PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Minyak bumi sampai saat ini masih menjadi sumber energi utama yang
menggerakkan kehidupan dunia. Hampir semua segi kehidupan tidak dapat dipisahkan
dari penggunaan energi yang bersumber dari minyak bumi. Data yang ada menyebutkan
bahwa konsumsi minyak bumi dunia mencapai 80 juta barel per hari atau setara dengan
29 milyar barel per tahun. Sedangkan cadangan minyak yang ada hanya 780 milyar barel.
Hal yang sama juga terjadi di Indonesia, pertumbuhan sektor industri, peningkatan
aktivitas ekonomi, dan peningkatan jumlah penduduk menjadi faktor pendorong
meningkatnya jumlah penggunaan minyak bumi. Pada tahun 2005 tercatat 54% energi
yang digunakan berasal dari minyak bumi. jumlah tersebut masih sangat besar mengingat
cadangan minyak bumi yang semakin menipis.
Dengan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa keterbantungan -dunia pada
umumnya dan Indonesia pada khususnya- terhadap minyak bumi harus dikurangi dengan
cara mencari sumber energi lain. Wacana penggunaan energi nabati yang dapat
diperbaharui merupakan cita-cita yang sampai saat ini masih berusaha untuk diwujudkan.
Namun, penggunaan energi dari sumber nabati masih harus menunggu beberapa waktu ke
depan untuk dapat digunakan secara massal dikarenakan proses produksinya yang masih
membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Solusi yang secara cepat dapat mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan
gas alam. Dengan jumlahnya yang masih cukup banyak, sekitar 7 juta TCF (Trillion
Cubic Feet), diharapkan dapat memenuhi kebutuhan manusia selama 70 tahun ke depan.
Terlebih lagi gas alam memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan minyak bumi,
diantaranya adalah harga yang kompetitif, proses pembakaran yang sempurna, efisiensi
pembakaran sempurna, tidak perlu tempat penyimpanan, tidak perlu alat transportasi
untuk mengangkut, kualitas dan kuantitas lebih terjamin, bersih, keberlanjutan pasokan
yang terjamin, dan ramah lingkungan karena hanya menimbulkan efek rumah kaca yang
sementara.
Dengan pemikiran tersebut maka PT PGN (Persero) Tbk. sebagai BUMN yang
bergerak di bidang transmisi dan distribusi gas alam berusaha membangun infrastruktur
untuk menghubungkan sumber-sumber gas bumi dengan pasar domestic maupun regional
melalui sistem transmisi dan distribusi gas bumi Indonesia yang terintegrasi (Integrated
Indonesia Gas Transmission and Distribution Sistem).
Dalam mewujudkan sistem transmisi dan distribusi gas bumi yang terintegrasi,
dibutuhkan proses perencanaan yang matang dengan mempertimbangkan aspek ekonomi,
teknis, dan keselamatan yang mengacu pada peraturan yang berlaku di Indonesia.
Sebelum melakukan investasi berupa pembangunan jaringan pipa gas, bagian
perancanaan PT PGN melakukan analisa tekno ekonomi untuk melihat apakah investasi
itu menguntungkan atau tidak. Selain itu, bagian perencanaan PGN juga melakukan
survey lokasi dan jalur rencana pipa yang bertujuan untuk memenuhi aspek keamanan.
Hal lain yang juga dilakukan adalah membuat desain jaringan dan detail gambar rencana
yang memperlihatkan proses perencanaan secara teknis.
Semua kegiatan tersebut dilakukan guna mendapatkan proses perencanaan
investasi yang efektif dan efisien guna mendukung terwujudnya sistem transmisi dan
distribusi gas bumi yang terintegrasi.
1.2
TUJUAN
Pada dasarnya banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan kerja
praktek ini, baik manfaat bagi penulis sebagai mahasiswa, perguruan tinggi, maupun
perusahaan tempat penulis melaksanakan kerja praktek. Sehingga dapat dirangkumkan
tujuan dari pelaksanaan kerja praktek ini antara lain:
1. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengetahui dunia kerja sesuai
dengan bidangnya masing-masing.
2. Mahasiswa dapat mencoba untuk melakukan penerapan terhadap ilmu-ilmu yang
selama ini telah diperoleh di bangku perkuliahan.
3. Mahasiswa dapat melihat gambaran setiap proses secara nyata dalam suatu
industri, pada bidang yang diamati.
4. Mahasiswa
dapat
mengetahui
kendala-kendala
serta
faktor-faktor
yang
1.4
Bagian Barat PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. yang berlangsung dari tanggal 16
Juni 2008 sampai dengan 16 Agustus 2008. Untuk membatasi permasalahan dari
pengamatan, penulis memfokuskan pada proses perencanaan jaringan pipa distribusi gas
yang meliputi survey lokasi dan jalur rencana pipa, desain jaringan dan detail gambar
rencana, serta melakukan pengamatan yang lebih mendalam pada analisa tekno ekonomi
dan berbagai pemecahan permasalahan yang terjadi pada proses tersebut.
1.6
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam kerja praktek ini :
1. Pengamatan masalah
Merumuskan masalah yang ada dengan cara mengamatinya langsung.
2. Pengumpulan data
Memperoleh data-data dan keterangan yang diperoleh dengan :
Studi lapangan (data lapangan).
Studi literature (studi pustaka) yang berkenaan dengan masalah yang dibahas.
Melakukan wawancara dengan pekerja / staf ahli.
3. Analisis data untuk pembuatan laporan
Analisis dilakukan dengan mengolah data yang diperoleh dan dibandingkan
dengan teori-teori yang terkait sehingga dapat diambil kesimpulan dari masalah
yang telah dibahas.
1.7
SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan merupakan gambaran singkat mengenai isi laporan ini secara
keseluruhan. Penyusunan laporan ini dibagi menjadi enam bab dengan pembahasan
sebagai berikut.
BAB 1 (PENDAHULUAN)
Pada bab pendahuluan ini diharapkan akan membantu pembaca untuk
mengetahui secara umum seluk beluk kerja praktek yang dilakukan oleh penulis.
Disini terdapat keterangan-keterangan mengenai:
1. Latar Belakang Kerja Praktek
Menerangkan latar belakang yang melandasi pelaksanaan kerja praktek, baik
dari sisi formal akademis maupun dari sisi lainnya.
2. Tujuan
Menjabarkan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam kerja praktek yang
telah dilakukan
BAB 4 (PEMBAHASAN)
Menjelaskan proses perencanaan pada Bidang Teknik HOSBU I PT.Perusahaan
Gas Negara (Persero) Tbk.
BAB 5 (ANALISIS)
Dalam bab ini penulis berusaha memaparkan analisis hasil pengamatan dengan
berdasar pada dasar teori.
BAB 6 (PENUTUP)
Bab ini merupakan penutup yang merangkum semua hasil kerja praktek dan
berisi sedikit saran penulis.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
2.1
yang menyalurkan dan menyediakan gas bumi bagi kepentingan umum (Public Utility).
Sifat usaha ini kemudian dijabarkan dalam kegiatan usaha PT PGN (Persero) Tbk. yang
meliputi trasporter, distributor, dan retailer di bidang gas bumi. PT PGN (Persero) Tbk.
berkantor pusat di Jl. KH. Zainul Arifin No. 20 Jakarta 11140, Indonesia. Saham
kepemilikan PT PGN (Persero) Tbk. sebanyak 55,22% dimiliki oleh pemerintah dan
44,78% dimiliki oleh publik.
Hingga tahun 2007 PT PGN (Persero) Tbk. telah memiliki karyawan sekitar 1300
orang dengan komposisi yang dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini.
2.2
milik negara yang dirintis sejak tahun 1859, ketika masih bernama Firma LJN Einthoven
& Co. Gravenhage.
Kemudian pada tahun 1863, oleh Pemerintah Belanda, perusahaan tersebut diberi
nama NV Netherland Indische Gaz Maatschapij (NV NIGM). Namun, pada tahun 1958,
Pemerintah Republik Indonesia mengambil alih kepemilikan Firma tersebut dan merubah
namanya menjadi Badan Pengambil Alih Perusahaan-Perusahaan Listrik dan Gas
(BP3LG). Seiring dengan perkembangan Pemerintahan Indonesia, pada tahun 1961 status
perusahaan itu beralih menjadi BPU-PLN.
Pada tanggal 13 Mei 1965, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19/1965,
Perusahaan ditetapkan sebagai perusahaan negara dan dikenal sebagai Perusahaan Negara
Gas (PN Gas). Kemudian, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1984, PN Gas
diubah menjadi perusahaan umum (Perum) dengan nama Perusahaan Umum Gas Negara.
Setelah itu, status perusahaan diubah dari Perum menjadi Perseroan Terbatas yang
dimiliki oleh negara sehingga namanya berubah menjadi PT Perusahaan Gas Negara
(Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1994 dan Akta Pendirian
Perusahaan No. 486 tanggal 30 Mei 1996.
2 Lihat butir 1
10
Anggaran Dasar Perusahaan terakhir diubah dengan Akta Notaris No. 5 dari
Fathiah Helmi, S.H. tanggal 3 Nopember 2003, antara lain tentang perubahan nilai
nominal saham, peningkatan modal dasar, modal ditempatkan dan disetor penuh
Perseroan serta perubahan status Perseroan menjadi perusahaan terbuka. Perubahan ini
telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
dalam Surat Keputusan No. C-26467 HT.01.04 Th. 2003 tanggal 4 Nopember 2003, dan
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia dengan No. 94 Tambahan No.
11769 tanggal 24 Nopember 2003.
Pada tahun 2003, Perseroan melalui PGN Euro Finance 2003 Limited (PGNEF),
Anak Perusahaan, mencatatkan USD 150 juta Guaranteed Notes yang jatuh tempo pada
tahun 2013 di Singapore Exchange Securities Trading Limited. Pada tahun 2004,
Perseroan melalui PGNEF mencatatkan USD 125 juta Guaranteed Notes yang jatuh
tempo pada tahun 2014.
Pada tanggal 5 Desember 2003, Perseroan memperoleh pernyataan efektif dari
Badan Pengawas Pasar Modal untuk melakukan penawaran umum saham perdana kepada
masyarakat sebanyak 1.296.296.000 saham, yang terdiri dari 475.309.000 saham dari
divestasi saham Pemerintah Republik Indonesia, pemegang saham Perusahaan dan
820.987.000 saham baru.
Sejak saat itu, nama resmi Perseroan menjadi PT Perusahaan Gas Negara (Persero)
Tbk. saham perusahaan telah dicatatkan di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya
pada tanggal 15 Desember 2003 dengan kode transaksi perdagangan PGAS.
2.3
melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di bidang pengembangan pemanfaatan
gas bumi untuk kepentingan umum serta penyediaan gas dalam jumlah dan mutu yang
memadai untuk melayani kebutuhan masyarakat.
Guna mencapai tujuan tersebut, Perseroan telah melaksanakan perencanaan,
pembangunan, pengelolaan dan usaha hilir bidang gas bumi yang meliputi kegiatan
pengangkutan dan niaga.
11
Pada saat ini, bidang usaha utama Perseroan adalah distribusi gas bumi ke
pelanggan industri, komersial, dan rumah tangga dan transmisi gas bumi. Untuk
mencapai target pengelolaan gas, Perseroan membagi wilayah usaha menjadi Strategic
Business Unit (SBU) Distribusi dan SBU Transmisi, yaitu:
1) SBU Distribusi Wilayah I, Jawa Bagian Barat
SBU Distribusi Wilayah I yang mencakup Wilayah Jawa Bagian Barat
sampai dengan Sumatera Selatan, memiliki 7 (tujuh) Distrik dan 1 (satu)
Rayon, yaitu: Distrik Jakarta, Banten, Bekasi, Karawang, Bogor, Cirebon,
dan Palembang, serta Rayon Bandung.
2) SBU Distribusi Wilayah II, Jawa Bagian Timur
SBU Distribusi Wilayah II yang mencakup Wilayah Jawa Timur, Jawa
Tengah, dan Makassar memiliki 4 (empat) Distrik dan 1 (satu) Rayon, yaitu:
Distrik
Surabaya-Gresik,
Sidoarjo-Mojokerto,
Pasuruan-Probolinggo,
3 Lihat butir 1
12
2.4
retailer dengan melaksanakan pembelian gas dari produsen dan menjual ke pelanggan
melalui jaringan pipa distribusi. Agar pasokan gas bumi untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan dapat terjamin, maka PGN telah menjamin kontrak pasokan gas bumi dengan
beberapa produsen. Produsen tersebut antara lain adalah Pertamina , BP, Ellips, Conoco
Phillips, Medco, Kodeco, dan Santos. Setelah itu PGN membangun pipa transmisi untuk
menyalurkan gas dari sumber-sumber gas ke jaringan pipa distribusi. Stasiun penerima
yang berfungsi sebagai alat serah terima gas dari pipa transmisi ke pipa distribusi disebut
off take. Selanjutnya PGN membangun pipa distribusi untuk menyalurkan gas dari off
take ke pelanggan. Pipa transmisi ukurannya lebih besar dibandingkan dengan pipa
distribusi dan berfungsi untuk menyalurkan gas dengan tekanan yang jauh lebih tinggi.
Sampai saat ini di Indonesia, PGN merupakan satu-satunya perusahaan yang telah
membangun pipa transmisi dari sumber-sumber gas. Sehingga perusahaan-perusahaan
lain yang bergerak di bidang yang sama yaitu retailer dan distribusi gas ikut
menggunakan aset PGN yaitu pipa transmisi, untuk itu perusahaan tersebut wajib
membayar biaya kepada PGN yang disebut dengan tol fee.
Untuk pembangunan pipa transmisi, PGN memberikan wewenang kepada SBU
transmisi. Usulan pembangunan pipa transmisi akan diajukan oleh SBU transmisi. Dalam
pendistribusiannya PGN membentuk SBU yang terdiri dari SBU I Jawa Bagian Barat,
SBU II Jawa Bagian Timur, dan SBU III Sumatera Bagian Utara. Tiap SBU membawahi
distrik-distrik yang terletak pada wilayahnya. Setiap distrik akan memberikan usulanusulan pembangunan pipa distribusi sesuai dengan permintaan dan kebutuhan dari
pelanggan kepada SBU wilayahnya. Setiap SBU pusat akan mengecek kembali usulanusulan tersebut untuk diketahui apakah pembangunan pipa distribusi tersebut layak atau
tidak. Pengecekan dilakukan dengan mensurvey lokasi tempat pembangunan untuk
mengetahui material-material yang dibutuhkan dalam pembangunan pipa dan pekerjaan
pekerjaan yang dibutuhkan dalam pembangunan pipa. Setelah itu dihitung semua biaya4 PGN Annual Report. 2007. Bidang Usaha Perusahaan.
13
biaya investasi yang dibutuhkan lalu berdasarkan informasi kebutuhan gas pelanggan dari
bagian pemasaran maka dapat diketahui jumlah pemasukan bagi PGN setiap periodenya.
Setelah itu semua pemasukan dan pengeluaran yakni biaya investasi, biaya pembelian gas
dari pertamina/ KPS, dan penjualan gas ke pelanggan direkapitulasi. Selanjutnya dapat
dihitung besar IRR dari proyek pembangunan pipa tersebut. Apabila nilai IRR lebih besar
dari nilai RADR, tingkat bunga diskonto yang telah disesuaikan dengan tingkat risiko
proyek, maka proyek tersebut layak untuk dilakukan, bila tidak maka proyek tersebut
tidak layak/ merugikan. Usulan proyek yang sudah layak berarti sudah memenuhi syarat
minimal dalam menentukan hasil pilihan yang optimal dari analisis ekonomi, sehingga
dapat dikirim ke pusat. Di pusat, semua usulan-usulan proyek yang ada tidak langsung
dapat direalisasikan, terdapat beberapa pertimbangan lain yang menentukan urutan
prioritas proyek. Hal ini dikarenakan budget anggaran untuk investasi proyek yang
terbatas. Apabila budget anggaran untuk pembangunan proyek tidak ada namun
pelanggan masih tetap ingin berlangganan gas maka pelanggan diperbolehkan untuk
mendanai proyek pembangunan pipa distribusi. Namun asset pipa tersebut akan tetap
menjadi milik PGN dengan syarat perjanjian pengembalian dana yang ditentukan oleh
PGN.
14
15
2.5
16
17
2.6
VISI
Menjadi perusahaan publik terkemuka di bidang penyedia energi gas bumi.
MISI
Meningkatkan pemanfaatan gas bumi bagi kepentingan industri, komersial, dan rumah
tangga melalui jaringan pipa transmisi, moda transportasi lain, jaringan pipa distribusi
dan kegiatan niaga serta usaha lain yang mendukung pemanfaatan gas bumi.
BUDAYA PERUSAHAAN
Budaya perusahaan merupakan nilai dan falsafah yang telah disepakati dan diyakini oleh
seluruh insan perseroan sebagai landasan dan acuan bagi perseroan untuk mencapai
tujuan. Perseroan mendefinisikan budaya perusahaannya dalam lima asas yang disingkat
SMILE.
S: Satisfaction (kepuasan)
M: Morale (semangat juang)
I: Integrity (integritas)
L: Leadership (kepemimpinan)
E: Entrepreneurship (kewirausahaan)
SMILE juga menjadi pedoman dasar bagi insane perseroan untuk melaksanakan prinsipprinsip Good Corporate Governance dalam mengelola perseroan.
19
BAB III
DASAR TEORI
3.1
3.1.1
publik dalam kondisi normal pada industri gas. Namun demikian, kondisi-kondisi tertentu
yang dapat menyebabkan tegangan tambahan pada bagian saluran saluran atau
kelengkapannya harus diperhitungkan dengan menggunakan praktek rekayasa yang baik
good engineering practice. Contoh dari kondisi tertentu tersebut mencakup span
panjang swa-sangga, tanah yang tidak stabil, vibrasi mekanis atau sonic, berat pautan
khusus, dan tegangan akibat perbedaan suhu yang abnormal.
Faktor utama yang menyebabkan kerusakan saluran pipa gas adalah kerusakan
saluran akibat kegiatan manusia di sepanjang rute saluran. Kerusakan umumnya terjadi
selama berlangsungnya pengkonstruksian fasilitas lain yang diikuti dengan penyediaan
penyediaan pelayanan, dan adanya pemukiman penduduk, perusahaan dagang atau
industri. Pelayanan ini misalnya, pensuplaian air, gas, dan listrik, system pembuangan
limbah, saluran drainase dan parit, kabel listrik dan komunikasi yang ditanam, jalan dan
sebagainya, menjadi merata dan meluas, dan kemungkinan timbulnya kerusakan saluran
pipa menjadi lebih besar dengan bertambahnya konsentrasi populasi. Penentuan densitas
21
Saluran pipa yang dikonstruksi sebelum publikasi standar ini dan didesain sesuai
dengan kelas lokasi yang ditetapkan dalam standar sebelumnya boleh meneruskan
penggunaan kelas lokasi tersebut, asalkan bila terjadi kenaikan densitas populasi,
penentuan kelas lokasinya harus sebagaimana yang ditentukan dalam bagian 3.1.2 Indeks
Densitas populasi.
3.1.1
3.1.1.1
Umum
22
2) Untuk menentukan densitas populasi saluran pipa daratan, bentangkan zone lebar
mil sepanjang rute saluran pipa dengan saluran pipa terletak pada garis pusat
zone, dan bagi saluran pipa menjadi section random panjang 1 mil sedemikian
rupa sehingga panjang individual akan mencakup jumlah maksimum gedung atau
bangunan yang dimaksudkan untuk hunian manusia. Hitung jumlah gedung untuk
hunian manusia di dalam setiap zone 1 mil. Untuk maksud ini setiap unit tempat
tinggal terpisah yang terletak dalam suatu gedung unit tempat tinggal multipel
multiple dwelling unit building dihitung sebagai suatu gedung terpisah untuk
hunian manusia.
Tidak dimaksudkan disini bahwa sepanjang 1 mil penuh harus dipasang saluran
pipa dengan level tegangan lebih rendah jika terdapat batas pemisah physical
barriers atau faktor lain yang akan membatasi pengembangan lebih lanjut dari
area berpenduduk lebih padat sampai jarak total kurang dari 1 mil. Namun
demikian, bila tidak terdapat batas pemisah, allowance yang cukup harus dibuat
dalam menentukan limit desain tegangan yang lebih rendah, untuk menghadapi
kemungkinan perkembangan lebih lanjut dalam area.
3) Bila suatu kelompok gedung atau bangunan yang dimaksudkan untuk hunian
manusia
mengindikasikan
bahwa
basic
mile
saluran
pipa
seharusnya
diidentifikasikan sebagai suatu lokasi Kelas 2 atau Kelas 3, maka lokasi Kelas 2
atau Kelas 3 tersebut boleh berakhir 660 ft dari bangunan terdekat dalam
kelompok tersebut.
4) Untuk saluran pipa yang panjangnya kurang dari 1 mil, lokasi kelasnya harus
ditetapkan sesuai dengan lokasi kelas yang akan diperlukan untuk 1 mil saluran
pipa yang melintasi area tersebut.
3.1.1.2
2) Lokasi Kelas 2. Lokasi Kelas 2 adalah setiap section 1 mil yang mempunyai lebih
dari 10 tetapi kurang dari 46 bangunan yang digunakan untuk hunian manusia.
Lokasi Kelas 2 dimaksudkan untuk merefleksikan area yang tingkat populasinya
berada di antara lokasi Kelas 1 dan Kelas 3 seperti daerah pinggiran kota, area
industri, peternakan yang dikandangkan, atau tanah pedesaan, dan sebagainya.
3) Lokasi Kelas 3. Lokasi Kelas 3 adalah setiap section 1 mil yang mempunyai 46
bangunan atau lebih yang digunakan untuk hunian manusia kecuali jika
ditetapkan sebagai lokasi Kelas 4. Lokasi Kelas 3 dimaksudkan untuk
merefleksikan perkembangan perumahan pinggir kota, pusat perbelanjaan, daerah
pemukiman, daerah industri dan area berpenduduk lainnya yang tidak memenuhi
persyaratan Kelas 4.
Sebagai tambahan untuk kriteria yang tercantum di atas, pertimbangan yang harus
diberikan terhadap kemungkinan konsentrasi kegagalan di dekat konsentrasi penduduk,
seperti yang dijumpai pada gereja, sekolah, unit tempat tinggal yang dihuni oleh orang
banyak, rumah sakit, atau area rekreasi yang terorganisir dalam kelas 1 atau 2.
Jika fasilitas ini jarang digunakan, maka diterapkan saluran pipa di dekat tempattempat pertemuan umum atau konsentrasi penduduk seperti gereja, sekolah, gedung unit
tempat tinggal yang dihuni orang banyak, rumah sakit, atau area rekreasi yang
terorganisir dalam Kelas Lokasi 1 atau 2 harus memenuhi persyaratan Lokasi Kelas 3.
Konsentrasi penduduk yang berkenaan dengan hal-hal di atas tidak dimaksudkan untuk
memasukkan kelompok atau grup kurang dari 20 orang pada setiap kejadian atau lokasi
24
tetapi dimaksudkan untuk mencakup orang-orang dalam suatu out side area dan juga
dalam suatu gedung atau bangunan.
Dalam hal ini hendaknya ditekankan bahwa Kelas Lokasi (1, 2, 3, atau 4) seperti
dijelaskan dalam paragraf sebelumnya ditentukan sebagai deskripsi umum dari area
geografik yang mempunyai karakteristik tertentu sebagai basis untuk menentukan tipe
kontruksi dan metode pengetesan yang akan digunakan dalam lokasi tersebut. Suatu
lokasi kelas yang telah ditentukan nomornya hanya mengacu geografis dari lokasi itu atau
area yang sejenis, dan tidak perlu menunjukkan bahwa tipe konstruksi yang telah
ditentukan tersebut akan mencukupi semua konstruksi dalam lokasi atau area tersebut.
