap pengembangan model dilakukan
menunjukkan model stakeholder dan rantai dengan menggunakan simulasi sistem dinamik.
nilai klaster industri pelumas di Jawa Timur. Tahap pengembangan sistem dilakukan mulai
Dari rantai nilai klaster yang telah didiagnosis, dari boundary system, input-output diagram,
maka selanjutnya diidentifikasi add value pada cause effect diagram, dan stock and flow
setiap chain untuk mendiagnosis profit margin diagram. Variabel yang digunakan dalam
yang dihasilkan dari rantai secara keseluruhan pengembangan model klaster daya saing adalah
dan nilai add value pada setiap chain dengan variabel yang telah discreening dengan pareto
cause effect menggunakan fish bound diagram. chart 80%:20% pada tabel 4.1 berdasarkan
tingkat kepentingan menurut pelaku migas
Jatim sehingga representative terhadap daya
saing migas Jatim yang sebenarnya.

Gambar 4.4 Pola diagnosis elemen biaya


berdasarkan data indikatif pada FGD II

Gambar 5.1 Output Pareto Chart


Tahap permodelan pertama adalah
mendefinisikan boundary system agar model
sistem lebih terfokus, selanjutnya
Gambar 4.5 Hasil Diagnosis Nilai Tambah dan Rantai
Nilai Internal Industri Pengolahan Pelumas dalam Klaster
mendefinisikan input-output diagram seperti
Berdasarkan diagnosis stakheholder pada gambar di bawah ini.
dan rantai nilai ini maka diidentifikasi variabel
daya saing dari industri migas di Jawa Timur
berdasarkan Diamond Porter seperti pada table
di bawah ini.
Tabel 4.1 Variabel Daya Saing Industri Minyak dan Gas
( Sumber : Competitiveness in The Brazilian Oil Industry-
The Brazilian Oil diamond, 2000)
VARIABEL UTAMA SUB VARIABEL
* Potensi Kandungan Minyak Jatim
* Produksi base oil Jatim
* Minyak Tereksploitasi
* Infrastructure
Variabel Condition * Ketersediaan Modal
* Kualitas base oil
* Harga base oil
* Human Capital Resources
* Kondisi social
* Konsumsi Product pelumas
Gambar 5.2 Input-Output Diagram
* Luas Cakupan Pasar pelumas
Demand Condition
* Jumlah import pelumas
* Jumlah eksport pelumas Setelah input-output diagram dibuat
* Produktivitas
* Tingkat kompetisi
maka langkah permodelan selanjutnya adalah
* Tingkat science membuat cause effect diagram daya saing
* Inovasi dan efisiensi
Structure, strategy and rivalry in companies
* Cost klaster industri migas di Jawa Timur dengan
* Variasi harga variabel yang telah didefinisikan sebelumnya
* Competitive firm

* Jumlah pelaku migas


berdasarkan model Diamond Porter pada 4
Related & Supporting Industry
* Hubungan pelaku migas faktor Diamond.
* Policy dan dukungan pemerintah
Goverment
* Pajak Migas
Gambar 4.2 Model Stakeholder Klaster Industri Pengolahan Pelumas Jawa Timur
Gambar 4.3 Model Rantai Nilai Klaster Industri Pelumas di Jawa Timur
Cause effect ini memberikan gambaran <peluang bisnis
pengangkutan> <peluang bisnis
hubungan perilaku dari setiap variabel. <peluang bisnis
penyimpanan>

lubricant> <peluang bisnis


perniagaan>
+ + +
Factor Condition Demand Condition + + <peluang business
Tingkat refinery>
Kompetisi
+
Structure, Strategy and
Rivalry Companies
Related Supporting jumlah pelaku
Daya Saing Industri industri migas
Industry
Pengolahan Pelumas + industri
penyimpanan+
-peluang bisnis
+
downstream
+ + penyimpanan
Structure, Strategy and industri pelaku +
pengolahan + <industri +
Rivalry Companies + perniagaan>
+ industri
pengangkutan <minyak mentah
Gambar 5.3 Cause-loop Diagram Variabel Utama Daya pelaku industri
pengolahan refinary
pelaku industri
+ -
peluang bisnis
<base oil tersedia> tersedia>

pengangkutan +
Saing +
-
pengolahan lubricant
+ +
+
+
<pelaku industri
pengolahan lubricant>
-
<kapasitas produksi peluang business
base oil> refinery peluang bisnis <pelumas yang
lubricant tersedia>
+ +
+ <minyak mentah
biaya tenaga kerja minyak mentah tereksploitasi>
volume produksi base oil tersedia ++
pelumas + tersedia <pelaku industri +
base oil +
base oil tersedia harga base pengolahan refinary> + peluang bisnis
+ +
oil <konsumsi base <eksport minyak perniagaan
<konsumsi minyak + + -
oil> mentah> + <eksport base +
biaya non produksi +
+ mentah> + oil>
pelumas + industri
- + Biaya produksi base oil <import minyak <konsumsi base <volume perniagaan
<jumlah kendaraan menjadi pelumas mentah> oil> produksi minyak
bermotor> + - mentah>
harga pelumas + <import base
konsumsi base oil <jumlah luas cakupan pasar oil>
konsumsi minyak + + per unit
+ otomotif> bahan bakar khsusu
mentah + +
konsumsi pelumas
<jumlah
variasi harga <kualitas base
produk pelumas oil> Penghematan
Gambar 5.7 Cause-loop Diagram Sub Variabel Structure,
+
konsumsi produk
migas utama
+
+ industri>
+
luas cakupan pasar +
+
biaya
strategy, and Rivalry in Companies
+
luas cakupan +
pelumas
+ pelumas
+
jumlah variasi
kualitas produk
pelumas
SDM dengan keahlian
dan kompetensi Berdasarkan cause effect tersebut
kemudian dibuat stock and flow diagram seperti
produk migas
Demand +
Condition produk baru konstribusi pengembangan + <jumlah pencari
pelumas per tahun proses pengolahan base oil +
+
konstribusi
+
+
+
<pelatihan> <tingkat
kerja>
pada gambar di bawah ini.
pengembangan produk pendidikan>
pelumas
+ konstribusi teknologi IPM penduduk
dalam industri pelumas
+ jatim <demand
<tingkat
konstribusi lembaga pelumas jatim> konstribusi aspek
<Time>
pendidikan> penelitian thd SDM terhadap demand factor
konstribusi pemerintah
konstribusi pemerintah
pusat thd SDM konstribusi Asosiasi
daerah thd SDM
Gambar 5.4 Cause-loop Diagram Sub Variabel Demand <impor base oil>
thd SDM
konstribusi institusi <ekspor peningkatan
Variabel konstribusi kelegalan <demand base oil
konstribusi masyarakat
thd SDM
pendukung lainnya thd
SDM
pelumas> demand factor

