Anda di halaman 1dari 9

PERANCANGAN MODEL PENGEMBANGAN KINERJA

DAYA SAING KLASTER INDUSTRI MINYAK DAN GAS BUMI DI


JAWA TIMUR

SYARIFA HANOUM, PATDONO SUWIGNJO, BUDISANTOSO WIRJODIRDJO DAN DEVINATA JUWITA P.


Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

E-mail: syarifa@ie.its.ac.id

ABSTRAK
Industri minyak dan gas merupakan sektor yang memiliki peranan vital strategis dalam pembangunan nasional.
Jawa Timur salah satu dari provinsi di Jawa yang mempunyai potensi dahsyat dalam hal minyak dan gas yang belum
dieksplorasi secara maksimal. Klaster industri adalah konsep pengembangan industri yang mengorganisasikan secara
komprehensif hubungan dan kebiasaan dari stakeholder dalam industri sehingga mereka dapat berkorporasi untuk
meningkatkan daya saing dalam industri. Peningkatan daya saing industri mendukung kemampuan dan kontribusi
antara masing-masing industri minyak dan gas di Jawa dengan mengidentifikasi kebiasaan dari stakeholder dan sistem
dalam sektor ini di mana akan menggambarkan model stakeholder dan model rantai pasok. Dalam penelitian ini, klaster
industri pelumas digunakan sebagai embrio untuk mengembangkan klaster industri minyak dan gas. Kompleksitas
dari sistem dalam contoh kebiasaan akan dipresentasikan dalam model sistem dinamis, di mana akan memungkinkan
mengindentifikasi pengaruh antara masing-masing variabel. Model Porters Diamond diadaptasi untuk memodelkan
kebiasaan dalam daya saing. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam meningkatkan daya saing klaster
industri beberapa variabel signifikan dibanding yang lain.

Kata kunci: klaster industri minyak dan gas, stakeholder, analisa rantai nilai, analisa persaingan, sistem dinamis

ABSTRACT
Oil and gas industry is a sector that has a vital strategic role on national development. East Java is one of the province
in Java that has an enourmous potential on oil and gas and has not been optimally explored. Industrial cluster is an
industrial development concept that comphrehensively organize the relationship and behaviour of stakeholder in industry
so that they can co-operate to increase the competitiveness of the industry. The increasing of industrial competitiveness is
supported by completeness and contribution of each industry in oil and gas industial cluster in each java by identifying the
behaviour of stakeholder and system in this sector which is described in stakeholder model and value chain model. In this
research, lubricant industrial cluster is used as an embryo for developing oil and gas industrial cluster. The complexity of
the system in terms of system behaviour will be presented in a dynamic system model, which will make it possible to identify
the influence between each variables.The Porters Diamond model is adapted to model the behaviour of the competitiveness.
The result of this research showed that in increasing the industrial cluster competitiveness some variables are significantly
influencing then the others.

Key words: oil and gas industrial cluster, stakeholder, value chain analysis, competitiveness analysis, dynamic system

PENDAHULUAN penggalian yaitu sebesar 5% (Badan Pusat Statistik,


Indonesia adalah negara yang kaya akan 2009).
potensi sumber daya alam, baik di sektor industri, Kebijakan stimulus fiskal merupakan salah satu
pertanian, kehutanan, perikanan dan kelautan, dan kebijakan yang akan membantu kinerja perekonomian
pertambangan yang mampu memberikan sumbangan tahun 2009. Sektor industri memang menyumbang
bagi pertumbuhan Product Domestic Bruto (PDB) PDB terbesar, tetapi sejak 2005 pertumbuhan sektor
setiap tahunnya. Pertumbuhan Product Domestic ini cenderung melambat. Bahkan pertumbuhannya
Bruto (PDB) tahun 2008 meningkat sebesar 6,1% berada di bawah pertumbuhan ekonomi. Oleh
jika dibandingkan dengan tahun 2007. Pertumbuhan karena itu untuk mendukung perbaikan industri,
terendah terjadi di sektor pertambangan dan kebijakan pemerintah akan difokuskan pada enam