3.2
3.2.1
PIPA BAJA8
Persyaratan Desain Sistem Perpipaan Baja
Tekanan desain sistem perpipaan gas yang terbuat dari baja atau tebal dinding
nominal untuk tekanan desain yang dinyatakan harus ditentukan dengan rumus berikut:
P 2 St / DxFxExT
dimana
8 Lihat butir 7
25
F = faktor desain tipe konstruksi yang diperoleh dari tabel 3.1. Dalam menetapkan nilainilai faktor desain F, konsiderasi yang seksama telah diberikan dan allowance telah dibuat
untuk berbagai toleransi tebal-bawah yang ditentukan dalam spesifikasi pipa yang
terdaftar dan disetujui pemakaiannya dalam standar ini.
Konstruksi tipe C harus digunakan dalam rumus desain di atas untuk semua
perpipaan platform dan riser platform lepas pantai dan untuk jarak sekurang-kurangnya 5
kali diameter pipa di luar elbow, bend, atau fiting dasar atau alas. Bagian transisi pada
ujung pipa ini tidak dipertimbangkan sebagai fiting di bawah persyaratan standar ini.
26
Nilai P untuk pipa-las butt tungku harus tidak melebihi restriksi persamaan di atas atau
60% tekanan tes pabrik mill, dipilih yang terkecil.
27
P untuk semua pipa lainnya harus tidak melebihi 85% tekanan tes pabrik asalkan,
bagaimanapun juga, pipa itu, yang diter-pabrik mill sampai tekanan kurang dari 85%
tekanan yang diperlukan untuk menghasilkan tegangan yang sama dengan kuat ulur
minimum spesifikasi, boleh dites ulang dengan tes hidrostatik seperti di pabrik atau dites
di tempat seteleh pemasangan. Dalam hal pipa dites ulang sampai tekanan melebihi
tekanan tes pabrik, maka P harus tidak melebihi 85% tekanan tes-ulang dan bukan
tekanan awal di pabrik.
Tebal dinding minimum t yang diperlukan untuk menahan tekanan seperti yang telah
ditentukan mungkin tidak cukup untuk menahan gaya lain. Pertimbangan harus juga
diberikan pada pembebasan akibat pengangkutan atau penangangan pipa selama
pengkonstruksian, berat air selama pengetesan, dan beban tanah dan beban sekunder
lainnya selama pengoperasian. Pertimbangan juga hendaknya diberikan pada persyaratan
pengelasan. Tebal dinding nominal t harus tidak kurang dari yang ditunjukkan pada tabel
di bawah ini.
28
Bila pipa yang telah dikerjakan dingin cold worked untuk tujuan memenuhi kuat
ulur spesifikasi dipanaskan lanjut-selain dari pengelasan atau perlakuan stress relief
sebagai bagian dari pengelasan-sampai suhu lebih tinggi dari 900F untuk sembarang
selang waktu atau di atas 600F untuk waktu lebih dari 1 jam, tekanan-boleh maksimum
29
yang dapat digunakan harus tidak melebihi 75% dari nilai yang diperoleh dengan
menggunakan rumus desain pipa baja yang telah dijelaskan sebelumnya.
Bila saluran pipa atau mains harus dipasang di tempat di mana pipa tersebut akan
mengalami bahaya alami seperti penggerusan, banjir, tanah tidak stabil, tanah longsor,
atau kondisi lain yang dapat menyebabkan pergeseran yang serius dari, atau beban
abnormal pada, saluran pipa, tindakan pencegahan yang harus diambil untuk
memproteksi saluran pipa dengan cara seperti penambahan tebal dinding, pembuatan
tanggul, pencegahan erosi, pemasangan angker, dan sebagainya.
Bila saluran pipa atau mains melintasi area yang biasa digenangi air atau daerah
banjir (danau atau rawa-rawa), pemberat atau angker yang cukup harus diberikan pda
saluran untuk mencegah pengapungan.
Bila saluran pipa dan mains diekspos, misalnya pada span, trestles, dan perlintasan
jembatan, maka saluran pipa dan mains harus diproteksi secara layak dengan menjauhi
atau menghalanginya terhadap kerusakan akibat kecelakaan lalu lintas atau sebab lainnya.
Untuk saluran pipa lepas pantai, pertimbangan harus diberikan pada penyanggaan yang
berasal dari dasar laut, pada kondisi tanah yang tidak stabil, dan terhadap pengaruh
ombak, arus, kegiatan kelautan, dan faktor lain yang dapat merusak saluran pipa.
30
3.2.1.3 Persyaratan Kover Clearance, Sleeve untuk Saluran Pipa dan Mains
Baja yang Tertanam
Mains yang tertanam harus dipasang dengan kover tidak kurang dari 24 in. Jika
provisi kover ini tidak dapat dipenuhi, atau bila beban eksternal mungkin berlebihan,
maka mains harus diberi sleeve (selubung), jembatan, atau didesain untuk dapat menahan
setiap beban eksternal yang diantisipasi. Jika pertanian atau operasi lainnya mungkin
mengakibatkan pengerukan plowing yang dalam, atau dalam area yang mengalami
erosi, atau pada lokasi yang nantinya mungkin diratakan, seperti jalan raya, perlintasan
jalan kereta api dan parit, proteksi tambahan harus disediakan.
Kecuali untuk saluran pipa lepas pantai, saluran pipa tertanam harus dipasang
dengan kover tidak kurang dari yang ditunjukkan dalam tabel berikut:
Catatan:
31
Bila provisi kover tidak dapat dipenuhi atau bila beban eksternal mungkin
berlebihan, saluran pipa harus diberi casing, jembatan, atau didesain untuk dapat
menahan beban eksternal yang diantisipasi. Dalam area di mana pertanian atau operasi
lain mungkin mengakibatkan pengerukan plowing yang dalam atau dalam area yang
mengalami erosi atau dalam lokasi yang nantinya mungkin diratakan, seperti jalan raya,
perlintasan jalan kereta api dan parit, proteksi tambahan harus disediakan.
Jarak Saluran Pipa atau Mains dengan Struktur Lain di Bawah Tanah
Selain itu, diharapkan ada jarak sekurang-kurangnya 2 in antara setiap gas main
tertanam dan setiap struktur bawah tanah lain yang penggunaannya tidak berhubungan
dengan gas main. Bila jarak tersebut tidak dapat dipenuhi, maka harus diambil tindakan
pencegahan untuk memproteksi main, seperti pemasangan bahan penginsulasi atau
casing.
Persyaratan Casing di Bawah Jalan Kereta Api, Jalan Raya, atau Jalan
Umum Lainnya
Casing harus didesain untuk dapat menahan beban superimpose. Bila ada
kemungkinan air memasuki casing, ujung casing harus disil. Jika sil ujung akan berfungsi
menahan atau menjaga tekanan operasi-boleh maksimum pipa lintas carrier pipe,
32
maka casing harus didesain untuk tekanan ini dan sekurang-kurangnya memenuhi
persyaratan konstruksi tipe A. pemasangan vent pada casing yang disil tidak diwajibkan;
namun demikian, jika dipasang, vent tersebut hendaknya diproteksi dari cuaca untuk
mencegah air memasuki casing.
Konstruksi Tipe D
0.40
a) pada semua
lokasi dalam Kelas
4
33
Lokasi Kelas 4
Tipe A tanpa
casing
Tipe B tanpa
casing
Tipe C tanpa
casing
Tipe D tanpa
casing
Tipe A tanpa
casing
Tipe B tanpa
casing
Tipe A dengan
casing
Tipe B tanpa
casing
Tipe B tanpa
casing
Tipe C tanpa
casing
Tipe D tanpa
casing
Tipe D tanpa
casing
Jalan yang
permukaannya
dikeraskan, jalan tol,
jalan umum, dan jalan
kereta api
34
3.3
3.3.1
MATERIAL LAIN9
Pendesainan Pipa Besi Duktil
Pipa besi duktil harus didesain sesuai dengan metode yang dinyatakan dalam
ANSI/AWWA C150/A21.50. Nilai tegangan melingkar desain s dan tegangan bending
desain f pada dasar pipa, yang akan digunakan dalam rumus yang diberikan dalam
ANSI/AWWA C150/A21.50 adalah:
s = 16.800 psi
f = 36.000 psi
Pipa besi duktil harus grade (60-42-10) dan harus memenuhi semua persyaratan
ANSI A21.52. Grade (60-42-10) besi duktil mempunyai sifat mekanik sebagai berikut:
Tebal pipa besi duktil terkecil yang diizinkan adalah kelas standar teringan lightest
standard class untuk setiap ukuran pipa nominal seperti yang ditunjukkan dalam ANSI
A21.52. Tebal dinding standar untuk tekanan kerja maksimum 250 psi dan kondisi
penggelaran laying standar pada beberapa kedalaman kover ditunjukkan dalam tabel di
bawah ini.
9Lihat butir 7
35
Kondisi
Penggelaran
2 1/2
3 1/2
12
16
2024
A
B
0.28
0.28
0.28
0.28
0.28
0.28
0.28
0.28
0.28
0.28
0.28
0.28
0.28
0.28
0.28
0.28
A
B
0.29
0.29
0.29
0.29
0.29
0.29
0.29
0.29
0.29
0.29
0.29
0.29
0.29
0.29
0.29
0.29
A
B
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
0.31
A
B
0.33
0.33
0.33
0.33
0.33
0.33
0.33
0.33
0.33
0.33
0.33
0.33
0.33
0.33
0.33
0.33
10
A
B
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
0.35
0.38
0.38
0.38
0.38
12
A
B
0.37
0.37
0.37
0.37
0.37
0.37
0.37
0.37
0.37
0.37
0.37
0.37
0.4
0.4
0.43
0.4
14
A
B
0.36
0.36
0.36
0.36
0.36
0.36
0.36
0.36
0.39
0.36
0.42
0.42
0.45
0.42
0.45
0.45
16
A
B
0.37
0.37
0.37
0.37
0.37
0.37
0.37
0.37
0.4
0.4
0.43
0.43
0.46
0.46
0.49
0.49
18
A
B
0.38
0.38
0.38
0.38
0.38
0.38
0.38
0.38
0.41
0.41
0.47
0.44
0.5
0.47
0.53
0.53
20
A
B
0.39
0.39
0.39
0.39
0.39
0.39
0.39
0.39
0.45
0.42
0.48
0.48
0.54
0.51
..
..
24
A
B
0.44
0.41
0.41
0.41
0.41
0.41
0.44
0.41
0.5
0.47
0.56
0.53
..
..
..
..
Pada pipa besi duktil, terdapat beberapa sambungan yang dapat digunakan.
Sambungan tersebut antara lain:
b) Sambuangan Lain. Pipa besi duktil dapat dilengkapi dengan sambungan tipe
lain asalkan sambungan tersebut dikualifikasi dengan benar dan memenuhi
36
3.3.2
Tekanan desain untuk sistem perpipaan gas atau tebal dinding nominal untuk tekanan
desain yang diberikan harus ditentukan dengan rumus berikut:
P 2S
t
x 0,32
(D t)
dimana:
S = untuk pipa dan tubing termoplastik, long term hydrostatic strength yang ditentukan
sesuai dengan spesifikasi yang terdaftar pada suhu 73F, 100F, atau 140F; untuk pipa
plastic reinforced thermosetting, 11.000 psi.
37
Tekanan desain harus tidak melebihi 100 psig. Pipa, tubing, dan fiting termoplastik
harus tidak digunakan bila suhu operasi material di bawah -20F, atau di atas suhu yang
ditentukan untuk long-term hydrostatic strength yang digunakan dalam rumus desain di
atas, dan suhu ini harus tidak melebihi 140F. Nilai t untuk pipa termoplastik harus tidak
kurang dari yang ditunjukkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3. 10 Rasio Tebal Dinding dan Dimensi Standar untuk Pipa Termoplastik
Ukuran
Pipa
Nominal
1/2
3/4
1
1 1/4
1 1/2
2
2 1/2
3
3 1/2
4
5
6
0.84
1.05
1.315
1.66
1.9
2.375
2.875
3.5
4
4.5
5.563
6.625
26
0.062
0.09
0.09
0.09
0.9
0.091
0.11
0.135
0.154
0.173
0.224
0.255
21
0.062
0.09
0.09
0.09
0.09
0.113
0.137
0.167
0.19
0.214
0.265
0.316
17
0.062
0.09
0.09
0.098
0.112
0.14
0.169
0.206
0.236
0.264
0.328
0.39
13.5
0.062
0.09
0.097
0.123
0.141
0.176
0.213
0.259
0.296
0.333
0.413
0.491
11
0.076
0.095
0.119
0.151
0.173
0.216
..
..
..
..
..
..
CATATAN UMUM:
a)
Rasio Dimensi Standar. Sistem rasio dimensi standar memungkinkan pemakai untuk
menyeleksi sejumlah ukuran pipa yang berbeda untuk suatu sistem perpipaan, yang semuanya
mempunyai tekanan desain sama. Apabila material plastik dari kekuatan desain sama
digunakan, maka Rasio Dimensi Standar boleh digunakan untuk semua ukuran pipa sebagai
pengganti pengkalkulasian nilai t untuk setiap ukuran.
38
b) Tebal dinding di atas garis adalah minimum dan bukan suatu fingsi Rasio Dimensi Standar
Nilai t untuk tubing termoplastik harus tidak kurang dari 0,062 in. Untuk koneksiservis tipe sadel yang dibuat dengan teknik fusi panas, limitasi ini mungkin diperlukan
untuk beberapa material yang direncanakan untuk digunakan pada tekanan operasi tinggi
yang memerlukan tebal dinding lebih tebal dari pada yang ditentukan dengan rumus
desain tekanan untuk ukuran 2 in dan lebih kecil. Pemanufaktur material pipa tersebut
hendaknya dihubungi untuk rekomendasi atau prosedur yang harus digunakan.
Nilai P untuk main dan saluran servis plastic reinforced thermosetting pada sistem
distribusi dalam semua lokasi kelas, dan untuk aplikasi lain dalam lokasi Kelas 3 dan 4,
harus tidak melebihi 100 psig. Pipa plastic dan fiting reinforced thermosetting harus tidak
digunakan pada suhu operasi di bawah -20F atau di atas 150F. Nilai t untuk pipa plastic
reinforced thermosetting harus tidak kurang dari yang ditunjukkan dalam tabel di bawah
ini.
Tabel 3. 11 Diameter dan Tebal Dinding untuk Pipa Plastik Reinforced Thermosetting
DIAMETER DAN TEBAL DINDING UNTUK PIPA PLASTIK
'REINFORCED THERMOSETTING'
Ukuran Pipa Nominal Diameter luar, in Tebal minimum, in
2
2.375
0.06
3
3.5
0.06
4
4.5
0.07
6
6.625
0.1
39
Rating tekanan maksimum untuk fiting harus sama nilainya dengan tekanan desain
maksimum pipa dengan ukuran dan tebal dinding yang sesuai seperti yang diindikasikan
dalam standar fiting yang diacu dan seperti yang ditentukan pada poin sebelumnya.
Pemanufaktur hendaknya diminta petunjukknya tentang rating tekanan maksimum untuk
fiting yang tidak dicakup oleh standar yang diacu.
Katup dalam perpipaan plastic dapat dibuat dari sembarang material dan desain yang
diizinkan. Pemasangan katup dalam perpipaan plastik harus didesain sedemikina rupa
sehingga melindungi bahan plastik terhadap torsi atau beban geser yang berlebihan ketika
katup atau penutup dioperasikan, dan dari setiap tegangan sekunder lain yang dapat
timbul melalui katup atau penutupnya.
3.3.3
harus memenuhi
persyaratan berikut:
a) Pipa atau tubing tembaga harus tidak digunakan untuk mains bila tekanan
melebihi 100 psig.
b) Pipa atau tubing tembaga harus tidak digunakan untuk mains bila gas yang
dibawa mengandung rata-rata lebih dari 0,3 butiran hydrogen sulfide per 100
standard cubic feet gas. Nilai ini ekuivalen dengan patokan trace yang
ditentukan melalui tes acetate timbel.
c) Pipa atau tubing tembaga untuk mains harus mempunyai tebal dinding minimum
0,065 in dan harus hard drawn.
d) Pipa atau tubing tembaga harus tidak digunakan untuk mains di mana regangan
atau beban luar dapat merusak perpipaan.
40
Pipa tembaga harus disambung dengan menggunakan kompresi tipe kopling atau
sambungan tumpang yang di-brazing atau disolder. Bahan pengisi yang digunakan untuk
brazing harus dari campuran tembaga-pospor atau campuran dasar perak. Lasan butt tidak
diizinkan untuk penyambungan pipa atau tubing tembaga. Tubing tembaga harus tidak
diulir, tetapi pipa tembaga yang tebal dindingnya ekuivalen dengan ukuran pipa baja
schedule 40 dapat diulir dan digunakan untuk menghubungkan fiting atau katup
bersekrup screw.
3.4
Semua bangunan stasiun kompresor yang mempunyai perpipaan gas dalam ukuran
lebih besar dari NPS 2, atau peralatan penanganan gas (kecuali peralatan untuk keperluan
perusahaan itu sendiri) harus dikonstruksi dari material non combustible atau limited
combustible seperti yang ditentukan dalam ANSI/NFPA 220.
Jalan keluar Exit harus disediakan dua buah pada masing-masing lantai operasi
bangunan kompresor utama, basement, dan setiap jalanan walkway atau platform yang
tingginya 10 ft atau lebih dari atas permukaan tanah atau lantai. Catwalks untuk masingmasing enjin tidak memerlukan dua jalan keluar. Jalan-keluar dari setiap bangunan
tersebut boleh fixed ladders, atau stairway. Jarak maksimum dari setiap titik pada lantai
operasi ke jalan keluar harus tidak melebihi 75 ft, diukur dari garis pusat gang atau
jalanan. Jalan keluar harus dari pintu yang tidak terhalang yang ditempatkan sedemikian
rupa sehingga memberikan kemungkinan untuk melarikan diri dengan mudah dan harus
memberikan laluan yang tidak menghalangi ke temapt safety. Daun pintu harus dati tipe
10 Lihat butir 7
41
yang dapat dengan mudah diuka dari dalam tanpa kunci. Semua pintu ayunan swinging
doors yang ditempatkan pada dinding luar harus terbbuka kea rah luar.
Setiap pagar yang dapat menghalangi atau mencegah pelarian orang-orang dari
sekitar stasiun kompresor dalam keadaan darurat harus dilengkapi minimum dua gerbang
pintu. Gerbang pintu ini harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga memberikan
kesempatan untuk melarikan diri dengan mudah ke tempat safety. Setiap gerbang pintu
demikian yang berlokasi dalam jarak 200 ft dari bangunan kompresor harus membuka ke
arah luar dan harus tidak terkunci (atau bisa dibuka dari dalam tanpa kunci) sewaktu area
di dalam pagar tersebut dipakai atau ditempati. Sebagai alternatif, fasilitas lain yang
mampu memberikan kemudahan serupa pada jalan keluar dari area boleh disediakan.
Semua peralatan listrik dan wiring yang dipasang pada stasiun kompresor transmisi dan
distribusi gas harus memenuhi persyaratan ANSI/NFPA 70, sepanjang peralatan tersebut
memungkinkan tersedia secara komersial.
3.5
Holder tipe pipa yang akan dipasang di jalan raya, jalan tol atau jalan privat yang
tidak di bawah pengawasan dan penggunaan eksklusif perusahaan pengelola harus
didesain, dipasang, dan dites sesuai dengan provisi standar yang berlaku untuk saluran
pipa yang dipasang pada lokasi yang sama dan dioperasikan pada tekanan maksimum
yang sama. Holder tipe botol harus ditempatkan di atas tanah milik atau di bawah
pengawasan dan penggunaan eksklusif dari perusahaan pengelola.
Kelas Lokasi
Tempatnya
Holder
1
2
3
4
Faktor Desain F
Jarak Minimum antara
Kontainer dan Batas Lokasi Jarak Minimum antara Kontainer
(site ) yang Dipagari 25 ft
dan Batas Lokasi yang Dipagari 100
sampai 100 ft
ft dan di atas
0.72
0.72
0.6
0.72
0.6
0.6
0.4
0.4
Jarak minimum antara container dan batas lokasi yang dipagari ditetapkan oleh
tekanan operasi maksimum holder sebagai berikut:
Clearance minimum dalam inci antara container pipa atau botol harus ditentukan
dengan rumus berikut:
3DPF
1000
43
dimana:
F = faktor desain
Holder tipe botol boleh dimanufaktur dari baja yang tidak mampu-las weldable di
bawah kondisi lapangan, asalkan mengikuti semua limitasi berikut:
a) Holder tipe botol yang dibuat dari baja paduan harus memenuhi persyaratan
kimia dan tarikan tensile untuk berbagai grade baja dalam ASTM A 372.
b) Rasio kuat ulur aktual terhadap kuat tarik aktual harus tidak melebihi 0,85.
c) Pengelasan harus tidak dilakukan pada botol sesudah diberikan perlakuan panas
dan atau stress relief, dengan pengecualian untuk maksud proteksi katodik harus
diizinkan memautkan kawat tembaga kecil pada porsi diameter kecil tutup ujung
botol menggunakan proses las localized thermit (muatan atau charge tidak
melebihi 15 gram) diizinkan.
44
d) Botol termaksud harus dites hidrostatik di pabrik mill dan tidak perlu dites
hidrostatik ualng pada waktu pemasangan. Tekanan tes pabrik harus tidak kurang
dari tekanan yang diperlukan untuk menghasilkan tegangan melingkar yang
besarnya sama dengan 85% kuat ulur minimum spesifikasi baja. Inspeksi yang
sesame harus dilakukan terhadap botol pada waktu pemasangan dan botol yang
rusak harus tidak digunakan.
e) Perpipaan pada botol dan perpipaan penghubung harus dites kerapatan tightness
sesudah pemasangan menggunakan udara atau gas pada tekanan 50 psi di atas
tekanan operasi maksimum.
Provisi Umum yang Berlaku untuk Holder TIpe Botol dan Tipe Pipa
a) Gas yang mengandung lebih dari 0,1 grain hydrogen sulfide per-100 standard
cubic feet tidak boleh disimpan bila kondisi bebas-air dinyatakan atau diantisipasi
tanpa menggunakan cara-cara yang memadai untuk mengidentifikasi, meredakan,
atau mencegah korosi internal yang merugikan.
b) Provisi harus dibuat untuk mencegah formasi atau akumulasi cairan salam holder,
perpipaan penghubung, dan peralatan Bantu yang dapat menyebabkan korosi atau
dapat mengganggu keamanan operasi alat penyimpanan. Katup pelepas harus
dipasang sesuai dengan provisi standar ini yang mempunyai kapasitas pelepasan
cukup untuk membatasi tekanan yang timbul pada saluran pengisi dan pada
holder penyimpanan sampai 100% tekanan desain holder, atau sampai tekanan
yang menghasilkan tegangan melingkar 75% kuat ulur minimum spesifikasi baja,
dipilih mana yang lebih rendah.
3.6
Katup12
Katup pada mains distribusi baik untuk kepentingan operasi ataupun keadaan
darurat harus dispasikan sebagai berikut:
12 Lihat butir 7
45
memberikan
akses
yang
cepat
dan
mudah
dalam
3.7
3.7.1
Vault13
Persyaratan Desain Struktural
Vault atau lubang pit bawah tanah untuk katup, stasiun pelepas tekanan, pembatas
tekanan, atau stasiun pengatur tekanan dan sebagainya harus didesain dan dikonstruksi
sesuai dengan provisi berikut:
13 Lihat butir 7
46
a) Vault dan pit harus didesain dan dikonstruksi sesuai dengan structural
engineering practice yang baik untuk menerima beban yang mungkin dikenakan
padanya.
b) Ruang kerja yqng cukup harus disediakan sedemikian rupa sehingga semua
peralatan yang dibutuhkan dalam vault dapat dipasang, dioperasikan, dan
dimaintain dengan baik.
c) Dalam pendesainan vault dan pit untuk peralatan pembatas tekanan, pelepas
tekanan
dan
pengatur
tekanan,
pertimbangan
harus
diberikan
untuk
d) Pipa yang memasuki dan berada dalam vault atau pit regulator harus terbuat dari
baja ukuran NPS 10 dan ukuran lebih kecil, kecuali untuk perpipaan gage dan
kontrol dapat dibuat dari tembaga. Bila perpipaan memanjang melewati ukuran
struktur vault atau pit, provisi harus dibuat untuk mencegah lewatnya gas atau
cairan melalui bukaan dan menghindarkan regangan dalam perpipaan. Peralatan
dan perpipaan harus ditahan secara memadai oleh penyangga beton, mansory atau
logam. Perpipaan kontrol harus ditempatkan dan disangga dalam vault atau pit
sedemikian rupa sehingga ketereksposannya terhadap pengerusakan atau
kerusakan dapat dikurangi seminimal mungkin.
e) Bukaan vault atau pit harus ditempatkan sedemikian rupa untuk meminimumkan
bahaya yang timbul dari perkakas atau objek lain yang terjatuh di atas regulator,
atau peralatan lainnya. Perpipaan kontrol dan bagian pengoperasi peralatan yang
dipasang harus tidak ditempatkan di bawah bukaan vault atau pit dimana pekerja
dapat menginjaknya saat memasuki atau meninggalkan vault atau pit, kecuali jika
bagian itu diproteksi secara memadai.
f) Jika bukaan vault atau pit akan ditempatkan di atas peralatan yang dapat rusak
akibat jatuhnya tutup, maka suatu tutup sirkuler (bundar) hendaknya dipasang
atau tindakan pencegahan lainnya yang memadai hendaknya diambil.