<jumlah kendaraan pemerintah pusat lokal>


volume produksi bermotor> konstribusi BP volume produksi <impor
jumlah
minyak mentah industri konstribusi kelegalan <base oil sesuai konstribusi ketersediaan Migas thd SDM pelumas pelumas>
+ pemerintah daerah spesifikasi> bahan baku Dukungan ketersediaan
+ + Demand
eksport base
konstribusi dan pengembangan SDM konstribusi BPH
Kebijakan base oil -
+ oil
konsumsi <ekspor base oil> Factor
Pajak tersedia pelumas + kelegalan asosiasi Migas thd SDM
<base oil
+
-
Factor Condition <data volume
pelumas yang
tersedia> <minyak mentah import base rata-rata konstribusi konstribusi aspek produksi>
+ oil - konsumsi tersedia - jumlah konstribusi kelegalan
- ketersediaan pelabuhan tersedia> + kelegalan pelaku terhadap factor
biaya pelabuhan (lokasi dan jumlah pelaku) <kandungan minyak
base oil + otomotif lembaga penelitian condition
bongkar muat jatim kapasitas produksi peningkatan factor
mentah jatim> +
+ base oil volume produksi konstribusi kelegalan <konstribusi <konstribusi daya saing
+ eksport condition
+ + base oil - BP Migas infrastruktur untuk <konstribusi teknologi> industri pelumas
+ Konstribusi ketersediaan pelumas
+
bahan baku produk impor sektor ini> Dukungan aspek infrastruktur untuk <konstribusi
+
minyak pelumas
konstribusi kelegalan sektor ini>
biaya transportasi - konstribusi Konstribusi financial penyimpanan>
ketersediaan sumber
BPH Migas related supporting
harga BBM + transportasi daya manusia
konstribusi Pemerintah industry
tingkat bencana konstribusi kelegalan
+ +
+ kematian + Pusat thd finance
pendidikan structure, strategy and
biaya transportasi
konstribusi kondisi + + kelahiran masyarakat
Factor +
+
darat kondisi jalan
infrastruktur
+ Condition -
+ konstribusi kelegalan konstribusi BP Migas rivalry in companies <konstribusi bahan
+
jarak darat konstribusi +
pelatihan populasi
+ industri pendukung konstribusi Pemerintah thd finance baku supplier base oil>
tempuh komunikasi kondisi + daerah thd finance <konstribusi
penduduk jatim lainnya <konstribusi
kejadian gangguan pipeline + konstribusi institusi <produktivitas> perniagaan> pengangkutan>
- distribusi konstribusi lembaga
komunikasi
kemudahan konstribusi listrik +
SDM dengan keahlian pendukung lainnya thd <konstribusi
pipa air + dan air - ketersediaan + keuangan dalam kosntribusi asosiasi finance pengolahan base oil>
+ komunikasi peminjaman modal dan kompetensi penduduk lulus
luas cakupan + - modal
Sarjana (Aspelindo) thd finance
- +
jaringan peningkatan structure,
+ gangguan kejadian
air <tingkat strategy and rivalry in
pemadaman listrik + konstribusi aspek terhadap
jumlah pemancar
ketersediaan
- kompetisi> companies
air jumlah pencari
structure, strategy and rivalry
komunikasi jatim respon investor untuk
ketersediaan menanamkan modal kerja in companies
listrik

Gambar 5.8 Model Utama Daya Saing


Gambar 5.5 Cause-loop Diagram Sub Variabel Factor Industri Pelumas Jawa Timur
Condition <profit pelumas
semi-synthetic>
<biaya produksi
semi-synthetic> <harga pelumas
<volume produksi
pelumas mineral> <harga pelumas
<harga pasar pelumas
semi-cynthetic> synthetic>
kapasitas produksi semi-synthetic>
<nilai tukar rupiah <jarak agen
minyak mentah + konstribusi USD>
<harga pasar
<harga pasar
pelumas synthetic>
distribusi jember>
<volume produksi harga pelumas <biaya transport
kapasitas produksi pelumas semi-synthetic pelumas mineral> <jarak agen darat per km>
<unit penyetara distribusi madiun>
semi-cynthetic> harga pelumas ekspor harga ekspor
eskport>
<tingkat semi-synthetic pelumas synthetic <jarak agen

pendidikan> + <volume produksi


harga pelumas
distribusi surabaya>
pelumas mineral> demand base oil lokal ekspor mineral
<Jarak agen
Related Supporting semi synthetic
<unit penyetara distribusi malang>
+ Industry eskport> <multiple waktu>
+ + demand base oil penjualan semi
nilai tukar rupiah
Biaya Distribusi
mineral jatim synthetic
USD <jarak agen
kualitas minyak penjualan mineral
<inflasi>
<ekspor pelumas
biaya distribusi kediri>
konstribusi teknologi mentah penjualan mineral>
operasional <biaya
ekspor administrasi>
dalam industri pelumas harga pelumas <iuran operasional
mineral akumulasi pendapatan pelaku>
<pendapatan dari
kualitas base oil+ <konstribusi efisiensi proses> pendapatan sektor pelumas
pengeluaran
pajak
+ teknologi refinary> pengeluaran
penghasilan

kualitas produk + + <biaya produksi


pajak
<ekspor pelumas <multiple
pelumas pelumas mineral>
<volume produksi demand base oil penjualan synthetic> waktu> biaya
<biaya produksi>
lokal synthetic synthetic produksi <pendapatan>
pelumas mineral> <eksport semi <depresiasi <biaya darat
+ synthetic> teknologi> jatim>
+ <volume produksi biaya bahan baku biaya pengadaan
pelumas scynthetic> harga pelumas <volume produksi base oil <biaya pelabuhan
synthetic pelumas scynthetic> luar jatim>
<konstribusi pengembangan <pendapatan> <pengeluaran> biaya tenaga
<biaya bahan baku <biaya pelabuhan
proses pengolahan base konstribusi pelumas mineral>
<biaya bahan baku kerja
jatim>
semi-synthetic>
oil> pengembangan proses <biaya produksi
pelumas synthetic>
produktivitas <biaya bahan baku <biaya darat luar
minyak base oil synthetic>
jumlah tenaga
kerja
gaji tenaga
kerja jatim>