1
sektor prioritas dan kompetensi inti daerah. Enam negeri, mulai dari industri besar, menengah, hingga
sektor tersebut meliputi pemurnian minyak bumi, industri berskala kecil. Hal ini sejalan dengan konsep
otomotif, pengolahan komoditas primer, industri klaster industri yang diperkenalkan oleh Porter
pengolahan tembaga, industri tekstil dan produk (1998) dan kemudian diadopsi oleh pemerintah
tekstil terintegrasi, serta industri mesin perkakas dengan mengeluarkan kebijakan pembangunan
(Gutomo, 2008). Struktur perekonomian Indonesia industri nasional dengan pendekatan klaster industri
secara spasial masih didominasi oleh kelompok (Departemen Perindustrian, 2006).
provinsi di Pulau Jawa yang mampu memberikan Penelitian ini bertujuan untuk membuat sebuah
konstribusi terhadap Product Domestic Bruto (PDB) model sistem dinamik klaster industri minyak bumi
sebesar 57,9% dengan konstribusi provinsi terbesar dan gas alam di Jawa Timur. Upaya peningkatan
adalah DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Barat, daya saing industri minyak bumi dan gas alam di
di mana ketiganya mampu memberikan konstribusi Jawa Timur untuk mendukung peningkatan daya
sebesar 46% yang menunjukkan hampir separuh saing migas nasional di persaingan minyak bumi
konstribusi terhadap Indonesia dalam mendukung dan gas alam global dengan fokus pada salah satu
daya saing industri nasional (Badan Pusat Statistik, sektor yang memiliki peran strategis dan potensial
2009). Jawa Timur (Jatim) merupakan salah satu di Jawa Timur. Definisi dan identifikasi hubungan
propinsi di Indonesia dengan potensi sumber daya dari setiap komponen stakeholder dalam klaster
energi dan mineral yang beragam dan melimpah sehingga dapat dibuat sebuah model sistem dinamik
khususnya sumber daya mineral yaitu mineral energi dari sistem migas Jatim tersebut sehingga dari
meliputi minyak dan gas bumi serta panas bumi serta model-model tersebut dapat diidentifikasi komponen-
mineral bahan galian logam/ non-logam/ industri komponen (stakeholder) klaster, rantai nilai, model
seperti pasir timah, sulfur, fosfat, mika, belerang, konseptual sistem industri minyak dan gas bumi
fluorit, felspar, ziolit dan diatomea. Industri Minyak di Jawa Timur, khususnya pada sektor pelumas
dan Gas Bumi merupakan sektor penting di dalam sebagai embrio pengembangan klaster industri migas
pembangunan nasional baik dalam hal pemenuhan Jatim dan mampu menganalisis perilaku model
kebutuhan energi dan bahan baku industri di dalam klaster serta mengidentifikasi variabel-variabel
negeri maupun sebagai penghasil devisa negara yang mempengaruhi dan mendukung peningkatan
sehingga pengelolaannya perlu dilakukan seoptimal daya saing klaster industri migas di Jawa Timur,
mungkin (Badan Pengelola Hilir Minyak dan Gas khususnya pada industri pengolahan pelumas.
Bumi, 2009).
Dalam upaya menciptakan kegiatan usaha minyak METODE
dan gas bumi yang mandiri, andal, transparan, Secara metodologi penelitian ini menggunakan
berdaya saing, efisien, dan berwawasan pelestarian pendekatan mix method, yaitu gabungan antara
fungsi lingkungan serta mendorong perkembangan metode kualitatif dan kuantitatif. Secara umum
potensi dan peranan nasional sehingga mampu metode kualitatif dilakukan pada awal penelitian
mendukung kesinambungan pembangunan nasional yang dilakukan dengan benchmarking kepada
guna mewujudkan peningkatan kemakmuran dan industri pelaku maupun asosiasi, in-depth interview
kesejahteraan rakyat maka ditetapkan Undang- dengan pakar, serta focus group discussion (FGD)
undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dengan pelaku atau stakeholder. Di sisi lain, metode
dan Gas (Badan Pengelola Hilir Minyak dan Gas kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini
Bumi, 2009), di mana pemerintah memberikan adalah suatu alat pemodelan sistem yang disebut
kesempatan besar bagi perusahaan multinasional dengan sistem dinamis, di mana metode ini
serta mematahkan monopoli peran PT. Pertamina dimanfaatkan untuk mendapatkan gambar model
yang sebelumnya menguasai kegiatan usaha hulu dinamis klaster industri migas saat ini dan ke
sampai dengan hilir sektor migas. Dominasi asing depannya seperti apa. Sistem dinamis juga digunakan
terhadap sektor energi migas Indonesia akan untuk mensimulasikan beberapa model infrastruktur
semakin berkepanjangan apabila pemerintah tidak kebijakan pengembangan klaster industri minyak
berupaya mendorong bangkitnya industri dalam dan gas bumi di Jawa Timur untuk dapat ditentukan
negeri dan memberikan kesempatan yang lebih besar model terbaik.
kepada industri lokal untuk ikut bermain di sektor Tahapan awal yang dilakukan dalam penelitian
ini sehingga beberapa tahun mendatang seluruh adalah mengidentifikasi sistem klaster industri
kegiatan usaha di sepanjang rantai nilai (value chain) minyak dan gas bumi di Jawa Timur, baik pelaku,
pengelolaan migas, mulai dari industri hulu sampai hubungan antar pelaku dan kondisi sistem migas
hilir akan sepenuhnya dikuasai oleh industri dalam yang ada sehingga dapat didefinisikan rumusan