47
3.7.2
Aksesibilitas
a) Ketereksposan pada Trafik. Penempatan vault pada persimpangan jalan atau pada
tempat di mana lalu lintas ramai atau padat hendaknya dihindarkan.
b) Ketereksposan pada Banjir. Vault hendaknya tidak ditempatkan pada titik elevasi
minimum, dekat kolam penangkap atau dimana tutup akses akan berada dalam
permukaan air.
3.7.3
Vault dan closed top pit di bawah tanah yang di dalamnya terdapat stasiun pengatur
atau reduksi tekanan atau stasiun pembatas atau pelepas tekanan harus disil, di-vent, atau
diventilasi sebagai berikut:
a) Jika volume internal melebihi 200 cu fit, vault atau pit tersebut harus diventilasi
dengan dua duct (saluran) yang masing-masing mempunyai sekurang-kurangnya
efek ventilating pipa NPS 4.
48
c) Duct harus menonjol sampai tingginya di atas level tanah grade yang cukup
untuk menyebarkan setiap campuran gas-udara yang dibuang. Ujung luar duct
harus dilengkapi dengan fiting kedap air atau vent head yang memadai yang
didesain untuk mencegah benda-benda asing memasuki atau menghalangi duct.
Area efektif bukaan pada fiting atau vent head harus sekurang-kurangnya sama
dengan luas penampang area melintang saluran NPS 4. Bagian horizontal duct
harus sependek mungkin dan harus dipasang miring pitched untuk mencegah
akumulasi cairan dalam saluran. Jumlah bend dan offset harus dikurangi
seminimum mungkin dan provisi harus disatukan untuk mempermudah
pembersihan duct secara periodik.
d) Vault atau pit yang memiliki volume internal antara 75 cu ft dan 200 cu ft boleh
disil, di-vent, atau diventilasi. Jika disil, semua bukaan harus dilengkapi dengan
tutup fiting rapat tanpa lubang terbuka melalui mana suatu campuran eksplosif
mungkin dapat terbakar. Sarana atau cairan harus disediakan untuk mentes
atmosfer internal sebelum melepaskan tutup. Jika di-vent, provisi yang tepat
untuk mencegah sumber nyala luar dapat mencapai atmosfer vault harus
disediakan. Jika diventilasi, provisi butir (a), (b), dan (c) atau (e) harus
diterapkan.
e)
Jika vault atau pit yang mengacu kepada butir (d) diventilasi dengan cara
membuat bukaan pada tutup atau grating, dan rasio volume internal dalam satuan
cu ft terhadap area-ventilasi efektif tutup atau grating dalam satuan ft
adalah
f) Vault atau pit yang mempunyai volume internal kurang dari 75 cu ft tidak
memerlukan persyaratan tertentu.
3.7.4
b) Vault yang didalamnya terdapat perpipaan gas harus tidak dikoneksikan dengan
cara koneksi drain ke sub struktur lain, seperti misalnya sewer.
3.8
3.8.1
a) meter dan regulator pelanggan boleh ditempatkan di dalam atau di luar bangunan,
tergantung pada kondisi setempat, kecuali itu pada saluran servis yang
memerlukan regulator seri, regulator bagian hulunya up-stream harus
dilokasikan di luar bangunan.
b) Jika dipasang di dalam bangunan, regulator servis harus pada lokasi yang mudah
dan cepat dicapai di dekat tempat masuknya saluran servis gas dan bilamana
praktis, meter juga dipasang pada lokasi yang sama. Baik meter maupun regulator
harus tidak dipasang dalam kamar tidur, kloset, kamar mandi, di bawah tangga
yang mudah terbakar, atau di suatu tempat yang tidak berventilasi atau sukar
dicapai; atau berjarak kurang dari 3 ft ke sumber api, termasuk tungku dan
pemanas air. Pada saluran servis yang mensuplai pelanggan industri besar atau
instalasi di mana gas yang digunakan lebih tinggi daripada tekanan servis standar,
regulator dapat dipasang pada lokasi lain yang mudah dan cepat dicapai.
c) Jika ditempatkan di luar bangunan, maka meter dan regulator servis harus
dipasang pada lokasi yang mudah dan cepat dicapai di mana meter dan regulator
tersebut akan diproteksi secara memadai terhadap pengerusakan.
d) Regulator yang membutuhkan vent agar dapat beroperasi dengan sempurna dan
efektif harus di-vent ke atmosfer. Vent individual harus disediakan untuk setiap
regulator.
14 Lihat butir 7
50
3.8.2
Meter selubung besi atau alumunium harus tidak digunakan dalam tekanan operasi
boleh-maksimum lebih tinggi dari rating pemanufaktur untuk meter. Meter selubung baja
lapis timah-baru harus tidak digunakan pada tekanan melebihi 50% tekanan tes
pemanufaktur; meter selubung baja lapis timah bangun-ulang rebuilt harus tidak
digunakan pada tekanan melebihi 50% tekanan yang digunakan untuk mengetes meter
setelah dibangun-ulang.
3.8.3
Meter dan regulator servis harus tidak dipasang di mana deteriorasi korosi yang
cepat atau penyebab lain dapat terjadi, kecuali jika langkah yang telah terbukti
dilaksanakan untuk pemproteksian terhadap deteriorasi tersebut.
Piranti protektif yang memadai, seperti regulator tekanan-balik atau katup cek
searah, harus dipasang pada bagian hilir meter jika dan sebagaimana disyaratkan dalam
kondisi berikut:
a) Jika sifat dasar peralatan yang digunakan dapat menyebabkan vakum pada meter,
pasang regulator tekanan-balik pada bagian hilir meter.
2) Peralatan gas dikoneksikan pada sumber oksigen atau udara kempa atau
kompresi
3) Gas petroleum cair (LPG) atau gas tambahan lainnya digunakan sebagai
cadangan dan dapat mengalir balik ke dalam meter. Katup tiga-arah, yang
51
dipasang untuk memberi jalan masuk suplai cadangan dan pada waktu yang
sama menghentikan suplai reguler, dapat digunakan sebagai pengganti katup
cek jika diinginkan.
Semua vent regulator servis dan vent pelepas, bila diperlukan, harus berakhir pada
udara luar dalam fiting penahan hujan dan serangga. Ujung bukaan vent harus dilokasikan
di temapat gas dapat keluar dengan bebas menuju atmosfer dan menjauhi setiap bukaan
ke dalam bangunan jika terjadi kegagalan regulator yang mengakibatkan pelepasan gas.
Pada lokasi di mana regulator servis dapat terendam selama banjir, suatu fiting vent
breather khusus tipe anti-banjir harus dipasang atau saluran vent harus ditonjolkan
sampai di atas ketinggian banjir yang diperkirakan.
Vault dan pit, rumah meter dan regulator pelanggan, harus didesain untuk menyangga
berat kendaraan lalu lintas bila dipasang pada lokasi gang yang dilalui kendaraan, jalan
raya, dan jalan raya utama.
3.8.4
Semua meter dan regulator harus dipasang dengan cara sedemikian rupa untuk
mencegah tegangan yang tidak layak pada perpipaan penghubung atau meter atau
keduanya. Koneksi timah (Pb) dan koneksi lainnya yang terbuat dari material yang
mudah rusak harus tidak digunakan. Penggunaan nipel (semua ulir) close weight standard
dilarang.
3.9
BIAYA PROYEK15
Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses
produksi atau tercapainya suatu hal, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga
pasar yang berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Biaya terbagi
menjadi dua, yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit adalah biaya yang
15 Soeharto, Iman. 2002. Studi Kelayakan Proyek Industri. Jakarta:
Erlangga
52
terlihat secara fisik, misalnya berupa uang. Sementara itu, yang dimaksud dengan biaya
implisit adalah biaya yang tidak terlihat secara langsung, misalnya biaya kesempatan
(opportunity cost) dan penyusutan barang modal.
3.9.1
Dikenal beberapa metode perkiraan biaya. Metode yang sering dipakai diantaranya
adalah sebagai berikut:
Metode parametric
Unit price
Metode mana yang akan digunakan tergantung pada keperluan dan tersedianya data
serta informasi pada waktu itu.
53
Pendekatan yang dipakai dalam metode ini adalah mencoba meletakkan dasar
hubungan matematis yang mengaitkan biaya atau jam-orang dengan karakteristik fisik
tertentu dari objek (volume, luas, berat, tenaga/watt, panjang, dan lain-lain), misalnya:
c) Volume kapasitaspenyimpanan/gudang
Metode ini sangat praktis untuk melakukan pengujian secara cepat atas suatu
kegiatan analisis biaya. Hal ini juga tepat digunakan pada waktu belum tersedianya data
dan informasi untuk membuat perkiraan biaya yang lebih akurat. Meskipun demikian,
karena metode ini disusun atas dasar pengalaman atau catatan terdahulu, maka
pemakaiannya harus hati-hati, yaitu perlu dikaji apakah kondisi proyek yang sedang
disiapkan serupa dengan proyek terdahulu sehingga angka-angka yang diperoleh masih
dapat diterapkan.
Rumus Matematis
Rumus matematis yang menunjukkan hubungan antara biaya dengan variabel fisik
dalam metode parametrik antara lain adalah:
1. Kurva Linier
y=ax
54
dimana:
y = biaya
x = variabel
y=4 x
y= px +q
55
2. Kurva Pangkat
Kurva pangkat yang sering dipakai dalam perkiraan biaya proyek adalah:
Y 2=Y 1 [
X2 n
]
X1
dimana:
X1 = kapasitas instalasi A
X2 = kapasitas instalasi B
56
Rumus di atas menjelaskan bila kapasitas dan biaya pembangunan instalasi A diketahui,
maka dapat dihitung biaya pembangunan instalasi B yang sejenis dan memiliki kapasitas
tertentu. Sama halnya dengan kurva linier, metode ini praktis dan cepat untuk melakukan
pengecekan atas suatu hasil perkiraan biaya.
1. Indeks Harga
Data perihal harga waktu yang lalu dan korelasinya terhadap tingkat harga saat ini
dapat ditemui dalam penerbitan berkala sebagai indeks harga. Indeks harga adalah angka
perbandingan antara harga pada suatu waktu (tahun tertentu) terhadap harga pada waktu
(tahun) yang digunakan sebagai dasar.
Indeks hargata h un A
Indeks hargata hun B
57
Terdapat banyak jenis indeks harga, seperti untuk harga-harga peralatan industri,
upah tenaga kerja, bahan bangunan, dan komoditi yang lain. Salah satu yang erat
kaitannya dengan proyek dan memiliki perincian (composite) adalah Chemical and
Process Engineering Cost Index yang diterbitkan di Inggris, dengan rumus sebagai
berikut.
dimana:
I = Total/komposit indeks
Io = Indeks overhead
Data dari manual, handbook, katalog, dan penerbitan berkala amat membantu
dalam memperkirakan biaya proyek. Perusahaan konsultan atau kontraktor engineering
acapkali memiliki bidang yang khusus menangani kegiatan yang berhubungan dengan
perkiraan biaya. Dalam bidang ini data dan informasi yang diperoleh dari berbagai
sumber dikumpulkan, dikaji, dan diolah untuk menghasilkan grafik-grafik korelasi yang
spesifik dan sejenis. Di samping itu, data dan informasi dari proyek sejenis terdahulu
58
(yang belum terlalu lama) amat berguna sebagai pedoman atau referensi untuk membuat
perkiraan biaya. Data dan informasi demikian pada umumnya tidak sulit untuk diadakan
penyesuaian yang diperlukan yang meliputi hal-hal yang berhubungan dengan eskalasi
dan perubahan (penambahan atau pengurangan) lingkup proyek. Di samping itu, perlu
dikaji apakah proyek terdahulu dibangun dengan cara yang efisien dan ekonomis,
sehingga angka yang bersangkutan cukup realistis. Jadi, yang perlu diperhatikan adalah:
c. Tersedianya tenaga kerja dan tingkat upah, yang mungkin sekali dalam
tahun-tahun terakhir telah mengalami banyak perubahan
Variasi lain dalam memperkirakan biaya adalah dengan menganalisis unsurunsurnya (elemental analysis cost estimating). Di sini lingkup proyek diuraikan menjadi
unsur-unsurnya menurut fungsinya. Kemudian struktur yang diperoleh akan menjadi
sedemikian rupa sehingga perbaikan secara bertahap dapat dilakukan sesuai dengan
kemajuan proyek, di mana masukan yang berupa data dan informasi yang baru diperoleh
dapat ditampung dalam rangka meningkatkan kualitas perkiraan biaya. Klasifikasi fungsi
menurut unsur-unsurnya menghasilkan bagian atau komponen lingkup proyek yang
berfungsi sama. Misalnya, tiang penyangga suatu rumah tinggal dapat dibuat dari kayu,
besi, atau beton tetapi fungsinya adalah tetap sama sebagai tiang. Agar penggunaannya
dalam perkiraan biaya efektif, maka pemilihan fungsi hendaknya didasarkan atas hal-hal
berikut:
59
Terlihat disini bahwa yang memegang peranan kunci adalah penentuan angka rasio
terhadap dasar atau standar. Pengembangan rasio dapat dilakukan dengan penelitian atas
data proyek terdahulu ataupun informasi dari sumber lain. Bila pengelompokkan unsurunsur berdasarkan fungsi telah tersusun, maka perkiraan biaya dapat dimulai sejak awal
proyek (membuat perkiraan biaya kasar) sampai kepada anggaran yang amat akurat
(anggaran definitif). Perkiraan biaya dengan metode menganalisis unsur-unsurnya ini
sering dijumpai pada proyek pembangunan gedung.
Metode lain untuk memperkirakan biaya proyek adalah dengan memakai asumsi
bahwa terdapat angka korelasi (faktor) di antara harga peralatan utama dengan
komponen-komponen yang terkait. Di sini biaya komponen tersebut dihitung dengan cara
memakai faktor perkalian terhadap harga peralatan utama. Karena merupakan unsur
penentu, maka harga peralatan utama hendaknya telah diperhitungkan atau diperoleh
secara mantap, misalnya penawaran dari pabrik atau manufacturer. Garis besar metode
faktor diberikan di bawah ini.
60
d. Total biaya proyek adalah penjumlahan dari modal tetap dan modal kerja.
Sedangkan modal kerja diperkirakan sebesar 5-10% dari modal tetap. Dengan
demikian, dapat dihitung total biaya proyek.
1. Rumus Lang
modal tetap=FLxPCE
dimana:
FL = faktor Lang
FL = 3,1 untuk instalasi yang memproses material yang sebagian besar padat.
FL = 4,7 untuk instalasi yang memproses material yang sebagian besar cair.
61
Dengan diperolehnya jumlah modal tetap, angka untuk modal kerja dapat diperkirakan
yaitu sebesar 5-10% dari modal tetap. Dengan demikian, total perkiraan biaya proyek
dapat diketahui, yaitu modal tetap ditambah modal kerja.
Pengelompokkan lain dari metode faktor adalah dengan memisahkan tenaga kerja seperti
pada tabel di bawah ini.
Rumus ini amat kompleks dan sesuai untuk dikerjakan dengan computer.
62
dimana:
I= Total investasi
Fl
63
1. Quantity Take-Off
Teknik menyusun perkiraan biaya lainnya adalah quantity take-off, yaitu membuat
perkiraan biaya dengan mengukur kuantitas komponen-komponen proyek dari gambar,
spesifikasi, dan perencanaan. Untuk maksud tersebut, prosedur yang ditempuh adalah:
Teknik di atas bila dikerjakan dengan benar akan mendukung hal-hal berikut.
a. Perencana dan penyelia lebih memahami struktur proyek yang akan ditangani
2. Harga Satuan
65
Pada contoh tersebut, satuan harga pekerjaan memasang pipa per satuan panjang
(m) = (Rp 200 juta)(1/5.000) = Rp 40.000,-. Bila pekerjaan sesungguhnya adalah 5.500
m, maka biayanya adalah (5.500)(Rp 40.000) = Rp 22 juta. Persyaratan untuk menyusun
unit price suatu paket adalah bahwa pekerjaan desain-engineering sudah harus sampai
pada tahap tertentu, sehingga dapat dilakukan penjumlahan material (quantity take-off)
dan jam-orang dengan sebaik-baiknya.
Metode ini memakai masukan dari proyek yang sedang ditangani, sehingga angkaangka yang diperoleh mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Namun, metode ini
memerlukan waktu yang cukup lama, yaitu sampai kemajuan desain-engineering dan
pembelian mencapai taraf tertentu, agar perhitungan biaya dapat dilakukan secara akurat.
Bila rancangan peralatan utama telah diselesaikan, maka jumlah dan satuan harga dari
sebagian besar material curah telah mencakup data mengenai produktivitas tenaga kerja
serta berbagai angka penawaran lelang peralatan utama dan subkontrak yang bernilai
besar.
66
Terdapat berbagai desain untuk hal tersebut yang pada intinya berkisar pada dua
hal, yaitu:
a. Materi yang belum tersedia pada saat itu. Materi ini terutama terdiri dari definisi
lingkup proyek dan data informasi yang diperlukan untuk membuat estimasi, baik
kuantitas maupun kualitasnya, amat terbatas pada waktu proyek.
Bila butir kedua dikesampingkan, maka hal-hal yang termasuk dalam butir pertama
umumnya meliputi:
f.
3.10
DEPRESIASI16
Istilah depresiasi banyak ditemukan dalam akuntansi, ekonomi dan keuangan untuk
menjelaskan penyebaran biaya dari asset dalam lingkup beberapa tahun. Dalam bahasa
yang lebih sederhana dapat dikatakan bahwa depresiasi adalah reduksi nilai sebuah asset
karena penggunaan, berjalannya waktu, kerusakan disebabkan kecelakaan, teknologi yang
sudah out of date, keusangan, deplesi atau berbagai faktor lainnya.
Metode garis lurus adalah metode yang paling mudah dan sering digunakan dimana
perusahaan memperkirakan nilai sisa dari asset pada akhir periode dimana akan
digunakan untuk menentukan revenue (waktu penggunaan), dan akan mengeluarkan
sejumlah biaya dalam jumlah yang sama selama periode berjalan. Nilai sisa adalah
sebuah estimasi dari nilai asset pada saat asset tersebut akan dijual atau dimusnahkan;
nilai ini mungkin saja nol.
Dalam penerapan metode ini terdapat dua pendekatan, yang pertama adalah
penetapan biaya yang telah dikurangi nilai sisa untuk kemudian dibagi dengan umur
ekonomisnya. Persamaannya diberikan di bawah ini:
Metode depresiasi yang mampu memberikan nilai depresiasi yang tinggi pada
tahun pertama umur asset dan kemudian turun secara gradual pada tahun-tahun
berikutnya disebut metode depresiasi terakselerasi. Metode ini mungkin memberikan
gambaran yang lebih realistik dari ekspektasi manfaat yang dapat diberikan oleh asset.
Banyak asset yang lebih berguna pada saat masih baru. Salah satu metode depresiasi
terakselerasi yang terkenal adalah metode saldo menurun. Dengan metode ini, nilai buku
dikalikan dengan besaran % yang tetap.
69
atas. Pada contoh tersebut didapatkan % penyusutan sebesar 20%. Dengan metode saldo
menurun berganda, maka digunakan % depresiasi 40% (2 x 20%).
Metode Activity Depreciation tidak berdasarkan waktu, tetapi atas dasar tingkat
aktivitas. Aktivitas disini dapat berupa jarak yang telah dilalui untuk kendaraan, atau
banyak putaran untuk mesin. Ketika asset didapatkan, maka umurnya diestimasikan
dengan tingkat aktivitas yang dilakukannya. Asumsikan sebuah kendaraan didapatkan
dengan biaya Rp 17.000.000,00 dan nilai sisa Rp 2.000.000,00 diestimasikan untuk dapat
melaju 50.000 mil dalam periode umurnya. Besar depresiasi per mil dikalkulasikan
dengan (Rp 17.000.000,00 Rp Rp 2.000.000,00)/50.000 mil = Rp 300 per mil. Setiap
tahun, pengeluaran untuk depresiasi kemudian dikalkulasikan dengan mengalikan besar
depresiasi dengan tingkat aktivitas aktual.
70
Berdasarkan metode ini, umur ekonomi dari sebuah asset dilambangkan dengan
berapa banyak total unit yang dapat diproduksi. Depresiasi tahunan didapatkan melalui
tiga tahapan.
Kedua, besar depresiasi per unit dihitung. Besar depresiasi per unit dihitung dengan
membagi biaya yang akan didepresiasi dengan total unit barang yang akan diproduksi
selama umur ekonomi asset tersebut.
depreciable cost
total units of production
Nilai buku selalu dihitung dengan mengurangi biaya asal dengan akumulasi
depresiasi.
Depresiasi berdasarkan unit waktu serupa dengan unit produksi, dan digunakan
untuk menyusutkan peralatan yang digunakan pada tempat penambangan atau eksplorasi
71
sumber daya alam, atau kasus-kasus dimana banyaknya asset yang digunakan tidak linear
dari tahun ke tahun.
Sebuah contoh yang sederhana adalah yang terjadi pada perusahaan konstruksi
dimana beberapa peralatan hanya digunakan pada pekerjaan yang spesifik.
Metode ini digunakan untuk banyak asset yang tidak sama, dan mempunyai umur
ekonomi yang berbeda. Sebagai contoh, komputer dan printer, keduanya tidak sama
namun masih termasuk ke dalam kategori peralatan kantor. Depresiasi untuk semua asset
dilakukan dengan metode garis lurus.
(Sumber: Wikipedia)
72
Composite Life sama dengan depreciable cost dibagi dengan total depreciation per year.
(Rp 5.900/Rp 1.300 = 4,5 tahun)
Composite Depreciation Rate sama dengan depreciation per year dibagi dengan total
historical cost. (Rp 1.300/Rp 6.500 = 0,20 = 20%)
Depreciation Expense sama dengan composite depreciation rate dikali dengan balance
in the asset account. (0,20*Rp 6.500 = Rp 1.300)
.11.2
diwakili oleh koefisien beta dalam CAPM dapat dituliskan di bawah ini:
73
E (~
r i )=r f + i x [ E (~
r m )r f ]
dengan
(1)
E (~
r i ) = ekspektasi pengembalian atas asset atau portofolio berisiko i;
E (~
rm )
rf
= ekspektasi pengembalian
cov (~
r i ,~
r m)
i=
2
m
dengan
cov ( ~
ri , ~
rm )
(2)
Beta dalam CAPM merupakan ukuran risiko suatu asset atau portofolio. Beta
merefleksikan sensitivitas pengembalian asset atau portofolio terhadap volatilitas pasar.
Semakin tinggi beta suatu asset, semakin tinggi pula risikonya. Bila =1, asset atau
portofolio bergerak bersama dengan pasar. Bila >1, asset atau portofolio lebih reaktif
dibandingkan pasar. Sebaliknya bila <1, asset atau portofolio kurang reaktif
dibandingkan pasar. Secara grafis beta adalah gradient dari regresi garis lurus antara
pengembalian pasar di sumbu x dan pengembalian asset atau portofolio di sumby y
sebagaimana diperlihatkan dalam gambar 3.3
74
mengalami kebangkrutan, misalnya, hasil likuidasi asset harus lebih dulu disediakan
untuk pembayaran utang dan sisanya baru dibayarkan untuk ekuitas.