Gambar 5.6 Cause-loop Diagram Sub Variabel turn over


karyawan tetap outsourcing

Related and Supporting Industry


<Time>
<multiple waktu>

Gambar 5.9 Stock and flow maps Sub Model Pendapatan


Sektor Industri Pengolahan Pelumas
Gambar di atas merupakan beberapa
contoh stock and flow diagram dari model daya
saing klaster industri migas, khususnya pada
industri pelumas. Setelah tahap permodelan
tersebut, langkah selanjutnya adalah
memformulasikan setiap variabel dalam sistem
tersebut yang memberikan gambaran hubungan
perilaku dalam sistem dan melakukan pengujian
verifikasi dan validasi terhadap model.
4.1 Pengujian Verifikasi
Verifikasi dilakukan dengan merunning
model dan melakukan check model dan check
unit serta melihat cause tree diagram dari setiap
Gambar 5.12 Output Verifikasi Check Model
sub model dan dilihat kelogisan sistem tersebut
dalam model seperti pada gambar di bawah ini. 4.2 Pengujian Validasi
Validasi dilakukan dengan membandingkan
konstribusi BP Migas thd finance
konstribusi institusi pendukung lainny a thd finance
konstribusi Pemerintah daerah thd finance Dukungan aspek financial output hasil simulasi dan data aktual. Variabel
konstribusi Pemerintah Pusat thd finance
kosntribusi asosiasi (Aspelindo) thd finance yang menjadi parameter untuk divalidasi adalah
IPM penduduk jatim
konstribusi Asosiasi thd SDM
harga pelumas per type. Berikutadalah proses
konstribusi BP Migas thd SDM validasi model daya saing klaster pelumas.
konstribusi BPH Migas thd SDM Gambar 5.13 Proses Simulasi Model
konstribusi institusi pendukung lainny a thd SDM Dukungan ketersediaan dan pengembangan SDM
konstribusi lembaga penelitian thd SDM
Untuk Validasi Harga Pelumas per tipe
konstribusi masy arakat thd SDM
konstribusi pemerintah daerah thd SDM
konstribusi pemerintah pusat thd SDM
biay a darat jatim
konstribusi aspek terhadap factor condition
biay a darat luar jatim
konstribusi infrastruktur untuk sektor ini
biay a pelabuhan jatim
biaya pelabuhan luar jatim
base oil sesuai spesifikasi
demand base oil lokal
konstribusi ketersediaan bahan baku
ekspor base oil
impor base oil
konstribusi kelegalan asosiasi
konstribusi kelegalan BP Migas
konstribusi kelegalan BPH Migas
konstribusi kelegalan industri pendukung lainny a
rata-rata konstribusi kelegalan pelaku
konstribusi kelegalan lembaga penelitian Keterangan Gambar 5.37 :
konstribusi kelegalan masy arakat
konstribusi kelegalan pemerintah daerah 1 : Tombol run Automatically simulation on change.
konstribusi kelegalan pemerintah pusat
Tahap ini merupakan tahap untuk menjalankan/ running
Gambar 5.10 Tree Diagram Daya Saing model setelah verifikasi model telah selesai dilakukan.
Klaster Industri Pelumas Jatim 2 : Setelah model disimulasikan tekan variabel yang ingin
diketahui outputnya, misalnya harga pelumas semi
synthetic
3: Tekan tombol table untuk melihat output hasil
simulasi.
4: Hasil simulasi
Berikut ini merupakan table harga
pelumas aktual dan hasil simulasi yang akan
dibandingkan pada pengujian validasi.
Tabel 5.1 Harga Pelumas Aktual
Data Running Hasil Simulasi Pada Harga Pelumas Mineral, Semi-synth, dan Syntehtic
Time (Year) 0 1 2 3 4 5
harga pelumas mineral per liter 21192.14648 22780.13672 23724.78125 23723.564 21249.732 23725.002
harga pelumas semi synthetic per liter 28345.11523 30174.16797 31299.61133 31289.957 28420.373 31301.363
harga pelumas synthetic per liter 61069.83984 65156.86328 67682.60156 67658.477 61240.773 67686.961
Tabel 5.2 Harga pelumas Hasil Simulasi
Time (Year) 2004 2005 2006 2007 2008 2009
harga pelumas mineral per liter Rp 21,192 Rp 22,780 Rp 23,725 Rp 23,724 Rp 21,250 Rp 23,725
Gambar 5.11 Output Check unit model harga pelumas semi synthetic per liter Rp 28,345 Rp 30,174 Rp 31,300 Rp 31,290 Rp 28,420 Rp 31,301
harga pelumas synthetic per liter Rp 61,070 Rp 65,157 Rp 67,683 Rp 67,658 Rp 61,241 Rp 67,687
Langkah validasi model : daya saing industri pelumas
Inputkan hasil running simulasi (Tabel 5.3) Stat Basic 3