2 Jurnal Teknik Industri, Vol. 12, No. 1, Februari 2011: 19


masalah dan tujuan dari penelitian. Berlandaskan model yaitu pengujian verifikasi dan validasi model.
informasi kondisi sistem tersebut selanjutnya Verifikasi model dilakukan dengan merunning
dilakukan diagnosis terhadap model stakeholder model dan jika tidak terjadi error maka model
dan rantai nilai melalui penggalian data dengan dinyatakan telah terverifikasi. Sedangkan validasi
penyebaran kusioner, Focus Group Discussion dilakukan dengan menggunakan minitab, yaitu
(FGD), brainstorming dan wawancara, serta in depth membandingkan nilai eksisting dan hasil simulasi
interview kepada para ekspert di sektor migas. dari sebuah parameter yang digunakan dalam model
Tahapan selanjutnya adalah permodelan sistem sistem, misalnya harga.
daya saing industri migas Jatim, khususnya di
industri pengolahan pelumas dengan menggunakan Model Rantai Nilai dan Klaster Industri
dinamika sistem. Beberapa tahapan yang dilakukan Migas
dalam permodelan ini adalah identifikasi variabel Industri migas memiliki pohon industri yang cukup
dalam sistem daya saing dan proses penggambaran rumpun dari varietas produk yang bisa dihasilkan.
sistem yang meliputi Model Boundary Diagram, Pada penelitian ini industri akan difokuskan pada
Input Output Diagram, Cause Loop Diagram, dan industri petrochemical yang mengolah base oil menjadi
Stock and Flow Diagram. Dengan menggunakan lubricant (pelumas) karena di Jawa Timur pelaku
Vensim, model ini kemudian diformulasikan dan pengolahan yang ada adalah industri pengolahan
disimulasikan. pelumas sebagaimana Gambar 1.
Tahapan terakhir dalam proses permodelan Tahapan diagnosis klaster industri dilakukan
ini adalah dengan melakukan proses pengujian melalui studi literatur terhadap rantai produksi

Gambar 1. Pohon Industri Minyak, Gas, dan Bahan Tambang

Gambar 2. Variabel-Variabel Pembentuk Nilai Tambah (Hasil FGD)

Hanoum: Perancangan Model Pengembangan Kinerja Daya Saing Klaster Industri 3


berdasarkan data Dinas Energi dan Sumber Daya Variabel-variabel yang digunakan dalam menghitung
Mineral (ESDM) dan serta penggalian data primer nilai tambah setiap rantai nilai diberikan pada
melalui FGD serta in-depth interview ke beberapa Gambar 2. Sedangkan hasil perhitungan nilai
pelaku, menghasilkan model rantai nilai klaster tambah dituangkan dalam diagram rantai nilai dan
industri migas Jatim (Makky, 2006). nilai tambah pada Gambar 3.
Dari rantai nilai klaster yang telah didiagnosis, Berdasarkan diagnosis stakeholder dan rantai
selanjutnya diidentifikasi nilai tambah (add value) nilai ini maka diidentifikasi variabel daya saing dari
pada setiap rantai untuk didiagnosis profit margin industri migas di Jawa Timur berdasarkan Diamond
yang dihasilkan dari rantai nilai secara keseluruhan. Porter seperti pada Tabel 1.

Pengembangan Model
Tabel 1. Variabel Daya Saing Industri Minyak dan Gas
(Sumber: Competitiveness in The Brazilian Oil Model Konseptual
Industry- The Brazilian Oil diamond, 2000) Tahap pengembangan model konseptual
Variabel Utama Sub Variabel dilakukan mulai dari boundary system, input-
Variabel Condition * Potensi Kandungan Minyak Jatim output diagram, cause effect diagram, dan stock
* Produksi base oil Jatim and flow diagram. Variabel yang digunakan dalam
* Minyak Tereksploitasi pengembangan model klaster daya saing adalah
* Infrastructure variabel yang telah discreening dengan pareto
* Ketersediaan Modal chart 80%:20% pada Tabel 1 berdasarkan tingkat
* Kualitas base oil kepentingan menurut pelaku migas Jatim sehingga
* Harga base oil representatif terhadap daya saing migas Jatim yang
* Human Capital Resources sebenarnya.
* Kondisi Social Ta hap per modela n per t a ma ada la h
Demand Condition * Konsumsi Product pelumas
mendefinisikan boundary system agar model sistem
* Luas Cakupan Pasar pelumas
lebih terfokus untuk kemudian dilanjutkan dengan
* Jumlah import pelumas
mendefinisikan input-output diagram (Forester,
* Jumlah export pelumas
1968). Cause effect diagram daya saing klaster
Structure, strategy * Produktivitas
and rivalry in * Tingkat Kompetisi
industri migas di Jawa Timur dengan variabel yang
companies * Tingkat Science telah didefinisikan sebelumnya berdasarkan model
* Inovasi dan efisiensi Diamond Porter pada 4 faktor Diamond. Cause effect
* Cost ini memberikan gambaran hubungan perilaku dari
* Variasi harga setiap variabel.
* Competitive firm Gambar 3 merupakan beberapa contoh stock and
Related & * Jumlah pelaku migas flow diagram dari model daya saing klaster industri
Supporting Industry * Hubungan pelaku migas migas, khususnya pada industri pelumas. Setelah
Goverment * Policy dan dukungan pemerintah tahap permodelan tersebut, langkah selanjutnya
* Pajak Migas adalah memformulasikan setiap variabel dalam