Karena sifat pembayaran ekuitas yang residual, investor ekuitas dapat menikmati
pengembalian yang setinggi-tingginya bila proyek investasi berjalan sukses sementara
investor utang hanya menerima pengembalian sejumlah tingkat suku bunga yang
dijanjikan. Dengan demikian risiko dan ketidakpastian pembayaran yang dihadapi oleh
investor ekuitas lebih tinggi dibandingkan yang dihadapi oleh investor utang.
Konsekuensinya, cost of equity capital atau disingkat dengan cost of equity lebih tinggi
dibandingkan cost of debt capital atau cost of debt. Persamaan (1) berlaku juga untuk
menghitung cost of debt dan cost of equity sebagaimana dituliskan berikut ini:
E (~
r s ) =r f + s x [ E (~
r m ) r f ]
E (~
r d )=r f + d x [ E (~
r m )r f ]
dengan
E (~
rs )
= cost of equity;
s = beta ekuitas,
(3)
(4)
E (~
r d ) = cost of debt,
= beta utang. Opportunity cost of capital sendiri merupakan rata-rata tertimbang dari cost
of debt dan cost of equity sementara weighted average cost of capital (WACC) adalah
rata-rata tertimbang cost of debt dan cost of equity setelah memperhitungkan pengurangan
cost of debt akibat interest tax shield.
.11.3
cashflow hanya terjadi pada t=0 dan t=1. Bila cashflow investasi i setelah pajak pada t=1
adalah acak, sebut saja,
~
X 1 , biaya investasi pada t=0 adalah deterministik,
X0 ,
maka menurut metode DCF tradisional, NPV proyek tersebut adalah sama dengan nilai
sekarang (present value) dari ekspektasi
X1
~
ri
~
1+ E
E
NPV i=
~
X 1 dikurangi dengan
X 0 atau
(5)
75
Return on asset (ROA) atau return on investment (ROI) dapat dengan mudah
dihitung menggunakan formulasi berikut ini
~
E ( X1)
~
E( ROA i)=
1
X0
(6)
~
~
E( X 1)
E ( X1)
NPV i=
1+ E( ~
r i) 1+ E (~
ROA i)
(7)
Proyek investasi i disebut atraktif bila memiliki NPV positif yang hanya terjadi
bilamana
~
ROAi
r i ) . Atraktivitas dari sudut pandang ekuitas dapat juga
) E( ~
E
ditentukan dengan cara yang sama. Bila cashflow setelah pajak dan pembayaran utang
pada t=1 (yang menjadi hak sepenuhnya investor ekuitas) adalah
~
S 1 , nilai pasar dari
V E=
~
E( S1 )
1+ E(~
r s)
(8)
Bila VD adalah nilai pasar dari utang, total kebutuhan dana yang harus disiapkan
oleh investor ekuitas adalah sama dengan V0-VD. Return on equity (ROE) sama dengan
rasio ekspektasi cashflow ekuitas dan total kebutuhan dana yang harus disiapkan investor
ekuitas, dikurangi satu.
~
E( S1 )
~
E ( ROE ) =
1
X 0V D
(9)
NPV dari sudut pandang ekuitas, NPVE, sama dengan nilai pasar ekuitas dikurangi
dengan total kebutuhan dana, atau
NPV E=V E (X 0V D)
(10)
76
ROE
~
1+ E
~
~
E( S 1)
E( S1 )
NPV E=
1+ E( ~
r s)
(11)
Atau dengan perkataan lain, proyek investasi disebut atraktif dalam sudut pandang
ROE
~
r s) .
E( ~
E
ARR =
Keserdehanaan metode ini menjadi ciri utamanya. Mudah dilakukan dari data
akuntansi yang tersedia. Hanya kemudian dibandingkan dengan tingkat bunga tertentu,
diterima atau ditolaknya usulan investasi.
Kelemahan utama dari metode ini adalah keuntungan didasarkan pada keuntungan
berdasarkan laporan akuntansi, dan bukannya mendasarkan diri atas aliran kas, dan tidak
memperhatikan nilai waktu uang (time value of money).
Payback Period=
Nilai Investasi
Proceed
Untuk mencari discounted payback period pada bunga yang ditentukan i > 0%, hitung
angka yang memenuhi untuk tahun np sehingga persamaan berikut ini menjadi benar.
t =nP
0=P+ NCF t
t =1
( PF ,i , t )
Jika nilai NCF diharapkan sama setiap tahunnya, maka perhitungan annual dapat
digunakan, sehingga persamaannya menjadi:
18 Lihat butir 18
78
0=P+ NCF
( PA ,i , n )
p
Setelah tahun np maka aliran kas akan mulai mengembalikan investasi dengan
tingkat pengembalian i%. jika dalam kenyataan, aset atau alternatif digunakan lebih dari
np tahun, maka pengembalian yang lebih besar akan didapatkan; tetapi apabila umurnya
kurang dari np tahun, maka tidak ada cukup waktu untuk mengembalikan nilai investasi
dan pengembalian i%.
Apabila payback period kurang dari suatu periode yang telah ditentukan, proyek
tersebut diterima, apabila tidak, proyek tersebut ditolak. Kelemahan metode ini, tidak
mempertimbangkan prinsip time value of money serta tidak mempertimbangkan risiko
alternatif secara eksplisit. Penggunaan periode pembayaran dalam membuat keputusankeputusan investasi harus dihindari kecuali untuk ukuran seberapacepat modal yang
diinvestasi akan diperoleh kembali yang merupakan indikator dari risiko proyek. Akan
tetapi, selain beberapa kelemahan, metode ini memeiliki kelebihan yaiyu mudah
digunakan dan memiliki konsep yang sederhana sehingga mudah dipahami.
A 0=
A1
A2
An
+
++
2
(1+ IRR) (1+ IRR)
( 1+ IRR)n
19 Lihat butir 18
79
Apabila A0 adalah investasi pada periode 0 dan A1 sampai An adalah aliran bersih
dari periode 1 sampai n, maka metode IRR semata-mata mencari discount faktor yang
menyamakan A0 dengan A1 sampai An.
Rumus IRR dapat menjadi sangat kompleks tergantung dari waktu dan variasi dari
jumlah aliran kas. Tanpa bantuan komputer atau kalkulator financial, IRR hanya dapat
dihitung dengan trial and error.
Kelebihan dari metode Internal Rate of Return dibandingkan dengan metode lain
adalah:
Metode Internal Rate of Return merupakan konsep yang lebih dimengerti oleh
masyarakat pada umumnya. Seorang penjual akan lebih mudah apabila ditanyakan
berapa tingkat keuntungan hasil penjualannya daripada ditanya berapa nilai sekarang
dari penjualannya atau nilai biaya tahunan ekivalennya.
Jika pemasukan pada arus masuk cash flow dinaikkan maka akan dibutuhkan
tingkat bunga diskonto yang lebih tinggi untuk menjadikan NPV dari cash flow tersebut
kembali menjadi nol. Hal ini memberikan implikasi bahwa proyek dengan pemasukan
tinggi mempunyai internal rate of return yang lebih tinggi.
Sama saja, jika pemasukan pada arus masuk cash flow diturunkan maka akan
dibutuhkan tingkat bunga diskonto yang lebih rendah untuk menjadikan NPV dari cash
flow tersebut sama dengan nol. Hal ini memberikan implikasi bahwa proyek dengan
pemasukan rendah mempunyai internal rate of return yang lebih rendah.
Sebenarnya implikasi ini benar apabila proyek yang dibandingkan memiliki bentuk
yang sama, dengan biaya pengeluaran datang di awal dan keuntungan datang setelahnya.
80
Apabila tidak, maka implikasi ini bisa saja salah. Terkadang, internal rate of return dapat
mengelabui sehingga salah dalam melakukan suatu investasi.
Seperti yang telah disebutkan di atas, salah satu kegunaan IRR adalah untuk
membandingkan capital proyeks. Sebagai contoh, sebuah perusahaan ingin mengevaluasi
investasi pada sebuah pabrik baru dibandingkan dengan mengembangkan pabrik yang
sudah ada berdasarkan nilai IRR dari setiap proyek. Dalam kasus ini, setiap capital
proyek baru harus menghasilkan IRR yang lebih tinggi dari cost of capital perusahaan.
Setelah syarat ini dipenuhi, maka proyek dengan IRR tertinggi adalah investasi yang lebih
baik, dengan asumsi hal-hal lain dianggap sama (termasuk risiko).
IRR juga berguna bagi perusahaan dalam mengevaluasi rencana stock buyback
(pembelian
kembali
saham
oleh
perusahaan).
Singkatnya,
jika
perusahaan
mengalokasikan jumlah yang besar untuk membeli kembali sahamnya, maka hasil analisa
harus menunjukkan bahwa saham perusahaan tersebut adalah investasi yang lebih baik
(memiliki IRR yang lebih tinggi) apabila dibandingkan dengan penggunaan dana tersebut
untuk capital proyek yang lain.
Sebagai investment decision tool, metode IRR tidak boleh digunakan pada
mutually exclusive proyek, tapi hanya boleh digunakan untuk memutuskan apakah suatu
proyek layak untuk dilakukan atau tidak. Untuk membandingkan proyek yang mutually
exclusive digunakan metode incremental rate of return.
20 http://www.wikipedia.com
81
NPV vs tingkat bunga diskonto untuk dua mutually exclusive proyek. Proyek A
mempunyai NPV lebih tinggi (pada tingkat bunga diskonto tertentu), walaupun IRR nya
lebih rendah dari proyek B.
Dalam kasus dimana proyek pertama mempunyai investasi awal yang lebih tinggi
daripada proyek kedua mutually exclusive proyek, proyek pertama akan mempunyai IRR
yang lebih rendah dan NPV yang lebih tinggi. Dan proyek yang seharusnya diterima
adalah proyek pertama.
Metode IRR hanya boleh digunakan untuk proyek yang memiliki cash flow dengan
pola yang biasa yaitu ( - + + +). Proyek yang dimulai dari pengeluaran cash fow untuk
investasi awal lalu pada tahun-tahun berikutnya merupakan pemasukan cash flow positif.
Sebaliknya metode IRR tidak boleh digunakan untuk proyek yang memiliki cash flow
dengan pola yang tidak biasa seperti (+ - - -) atau (- + - +) atau (- + + + -) contohnya
adalah pada industri pengilangan minyak atau proyek nuklir yang membutuhkan biaya
pembersihan dan biaya restorasi yang besar pada akhir masa proyek.
82
Salah satu kelemahan IRR adalah aliran kas diasumsikan akan diinvestasi ulang
pada discount rate yang sama, walaupun pada kenyataannya bunga tersebut akan
berfluktuasi, terutama pada proyek jangka panjang.
Dalam perhitungan memasukkan nilai IRR dengan trial and error, digunakan
tabel bunga untuk kemudahan perhitungan. Namun tabel bunga yang ada
memiliki keterbatasan, hanya memuat angka-angka tertentu saja, misalnya hanya
ada bunga 30%, 35%, tidak ada bunga 32%. Sehingga apabila setelah dihitung
ternyata IRR tidak ada pada tabel bunga, misalnya berada antara 30% dan 35%
maka untuk mengetahuinya nilai IRR tersebut harus dilakukan interpolasi linier
terlebih dahulu. Interpolasi linier cukup merepotkan karena dibutuhkan ketelitian
dalam berhitung.
Masih terkait dengan poin sebelumnya, terdapat cara lain untuk menghitung IRR
yang tidak terdapat pada tabel selain dengan interpolasi linier, yaitu dengan
memplotkannya ke dalam grafik hubungan Net Present Value dan IRR.
Pembuatan grafik harus dengan skala yang benar dan harus teliti untuk melihat di
tingkat suku bunga berapa NPV sama dengan nol. Cara ini juga kurang efektif
karena untuk memplot grafik, harus dilakukan perhitungan berkali-kali pada
tingkat suku bunga yang berbeda-beda, sehingga terbentuk pola grafiknya. Belum
lagi harus dilihat dengan teliti NPV sama dengan nol jatuh pada titik suku bunga
berapa.
Dalam perhitungan IRR, periode analisis perhitungan harus sama dengan umur
investasi yang akan dihitung. Sehingga bila terdapat lebih dari satu alternatif
83
Masih terkait dengan poin sebelumnya, untuk alternatif yang umur investasinya
lebih kecil, cashflownya akan terus berulang sampai periode analisis perhitungan
terpenuhi. Hal ini mengasumsikan bahwa nilai investasi tetap sama pada periode
yang akan datang, bertentangan dengan prinsip time value of money.
PI =
Sebagai contoh, misalnya nilai sekarang dari semua aliran kas masa depan adalah sama
dengan investasi saat ini. NPV akan menunjukkan angka nol (karena tidak ada perbedaan
nilai uang) sedangkan profitability index akan bernilai satu (karena tidak ada
perbandingan proporsi).
21 Lihat butir 18
84
Secara umum jika metode NPV dan PI dipakai untuk menilai suatu usulan
investasi, maka hasilnya akan selalu konsisten. Dengan kata lain, kalau NPV mengatakan
diterima, maka PI juga mengatakan diterima. Demikian pula sebaliknya. Sehingga untuk
menghitung PI harus terlebih dahulu menghitung NPV.
Tentukan nilai sekarang dari setiap arus kas, termasuk arus kas masuk dan arus
keluar, yang didiskontokan pada biaya modal proyek
Jumlahkan arus kas yang didiskontokan ini, hasil ini didefinisikan sebagai NPV
proyek
Jika NPV adalah positif, maka proyek diterima, sementara jika NPV adalah
negative, maka proyek itu ditolak. Jika kedua proyek dengan NPV positif adalah
mutually exclusive, maka salah satu dengan nilai NPV terbesar yang dipilih.
22 Lihat butir 18
85
NPV =CF 0+
CF 1
CF 2
CF n
+
++
(1+ K)1 (1+ K)2
(1+ K )n
Alasan rasional untuk metode NPV adalah sangat jelas. Untuk menutupi
kelemahan pada metode-metode lain. NPV sebesar nol menyiratkan bahwa arus kas
proyek sudah mencukupi untuk membayar kembali modal yang diinvestasikan dan
memberikan tingkat pengembalian yang diperlukan atas modal tersebut. Jika proyek
memiliki NPV positif, maka proyek tersebut menghasilkan lebih banyak kas dari yang
dibutuhkan untuk menutup hutang dan memberikan pengembalian yang diperlukan
kepada pemegang saham perusahaan. Oleh karena itu, jika perusahaan mengambil proyek
yang memiliki NPV positif, maka posisi pemegang saham meningkat.
Salah satu keunggulan dari penggunaan NPV adalah bahwa arus kas didasarkan
pada
konsep
nilai
waktu
uang
(time
value
of
money).
Maka
sebelum
penghitungan/penentuan NPV hal yang paling utama adalah mengetahui atau menaksir
aliran kas masuk di masa yang akan datang dan aliran kas keluar.
Baik tidaknya hasil analisa, akan tergantung pada ketepatan taksiran atas aliran
kas. Di sini penaksiran dilakukan atas aliran kas, dan bukan keuntungan, karena kas
merupakan faktor sentral dalam pengambilan keputusan investasi. Perusahaan melakukan
investasi (mengeluarkan kas) dengan harapan menerima kas lagi dalam jumlah yang lebih
besar di masa yang akan datang. Hanya penerimaan kas yang dapat diinvestasikan
kembali atau dibayarkan sebagai deviden kepada para pemegang saham. Jadi kas, dan
bukan keuntungan, yang penting di dalam penganggaran modal untuk berinvestasi.
Di dalam aliran kas ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
86
Aliran kas ke luar haruslah tidak memasukkan unsur bunga, apabila proyek itu
direncanakan akan didanai dengan pinjaman. Biaya bunga tersebut termasuk
sebagai tingkat bunga yang disyaratkan (required rate of return) untuk penilaian
proyek tersebut. Kalau kita ikut memasukkan unsur bunga di dalam erhitungan
aliran kas keluar, maka akan terjadi perhitungan ganda.
Uang dikatakan mempunyai nilai waktu, karena individu lebih menyukai uang saat
ini dari pada nanti, apabila uang tersebut dalam jumlah nominalnya adalah sama. Hal ini
ditunjukkan dengan dipilihnya penerimaan saat ini dari pada nanti dan dipilihnya
pembayaran nanti dari pada saat ini, apabila menyangkut jumlah uang yang sama.
87
Bunga majemuk menunjukkan bunga yang dihasilkan pada suatu periode, juga
memberikan bunga pada periode berikutnya. Sedangkan present value, menunjukkan nilai
saat ini dari suatu penerimaan atau pengeluaran pada waktu yang akan datang.
Kurva NPV
Satu cara untuk mengerti bagaimana NPV dan internal rate of return dapat
memberikan hasil yang berbeda adalah dengan menggunakan kurva NPV. Kurva NPV
memperlihatkan hubungan antara tingkat bunga diskonto dan NPV pada selang tingkat
bunga diskonto tertentu. Berikut diberikan contoh kurva NPV pada tingkat bunga
diskonto 5%.
88
Grafik di atas memberikan gambaran NPV pada tingkat bunga diskonto 0 sampai
0.1. Titik yang terdapat pada grafik itu merupakan hasil perhitungan yang menunjukkan
NPV pada tingkat bunga diskonto 5% (titik sebelah kiri) dan nilai IRR (titik sebelah
kanan) dimana tepat pada garis NPV = 0. Nilai internal rate of return dari kurva tersebut
adalah 5.47%.
Apabila terdapat investasi kedua yang mirip dengan investasi pertama hanya saja
net profit pada tiap tahun lebih tinggi. Kedua investasi ini dapat dikatakan mempunyai
bentuk yang sama, karena cost dan profitnya datang pada saat yang sama. Juga, besar
biaya investasi untuk kedua investasi sama. Perbedaannya hanya pada besar profit pada
tiap tahunnya. Berikut adalah kurva NPV untuk kedua investasi.
89
Dalam contoh di atas, kedua metode, NPV pada tingkat bunga diskonto 5% dan
IRR memberikan hasil yang sama. Kedua metode memberikan hasil investasi kedua jauh
lebih baik, sehingga valid apabila dikatakan bahwa investasi kedua lebih menguntungkan
dibanding yang pertama.
Melakukan suatu investasi akan meningkatkan pemasukan apabila NPV nya lebih
besar dari 0 pada tingkat bunga diskonto yang relevan dengan investasi. Apabila pada
contoh di atas tingkat bunga diskonto kurang dari 5.47%, maka kedua kurva NPV berada
pada daerah positif, dan kedua investasi tersebut seharusnya dilakukan.
Namun, terkadang alternatif investasi itu mutually exclusive. Hanya dapat dipilih
salah satu dari alternatif investasi tersebut. Jika hanya dapat melakukan satu investasi
saja, maka harus dipilih satu investasi dengan NPV tertinggi pada tingkat bunga diskonto
yang sesuai. Masalahnya adalah, tingkat bunga diskonto dapat berubah-ubah karena
kondisi ekonomi keseluruhan. Maka dari itu akan lebih meyakinkan apabila memilih
suatu investasi dibanding yang lain jika investasi yang dipilih tersebut mempunyai NPV
lebih tinggi pada kisaran luas tingkat bunga diskonto yang mungkin. Pada contoh di atas,
investasi proyek baru mempunyai NPV lebih tinggi pada hampir semua tingkat bunga
diskonto yang mungkin, sehingga sebaiknya kita memilih untuk menginvestasikan dana
pada proyek ini.
Kurva NPV dapat bersilangan, dan pilihan investasi tergantung pada tingkat bunga
diskonto. Sebagai contoh, berikut diberikan cash flow dari investasi kurva hijau dan biru,
namun investasi kurva biru dibuat agar profitnya datang pada akhir masa proyek. Juga
diketahui nilai NPV nya pada tingkat bunga diskonto 5% dan internal rate of return nya.
Tabel 3. 17 Cash flow proyek usulan lama dan proyek usulan baru
90
Year
$0
$0
$0
$0
$0
$220
$117
0.086
$1550
$157
0.076
(Sumber: Wikipedia)
Investasi proyek baru memiliki internal rate of return yang lebih tinggi, tapi
investasi proyek lama memiliki NPV lebih tinggi pada tingkat bunga diskonto 5%. Kedua
metode memberikan hasil yang berlawanan.
91
Gambar tersebut menunjukkan apa yang terjadi dengan menunjukkan kurva NPV
untuk kedua investasi pada tingkat bunga diskonto antara 0% dan 10%. Kurva
bersilangan pada tingkat bunga diskonto 6.4%.
Untuk memutuskan investasi mana yang harus dipilih, terlebih dahulu harus dibuat
prediksi tingkat bunga diskonto di masa yang akan datang. Apabila prediksi tingkat bunga
diskonto kurang dari 6.4% maka investasi yang dipilih adalah investasi proyek lama.
Untuk tingkat bunga diskonto di atas 6.4% dan di bawah 8.56%, maka investasi yang
dipilih adalah investasi proyek baru. Untuk tingkat bunga diskonto di atas 8.56%, tidak
ada investasi yang dipilih karena kedua investasi NPV nya negatif.
Jika cost datang setelah profit
Cost dapat datang setelah profit apabila investasi menciptakan permasalahan pada
lingkungan yang harus diselesaikan pada akhir masa proyek. Contohnya adalah pabrik
daya nuklir. Berikut diberikan contoh cash flownya.
Inc ome amounts -$200 $200 $200 $200 $200 $200 -$900
(Sumber: Wikipedia)
Hubungan antara tingkat bunga diskonto dan NPV menjadi terbalik dengan
investasi yang memiliki cash flow yang normal. Dengan cash flow yang seperti ini,
tingkat bunga diskonto yang tinggi akan membuat NPV menjadi lebih besar, dan tingkat
bunga diskonto yang lebih rendah membuat NPV menjadi lebih kecil. Berikut diberikan
kurva NPV-nya.
92
93
Tabel 3. 19 Cash flow proyek usulan lama dan proyek usulan baru
Year
Internal
rate of
return
Alternatif
pertama
-$6
0.054
Alternatif
kedua
-$27
0.070
(Sumber: Wikipedia)
Investasi kedua (baru) memiliki NPV yang lebih kecil daripada investasi pertama,
karena profit-nya lebih rendah namun cost pada tahun awal dan akhir sama. Grafik
berikut ini menunjukkan kurva NPV untuk kedua investasi, dengan kurva alternatif kedua
berada di bawah kurva alternatif pertama pada seluruh tingkat bunga diskonto.
94
95
BAB IV
PERENCANAAN PEMBANGUNAN PIPA DISTRIBUSI GAS PADA BIDANG
TEKNIK PT PGN (Persero) Tbk.
4.1
1) Kelayakan Konversi Nol (KK0) Data Survei Pelanggan dan Kelayakan Konversi
Satu (KK1) Rencana Biaya Konversi Pelanggan,
3) Rehab jaringan
Setelah semua data input diterima, maka selanjutnya bagian Teknik melakukan
survey lokasi dan jalur rencana yang nantinya akan menghasilkan data survey, misalnya
panjang jalur pipa, karakteristik lokasi pemasangan pipa, dll. Output yang juga dihasilkan
96
dari proses ini adalah gambar skets yang nantinya akan berguna untuk pembuatan desain
jaringan.
Setelah melakukan survey lokasi dan menentukan jalur rencana pipa, selanjutnya
divisi Teknik membuat desain jaringan pipa dengan menggunakan input data jaringan
existing, hasil analisa jaringan, pengembangan/rehab. Data jaringan existing adalah data
pipa PGN yang telah ada di sekitar lokasi yang akan dipasang pipa distribusi. Analisa
jaringan yang dilakukan berupa penentuan diameter pipa, tekanan gas dan besaran
lainnya dengan menggunakan Software Pipeline Studio. Keluaran dari proses ini adalah
diketahuinya dimensi pipa yang akan digunakan dan fisilitas pendukungnya, tekanan gas
dalam pipa, dan juga laju aliran gas dalam pipa.
97
Proses berikutnya adalah pembuatan detail gambar rencana berupa gambar standar
dengan spesifikasi teknik dari desain jaringan yang telah dibuat. Hasil proses ini adalah
gambar isometrik, gambar lokasi, gambar jalur, dan gambar seksi rencana pemasangan
pipa yang sudah dilengkapi dengan material yang dibutuhkan untuk membangun jaringan
pipa tersebut.