Statistic 1-sample t Choosing column can be test; mean


harga pelumas per tipe OK 2.75

Hipotesis Model : 2.5


Ho = 1= 2= .. n,
Ha = 1 2 .. n, 2.25

Output hasil pengujian validasi dengan minitab 2


dapat dilihat pada table di bawah ini. 0 1 2
Time (Year)
3 4 5

Tabel 5.3 Validasi Model berdasarkan Parameter Harga daya saing industri pelumas : Model daya saing industri pelumas-terminal 3 USD Dmnl
Parameter = 5% p-value Keterangan daya saing industri pelumas : Model daya saing industri pelumas-terminal 5 USD Dmnl
daya saing industri pelumas : Model daya saing industri pelumas-terminal 8 USD Dmnl
Pelumas mineral 0.05 0.635 Valid
Pelumas semi-synthetic 0.05 0.647 Valid Gambar 5.45 Grafik Pengaruh Skenario Iuran Biaya
Pelumas synthetic 0.05 0.693 Valid Terminal Bongkar-Muat Pelabuhan terhadap Daya Saing
Setelah tahap permodelan selesai Klaster Industri Pelumas di Jawa Timur
dilakukan maka model bisa disimulasikan dan 5. Analisa dan Pembahasan
output model daya saing klaster industri pelumas Rantai aktivitas migas terdiri atas
yang dihasilkan adalah sebagai berikut. aktivitas hulu-hilir dimana aktivitas hulu
Tabel 5.4 Output Running Simulasi Daya Saing Industri meliputi industri eksplorasi dan eksploitasi
Pelumas di Jawa Timur dimana terdapat 10 pelaku industri. Pelaku
Time (Year)
daya saing industri pelumas
2004
2.44
2005
2.43
2006
2.31
2007
2.31
2008
2.32
2009
2.23
industri hulu yang tercatat ini mendapatkan ijin
Demand Factor
Factor Condition
2.20
2.16
2.10
2.18
2.10
2.18
2.10
2.18
2.10
2.18
2.10
2.18
resmi dari ESDM dan BP Migas sebagai
structure, strategy and rivalry in companies 2.91 2.95 2.78 2.79 2.82 2.82 lembaga independen yang mengurusi ijin
related supporting industry 2.50 2.50 2.17 2.17 2.17 1.83
aktivitas hulu. Sedangkan pada area downstream
Langkah selanjutnya setelah model
industri hilir adalah industri pengolahan dan non
dinyatakan terverifikasi dengan baik dan valid
pengolahan yang merupakan industri pendukung
maka dilakukan uji sensitifitas dengan trial error
meliputi industri pengangkutan, penyimpanan
dan membuat skenario kebijakan terkait dengan
dan perniagaan. Pada industri pengangkutan, di
pengembangan klaster industri pelumas
Jawa Timur terdapat tiga kategori pengangkutan
berdasarkan hasil analisa SWOT yang digali
berdasarkan produk/bahan yang akan diangkut
pada Focus Group Discussion I . Skenario
meliputi pengangkutan BBM, pengangkutan
kebijakan yang akan disimulasikan adalah pada
Gas, dan Pengangkutan LPG. Sedangkan
bea impor, iuran operasional, dan biaya sewa
berdasarkan wilayah dan cara pengangkutannya
terminal. Di bawah ini merupakan gambaran
terdiri atas pengangkutan darat 14 perusahaan,
grafik output simulasi skenario kebijakan.
daya saing industri pelumas
laut (perairan Indonesia) 9 perusahaan dan pipe
3 line 4 perusahaan. Selain pengangkutan, industri
2.75
hilir lainnya adalah penyimpanan yaitu
2.5
penyimpanan LPG yang dipegang oleh
2.25
Pertamina dan penyimpanan BBM yang
dilakukan oleh tiga perusahaan penyimpanan
2
0 1 2 3 4 5 BBM. Sedangkan pada industri perniagaan juga
Time (Year)