Gambar 3. Rantai Nilai dan Nilai Tambah Klaster Industri Migas (Pengolahan Pelumas)

4 Jurnal Teknik Industri, Vol. 12, No. 1, Februari 2011: 19


sistem tersebut yang memberikan gambaran yang secara keseluruhan berjumlah 20 perusahaan
hubungan perilaku dalam sistem dan melakukan perniagaan dengan ijin yang berbeda tergantung
pengujian verifikasi dan validasi terhadap model. klasifikasi (Saiful, 2007).
Selain pelaku pendukung pada rantai migas
Pengujian Verifikasi dan Validasi
tersebut, terdapat pula pelaku pendukung di luar
Verifikasi dilakukan dengan merunning rantai migas antara lain industri seismik, jasa
model dan melakukan check model dan check unit konstruksi, industri peralatan dan industri jasa non
serta melihat cause tree diagram dari setiap sub produksi seperti industri jasa konsultan analisis. Di
model dan dilihat kelogisan sistem tersebut dalam Jawa Timur ada sekitar 7 perusahaan konstruksi
model. Sedangkan validasi dilakukan dengan dan 5 perusahaan peralatan industri migas untuk
membandingkan output hasil simulasi dan data industri pengolahan. Sedangkan untuk industri
aktual (Forrester, 1968). Variabel yang menjadi jasa non produksi meliputi jasa operasi sumur,
parameter untuk divalidasi adalah harga pelumas pemboran, pekerjaan bawah tanah, inspeksi teknis
per tipe. dan sebagainya yang secara keseluruhan berjumlah
Uji Sensitifitas sekitar 8 perusahaan jasa non produksi. Perusahaan
jasa ini juga menjadi tim analisis terhadap kondisi
Setelah model dinyatakan terverifikasi dengan
tindakan migas yang akan dilakukan oleh
baik dan valid maka dilakukan uji sensitifitas dengan
perusahaan migas.
trial error dan membuat skenario kebijakan terkait
Selain hubungan antar pelaku industri inti
dengan pengembangan klaster industri pelumas
dan pendukung, hubungan industri dengan
berdasarkan hasil analisa SWOT yang digali pada
pemerintah dan institusi penting lainnya juga harus
FGD. Dari hasil diskusi, skenario kebijakan yang
dibangun secara kuat dan baik untuk mendukung
akan disimulasikan adalah pada bea impor, iuran
pengembangan industri ini. Pemerintah daerah dan
operasional, dan biaya sewa terminal.
pemerintah pusat yang terdiri atas Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral Pusat dan Propinsi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jawa Timur di bawah naungan Dirjen Minyak
Rantai aktivitas migas terdiri atas aktivitas dan Gas Bumi dan Kementrian ESDM, BUMD,
hulu-hilir di mana aktivitas hulu meliputi industri dan BKPM merupakan instansi pemerintah yang
eksplorasi dan eksploitasi di mana terdapat 10 pelaku memiliki peran penting dalam kaitannya dengan
industri. Pelaku industri hulu yang tercatat ini penetapan kebijakan terkait dengan aktivitas migas.
mendapatkan ijin resmi dari ESDM dan BP Migas Dirjen Pajak dan Bea Cukai, Perbankan Nasional dan
sebagai lembaga independen yang mengurusi ijin BUMN terkait seperti TELKOM, PLN merupakan
aktivitas hulu. Sedangkan pada area downstream institusi pemerintah yang secara langsung maupun
industri hilir adalah industri pengolahan dan non tidak langsung mendukung akivitas migas dalam hal
pengolahan yang merupakan industri pendukung kebijakan pajak, financial, dan infrastruktur.
meliputi industri pengangkutan, penyimpanan dan Selain pemerintah, stakeholder lain yang
perniagaan. mendukung keberlangsungan klaster migas adalah
Pada industri pengangkutan, di Jawa Timur asosiasi, lembaga penelitian, dan masyarakat.
terdapat tiga kategori pengangkutan berdasarkan Beberapa asosiasi migas antara lain Aspelindo,
produk/ bahan yang akan diangkut meliputi Aspermigas, Apitindo, Inpemigas, Hiswana Migas
pengangkutan BBM, pengangkutan Gas, dan dan Komunitas Migas Indonesia. Lembaga lainnya
Pengangkutan LPG. Sedangkan berdasarkan adalah Lembaga penelitian dalam kaitannya dengan
wilayah dan cara pengangkutannya terdiri atas pengembangan industri migas dan perguruan
pengangkutan darat 14 perusahaan, laut (perairan tinggi sebagai pencetak kader dan menghasilkan
Indonesia) 9 perusahaan, dan pipe line 4 perusahaan. sumber daya manusia yang memiliki kompeten.
Selain pengangkutan, industri hilir lainnya adalah Sedangkan masyarakat, Lembaga Swadaya
penyimpanan yaitu penyimpanan LPG yang dipegang masyarakat, tokoh masyarakat dan penduduk
oleh Pertamina dan penyimpanan BBM yang setempat merupakan sasaran sosial perusahaan
dilakukan oleh tiga perusahaan penyimpanan BBM. dalam mengimplementasikan Corporate Social
Industri perniagaan juga dibedakan atas beberapa Responsibility kepada lingkungan sekitar industri.
tipe perniagaan mulai dari perniagaan minyak, gas Base oil merupakan bahan baku utama dalam
dengan fasilitas, gas dengan non fasilitas, niaga LPG, pembuatan pelumas. Ketidaktersediaan base
niaga BBM terbatas, niaga terbatas Olahan, niaga oil secara mandiri sebagai bahan baku pelumas
Recovered Oil, niaga CNG dan BBG, niaga umum dalam memenuhi kebutuhan produksi pelumas
hasil olahan, niaga BBM dan niaga BBM umum di Jawa Timur merupakan aspek yang perlu

