Anda di halaman 1dari 180

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG
Minyak bumi sampai saat ini masih menjadi sumber energi utama yang

menggerakkan kehidupan dunia. Hampir semua segi kehidupan tidak dapat dipisahkan
dari penggunaan energi yang bersumber dari minyak bumi. Data yang ada menyebutkan
bahwa konsumsi minyak bumi dunia mencapai 80 juta barel per hari atau setara dengan
29 milyar barel per tahun. Sedangkan cadangan minyak yang ada hanya 780 milyar barel.
Hal yang sama juga terjadi di Indonesia, pertumbuhan sektor industri, peningkatan
aktivitas ekonomi, dan peningkatan jumlah penduduk menjadi faktor pendorong
meningkatnya jumlah penggunaan minyak bumi. Pada tahun 2005 tercatat 54% energi
yang digunakan berasal dari minyak bumi. jumlah tersebut masih sangat besar mengingat
cadangan minyak bumi yang semakin menipis.
Dengan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa keterbantungan -dunia pada
umumnya dan Indonesia pada khususnya- terhadap minyak bumi harus dikurangi dengan
cara mencari sumber energi lain. Wacana penggunaan energi nabati yang dapat
diperbaharui merupakan cita-cita yang sampai saat ini masih berusaha untuk diwujudkan.
Namun, penggunaan energi dari sumber nabati masih harus menunggu beberapa waktu ke
depan untuk dapat digunakan secara massal dikarenakan proses produksinya yang masih
membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Solusi yang secara cepat dapat mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan
gas alam. Dengan jumlahnya yang masih cukup banyak, sekitar 7 juta TCF (Trillion
Cubic Feet), diharapkan dapat memenuhi kebutuhan manusia selama 70 tahun ke depan.
Terlebih lagi gas alam memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan minyak bumi,
diantaranya adalah harga yang kompetitif, proses pembakaran yang sempurna, efisiensi
pembakaran sempurna, tidak perlu tempat penyimpanan, tidak perlu alat transportasi
untuk mengangkut, kualitas dan kuantitas lebih terjamin, bersih, keberlanjutan pasokan

yang terjamin, dan ramah lingkungan karena hanya menimbulkan efek rumah kaca yang
sementara.

Dengan pemikiran tersebut maka PT PGN (Persero) Tbk. sebagai BUMN yang
bergerak di bidang transmisi dan distribusi gas alam berusaha membangun infrastruktur
untuk menghubungkan sumber-sumber gas bumi dengan pasar domestic maupun regional
melalui sistem transmisi dan distribusi gas bumi Indonesia yang terintegrasi (Integrated
Indonesia Gas Transmission and Distribution Sistem).
Dalam mewujudkan sistem transmisi dan distribusi gas bumi yang terintegrasi,
dibutuhkan proses perencanaan yang matang dengan mempertimbangkan aspek ekonomi,
teknis, dan keselamatan yang mengacu pada peraturan yang berlaku di Indonesia.
Sebelum melakukan investasi berupa pembangunan jaringan pipa gas, bagian
perancanaan PT PGN melakukan analisa tekno ekonomi untuk melihat apakah investasi
itu menguntungkan atau tidak. Selain itu, bagian perencanaan PGN juga melakukan
survey lokasi dan jalur rencana pipa yang bertujuan untuk memenuhi aspek keamanan.
Hal lain yang juga dilakukan adalah membuat desain jaringan dan detail gambar rencana
yang memperlihatkan proses perencanaan secara teknis.
Semua kegiatan tersebut dilakukan guna mendapatkan proses perencanaan
investasi yang efektif dan efisien guna mendukung terwujudnya sistem transmisi dan
distribusi gas bumi yang terintegrasi.
1.2

TUJUAN
Pada dasarnya banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan kerja

praktek ini, baik manfaat bagi penulis sebagai mahasiswa, perguruan tinggi, maupun
perusahaan tempat penulis melaksanakan kerja praktek. Sehingga dapat dirangkumkan
tujuan dari pelaksanaan kerja praktek ini antara lain:
1. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengetahui dunia kerja sesuai
dengan bidangnya masing-masing.
2. Mahasiswa dapat mencoba untuk melakukan penerapan terhadap ilmu-ilmu yang
selama ini telah diperoleh di bangku perkuliahan.
3. Mahasiswa dapat melihat gambaran setiap proses secara nyata dalam suatu
industri, pada bidang yang diamati.
4. Mahasiswa

dapat

mengetahui

kendala-kendala

serta

faktor-faktor

yang

mempengaruhi pekerjaan seseorang.


5. Mahasiswa belajar cara berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan kerja.
6. Mahasiswa dapat belajar langsung dari pengalaman yang diperolehnya selama
kerja praktek.
7. Menjalin hubungan baik antara dunia pendidikan dengan dunia industri.

8. Membantu perusahaan dengan memberikan informasi mengenai perkembangan


keilmuan terbaru dalam bidangnya.
1.3

TEMPAT DAN WAKTU KERJA PRAKTEK


Tempat: SBU Distribusi Wilayah I Jawa Bagian Barat PT Perusahaan Gas Negara
(Persero) Tbk.
Alamat: Jl. M.I. Ridwan Rais No. 8, Jakarta, 10110, Indonesia
Waktu: 16 Juni 2008-16 Agustus 2008
Waktu pelaksanaan kerja praktek adalah 2 (dua) bulan sesuai dengan
kesepakatan dengan PT PGN (Persero) Tbk.

1.4

MANFAAT KERJA PRAKTEK


Kerja praktek di PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. memberikan manfaat

yang cukup besar bagi penulis sebagai peserta kerja praktek.


Manfaat tersebut antara lain:
1. Penulis belajar bagaimana cara menjalin hubungan dan komuikasi yang baik
ketika pertama kali memasuki sebuah lingkungan yang baru dan agak berbeda
dari dunia pendidikan.
2. Penulis belajar memahami dunia kerja seperti adanya tuntutan tanggung jawab
dalam melakukan setiap pekerjaan, adanya hak dan kewajiban yang harus dijaga
keseimbangannya, kebutuhan akan interaksi dan saling bekerja sama agar tercipta
lingkungan kerja yang efisien dan efektif.
3. Penulis memperoleh ilmu dan pengetahuan mengenai proses perencanaan
pembangunan jaringan pipa distribusi gas.
4. Pemecahan masalah yang didapat di teori tidaklah selalu dapat diterapkan begitu
saja secara nyata. Diperlukan kajian mendalam dan penyesuaian-penyesuaian
agar solusi sesuai dan dapat berjalan dengan efektif di dunia nyata.
Tentunya masih banyak manfaat lain yang tidak bisa ditulis satu persatu. Namun
diharapkan manfaat yang telah diperoleh ini dapat berguna bagi pengembangan diri
penulis selanjutnya.
1.5

RUANG LINGKUP KERJA PRAKTEK


Penulisan laporan ini berdasarkan pada pengamatan di SBU Wilayah I Jawa

Bagian Barat PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. yang berlangsung dari tanggal 16

Juni 2008 sampai dengan 16 Agustus 2008. Untuk membatasi permasalahan dari
pengamatan, penulis memfokuskan pada proses perencanaan jaringan pipa distribusi gas
yang meliputi survey lokasi dan jalur rencana pipa, desain jaringan dan detail gambar
rencana, serta melakukan pengamatan yang lebih mendalam pada analisa tekno ekonomi
dan berbagai pemecahan permasalahan yang terjadi pada proses tersebut.
1.6

METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam kerja praktek ini :
1. Pengamatan masalah
Merumuskan masalah yang ada dengan cara mengamatinya langsung.
2. Pengumpulan data
Memperoleh data-data dan keterangan yang diperoleh dengan :
Studi lapangan (data lapangan).
Studi literature (studi pustaka) yang berkenaan dengan masalah yang dibahas.
Melakukan wawancara dengan pekerja / staf ahli.
3. Analisis data untuk pembuatan laporan
Analisis dilakukan dengan mengolah data yang diperoleh dan dibandingkan
dengan teori-teori yang terkait sehingga dapat diambil kesimpulan dari masalah
yang telah dibahas.

1.7

SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan merupakan gambaran singkat mengenai isi laporan ini secara

keseluruhan. Penyusunan laporan ini dibagi menjadi enam bab dengan pembahasan
sebagai berikut.

BAB 1 (PENDAHULUAN)
Pada bab pendahuluan ini diharapkan akan membantu pembaca untuk
mengetahui secara umum seluk beluk kerja praktek yang dilakukan oleh penulis.
Disini terdapat keterangan-keterangan mengenai:
1. Latar Belakang Kerja Praktek
Menerangkan latar belakang yang melandasi pelaksanaan kerja praktek, baik
dari sisi formal akademis maupun dari sisi lainnya.
2. Tujuan
Menjabarkan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam kerja praktek yang
telah dilakukan

3. Tempat dan Waktu Kerja Praktek


Memberikan informasi mengenai lokasi dan waktu pelaksanaan kerja
praktek.
4. Manfaat
Menerangkan manfaat-manfaat yang diperoleh penulis dari awal sampai kerja
praktek yang dilakukan selesai
5. Ruang lingkup kerja praktek
Menerangkan bagian yang diamati dan dianalisa pada kerja praktek.
6. Metode
Menginformasikan hal-hal berkenaan dengan metode yang digunakan dalam
pelaksanaan kerja praktek.
7. Sistematika Penulisan
Memberikan gambaran terhadap struktur laporan kerja praktek.

BAB 2 (PROFIL PERUSAHAAN)


Menjelaskan sejarah berdirinya PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.

BAB 3 (DASAR TEORI)


Merupakan landasan teori mengenai pengendalian kualitas. Hal ini sesuai dengan
ruang lingkup permasalahan yang menjadi objek pembahasan laporan ini.

BAB 4 (PEMBAHASAN)
Menjelaskan proses perencanaan pada Bidang Teknik HOSBU I PT.Perusahaan
Gas Negara (Persero) Tbk.

BAB 5 (ANALISIS)
Dalam bab ini penulis berusaha memaparkan analisis hasil pengamatan dengan
berdasar pada dasar teori.

BAB 6 (PENUTUP)
Bab ini merupakan penutup yang merangkum semua hasil kerja praktek dan
berisi sedikit saran penulis.

BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2.1

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN


PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. merupakan perusahaan infrastruktur

yang menyalurkan dan menyediakan gas bumi bagi kepentingan umum (Public Utility).
Sifat usaha ini kemudian dijabarkan dalam kegiatan usaha PT PGN (Persero) Tbk. yang
meliputi trasporter, distributor, dan retailer di bidang gas bumi. PT PGN (Persero) Tbk.
berkantor pusat di Jl. KH. Zainul Arifin No. 20 Jakarta 11140, Indonesia. Saham
kepemilikan PT PGN (Persero) Tbk. sebanyak 55,22% dimiliki oleh pemerintah dan
44,78% dimiliki oleh publik.

Gambar 2. 1 Kepemilikan Saham PT PGN (Persero) Tbk.1

1Juni 2008, www.pgn.go.id


8

Hingga tahun 2007 PT PGN (Persero) Tbk. telah memiliki karyawan sekitar 1300
orang dengan komposisi yang dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini.

Gambar 2. 2 Komposisi Karyawan berdasarkan Tingkat Pendidikan2

2.2

SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN


PT PGN (Persero) Tbk. atau sering disebut PGN merupakan sebuah perusahaan

milik negara yang dirintis sejak tahun 1859, ketika masih bernama Firma LJN Einthoven
& Co. Gravenhage.
Kemudian pada tahun 1863, oleh Pemerintah Belanda, perusahaan tersebut diberi
nama NV Netherland Indische Gaz Maatschapij (NV NIGM). Namun, pada tahun 1958,
Pemerintah Republik Indonesia mengambil alih kepemilikan Firma tersebut dan merubah
namanya menjadi Badan Pengambil Alih Perusahaan-Perusahaan Listrik dan Gas
(BP3LG). Seiring dengan perkembangan Pemerintahan Indonesia, pada tahun 1961 status
perusahaan itu beralih menjadi BPU-PLN.
Pada tanggal 13 Mei 1965, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19/1965,
Perusahaan ditetapkan sebagai perusahaan negara dan dikenal sebagai Perusahaan Negara
Gas (PN Gas). Kemudian, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1984, PN Gas
diubah menjadi perusahaan umum (Perum) dengan nama Perusahaan Umum Gas Negara.
Setelah itu, status perusahaan diubah dari Perum menjadi Perseroan Terbatas yang
dimiliki oleh negara sehingga namanya berubah menjadi PT Perusahaan Gas Negara
(Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1994 dan Akta Pendirian
Perusahaan No. 486 tanggal 30 Mei 1996.

2 Lihat butir 1
10

Anggaran Dasar Perusahaan terakhir diubah dengan Akta Notaris No. 5 dari
Fathiah Helmi, S.H. tanggal 3 Nopember 2003, antara lain tentang perubahan nilai
nominal saham, peningkatan modal dasar, modal ditempatkan dan disetor penuh
Perseroan serta perubahan status Perseroan menjadi perusahaan terbuka. Perubahan ini
telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
dalam Surat Keputusan No. C-26467 HT.01.04 Th. 2003 tanggal 4 Nopember 2003, dan
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia dengan No. 94 Tambahan No.
11769 tanggal 24 Nopember 2003.
Pada tahun 2003, Perseroan melalui PGN Euro Finance 2003 Limited (PGNEF),
Anak Perusahaan, mencatatkan USD 150 juta Guaranteed Notes yang jatuh tempo pada
tahun 2013 di Singapore Exchange Securities Trading Limited. Pada tahun 2004,
Perseroan melalui PGNEF mencatatkan USD 125 juta Guaranteed Notes yang jatuh
tempo pada tahun 2014.
Pada tanggal 5 Desember 2003, Perseroan memperoleh pernyataan efektif dari
Badan Pengawas Pasar Modal untuk melakukan penawaran umum saham perdana kepada
masyarakat sebanyak 1.296.296.000 saham, yang terdiri dari 475.309.000 saham dari
divestasi saham Pemerintah Republik Indonesia, pemegang saham Perusahaan dan
820.987.000 saham baru.
Sejak saat itu, nama resmi Perseroan menjadi PT Perusahaan Gas Negara (Persero)
Tbk. saham perusahaan telah dicatatkan di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya
pada tanggal 15 Desember 2003 dengan kode transaksi perdagangan PGAS.

2.3

BIDANG USAHA PERUSAHAAN


Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, Perseroan bertujuan untuk

melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di bidang pengembangan pemanfaatan
gas bumi untuk kepentingan umum serta penyediaan gas dalam jumlah dan mutu yang
memadai untuk melayani kebutuhan masyarakat.
Guna mencapai tujuan tersebut, Perseroan telah melaksanakan perencanaan,
pembangunan, pengelolaan dan usaha hilir bidang gas bumi yang meliputi kegiatan
pengangkutan dan niaga.

11

Gambar 2. 3 Skema Bidang Usaha Perusahaan3

Pada saat ini, bidang usaha utama Perseroan adalah distribusi gas bumi ke
pelanggan industri, komersial, dan rumah tangga dan transmisi gas bumi. Untuk
mencapai target pengelolaan gas, Perseroan membagi wilayah usaha menjadi Strategic
Business Unit (SBU) Distribusi dan SBU Transmisi, yaitu:
1) SBU Distribusi Wilayah I, Jawa Bagian Barat
SBU Distribusi Wilayah I yang mencakup Wilayah Jawa Bagian Barat
sampai dengan Sumatera Selatan, memiliki 7 (tujuh) Distrik dan 1 (satu)
Rayon, yaitu: Distrik Jakarta, Banten, Bekasi, Karawang, Bogor, Cirebon,
dan Palembang, serta Rayon Bandung.
2) SBU Distribusi Wilayah II, Jawa Bagian Timur
SBU Distribusi Wilayah II yang mencakup Wilayah Jawa Timur, Jawa
Tengah, dan Makassar memiliki 4 (empat) Distrik dan 1 (satu) Rayon, yaitu:
Distrik

Surabaya-Gresik,

Sidoarjo-Mojokerto,

Pasuruan-Probolinggo,

Semarang serta Rayon Makassar.