daya saing industri pelumas : Model daya saing industri pelumas-bea 10% Dmnl
dibedakan atas beberapa tipe perniagaan mulai
daya saing industri pelumas : Model daya saing industri pelumas-bea 30%
daya saing industri pelumas : Model daya saing industri pelumas-bea 20%
Dmnl
Dmnl
dari perniagaan minyak, gas dengan fasilitas, gas
dengan non fasilitas, niaga LPG, niaga BBM
Gambar 5.40 Grafik Pengaruh Skenario Bea Impor terhadap
Daya Saing Klaster Industri Pelumas terbatas, niaga terbatas Olahan, niaga Recovered
daya saing industri pelumas Oil, niaga CNG dan BBG, niaga umum hasil
3
olahan, niaga BBM dan niaga BBM umum yang
2.75 secara keseluruhan berjumlah 20 perusahaan
2.5 perniagaan dengan ijin yang berbeda tergantung
2.25 klasifikasi
2 Selain pelaku pendukung pada rantai
0 1 2
Time (Year)
3 4 5
migas tersebut, terdapat pula pelaku pendukung
daya saing industri pelumas : Model daya saing industri pelumas-iuran 0 M
daya saing industri pelumas : Model daya saing industri pelumas-iuran 0,8 M
Dmnl
Dmnl
di luar rantai migas antara lain industri seismik,
daya saing industri pelumas : Model daya saing industri pelumas-iuran 1 M Dmnl
jasa konstruksi, industri peralatan dan industri
Gambar 5.41 Grafik Pengaruh Skenario Iuran Operasional jasa non produksi seperti industri jasa konsultan
terhadap Daya Saing klaster Industri Pelumas analisis. Di Jawa Timur ada sekitar 7 perusahaan
konstruksi dan 5 perusahaan peralatan industri pengadaan industri pengolahan refinery yang
migas untuk industri pengolahan. Sedangkan mampu menghasilkan base oil akan membantu
untuk industri jasa non produksi meliputi jasa meningkatkan efisiensi industri ini karena saving
operasi sumur, pemboran, pekerjaan bawah cost dari transportasi dan terminal pengangkutan
tanah, inspeksi teknis dan sebagainya yang bisa dioptimalkan disini.
secara keseluruhan berjumlah sekitar 8 Melihat rantai nilai dari industri pelumas
perusahaan jasa non produksi. Perusahaan jasa dan berdasarkan hasil pengolahan data diketahui
ini juga menjadi tim analisis terhadap kondisi bahwa nilai tambah di aktivitas primer mulai
tindakan migas yang akan dilakukan oleh inbound logistic, operation, outbound logistic,
perusahaan migas. marketing, sales dan service berturut-turut
Selain hubungan antar pelaku industri adalah Rp. 2.428 per liter untuk inbound logistic
inti dan pendukung, hubungan industri dengan base oil untuk pelumas mineral, semi synthetic
pemerintah dan institusi penting lainnya juga dan synthetic serta inbound logistic Rp. 440,86
harus dibangun secara kuat dan baik untuk per liter dan Rp. 991,93 per liter additives untuk
mendukung pengembangan industri ini. semi synthetic dan synthetic berturut-turut ; pada
Pemerintah daerah dan pemerintah pusat yang operation dan outbound logistic Rp. 324,72 per
terdiri atas Departemen Energi dan Sumber Daya liter untuk pelumas mineral, Rp. 2.392,10 per
Mineral Pusat dan Propinsi Jawa Timur di bawah liter untuk pelumas semi-synthetic dan Rp.
naungan Dirjen Minyak dan Gas Bumi dan 3.237,81 per liter untuk pelumas synthetic; pada
Kementrian ESDM, BUMD, dan BKPM marketing,sales dan services Rp. 448.96 per liter
merupakan instansi pemerintah yang memiliki untuk pelumas mineral, Rp. 611.56 untuk
peran penting dalam kaitannya dengan penetapan pelumas semi-synthetic dan Rp. 1.316,78 per
kebijakan terkait dengan aktivitas migas. Dirjen liter untuk pelumas synthetic ; sehingga nilai
Pajak dan Bea Cukai, Perbankan Nasional dan tambah rata-rata yang diberikan pada pelumas
BUMN terkait seperti TELKOM, PLN untuk setiap tipenya secara indikatif adalah Rp.
merupakan institusi pemerintah yang secara 3.201 per liter untuk pelumas mineral, Rp.
langsung maupun tidak langsung mendukung 5.872,63 per liter untuk pelumas semi-synthetic,
akivitas migas dalam hal kebijakan pajak, dan Rp 8.415,49 per liter untuk pelumas
financial, dan infrastruktur. synthetic.
Selain pemerintah, stakeholder lain yang Berdasarkan informasi tersebut diketahui
mendukung keberlangsungan klaster migas bahwa nilai tambah terbesar sebenarnya terdapat
adalah asosiasi, lembaga penelitian, dan pada pada inbound karena harga bahan baku
masyarakat. Beberapa asosiasi migas antara lain base oil yang cukup tinggi apalagi base oil
Aspelindo, Aspermigas, Apitindo, Inpemigas, tersebut merupakan base oil impor sebagai
Hiswana Migas dan Komunitas Migas Indonesia. akibat dari ketidaktersediaan base oil lokal.
Lambaga lainnya adalah Lembaga penelitian Selain harga base oil, harga bahan additive untuk
dalam kaitannya dengan pengembangan industri pelumas tipe synthetic yang cukup tinggi dan
migas. Perguruan tinggi sebagai pencetak kader biasasnya diimpor merupakan alasan yang juga
dan menghasilkan sumber daya manusia yang mempengaruhi add value di rantai ini cukup
memiliki kompeten Sedangkan masyarakat, tinggi jika dibandingkan dengan rantai yang lain.
Lembaga Swadaya Masyarakat, Tokoh Jika dilihat dari harga komoditas pelumas rata-
masyarakat dan penduduk setempat merupakan rata add value yang diberikan kepada produk
sasaran sosial perusahaan dalam rata-rata hanya 14%, dimana inbound logistic
mengimplementasikan Corporate Social dan operation ini menyumbang 7% dan 5% dari
Responsibility kepada lingkungan sekitar rata-rata harga jual pelumas di pasar sedangkan
industri. aktivtas setelah itu hanya menyumbang sekitar
Base oil merupakan bahan baku utama 2% untuk produk pelumas yang ada di pasar.
dalam pembuatan pelumas. Ketidaktersediaan Proporsi 12% nilai nominal ekonomis terhadap
base oil secara mandiri sebagai bahan baku harga jual tersebut pada rantai inbound dan
pelumas dalam memenuhi kebutuhan produksi operation selain disebabkan oleh harga base oil
pelumas di Jawa Timur merupakan aspek yang yang cukup mahal juga disebabkan oleh biaya
perlu dipertimbangkan dalam pengembangan operasional yang cukup tinggi karena teknologi
klaster industri migas ke depannya. Dukungan puntuk proses produksi khususnya pada produk
pemerintah baik secara financial maupun semi-synthetic dan synthetic yang cukup tinggi.
infrastruktur dalam pembangunan dan Tingginya nilai investasi dan resiko yang akan