Berbekal gambar isometrik dan jumlah serta jenis material yang disebutkan disana,
maka proses perencanaan dilanjutkan dengan perhitungan Rencana Kebutuhan Material
(RKM) dari proyek pemasangan pipa tersebut. Rencana Kebutuhan Material pada
dasarnya adalah penghitungan biaya proyek dari sisi material yang dibutuhkan untuk
membuat jaringan pipa dapat berfungsi dengan baik dan aman. Setiap material ditulis
secara rinci spesifikasi, satuan, jumlah, dan harganya. Perhitungan RKM juga
mempertimbangkan persediaan yang ada pada gudang PGN. Output dari proses ini adalah
total biaya material proyek.
Setelah diketahui total biaya material yang dibutuhkan, maka proses perencanaan
dilanjutkan dengan penghitungan Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan (RAB). Rencana
Anggaran Biaya Pekerjaan merupakan alat perhitungan biaya proyek dari sisi pekerjaan
apa saja yang harus dilakukan untuk membangun jaringan pipa. Pada dasarnya
penyusunan RAB mengikuti prinsip metode harga satuan yang intinya adalah menghitung
harga satuan setiap pekerjaan, mulai dari pekerjaan persiapan, penggalian, pemasangan,
hingga pengujian dan penyelesaian akhir.
Hasil dari dua proses tadi, RKM dan RAB, kemudian di rekap untuk mendapatkan
nilai proyek yang bersangkutan. Nilai tersebut kemudian akan menjadi nilai investasi
dalam proses perhitungan keekonomian (IRR). Input lain yang digunakan dalam
perhitungan IRR adalah beberapa asumsi dasar tentang depresiasi, kebocoran, dan biaya
operasi.
Dari hasil perhitungan IRR akan didapatkan informasi apakah proyek tersebut
layak atau tidak untuk dijalankan. Apabila tidak layak maka proses akan kembali kepada
user/pelanggan dan dilanjutkan dengan revisi proses-proses sebelumnya. Namun, apabila
nilai IRR menyetakan proyek tersebut layak maka proses dilanjutkan dengan melakukan
koordinasi dengan bagian terkait guna melakukan pengesahan rencana jaringan yang
berupa gambar rencana, spesifikasi teknik, BQ/RAB, dan IRR yang telah dibuat.
Setelah disahkan, rencana jaringan tersebut kemudian dikoordinasikan untuk
memperoleh prioritas usulan RKUP yang kemudian setelah dikonsolidasikan dengan
kantor pusat akan mendapat buku RKAP.
98
Pada dasarnya semua proses di atas dilakukan oleh Bagian Teknik HOSBU I untuk
proyek yang tercakup dalam wilayah Jawa Bagian Barat. Namun, untuk wilayah dalam
cakupan Jawa bagian Barat yang telah memiliki distrik tersendiri di bawah Hosbu I,
misalnya Distrik Jakarta dan Distri Cirebon, yang melakukan proses perencanaan adalah
distrik yang bersangkutan. Bagian Teknik HOSBU I hanya melakukan evaluasi,
rekapitulasi dan menerima laporan dari distrik tersebut.
Koordinasi
Bagian
Terkait
-
Koordinasi
Prioritas
Usulan
RKUP
1. Tatacara Penyusunan
RKUP
2. Guideline
Gamba
Spek Te
BQ/RAB
IRR
Notulen
Buku RKU
Konsolidasi
Kantor
Pusat
Buku RKA
99
4.2
pembuatan gambar skets lokasi pemasangan yang didapatkan melalui survey lokasi. PT
PGN (Persero) Tbk. memiliki prosedur standar yang digunakan untuk menentukan rute
yang akan dilalui pipa agar mendapatkan rute jaringan pipa yang efektif dan efisien serta
dapat menjangkau semua lokasi konsumen gas dengan tingkat risiko dan kesulitan sekecil
mungkin.
Prosedur tersebut mengacu pada:
bawah ini:
Penentuan rute jaringan pipa harus dihindari dari lokasi yang dapat menyebabkan
jaringan pipa mendapatkan beban mekanis yang tidak normal dan kondisi lain
yang merugikan sehingga dapat mempercepat kerusakan pipa. Lokasi tersebut
antara lain:
o
Diagram alir prosedur penentuan kelas lokasi dan rute jaringan pipa transmisi dan
distribusi disajikan pada gambar di bawah ini.
101
PERENCANAAN
INSTANSI LAIN
INPUT
B
C
4
PROSES
D
5
OUTPUT
Keterangan:
= File, bentuk dan jenis data/informasi
Tabel 4. 1 Bentuk dan jenis data diagram alir kegiatan survey lokasi pipa
102
Tabel 4. 2 Proses Transformasi Data/Informasi diagram alir kegiatan survey lokasi pipa
103
Sumber Data
Sumber data yang dapat dipergunakan untuk menentukan rute jalur pipa
diantaranya adalah:
a) Foto udara
b) Peta, yang meliputi kontur, topografi, hutan, konservasi, geologi, dan
jenis tanah
c) Daerah potensial banjir, peil banjir
d) Suatu perencanaan yang menunjukkan lokasi fasilitas bawah tanah
e) Laporan tentang lingkungan dan laporan lain yang terkait
f) Rencana umum tata ruang
g) Daerah rawan gempa
h) Daerah rentang lalu lintas laut, arus air laut
i)
104
Bahaya korosi
j)
Pengembangan properti
yang terdapat dalam koridor yang diminati. Penentuan rute pendahuluan didasarkan data
yang diperoleh padi peta, foto udara dan sumber informasi lainnya serta berdasarkan
pertimbangan ekonomi, keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan, engineering dan
biaya. Bila dianggap perlu konsultasi dengan pihak lain yang terkait.
105
tahapan desain dan konstruksi jaringan pipa transmisi dan distribusi gas. Penentuan kelas
lokasi mengacu pada ANSI/ASME B 31.8 dan SK Menteri Pertambangan dan Energi
Nomor 300.K/38/M.PE/1997. Penentuan kelas lokasi pada suatu jalur pipa didasarkan
pada jumlah gedung di sepanjang jalur pipa yang digunakan atau dihuni oleh masyarakat
pada setiap area panjang 1 mil dan lebar mil dimana jalur pipa berada di tengahnya.
Berdasarkan criteria di atas, kelas lokasi dibagi ke dalam 4 kategori yaitu:
a) Kelas lokasi 1
Jika pada segmen 1 mil (1,6 km) jalur pipa terdapat 10 atau kurang gedung yang
dihuni atau dimanfaatkan oleh masyarakat. Wilayah yang termasuk Kelas Lokasi
106
1 diantaranya lahan terbuka, padang pasir, pegunungan, hutan, laut, lahan tempat
menggembala, lahan pertanian, dan daerah yang perpopulasi jarang.
Kelas Lokasi 1 dibagi menjadi dua divisi yaitu:
i.
ii.
b) Kelas Lokasi 2
Jika pada segmen 1 mil (1,6 km) jalur pipa terpadat lebih dari 10 namun kurang
dari 46 gedung yang dihuni atau dimanfaatkan oleh masyarakat. Kelas lokasi 2
mencerminkan suatu daerah yang berada diantara Kelas 1 dan 3 seperti daerah
pinggiran kota, perkampungan, daerah industri, pertanian, peternakan, dan
country estate. Tekanan ter hidrostatik 1,25 kali tekanan operasi boleh maksimum
(TOBM).
c) Kelas Lokasi 3
Jika pada segmen 1 mil (1,6 km) jalur pipa terdapat lebih dari 46 atau lebih
gedung yang dihuni atau dimanfaatkan oleh masyarakat kecuali jika Kelas Lokasi
4 berlaku. Kelas Lokasi 3 mencerminkan suatu daerah seperti daerah
pengembangan pemukiman di suburban, pusat perbelanjaan, daerah pemukiman,
daerah industri, dan daerah lain yang bukan Kelas Lokasi 4. Tekanan gas
hidrostatik 1,2 kali tekanan operasi boleh maksimum (TOBM).
d) Kelas Lokasi 4
Meliputi daerah/kota besar dimana terdapat gedung bertingkat banyak, daerah
padat lalu lintas, dan daerah dimana terdapat utilitas di bawah permukaan tanah.
Gedung bertingkat banyak adalah bangunan yang terdiri dari 4 lantai atau lebih di
atas permukaan termasuk lantai dasar. Ter hidrostatik 1,4 kali tekanan operasi
boleh maksimum (TOBM).
107
4.3
analisa jaringan guna mendapatkan desain jaringan yang handal, aman, dan ekonomis.
Dalam melakukan analisa jaringan, divisi perencanaan PT PGN (Persero) Tbk.
menggunakan Software Pipeline Studio sesuai dengan ketetapan perusahaan. Kegiatan
analisis jaringan meliputi pengembangan jaringan dan peningkatan kapasitas sistem
jaringan transmisi dan distribusi. Dalam pengembangan jaringan dan perencanaan sistem
jaringan daerah baru, analisa dilakukan untuk menentukan diameter pipa dan tekanan gas
pada sistem jaringan baru tersebut. Sedangkan dalam perencanaan peningkatan kapasitas
sistem, analisa jaringan diarahkan untuk memastikan bahwa sistem yang telah ada
mampu mencapai kapasitas yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Acuan yang digunakan oleh PT PGN (Persero) Tbk. dalam melaksanakan analisa
jaringan diantaranya:
AGA:
Gas
Engineering
and
Operating
Practice
Series
(GEOP),
Crane Co. Flow of Fluid Through Valves, Fittings, and Pipe. Technical Paper
No. 410, 1988
Hyman, S.I., M.A. Stoner, and M.A. Karnitz. Gas Flow Formulas-An
Evaluation. Pipeline and Gas Journal 202 (December 1975): 33-34; ibid, Part2,
203 (Januari 1976): 28-34
McAllister, E.W., Ed. Pipe Line Rules of Thumb Handbook. 3 rd Edition. Gulf
Publishing Company, 1993.
McKetta, John J., ed. Piping Design Handbook. Marcel Dekker, Inc., 1992
eksekusi program, interpretasi hasil analisis dan pelaporan. Keseluruhan kegiatan tersebut
digambarkan dalam diagram alir di bawah ini.
25 Lihat butir 24
108
109
Tabel 4. 3 Bentuk dan jenis data/informasi diagram alir kegiatan desain jaringan
110
waktu. Analisa unsteady-state dilakukan dengan asumsi bahwa jumlah gas yang masuk ke
dalam sistem jaringan belum tentu sama dengan jumlah gas yang keluar dari jaringan,
namun tetap memenuhi hokum kekekalan massa. Analisa unsteady-state mengamati laju
massa gas pada setiap segmen pipa (X) dan perubahan tekanan gas sejalan dengan
perubahan waktu (t). Metode penyelesaian masalah secara numeris dalam analisa
unsteady-state sangat berbeda dari metode penyelesaian masalah secara numeris pada
analisa steady-state. Penyelesaian masalah numeris pada analisa unsteady-state
menggunakan metode persamaan differensial.
Tabel di bawah ini menunjukkan penerapan analisa steady-state dan unsteady-state
yang dilakukan PT PGN (Persero) Tbk.
Tabel 4. 5 Aplikasi analisa steady-state dan unsteady state
112
4.4
PERHITUNGAN KEEKONOMIAN26
Tujuan adanya fase analisa/perhitungan keekonomian dalam sebuah perencanaan
proyek adalah untuk menghasilkan pilihan yang optimal dari alternatif-alternatif rencana
sistem jaringan atau bagian dari sistem jaringan yang diusulkan.
Fase perhitungan keekonomian dimulai dengan pengestimasian biaya investasi
yang terdiri dari penyusunan Work Breakdown Structure (WBS) dan perhitungan biaya
investasi. Work Breadown Structure (WBS) adalah kerangka kerja yang terinci dan
terstruktur dalam suatu proyek, termasuk perhitungan biaya yang relevan dan terintegrasi.
Penyusunan WBS bersifat top-down, diawali dengan elemen-elemen kerja utama
yang bersifat umum yang kemudian dirinci lebih lanjut. Banyaknya tingkat perincian
tergantung kompleksitas pekerjaan. WBS ini nantinya akan menjadi input untuk
penyusunan Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan.
Di bawah ini adalah contoh penyusunan WBS untuk sebuah proyek.
Tabel 4. 6 Contoh work breakdown structure
Work Breakdown Structure
Nomor
Level Elemen
1
1.0
Elemen
Proyek X
2
3
3
4
Design Engineering
Electrical Mechanical
Engineering
Supervisor
Engineer
Drafting
Corrosion
1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.2.1
1.1.2.2
1.1.2.3
1.1.3
26 Lihat butir 24
113
4
3
4
3
4
3
3
1.1.3.1
1.1.3.2
1.1.4
1.1.4.1
1.1.4.2
1.1.4.3
1.1.4.4
1.1.4.5
1.1.4.6
1.1.5
1.1.5.1
1.1.5.2
1.1.6
1.1.7
Engineer
Drafting
Planning-Engineering
Supervisor
Engineer
Survey&Drafting
Aeral&Photography
Stake Out
As-Build information&Drawing
Data Processing
Supervisor
Programmer
Travel
Supplies
2
3
4
1.2
ROW, Legal, Environmental&Safety
1.2.1
Labor
1.2.1.1
Acquisition
1.2.1.2
Damages
1.2.1.3
Permit/Legal
1.2.1.4
Environmental&Safety
3
1.2.2
Consideration of existing
4
1.2.2.1
Line
1.2.2.2
ROW
3
1.2.3
New ROW
4
1.2.3.1
Land purchase
1.2.3.2
Permit fees
1.2.3.3
Damage payments
(Sumber: Standard Operating Procedure bagian Teknik PT PGN)
Perhitungan biaya investasi dilakukan dengan metode-metode estimasi yang telah
ditentukan. Metode yang dapat digunakan antara lain diskusi dengan unit kerja terkait
yang memeiliki informasi dan kemampuan estimasi. Selain itu, estimasi juga dapat
dilakukan dengan analogi atau perbandingan. Estimasi dengan perbandingan dilakukan
dengan pedoman kasus yang mirip tetapi secara teknis dianggap lebih kompleks dari
kasus yang dihadapi, digunakan sebagai batas atas, dan kasus yang mirip tetapi secara
teknis tidak lebih kompleks dari kasus yang dihadapi digunakan sebagai batas bawah.
Metode estimasi lainnya adalah dengan menggunakan indeks. Indeks adalah sebuah
angka yang memberii indikasi tentang kecenderungan dan besaran pergerakan hargaharga dan tarif dari satu waktu tertentu. Estimasi tarif dan harga menurut metode indeks
dilakukan menggunakan persamaan:
114
Cn =C k (
n
)
k
dimana:
In = indeks pada tahun n, yaitu tahun yang tarif dan harga-harganya sedang diestimasi
Ik = indeks pada tahun k, yaitu tahun dasar
Cn = harga/tarif pada tahun yang diestimasikan
Ck = harga/tarif pada tahun dasar
Secara umum, proses yang dilakukan dalam fase perhitungan keekonomian dapat
dilihat pada diagram alir di bawah ini:
115
116
117
4.4.1
nama, jumlah, dan spesifikasi material yang dibutuhkan dalam sebuah proyek. Spesifikasi
dan jumlah material ini dapat berbeda tergantung pada karakteristik masing-masing
proyek.
PT PGN membagi rencana kebutuhan materialnya menjadi empat bagian yaitu
bagian pipa baja, bagian fitting dan accessories, bagian ball valve RF, flange, connection,
full bore, dan bagian auxiliaries yang biasanya digunakan untuk mencantumkan MR/S
(Meter Regulating Station) yang digunakan.
Dalam RKM, terdapat dua kolom yang digunakan untuk mengisi harga material
yaitu cash item dan non cash item. Dua kolom ini digunakan untuk membedakan
beban pembiayaan. Cash item akan menjadi beban biaya tahun anggaran dimana
rencana proyek tersebut diajukan. Sedangkan non cash item menginformasikan apakah
material tersebut telah tersedia di gudang atau biaya dari pelanggan atau telah dibiayai
tahun anggaran (untuk RKUP luncuran).
Harga yang tercantum pada kedua kolom, non cash item dan cash item,
ditentukan oleh PT PGN secara terpusat berdasarkan perhitungan harga satuan. Harga
satuan tersebut kemudian dikalikan dengan jumlah material yang dibutuhkan untuk
mendapatkan jumlah harga setiap jenis material. Jumlah harga setiap jenis material
tersebut kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan total biaya material suatu proyek.
4.4.2
118
dikalikan dengan volume pekerjaan tersebut untuk mendapatkan jumlah biaya setiap jenis
pekerjaan. Jumlah tersebut kemudian diakumulasikan untuk memperoleh total biaya
pekerjaan. Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10% ditambahkan pada jumlah total tersebut.
4.4.3
sangat banyak dan tidak sesuai dengan dana yang dimiliki PT PGN untuk
melaksanakannya. Oleh karena itu diperlukan sebuah analisa untuk mengevaluasi proyekproyek tersebut guna mencari tingkat prioritas satu proyek dengan proyek lainnya. Selain
analisa risiko suatu proyek, PT PGN menggunakan perhitungan Internal Rate of Return
untuk memberi prioritas terhadap suatu proyek. Proyek-proyek yang memiliki nilai IRR
di atas Risk Adjusted Discount Rate sebesar 13% dianggap layak untuk dilaksanakan.
Proyeksi arus kas merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan
perhitungan IRR. Proyeksi arus kas dibentuk oleh nilai investasi, estimasi arus kas
masuk, dan estimasi arus kas keluar. Dari tiga besaran tadi dapat diketahui besar
pendapatan dan arus kas bersih setiap tahun dan jumlah arus kas kumulatif hingga akhir
periode proyek. Arus kas masuk berasal hanya dari penjualan gas setiap tahun dengan
harga jual yang telah ditentukan. Arus kas keluar terdiri dari biaya pembelian gas dari
pemasok PT PGN, biaya operasi, depresiasi, serta pajak dan dana sosial.
119
137347.08
33
152607.83
33
160238.25
IRR
KONSUME
N
PEMASANGAN PIPA DINAS STEEL DIA. 4" PT. CLEAN PACK INDOMAS
ALAMAT
WILAYAH
DISTRIK BANTEN
Volume
tahap I
Volume
tahap II
Volume
tahap III
Nilai
kalori
1,922,859
M^3/Thn.
(2007)
M^3/Thn.
(2008)
M^3/Thn.
(2009)
9,346
Kcal/M^3
Harga beli
1,343.89
Rp./M^3
Harga jual
1,951.46
Rp./M^3
Tahun I
Tahun II
dst.
1,951.46
Rp./M^3
1,951.46
Rp./M^3
Kebocoran
1,648,165
1,831,294
Tingkat
Bunga
(Bank
Nasional)
IRR
(Rumus)
IRR
(Lotus)
KESIMPUL
AN
13
152.21
151.21
LAYAK
151%
THN
INVESTASI
ARUS
MASUK
KAS
PENJUALAN
A R U S
KA S
KEL
UAR
PEMBELIAN
OPERASI
DEPRESIAS
I
PENDAPATAN
SEBELUM
PAJAK
PAJAK &
DANA
SOSIAL
PENDAPATAN
ARUS KAS
ARUS KAS
BERSIH
BERSIH
KUMULATIF
120
(1)
0
(2)
422,161,3
27
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
0
422,161,3
27
JML
(3)
(4)
3,216,333,09
2
3,573,702,56
9
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
74,333,024,7
48
2,214,954,77
4
2,461,060,26
2
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
51,190,061,2
53
(5)
(6)
(7)
99,672,965
50,659,359
851,045,995
99,672,965
50,659,359
99,672,965
50,659,359
99,672,965
50,659,359
99,672,965
50,659,359
99,672,965
50,659,359
99,672,965
50,659,359
99,672,965
50,659,359
99,672,965
50,659,359
99,672,965
50,659,359
99,672,965
99,672,965
99,672,965
99,672,965
99,672,965
99,672,965
99,672,965
99,672,965
99,672,965
99,672,965
1,993,459,2
96
0
506,593,59
3
962,309,982
1,017,942,28
0
1,017,942,28
0
1,017,942,28
0
1,017,942,28
0
1,017,942,28
0
1,017,942,28
0
1,017,942,28
0
1,017,942,28
0
1,068,601,63
9
1,068,601,63
9
1,068,601,63
9
1,068,601,63
9
1,068,601,63
9
1,068,601,63
9
1,068,601,63
9
1,068,601,63
9
1,068,601,63
9
1,068,601,63
9
20,642,910,6
06
(8)
297,866,09
8
336,808,49
4
356,279,79
8
356,279,79
8
356,279,79
8
356,279,79
8
356,279,79
8
356,279,79
8
356,279,79
8
356,279,79
8
374,010,57
4
374,010,57
4
374,010,57
4
374,010,57
4
374,010,57
4
374,010,57
4
374,010,57
4
374,010,57
4
374,010,57
4
374,010,57
4
7,225,018,7
12
(9)
(10)
(422,161,327
)
(11)
553,179,897
603,839,256
181,677,929
625,501,488
676,160,848
857,838,776
661,662,482
712,321,841
1,570,160,617
661,662,482
712,321,841
2,282,482,459
661,662,482
712,321,841
2,994,804,300
661,662,482
712,321,841
3,707,126,141
661,662,482
712,321,841
4,419,447,982
661,662,482
712,321,841
5,131,769,823
661,662,482
712,321,841
5,844,091,664
661,662,482
712,321,841
6,556,413,505
694,591,065
694,591,065
7,251,004,571
694,591,065
694,591,065
7,945,595,636
694,591,065
694,591,065
8,640,186,702
694,591,065
694,591,065
694,591,065
694,591,065
694,591,065
694,591,065
694,591,065
694,591,065
694,591,065
694,591,065
694,591,065
694,591,065
694,591,065
13,417,891,8
94
694,591,065
13,502,324,1
59
9,334,777,767
10,029,368,83
2
10,723,959,89
8
11,418,550,96
3
12,113,142,02
9
12,807,733,09
4
13,502,324,15
9
136,890,295,5
21
(422,161,327)
121
122
4.4.4
Biaya Operasi
Biaya operasi adalah dana yang dikeluarkan untuk mengoperasikan sistem jaringan
pipa atau bagian dari sistem jaringan pipa. Biaya-biaya yang termasuk dalam kategori
biaya investasi antara lain:
a) Biaya pembelian gas
b) Biaya pegawai
c) Biaya pemeliharaan
d) Bahan bakar untuk kompresor (bila ada)
e) Pajak Bumi dan Bangunan atas asset perusahaan yang diperoleh melalui proyek
f) Penyusutan (depreciation) atas asset yang diperoleh melalui proyek, kecuali yang
berupa tanah.
g) Biaya bunga, bila sebagian dana investasi berasal dari dana pinjaman.
Besaran biaya operasi poin a) sampai e) dapat dihitung dengan menggunakan
teknik estimasi. Selain itu, untuk keperluan analisis tekno ekonomi ini, total biaya operasi
per tahunnya dapat diasumsikan tidak berubah sepanjang periode analisis.
Dalam prakteknya, yang termasuk ke dalam kolom biaya operasi hanyalah biaya
pegawai, biaya pemeliharaan, bahan bakar kompresor, pajak bumi dan bangunan, dan
biaya bunga. Untuk biaya pembelian gas dan biaya penyusutan memiliki kolom tersendiri
di luar angka biaya operasi dalam tabel perhitungan IRR.
Biaya operasi PT PGN didapatkan dari
123
4.4.5
Metode Depresiasi
Dalam menghitung biaya depresiasi, PT PGN menggunakan metode garis lurus
(straight line) selama 10 tahun dengan besaran per tahun 12% dari nilai investasi suatu
proyek. Setelah melewati masa 10 tahun, maka untuk tahun-tahun berikutnya nilai
penyusutan suatu proyek dianggap nol atau tidak ada. Penggunaan metode garis lurus
dalam menghitung nilai depresiasi didasarkan pada peraturan perpajakan yaitu UU Pajak
Penghasilan No. 17 tahun 2000 Pasal 11 ayat (1) dan (2) yang pada berisikan ketentuan
bahwa perpajakan hanya mengakui metode penyusutan garis lurus dan saldo menurun
yang dapat digunakan untuk menghitung penyusutan aktiva tetap.