3) SBU Distribusi Wilayah III, Sumatera Bagian Utara

3 Lihat butir 1
12

SBU Distribusi Wilayah III yang mencakup Wilayah Sumatera Utara,


Kepulauan Riau, dan Riau memiliki 3 (tiga) Distrik yaitu Distrik Medan,
Batam, dan Pekanbaru.
4) SBU Transmisi Sumatera-Jawa
SBU Transmisi Sumatea-Jawa yang mencakup Wilayah Sumatera dan Jawa

2.4

PROSES BISNIS PERUSAHAAN4


Secara umum proses bisnis keseluruhan PGN adalah PGN melakukan trader/

retailer dengan melaksanakan pembelian gas dari produsen dan menjual ke pelanggan
melalui jaringan pipa distribusi. Agar pasokan gas bumi untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan dapat terjamin, maka PGN telah menjamin kontrak pasokan gas bumi dengan
beberapa produsen. Produsen tersebut antara lain adalah Pertamina , BP, Ellips, Conoco
Phillips, Medco, Kodeco, dan Santos. Setelah itu PGN membangun pipa transmisi untuk
menyalurkan gas dari sumber-sumber gas ke jaringan pipa distribusi. Stasiun penerima
yang berfungsi sebagai alat serah terima gas dari pipa transmisi ke pipa distribusi disebut
off take. Selanjutnya PGN membangun pipa distribusi untuk menyalurkan gas dari off
take ke pelanggan. Pipa transmisi ukurannya lebih besar dibandingkan dengan pipa
distribusi dan berfungsi untuk menyalurkan gas dengan tekanan yang jauh lebih tinggi.
Sampai saat ini di Indonesia, PGN merupakan satu-satunya perusahaan yang telah
membangun pipa transmisi dari sumber-sumber gas. Sehingga perusahaan-perusahaan
lain yang bergerak di bidang yang sama yaitu retailer dan distribusi gas ikut
menggunakan aset PGN yaitu pipa transmisi, untuk itu perusahaan tersebut wajib
membayar biaya kepada PGN yang disebut dengan tol fee.
Untuk pembangunan pipa transmisi, PGN memberikan wewenang kepada SBU
transmisi. Usulan pembangunan pipa transmisi akan diajukan oleh SBU transmisi. Dalam
pendistribusiannya PGN membentuk SBU yang terdiri dari SBU I Jawa Bagian Barat,
SBU II Jawa Bagian Timur, dan SBU III Sumatera Bagian Utara. Tiap SBU membawahi
distrik-distrik yang terletak pada wilayahnya. Setiap distrik akan memberikan usulanusulan pembangunan pipa distribusi sesuai dengan permintaan dan kebutuhan dari
pelanggan kepada SBU wilayahnya. Setiap SBU pusat akan mengecek kembali usulanusulan tersebut untuk diketahui apakah pembangunan pipa distribusi tersebut layak atau
tidak. Pengecekan dilakukan dengan mensurvey lokasi tempat pembangunan untuk
mengetahui material-material yang dibutuhkan dalam pembangunan pipa dan pekerjaan
pekerjaan yang dibutuhkan dalam pembangunan pipa. Setelah itu dihitung semua biaya4 PGN Annual Report. 2007. Bidang Usaha Perusahaan.
13

biaya investasi yang dibutuhkan lalu berdasarkan informasi kebutuhan gas pelanggan dari
bagian pemasaran maka dapat diketahui jumlah pemasukan bagi PGN setiap periodenya.
Setelah itu semua pemasukan dan pengeluaran yakni biaya investasi, biaya pembelian gas
dari pertamina/ KPS, dan penjualan gas ke pelanggan direkapitulasi. Selanjutnya dapat
dihitung besar IRR dari proyek pembangunan pipa tersebut. Apabila nilai IRR lebih besar
dari nilai RADR, tingkat bunga diskonto yang telah disesuaikan dengan tingkat risiko
proyek, maka proyek tersebut layak untuk dilakukan, bila tidak maka proyek tersebut
tidak layak/ merugikan. Usulan proyek yang sudah layak berarti sudah memenuhi syarat
minimal dalam menentukan hasil pilihan yang optimal dari analisis ekonomi, sehingga
dapat dikirim ke pusat. Di pusat, semua usulan-usulan proyek yang ada tidak langsung
dapat direalisasikan, terdapat beberapa pertimbangan lain yang menentukan urutan
prioritas proyek. Hal ini dikarenakan budget anggaran untuk investasi proyek yang
terbatas. Apabila budget anggaran untuk pembangunan proyek tidak ada namun
pelanggan masih tetap ingin berlangganan gas maka pelanggan diperbolehkan untuk
mendanai proyek pembangunan pipa distribusi. Namun asset pipa tersebut akan tetap
menjadi milik PGN dengan syarat perjanjian pengembalian dana yang ditentukan oleh
PGN.

Gambar 2. 4 Struktur Usaha Perseroan sebagai Distributor

14

Gambar 2. 5 Struktur Usaha Perseroan sebagai Transporter

15

2.5

STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN

16

Gambar 2. 6 Struktur Organisasi Perusahaan5

5 PGN Annual Report. 2007. Struktur Organisasi.

17

2.6

VISI, MISI, DAN BUDAYA PERUSAHAAN6

VISI
Menjadi perusahaan publik terkemuka di bidang penyedia energi gas bumi.
MISI
Meningkatkan pemanfaatan gas bumi bagi kepentingan industri, komersial, dan rumah
tangga melalui jaringan pipa transmisi, moda transportasi lain, jaringan pipa distribusi
dan kegiatan niaga serta usaha lain yang mendukung pemanfaatan gas bumi.
BUDAYA PERUSAHAAN
Budaya perusahaan merupakan nilai dan falsafah yang telah disepakati dan diyakini oleh
seluruh insan perseroan sebagai landasan dan acuan bagi perseroan untuk mencapai
tujuan. Perseroan mendefinisikan budaya perusahaannya dalam lima asas yang disingkat
SMILE.
S: Satisfaction (kepuasan)
M: Morale (semangat juang)
I: Integrity (integritas)
L: Leadership (kepemimpinan)
E: Entrepreneurship (kewirausahaan)
SMILE juga menjadi pedoman dasar bagi insane perseroan untuk melaksanakan prinsipprinsip Good Corporate Governance dalam mengelola perseroan.

6 PGN Annual Report. 2007. Visi, Misi, dan Budaya Perusahaan.


18

19

BAB III
DASAR TEORI

3.1
3.1.1

PENDESAINAN SISTEM PERPIPAAN DISTRIBUSI GAS7


Ketentuan Umum
Adanya persyaratan desain standar ini dimaksudkan dapat memenuhi keselamatan

publik dalam kondisi normal pada industri gas. Namun demikian, kondisi-kondisi tertentu
yang dapat menyebabkan tegangan tambahan pada bagian saluran saluran atau
kelengkapannya harus diperhitungkan dengan menggunakan praktek rekayasa yang baik
good engineering practice. Contoh dari kondisi tertentu tersebut mencakup span
panjang swa-sangga, tanah yang tidak stabil, vibrasi mekanis atau sonic, berat pautan
khusus, dan tegangan akibat perbedaan suhu yang abnormal.

Pendesainan saluran pipa anjungan lepas pantai offshore pipelines platforms


harus mencakup pertimbangan faktor-faktor berikut seperti kedalaman air, kondisi tanah,
gaya gelombang dan arus, gaya angina, berat total peralatan, dan lain-lainnya yang
bersangkutan dengan geologis, geografis, lingkungan, dan kondisi operasional.

Faktor utama yang menyebabkan kerusakan saluran pipa gas adalah kerusakan
saluran akibat kegiatan manusia di sepanjang rute saluran. Kerusakan umumnya terjadi
selama berlangsungnya pengkonstruksian fasilitas lain yang diikuti dengan penyediaan
penyediaan pelayanan, dan adanya pemukiman penduduk, perusahaan dagang atau
industri. Pelayanan ini misalnya, pensuplaian air, gas, dan listrik, system pembuangan
limbah, saluran drainase dan parit, kabel listrik dan komunikasi yang ditanam, jalan dan
sebagainya, menjadi merata dan meluas, dan kemungkinan timbulnya kerusakan saluran
pipa menjadi lebih besar dengan bertambahnya konsentrasi populasi. Penentuan densitas

7 SPM (Standar Pertambangan Migas) 50.54.2-1992/W


20

populasi memberikan suatu metode estimasi tingkat keterekposan exposure saluran


terhadap kerusakan.

Saluran pipa yang didesain, dikonstruksi, dan dioperasikan sesuai dengan


persyaratan kelas lokasi pada dasarnya aman untuk menahan tekanan di sembarang

21

lokasi; namun demikian, tindakan tambahan diperlukan untuk memproteksi


integritas saluran oleh adanya aktivitas yang dapat mengakibatkan kerusakan. Salah satu
tindakan yang disyaratkan dalam standar ini adalah menurunkan level tegangan
sehubungan dengan meningkatnya aktivitas penduduk. Aktivitas ini dikuantifikasikan
dengan penentuan indeks densitas populasi dan mengaitkan pendesainan saluran pipa
terhadap indeks densitas populasi tersebut.

ANSI/ASME B 31.8 Gas Transmission and Distribution Piping Systems


menentukan indeks densitas populasi dengan menggunakan zero lebar-setengah-mil
one-half-mile-wide-zone. Indeks densitas untuk pendemarkasian antara Kelas Lokasi 1
dan 2 telah diturunkan setengah kali, dari lebih besar daripada 20 menjadi lebih besar
daripada 10 dan pendemarkasian antara Kelas 2 dan 3 telah ditetapkan menjadi lebih
besar daripada 45, sebagai pengganti dari deskripsi Kelas Lokasi 3.

Perubahan ke zona lebar mil telah diadopsikan untuk mengurangi usaha


pembuatan survey densitas populasi yang diperlukan untuk menentukan jika terjadi
perubahan kelas lokasi. Zone lebar manapun akan menghasilkan hasil yang sepadan,
kecuali satu mil saluran ada kalanya dapat merubah kelas.

Saluran pipa yang dikonstruksi sebelum publikasi standar ini dan didesain sesuai
dengan kelas lokasi yang ditetapkan dalam standar sebelumnya boleh meneruskan
penggunaan kelas lokasi tersebut, asalkan bila terjadi kenaikan densitas populasi,
penentuan kelas lokasinya harus sebagaimana yang ditentukan dalam bagian 3.1.2 Indeks
Densitas populasi.

3.1.1

Indeks Densitas Populasi

3.1.1.1

Umum

1) Area lepas pantai adalah Kelas Lokasi 1

22

2) Untuk menentukan densitas populasi saluran pipa daratan, bentangkan zone lebar
mil sepanjang rute saluran pipa dengan saluran pipa terletak pada garis pusat
zone, dan bagi saluran pipa menjadi section random panjang 1 mil sedemikian
rupa sehingga panjang individual akan mencakup jumlah maksimum gedung atau
bangunan yang dimaksudkan untuk hunian manusia. Hitung jumlah gedung untuk
hunian manusia di dalam setiap zone 1 mil. Untuk maksud ini setiap unit tempat
tinggal terpisah yang terletak dalam suatu gedung unit tempat tinggal multipel
multiple dwelling unit building dihitung sebagai suatu gedung terpisah untuk
hunian manusia.

Tidak dimaksudkan disini bahwa sepanjang 1 mil penuh harus dipasang saluran
pipa dengan level tegangan lebih rendah jika terdapat batas pemisah physical
barriers atau faktor lain yang akan membatasi pengembangan lebih lanjut dari
area berpenduduk lebih padat sampai jarak total kurang dari 1 mil. Namun
demikian, bila tidak terdapat batas pemisah, allowance yang cukup harus dibuat
dalam menentukan limit desain tegangan yang lebih rendah, untuk menghadapi
kemungkinan perkembangan lebih lanjut dalam area.

3) Bila suatu kelompok gedung atau bangunan yang dimaksudkan untuk hunian
manusia

mengindikasikan

bahwa

basic

mile

saluran

pipa

seharusnya

diidentifikasikan sebagai suatu lokasi Kelas 2 atau Kelas 3, maka lokasi Kelas 2
atau Kelas 3 tersebut boleh berakhir 660 ft dari bangunan terdekat dalam
kelompok tersebut.

4) Untuk saluran pipa yang panjangnya kurang dari 1 mil, lokasi kelasnya harus
ditetapkan sesuai dengan lokasi kelas yang akan diperlukan untuk 1 mil saluran
pipa yang melintasi area tersebut.

3.1.1.2

Klasifikasi Lokasi untuk Desain dan Konstruksi

1) Lokasi Kelas 1. Lokasi Kelas 1 adalah section 1 mil yang mempunyai 10


bangunan atau kurang yang digunakan untuk hunian manusia. Lokasi Kelas 1
dimaksudkan untuk merefleksikan area seperti tanah terlantar, gurun, padang
23

rumput, pegunungan, tanah peternakan lepas, tanah pertanian, area berpenduduk


jarang, dan lepas pantai.

2) Lokasi Kelas 2. Lokasi Kelas 2 adalah setiap section 1 mil yang mempunyai lebih
dari 10 tetapi kurang dari 46 bangunan yang digunakan untuk hunian manusia.
Lokasi Kelas 2 dimaksudkan untuk merefleksikan area yang tingkat populasinya
berada di antara lokasi Kelas 1 dan Kelas 3 seperti daerah pinggiran kota, area
industri, peternakan yang dikandangkan, atau tanah pedesaan, dan sebagainya.

3) Lokasi Kelas 3. Lokasi Kelas 3 adalah setiap section 1 mil yang mempunyai 46
bangunan atau lebih yang digunakan untuk hunian manusia kecuali jika
ditetapkan sebagai lokasi Kelas 4. Lokasi Kelas 3 dimaksudkan untuk
merefleksikan perkembangan perumahan pinggir kota, pusat perbelanjaan, daerah
pemukiman, daerah industri dan area berpenduduk lainnya yang tidak memenuhi
persyaratan Kelas 4.

4) Lokasi Kelas 4. Lokasi Kelas 4 meliputi area di mana terdapat bangunan


bertingkat banyak, dan lalu lintasnya ramai atau padat dan disana terdapat banyak
utilitas lain di bawah tanah. Gedung bertingkat banyak adalah gedung di atas
tanah yang mempunyai 4 lantai atau lebih, termasuk lantai pertama atau lantai
dasar. Kedalaman dan jumlah basement tidak dipersoalkan.

Sebagai tambahan untuk kriteria yang tercantum di atas, pertimbangan yang harus
diberikan terhadap kemungkinan konsentrasi kegagalan di dekat konsentrasi penduduk,
seperti yang dijumpai pada gereja, sekolah, unit tempat tinggal yang dihuni oleh orang
banyak, rumah sakit, atau area rekreasi yang terorganisir dalam kelas 1 atau 2.