ditanggung oleh industri ini sejalan dengan perusahaan yang kurang mampu memberikan
konsep high risk, high return. nilai tambah yang besar dapat diminimlisasi
Biaya produksi dinyatakan sebagai dengan melakukan pemutusan rantai dan
kumpulan biaya langsung yang meliputi biaya menyatukannya dalam sebuah rantai sehingga
bahan baku, tenaga kerja langsung, overhead lebih efektif.
pabrik, dan beberapa biaya operasional lainnya Pada value chain Porter juga terdapat
sehingga diketahui biaya pokok produksinya. aktivitas sekunder yang dilakukan dalam sebuah
Variabel tenaga kerja dengan keahlian yang baik, industri ataupun perusahaan. Aktivitas tersebut
investasi, depresiasi peralatan dan konstruksi meliputi aktivitas strategis yaitu firm
kilang serta biaya overhead lainnya merupakan infrastructure yang merupakan gambaran dari
beberapa variabel pemicu rantai ini memberikan struktur organisasi yang digunakan, visi dan misi
konstribusi besar dalam nilai pelumas pada perusahaan, strategi objective, sistem
sektor migas. Nilai tambah dari rantai ini pengendalian dan pembentukan budaya
merupakan nilai tambah tertinggi pada rantai perusahaan, Human Resource Management,
pengolahan pelumas. Technology Development, dan Procurement.
Selain pada aktivitas pengolahan dan Aktivitas firm infrastructure merupakan
inbound logistic, nilai tambah aktivitas outbound bagian top management yang memiliki peran
logistic, marketing and sales, dan service juga strategis dalam pengembangan perusahaan.
mampu memberikan konstribusi dalam Adanya pendefinisian visi misi perusahaan,
menentukan profit margin dalam produk langkah strategis perusahaan, serta sistem
pengolahan pelumas. Nilai tambah pada aktivitas management yang baik akan mendorong
ini tidak lebih besar dari aktivitas operation dan peningkatan kinerja perusahaan karena hal ini
outbound karena memang aktivitas ini tidak berkaitan dengan kelegalan dan prospek
memberikan nilai tambah secara fungsional pada profitability perusahaan ke depannya dalam
produk pelumas. Aktivitas tersebut merupakan memandang secara visioner terhadap persaingan
aktivitas penyimpanan, pengangkutan dan yang ada sehingga dapat menentukan langkah-
perniagaan produk pelumas. Peningkatan strategi langkah strategis management dalam
marketing and sales serta service untuk menghadapi tantangan ke depan. Sistem
pelanggan produk pelumas mampu menaikkan pengendalian dalam setiap business process yang
kepuasan customer sehingga mampu dituangkan dalam design pengendalian secara
meningkatkan loyalitas dari customer untuk teknis, human resource maupun sumber daya
menggunakan produk pelumas yang dihasilkan yang lain merupakan langkah taktis management
perusahaan ataupun klaster. dalam penentuan strategi pencapaian visi misi
Hasil diagnosis rantai nilai juga perusahaan dengan menciptakan budaya kerja
diketahui bahwa profit margin dari produk yang kondusif dan kompetisi yang sehat di
olahan minyak pelumas sebesar Rp 3.201,79 per dalam perusahaan. Aktivitas sekunder lainnya
liter untuk pelumas mineral, Rp. 5.872,63 per adalah terkait dengan human resource
liter untuk pelumas semi-synthetic, dan Rp. management yang merupakan aspek sangat
8.415,49 per liter untuk pelumas synthetic. Profit penting karena sumber daya yang diatur disini
margin ini bisa ditingkatkan dengan adalah sumber daya manusia. Kinerja manusia
meningkatkan kinerja klaster industri di sektor tidak bisa disamakan dengan mesin dan modal
ini secara maksimal. Oleh karena itu dalam kapital yang sifatnya statis dan bisa diatur. Oleh
pengembangan klaster ke depannya pemerintah karena itu management terhadap sumber daya
bisa mempertimbangkan peran strategis industri manusia perlu dimanage secara baik dan
pengolahan refinery ini ada dan beroperasi maksimal. Dalam perkembangan manajemen
secara optimal di Jawa Timur sehingga dapat sumber daya manusia, aktivitas MSDM meliputi
meningkatkan efisiensi cost dan meningkatkan aktivitas recruitment, training, pengembangan
daya saing industri. Konsep outsourcing produk karyawan, kompensasi, penilaian kinerja
ke industri lain dan fokus pada salah satu produk (evaluasi) dan aktivitas penting lainnya yang
olahan unggulan perusahaan saja merupakan terkait. Training karyawan merupakan aktivitas
salah strategi yang cukup efektif untuk peningkatan skill karyawan agar dapat
meningkatkan daya saing industri. Strategi ini meningkatkan kompetensi perusahaan
dapat meningkatkan efektifitas dan keuntungan Aktivitas sekunder yang lain adalah
perusahaan. Selain kerjasama antar pelaku , procurement. Penyediaan bahan baku adalah
identifikasi nilai tambah dari setiap chain dalam aspek penting yang mendukung kelancaran
aktivitas produksi perusahaan. Kerugiaan akibat index kecil dalam mendukung index daya saing
keterlambatan kedatangan bahan baku sehingga hal ini dikarenakan luas cakupan pasar di Jawa
produksi tidak bisa dilakukan merupakan resiko Timur untuk masing-masing pelaku sangat
besar yang dihadapi perusahaan ketika berbeda jauh sehingga kondisi daya saing
management procurement tidak menjalankan pelumas oleh pelaku ini masih didominasi oleh
fungsinya secara lancar. Konsep klaster industri pelaku tertentu saja sehingga daya saing antar
merupakan solusi konsep yang patut pelaku di dalam klaster tersebut untuk memenuhi
dipertimbangkan untuk masalah ini. Karena permintaan pelumas yang semakin meningkat
dalam konsep klaster keterkaitan dan kerjasama rendah. Sedangkan related supporting industry
dari setiap pelaku industri di klaster tersebut memberikan konstribusi yang paling rendah pada
dinyatakan dalam sebuah komitmen bersama tahun 2009 karena tidak adanya supplir bahan
dalam mendukung keberlangsungan dan baku base oil di Jatim dan pelaku pendukung
berkembanganya sektor ini. lainnya yang kurang mampu mendukung
Peningkatan peran oleh setiap pelaku aktivitas migas seperti pengangkutan,
dalam klaster dapat meningkatkan efektifitas dari penyimpanan dan sebagainya.
masing-masing pelaku dalam klaster industri itu Melihat output simulasi dari daya saing
sendiri sehingga dapat meningkatkan daya saing klaster industri pelumas di Jawa Timur yang