Hanoum: Perancangan Model Pengembangan Kinerja Daya Saing Klaster Industri 5


dipertimbangkan dalam pengembangan klaster Biaya produksi dinyatakan sebagai kumpulan
industri migas ke depannya. Dukungan pemerintah biaya langsung yang meliputi biaya bahan baku,
baik secara financial maupun infrastruktur dalam tenaga kerja langsung, overhead pabrik, dan beberapa
pembangunan dan pengadaan industri pengolahan biaya operasional lainnya sehingga diketahui biaya
refinery yang mampu menghasilkan base oil akan pokok produksinya (Widianto, 2007). Variabel tenaga
membantu meningkatkan efisiensi industri ini kerja dengan keahlian yang baik, investasi, depresiasi
karena saving cost dari transportasi dan terminal peralatan dan konstruksi kilang serta biaya overhead
pengangkutan bisa dioptimalkan di sini. lainnya merupakan beberapa variabel pemicu rantai
Melihat rantai nilai dari industri pelumas dan yang memberikan konstribusi besar dalam nilai
berdasarkan hasil pengolahan data diketahui bahwa pelumas pada sektor migas. Nilai tambah dari rantai
nilai tambah di aktivitas primer mulai inbound ini merupakan nilai tambah tertinggi pada rantai
logistic, operation, outbound logistic, marketing, pengolahan pelumas.
sales dan service berturut-turut adalah Rp. 2.428 per Selain pada aktivitas pengolahan dan inbound
liter untuk inbound logistic base oil untuk pelumas
logistic, nilai tambah aktivitas outbound logistic,
mineral, semi synthetic dan synthetic, serta inbound
marketing and sales, dan service juga mampu
logistic Rp. 440,86 per liter dan Rp. 991,93 per liter
memberikan konstribusi dalam menentukan profit
additives untuk semi synthetic dan synthetic berturut-
margin dalam produk pengolahan pelumas. Nilai
turut; pada operation dan outbound logistic Rp. 324,72
tambah pada aktivitas ini tidak lebih besar dari
per liter untuk pelumas mineral, Rp. 2.392,10 per
aktivitas operation dan outbound karena memang
liter untuk pelumas semi-synthetic dan Rp. 3.237,81
per liter untuk pelumas synthetic; pada marketing, aktivitas ini tidak memberikan nilai tambah secara
sales dan services Rp. 448.96 per liter untuk pelumas fungsional pada produk pelumas. Aktivitas tersebut
mineral, Rp. 611.56 untuk pelumas semi-synthetic merupakan aktivitas penyimpanan, pengangkutan
dan Rp. 1.316,78 per liter untuk pelumas synthetic; dan perniagaan produk pelumas. Peningkatan
sehingga nilai tambah rata-rata yang diberikan strategi marketing and sales serta service untuk
pada pelumas untuk setiap tipenya secara indikatif pelanggan produk pelumas mampu menaikkan
adalah Rp. 3.201 per liter untuk pelumas mineral, kepuasan customer sehingga mampu meningkatkan
Rp. 5.872,63 per liter untuk pelumas semi-synthetic, loyalitas dari customer untuk menggunakan produk
dan Rp 8.415,49 per liter untuk pelumas synthetic. pelumas yang dihasilkan perusahaan ataupun
Berdasarkan informasi tersebut diketahui bahwa klaster.
nilai tambah terbesar sebenarnya terdapat pada pada Dari hasil diagnosis rantai nilai juga diketahui
inbound karena harga bahan baku base oil yang bahwa profit margin dari produk olahan minyak
cukup tinggi apalagi base oil tersebut merupakan pelumas sebesar Rp 3.201,79 per liter untuk pelumas
base oil impor sebagai akibat dari ketidaktersediaan mineral, Rp. 5.872,63 per liter untuk pelumas semi-
base oil lokal. Selain harga base oil, harga bahan synthetic, dan Rp. 8.415,49 per liter untuk pelumas
additive untuk pelumas tipe synthetic yang cukup synthetic. Profit margin ini bisa ditingkatkan
tinggi dan biasasnya diimpor merupakan alasan yang dengan meningkatkan kinerja klaster industri di
juga mempengaruhi add value di rantai ini cukup sektor ini secara maksimal. Oleh karena itu dalam
tinggi jika dibandingkan dengan rantai yang lain. pengembangan klaster ke depannya pemerintah
Jika dilihat dari harga komoditas pelumas rata-rata bisa mempertimbangkan peran strategis industri
add value yang diberikan kepada produk rata-rata pengolahan refinery ini ada dan beroperasi secara
hanya 14%, di mana inbound logistic dan operation optimal di Jawa Timur sehingga dapat meningkatkan
ini menyumbang 7% dan 5% dari rata-rata harga efisiensi cost dan meningkatkan daya saing industri.
jual pelumas di pasar sedangkan aktivitas setelah Konsep outsourcing produk ke industri lain dan fokus
itu hanya menyumbang sekitar 2% untuk produk pada salah satu produk olahan unggulan perusahaan
pelumas yang ada di pasar. Proporsi 12% nilai
saja merupakan salah satu strategi yang cukup
nominal ekonomis terhadap harga jual tersebut pada
efektif untuk meningkatkan daya saing industri.
rantai inbound dan operation selain disebabkan oleh
Strategi ini dapat meningkatkan efektifitas dan
harga base oil yang cukup mahal juga disebabkan oleh
keuntungan perusahaan. Selain kerjasama antar
biaya operasional yang cukup tinggi karena teknologi
pelaku, identifikasi nilai tambah dari setiap chain
untuk proses produksi khususnya pada produk semi-
dalam perusahaan yang kurang mampu memberikan
synthetic dan synthetic yang cukup tinggi. Tingginya
nilai tambah yang besar dapat diminimalisasi dengan
nilai investasi dan resiko yang akan ditanggung oleh
industri ini sejalan dengan konsep high risk, high melakukan pemutusan rantai dan menyatukannya
return. dalam sebuah rantai lain sehingga lebih efektif.