Jika fasilitas ini jarang digunakan, maka diterapkan saluran pipa di dekat tempattempat pertemuan umum atau konsentrasi penduduk seperti gereja, sekolah, gedung unit
tempat tinggal yang dihuni orang banyak, rumah sakit, atau area rekreasi yang
terorganisir dalam Kelas Lokasi 1 atau 2 harus memenuhi persyaratan Lokasi Kelas 3.

Konsentrasi penduduk yang berkenaan dengan hal-hal di atas tidak dimaksudkan untuk
memasukkan kelompok atau grup kurang dari 20 orang pada setiap kejadian atau lokasi
24

tetapi dimaksudkan untuk mencakup orang-orang dalam suatu out side area dan juga
dalam suatu gedung atau bangunan.

Dalam hal ini hendaknya ditekankan bahwa Kelas Lokasi (1, 2, 3, atau 4) seperti
dijelaskan dalam paragraf sebelumnya ditentukan sebagai deskripsi umum dari area
geografik yang mempunyai karakteristik tertentu sebagai basis untuk menentukan tipe
kontruksi dan metode pengetesan yang akan digunakan dalam lokasi tersebut. Suatu
lokasi kelas yang telah ditentukan nomornya hanya mengacu geografis dari lokasi itu atau
area yang sejenis, dan tidak perlu menunjukkan bahwa tipe konstruksi yang telah
ditentukan tersebut akan mencukupi semua konstruksi dalam lokasi atau area tersebut.

Bila mengklasifikasikan lokasi-lokasi untuk penentuan tipe konstruksi dan


pengetesan saluran pipa, pertimbangan yang seksama harus diberikan pada kemungkinan
perkembangan area tersebut di masa yang akan datang. Jika pada waktu perencanaan
saluran pipa baru, perkembangan masa depan ini nampaknya cukup untuk merubah kelas
lokasi, maka hal ini harus dipertimbangkan dalam pendesainan dan pengetesan saluran
pipa yang diusulkan.

3.2
3.2.1

PIPA BAJA8
Persyaratan Desain Sistem Perpipaan Baja

3.2.1.1 Rumus Desain Pipa Baja

Tekanan desain sistem perpipaan gas yang terbuat dari baja atau tebal dinding
nominal untuk tekanan desain yang dinyatakan harus ditentukan dengan rumus berikut:

P 2 St / DxFxExT
dimana

P = tekanan desain, psig

8 Lihat butir 7
25

S = kuat-ulur minimum spesifikasi, psi, ditentukan dalam spesifikasi pipa.

D = diameter luar nominal pipa (in)

t = tebal dinding nominal pipa (in)

F = faktor desain tipe konstruksi yang diperoleh dari tabel 3.1. Dalam menetapkan nilainilai faktor desain F, konsiderasi yang seksama telah diberikan dan allowance telah dibuat
untuk berbagai toleransi tebal-bawah yang ditentukan dalam spesifikasi pipa yang
terdaftar dan disetujui pemakaiannya dalam standar ini.

E = faktor sambungan longitudinal diperoleh dari tabel 3.2

T = faktor penurunan suhu yang diperoleh dari tabel 3.3

Konstruksi tipe C harus digunakan dalam rumus desain di atas untuk semua
perpipaan platform dan riser platform lepas pantai dan untuk jarak sekurang-kurangnya 5
kali diameter pipa di luar elbow, bend, atau fiting dasar atau alas. Bagian transisi pada
ujung pipa ini tidak dipertimbangkan sebagai fiting di bawah persyaratan standar ini.

Tabel 3. 1 Nilai Faktor Desain F

(Sumber: Standar Sistem Perpipaan Transmisi dan Distribusi Gas)

26

Nilai P untuk pipa-las butt tungku harus tidak melebihi restriksi persamaan di atas atau
60% tekanan tes pabrik mill, dipilih yang terkecil.

Tabel 3. 2 Faktor Sambungan Longitudinal

(Sumber: Standar Sistem Perpipaan Transmisi dan Distribusi Gas)

Tabel 3. 3 Faktor Derating Suhu T untuk Pipa Baja

(Sumber: Standar Sistem Perpipaan Transmisi dan Distribusi Gas)

27

P untuk semua pipa lainnya harus tidak melebihi 85% tekanan tes pabrik asalkan,
bagaimanapun juga, pipa itu, yang diter-pabrik mill sampai tekanan kurang dari 85%
tekanan yang diperlukan untuk menghasilkan tegangan yang sama dengan kuat ulur
minimum spesifikasi, boleh dites ulang dengan tes hidrostatik seperti di pabrik atau dites
di tempat seteleh pemasangan. Dalam hal pipa dites ulang sampai tekanan melebihi
tekanan tes pabrik, maka P harus tidak melebihi 85% tekanan tes-ulang dan bukan
tekanan awal di pabrik.

Pengangkutan, pemasangan, atau pereparasian pipa harus tidak menurunkan tebal


dinding pada titik manapun sampai ketebalan kurang dari 90% tebal dinding nominal
seperti yang ditentukan di atas untuk tekanan desain yang akan dialami pipa.

Tebal dinding minimum t yang diperlukan untuk menahan tekanan seperti yang telah
ditentukan mungkin tidak cukup untuk menahan gaya lain. Pertimbangan harus juga
diberikan pada pembebasan akibat pengangkutan atau penangangan pipa selama
pengkonstruksian, berat air selama pengetesan, dan beban tanah dan beban sekunder
lainnya selama pengoperasian. Pertimbangan juga hendaknya diberikan pada persyaratan
pengelasan. Tebal dinding nominal t harus tidak kurang dari yang ditunjukkan pada tabel
di bawah ini.

Tabel 3. 4 Ketebalan Dinding Nominal Terkecil

28

(Sumber: Standar Sistem Perpipaan Transmisi dan Distribusi Gas)

Bila pipa yang telah dikerjakan dingin cold worked untuk tujuan memenuhi kuat
ulur spesifikasi dipanaskan lanjut-selain dari pengelasan atau perlakuan stress relief
sebagai bagian dari pengelasan-sampai suhu lebih tinggi dari 900F untuk sembarang
selang waktu atau di atas 600F untuk waktu lebih dari 1 jam, tekanan-boleh maksimum

29

yang dapat digunakan harus tidak melebihi 75% dari nilai yang diperoleh dengan
menggunakan rumus desain pipa baja yang telah dijelaskan sebelumnya.

3.2.1.2 Pemproteksian Saluran-Pipa dan Mains dari Bahaya

Bila saluran pipa atau mains harus dipasang di tempat di mana pipa tersebut akan
mengalami bahaya alami seperti penggerusan, banjir, tanah tidak stabil, tanah longsor,
atau kondisi lain yang dapat menyebabkan pergeseran yang serius dari, atau beban
abnormal pada, saluran pipa, tindakan pencegahan yang harus diambil untuk
memproteksi saluran pipa dengan cara seperti penambahan tebal dinding, pembuatan
tanggul, pencegahan erosi, pemasangan angker, dan sebagainya.

Bila saluran pipa atau mains melintasi area yang biasa digenangi air atau daerah
banjir (danau atau rawa-rawa), pemberat atau angker yang cukup harus diberikan pda
saluran untuk mencegah pengapungan.

Karena perlintasan pipa bawah laut dapat mengalami penggerusan washout


akibat bahaya alami dari perubahan dasar terusan waterway bed, kecepatan air,
pendalaman kanal channel, atau perubahan lokasi kanal di dalam terusan, maka atensi
desain harus diberikan untuk memproteksi saluran pipa atau main pada perlintasan
tersebut. Perlintasan pipa harus ditempatkan pada bank (tonjolan permukaan dasar laut)
dan lokasi dasar laut yang lebih stabil dan kedalaman saluran, lokasi bend yang dipasang
pada bank, tebal dinding pipa, dan berat saluran harus diseleksi berdasarkan karakteristik
dari terusan waterway.

Bila saluran pipa dan mains diekspos, misalnya pada span, trestles, dan perlintasan
jembatan, maka saluran pipa dan mains harus diproteksi secara layak dengan menjauhi
atau menghalanginya terhadap kerusakan akibat kecelakaan lalu lintas atau sebab lainnya.

Untuk saluran pipa lepas pantai, pertimbangan harus diberikan pada penyanggaan yang
berasal dari dasar laut, pada kondisi tanah yang tidak stabil, dan terhadap pengaruh
ombak, arus, kegiatan kelautan, dan faktor lain yang dapat merusak saluran pipa.

30

3.2.1.3 Persyaratan Kover Clearance, Sleeve untuk Saluran Pipa dan Mains
Baja yang Tertanam

Persyaratan Kover untuk Mains

Mains yang tertanam harus dipasang dengan kover tidak kurang dari 24 in. Jika
provisi kover ini tidak dapat dipenuhi, atau bila beban eksternal mungkin berlebihan,
maka mains harus diberi sleeve (selubung), jembatan, atau didesain untuk dapat menahan
setiap beban eksternal yang diantisipasi. Jika pertanian atau operasi lainnya mungkin
mengakibatkan pengerukan plowing yang dalam, atau dalam area yang mengalami
erosi, atau pada lokasi yang nantinya mungkin diratakan, seperti jalan raya, perlintasan
jalan kereta api dan parit, proteksi tambahan harus disediakan.

Persyaratan Kover untuk Saluran Pipa

Kecuali untuk saluran pipa lepas pantai, saluran pipa tertanam harus dipasang
dengan kover tidak kurang dari yang ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 3. 5 Ukuran Kover Minimum

Catatan:

31

Penggalian batu karang adalah penggalian yang memerlukan peledakan

(Sumber: Standar Sistem Perpipaan Transmisi dan Distribusi Gas)

Bila provisi kover tidak dapat dipenuhi atau bila beban eksternal mungkin
berlebihan, saluran pipa harus diberi casing, jembatan, atau didesain untuk dapat
menahan beban eksternal yang diantisipasi. Dalam area di mana pertanian atau operasi
lain mungkin mengakibatkan pengerukan plowing yang dalam atau dalam area yang
mengalami erosi atau dalam lokasi yang nantinya mungkin diratakan, seperti jalan raya,
perlintasan jalan kereta api dan parit, proteksi tambahan harus disediakan.

Jarak Saluran Pipa atau Mains dengan Struktur Lain di Bawah Tanah

Bila memungkinkan, harus ada jarak sekurang-kurangnya 6 in antara saluran pipa


tertanam dan setiap struktur bawah tanah lain yang penggunaannya tidak berhubungan
dengan saluran pipa. Bila jarak tersebut tidak dapat dipenuhi, maka harus diambil
tindakan pencegahan untuk memproteksi pipa, misalnya pemasangan casing, jembatan,
atau bahan penginsulasi.

Selain itu, diharapkan ada jarak sekurang-kurangnya 2 in antara setiap gas main
tertanam dan setiap struktur bawah tanah lain yang penggunaannya tidak berhubungan
dengan gas main. Bila jarak tersebut tidak dapat dipenuhi, maka harus diambil tindakan
pencegahan untuk memproteksi main, seperti pemasangan bahan penginsulasi atau
casing.

Persyaratan Casing di Bawah Jalan Kereta Api, Jalan Raya, atau Jalan
Umum Lainnya

Casing harus didesain untuk dapat menahan beban superimpose. Bila ada
kemungkinan air memasuki casing, ujung casing harus disil. Jika sil ujung akan berfungsi
menahan atau menjaga tekanan operasi-boleh maksimum pipa lintas carrier pipe,

32

maka casing harus didesain untuk tekanan ini dan sekurang-kurangnya memenuhi
persyaratan konstruksi tipe A. pemasangan vent pada casing yang disil tidak diwajibkan;
namun demikian, jika dipasang, vent tersebut hendaknya diproteksi dari cuaca untuk
mencegah air memasuki casing.

Tabel 3. 6 Klasifikasi Konstruksi Pipa Baja


KLASIFIKASI KONSTRUKSI PIPA BAJA
Empat tipe pipa baja ditentukan dalam standar ini. Karakteristik yang membedakan setiap
tipe dan lokasi yang harus digunakan pada setiap tipe konstruksi adalah sebagai berikut:
Karakteristik Faktor
Konstruksi Tipe A
Konstruksi Tipe B
Konstruksi Tipe C
desain F
0.72
0.60
0.50
Lokasi dimana tipe a) pada right of way dalam lokasi a) pada right of way privat dalam lokasi Kelas 2; a) pada right of way privat dalam lokasi
konstruksi harus
kelas 1;
b) encroachment paralel pada:
Kelas 3;
digunakan
b) encroachment paralel pada:
b) encroachment paralel pada:
1) jalan privat dalam lokasi Kelas 2;
1) jalan privat dalam lokasi kelas 2) jalan umum yang tidak dimanfaatkan dalam 1) jalan privat dalam lokasi Kelas 3;
1
lokasi Kelas 2;
2) jalan umum yang tidak dimanfaatkan
2) jalan yang tidak dimanfaatkan 3) jalan yang dikeraskan, jalan raya, dan jalan
dalam lokasi Kelas 3;
dalam lokasi kelas 1
kereta api dalam lokasi Kelas 1 dan Kelas 2;
3) jalan yang dikeraskan, jalan raya, dan
c) lintasan tanpa casing pada
c) lintasan tanpa casing dari:
jalan kereta api dalam lokasi Kelas 3;
c) lintasan tanpa casing dari:
jalan privat dalam lokasi kelas 1 1) jalan privat dalam lokasi Kelas 2;
d) lintasan dalam casing jalan
2) jalan umum yang tidak dimanfaatkan dalam 1) jalan milik privat dalam lokasi Kelas
3;
umum yang dimanfaatkan, jalan lokasi Kelas 1 dan Kelas 2;
2) jalan umum yang tidak dimanfaatkan
yang dikeraskan, jalan raya, dan 3) jalan yang dikeraskan, jalan raya, dan jalan
kereta api dalam lokasi Kelas 1;
dalam lokasi Kelas 3;
jalan kereta api dalam lokasi
d) lintasan dalam casing jalan yang dikeraskan, 3) jalan yang dikeraskan, jalan raya,
kelas 1
jalan kereta api dalam lokasi Kelas 2
jalan raya, dan jalan kereta api dalam lokasi
dan Kelas 3;
Kelas 2;
d) perpipaan stasiun kompresor
e) pada jembatan dalam lokasi Kelas 1 dan
e) perpipaan platform lepas pantai,
Kelas 2;
termasuk riser dan untuk suatu jarak 5
f) rakitan yang dipabrikasi dalam saluran pipa
dalam lokasi Kelas 1 dan Kelas 2
kali diameter pipa di luar elbow, bend
atau fiting dasar.
Potongan transisi pada ujung pipa tidak
dianggap fiting.
f) dekat konsentrasi penduduk dalam
lokasi Kelas 1 dan Kelas 2

Konstruksi Tipe D
0.40
a) pada semua
lokasi dalam Kelas
4

(Sumber: Standar Sistem Perpipaan Transmisi dan Distribusi Gas)

Tabel 3. 7 Tipe Konstruksi yang Disyaratkan

33

TIPE KONSTRUKSI YANG DISYARATKAN UNTUK 'ENCROACHMENT'


PARALEL SALURAN PIPA DAN MAINS PADA JALAN RAYA
DAN JALAN KERETA API
Tipe Konstruksi yang Disyaratkan
Lokasi
Lokasi
Lokasi
Lokasi
Jenis Jalan
Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
Kelas 4
Jalan milik privat,
Tipe A
Tipe B
Tipe C
Tipe D
Jalan yang tidak dimanfaatkan
Tipe A
Tipe B
Tipe C
Tipe D
Jalan yang permukaannya
dikeraskan, jalan tol, jalan umum, Tipe A
Tipe B
Tipe C
Tipe D
dan jalan kereta api