Perbedaan yang terlihat dari perhitungan depresiasi yang dilakukan oleh PT PGN
dengan perhitungan depresiasi pada umumnya adalah PT PGN menghitung penyusutan
biaya investasi (seluruh asset), kecuali tanah, secara kumulatif. Hal ini berbeda dengan
perhitungan depresiasi pada umumnya yang menghitung penyusutan terpisah untuk setiap
asset tetapnya. Standard Operating Procedure (SOP) bagian Teknik PT PGN butir
8.7.3.6.3 menyebutkan bahwa seluruh biaya investasi, kecuali yang dikategorikan
sebagai asset berupa tanah, disusutkan selama periode analisis. Kecuali ditentukan lain
oleh prinsip-prinsip akuntansi Perusahaan, penyusutan menggunakan metode garis lurus
(straight line) dan tidak terdapat nilai sisa pada akhir periode.
Perhitungan penyusutan biaya investasi dilakukan secara keseluruhan yang
dilakukan oleh PT PGN memiliki dasar pemikiran bahwa yang menjadi asset tetap adalah
hasil dari proyek yang dikerjakan hingga dapat beroperasi. Artinya seluruh biaya itulah
yang akan disusutkan (termasuk biaya pekerjaan yang dilakukan dalam proyek).
4.4.6
RADR
Risk Adjusted Discount Rate (RADR) adalah batas minimal IRR suatu proyek
memenuhi syarat untuk dapat dilaksanakan oleh PT PGN. Besar RADR yang ditetapkan
oleh PT PGN adalah lebih besar atau sama dengan 13%. Angka ini didapatkan dari
perhitungan suku bunga Bank Indonesia (8%) ditambah adanya premi risiko dari proyek
yang bersangkutan yang diestimasikan sebesar 5%. Apabila IRR sebuah proyek melebihi
angka 13% ini, maka proyek tersebut sudah memenuhi syarat untuk dapat dilaksanakan.
124
125
BAB V
ANALISIS PERHITUNGAN KEEKONOMIAN
5.1
PERHITUNGAN DEPRESIASI
Sebuah proyek, sebelum dilaksanakan harus melalui serangkaian analisa yang akan
menilai apakah proyek tersebut layak untuk dilaksanakan. Mulai dari aspek teknis,
ekonomi, finansial, dan lingkungan dijadikan bahan pertimbangan dan dasar pengambilan
keputusan. Dalam pelaksanaan analisa setiap aspek, terdapat dua kemungkinan kesalahan,
yaitu meneruskan proyek yang seharusnya tidak dilaksanakan dan menghentikan proyek
yang seharusnya dilaksanakan. Kesalahan ini dapat muncul karena penggunaan teknik
evaluasi atau analisis yang kurang tepat dan tidak adanya pembaruan atau pengembangan
teknik-teknik evaluasi yang digunakan saat ini.
Pembahasan usulan pada bagian ini akan lebih terfokus pada aspek finansial
dimana hanya membicarakan analisa tekno ekonomi proyek PT PGN. Dalam menganalisa
tekno ekonomi suatu proyek, PT PGN menggunakan perhitungan IRR sebagai dinding
yang akan memisahkan antara proyek yang layak untuk dilaksanakan dan yang tidak
layak untuk dilaksanakan. Perhitungan nilai IRR sangat erat kaitannya dengan arus kas
bersih suatu proyek dimana nilainya dipengaruhi oleh besarnya investasi, pemasukan,
pengeluaran biaya, dan pengeluaran pajak.
Salah satu perhitungan biaya yang menarik untuk ditelaah adalah perhitungan biaya
penyusutan atau depresiasi. Seperti yang telah diungkapkan pada bab sebelumnya, PT
PGN menganggap seluruh asetnya dalam sebuah proyek sebagai satu kesatuan sehingga
besar biaya penyusutan dibebankan kepada keseluruhan aset. Hal ini dimungkinkan oleh
teori composite depreciation. Namun, yang harus diperhatikan adalah besar nilai
akumulasi penyusutan. Besar akumulasi biaya depresiasi pada akhir umur ekonomis,
dalam hal ini di akhir tahun kesepuluh, seharusnya adalah lebih kecil atau sama dengan
nilai investasi/aset di tahun ke-0. Nilainya akan lebih kecil dari biaya investasi apabila
dianggap ada nilai sisa (salvage value), dan akan sama dengan biaya investasi apabila
tidak ada nilai sisa (salvage value = 0). Karena berdasarkan teori akuntansi, yang
126
dimaksud dengan depresiasi adalah penyebaran biaya perolehan suatu aset selama
umur perkiraannya. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa besar akumulasi
biaya depresiasi adalah maksimal sejumlah biaya investasi atau biaya perolehan aset
tersebut, tetapi tidak begitu kenyataannya dalam perhitungan biaya depresiasi yang
dilakukan di PT PGN. PT PGN memiliki akumulasi biaya depresiasi yang lebih besar dari
nilai investasi di tahun ke-0. Hal ini karena dasar perhitungan biaya depresiasi setiap
tahun yang digunakan oleh PT PGN adalah 12% dari biaya investasi dan dilaksanakan
selama 10 tahun dengan metode garis lurus. Artinya, aset yang disusutkan bukan 100%
tetapi 120% (12% x 10 tahun) selama 10 tahun. Contoh perhitungan dengan cara ini telah
diberikan pada bab sebelumnya.
Oleh karena itu, kami mengusulkan beberapa usulan alternatif perhitungan
depresiasi yang sesuai dengan teori akuntansi dan juga tetap dalam koridor UndangUndang No. 17 tahun 2000 tentang pajak penghasilan. Dalam pasal 11 Undang-Undang
tersebut, dinyatakan bahwa terdapat dua metode penyusutan yang dapat digunakan untuk
melakukan penyusutan terhadap aktiva tetap bukan bangunan, yaitu metode garis lurus
dan metode saldo menurun. Tarif penyusutan kedua metode tersebut diatur dalam Pasal
11 ayat (6) sebagai berikut:
Tabel 5. 1 Tarif penyusutan aktiva tetap menurut UU No. 17 tahun 2000
lebih
lanjut
dalam
Keputusan
Menteri
Keuangan
No.
127
yang tidak tercantum dalam keputusan tersebut secara otomatis dimasukkan dalam
kelompok III. Oleh karena tidak tercantumnya usia material untuk pembangunan jaringan
pipa distribusi gas atau yang sejenisnya di dalam keputusan tersebut, maka secara
otomatis akan diperlakukan depresiasi sesuai dengan harta kelompok III.
Atas dasar Undang-Undang di atas, usulan yang dapat diberikan adalah:
128
1. Depresiasi menggunakan Metode Garis Lurus dengan masa manfaat 16 tahun dan tarif 6,25%.
2. Hasil dari alternatif pertama dapat dilihat di bawah ini.
3.
4. Tabel 5. 2 Alternatif usulan pertama perhitungan depresiasi nilai investasi
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12. FS.04.1.
01.00.0
5
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32. IRR
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
49.
50.
51.
52.
59.
60.
61.
62.
14.
15.
45.
53.
63.
74. 13
73
47
,0
83
3
86. 15
26
07
,8
33
3
34.
46. KO
NSU
ME
N
54. ALA
MAT
64. WIL
AYA
H
87. Volu
me
taha
pI
35.
47.
55.
65.
76.
88. 1.64
8.16
5
36.
48. PEMASANGAN PIPA DINAS STEEL DIA. 4" PT. CLEAN PACK
INDOMAS
56. Jl. Ry Serang km 20.5 Cibadak Tangerang
57.
58.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
90.
91.
93. 13
94. %
95.
96.
97.
77.
89. M^
3/Th
n.
(20
07)
92.
Tingkat
Bunga
129
98. 16
02
38
,2
5
99. Volu
me
taha
p II
100. 1.83
1.29
4
122.
111. Volu
me
taha
p III
123. Nilai
kalor
i
134.
135. Harg
a beli
136. 1.34
3,89
146.
147. Harg
a jual
148. 1.95
1,46
159. Tah
un I
171. Tah
un II
dst.
160. 1.95
1,46
110.
158.
170.
112. 1.92
2.85
9
124. 9.34
6
172. 1.95
1,46
101. M^
3/Th
n.
(20
08)
113. M^
3/Th
n.
(20
09)
125. Kcal
/M^
3
137. Rp./
M^
3
149. Rp./
M^
3
161. Rp./
M^
3
173. Rp./
M^
3
102.
103.
104. (Bank
Nasional)
105.
114.
115.
116. IRR
(Rumus)
126.
127.
138.
106.
107.
108.
109.
117. 150,27
118. %
119.
120.
121.
129. 149,27
130. %
131.
132.
133.
140. KESIMPUL
AN
141.
139.
142.
143.
144.
145.
150.
151.
152.
154.
155.
156.
157.
162.
163.
164.
166.
167.
168.
169.
174.
175.
178.
179.
180.
181.
190.
191.
192.
193.
202.
203.
215. P
E
N
D
A
P
A
T
A
N
227. B
E
R
SI
H
204.
205.
153.
165.
182.
183. Kebo
coran
184. 2
185. %
186.
187.
194.
195.
196.
197.
198.
199.
206. TH
N
218.
207. INVE
STAS
I
219.
208. AR
US
KAS
MAS
UK
220. PEN
JUAL
AN
L
AYAK
176.
188.
200.
177.
189.
201.
214. P
A
J
A
K
209.
221.
210.
ARUS
K
AS KELUAR
222. PEMBELIAN
211.
223. O
PE
RA
SI
212.
224. DEPRESIAS
I
213. PENDAP
ATAN
225. SEBELU
M PAJAK
&
226.
D
A
N
A
216. ARUS
KAS
228. BERSIH
130
230. (1
)
242. 0
254. 1
266. 2
278. 3
290. 4
231. (2)
243. 422.1
61.32
7
255. 0
267. 0
279. 0
291. 0
232. (3)
233.
234. (4)
235. (5
)
236. (6)
237. (7)
244.
245.
246.
247.
248.
249.
256. 3.21
6.33
3.09
2
268. 3.57
3.70
2.56
9
280. 3.75
2.38
8.28
3
292. 3.75
2.38
8.28
3
257.
269.
281.
293.
258. 2.214.954.774
270. 2.461.060.262
282. 2.584.113.679
294. 2.584.113.679
259. 99
.6
72
.9
65
271. 99
.6
72
.9
65
283. 99
.6
72
.9
65
295. 99
.6
72
.9
260. Rp
26.385.082
,95
272. Rp
26.385.082
,95
284. Rp
26.385.082
,95
296. Rp
26.385.082
,95
261. 875.320.
271
273. 986.584.
259
285. 1.042.21
6.556
297. 1.042.21
6.556
O
S
I
A
L
238. (
8
)
250.
262. 3
0
6
.
3
6
2
.
0
9
5
274. 3
4
5
.
3
0
4
.
4
9
0
286. 3
6
4
.
7
7
5
.
7
9
5
298. 3
6
4
.
239. (9
)
240. (10)
241. (11)
251.
252. (422.161
.327)
253. (422.161.
327)
263. 5
6
8.
9
5
8.
1
7
6
264. 595.343.
259
265. 173.181.9
32
275. 6
4
1.
2
7
9.
7
6
8
276. 667.664.
851
277. 840.846.7
83
288. 703.825.
844
300. 703.825.
844
289. 1.544.672
.627
301. 2.248.498
.472
287. 6
7
7.
4
4
0.
7
6
1
299. 6
7
7.
4
131
65
302. 5
314. 6
326. 7
338. 8
303. 0
315. 0
327. 0
339. 0
304. 3.75
2.38
8.28
3
316. 3.75
2.38
8.28
3
328. 3.75
2.38
8.28
3
340. 3.75
2.38
8.28
3
305.
317.
329.
341.
306. 2.584.113.679
318. 2.584.113.679
330. 2.584.113.679
342. 2.584.113.679
307. 99
.6
72
.9
65
319. 99
.6
72
.9
65
331. 99
.6
72
.9
65
343. 99
.6
72
.9
65
308. Rp
26.385.082
,95
320. Rp
26.385.082
,95
332. Rp
26.385.082
,95
344. Rp
26.385.082
,95
309. 1.042.21
6.556
321. 1.042.21
6.556
333. 1.042.21
6.556
345. 1.042.21
6.556
7
7
5
.
7
9
5
310. 3
6
4
.
7
7
5
.
7
9
5
322. 3
6
4
.
7
7
5
.
7
9
5
334. 3
6
4
.
7
7
5
.
7
9
5
346. 3
6
4
.
7
7
5
.
4
0.
7
6
1
311. 6
7
7.
4
4
0.
7
6
1
312. 703.825.
844
313. 2.952.324
.316
323. 6
7
7.
4
4
0.
7
6
1
324. 703.825.
844
325. 3.656.150
.161
336. 703.825.
844
348. 703.825.
844
337. 4.359.976
.005
349. 5.063.801
.849
335. 6
7
7.
4
4
0.
7
6
1
347. 6
7
7.
4
4
0.
7
6
132
350. 9
362. 10
374. 11
386. 12
398. 13
351. 0
363. 0
375. 0
387. 0
399. 0
352. 3.75
2.38
8.28
3
364. 3.75
2.38
8.28
3
376. 3.75
2.38
8.28
3
388. 3.75
2.38
8.28
3
400. 3.75
353.
365.
377.
389.
401.
354. 2.584.113.679
366. 2.584.113.679
378. 2.584.113.679
390. 2.584.113.679
402. 2.584.113.679
355. 99
.6
72
.9
65
367. 99
.6
72
.9
65
379. 99
.6
72
.9
65
391. 99
.6
72
.9
65
403. 99
356. Rp
26.385.082
,95
368. Rp
26.385.082
,95
380. Rp
26.385.082
,95
392. Rp
26.385.082
,95
404. Rp
357. 1.042.21
6.556
369. 1.042.21
6.556
381. 1.042.21
6.556
393. 1.042.21
6.556
405. 1.042.21
7
9
5
358. 3
6
4
.
7
7
5
.
7
9
5
370. 3
6
4
.
7
7
5
.
7
9
5
382. 3
6
4
.
7
7
5
.
7
9
5
394. 3
6
4
.
7
7
5
.
7
9
5
406. 3
1
359. 6
7
7.
4
4
0.
7
6
1
360. 703.825.
844
361. 5.767.627
.694
371. 6
7
7.
4
4
0.
7
6
1
372. 703.825.
844
373. 6.471.453
.538
383. 6
7
7.
4
4
0.
7
6
1
384. 703.825.
844
385. 7.175.279
.383
395. 6
7
7.
4
4
0.
7
6
1
407. 6
396. 703.825.
844
408. 703.825.
397. 7.879.105
.227
409. 8.582.931
133
.6
72
.9
65
2.38
8.28
3
410. 14
422. 15
434. 16
446. JM
L
411. 0
423. 0
435. 0
447. 422.1
61.32
7
412. 3.75
2.38
8.28
3
424. 3.75
2.38
8.28
3
436. 3.75
2.38
8.28
3
448. 59.3
23.4
71.6
18
413.
425.
437.
449.
414. 2.584.113.679
426. 2.584.113.679
438. 2.584.113.679
450. 40.853.606.538
415. 99
.6
72
.9
65
427. 99
.6
72
.9
65
439. 99
.6
72
.9
65
451. 1.
59
4.
76
7.
26.385.082
,95
416. Rp
26.385.082
,95
428. Rp
26.385.082
,95
440. Rp
26.385.082
,95
452. Rp
422.161.32
7,14
6.556
417. 1.042.21
6.556
429. 1.042.21
6.556
441. 1.042.21
6.556
453. 16.452.9
36.315
6
4
.
7
7
5
.
7
9
5
418. 3
6
4
.
7
7
5
.
7
9
5
430. 3
6
4
.
7
7
5
.
7
9
5
442. 3
6
4
.
7
7
5
.
7
9
5
454. 5
.
7
5
8
7
7.
4
4
0.
7
6
1
844
.072
419. 6
7
7.
4
4
0.
7
6
1
420. 703.825.
844
421. 9.286.756
.916
431. 6
7
7.
4
4
0.
7
6
1
432. 703.825.
844
433. 9.990.582
.760
444. 703.825.
844
456. 10.694.4
08.605
445. 10.694.40
8.605
457. 86.265.43
6.013
443. 6
7
7.
4
4
0.
7
6
1
455. 1
0.
6
9
4.
134
.
5
2
7
.
7
1
0
43
7
458. CA
TA
TA
N
:
459.
509.
500.
510. PIPA
SERV
IS
520.
521.
532.
533. MR/S
544.
545.
556.
557. Total
569. Beba
n Plg
580. Beba
n
PGN
568.
579.
460.
461.
462.
463.
464.
471.
472.
473.
474.
475.
481.
491. Mat
erial
501. Kon
stru
ksi
511. Mat
erial
522. Kon
stru
ksi
534. Mat
erial
546. Kon
stru
ksi
465.
466.
476. (3). Volume
m3/tahun x harga
jual
482.
483.
484.
485.
492. Rp.
493. 0,00
494.
495.
502. Rp.
503. 0,00
504.
505.
506.
dikalikan
pembelian gas
516. (6). Depresiasi
6,25%,
menggunakan
527.
Stra
ight line
method
528.
512. Rp.
513. 22.407.000,00
514.
515.
523. Rp.
524. 79.647.327,14
525.
526.
535. Rp.
536. 293.817.000,00
537.
538.
539.
4
0
8.
6
0
5
467.
468.
469.
477.
487.
497.
507.
517.
529.
530.
531.
540.
541.
542.
543.
547. Rp.
548. 26.290.000,00
549.
550.
551.
552.
553.
554.
555.
558.
559. Rp.
560. 422.161.327,14
561.
562.
563.
564.
565.
566.
567.
570.
571. Rp.
572. 0,00
573.
574.
575.
576.
577.
581.
582. Rp.
583. 422.161.327,14
584.
585.
586.
587.
588.
590.
135
591.
592.
593.
594.
595.
596.
603.
597.
598.
599.
600.
601.
602.
(Sumber: Penulis)
136
604.
137
624.
Depresiasi menggunakan Metode Saldo Menurun dengan masa manfaat 16 tahun dan tarif 12,5%.
625.
627.
656.
657.
667.
675.
685.
696. 13
73
47,
08
33
708. 15
26
07,
83
33
669.
677.
670.
678.
630.
640.
641.
698.
699.
710. 1.64
8.16
5
711. M^3
/Thn
.
(200
7)
633.
642.
639.
643.
645.
654.
644.
651.
648.
649.
650.
660.
661.
662.
680.
690.
691.
701.
702.
703.
713.
714. Tingkat
Bunga
DISTRIK BANTEN
653.
664.
665.
666.
672.
673.
674.
682.
683.
684.
693.
694.
695.
705.
706.
707.
717.
718.
719.
671.
692.
704.
700.
712.
715. 13
716. %
I
RR
652.
681.
679.
689.
688.
632.
663.
687.
709. Volu
me
taha
pI
631.
629.
658.
659.
668.
KONSU
MEN
676.
ALAMA
T
686.
WILAYA
H
628.
634.
F
S.04.1.0
1.00.05
138
720. 16
02
38,
25
732.
744.
756.
768.
780.
792.
745. Nilai
kalori
734. 1.92
2.85
9
746. 9.34
6
757. Harg
a beli
758. 1.34
3,89
723. M^3
/Thn
.
(200
8)
735. M^3
/Thn
.
(200
9)
747. Kcal
/M^
3
759. Rp./
M^3
769. Harg
a jual
770. 1.95
1,46
771. Rp./
M^3
781. Tah
un I
793. Tah
un II
dst.
782. 1.95
1,46
794. 1.95
1,46
783. Rp./
M^3
795. Rp./
M^3
721. Volu
me
taha
p II
733. Volu
me
taha
p III
722. 1.83
1.29
4
724.
725.
736.
737.
748.
760.
749.
761.
772.
773.
784.
796.
785.
797.
726. (Bank
Nasional)
738. IRR
(Rumus)
750. IRR
(Lotus)
762. KESIMPUL
AN
774.
786.
798.
727.
728.
729.
730.
731.
739. 152,06
740. %
741.
742.
743.
751. 151,06
763.
LAY
AK
752. %
764.
753.
765.
754.
766.
755.
767.
777.
778.
779.
789.
790.
791.
801.
802.
803.
813.
814.
815.
825.
837. P
E
N
D
A
P
AT
A
N
849. B
E
R
SI
H
861. (9
)
826.
827.
838. ARUS
KAS
850. BERSIH
862. (10)
851. KUMULATI
F
863. (11)
874. (422.161
.327)
875. (422.161.
327)
886. 604.578.
887. 182.416.7
775.
787.
799.
776.
788.
800.
812.
804.
805. Kebo
coran
806. 2
807. %
808.
809.
816.
817.
818.
819.
820.
821.
822.
823.
824.
829. INVE
STASI
830. AR
US
KAS
MAS
UK
831.
832.
ARUS
K
AS KELUAR
834.
835. PENDAPAT
AN
843.
855.
844. PEMBELIAN
856. (4)
846. DEPRESIAS
I
858. (6)
847. SEBELUM
PAJAK
859. (7)
836. PAJA
K&
848. DAN
A
SOSI
AL
841.
853. (2)
842. PENJ
UAL
AN
854. (3)
833.
845. OP
ER
AS
I
828. TH
N
840.
852. (1
)
864. 0
876. 1
865. 422.1
61.32
7
877. 0
866.
878. 3.21
867.
879.
868.
880. 2.214.954.774
857. (5
)
869.
881. 99
810.
870.
882. Rp
811.
871.
883. 848.935.1
860. (8)
872.
884. 297.
873.
885. 5
139
888. 2
900. 3
912. 4
924. 5
936. 6
6.33
3.09
2
.6
72
.9
65
52.770.165
,89
889. 0
890. 3.57
3.70
2.56
9
892. 2.461.060.262
893. 99
.6
72
.9
65
894. Rp
46.173.895
,16
895. 966.795.4
46
896. 338.
378.
406
901. 0
902. 3.75
2.38
8.28
3
904. 2.584.113.679
905. 99
.6
72
.9
65
906. Rp
40.402.158
,26
907. 1.028.199
.481
908. 359.
869.
818
913. 0
914. 3.75
2.38
8.28
3
916. 2.584.113.679
917. 99
.6
72
.9
65
918. Rp
35.351.888
,48
919. 1.033.249
.751
920. 361.
637.
413
925. 0
937. 0
926. 3.75
2.38
8.28
3
938. 3.75
2.38
8.28
3
891.
903.
915.
927.
939.
928. 2.584.113.679
940. 2.584.113.679
929. 99
.6
72
.9
65
941. 99
.6
72
.9
930. Rp
30.932.902
,42
942. Rp
27.066.289
,62
88
931. 1.037.668
.737
943. 1.041.535
.349
127.
316
932. 363.
184.
058
944. 364.
537.
372
5
1.
8
0
7.
8
7
2
897. 6
2
8.
4
1
7.
0
4
0
909. 6
6
8.
3
2
9.
6
6
3
921. 6
7
1.
6
1
2.
3
3
8
933. 6
7
4.
4
8
4.
6
7
9
945. 6
7
6.
9
038
11
898. 674.590.
935
899. 857.007.6
46
910. 708.731.
821
911. 1.565.739
.467
922. 706.964.
226
923. 2.272.703
.693
934. 705.417.
581
946. 704.064.
267
935. 2.978.121
.275
947. 3.682.185
.541
140
65
948. 7
960. 8
972. 9
984. 10
996. 11
1008.
949. 0
950. 3.75
2.38
8.28
3
961. 0
962. 3.75
2.38
8.28
3
973. 0
974. 3.75
2.38
8.28
3
985. 0
986. 3.75
2.38
8.28
3
997. 0
1009.
998. 3.75
2.38
8.28
3
1010.
951.
963.
975.
987.
952. 2.584.113.679
953. 99
.6
72
.9
65
954. Rp
23.683.003
,41
955. 1.044.918
.636
956. 365.
721.