6 Jurnal Teknik Industri, Vol. 12, No. 1, Februari 2011: 19


Pada value chain Porter juga terdapat aktivitas dalam sebuah komitmen bersama dalam mendukung
sekunder yang dilakukan dalam sebuah industri keberlangsungan dan berkembangnya sektor ini.
ataupun perusahaan (Porter, 1998). Aktivitas tersebut Peningkatan peran oleh setiap pelaku dalam
meliputi aktivitas strategis yaitu firm infrastructure klaster dapat meningkatkan efektifitas dari
yang merupakan gambaran dari struktur organisasi masing-masing pelaku dalam klaster industri itu
yang digunakan, visi dan misi perusahaan, strategi sendiri sehingga dapat meningkatkan daya saing
objective, sistem pengendalian dan pembentukan industri. Penggambaran model daya saing industri
budaya perusahaan, Human Resource Management, pelumas di Jawa Timur dengan menggunakan Model
Technology Development, dan Procurement. Diamond Porter merupakan metode untuk melihat
Aktivitas firm infrastructure merupakan bagian top gambaran perilaku dalam sistem migas saat ini.
management yang memiliki peran strategis dalam Berdasarkan hasil simulasi untuk model daya saing
pengembangan perusahaan. Adanya pendefinisian secara keseluruhan diketahui bahwa daya saing
visi misi perusahaan, langkah strategis perusahaan, industri pelumas di Jawa Timur tahun 2009 adalah
serta sistem management yang baik akan mendorong 2,23. Artinya daya saing industri pelumas di Jawa
peningkatan kinerja perusahaan karena hal ini Timur ini masih rendah. Hal ini disebabkan karena
berkaitan dengan kelegalan dan prospek profitability masih minimnya dukungan dari berbagai pihak,
perusahaan ke depannya dalam memandang secara baik industri pendukung maupun industri terkait,
visioner terhadap persaingan yang ada sehingga dapat pemerintah dan lembaga pendukung lainnya dalam
menentukan langkah-langkah strategis management mendukung pengembangan industri ini sebagai
dalam menghadapi tantangan ke depan. upaya peningkatan daya saing.
Sistem pengendalian dalam setiap business Berdasarkan hasil simulasi tersebut diketahui
process yang dituangkan dalam design pengendalian bahwa variabel yang memberikan konstribusi rendah
secara teknis, human resource maupun sumber daya dalam daya saing industri pelumas adalah factor
yang lain merupakan langkah taktis management condition, demand condition, dan related supporting
dalam penentuan strategi pencapaian visi misi industry. Factor condition memberikan konstribusi
perusahaan dengan menciptakan budaya kerja indeks daya saing hanya 2.18, artinya konstribusi
yang kondusif dan kompetisi yang sehat di dalam variabel ini masih sangat rendah. Hal ini disebabkan
perusahaan. Aktivitas sekunder lainnya adalah karena ketersediaan base oil di Jawa Timur masih
terkait dengan human resource management yang belum cukup memenuhi kebutuhan lokal bahkan
merupakan aspek sangat penting karena sumber tidak ada. Hal ini menimbulkan biaya tambahan
daya yang diatur disini adalah sumber daya manusia. karena pelaku harus mengalokasikan dana
Kinerja manusia tidak bisa disamakan dengan penyediaan bahan tambahan untuk transportasi dan
mesin dan modal kapital yang sifatnya statis dan terminal penyimpanan maupun bongkar muat bahan
bisa diatur. Oleh karena itu management terhadap baku base oil tersebut. Selain itu kurangnya daya
sumber daya manusia perlu diatur secara baik dan dukung infrastruktur dan kebijakan pemerintah
maksimal. Dalam perkembangan manajemen sumber terkait infrastruktur tersebut dilihat dari indeks
daya manusia, aktivitas MSDM meliputi aktivitas konstribusi infrastruktur di Jawa Timur yang
recruitment, training, pengembangan karyawan, masih rendah menimbulkan indeks konstribusi
kompensasi, penilaian kinerja (evaluasi) dan aktivitas infrastruktur terhadap factor condition kecil. Begitu
penting lainnya yang terkait. Training karyawan juga demand factor, variabel ini memiliki indeks
merupakan aktivitas peningkatan skill karyawan kecil dalam mendukung indeks daya saing hal ini
agar dapat meningkatkan kompetensi perusahaan dikarenakan luas cakupan pasar di Jawa Timur
Aktivitas sekunder yang lain adalah procurement. untuk masing-masing pelaku sangat berbeda jauh
Penyediaan bahan baku adalah aspek penting sehingga kondisi daya saing pelumas oleh pelaku ini
yang mendukung kelancaran aktivitas produksi masih didominasi oleh pelaku tertentu saja sehingga
perusahaan. Kerugiaan akibat keterlambatan daya saing antar pelaku di dalam klaster tersebut
kedatangan bahan baku sehingga produksi tidak bisa untuk memenuhi permintaan pelumas yang semakin
dilakukan merupakan resiko besar yang dihadapi meningkat rendah. Sedangkan related supporting
perusahaan ketika management procurement tidak industry memberikan konstribusi yang paling rendah
menjalankan fungsinya secara lancar. Konsep pada tahun 2009 karena tidak adanya supplier
klaster industri merupakan solusi konsep yang patut bahan baku base oil di Jatim dan pelaku pendukung
dipertimbangkan untuk masalah ini. Karena dalam lainnya yang kurang mampu mendukung aktivitas
konsep klaster keterkaitan dan kerjasama dari migas seperti pengangkutan, penyimpanan dan
setiap pelaku industri di klaster tersebut dinyatakan sebagainya.