(Sumber: Standar Sistem Perpipaan Transmisi dan Distribusi Gas)

Tabel 3. 8 Tipe Konstruksi yang Disyaratkan


TIPE KONSTRUKSI YANG DISYARATKAN UNTUK
SALURAN PIPA DAN MAINS YANG
MELINTASI JALAN RAYA DAN JALAN KERETA API
Tipe Konstruksi yang Disyaratkan
Jenis Jalan

Lokasi Kelas 1 Lokasi Kelas 2 Lokasi Kelas 3

Lokasi Kelas 4

Jalan milik privat

Tipe A tanpa
casing

Tipe B tanpa
casing

Tipe C tanpa
casing

Tipe D tanpa
casing

Jalan umum yang tidak


dimanfaatkan

Tipe A tanpa
casing
Tipe B tanpa
casing
Tipe A dengan
casing
Tipe B tanpa
casing

Tipe B tanpa
casing

Tipe C tanpa
casing

Tipe D tanpa
casing

Tipe B dengan Tipe C tanpa


casing
casing
Tipe C tanpa
casing

Tipe D tanpa
casing

Jalan yang
permukaannya
dikeraskan, jalan tol,
jalan umum, dan jalan
kereta api

(Sumber: Standar Sistem Perpipaan Transmisi dan Distribusi Gas)

34

3.3
3.3.1

MATERIAL LAIN9
Pendesainan Pipa Besi Duktil

Pipa besi duktil harus didesain sesuai dengan metode yang dinyatakan dalam
ANSI/AWWA C150/A21.50. Nilai tegangan melingkar desain s dan tegangan bending
desain f pada dasar pipa, yang akan digunakan dalam rumus yang diberikan dalam
ANSI/AWWA C150/A21.50 adalah:

s = 16.800 psi

f = 36.000 psi

Pipa besi duktil harus grade (60-42-10) dan harus memenuhi semua persyaratan
ANSI A21.52. Grade (60-42-10) besi duktil mempunyai sifat mekanik sebagai berikut:

Kuat tarik minimum, 60.000 psi

Kuat ulur minimum, 42.000 psi

Elongasi minimum, 10%

Tebal pipa besi duktil terkecil yang diizinkan adalah kelas standar teringan lightest
standard class untuk setiap ukuran pipa nominal seperti yang ditunjukkan dalam ANSI
A21.52. Tebal dinding standar untuk tekanan kerja maksimum 250 psi dan kondisi
penggelaran laying standar pada beberapa kedalaman kover ditunjukkan dalam tabel di
bawah ini.

Tabel 3. 9 Penyeleksian Tebal Standar untuk Pipa Besi Duktil

9Lihat butir 7
35

PENYELEKSIAN TEBAL STANDAR UNTUK PIPA BESI DUKTIL


Tebal, in
Tinggi Kover, ft
Ukuran
Pipa
Nominal
3

Kondisi
Penggelaran

2 1/2

3 1/2

12

16

2024

A
B

0.28
0.28

0.28
0.28

0.28
0.28

0.28
0.28

0.28
0.28

0.28
0.28

0.28
0.28

0.28
0.28

A
B

0.29
0.29

0.29
0.29

0.29
0.29

0.29
0.29

0.29
0.29

0.29
0.29

0.29
0.29

0.29
0.29

A
B

0.31
0.31

0.31
0.31

0.31
0.31

0.31
0.31

0.31
0.31

0.31
0.31

0.31
0.31

0.31
0.31

A
B

0.33
0.33

0.33
0.33

0.33
0.33

0.33
0.33

0.33
0.33

0.33
0.33

0.33
0.33

0.33
0.33

10

A
B

0.35
0.35

0.35
0.35

0.35
0.35

0.35
0.35

0.35
0.35

0.35
0.35

0.38
0.38

0.38
0.38

12

A
B

0.37
0.37

0.37
0.37

0.37
0.37

0.37
0.37

0.37
0.37

0.37
0.37

0.4
0.4

0.43
0.4

14

A
B

0.36
0.36

0.36
0.36

0.36
0.36

0.36
0.36

0.39
0.36

0.42
0.42

0.45
0.42

0.45
0.45

16

A
B

0.37
0.37

0.37
0.37

0.37
0.37

0.37
0.37

0.4
0.4

0.43
0.43

0.46
0.46

0.49
0.49

18

A
B

0.38
0.38

0.38
0.38

0.38
0.38

0.38
0.38

0.41
0.41

0.47
0.44

0.5
0.47

0.53
0.53

20

A
B

0.39
0.39

0.39
0.39

0.39
0.39

0.39
0.39

0.45
0.42

0.48
0.48

0.54
0.51

..
..

24

A
B

0.44
0.41

0.41
0.41

0.41
0.41

0.44
0.41

0.5
0.47

0.56
0.53

..
..

..
..

(Sumber: Standar Sistem Perpipaan Transmisi dan Distribusi Gas)

Pada pipa besi duktil, terdapat beberapa sambungan yang dapat digunakan.
Sambungan tersebut antara lain:

a) Sambungan Mekanis. Pipa besi duktil dengan sambungan mekanis harus


memenuhi persyaratan ANSI A21.52 dan ANSI/AWWA C111/A21.11.
Sambungan mekanis harus dirakit sesuai dengan catatan pada Installation
of Mechanical Joints dalam ANSI/AWWA A21.11.

b) Sambuangan Lain. Pipa besi duktil dapat dilengkapi dengan sambungan tipe
lain asalkan sambungan tersebut dikualifikasi dengan benar dan memenuhi

36

ketentuan standar. Sambungan tersebut harus dipasang sesuai dengan standar


yang berlaku atau sesuai dengan rekomendasi tertulis pemanufaktur.

c) Sambungan berulir. Penggunaan sambungan berulir untuk mengkopel


couple pipa besi duktil tidak direkomendasikan.

3.3.2

Pendesainan Perpipaan Plastik

Persyatatan desain pada bagian ini dimaksudkan untuk membatasi penggunaan


perpipaan plastik terutama untuk main dan saluran servis dalam sistem distribusi tipikal
yang beroperasi pada tekanan 100 psi atau lebih kecil.

Tekanan desain untuk sistem perpipaan gas atau tebal dinding nominal untuk tekanan
desain yang diberikan harus ditentukan dengan rumus berikut:

P 2S

t
x 0,32
(D t)

dimana:

P = tekanan desain, psig

S = untuk pipa dan tubing termoplastik, long term hydrostatic strength yang ditentukan
sesuai dengan spesifikasi yang terdaftar pada suhu 73F, 100F, atau 140F; untuk pipa
plastic reinforced thermosetting, 11.000 psi.

t = tebal dinding yang dispesifikasikan, in.

D = diameter luar yang dispesifikasikan, in.

Limitasi Desain Termoplastik

37

Tekanan desain harus tidak melebihi 100 psig. Pipa, tubing, dan fiting termoplastik
harus tidak digunakan bila suhu operasi material di bawah -20F, atau di atas suhu yang
ditentukan untuk long-term hydrostatic strength yang digunakan dalam rumus desain di
atas, dan suhu ini harus tidak melebihi 140F. Nilai t untuk pipa termoplastik harus tidak
kurang dari yang ditunjukkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3. 10 Rasio Tebal Dinding dan Dimensi Standar untuk Pipa Termoplastik

Ukuran
Pipa
Nominal
1/2
3/4
1
1 1/4
1 1/2
2
2 1/2
3
3 1/2
4
5
6

RASIO TEBAL DINDING DAN DIMENSI STANDAR


UNTUK PIPA TERMOPLASTIK
Tebal dinding minimum, in
Diameter
Luar, in
Rasio Dimensi Standar R

0.84
1.05
1.315
1.66
1.9
2.375
2.875
3.5
4
4.5
5.563
6.625

26
0.062
0.09
0.09
0.09
0.9
0.091
0.11
0.135
0.154
0.173
0.224
0.255

21
0.062
0.09
0.09
0.09
0.09
0.113
0.137
0.167
0.19
0.214
0.265
0.316

17
0.062
0.09
0.09
0.098
0.112
0.14
0.169
0.206
0.236
0.264
0.328
0.39

13.5
0.062
0.09
0.097
0.123
0.141
0.176
0.213
0.259
0.296
0.333
0.413
0.491

11
0.076
0.095
0.119
0.151
0.173
0.216
..
..
..
..
..
..

(Sumber: Standar Sistem Perpipaan Transmisi dan Distribusi Gas)

CATATAN UMUM:

a)

Rasio Dimensi Standar. Sistem rasio dimensi standar memungkinkan pemakai untuk
menyeleksi sejumlah ukuran pipa yang berbeda untuk suatu sistem perpipaan, yang semuanya
mempunyai tekanan desain sama. Apabila material plastik dari kekuatan desain sama
digunakan, maka Rasio Dimensi Standar boleh digunakan untuk semua ukuran pipa sebagai
pengganti pengkalkulasian nilai t untuk setiap ukuran.

38

b) Tebal dinding di atas garis adalah minimum dan bukan suatu fingsi Rasio Dimensi Standar

Nilai t untuk tubing termoplastik harus tidak kurang dari 0,062 in. Untuk koneksiservis tipe sadel yang dibuat dengan teknik fusi panas, limitasi ini mungkin diperlukan
untuk beberapa material yang direncanakan untuk digunakan pada tekanan operasi tinggi
yang memerlukan tebal dinding lebih tebal dari pada yang ditentukan dengan rumus
desain tekanan untuk ukuran 2 in dan lebih kecil. Pemanufaktur material pipa tersebut
hendaknya dihubungi untuk rekomendasi atau prosedur yang harus digunakan.

Limitasi Desain Plastik Reinforced Thermosetting

Nilai P untuk main dan saluran servis plastic reinforced thermosetting pada sistem
distribusi dalam semua lokasi kelas, dan untuk aplikasi lain dalam lokasi Kelas 3 dan 4,
harus tidak melebihi 100 psig. Pipa plastic dan fiting reinforced thermosetting harus tidak
digunakan pada suhu operasi di bawah -20F atau di atas 150F. Nilai t untuk pipa plastic
reinforced thermosetting harus tidak kurang dari yang ditunjukkan dalam tabel di bawah
ini.

Tabel 3. 11 Diameter dan Tebal Dinding untuk Pipa Plastik Reinforced Thermosetting
DIAMETER DAN TEBAL DINDING UNTUK PIPA PLASTIK
'REINFORCED THERMOSETTING'
Ukuran Pipa Nominal Diameter luar, in Tebal minimum, in
2
2.375
0.06
3
3.5
0.06
4
4.5
0.07
6
6.625
0.1

(Sumber: Standar Sistem Perpipaan Transmisi dan Distribusi Gas)

Tekanan Desain Fiting Plastik

39

Rating tekanan maksimum untuk fiting harus sama nilainya dengan tekanan desain
maksimum pipa dengan ukuran dan tebal dinding yang sesuai seperti yang diindikasikan
dalam standar fiting yang diacu dan seperti yang ditentukan pada poin sebelumnya.
Pemanufaktur hendaknya diminta petunjukknya tentang rating tekanan maksimum untuk
fiting yang tidak dicakup oleh standar yang diacu.

Katup dalam Perpipaan Plastik

Katup dalam perpipaan plastic dapat dibuat dari sembarang material dan desain yang
diizinkan. Pemasangan katup dalam perpipaan plastik harus didesain sedemikina rupa
sehingga melindungi bahan plastik terhadap torsi atau beban geser yang berlebihan ketika
katup atau penutup dioperasikan, dan dari setiap tegangan sekunder lain yang dapat
timbul melalui katup atau penutupnya.

3.3.3

Desain Mains Tembaga

Tembaga yang digunakan untuk main gas, pipa atau tubing

harus memenuhi

persyaratan berikut:

a) Pipa atau tubing tembaga harus tidak digunakan untuk mains bila tekanan
melebihi 100 psig.

b) Pipa atau tubing tembaga harus tidak digunakan untuk mains bila gas yang
dibawa mengandung rata-rata lebih dari 0,3 butiran hydrogen sulfide per 100
standard cubic feet gas. Nilai ini ekuivalen dengan patokan trace yang
ditentukan melalui tes acetate timbel.

c) Pipa atau tubing tembaga untuk mains harus mempunyai tebal dinding minimum
0,065 in dan harus hard drawn.

d) Pipa atau tubing tembaga harus tidak digunakan untuk mains di mana regangan
atau beban luar dapat merusak perpipaan.

40

Pipa tembaga harus disambung dengan menggunakan kompresi tipe kopling atau
sambungan tumpang yang di-brazing atau disolder. Bahan pengisi yang digunakan untuk
brazing harus dari campuran tembaga-pospor atau campuran dasar perak. Lasan butt tidak
diizinkan untuk penyambungan pipa atau tubing tembaga. Tubing tembaga harus tidak
diulir, tetapi pipa tembaga yang tebal dindingnya ekuivalen dengan ukuran pipa baja
schedule 40 dapat diulir dan digunakan untuk menghubungkan fiting atau katup
bersekrup screw.

3.4

Desain Stasiun Kompresor10

Bangunan utama kompresor untuk stasiun kompresor gas hendaknya ditempatkan


pada jarak bebas property sekitarnya yang tidak di bawah pengawasan perusahaan untuk
meminimumkan adanya bahaya api ke bangunan kompresor dari bangunan-bangunan dan
property di sekitarnya. Ruang terbuka hendaknya disediakan secukupnya di sekitar
bangunan untuk memungkinkan peralatan pemadam kebakaran dapat bergerak dengan
bebas.

Semua bangunan stasiun kompresor yang mempunyai perpipaan gas dalam ukuran
lebih besar dari NPS 2, atau peralatan penanganan gas (kecuali peralatan untuk keperluan
perusahaan itu sendiri) harus dikonstruksi dari material non combustible atau limited
combustible seperti yang ditentukan dalam ANSI/NFPA 220.

Jalan keluar Exit harus disediakan dua buah pada masing-masing lantai operasi
bangunan kompresor utama, basement, dan setiap jalanan walkway atau platform yang
tingginya 10 ft atau lebih dari atas permukaan tanah atau lantai. Catwalks untuk masingmasing enjin tidak memerlukan dua jalan keluar. Jalan-keluar dari setiap bangunan
tersebut boleh fixed ladders, atau stairway. Jarak maksimum dari setiap titik pada lantai
operasi ke jalan keluar harus tidak melebihi 75 ft, diukur dari garis pusat gang atau
jalanan. Jalan keluar harus dari pintu yang tidak terhalang yang ditempatkan sedemikian
rupa sehingga memberikan kemungkinan untuk melarikan diri dengan mudah dan harus
memberikan laluan yang tidak menghalangi ke temapt safety. Daun pintu harus dati tipe

10 Lihat butir 7
41

yang dapat dengan mudah diuka dari dalam tanpa kunci. Semua pintu ayunan swinging
doors yang ditempatkan pada dinding luar harus terbbuka kea rah luar.

Setiap pagar yang dapat menghalangi atau mencegah pelarian orang-orang dari
sekitar stasiun kompresor dalam keadaan darurat harus dilengkapi minimum dua gerbang
pintu. Gerbang pintu ini harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga memberikan
kesempatan untuk melarikan diri dengan mudah ke tempat safety. Setiap gerbang pintu
demikian yang berlokasi dalam jarak 200 ft dari bangunan kompresor harus membuka ke
arah luar dan harus tidak terkunci (atau bisa dibuka dari dalam tanpa kunci) sewaktu area
di dalam pagar tersebut dipakai atau ditempati. Sebagai alternatif, fasilitas lain yang
mampu memberikan kemudahan serupa pada jalan keluar dari area boleh disediakan.