industri. Penggambaran model daya saing masih rendah tersebut maka perlu dibuat sebuah
industri pelumas di Jawa Timur dengan rekomendasi terkait dengan kebijakan migas
menggunakan Model Diamond Porter menanggapi fenomena tersebut. Berdasarkan
merupakan metodel untuk melihat gambaran hasil simulasi skenario model akan dilakukan
perilaku dalam sistem migas saat ini. terhadap kebijakan bea, iuran operasional, dan
Berdasarkan hasil simulasi untuk model daya sewa terminal yang diidentifikasi dari analisa
saing secara keseluruhan diketahui bahwa daya SWOT pada FGD I ternyata tidak mampu
saing industri pelumas di Jawa Timur tahun 2009 memberikan pengaruh yang cukup signifikan
adalah 2,23. Artinya daya saing industri pelumas terhadap daya saing klaster industri pelumas
di Jawa Timur ini masih rendah. Hal ini dalam mendukung daya saing industri migas di
disebabkan karena masih minimnya dukungan Jatim. Namun jika diuji sensitivitas pada
dari berbagai ihak baik industri pendukung dan beberapa parameter variabel secara trial error
terkait, pemerintah dan lembaga pendukung dalam model tersebut diketahui bahwa variabel
lainnya dalam mendukung pengembangan yang mampu memberikan pengaruh signifikan
industri ini sebagai upaya peningkatan daya terhadap daya saing industri pelumas adalah
saing. keberadaan jumlah sektor pengangkutan. Hal ini
Berdasarkan hasil simulasi tersebut mengindikasikan bahwa keberadaan sektor
diketahui bahwa variabel yang memberikan pengangkutan di Jawa Timur masih belum
konstribusi rendah dalam daya saing industri memberikan konstribusi yang besar dalam
pelumas adalah factor condition, demand mendukung keberlangsungan dan daya saing
condition, dan related supporting industry. industri pelumas khususnya dan migas secara
Factor condition memberikan konstribusi index umum. Kondisi infrastruktur yang kurang
daya saing hanya 2.18, artinya konstribusi mendapat dukungan dari pemerintah dan
variabel ini masih sangat rendah. Hal ini keterbatasan armada adalah beberapa alasan
disebabkan karena ketersediaan base oil di Jawa yang parameter berpengaruh terhadap
Timur masih belum cukup memenuhi kebutuhan peningkatan daya saing klaster industri pelumas.
lokal bahkan tidak ada. Hal ini menimbulkan
biaya tambahan karena pelaku harus 6. Kesimpulan dan Saran
mengalokasikan dana penyediaan bahan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
tambahan untuk transportasi dan terminal dilakukan, maka dapat ditarik beberapa
penyimpanan maupun bongkar muat bahan baku kesimpulan dari penelitian ini terkait dengan
base oil tersebut. Selain itu kurangnya daya klaster industri minyak dan gas bumi sektor
dukung infrastruktur dan kebijakan pemerintah pengolahan pelumas di Jawa Timur bahwa
terkait infrastruktur tersebut dilihat dari index Stakeholder klaster industri migas terdiri atas
konstribusi infrastruktur di Jawa Timur yang pelaku inti yaitu industri pengolahan dan industri
masih rendah menimbulkan index konstribusi terkait yang meliputi eksplorasi-
infrastruktur terhadap factor condition kecil. ekploitasi,pengangkutan, penyimpanan, dan
Begitu juga demand factor, variabel ini memiliki perniagaan. Sedangkan pelaku pendukungnya
terdiri atas industri peralatan, jasa konstruksi, migas secara umum masih rendah. Hal ini karena
jasa non produksi, seismic, jasa analis dan dukungan dari pelaku pendukung dan
sebagainya. Selain itu lembaga atau institusi pemerintah masih belum mampu memenuhi
yang juga mendukung meliputi BP Migas, BPH kebutuhan industri baik secara teknis maupun
Migas, Lembaga Penelitian seperti LPPM ITS, operasional.
LAPI ITB, dan perguruan tinggi lainnya, Ada beberapa variabel daya saing yang
Pemerintah pusat dan daerah, asosiasi, berpengaruh dalam peningkatan daya saing
masyarakat dan perguruan tinggi. klaster industri pelumas yaitu Factor condition
Pada industri pengolahan pelumas rantai yang dipengaruhi oleh variabel ketersediaan
nilai terdiri atas industri pengolahan eksplorasi- SDM, SDA, modal, infrastruktur yang baik serta
eksploitasi (inbound logistic), industri harga base oil, dan kondisi sosial masyarakat
pengolahan refinery (operation 1), penyimpanan sekitar industri; Demand Condition meliputi
(outbound logistic), pengangkutan (marketing variabel tingkat konsumsi permintaan pelumas,
and sales 1), industri pengolahan pelumas dan luas cakupan pasar pelumas yang mampu
(operation 2), niaga (marketing and sales 2). dipenuhi oleh industri pengolahan pelumas di
Berdasarkan diagnosis profit margin pada rantai Jawa Timur.
nilai industri pelumas tersebut diketahui bahwa Dalam pengembangannya, sebuah
profit margin pada klaster industri pelumas di klaster membutuhkan banyak dukungan dan
Jawa Timur sebesar Rp. 3.201,79 per liter untuk komitmen yang kuat dari masing-masing
pelumas tipe mineral, Rp. 5.872,63 per liter stakeholder yang berhubungan dalam sektor
untuk pelumas tipe semi-synthetic, dan Rp. tersebut. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi
8.415,49 per liter untuk pelumas tipe synthetic. embrio awal terbentuknya klaster industri
Hubungan stakeholder dalam klaster minyak dan gas bumi di Jawa Timur dengan
industri pelumas di Jawa Timur diidentfikasi dari meletakkan industri pengolahan pelumas sebagai
besarnya konstribusi yang diberikan masing- industri awal yang mengawali pilot
masing pelaku terhadap empat variabel dalam pengembangan klaster migas di Jawa Timur.
model Diamond Porter atas dasar hubungan Oleh karena itu untuk pengembangan klaster
keterkaitan dari setiap variabel di dalam industri industri yang lebih matang dan kuat diperlukan
minyak di Brazil yang disesuaikan dengan dukungan serta komitmen yang kuat dari seluruh
kondisi industri minyak di Jatim sehingga pelaku dalam sebuah visi. Pemerintah dalam hal
hubungan keterkaitan itu menjadi logis dan kebijakan dapat sangat membantu
sesuai dengan kondisi migas Jatim saat ini. pengembangan klaster ini melalui dukungan
Variabel yang cukup signifikan berpengaruh secara fisik, financial, maupun kebijakan yang
dalam peningkatan daya saing klaster industri terkait dengan industri migas dalam rangka
pelumas di Jatim adalah kondisi infrastruktur, menstimulus berdiri dan beroperasinya kembali