Hanoum: Perancangan Model Pengembangan Kinerja Daya Saing Klaster Industri 7


Melihat output simulasi dari daya saing klaster DAFTAR PUSTAKA
industri pelumas di Jawa Timur yang masih rendah Badan Pusat Statistik. 2009. Pertumbuhan Ekonomi
tersebut maka perlu dibuat sebuah rekomendasi Indonesia Tahun 2008. Berita Resmi Statistik.
terkait dengan kebijakan migas menanggapi Badan Pusat Statistik. <URL: http://www.bps.go.id>.
fenomena tersebut. Berdasarkan hasil simulasi Diakses 25 Agustus 2009.
skenario model akan dilakukan terhadap kebijakan Badan Pengelola Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi. 2009.
bea, iuran operasional, dan sewa terminal yang Blueprint BPH Migas. <URL: http://www.bphmigas.
diidentifikasi dari analisa SWOT pada FGD ternyata go.id.html>. Diakses 1 Juni 2009.
tidak mampu memberikan pengaruh yang cukup Bank Indonesia, 2009. Inflasi <URL; http://www.bi.go.
signifikan terhadap daya saing klaster industri id>.
pelumas dalam mendukung daya saing industri migas Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. 2004.
Pedoman dan Pola Tetap kebijakan Pemanfaatan Gas
di Jatim. Namun jika diuji sensitivitas pada beberapa
Bumi Nasional 2004/2005; Blueprint Implementasi
parameter variabel secara trial error dalam model
Undang-Undang No. 22 tahun 2001 tentang Minyak
tersebut diketahui bahwa variabel yang mampu
dan Gas Bumi. <URL: http://www.bphmigas.go.id>.
memberikan pengaruh signifikan terhadap daya Diakses 1 Juni 2009.
saing industri pelumas adalah keberadaan jumlah Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. 2005.
sektor pengangkutan. Hal ini mengindikasikan KPS, Blok, Cadangan Minyak dan Gas Bumi di Jawa
bahwa keberadaan sektor pengangkutan di Jawa Timur. <URL: http://www.jatimprov.go.id.html>.
Timur masih belum memberikan konstribusi yang Diakses 27 Agustus 2009.
besar dalam mendukung keberlangsungan dan daya Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. 2009.
saing industri pelumas khususnya dan migas secara Industri Migas Aman Bagi Perbankan Nasional.
umum. Kondisi infrastruktur yang kurang mendapat <URL: http://www.esdm.go.id>. Diakses 27 Juli
dukungan dari pemerintah dan keterbatasan armada 2009.
adalah beberapa alasan yang parameter berpengaruh Departemen Perindustrian. 2006. Bangun Sektor Industri
terhadap peningkatan daya saing klaster industri Tahun 2025 Bab V. PT. Sucofindo. Jakarta.
pelumas. Direktorat Jendral Minyak dan gas Bumi. 2008.
Datawarehouse. Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral. <URL: http://www.migas.esdm.go.id>.
SIMPULAN
Forrester, J.W. 1968. Principle of System. Wright-Allen
Stakeholder klaster industri migas terdiri Press, Inc. Massachusetts.
atas pelaku inti yaitu industri pengolahan dan Gutomo, Prayudo. 2008. Potensi Migas dan Pengembangan
industri terkait yang meliputi eksplorasi-ekploitasi, SDM Daerah. <URL: http://www.pks-jatim.org>.