Semua peralatan listrik dan wiring yang dipasang pada stasiun kompresor transmisi dan
distribusi gas harus memenuhi persyaratan ANSI/NFPA 70, sepanjang peralatan tersebut
memungkinkan tersedia secara komersial.

3.5

Holder Tipe Pipa dan Tipe Botol11

Holder tipe pipa yang akan dipasang di jalan raya, jalan tol atau jalan privat yang
tidak di bawah pengawasan dan penggunaan eksklusif perusahaan pengelola harus
didesain, dipasang, dan dites sesuai dengan provisi standar yang berlaku untuk saluran
pipa yang dipasang pada lokasi yang sama dan dioperasikan pada tekanan maksimum
yang sama. Holder tipe botol harus ditempatkan di atas tanah milik atau di bawah
pengawasan dan penggunaan eksklusif dari perusahaan pengelola.

Tempat penyimpanan harus dikelilingi seluruhnya dengan pagar untuk mencegah


masuknya orang-orang yang tidak berkepentingan. Holder tipe pipa atau tipe botol yang
akan dipasang pada properti di bawah pengawasan dan penggunaan eksklusif perusahaan
pengelola harus didesain sesuai dengan faktor desain konstruksi yang penyeleksiannya
tergantung pada lokasi kelas di mana holder tersebut diletakkan; jarak antara kontainer
pipa atau botol dan pagar, dan tekanan operasi maksimum, adalah seperti tabel di bawah
ini:
11 Lihat butir 7
42

Tabel 3. 12 Jarak Kontainer Pipa atau Botol dan Pagar

Kelas Lokasi
Tempatnya
Holder
1
2
3
4

Faktor Desain F
Jarak Minimum antara
Kontainer dan Batas Lokasi Jarak Minimum antara Kontainer
(site ) yang Dipagari 25 ft
dan Batas Lokasi yang Dipagari 100
sampai 100 ft
ft dan di atas
0.72
0.72
0.6
0.72
0.6
0.6
0.4
0.4

(Sumber: Standar Sistem Perpipaan Transmisi dan Distribusi Gas)

Jarak minimum antara container dan batas lokasi yang dipagari ditetapkan oleh
tekanan operasi maksimum holder sebagai berikut:

Tabel 3. 13 Jarak Minimum Kontainer dengan Batas Lokasi yang Dipagari


Tekanan operasi
maksimum, psi
Jarak minimum, ft
Kurang dari 1000
25
1000 atau lebih
100

(Sumber: Standar Sistem Perpipaan Transmisi dan Distribusi Gas)

Clearance minimum dalam inci antara container pipa atau botol harus ditentukan
dengan rumus berikut:

3DPF
1000
43

dimana:

C = clearance minimum antara kontainer pipa atau botol, in

D = diameter luar kontainer pipa atau botol, in

P = tekanan operasi boleh maksimum, psig

F = faktor desain

Kontainer pipa harus ditanam dengan puncak masing-masing kontainer tidak


kurang dari 24 in di bawah permukaan tanah. Botol harus ditanam dengan puncak
masing-masing kontainer di bawah saluran frost normal tetapi tidak kurang dari 24 inci ke
permukaan.

Provisi Khusus yang Berlaku hanya untuk Holder Tipe Botol

Holder tipe botol boleh dimanufaktur dari baja yang tidak mampu-las weldable di
bawah kondisi lapangan, asalkan mengikuti semua limitasi berikut:

a) Holder tipe botol yang dibuat dari baja paduan harus memenuhi persyaratan
kimia dan tarikan tensile untuk berbagai grade baja dalam ASTM A 372.

b) Rasio kuat ulur aktual terhadap kuat tarik aktual harus tidak melebihi 0,85.

c) Pengelasan harus tidak dilakukan pada botol sesudah diberikan perlakuan panas
dan atau stress relief, dengan pengecualian untuk maksud proteksi katodik harus
diizinkan memautkan kawat tembaga kecil pada porsi diameter kecil tutup ujung
botol menggunakan proses las localized thermit (muatan atau charge tidak
melebihi 15 gram) diizinkan.

44

d) Botol termaksud harus dites hidrostatik di pabrik mill dan tidak perlu dites
hidrostatik ualng pada waktu pemasangan. Tekanan tes pabrik harus tidak kurang
dari tekanan yang diperlukan untuk menghasilkan tegangan melingkar yang
besarnya sama dengan 85% kuat ulur minimum spesifikasi baja. Inspeksi yang
sesame harus dilakukan terhadap botol pada waktu pemasangan dan botol yang
rusak harus tidak digunakan.

e) Perpipaan pada botol dan perpipaan penghubung harus dites kerapatan tightness
sesudah pemasangan menggunakan udara atau gas pada tekanan 50 psi di atas
tekanan operasi maksimum.

Provisi Umum yang Berlaku untuk Holder TIpe Botol dan Tipe Pipa

a) Gas yang mengandung lebih dari 0,1 grain hydrogen sulfide per-100 standard
cubic feet tidak boleh disimpan bila kondisi bebas-air dinyatakan atau diantisipasi
tanpa menggunakan cara-cara yang memadai untuk mengidentifikasi, meredakan,
atau mencegah korosi internal yang merugikan.

b) Provisi harus dibuat untuk mencegah formasi atau akumulasi cairan salam holder,
perpipaan penghubung, dan peralatan Bantu yang dapat menyebabkan korosi atau
dapat mengganggu keamanan operasi alat penyimpanan. Katup pelepas harus
dipasang sesuai dengan provisi standar ini yang mempunyai kapasitas pelepasan
cukup untuk membatasi tekanan yang timbul pada saluran pengisi dan pada
holder penyimpanan sampai 100% tekanan desain holder, atau sampai tekanan
yang menghasilkan tegangan melingkar 75% kuat ulur minimum spesifikasi baja,
dipilih mana yang lebih rendah.

3.6

Katup12

Katup pada mains distribusi baik untuk kepentingan operasi ataupun keadaan
darurat harus dispasikan sebagai berikut:
12 Lihat butir 7
45

a) Sistem Distribusi Tekanan-Tinggi. Katup harus dipasang pada sistem distribusi


tekanan-tinggi pada lokasi yang mudah dicapai untuk mengurangi waktu shutdown bagian main dalam keadaan darurat. Dalam menentukan penspasian katup,
pertimbangan hendaknya diberikan pada tekanan operasi dan ukuran mains dan
kondisi fisis local demikian juga jumlah dan tipe pelanggan yang mungkin
dipengaruhi shut-down.

b) Sistem Distribusi Tekanan-Rendah. Katup dapat digunakan dalam sistem


distribusi tekanan-rendah, tetapi tidak disyaratkan kecuali sebagaimana
dispesifikasikan dalam butir-butir di bawah ini:

i. Katup harus dipasang pada inlet perpipaan setiap stasiun regulator


pengontrol aliran atau tekanan gas pada suatu system distribusi. Jarak
antara katup dan regulator atau regulator-regulator harus cukup
memungkinkan pengoperasian katup selama keadaan darurat, seperti
bocoran gas besar atau adanya kebakaran dalam stasiun.

ii. Katup pada mains distribusi, baik untuk kepentingan pengoperasian


maupun dalam keadaan darurat, harus ditempatkan sedemikian rupa
sehingga

memberikan

akses

yang

cepat

dan

mudah

dalam

pengoperasiannya selama keadaan darurat. Bilamana katup dipasang


dalam boks tertanam atau temapt tertutup, hanya akses yang cepat ke
stem atau ke mekanisme pengoperasi ketup yang disarankan. Boks atau
tempat tertutup lainnya harus dipasang sedemikian rupa untuk
menghindari terjadinya beban eksternal pada main.

3.7
3.7.1

Vault13
Persyaratan Desain Struktural

Vault atau lubang pit bawah tanah untuk katup, stasiun pelepas tekanan, pembatas
tekanan, atau stasiun pengatur tekanan dan sebagainya harus didesain dan dikonstruksi
sesuai dengan provisi berikut:
13 Lihat butir 7
46

a) Vault dan pit harus didesain dan dikonstruksi sesuai dengan structural
engineering practice yang baik untuk menerima beban yang mungkin dikenakan
padanya.

b) Ruang kerja yqng cukup harus disediakan sedemikian rupa sehingga semua
peralatan yang dibutuhkan dalam vault dapat dipasang, dioperasikan, dan
dimaintain dengan baik.

c) Dalam pendesainan vault dan pit untuk peralatan pembatas tekanan, pelepas
tekanan

dan

pengatur

tekanan,

pertimbangan

harus

diberikan

untuk

pemproteksian peralatan yang dipasang dari kerusakan, seperti kerusakan yang


dihasilkan dari ledakan dalam vault atau pit yang dapat menyebabkan bagian atap
atau tutup jatuh ke dalam vault.

d) Pipa yang memasuki dan berada dalam vault atau pit regulator harus terbuat dari
baja ukuran NPS 10 dan ukuran lebih kecil, kecuali untuk perpipaan gage dan
kontrol dapat dibuat dari tembaga. Bila perpipaan memanjang melewati ukuran
struktur vault atau pit, provisi harus dibuat untuk mencegah lewatnya gas atau
cairan melalui bukaan dan menghindarkan regangan dalam perpipaan. Peralatan
dan perpipaan harus ditahan secara memadai oleh penyangga beton, mansory atau
logam. Perpipaan kontrol harus ditempatkan dan disangga dalam vault atau pit
sedemikian rupa sehingga ketereksposannya terhadap pengerusakan atau
kerusakan dapat dikurangi seminimal mungkin.

e) Bukaan vault atau pit harus ditempatkan sedemikian rupa untuk meminimumkan
bahaya yang timbul dari perkakas atau objek lain yang terjatuh di atas regulator,
atau peralatan lainnya. Perpipaan kontrol dan bagian pengoperasi peralatan yang
dipasang harus tidak ditempatkan di bawah bukaan vault atau pit dimana pekerja
dapat menginjaknya saat memasuki atau meninggalkan vault atau pit, kecuali jika
bagian itu diproteksi secara memadai.

f) Jika bukaan vault atau pit akan ditempatkan di atas peralatan yang dapat rusak
akibat jatuhnya tutup, maka suatu tutup sirkuler (bundar) hendaknya dipasang
atau tindakan pencegahan lainnya yang memadai hendaknya diambil.

47

3.7.2

Aksesibilitas

Pertimbangan harus diberikan pada aksesibilitas dalam penyeleksian lokasi vault.


Beberapa faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam menyeleksi lokasi vault
adalah sebagai berikut:

a) Ketereksposan pada Trafik. Penempatan vault pada persimpangan jalan atau pada
tempat di mana lalu lintas ramai atau padat hendaknya dihindarkan.

b) Ketereksposan pada Banjir. Vault hendaknya tidak ditempatkan pada titik elevasi
minimum, dekat kolam penangkap atau dimana tutup akses akan berada dalam
permukaan air.

c) Ketereksposan terhadap Bahaya Subsurface Berdekatan. Vault hendaknya


ditempatkan sejauh mungkin dari fasilitas air, listrik, uap air, atau fasilitas
lainnya.

3.7.3

Vault Sealing, Venting dan Ventilasi

Vault dan closed top pit di bawah tanah yang di dalamnya terdapat stasiun pengatur
atau reduksi tekanan atau stasiun pembatas atau pelepas tekanan harus disil, di-vent, atau
diventilasi sebagai berikut:

a) Jika volume internal melebihi 200 cu fit, vault atau pit tersebut harus diventilasi
dengan dua duct (saluran) yang masing-masing mempunyai sekurang-kurangnya
efek ventilating pipa NPS 4.

b) Ventilasi yang disediakan harus mencukupi untuk meminimumkan kemungkinan


formasi atmosfer mampu-bakar dalam vault atau pit. Vent yang menjadi satu
dengan alat pengatur atau pelepas tekanan tidak boleh dikoneksikan dengan
ventilasi vault atau pit.

48

c) Duct harus menonjol sampai tingginya di atas level tanah grade yang cukup
untuk menyebarkan setiap campuran gas-udara yang dibuang. Ujung luar duct
harus dilengkapi dengan fiting kedap air atau vent head yang memadai yang
didesain untuk mencegah benda-benda asing memasuki atau menghalangi duct.
Area efektif bukaan pada fiting atau vent head harus sekurang-kurangnya sama
dengan luas penampang area melintang saluran NPS 4. Bagian horizontal duct
harus sependek mungkin dan harus dipasang miring pitched untuk mencegah
akumulasi cairan dalam saluran. Jumlah bend dan offset harus dikurangi
seminimum mungkin dan provisi harus disatukan untuk mempermudah
pembersihan duct secara periodik.

d) Vault atau pit yang memiliki volume internal antara 75 cu ft dan 200 cu ft boleh
disil, di-vent, atau diventilasi. Jika disil, semua bukaan harus dilengkapi dengan
tutup fiting rapat tanpa lubang terbuka melalui mana suatu campuran eksplosif
mungkin dapat terbakar. Sarana atau cairan harus disediakan untuk mentes
atmosfer internal sebelum melepaskan tutup. Jika di-vent, provisi yang tepat
untuk mencegah sumber nyala luar dapat mencapai atmosfer vault harus
disediakan. Jika diventilasi, provisi butir (a), (b), dan (c) atau (e) harus
diterapkan.

e)

Jika vault atau pit yang mengacu kepada butir (d) diventilasi dengan cara
membuat bukaan pada tutup atau grating, dan rasio volume internal dalam satuan
cu ft terhadap area-ventilasi efektif tutup atau grating dalam satuan ft

adalah

lebih kecil dari 20:1, maka ventilasi tambahan tidak diperlukan.

f) Vault atau pit yang mempunyai volume internal kurang dari 75 cu ft tidak
memerlukan persyaratan tertentu.

3.7.4

Drainase dan Pengkedap-Air (waterproofing)

a) provisi harus dibuat untuk meminimumkan masuknya air ke dalam vault.


Sekalipun demikian, peralatan vault harus selalu didesain untuk beroperasi
dengan aman, jika dibenamkan.
49

b) Vault yang didalamnya terdapat perpipaan gas harus tidak dikoneksikan dengan
cara koneksi drain ke sub struktur lain, seperti misalnya sewer.

c) Peralatan elektris pada vault harus memenuhi ketentuan Kelas 1, Group D.


ANSI/NFPA 70.

Meter dan Regulator Pelanggan14

3.8
3.8.1

Lokasi untuk Instalasi Meter dan Regulator Pelanggan

a) meter dan regulator pelanggan boleh ditempatkan di dalam atau di luar bangunan,
tergantung pada kondisi setempat, kecuali itu pada saluran servis yang
memerlukan regulator seri, regulator bagian hulunya up-stream harus
dilokasikan di luar bangunan.

b) Jika dipasang di dalam bangunan, regulator servis harus pada lokasi yang mudah
dan cepat dicapai di dekat tempat masuknya saluran servis gas dan bilamana
praktis, meter juga dipasang pada lokasi yang sama. Baik meter maupun regulator
harus tidak dipasang dalam kamar tidur, kloset, kamar mandi, di bawah tangga
yang mudah terbakar, atau di suatu tempat yang tidak berventilasi atau sukar
dicapai; atau berjarak kurang dari 3 ft ke sumber api, termasuk tungku dan
pemanas air. Pada saluran servis yang mensuplai pelanggan industri besar atau
instalasi di mana gas yang digunakan lebih tinggi daripada tekanan servis standar,
regulator dapat dipasang pada lokasi lain yang mudah dan cepat dicapai.

c) Jika ditempatkan di luar bangunan, maka meter dan regulator servis harus
dipasang pada lokasi yang mudah dan cepat dicapai di mana meter dan regulator
tersebut akan diproteksi secara memadai terhadap pengerusakan.

d) Regulator yang membutuhkan vent agar dapat beroperasi dengan sempurna dan
efektif harus di-vent ke atmosfer. Vent individual harus disediakan untuk setiap
regulator.