522
964. 2.584.113.679
965. 99
.6
72
.9
65
966. Rp
20.722.627
,99
967. 1.047.879
.011
968. 366.
757.
654
976. 2.584.113.679
977. 99
.6
72
.9
65
978. Rp
18.132.299
,49
979. 1.050.469
.340
980. 367.
664.
269
988. 2.584.113.679
989. 99
.6
72
.9
65
990. Rp
15.865.762
,05
991. 1.052.735
.877
992. 368.
457.
557
1003.
1
.054.719.
097
1015.
1
1004.
369.151.
684
1016.
1000.
999.
1011.
1012.
2.584.1
13.679
2.584.1
1001.
99.672
.9
65
1013.
1002.
R
p
13.882.541
,80
1014.
R
9
7.
9
7
7
957. 6
7
9.
1
9
7.
1
1
3
969. 6
8
1.
1
2
1.
3
5
7
981. 6
8
2.
8
0
5.
0
7
1
993. 6
8
4.
2
7
8.
3
2
0
1005.
685.56
7.
4
1
3
1017.
958. 702.880.
117
959. 4.385.065
.658
970. 701.843.
985
971. 5.086.909
.643
982. 700.937.
370
983. 5.787.847
.013
994. 700.144.
082
995. 6.487.991
.095
1006.
6
99.449.9
55
1018.
6
1007.
7
.187.441.
051
1019.
7
141
12
1020.
13
1032.
14
1044.
15
1056.
16
1068.
JML
1080.
CATATA
N:
3.752.38
8.28
3
1021.
0
1022.
3.752.38
8.28
3
1033.
0
1034.
3.752.38
8.28
3
1045.
0
1046.
3.752.38
8.28
3
1057.
0
1058.
3.752.38
8.28
3
1023.
1035.
1047.
1059.
1069.
422.161.3
27
1070.
59.323.4
71.6
18
1081.
1082.
1083.
1093.
1094.
1092.
(1).
Tahun Operasi
1101.
1102.
(2).
In
ve
st
1103.
1071.
1104.
1024.
1036.
1048.
1060.
1072.
13.679
99.672
.9
65
p
12.147.224
,07
1026.
2.584.1
13.679
1025.
99.672
.9
65
1038.
2.584.1
13.679
1037.
99.672
.9
65
1050.
2.584.1
13.679
1049.
99.672
.9
65
1062.
2.584.1
13.679
1061.
99.672
.9
65
40.853.
606.538
1073.
1.594.
76
7.
43
7
R
p
10.628.821
,06
R
p
9.300.218,
43
R
p
8.137.691,
13
R
p
56.963.837
,88
R
p
422.161.32
7,14
.056.454.
415
369.759.
045
1027.
1
.057.972.
818
1028.
370.290.
486
1039.
1
.059.301.
421
1040.
370.755.
497
1051.
1
.060.463.
948
1052.
371.162.
382
1063.
1
.011.637.
801
1064.
354.073.
230
1075.
1
6.452.936
.315
1076.
5.758.52
7.71
0
1074.
1084.
1085.
1086.
1095.
1105.
1096.
1106.
1097.
1107.
1087.
1088.
1098.
(3). Volume
m3/tahun x harga jual
1108.
(4). Volume
m3/tahun x harga beli
686.69
5.
3
7
0
1029.
687.68
2.
3
3
2
1041.
688.54
5.
9
2
3
1053.
689.30
1.
5
6
6
1065.
657.56
4.
5
7
1
1077.
10.694
.4
0
8.
6
0
5
1089.
1099.
1109.
98.842.5
94
.886.283.
644
1030.
6
98.311.1
53
1031.
8
.584.594.
797
1042.
6
97.846.1
42
1043.
9
.282.440.
939
1054.
6
97.439.2
57
1055.
9
.979.880.
196
1066.
7
14.528.4
09
1067.
1
0.694.408
.605
1078.
1
0.694.40
8.605
1079.
8
6.478.875
.649
1090.
1100.
1110.
1091.
(7). Pendapatan
sebelum pajak = (3) (4+5+6)
(8). Pajak dan dana
sosial 35% x (7)
142
as
i:
1111.
1121.
1131.
1112.
PIPA
INDU
K
1122.
1132.
PIPA
SERV
IS
1118.
1113.
Material
1123.
Konstruk
si
1114.
Rp.
1115.
0,00
1116.
1117.
1124.
Rp.
1125.
0,00
1126.
1127.
1133.
Material
1134.
Rp.
1136.
1137.
1135.
22.407.
000,00
(5). (Biaya
operasi 2,5 % +
Kebocoran)
1119.
dikalikan
pembelian gas
1129.
(6). Depresiasi
12,5%, menggunakan
1139.
1130.
(10). Arus kas
bersih = (9) + (6) - (2)
1140.
(
11).
Akumula
si dari
(9)
1141.
1151.
1152.
1153.
1163.
1164.
1165.
1175.
1176.
1177.
1187.
1188.
1189.
1128.
1138.
1120.
(9). Pendapatan
bersih = (7) - (8)
1149.
1142.
1143.
1154.
1155.
MR/S
1166.
1167.
1178.
1190.
1201.
1213.
1179.
Total
1191.
Beban Plg
1202.
Beban
PGN
1214.
1144.
Konstruk
si
1156.
Material
1168.
Konstruk
si
1180.
1145.
Rp.
1146.
1157.
Rp.
1158.
293.81
7.000,00
1169.
Rp.
1181.
Rp.
1170.
26.290.
000,00
422.16
1.327,14
1192.
1193.
Rp.
1203.
1204.
Rp.
1216.
1215.
1182.
79.647.
327,14
1194.
1205.
1147.
1148.
1159.
1217.
1160.
1161.
1172.
1173.
1162.
1186.
1183.
1195.
1184.
1185.
1196.
1197.
1207.
1208.
1198.
1200.
BAGIAN
PERENCANAAN
1199.
1209.
1206.
1218.
1221.
1219.
1225.
1150.
1174.
1171.
0,00
422.16
1.327,14
Double
declining
balance
method
1220.
1210.
1222.
1211.
1212.
1223.
1224.
(Sumber: Penulis)
143
1226.
dilakukan dengan metode saldo menurun sebesar 12,5% selama 16 tahun. Dari
tabel perhitungan IRR, dapat dilihat bahwa alternatif kedua ini memiliki nilai
IRR (151,06%) yang tidak jauh berbeda dengan metode perhitungan IRR yang
dilakukan PT PGN saat ini (151,21%). Artinya, antara metode yang digunakan
PT PGN saat ini dengan usulan alternatif yang diberikan tidak jauh berbeda dari
segi keuntungan yang diberikan. Akan tetapi seperti yang telah diungkapkan di
awal, kedua usulan di atas adalah metode-metode yang sesuai dengan UndangUndang No. 17 tahun 2000 tentang pajak penghasilan
1227.
Untuk memilih alternatif manakah yang paling baik, maka perlu
dilakukan analisa timing difference/temporary difference. Adanya perbedaan
jumlah biaya penyusutan yang merupakan perbedaan waktu dapat dimanfaatkan
untuk melakukan perencanaan pajak. Jika diperkirakan pendapatan kena pajak
pada tahun pertama besar, dan tahun-tahun berikutnya akan mengecil, maka
penggunaan metode saldo menurun lebih menguntungkan karena akan
memperkecil pendapatan kena pajak tersebut sebesar Rp 26.385.082,94 (Rp
52.770.165,89 Rp 26.385.082,95) untuk tahun pertama. Sedangkan jika kita
menggunakan metode garis lurus, beban penyusutannya adalah sama. Sehingga
jika variabel lainnya sama, dengan tarif pajak 35% maka penghematan pajak
yang diperoleh pada tahun pertama adalah sebesar 35% x Rp 26.385.082,94 atau
Rp 9.234.779,029. Dari segi cashflow dan time value of money tentu saja hal ini
cukup diperhitungkan. Walaupun pada akhirnya nilai akumulasi pajak adalah
sama untuk kedua alternative, tetapi kita telah dapat memanfaatkan penghematan
pajak ini.
1228.
Demikian pula dari sudut time value of money, jika kita hitung
dalam nilai tunai (present value) dengan discount factor tertentu misalnya 20%,
maka nilai akumulasi kedua alternatif tersebut pada tahun ke-16 tidak sama.
Tabel di bawah ini memperlihatkan perbedaan tersebut.
1229.
1230.
1231.
1232.
1233.
1234.
1235.
1236.
1237.
1238.
1239.
144
1240.
1241.
1243.
(Sumber: Penulis)
1242.
Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai tunai akumulasi biaya
1245.
1246.
minimum terhadap suatu proyek yang selama ini digunakan oleh PT PGN sebesar
13% dengan asumsi 8% suku bunga Bank Indonesia dan 5% estimasi risiko
proyek. Untuk menghitung nilai tersebut, penulis menggunakan pendekatan teori
capital asset pricing model (CAPM) yang mengambil basis perhitungan
berdasarkan nilai saham perusahaan.
1249.
yang publicly tradeable. Dalam tulisan ini pengembalian (return) atas asset
didekati dengan perubahan indeks harga saham individual atau portofolio bulanan
PT PGN, sementara pengembalian pasar dengan perubahan indeks harga saham
gabungan (IHSG) bulanan. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan
perangkat lunak Microsoft Excel.
1250.
sebesar 0,1886 dan koefisien determinasi sebesar 0,087 yang artinya 8,7%
pengembalian portofolio pada PT PGN yang dapat dijelaskan oleh pengembalian
pasar. Hal ini wajar terjadi apabila kita melihat nilai beta di atas. Semakin kecil
beta, maka semakin tidak reaktif sebuah asset dibandingkan dengan pasar. Hal
positif yang dapat diambil adalah investasi di PT PGN cenderung memiliki
kepastian pengembalian yang lebih stabil apabila dibandingkan dengan
berinvestasi di tempat lain.
1251.
menentukan ekspektasi pengembalian pasar dan suku bunga tanpa risiko. Dalam
tulisan ini diasumsikan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berjangka waktu 3 (tiga)
bulan mewakili tingkat suku bunga tanpa risiko sebesar 9,5% (BI Rate 7 Oktober
2008). Rata-rata ekspektasi pengembalian pasar untuk periode Januari 2007
sampai Agustus 2008 adalah 22,948%. Menggunakan persamaan (1), cost of
equity dapat dihitung dan nilainya adalah 12,04%. Hal yang perlu dicatat di sini
27
i=
cov (~
r i ,~
r m)
2
m
146
adalah estimasi cost of equity dilakukan pada level perusahaan, bukan pada level
proyek yang tentunya membutuhkan korelasi-korelasi lebih lanjut untuk
mengakomodasi sifat dan karakteristik proyek yang spesifik. Namun, informasi
yang ada setidaknya dapat memberikan titik awal estimasi yang baik yang
tentunya lebih mudah disesuaikan bila dibandingkan tidak ada referensi sama
sekali atau referesi yang ada terlalu jauh, misalnya tingkat suku bunga.
1252.
1253.
1254.
aset =
ekuitas
V
1+ ( 1T ) x D
VE
hutang sama dengan nol. Untuk menentukan rasio hutang terhadap ekuitas
(DER), digunakan rata-rata tertimbang DER berdasarkan kapitalisasi pasar yang
diperoleh dari financial statement selama tahun 2007 dan 2008. Dengan asumsi
tingkat pajak 30%, beta asset hasil perhitungan didapatkan sebesar 0,0793. Beta
asset ini dapat digunakan untuk menghitung ulang beta ekuitas dengan DER yang
berbeda. Sebagai contoh, rata-rata DER PT PGN saat ini adalah 1,97 dengan nilai
beta asset 0,0793. Bila DER nantinya berubah menjadi 2,24 maka beta ekuitasnya
adalah 0,231 atau cost of equity menjadi 12,61%. Cost of equity ini lebih tinggi
dibandingkan sebelumnya yaitu 12,04% karena DER yang meningkat. Secara
umum kenaikan DER mengakibatkan kenaikan cost of equity karena risiko yang
dihadapi investor ekuitas bertambah akibat bertambahnya risiko pembayaran atas
ekuitas. Ini yang seringkali dilupakan oleh banyak praktisi atau akademisi.
1255.
147
1257.
1258.
1259.
148
BAB VI
PENUTUP
1262.
6.1
KESIMPULAN
PT PGN (Persero) Tbk. merupakan perusahaan infrastruktur yang menyalurkan
dan menyediakan gas bumi bagi kepentingan umum (Public Utility) yang
memiliki 3 SBU Distribusi dan sebuah SBU Transmisi.
Proses perencanaan jaringan pipa distribusi terdiri atas enam tahapan, yaitu:
1. Survey Lokasi dan Jalur Rencana Pipa
2. Desain Jaringan
3. Pembuatan Detail Gambar Rencana
4. Perhitungan Rencana Kebutuhan Material
5. Perhitungan RAB/Volume Pekerjaan
6. Perhitungan Keekonomian (IRR)
Metode depresiasi yang digunakan pada bagian perencanaan adalah metode garis
lurus selama 10 tahun sebesar 12% setiap tahun.
149
2. Biaya pegawai.
150
3. Biaya pemeliharaan.
4. Bahan bakar untuk kompresor (bila ada).
5. Pajak bumi dan bangunan atas aset perusahaan yang diperoleh melalui
proyek.
6. Penyusutan (depreciation) atas aset yang diperoleh melalui proyek, kecuali
6.2
SARAN
10.
151
DAFTAR PUSTAKA
23.
Niswonger, Warren, Reeve, Fees. 1999. Accounting. South-Western College
Publishing.
24.
27.
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 138/KMK.03/2002
TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 520/KMK.04/2000 TENTANG JENIS-JENIS HARTA YANG
TERMASUK DALAM KELOMPOK HARTA BERWUJUD BUKAN
BANGUNAN UNTUK KEPERLUAN PENYUSUTAN
28.
Prosedur Standar Perencanaan Jaringan Pipa Distribusi Gas
29.Nomor: PSP-0-33-01
30.Revisi: 2
31.Bulan: Desember 2001
32.
Standar Pertambangan Minyak dan Gas Bumi untuk Perpipaan
Bertekanan "sistem perpipaan transmisi dan distribusi gas" SPM
(Standar Pertambangan Migas) 50.54.2-1992/W
33.
PGN Annual Report. 2007.
34.
http://www.pgn.go.id
35.
http://e-learnaccounting.com
36.
http://soswy.state.wy.us
37.
38.
39.
40.
152
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
LAMPIRAN
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
153
Lampiran 1. Contoh tabel rencana kebutuhan material PT PGN diberikan di bawah ini:
74.
75. Rekapitulasi Kebutuhan Material (RKM) proyek pembangunan pipa distribusi gas
76.
124.
139.
77.
78.
79.
80.
81.
93. BN
T/0
3/1
0/2
008
105.
94.
92.
103.
NAMA
KEGIATAN
104.
110.
TAHUN
ANGGARAN
111.
112.
200 113. 114.
126.
125.
140.
141.
142.
82.
83.
95.
84.
85.
86.
87.
88.
96.
97.
98.
99.
100.
106.
107.
143. 144.
154.
155.
156.
157.
170.
171.
172.
173.
S
PES
115.
130.
145.
116.
131.
146.
117.
118.
119.
120.
121.
132.
133.
134.
135.
136.
147.
148.
149.
150.
151.
166.
167.
175.
176.
NON CASH
ITEM
177.
CASH ITEM
89.
90. F
S
.
0
4
.
1
.
0
1
.
0
0
.
0
3
101.
102.
108.
109.
122.
123.
137.
138.
152.
153.
168.
169.
178.
154
IFIK
ASI
179.
194.
180.
NAM
A
MATERIAL/
BARANG
195.
181.
196.
209.
210.(2)
224.
239.
225.
240.Pipa Baja
Dia. 4" API
5L (Coated)
254.
269.
284.
299.
314.
329.
PIPA
BAJA
255.
270.
Jumlah
Pipa
285.
300.
FITTIN
G&
Acessories
315.
Concen
tric
Reducer
330.Diameter 4"
x 2" (6,02
mm WT x
3,91 mm
182.
GR
197.
183. 184.
198. 199.
212.
213.
214.
227.
228.
229.
211.
226.
243.
241.
242.
256.
257.
271.
272.
185.
S
186.
RKM
200.
201.
215.
(
216.
230.
245.
231.
259.
273. 274.
286.
287.
288.
289.
301.
302.
303.
304.
316.
317.
318.
319.
331.
332.
333.
334.
260.
275.
290.
305.
320.
335.
188.
189.
J
190.
J
191.
202.
M
203.
(
204.
H
205.
M
206.
(
217.
(
218.
(
219.
(
220.
(
221.
(
232.
233.
234.
235.
236.
247.
248.
249.
250.
251.
262.
263.
264.
265.
266.
277.
278.
280.
281.
292.
293.
294.
295.
296.
307.
308.
309.
310.
311.
322.
323.
324.
325.
326.
337.
338.
339.
340.
341.
207.
HA
R
G
A
222.(
1
3
)
193.
Kete
r
a
n
g
a
n
208.
223.(
1
4
)
237.
238.
252.
253.
267.
268.
282.
283.
297.
298.
312.
313.
327.
328.
342.
343.
246.
244.
258.
187.
J
192.
JUM
L
A
H
261.
276.
11
291.
306.
321.
336.
279.
155
WT)
344.
359.
345.
360.
Elbow,
90 Deg.
346.
347.
348.
349.
361.
362.
363.
364.
378.
376.
377.
389.
390.
391.
392.
393.
394.
406.
407.
408.
409.
419.
405.
420.4" x 1"
( 6.02 x 3.38
mm WT)
434.
449.
WeldO-Let
435.
450.
Insulati
ng Joint
423.
422.
436.
437.
438.
439.
451.
452.
453.
454.
469.
467.
468.
479.
480.
481.
482.
483.
484.
496.
497.
498.
499.
511.
512.
513.
514.
526.
527.
528.
529.
541.
542.
543.
509.
510.
381.
410.
396.
411.
426.
440.
455.
470.
485.
500.
515.
441.
456.
471.
486.
501.
516.
352.
353.
354.
355.
356.
367.
368.
369.
370.
371.
382.
383.
384.
385.
386.
397.
398.
399.
400.
401.
412.
413.
414.
415.
416.
427.
428.
429.
430.
431.
442.
443.
444.
445.
446.
457.
458.
459.
460.
461.
472.
473.
474.
475.
476.
487.
488.
489.
490.
491.
502.
503.
504.
505.
506.
517.
518.
519.
520.
521.
532.
533.
534.
535.
536.
547.
548.
549.
550.
551.
357.
358.
372.
373.
387.
388.
402.
403.
417.
418.
432.
433.
447.
448.
462.
463.
477.
478.
492.
493.
507.
508.
522.
523.
537.
538.
552.
553.
525.
524.
539.
Blind
Flange
(Lengkap
dgn Bolt,
Nut, &
Gasket)
366.
424.
466.
FLANG
ES
395.
425.
421.
465.4" # 150
495.
351.
379.
464.
494.
365.
380.
374.
375.Diameter
4" x 6,02
mm WT
404.
350.
540.Diameter 1
", Class 150
544.
530.
545.
531.
546.
156
559.
554.
555.Diameter 2
", Class 150
556.
557.
558.
569.
570.Diameter 4
", Class 150
571.
572.
573.
584.
585.
586.
587.
588.
589.
599.
Weldin
g Neck
Flange
(Lengkap
dgn Bolt,
Nut, &
Gasket)
601.
602.
603.
604.
614.
615.Diameter 1
"
616.
617.
618.
629.
630.Diameter 2
"
631.
632.
633.
644.
645.Diameter 4
"
646.
647.
648.
659.
660.
661.
662.
663.
600.
575.
590.
605.
619.
620.
634.
635.
649.
650.
664.
665.
561.
576.
591.
606.
621.
636.
651.
666.
562.
563.
564.
565.
566.
577.
578.
579.
580.
581.
592.
593.
594.
595.
596.
607.
608.
609.
610.
611.
622.
623.
624.
625.
626.
637.
638.
639.
640.
641.
652.
653.
654.
655.
656.
667.
668.
669.
670.
671.
682.
683.
685.
686.
697.
698.
699.
700.
701.
712.
713.
714.
715.
716.
727.
728.
729.
730.
731.
567.
568.
582.
583.
597.
598.
612.
613.
627.
628.
642.
643.
657.
658.
672.
673.
687.
688.
702.
703.
717.
718.
732.
733.
675.
674.
689.
704.
719.
Jumlah
Fitting &
Accessorie
s
574.
560.
690.
705.
BALL
VALVE RF,
Flange
Connection
, Full Bore
720.Diameter
1", Class
676.
677.
678. 679.
691.
692.
693.
694.
706.
707.
708.
709.
721.
722.
723. 724.
680.
695.
710.
725.
681.
696.
711.
726.
684.
157
150
734.
735.Diameter
4", Class
150
736.
737.
738.
749.
750.
751.
752.
753.
764.
765.
779.
794.
Jumlah
Valve
780.
795.
AUXILI
ARIES
809.
810.
783.
784.
796.
797.
798.
799.
811.
812.
813.
814.
839.
840.2/4 (25/6)
(5/1) -320
G.100
854.
855.
856.
869.
870.
Jumlah
Auxiliaries
871.
884.
885.
886.
914.
TOTAL
915.
768. 769.
782.
825.
900.
767.
754.
781.
824.
899.
MR/S
766.
739.
826.
827.
828.
829.
842.
843.
844.
857.
858.
859.
841.
901.
916.
740.
755.
770.
785.
800.
815.
830.
845.
872.
887.
902.
917.
873. 874.
888.
889.
903. 904.
918.
929.
919.
860.
875.
890.
905.
920.
741.
756.
771.
786.
801.
816.
831.
846.
861.
876.
1
891.
906.
921.
742.
743.
744.
745.
746.
757.
758.
759.
760.
761.
772.
773.
775.
776.
787.
788.
789.
790.
791.
802.
803.
804.
805.
806.
817.
818.
819.
820.
821.
832.
833.
834.
835.
836.
847.
848.
849.
850.
851.
862.
863.
864.
865.
866.
877.
878.
880.
881.
892.
893.
895.
896.
907.
908.
910.
911.
922.
923.
925.
926.
774.
879.
894.
909.
924.
747.
748.
762.
763.
777.
778.
792.
793.
807.
808.
822.
823.
837.
838.
852.
853.
867.
868.
882.
883.
897.
898.
912.
913.
927.
928.
930.
931.
932.
933.
158
934.
935.
936.
937.
938.
939.
940.
941.
942.
943.
944.
945.
946.
947.
948.
949.
Lampiran 2. Contoh perhitungan rencana anggaran biaya pekerjaan PT PGN diberikan pada tabel di bawah ini:
950.
951.
952.
963.
973.
983.
953.
954.
964.
965.
974.
975.
986.
955.
966.
976.
956.
967.
977.
Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan (RAB) proyek pembangunan pipa distribusi gas
957.
958.
959.
968.
969.
970.
978.
979.
980.
987.
988.
960.
961.
971.
981.
989.
USULAN
KEGIATAN TH.
ANGGARAN 2008
962.
972.
FS.04.1.01.00.04
982.
Rev. 03
990.
159
984.
985.
991.
998.
1009.
1016.
1023.
992.
999.
1048.
1059.
1000.
1001. 1002.
1003.
1010.
1030.
1037.
1031.
1038.
1039.
1040. 1041.
1050.
1051. 1052.
1060.
1061.
1062. 1063.
1071.
994.
J
1004.
1005.
1011.
D
1025.
D
1012.
S
1026.
S.
DISTRIK BANTEN
1049.
1070.
No.
993.
1042.
1053.
1064.
URAIAN KEGIATAN
1043.
D
1044.
A.
1065.
1066.
1072.
S
1073.
V
995.
N
AMA
1013.
M
ULA PS
1027.
R
UBIANT
O
1045.
N
URUL
ROZAN
AH
1095.
D
1104.
1115.
D.1
1126.
2
1086.
1096. Material
Tambahan
1106.
1105.
1116.
M
arker
Post
1127.
M
arker
Tape
1087. 1088.
1074.
S
ATUAN
(R
1097.
1107.
1117.
1118.
1128.
1129.
1108.
1119.
1130.
1090.
1091.
1098.
1099.
1100.
1109.
1110.
1111.
1120.
1121.