pengangkutan, penyimpanan, dan perniagaan. Diakses 1 Juni 2009.
Sedangkan pelaku pendukungnya terdiri atas Kadin Indonesia. 2007. Visi 2030 dan Road Map
industri peralatan, jasa konstruksi, jasa non produksi, 2010 Industri Nasional. Ringkasan Eksekutif
seismic, jasa analis dan sebagainya. Selain itu Rekomendasi Kadin Indonesia.
lembaga atau institusi yang juga mendukung meliputi Makky, S.J. 2006. Pengelolaan Sumber Daya Energi dan
BP Migas, BPH Migas, Lembaga Penelitian seperti mineral di Jawa Timur. Pusat Penelitian Kebumian
LPPM ITS, LAPI ITB, dan perguruan tinggi lainnya, dan Eksplorasi Sumber Daya Alam. Ketua Kelompok
Riset Teknologi Pencitraan Geofisika dan Dinamika
pemerintah pusat dan daerah, asosiasi, masyarakat
Fluida. Laboratorium Geofisika, Fisika FMIPA, ITS
dan perguruan tinggi. Ada beberapa variabel daya
Surabaya.
saing yang berpengaruh dalam peningkatan daya
Partiwi, S.G. 2007. Perancangan Model Pengukuran
saing klaster industri pelumas yaitu factor condition
Kinerja Komprehensif pada Sistem Klaster
yang dipengaruhi oleh variabel ketersediaan SDM, Agroindustri. Disertasi Institut Pertanian Bogor.
SDA, modal, infrastruktur yang baik serta harga Pertamina, 2009. Daftar Produk-Unit Bisnis Pelumas.
base oil, dan kondisi sosial masyarakat sekitar PT.Pertamina. <URL: http://pelumas.pertamina.
industri; demand condition meliputi variabel tingkat com>.
konsumsi permintaan pelumas dan luas cakupan Porter, M.E. 1998. Cluster and The New Economic of
pasar pelumas yang mampu dipenuhi oleh industri Competition. Harvards Business Review.
pengolahan pelumas di Jawa Timur. Dari hasil Saiful, R.A . 2007. Migas jatim Dikuasai dan Siap
simulasi diketahui daya saing industri pelumas Dieksploitasi Daj jal K apitalisme <URL:
dalam mendukung daya saing industri migas secara http://www.ipoel.wordpress.com.html>. Diakses
umum masih rendah. Hal ini karena dukungan dari 9 September 2009.
pelaku pendukung dan pemerintah masih belum Sasli, Rais dan Dance, Y.F. 2009. Penguatan Daya Saing
mampu memenuhi kebutuhan industri baik secara Daerah untuk Mendukung Industri Kluster. Project
teknis maupun operasional. Management Unit (PMU) Badan Perencanaan

8 Jurnal Teknik Industri, Vol. 12, No. 1, Februari 2011: 19


Pembangunan Nasional, PNPM Mandiri Daerah dan Gas) Indonesia. Pertemuan Nasional Forum
Tertinggal dan Khusus. Nangroe Aceh Darussalam- Komunikasi Pendidikan Tinggi Elektro Indonesia
Nias. 2007. Yogyakarta.
Tempo Interaktif. 2004. UU No. 22 Tahun 2001 tentang Zamith, Regina. 2000. Competitiveness in The Brazillian
minyak dan gas bumi. <URL: http://www. Oil Industry-The Brazilian (Oil Diamond). Energy
tempointeraktif.com>. Diakses 30 Agustus 2009. Program. University of Sao Paulo, Brazil. Revue de
Widianto, Eko. 2007. Kondisi Energi Primer (Minyak lEnergie, No. 516.

Hanoum: Perancangan Model Pengembangan Kinerja Daya Saing Klaster Industri 9

Anda mungkin juga menyukai