14 Lihat butir 7
50

3.8.2

Tekanan Operasi untuk Instalasi Meter Pelanggan

Meter selubung besi atau alumunium harus tidak digunakan dalam tekanan operasi
boleh-maksimum lebih tinggi dari rating pemanufaktur untuk meter. Meter selubung baja
lapis timah-baru harus tidak digunakan pada tekanan melebihi 50% tekanan tes
pemanufaktur; meter selubung baja lapis timah bangun-ulang rebuilt harus tidak
digunakan pada tekanan melebihi 50% tekanan yang digunakan untuk mengetes meter
setelah dibangun-ulang.

3.8.3

Pemproteksian Instalasi Meter dan Regulator Pelanggan dari Kerusakan

Meter dan regulator servis harus tidak dipasang di mana deteriorasi korosi yang
cepat atau penyebab lain dapat terjadi, kecuali jika langkah yang telah terbukti
dilaksanakan untuk pemproteksian terhadap deteriorasi tersebut.

Piranti protektif yang memadai, seperti regulator tekanan-balik atau katup cek
searah, harus dipasang pada bagian hilir meter jika dan sebagaimana disyaratkan dalam
kondisi berikut:

a) Jika sifat dasar peralatan yang digunakan dapat menyebabkan vakum pada meter,
pasang regulator tekanan-balik pada bagian hilir meter.

b) Pasang katup cek atau sejenisnya jika:

1) Peralatan yang digunakan dapat menyebabkan tekanan-balik

2) Peralatan gas dikoneksikan pada sumber oksigen atau udara kempa atau
kompresi

3) Gas petroleum cair (LPG) atau gas tambahan lainnya digunakan sebagai
cadangan dan dapat mengalir balik ke dalam meter. Katup tiga-arah, yang

51

dipasang untuk memberi jalan masuk suplai cadangan dan pada waktu yang
sama menghentikan suplai reguler, dapat digunakan sebagai pengganti katup
cek jika diinginkan.

Semua vent regulator servis dan vent pelepas, bila diperlukan, harus berakhir pada
udara luar dalam fiting penahan hujan dan serangga. Ujung bukaan vent harus dilokasikan
di temapat gas dapat keluar dengan bebas menuju atmosfer dan menjauhi setiap bukaan
ke dalam bangunan jika terjadi kegagalan regulator yang mengakibatkan pelepasan gas.
Pada lokasi di mana regulator servis dapat terendam selama banjir, suatu fiting vent
breather khusus tipe anti-banjir harus dipasang atau saluran vent harus ditonjolkan
sampai di atas ketinggian banjir yang diperkirakan.

Vault dan pit, rumah meter dan regulator pelanggan, harus didesain untuk menyangga
berat kendaraan lalu lintas bila dipasang pada lokasi gang yang dilalui kendaraan, jalan
raya, dan jalan raya utama.

3.8.4

Instalasi Meter dan Regulator

Semua meter dan regulator harus dipasang dengan cara sedemikian rupa untuk
mencegah tegangan yang tidak layak pada perpipaan penghubung atau meter atau
keduanya. Koneksi timah (Pb) dan koneksi lainnya yang terbuat dari material yang
mudah rusak harus tidak digunakan. Penggunaan nipel (semua ulir) close weight standard
dilarang.

3.9

BIAYA PROYEK15

Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses
produksi atau tercapainya suatu hal, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga
pasar yang berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Biaya terbagi
menjadi dua, yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit adalah biaya yang
15 Soeharto, Iman. 2002. Studi Kelayakan Proyek Industri. Jakarta:
Erlangga
52

terlihat secara fisik, misalnya berupa uang. Sementara itu, yang dimaksud dengan biaya
implisit adalah biaya yang tidak terlihat secara langsung, misalnya biaya kesempatan
(opportunity cost) dan penyusutan barang modal.

3.9.1

Metode Penentuan Biaya

Dikenal beberapa metode perkiraan biaya. Metode yang sering dipakai diantaranya
adalah sebagai berikut:

Metode parametric

Memakai daftar indeks harga dan informasi proyek terdahulu

Metode menganalisis unsur-unsurnya

Menggunakan metode faktor

Quantity take-off dan harga satuan

Unit price

Memakai data dan informasi proyek yang bersangkutan

Metode mana yang akan digunakan tergantung pada keperluan dan tersedianya data
serta informasi pada waktu itu.

53

3.9.1.1 Metode Parametrik

Pendekatan yang dipakai dalam metode ini adalah mencoba meletakkan dasar
hubungan matematis yang mengaitkan biaya atau jam-orang dengan karakteristik fisik
tertentu dari objek (volume, luas, berat, tenaga/watt, panjang, dan lain-lain), misalnya:

a) Jumlah murid per kelas

b) Meter persegi luas lantai rumah

c) Volume kapasitaspenyimpanan/gudang

d) Kapasitas produksi pabrik ton/hari

Metode ini sangat praktis untuk melakukan pengujian secara cepat atas suatu
kegiatan analisis biaya. Hal ini juga tepat digunakan pada waktu belum tersedianya data
dan informasi untuk membuat perkiraan biaya yang lebih akurat. Meskipun demikian,
karena metode ini disusun atas dasar pengalaman atau catatan terdahulu, maka
pemakaiannya harus hati-hati, yaitu perlu dikaji apakah kondisi proyek yang sedang
disiapkan serupa dengan proyek terdahulu sehingga angka-angka yang diperoleh masih
dapat diterapkan.

Rumus Matematis

Rumus matematis yang menunjukkan hubungan antara biaya dengan variabel fisik
dalam metode parametrik antara lain adalah:

1. Kurva Linier

Kurva linier yang paling sederhana dalam bentuk:

y=ax

54

dimana:

y = biaya

x = variabel

a = parameter yang menerangkan hubungan y dengan x.

Misalkan y adalah biaya untuk membangun pabrik yang hendak diperkirakan


(dalam rupiah), x adalah kapasitas pabrik yang hendak dibangun (dalam ton), dan a
adalah angka yang menunjukkan biaya pembangunan per unitnya (misalkan Rp 4 juta per
ton) yang didapat dari data. Jadi, persamaan di atas akan menjadi:

y=4 x

Kurva linier bentuk lainnya adalah:

y= px +q

Persamaan ini mengandung komponen tetap q dan komponen variabel px.


Komponen biaya tetap, misalnya, dapat berupa harga tanah apabila tanah untuk
mendirikan pabrik tersebut tidak mengalami perubahan harga meskipun kapasitas
pabriknya bertambah.

55

Gambar 3. 1 Kurva linier

2. Kurva Pangkat

Kurva pangkat yang sering dipakai dalam perkiraan biaya proyek adalah:

Y 2=Y 1 [

X2 n
]
X1

dimana:

Y1 = biaya pembangunan instalasi A

Y2 = biaya pembangunan instalasi B

X1 = kapasitas instalasi A

X2 = kapasitas instalasi B

56

n = indeks harga yang lazimnya = 0,6

Rumus di atas menjelaskan bila kapasitas dan biaya pembangunan instalasi A diketahui,
maka dapat dihitung biaya pembangunan instalasi B yang sejenis dan memiliki kapasitas
tertentu. Sama halnya dengan kurva linier, metode ini praktis dan cepat untuk melakukan
pengecekan atas suatu hasil perkiraan biaya.

Gambar 3. 2 Kurva Pangkat

3.9.1.2 Memakai Indeks Harga, Katalog, dan Informasi Proyek Terdahulu

1. Indeks Harga

Data perihal harga waktu yang lalu dan korelasinya terhadap tingkat harga saat ini
dapat ditemui dalam penerbitan berkala sebagai indeks harga. Indeks harga adalah angka
perbandingan antara harga pada suatu waktu (tahun tertentu) terhadap harga pada waktu
(tahun) yang digunakan sebagai dasar.

h arga dita hun A=harga dita h un B x

Indeks hargata h un A
Indeks hargata hun B

57

Terdapat banyak jenis indeks harga, seperti untuk harga-harga peralatan industri,
upah tenaga kerja, bahan bangunan, dan komoditi yang lain. Salah satu yang erat
kaitannya dengan proyek dan memiliki perincian (composite) adalah Chemical and
Process Engineering Cost Index yang diterbitkan di Inggris, dengan rumus sebagai
berikut.

I =0,37 I m+ 0,081 I e + 0,10 I c +0,19 I s+ 0,26 I o

dimana:

I = Total/komposit indeks

Im = Indeks engineering mekanik

Ie = Indeks engineering listrik

Ic = Indeks engineering civil/sipil

Is = Indeks engineering lapangan (site)

Io = Indeks overhead

2. Katalog dan Informasi Proyek Terdahulu

Data dari manual, handbook, katalog, dan penerbitan berkala amat membantu
dalam memperkirakan biaya proyek. Perusahaan konsultan atau kontraktor engineering
acapkali memiliki bidang yang khusus menangani kegiatan yang berhubungan dengan
perkiraan biaya. Dalam bidang ini data dan informasi yang diperoleh dari berbagai
sumber dikumpulkan, dikaji, dan diolah untuk menghasilkan grafik-grafik korelasi yang
spesifik dan sejenis. Di samping itu, data dan informasi dari proyek sejenis terdahulu

58

(yang belum terlalu lama) amat berguna sebagai pedoman atau referensi untuk membuat
perkiraan biaya. Data dan informasi demikian pada umumnya tidak sulit untuk diadakan
penyesuaian yang diperlukan yang meliputi hal-hal yang berhubungan dengan eskalasi
dan perubahan (penambahan atau pengurangan) lingkup proyek. Di samping itu, perlu
dikaji apakah proyek terdahulu dibangun dengan cara yang efisien dan ekonomis,
sehingga angka yang bersangkutan cukup realistis. Jadi, yang perlu diperhatikan adalah:

a. Perhitungan kenaikan harga karena perbedaan waktu atau tahun


pelaksanaan

b. Kecenderungan harga-harga material dan peralatan di pasaran local


maupun internasional

c. Tersedianya tenaga kerja dan tingkat upah, yang mungkin sekali dalam
tahun-tahun terakhir telah mengalami banyak perubahan

d. Mengidentifikasi perbedaan teknis baik kualitas maupun kuantitas dari


lingkup proyek terdahulu dengan yang akan dikerjakan

3.9.1.3 Metode Menganalisis Unsur-Unsurnya

Variasi lain dalam memperkirakan biaya adalah dengan menganalisis unsurunsurnya (elemental analysis cost estimating). Di sini lingkup proyek diuraikan menjadi
unsur-unsurnya menurut fungsinya. Kemudian struktur yang diperoleh akan menjadi
sedemikian rupa sehingga perbaikan secara bertahap dapat dilakukan sesuai dengan
kemajuan proyek, di mana masukan yang berupa data dan informasi yang baru diperoleh
dapat ditampung dalam rangka meningkatkan kualitas perkiraan biaya. Klasifikasi fungsi
menurut unsur-unsurnya menghasilkan bagian atau komponen lingkup proyek yang
berfungsi sama. Misalnya, tiang penyangga suatu rumah tinggal dapat dibuat dari kayu,
besi, atau beton tetapi fungsinya adalah tetap sama sebagai tiang. Agar penggunaannya
dalam perkiraan biaya efektif, maka pemilihan fungsi hendaknya didasarkan atas hal-hal
berikut:

59

a. Jelas menunjukkan hubungan antara komponen-komponen proyek, dan bila telah


diberi beban biaya, berarti menunjukkan komponen-komponen biaya proyek

b. Dapat dibandingkan dengan komponen biaya proyek lain yang sejenis

c. Mudah diukur atau diperhitungkan dan dinilai perbandingannya (rasio) terhadap


data standar

Terlihat disini bahwa yang memegang peranan kunci adalah penentuan angka rasio
terhadap dasar atau standar. Pengembangan rasio dapat dilakukan dengan penelitian atas
data proyek terdahulu ataupun informasi dari sumber lain. Bila pengelompokkan unsurunsur berdasarkan fungsi telah tersusun, maka perkiraan biaya dapat dimulai sejak awal
proyek (membuat perkiraan biaya kasar) sampai kepada anggaran yang amat akurat
(anggaran definitif). Perkiraan biaya dengan metode menganalisis unsur-unsurnya ini
sering dijumpai pada proyek pembangunan gedung.

3.9.1.4 Metode Faktor

Metode lain untuk memperkirakan biaya proyek adalah dengan memakai asumsi
bahwa terdapat angka korelasi (faktor) di antara harga peralatan utama dengan
komponen-komponen yang terkait. Di sini biaya komponen tersebut dihitung dengan cara
memakai faktor perkalian terhadap harga peralatan utama. Karena merupakan unsur
penentu, maka harga peralatan utama hendaknya telah diperhitungkan atau diperoleh
secara mantap, misalnya penawaran dari pabrik atau manufacturer. Garis besar metode
faktor diberikan di bawah ini.

a. Ditentukannya atau didapatkan harga dari peralatan utama sampai ke lokasi


proyek

b. Dihitung biaya pemasangan sampai peralatan utama berfungsi. Perhitungan ini


dilakukan dengan menggunakan berbagai faktor yang tergantung pada jenis
proses dan material yang dikerjakan.

60

c. Dilanjutkan dengan menghitung biaya engineering (fe), biaya kontinjensi (fc),


dan fee untuk kontraktor (ff), sehingga akan diperoleh modal tetap proyek

d. Total biaya proyek adalah penjumlahan dari modal tetap dan modal kerja.
Sedangkan modal kerja diperkirakan sebesar 5-10% dari modal tetap. Dengan
demikian, dapat dihitung total biaya proyek.

1. Rumus Lang

Rumus Lang berguna untuk menyederhanakan pendekatan di atas dengan


menggunakan angka yang disebut faktor Lang, yaitu:

modal tetap=FLxPCE

dimana:

PCE = harga pembelian peralatan

FL = faktor Lang

Angka faktor Lang berbeda-beda untuk hal berikut.

FL = 3,1 untuk instalasi yang memproses material yang sebagian besar padat.

FL = 4,7 untuk instalasi yang memproses material yang sebagian besar cair.

FL = 3,6 memproses campuran padat-cair.

61

Dengan diperolehnya jumlah modal tetap, angka untuk modal kerja dapat diperkirakan
yaitu sebesar 5-10% dari modal tetap. Dengan demikian, total perkiraan biaya proyek
dapat diketahui, yaitu modal tetap ditambah modal kerja.

2. Faktor Tenaga Kerja

Pengelompokkan lain dari metode faktor adalah dengan memisahkan tenaga kerja seperti
pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. 14 Pengelompokkan dengan memisahkan tenaga kerja

(Sumber: studi kelayakan proyek industri)

3. Rumus Hirsch dan Glazier

Rumus ini amat kompleks dan sesuai untuk dikerjakan dengan computer.

62

I =E [ A (1+ Fl + Fp+ Fm ) + B+C ]

dimana:

I= Total investasi

= Total biaya pembelian

= Total biaya terpasang

= Biaya material alloy untuk mencegah korosi

= Biaya tidak langsung (overhead, engineering, pengendalian kontinjensi, dan laba).


Dipakai angka 1,4

Fl

= Faktor biaya tenaga kerja lapangan

Fm = Faktor untuk bermacam-macam butir (instrument, isolasi, pondasi, bangunan sipil,


dan lain-lain termasuk pipa).