keberadaan dan kemampuan dari industri industri pengolahan refinery di wilayah Jawa
pendukung dan terkait seperti industri Timur untuk memudahkan penyediaan bahan
pengangkutan, dukungan pemerintah, tingkat baku (base oil). Selain itu, konstribusi pelaku
permintaan dan kondisi cakupan pasar, tingkat pendukung baik secara jumlah pelaku maupun
produktivitas. kapasitas dapat ditingkatkan agar mampu
Dalam model daya industri klaster memenuhi kebutuhan industri pengolahan
industri pelumas di Jawa Timur dapat diketahui pelumas sebagai pelaku inti seperti keberadaan
bahwa nilai daya saing klaster industri berubah industri pengangkutan dengan memberikan
berdasarkan keempat variabel variabel dalam kemudahan peminjaman modal investasi usaha
Model Diamond Porter yaitu variabel factor untuk penambahan armada pengangkutan
condition, demand condition, related and ataupun dalam hal kelegalan usaha.
supporting industry, serta strategy,structure, and Dukungan lain dari lembaga penelitian
rivalry in companies. Model ini berubah secara adalah peningkatan riset tentang migas oleh
dinamis sesuai dengan perubahan global akibat lembaga penelitian dan perguruan tinggi serta
variabel inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap diadakannya program studi tentang Perminyakan
dollar. Dari hasil simulasi diketahui daya saing dan Pertambangan oleh lembaga pendidikian
industri migas di Jawa Timur khususnya pada atau perguruan tinggi di Jawa Timur. Penelitian
industri pelumas mencapai angka 2,23. Hal ini ini juga masih membutuhkan kajian lebih dalam
mengindikasikan bahwa daya saing industri lagi terkait dengan pengembangan klaster
pelumas dalam mendukung daya saing industri dengan berbasis pada sektor lain dalam rantai
nilai hulu-hilir migas mengingat sektor migas Departemen Perindustrian. 2006. Bangun
cukup luas serta perlu adanya penelitian yang Sektor Industri Tahun 2025 Bab V. PT.
mampi mengukur keberlangsungan klaster Sucofindo. Jakarta.
industri ini sehingga bisa menjadi daya tarik bagi Direktorat Jendral Minyak dan gas Bumi. 2008.
pemerintah maupun pelaku dalam sektor ini. Datawarehouse. Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral .<URL:http:// www .
7. Daftar Pustaka migas .esdm.go.id>.
Afandi, Ahmad. 2008. Pengembangan Klaster
Sektor Industri Manufaktur di Jawa Forrester, J.W. 1968. Principle of System.
Timur Dengan Metode Fuzzy Multi Wright-Allen Press, Inc. Massachusetts.
Kriteria dan TOPSIS. Tugas Akhir Jurusan Gutomo, Prayudo. 2008. Potensi Migas dan
Teknik Industri ITS. Pengembangan SDM Daerah. <URL:http:
Badan Pusat Statistik. 2009. Pertumbuhan //www. pks-jatim.org >. Diakses 1 Juni 2009.
Ekonomi Indonesia Tahun 2008. Berita Hayami, et all. 1989. Agricultural Marketing and
Resmi Statistik. Badan Pusat Statistik. <URL: Processing In Up Land Java.
http://www.bps.go.id >. Diakses 25 Agustus Hidayati, Novita. 2009. Analisis Rantai Nilai
2009. Untuk Mengetahui Pola Peningkatan Daya
Badan Pengelola Usaha Hilir Minyak dan Gas Saing Klaster Industri Berbasis Logam di
Bumi. 2009. Blueprint BPH Migas. Jawa Timur Dengan Pendekatan Sistem
<URL:http://www.bphmigas.go.id.html>. Dinamik. Tugas Akhir Jurusan Teknik
Diakses 1 Juni 2009. Industri ITS.
Bank Indonesia, 2009. Inflasi <URL; Kadin Indonesia.2007. Visi 2030 dan Road
http://www.bi.go.id>. Map 2010 Industri Nasional. Ringkasan
Baroroh, Indah. 2008. Analisis Sistem Klaster Eksekutif Rekomendasi Kadin Indonesia.
Industri Alas kaki di Mojokerto untuk Makky, S.J. 2006. Pengelolaan Sumber Daya
merumuskan kebijakan pengembangan Energi dan mineral di Jawa Timur. Pusat
yang keberlanjutan dengan pendekatan Penelitian Kebumian dan Eksplorasi Sumber
sistem dinamik. Tugas Akhir Jurusan Teknik Daya Alam. Ketua Kelompok Riset
Industri ITS. Teknologi Pencitraan Geofisika dan
Buckley, P. J. et al. 1998 Measures of Dinamika Fluida. Laboratorium Geofisika,
International Competitiveness: A Critical Fisika FMIPA, ITS Surabaya.
Survey, Journal of Marketing Management. Ontarion Mineral Industri Cluster. 2009. A
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Dynamic Cluster : Houston Oil and Gas
2004. Pedoman dan Pola Tetap kebijakan Cluster. <URL: http:// www.omic.com.>.
Pemanfaatan Gas Bumi Nasional Diakses 13 September 2009.
2004/2005; Blueprint Implementasi Partiwi, S.G. 2007. Perancangan Model
Undang-Undang No. 22 tahun 2001 Pengukuran Kinerja Komprehensif pada
tentang Minyak dan Gas Bumi. Sistem Klaster Agroindustri. Disertasi
<URL:http://www.bphmigas.go.id >. Diakses Institut Pertanian Bogor.
1 Juni 2009. Pertamina, 2009. Daftar Produk-Unit Bisnis
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Pelumas.PT.Pertamina.<URL:http://peluma
2005. KPS, Blok, Cadangan Minyak dan s.pertamina.com>.
Gas Bumi di Jawa Timur. <URL : http: Porter, M.E. 1998. Cluster and The New
//www. jatimprov.go.id. html> . Diakses 27 Economic of Competition. Harvards
Agustus 2009. Business Review.
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Porter, M.E. 1998. What is National
2009. Industri Migas Aman Bagi Competitiveness? Harvard Business review,
Perbankan Nasional. <URL: http:// www. 6892) : 84-85.
esdm. go.id>. Diakses 27 Juli 2009.
Saiful, R.A . 2007. Migas jatim Dikuasai dan
Siap Dieksploitasi Dajjal Kapitalisme
<URL
:http://www.ipoel.wordpress.com.html>.
Diakses 9 September 2009.
Sasli, Rais dan Dance, Y.F. 2009. Penguatan
Daya Saing Daerah Untuk Mendukung
Industri Kluster. Project Management Unit
(PMU) Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional, PNPM Mandiri Daerah Tertinggal
dan Khusus. Nangroe Aceh Darussalam-Nias.
Tempo Interaktif. 2004. UU No. 22 Tahun 2001
tentang minyak dan gas bumi.
.<URL:http://www.tempointeraktif.com>.Dia
kses 30 Agustus2009
Widianto, Eko. 2007. Kondisi Energi Primer
(Minyak dan Gas) Indonesia. Pertemuan
Nasional Forum Komunikasi Pendidikan
Tinggi Elektro Indonesia 2007. Yogyakarta.
Zamith, Regina. 2000. Competitiveness in The
Brazillian Oil Industry-The Brazilian (Oil
Diamond). Energy Program. University of
Sao Paulo, Brazil. Revue de lEnergie, no516.

Anda mungkin juga menyukai