B
1122.
1.
1123.
1133.
11
1134.
1089.
1131.
1132.
M
1092.
1101.
1112.
1015.
1021.
1022.
1028.
1029.
1035.
1036.
1046.
1047.
1057.
1058.
1068.
1067.
TANGGAL
1008.
1014.
1081.
1085.
997.
1007.
1006.
p)
1084.
996.
P
1069.
1075.
J
1082.
B
1093.
1102.
1113.
1124.
1135.
1076.
KETERANGAN
1094.
1103.
1114.
1125.
1136.
160
1137.
3
1144.
5
1155.
6
1145.
Pr
imer
Coatin
g
1156.
Pa
tok
gas
1146.
1147.
1157.
1158.
1166.
8
1167.
Bantalan karung
pasir
1175.
9
1176.
M
astic
Tape
1186.
1197.
1204.
1215.
II
1224.
1139.
R
1138.
Wrapping Tape (1roll = 3 m x 10
cm)
1187.
1198.
1205.
1148.
1149.
1169.
1170.
B
1171.
1180.
1181.
R
1182.
1191.
1192.
1193.
1199.
1200.
1209.
1210.
1211.
1217.
1218.
1219.
1220.
1227.1228.
1229.
1230.
1231.
1237.
1238.
L
1239.
1246.
1247.
O
1248.
1159.
1168.
1189.
1179.
1190.
JUMLAH I
1236.
Ijin Penempatan
Pipa/Retribusi
1243.
2
1244.
Welder
Performance Test
1252.
3
1253.
Pengukuran dan
pematokan
1260.
4
1261.
Pembersihan jalur
pipa
1152.
1162.
1188.
1235.
1
1151.
1161.
B
1178.
1216. PEKERJAAN
PERSIAPAN
1226.
1225.
1141.
1160.
1177.
1206.
1150.
L
1140.
1207. 1208.
1245.
1254.
1262.
1263.
1255.
M
1264.
M
1163.
1172.
1183.
1194.
1201.
1212.
1221.
1232.
1240.
1249.
1256.
1257.
1265.
1266.
1142.
1143.
1153.
1154.
1164.
1165.
1173.
1174.
1184.
1185.
1195.
1196.
1202.
1203.
1213.
1214.
1222.
1223.
1233.
1234.
1241.
1242.
Dinas Pekerjaan
Umum
1250.
1251.
1258.
1267.
1259.
1268.
161
1269.
5
1270.
Pembuatan papan nama
proyek
1277.
6
1278.
Pembuatan direksi
keet
1286.
1287.
U
kuran
1297.
7
1298.
Pemb. dinding pengaman pagar
seng
1304.
8
1305.
Pemb. tanda pengaman (rambu rambu)
1311.
9
1312.
Pemb. Box penampung
galian
1319.
11
1320.
Pengang
kutan pipa
1288.
24
1279.
1289.
1290.
m
1321.
1322.
1271.
1272.
B
1273.
1280.
1281.
1282.
1291.
1292.
M
1293.
1299.
M
1274.
1294.
1300.
1301.
1306.
B
1307.
1313.
1314.
B
1315.
1323.
1324.
1325.
1308.
1316.
1334.
1335.
L
1336.
1341.
Pengangkutan Fitting &
valve
1342.
1343.
L
1344.
1348.
13
1349.
Pembuatan lobang
percobaan
1350.
1351.
b
1352.
1356.
14
1357.
Dinding Penahan Galian
(h)
1358.
1359.
1360.
1329.
1330.
Di
a. Pipa
1340.
12
1331.
4
1332.
in
1333.
1283.
1326.
1337.
1345.
1353.
1361.
1275.
1284.
1295.
1302.
1309.
1317.
1327.
1338.
1346.
1354.
1362.
1276.
1285.
1296.
Rp. 200 juta,- <
nilai proyek < Rp. 500
juta,1303.
1310.
1318.
1328.
1339.
Berlaku hanya
untuk pemasangan
pipa > 250 m; jika
panjang pipa
terpasang < 250 m
maka analisa
disesuaikan dengan
komponen-komponen
yang terkait dengan
pengangkutan
tersebut.
1347.
1355.
1363.
162
1364.
1366.
1.5 1
.
7
5
1365.
Ti
nggi
(h)
1374.
15
1375.
Mobilisasi tenaga &
peralatan
1382.
16
1383.
Pe
ralata
n K3LL
1393.
18
1394.
Gambar Kerja
Konstruksi
1402.
1413.
1420.
1403.
1414.
1421.
1384.
1404.
1385.
1367.
1386.
1395.
1405.
1406.
1422.
1423. 1424.
1449.
2
1459.
2.2
1450. Pekerja
aan Galian
1460.
Galian
tanah keras
1470.
Di
1471.
a. 2, 4
dan 6"
1482.
1481.
1480.
1491.
1498.
1509.
1492.
1499.
1510.
1369.
M
1370.
1376.
1377.
L
1378.
1387.
1388.
L
1389.
1396.
1397.
L
1398.
1407.
1408.
1409.
1415.
1416.
1426.
1427.
1433.
1434.
1443.
1444.
1445.
1453.
1454.
1455.
1463.
1464.
1465.
1474.
1475.
M
1476.
1485.
1486.
1487.
1493.
1494.
1503.
1504.
1505.
1511.
1512.
1513.
JUMLAH II
1431.
III
1438.
1469.
1368.
1451.
1461.
1472.
1483.
1452.
1462.
1473.
1484.
1425.
JUMLAH III
1500.
PEKERJAAN
1501. 1502.
1371.
1379.
1390.
1399.
1410.
1417.
1428.
1435.
1446.
1456.
1466.
1477.
1488.
1495.
1506.
1514.
1372.
1373.
1380.
1391.
1400.
1411.
1418.
1429.
1436.
1447.
1457.
1467.
1478.
1489.
1496.
1507.
1515.
1381.
1392.
Dirinci sesuai
persyaratan minimum
untuk K3LL
1401.
= < 500 m
1412.
1419.
1430.
1437.
1448.
1458.
1468.
1479.
1490.
1497.
1508.
1516.
163
IV
1517.
1
PEMASANGAN
1518. Penjajar
an Pipa
1527.
1528.
Di
a. Pipa
1538.
1549.
2
1556.
2.1
1565.
1576.
1587.
1539.
1529.
4
1540.
1577.
Di
a. Pipa
1588.
1578.
4
1589.
1599.
Pemasan
gan Valve
1608.
1609.
Di
a. Pipa
1610.
2
1619.
1620.
Di
a. Pipa
1621.
4
1641.
3
1648.
3.1
1657.
1668.
1521.
1522.
1530.
in
1531.
1532.
1533.
M
1541.
1543.
1544.
1545.
1551.
1552.
1560.
1561.
1570.
1571.
J
1572.
1579.
in
1580.
1581.
1582.
J
1583.
1590.
1592.
1593.
1594.
1602.
1603.
1604.
1611.
in
1612.
1613.
1614.
J
1615.
1622.
in
1623.
1624.
1625.
J
1626.
1633.
1635.
1636.
1637.
1643.
1644.
1652.
1653.
1663.
J
1664.
1674.
1675.
1520.
1542.
1598.
2.2
1630.
1519.
1631.
1600.
1632.
1591.
1601.
1634.
1559.
1670.
1671. 1672.
1673.
1523.
1524.
1534.
1535.
1546.
1553.
1562.
1573.
1584.
1595.
1605.
1616.
1627.
1638.
1645.
1654.
1665.
1676.
1525.
1526.
1536.
1537.
1547.
1548.
1554.
1555.
1563.
1564.
1574.
1575.
1585.
1586.
1596.
1597.
1606.
1617.
1628.
1639.
1646.
1655.
1666.
1677.
1607.
1618.
1629.
1640.
1647.
1656.
1667.
1678.
164
1679.
4
1680. Penuru
nan pipa
1689.
1690.
Di
a. Pipa
1700.
1711.
6
1720.
6.1
1701.
1681.
1691.
4
1702.
1712. Pekerjaan
Coating
1721.
C
1722.
oating
Joint
1731.
1732.
Di
a. Pipa
1733.
2
1742.
1743.
Di
a. Pipa
1744.
4
1753.
1764.
7
1772.
1783.
9
1790.
9.2
1801.
9.2.
1808.
9.2.
1817.
9.2.
1754.
1755.
1683.
1684.
1685.
1692.
in
1693.
1694.
1695.
M
1696.
1703.
1705.
1706.
1707.
1714.
1715.
1716.
1725.
1726.
1727.
1734.
in
1735.
1736.
1737.
J
1738.
1745.
in
1746.
1747.
1748.
J
1749.
1756.
1758.
1759.
1760.
1682.
1704.
1713.
1723.
1724.
1757.
1697.
1778.
1779.
1785.
1786.
1796.
1797.
1803.
B
1804.
1812.
B
1813.
1819.
B
1820.
1776.
1802.
Pengadaan Anoda Magnesium Gr.
A 32 Lbs
1809.
Pemasangan CP
Plate
1810.
1818.
Pemasangan & pembuatan test
box
1811.
1728.
1761.
1768.
1777.
1775.
1717.
1750.
1767.
m
1774.
1708.
1739.
1766.
1773.
1686.
1769.
1780.
1787.
1798.
1805.
1814.
1821.
1687.
1688.
1698.
1699.
1709.
1710.
1718.
1719.
1729.
1740.
1751.
1762.
1770.
1781.
1788.
1799.
1806.
1815.
1822.
1730.
1741.
1807.
1816.
1823.
165
1824.
9.3
1825.
Pemasangan & pembuatan
Junction Box
1831.
9.4
1832.
Pengujian proteksi
katodik
1840.
1841.
1842.
1833.
1843.
1844.
1851.
10
1858.
11
1867.
1878.
1889.
1896.
1890.
1899.1900.
1907.
V
1916.
1908. PEKERJAAN
KHUSUS
1918.
1917.
1909.
1927.
8
1928.
Pemasangan pagar BRC
& MR/S
1936.
G
1937.
1938.
40 - G
1939.
250
1946.
1957.
1964.
1947.
1958.
1965.
1827.
1834.
1835.
L
1836.
1845.
1846.
1847.
1853.
B
1854.
1861.
1862.
1863.
1872.
1873.
B
1874.
1883.
1884.
1885.
1891.
1892.
1901.
1902.
1903.
1910.
1911.
1912.
1921.
1922.
1923.
1929.
1930.
1931.
1940.
1941.
L
1942.
1951.
1952.
1953.
1959.
1960.
1970.
1971.
JUMLAH IV
1898.
1935.
1897.
1826.
B
1948.
1919.
1920.
1949. 1950.
JUMLAH V
1966.
1967. 1968.
1969.
1828.
1837.
1848.
1855.
1864.
1875.
1886.
1893.
1904.
1913.
1924.
1932.
1943.
1954.
1961.
1972.
1829.
1838.
1849.
1856.
1865.
1876.
1887.
1894.
1905.
1914.
1925.
1933.
1944.
1955.
1962.
1973.
1830.
1839.
1850.
1857.
1866.
1877.
1888.
1895.
1906.
1915.
1926.
1934.
1945.
1956.
1963.
1974.
166
1975.
VI
1984.
1995.
2
2006.
2017.
2028.
2035.
1976. PEKERJAAN
PERBAIKAN
1986.
1985.
1996.
Ur
ugan
Tanah
2007.
Di
a. 2",
4" &
6"
2018.
2029.
1987.
1997.
1998.
2008.
2009.
2019.
2020.
1988.
1999.
2010.
2021.
2038.2039.
2046.
VII
2055.
2047. PEKERJAAN
PENGUJIAN
2057.
2056.
2048.
2066.
A
2076.
1
2067. Untuk
2068.2069.
Pipa Baja
2077.
Pengetesan kebocoran coating
( Holiday Detector )
2086.
2084.
Di
2085.
in
2087.
a. Pipa
4
2094.
2101.
2112.
2
2120.
1978.
1979.
1980.
1989.
1990.
1991.
2000.
2001.
2002.
2011.
2012.
M
2013.
2022.
2023.
2024.
2030.
2031.
2040.
2041.
2042.
2049.
2050.
2051.
2060.
2061.
2062.
2070.
2071.
2072.
2078.
2079.
2089.
L
2090.
2096.
L
2097.
2106.
2107.
2108.
2114.
2115.
2116.
2126.
J
2127.
JUMLAH VI
2037.
2083.
2036.
1977.
2058.
2059.
2088.
2095.
Pengetesan kebocoran coating
( Holiday Detector )
2102.
2103.
2104.
2105.
2113.
Pekerjan
NDT(Radiography) &WI
2123.
2121.
Di
2122.
in
2124.
a. Pipa
2
2125.
1981.
1992.
2003.
2014.
2025.
2032.
2043.
2052.
2063.
2073.
2080.
2091.
2098.
2109.
2117.
2128.
1982.
1993.
2004.
2015.
2026.
2033.
2044.
2053.
2064.
2074.
2081.
2092.
2099.
2110.
2118.
2129.
1983.
1994.
2005.
2016.
2027.
2034.
2045.
2054.
2065.
2075.
2082.
2093.
< 275 m
2100.
2111.
2119.
2130.
167
2131.
2132.
Di
a. Pipa
2133.
4
2134.
in
2135.
2136.
2137.
J
2138.
2145.
2147.
2148.
I
2149.
2155.
in
2156.
2157.
2166.
2167.
L
2168.
2142.
3
2143.
D
ye
Penetr
ant
2153.
5
2154.
Hydrostatic test untuk
pipa diameter
2161.
2162.
Di
a. Pipa
2172.
5
2173.
Hydrostatic test untuk pipa
diameter
2179.
2180.
Di
a. Pipa
2190.
6
2191.
Pengisia
n Nitrogen
2200.
2211.
2218.
2163.
4
2181.
4
2202.
2201.
2212.
2144.
2146.
2164.
in
2165.
2174.
2220.
2175.
2176.
2185.
L
2186.
2192.
2194.
2195.
L
2196.
2205.
2206.
2207.
2213.
2214.
2224.
2225.
2231.
2232.
2241.
2242.
2243.
2252.
2253.
L
2254.
2261.
2262.
B
2263.
2203.
2193.
2204.
2221. 2222.
2247.
1
2248.
D
emobil
isasi
2258.
2
2259.
Pemasangan
marker post
2250.
2251.
2260.
2223.
2158.
2169.
2184.
2229.
VIII
2236.
2249.
2150.
2182.
in
2183.
JUMLAH VII
2219.
2139.
2187.
2197.
2208.
2215.
2226.
2233.
2244.
2255.
2264.
2140.
2141.
2151.
2152.
2159.
2170.
2160.
2171.
2177.
2188.
2198.
2209.
2216.
2227.
2234.
2245.
2256.
2265.
Termasuk pigging
& flushing
2178.
2189.
Termasuk pigging
& flushing
2199.
2210.
2217.
2228.
2235.
2246.
2257.
2266.
168
2267.
3
2268.
Pemasangan
patok gas
2276.
4
2277.
D
okume
ntasi
2287.
4.4
2288.
La
poran
2298.
4.6
2299.
Foto - foto
dokumentasi
2307.
2308.
Pembuatan gambar
terlaksana
2315.
5
2316.
Commissioning/Ga
s In
2324.
2342.
2353.
2336.
2343.
2354.
2364.
2371.
2382.
2393.
2401.
2412.
2421.
2278.
2279.
2289.
2290.
2383.
2394.
2402.
2291.
2327.
2317.
2328.
2270.
2271.
B
2272.
2281.
2282.
2283.
2292.
2293.
L
2294.
2301.
2302.
L
2303.
2309.
2310.
L
2311.
2318.
2319.
L
2320.
2329.
2330.
2331.
2337.
2338.
2347.
2348.
2349.
2358.
2359.
2360.
2366.
2367.
2377.
2378.
2388.
2389.
2396.
2397.
2407.
2408.
2416.
2417.
2427.
2428.
JUMLAH VIII
2344.
2345.
2355.
2356.2357.
2365.
2372.
2280.
2300.
2326.
2325.
2335.
2269.
2346.
TOTAL
2373.
2384.
2374. 2375.
2385. 2386.
2376.
2387.
2395.
2403.
2406.
2413.
PPN
(10% x A)
2422.
2423.
2404. 2405.
2414.
2415.
2424. 2425.
2426.
2273.
2284.
2295.
2304.
2312.
2321.
2332.
2339.
2350.
2361.
2368.
2379.
2390.
2398.
2409.
2418.
2429.
2274.
2285.
2296.
2305.
2313.
2322.
2333.
2340.
2351.
2362.
2369.
2380.
2391.
2399.
2410.
2419.
2430.
2275.
2286.
2297.
< 500 m
2306.
< 500 m
2314.
< 500 m
2323.
2334.
2341.
2352.
2363.
2370.
2381.
2392.
2400.
2411.
2420.
2431.
169
2432.
2440.
2451.
2461.
2472.
2483.
2494.
2433.
2441.
2452.
2442.
Pembulat
an Angka
2434.
2443. 2444.
2445.
2453. 2454.
2455.
2462.
2463.
2464. 2465.
2466.
2473.
2474.
2475. 2476.
2477.
2484.
2495.
2485.
2486. 2487.
2488.
2496.
2497.
2499.
2498.
2435.
2436.
2446.
2447.
2456.
2457.
2467.
2468.
2478.
2479.
2489.
2490.
2500.
2501.
2437.
2448.
2458.
2469.
2480.
2491.
2502.
2438.
2449.
2459.
2470.
2481.
2492.
2503.
2439.
2450.
2460.
2471.
2482.
2493.
2504.
2505.
2506. (Sumber: Divisi Teknik/Perencanaan PT PGN (Persero) Tbk.)
2507.
2508.
2509.
2510.
170
DAFTAR ISI
2511.
2512.
2513..............................................SURAT PERMOHONAN KERJA PRAKTEKi
2514............................SURAT KETERANGAN DITERIMA KERJA PRAKTEK
........................................................................................................................ii
2515..........................................FORMULIR MONITORING KERJA PRAKTEK
.......................................................................................................................iii
2516...........................................PERNYATAAN LAPORAN KERJA PRAKTEK
.......................................................................................................................iv
2517..........................LEMBAR EVALUASI & PENILAIAN KERJA PRAKTEK
........................................................................................................................v
2518.........................LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTEK
.......................................................................................................................vi
2519......................................................................................KATA PENGANTAR
......................................................................................................................vii
2520...................................................................................................DAFTAR ISI
.......................................................................................................................ix
2521.......................................................................................DAFTAR GAMBAR
.....................................................................................................................xiii
2522........................................................................DAFTAR TABEL
.....................................................................................................................xiv
2523...............................................................................BAB I PENDAHULUAN
........................................................................................................................1
2524............................................................................1.1
LATAR BELAKANG
........................................................................................................................1
9
2525...............................................................................................1.2
TUJUAN
........................................................................................................................2
2526.......................................1.3
........................................................................................................................3
2527............................................................1.4
........................................................................................................................3
2528..............................................1.5
........................................................................................................................3
2529.............................................................1.6
METODOLOGI PENELITIAN
........................................................................................................................4
2530..............................................................1.7
SISTEMATIKA PENULISAN
........................................................................................................................4
2531...................................................................BAB II PROFIL PERUSAHAAN
........................................................................................................................6
2532..................................................2.1
........................................................................................................................6
2533................................................2.2
........................................................................................................................7
2534......................................................2.3
........................................................................................................................8
2535.......................................................2.4
......................................................................................................................10
2536......................................2.5
......................................................................................................................13
2537......................................2.6
......................................................................................................................14
2538.................................................................................BAB III DASAR TEORI
......................................................................................................................15
2539...............3.1
......................................................................................................................15
10
PIPA BAJA
......................................................................................................................18
2543. 3.2.1...........................................Persyaratan Desain Sistem Perpipaan Baja
18
2544................................................................................3.3
MATERIAL LAIN
......................................................................................................................25
2545. 3.3.1...............................................................Pendesainan Pipa Besi Duktil
25
2546. 3.3.2..............................................................Pendesainan Perpipaan Plastik
27
2547. 3.3.3......................................................................Desain Mains Tembaga
29
2548....................................................................3.4
......................................................................................................................30
2549.........................................................3.5
......................................................................................................................31
2550.....................................................................................................3.6
Katup
......................................................................................................................33
2551....................................................................................................3.7
Vault
......................................................................................................................34
2552. 3.7.1...............................................................Persyaratan Desain Struktural
34
2553. 3.7.2.........................................................................................Aksesibilitas
35
2554. 3.7.3................................................Vault Sealing, Venting dan Ventilasi
36
11
......................................................................................................................37
2557. 3.8.1........................Lokasi untuk Instalasi Meter dan Regulator Pelanggan
37
2558. 3.8.2...............................Tekanan Operasi untuk Instalasi Meter Pelanggan
38
2559. 3.8.3.............Pemproteksian Instalasi Meter dan Regulator Pelanggan dari
Kerusakan.....................................................................................................38
2560. 3.8.4...............................................................Instalasi Meter dan Regulator
39
2561..................................................................................3.9
BIAYA PROYEK
......................................................................................................................39
2562. 3.9.1......................................................................Metode Penentuan Biaya
39
2563......................................................................................3.10
DEPRESIASI
......................................................................................................................49
2564. 3.10.1............................................................................Metode Garis Lurus
49
2565. 3.10.2......................................................................Metode Saldo Menurun
50
2566. 3.10.3..........................................................................Activity Depreciation
50
2567. 3.10.4.................................................................Penjumlahan Angka Tahun
50
2568. 3.10.5....................................Depresiasi berdasarkan Unit yang Diproduksi
51
2569. 3.10.6....................................................Depresiasi berdasarkan Unit Waktu
51
12
......................................................................................................................52
2573. 3.11.1.....................................Pengertian biaya modal atau tingkat diskonto
52
2574. 3.11.2................................................................Capital asset pricing model
53
2575. 3.11.3................................................Hubungan dalam discounted cashflow
55
2576...............................................3.12
......................................................................................................................56
2577. 3.12.1.......................................................................Average Rate of Return
56
2578. 3.12.2..................................................................................Payback Period
56
2579. 3.12.3.......................................................................Internal Rate of Return
57
2580. 3.12.4...............................................................................Profitability Index
61
2581. 3.12.5................................................................................Net Present Value
62
2582....BAB IV PERENCANAAN PEMBANGUNAN PIPA DISTRIBUSI GAS
PADA BIDANG TEKNIK PT PGN (Persero) Tbk.......................................71
2583.. .4.1
PIPA DISTRIBUSI.......................................................................................71
2584............................4.2
......................................................................................................................74
13
2585.............4.3
......................................................................................................................81
2586...................................................................................................................4.4
...............................................................PERHITUNGAN KEEKONOMIAN
......................................................................................................................86
2587. 4.4.1................................................................Rencana Kebutuhan Material
91
2588. 4.4.2.....................................................Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan
91
2589. 4.4.3.........................................................................Internal Rate of Return
92
2590. 4.4.4.......................................................................................Biaya Operasi
96
2591. 4.4.5................................................................................Metode Depresiasi
96
2592. 4.4.6...................................................................................................RADR
97
2593...............................BAB V ANALISIS PERHITUNGAN KEEKONOMIAN
......................................................................................................................98
2594...................................................................................................................5.1
.......................................................................PERHITUNGAN DEPRESIASI
......................................................................................................................98
2595...................................................................................................................5.2
...............PERHITUNGAN NILAI KETERTARIKAN MINIMUM PROYEK
....................................................................................................................108
2596.........................................................................................BAB VI PENUTUP
....................................................................................................................111
2597...................................................................................................................6.1
................................................................................................KESIMPULAN
....................................................................................................................111
14
2598...................................................................................................................6.2
............................................................................................................SARAN
....................................................................................................................112
2599......................................................................................DAFTAR PUSTAKA
....................................................................................................................113
2600....................................................................................................LAMPIRAN
....................................................................................................................114
2601.....................Lampiran 1. Contoh tabel rencana kebutuhan material PT PGN
....................................................................................................................115
2602...........Lampiran 2. Contoh tabel rencana anggaran biaya pekerjaan PT PGN
....................................................................................................................118
2603.........................................................Lampiran 3. Contoh RKUP PT PGN125
DAFTAR GAMBAR
15
DAFTAR TABEL
16
17
18