Fp = Faktor biaya untuk pipa

Hubungan Fl, Fm, dan Fp ditunjukkan dengan persamaan berikut.

Log Fl = 0,635-0,154 log Ao-0,992 (e/A)+0,506 (f/A)

Log Fm = -0,266-0,014 log Ao-0,156 (e/A)+0,566 (p/A)

Log Fp = 0,344+0,033 log Ao+1,194 (t/A)

Huruf-huruf berikut adalah singkatan dari:

63

Ao = Harga alat penukar panas

f = Harga kolom yang dipabrikasi di lokasi proyek

p = Harga pompa plus motor penggeraknya

t = Harga menara (tower)

3.9.1.5 Quantity Take-off dan Harga Satuan

1. Quantity Take-Off

Teknik menyusun perkiraan biaya lainnya adalah quantity take-off, yaitu membuat
perkiraan biaya dengan mengukur kuantitas komponen-komponen proyek dari gambar,
spesifikasi, dan perencanaan. Untuk maksud tersebut, prosedur yang ditempuh adalah:

a. Klasifikasi komponen pekerjaan

b. Deskripsi dari butir-butir komponen pekerjaan

c. Dimensi dari butir-butir pekerjaan

d. Memberi beban jam-orang

e. Memberi beban biaya

Teknik di atas bila dikerjakan dengan benar akan mendukung hal-hal berikut.

a. Perencana dan penyelia lebih memahami struktur proyek yang akan ditangani

b. Meminimalkan kemungkinan adanya butir-butir yang terlewatkan


64

c. Memudahkan untuk meneliti dan mengkonfirmasikan hasil-hasilnya maupun


proses membuatnya

Urutan konponen-komponennya disesuaikan dengan jenis proyek, misalnya untuk


pembangunan gedung dimulai dari menyiapkan lahan, listrik, atap, interior, finishing, dan
selanjutnya. Setelah daftar quantity take-off selesai dikerjakan, langkah berikutnya adalah
member perkiraan jam-orang dan pembebanan biaya yang diperlukan. Pendekatan dengan
teknik quantity take-off harus menunggu sampai berbagai spesifikasi dan gambar-gambar
yang diperlukan tersedia, demikian pula perkiraan jam-orang dan harga-harga material
yang bersangkutan.

2. Harga Satuan

Memperkirakan biaya berdasarkan harga satuan dapat dilakukan bilamana angka


menunjukkan volume total pekerjaan belum bisa ditentukan dengan pasti, tetapi biaya per
unitnya (per meter persegi atau per meter kubik) telah dapat dihitung. Hal ini sering
dijumpai pada pekerjaan civil, seperti membuat jalan, membangun kanal, pekerjaan tanah,
memasang pipa, dan lain-lain. Praktik yang akan disajikan di sini adalah membuat paket
kerja dan memberikan beban biaya kepada paket kerja tersebut sehingga dapat diserahkan
kepada pelaksana. Contohnya di sini adalah paket kerja pemasangan pipa yang rincian
price-nya terdapat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. 15 Contoh harga satuan

65

(Sumber: studi kelayakan proyek industri)

Pada contoh tersebut, satuan harga pekerjaan memasang pipa per satuan panjang
(m) = (Rp 200 juta)(1/5.000) = Rp 40.000,-. Bila pekerjaan sesungguhnya adalah 5.500
m, maka biayanya adalah (5.500)(Rp 40.000) = Rp 22 juta. Persyaratan untuk menyusun
unit price suatu paket adalah bahwa pekerjaan desain-engineering sudah harus sampai
pada tahap tertentu, sehingga dapat dilakukan penjumlahan material (quantity take-off)
dan jam-orang dengan sebaik-baiknya.

3.9.1.6 Memakai Data dan Informasi Proyek yang Bersangkutan

Metode ini memakai masukan dari proyek yang sedang ditangani, sehingga angkaangka yang diperoleh mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Namun, metode ini
memerlukan waktu yang cukup lama, yaitu sampai kemajuan desain-engineering dan
pembelian mencapai taraf tertentu, agar perhitungan biaya dapat dilakukan secara akurat.
Bila rancangan peralatan utama telah diselesaikan, maka jumlah dan satuan harga dari
sebagian besar material curah telah mencakup data mengenai produktivitas tenaga kerja
serta berbagai angka penawaran lelang peralatan utama dan subkontrak yang bernilai
besar.

66

Setelah selesai membuat perkiraan biaya, langkah berikutnya dalam rangka


pengelolaan biaya adalah menyusun anggaran, yaitu perkiraan biaya yang dikaitkan
dengan waktu atau jadwal penggunaannya. Sesuai dengan namanya, kata perkiraan
mengandung arti bahwa angka yang dihasilkan tidak akan 100% akurat. Meskipun
demikian, harus diusahakan agar penyimpangannya tidak terlalu jauh, sehingga fungsinya
sebagai alat perencanaan dan pengendalian tetap terpelihara. Tidak mudah untuk member
batasan atas akurasi perkiraan biaya dan anggaran, karena perkiraan biaya dan anggaran
dianggap kurang akurat bila dijumpai cirri berikut.

a. Terjadi cost overrun atau cost underrun yang berarti.

b. Angka-angkanya tidak realistis untuk dipakai sebagai tolok ukur pengendalian


biaya.

c. Tidak reliable untuk alokasi biaya dan pencarian.

Terdapat berbagai desain untuk hal tersebut yang pada intinya berkisar pada dua
hal, yaitu:

a. Materi yang belum tersedia pada saat itu. Materi ini terutama terdiri dari definisi
lingkup proyek dan data informasi yang diperlukan untuk membuat estimasi, baik
kuantitas maupun kualitasnya, amat terbatas pada waktu proyek.

b. Kualitas estimator yang menyusunnya.

Bila butir kedua dikesampingkan, maka hal-hal yang termasuk dalam butir pertama
umumnya meliputi:

a. Belum lengkap dan terincinya batasan lingkup kegiatan proyek.

b. Kesalahan dalam perhitungan desain dan engineering.

c. Terlalu rendah atau tinggi dalam memperkirakan harga dan/atau kuantitas.


67

d. Perubahan lingkup proyek karena adanya hal-hal baru.

e. Pengulangan pekerjaan karena mutunya di bawah standar.

f.

Perubahan cuaca, pemogokan tenaga kerja, dan peraturan atau kendala-kendala


lain yang tidak terduga.

g. Meleset dalam memperkirakan kenaikan harga barang dan jasa.

3.10

DEPRESIASI16

Istilah depresiasi banyak ditemukan dalam akuntansi, ekonomi dan keuangan untuk
menjelaskan penyebaran biaya dari asset dalam lingkup beberapa tahun. Dalam bahasa
yang lebih sederhana dapat dikatakan bahwa depresiasi adalah reduksi nilai sebuah asset
karena penggunaan, berjalannya waktu, kerusakan disebabkan kecelakaan, teknologi yang
sudah out of date, keusangan, deplesi atau berbagai faktor lainnya.

Dalam akuntansi, depresiasi adalah istilah untuk menjelaskan metode yang


menunjukkan penyertaan biaya pembelian sebuah asset dalam umur ekonomisnya, yang
pada intinya mewakili kerusakan akibat penggunaan yang normal. Depresiasi sering
digunakan untuk asset yang memiliki umur ekonomis yang relatif singkat, dan pasti.

3.10.1 Metode Garis Lurus

Metode garis lurus adalah metode yang paling mudah dan sering digunakan dimana
perusahaan memperkirakan nilai sisa dari asset pada akhir periode dimana akan
digunakan untuk menentukan revenue (waktu penggunaan), dan akan mengeluarkan
sejumlah biaya dalam jumlah yang sama selama periode berjalan. Nilai sisa adalah

16 http://e-learnaccounting.com/ accounting- download/ 72-pengantarakuntansi/ 257-akuntansi- untuk-aktiva- tetap.html? showall=1


68

sebuah estimasi dari nilai asset pada saat asset tersebut akan dijual atau dimusnahkan;
nilai ini mungkin saja nol.

Dalam penerapan metode ini terdapat dua pendekatan, yang pertama adalah
penetapan biaya yang telah dikurangi nilai sisa untuk kemudian dibagi dengan umur
ekonomisnya. Persamaannya diberikan di bawah ini:

(costnilai sisa)/(umur ekonomis)

Pendekatan yang kedua adalah dengan menentukan persen penyusutan. Besar


penyusutan tahunan diperoleh dengan cara mengalikan persen tersebut dengan cost yang
akan disusutkan. Misalnya biaya pembelian asset Rp 16.000.000,00 dan nilai sisanya Rp
1.000.000,00. Umur ekonomisnya adalah 5 tahun. Dari data ini dapat diketahui %
penyusutan tahunan adalah 100% : 5tahun = 20% per tahun. Maka penyusutan per tahun
adalah 20% x (Rp 16.000.000,00 Rp 1.000.000,00) = Rp 3.000.000,00.

3.10.2 Metode Saldo Menurun

Metode depresiasi yang mampu memberikan nilai depresiasi yang tinggi pada
tahun pertama umur asset dan kemudian turun secara gradual pada tahun-tahun
berikutnya disebut metode depresiasi terakselerasi. Metode ini mungkin memberikan
gambaran yang lebih realistik dari ekspektasi manfaat yang dapat diberikan oleh asset.
Banyak asset yang lebih berguna pada saat masih baru. Salah satu metode depresiasi
terakselerasi yang terkenal adalah metode saldo menurun. Dengan metode ini, nilai buku
dikalikan dengan besaran % yang tetap.

depresiasi ta hun t= depresiasinilai buku ta hun t1

Banyak yang menggunakan penggandaan % penyusutan pada metode garis lurus


sebagai % depresiasi metode ini. Atas dasar inilah teknik ini diberi nama metode saldo
menurun berganda. Untuk ilustrasi, digunakan contoh yang sama dengan bagian 3.10.1 di

69

atas. Pada contoh tersebut didapatkan % penyusutan sebesar 20%. Dengan metode saldo
menurun berganda, maka digunakan % depresiasi 40% (2 x 20%).

3.10.3 Activity Depreciation

Metode Activity Depreciation tidak berdasarkan waktu, tetapi atas dasar tingkat
aktivitas. Aktivitas disini dapat berupa jarak yang telah dilalui untuk kendaraan, atau
banyak putaran untuk mesin. Ketika asset didapatkan, maka umurnya diestimasikan
dengan tingkat aktivitas yang dilakukannya. Asumsikan sebuah kendaraan didapatkan
dengan biaya Rp 17.000.000,00 dan nilai sisa Rp 2.000.000,00 diestimasikan untuk dapat
melaju 50.000 mil dalam periode umurnya. Besar depresiasi per mil dikalkulasikan
dengan (Rp 17.000.000,00 Rp Rp 2.000.000,00)/50.000 mil = Rp 300 per mil. Setiap
tahun, pengeluaran untuk depresiasi kemudian dikalkulasikan dengan mengalikan besar
depresiasi dengan tingkat aktivitas aktual.

3.10.4 Penjumlahan Angka Tahun

Penjumlahan angka tahun adalah metode depresiasi yang memberikan akselerasi


depresiasi lebih cepat daripada metode garis lurus, namun masih tidak lebih banyak dari
metode saldo menurun. Dengan metode ini, besar depresiasi per tahun didapatkan dengan
mengalikan biaya yang akan didepresiasikan dengan schedule of fraction. Misalnya harga
dari sebuah asset adalah Rp 1.000.000,00 dan memiliki umur ekonomi 5 tahun dengan
nilai sisa Rp 100.000,00. Untuk mendapatkan depreciation schedule-nya, pertama-tama
kita harus menentukan bilangan tahunnya. Karena asset memiliki umur 5 tahun, maka
bilangan tahunnya adalah 5, 4, 3, 2, dan 1. Selanjutnya kita hitung penjumlahan dari
seluruh bilangan tahunnya yaitu 15 (5+4+3+2+1). Maka besar depresiasinya adalah 5/15
untuk tahun pertama, 4/15 untuk tahun kedua, 3/15 untuk tahun ketiga, 2/15 untuk tahun
keempat, dan 1/15 untuk tahun kelima.

70

3.10.5 Depresiasi berdasarkan Unit yang Diproduksi

Berdasarkan metode ini, umur ekonomi dari sebuah asset dilambangkan dengan
berapa banyak total unit yang dapat diproduksi. Depresiasi tahunan didapatkan melalui
tiga tahapan.

Pertama, hitung biaya yang akan didepresiasikan.

depreciable cost=originalcost salvage value

Kedua, besar depresiasi per unit dihitung. Besar depresiasi per unit dihitung dengan
membagi biaya yang akan didepresiasi dengan total unit barang yang akan diproduksi
selama umur ekonomi asset tersebut.

depreciation per unit =

depreciable cost
total units of production

Ketiga, menghitung besar depresiasi per tahun.

depreciation expense=depreciation per unitunits produced duringt h e year

Nilai buku selalu dihitung dengan mengurangi biaya asal dengan akumulasi
depresiasi.

book value=original costaccumulated depreciation

3.10.6 Depresiasi berdasarkan Unit Waktu

Depresiasi berdasarkan unit waktu serupa dengan unit produksi, dan digunakan
untuk menyusutkan peralatan yang digunakan pada tempat penambangan atau eksplorasi

71

sumber daya alam, atau kasus-kasus dimana banyaknya asset yang digunakan tidak linear
dari tahun ke tahun.

Sebuah contoh yang sederhana adalah yang terjadi pada perusahaan konstruksi
dimana beberapa peralatan hanya digunakan pada pekerjaan yang spesifik.

3.10.7 Depresiasi Kelompok (Group Depreciation)

Depresiasi kelompok digunakan untuk menyusutkan banyak asset dengan


menggunakan metode garis lurus. Aset-aset yang akan didepresiasikan harus serupa dan
memiliki umur ekonomi yang sama.

3.10.8 Composite Depreciation Method

Metode ini digunakan untuk banyak asset yang tidak sama, dan mempunyai umur
ekonomi yang berbeda. Sebagai contoh, komputer dan printer, keduanya tidak sama
namun masih termasuk ke dalam kategori peralatan kantor. Depresiasi untuk semua asset
dilakukan dengan metode garis lurus.

Tabel 3. 16 Perhitungan depresiasi dengan metode komposit

(Sumber: Wikipedia)

72

Composite Life sama dengan depreciable cost dibagi dengan total depreciation per year.
(Rp 5.900/Rp 1.300 = 4,5 tahun)

Composite Depreciation Rate sama dengan depreciation per year dibagi dengan total
historical cost. (Rp 1.300/Rp 6.500 = 0,20 = 20%)

Depreciation Expense sama dengan composite depreciation rate dikali dengan balance
in the asset account. (0,20*Rp 6.500 = Rp 1.300)

3.11 Tingkat Pengembalian Aset Berisiko


3.11.1

Pengertian biaya modal atau tingkat diskonto

Investor seringkali diasumsikan berperilaku sebagai individual yang risk averse


yang akan senantiasa menuntut tingkat pengembalian yang lebih tinggi bila risiko yang
harus ditanggung meningkat. Tingkat pengembalian minimum yang diharapkan
merupakan hurdle rate yang harus dilampaui untuk kelayakan proyek investasi. Hurdle
rate ini berperan sebagai cost of capital yang dalam analisis discounted cash flows (DCF)
seperti net present value (NPV) digunakan sebagai tingkat diskonto (discount rate) atau
dalam analisis internal rate of return (IRR) sebagai minimum attractive rate of return
(MARR). Pembahasan hurdle rate atau tingkat diskonto atau MARR ini sangat penting
karena banyak kasus menunjukkan bahwa analis bahkan dari kalangan finansial
sekalipun-kerap mengasumsikan tingkat diskonto sama dengan tingkat suku bunga bank
yang berlaku untuk semua jenis cashflow tanpa memandang risiko cashflow itu sendiri.
Asumsi ini perlu diluruskan karena baik profil risiko yang dihadapi oleh investor yang
menanamkan dananya di institusi perbankan yang direfleksikan dalam lending rate
maupun risiko kredit yang dihadapi perbankan yang dinyatakan dalam borrowing rate
jelas sangat berbeda dengan profil risiko yang dihadapi oleh investor di sektor
infrastruktur.

.11.2

Capital asset pricing model


Hubungan matematis antara tingkat pengembalian yang diharapkan dan risiko yang

diwakili oleh koefisien beta dalam CAPM dapat dituliskan di bawah ini:
73

E (~
r i )=r f + i x [ E (~
r m )r f ]
dengan

(1)

E (~
r i ) = ekspektasi pengembalian atas asset atau portofolio berisiko i;

suku bunga tanpa risiko (risk-free interest rate),

E (~
rm )

rf

= ekspektasi pengembalian

pasar. Beta i ( i ) dalam persamaan di atas didefinisikan sebagai:

cov (~
r i ,~
r m)
i=
2
m
dengan

cov ( ~
ri , ~
rm )

(2)

= kovarian antara pengembalian asset i dan pengembalian pasar.

Beta dalam CAPM merupakan ukuran risiko suatu asset atau portofolio. Beta
merefleksikan sensitivitas pengembalian asset atau portofolio terhadap volatilitas pasar.
Semakin tinggi beta suatu asset, semakin tinggi pula risikonya. Bila =1, asset atau
portofolio bergerak bersama dengan pasar. Bila >1, asset atau portofolio lebih reaktif
dibandingkan pasar. Sebaliknya bila <1, asset atau portofolio kurang reaktif
dibandingkan pasar. Secara grafis beta adalah gradient dari regresi garis lurus antara
pengembalian pasar di sumbu x dan pengembalian asset atau portofolio di sumby y
sebagaimana diperlihatkan dalam gambar 3.3

Gambar 3. 3 Nilai tangent sebagai nilai koefisien beta


Risiko sangat tergantung pada jenis asset yang dimiliki investor. Sebagian besar
pendanaan investasi infrastruktur berasal dari kombinasi ekuitas (equity) dan utang (debt)
dengan proporsi yang tergantung sifat dan karakteristik. Kedua jenis asset ini mempunyai
profil risiko yang berbeda satu dengan yang lain. Dalam hal urutan pembayaran, utang
memperoleh prioritas lebih tinggi dibandingkan ekuitas sehingga bila proyek investasi

74

mengalami kebangkrutan, misalnya, hasil likuidasi asset harus lebih dulu disediakan
untuk pembayaran utang dan sisanya baru dibayarkan untuk ekuitas.
Karena sifat pembayaran ekuitas yang residual, investor ekuitas dapat menikmati
pengembalian yang setinggi-tingginya bila proyek investasi berjalan sukses sementara
investor utang hanya menerima pengembalian sejumlah tingkat suku bunga yang
dijanjikan. Dengan demikian risiko dan ketidakpastian pembayaran yang dihadapi oleh
investor ekuitas lebih tinggi dibandingkan yang dihadapi oleh investor utang.
Konsekuensinya, cost of equity capital atau disingkat dengan cost of equity lebih tinggi
dibandingkan cost of debt capital atau cost of debt. Persamaan (1) berlaku juga untuk
menghitung cost of debt dan cost of equity sebagaimana dituliskan berikut ini:

E (~
r s ) =r f + s x [ E (~
r m ) r f ]
E (~
r d )=r f + d x [ E (~
r m )r f ]
dengan

E (~
rs )

= cost of equity;

s = beta ekuitas,

(3)
(4)

E (~
r d ) = cost of debt,

= beta utang. Opportunity cost of capital sendiri merupakan rata-rata tertimbang dari cost
of debt dan cost of equity sementara weighted average cost of capital (WACC) adalah
rata-rata tertimbang cost of debt dan cost of equity setelah memperhitungkan pengurangan
cost of debt akibat interest tax shield.

.11.3

Hubungan dalam discounted cashflow


CAPM didasarkan pada model cashflow satu periode (one period model) artinya

cashflow hanya terjadi pada t=0 dan t=1. Bila cashflow investasi i setelah pajak pada t=1
adalah acak, sebut saja,

~
X 1 , biaya investasi pada t=0 adalah deterministik,

X0 ,

maka menurut metode DCF tradisional, NPV proyek tersebut adalah sama dengan nilai
sekarang (present value) dari ekspektasi

X1
~

ri
~

1+ E
E
NPV i=

~
X 1 dikurangi dengan

X 0 atau

(5)

75

Return on asset (ROA) atau return on investment (ROI) dapat dengan mudah
dihitung menggunakan formulasi berikut ini

~
E ( X1)
~
E( ROA i)=
1
X0

(6)

Bila persamaan (6) disubstitusikan ke persamaan (5), diperoleh

~
~
E( X 1)
E ( X1)
NPV i=

1+ E( ~
r i) 1+ E (~
ROA i)

(7)

Proyek investasi i disebut atraktif bila memiliki NPV positif yang hanya terjadi
bilamana

~
ROAi
r i ) . Atraktivitas dari sudut pandang ekuitas dapat juga
) E( ~
E

ditentukan dengan cara yang sama. Bila cashflow setelah pajak dan pembayaran utang
pada t=1 (yang menjadi hak sepenuhnya investor ekuitas) adalah

~
S 1 , nilai pasar dari

ekuitas berdasarkan metode DCF, VE, adalah sama dengan:

V E=

~
E( S1 )
1+ E(~
r s)

(8)

Bila VD adalah nilai pasar dari utang, total kebutuhan dana yang harus disiapkan
oleh investor ekuitas adalah sama dengan V0-VD. Return on equity (ROE) sama dengan
rasio ekspektasi cashflow ekuitas dan total kebutuhan dana yang harus disiapkan investor
ekuitas, dikurangi satu.

~
E( S1 )
~
E ( ROE ) =
1
X 0V D

(9)

NPV dari sudut pandang ekuitas, NPVE, sama dengan nilai pasar ekuitas dikurangi
dengan total kebutuhan dana, atau

NPV E=V E (X 0V D)

(10)

Mensubstitusikan persamaan (8) dan (9) ke (10) menghasilkan:

76

ROE
~

1+ E
~
~
E( S 1)
E( S1 )
NPV E=

1+ E( ~
r s)

(11)

Atau dengan perkataan lain, proyek investasi disebut atraktif dalam sudut pandang

ekuitas bila NPVE adalah positif, yang terjadi bila

ROE
~
r s) .
E( ~
E

3.12 METODE KELAYAKAN INVESTASI


3.12.1 Average Rate of Return17
Metode ini mengukur perbandingan (rasio) antara rata-rata keuntungan setelah
pajak dengan rata-rata investasi. Formula yang digunakan adalah:

ARR =

Ratara ta keuntungan bersi h tah unan menurut buku


Rataratainvestasi

Keserdehanaan metode ini menjadi ciri utamanya. Mudah dilakukan dari data
akuntansi yang tersedia. Hanya kemudian dibandingkan dengan tingkat bunga tertentu,
diterima atau ditolaknya usulan investasi.

Kelemahan utama dari metode ini adalah keuntungan didasarkan pada keuntungan
berdasarkan laporan akuntansi, dan bukannya mendasarkan diri atas aliran kas, dan tidak
memperhatikan nilai waktu uang (time value of money).

17 Newnan, Donald G. 2000. Engineering Economic Analysis.


77

3.12.2 Payback Period18


Payback Period menunjukkan berapa lama (dalam beberapa tahun) suatu investasi
akan bisa kembali. Payback Period menunjukkan perbandingan antara initial investment
dengan aliran kas tahunan. Persamaannya adalah sebagai berikut:

Payback Period=

Nilai Investasi
Proceed

Payback mempunyai dua bentuk: pertama untuk i > 0% (discounted payback


analysis) dan untuk i = 0%. Hal yang penting untuk diingat bahwa payback period
sebaiknya tidak digunakan sebagai ukuran utama dalam pemilihan alternatif. Sebaliknya,
payback period sebaiknya dihitung untuk memberikan informasi tambahan dan
digabungkan dengan metode analisa lainnya.

Payback period sebaiknya dihitung menggunakan bunga yang disyaratkan yang


lebih besar dari 0%. Namun, dalam prakteknya payback period sering ditentukan dengan
i = 0% untuk menyaring proyek dan menentukan apakah proyek tersebut layak untuk
masuk dalam proses pertimbangan selanjutnya.

Untuk mencari discounted payback period pada bunga yang ditentukan i > 0%, hitung
angka yang memenuhi untuk tahun np sehingga persamaan berikut ini menjadi benar.

t =nP

0=P+ NCF t
t =1

( PF ,i , t )

Dimana: P adalah besar investasi atau first cost

NCF adalah aliran kas bersih untuk setiap tahun t.

Jika nilai NCF diharapkan sama setiap tahunnya, maka perhitungan annual dapat
digunakan, sehingga persamaannya menjadi:
18 Lihat butir 18
78

0=P+ NCF

( PA ,i , n )
p

Setelah tahun np maka aliran kas akan mulai mengembalikan investasi dengan
tingkat pengembalian i%. jika dalam kenyataan, aset atau alternatif digunakan lebih dari
np tahun, maka pengembalian yang lebih besar akan didapatkan; tetapi apabila umurnya
kurang dari np tahun, maka tidak ada cukup waktu untuk mengembalikan nilai investasi
dan pengembalian i%.

Apabila payback period kurang dari suatu periode yang telah ditentukan, proyek
tersebut diterima, apabila tidak, proyek tersebut ditolak. Kelemahan metode ini, tidak
mempertimbangkan prinsip time value of money serta tidak mempertimbangkan risiko
alternatif secara eksplisit. Penggunaan periode pembayaran dalam membuat keputusankeputusan investasi harus dihindari kecuali untuk ukuran seberapacepat modal yang
diinvestasi akan diperoleh kembali yang merupakan indikator dari risiko proyek. Akan
tetapi, selain beberapa kelemahan, metode ini memeiliki kelebihan yaiyu mudah
digunakan dan memiliki konsep yang sederhana sehingga mudah dipahami.

3.12.3 Internal Rate of Return19


Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga pengembalian dari suatu
investasi atau pinjaman yang dilakukan yang menjadikan investasi tersebut tidak
menghasilkan keuntungan dan kerugian apapun (Net present Value=0). Jadi nilai uang
yang dibayarkan sama dengan nilai uang yang diterima. Pada metode ini, tingkat
pengembalian investasi harus dicari dan dibandingkan dengan Minimum Attractive Rate
of Return (MARR). Apabila IRR lebih kecil dari MARR maka alternatif tersebut
merugikan, namun apabila lebih besar maka alternatif tersebut menguntungkan. Nilai
MARR dipengaruhi oleh banyak hal misalnya adalah tingkat suku bunga di bank, cost of
capital, opportunity cost, tingkat inflasi, dan lain-lain. Rumus umumnya adalah:

A 0=

A1
A2
An
+
++
2
(1+ IRR) (1+ IRR)
( 1+ IRR)n

19 Lihat butir 18
79

Apabila A0 adalah investasi pada periode 0 dan A1 sampai An adalah aliran bersih
dari periode 1 sampai n, maka metode IRR semata-mata mencari discount faktor yang
menyamakan A0 dengan A1 sampai An.

Rumus IRR dapat menjadi sangat kompleks tergantung dari waktu dan variasi dari
jumlah aliran kas. Tanpa bantuan komputer atau kalkulator financial, IRR hanya dapat
dihitung dengan trial and error.

Kelebihan dari metode Internal Rate of Return dibandingkan dengan metode lain
adalah:

Metode Internal Rate of Return merupakan konsep yang lebih dimengerti oleh
masyarakat pada umumnya. Seorang penjual akan lebih mudah apabila ditanyakan
berapa tingkat keuntungan hasil penjualannya daripada ditanya berapa nilai sekarang
dari penjualannya atau nilai biaya tahunan ekivalennya.

Memberikan ukuran pengembalian investasi yang lebih mudah untuk dipahami.


Apabila ukuran pengembalian investasi tersebut sesuai dengan keinginan maka
investasi tersebut layak untuk dilakukan.

Jika pemasukan pada arus masuk cash flow dinaikkan maka akan dibutuhkan
tingkat bunga diskonto yang lebih tinggi untuk menjadikan NPV dari cash flow tersebut
kembali menjadi nol. Hal ini memberikan implikasi bahwa proyek dengan pemasukan
tinggi mempunyai internal rate of return yang lebih tinggi.

Sama saja, jika pemasukan pada arus masuk cash flow diturunkan maka akan
dibutuhkan tingkat bunga diskonto yang lebih rendah untuk menjadikan NPV dari cash
flow tersebut sama dengan nol. Hal ini memberikan implikasi bahwa proyek dengan
pemasukan rendah mempunyai internal rate of return yang lebih rendah.

Sebenarnya implikasi ini benar apabila proyek yang dibandingkan memiliki bentuk
yang sama, dengan biaya pengeluaran datang di awal dan keuntungan datang setelahnya.

80

Apabila tidak, maka implikasi ini bisa saja salah. Terkadang, internal rate of return dapat
mengelabui sehingga salah dalam melakukan suatu investasi.

Seperti yang telah disebutkan di atas, salah satu kegunaan IRR adalah untuk
membandingkan capital proyeks. Sebagai contoh, sebuah perusahaan ingin mengevaluasi
investasi pada sebuah pabrik baru dibandingkan dengan mengembangkan pabrik yang
sudah ada berdasarkan nilai IRR dari setiap proyek. Dalam kasus ini, setiap capital
proyek baru harus menghasilkan IRR yang lebih tinggi dari cost of capital perusahaan.
Setelah syarat ini dipenuhi, maka proyek dengan IRR tertinggi adalah investasi yang lebih
baik, dengan asumsi hal-hal lain dianggap sama (termasuk risiko).

IRR juga berguna bagi perusahaan dalam mengevaluasi rencana stock buyback
(pembelian

kembali

saham

oleh

perusahaan).

Singkatnya,

jika

perusahaan

mengalokasikan jumlah yang besar untuk membeli kembali sahamnya, maka hasil analisa
harus menunjukkan bahwa saham perusahaan tersebut adalah investasi yang lebih baik
(memiliki IRR yang lebih tinggi) apabila dibandingkan dengan penggunaan dana tersebut
untuk capital proyek yang lain.

Masalah dalam penggunaan IRR20

Sebagai investment decision tool, metode IRR tidak boleh digunakan pada
mutually exclusive proyek, tapi hanya boleh digunakan untuk memutuskan apakah suatu
proyek layak untuk dilakukan atau tidak. Untuk membandingkan proyek yang mutually
exclusive digunakan metode incremental rate of return.

20 http://www.wikipedia.com
81

Gambar 3. 4 Perbandingan IRR dan NPV dua proyek

NPV vs tingkat bunga diskonto untuk dua mutually exclusive proyek. Proyek A
mempunyai NPV lebih tinggi (pada tingkat bunga diskonto tertentu), walaupun IRR nya
lebih rendah dari proyek B.

Dalam kasus dimana proyek pertama mempunyai investasi awal yang lebih tinggi
daripada proyek kedua mutually exclusive proyek, proyek pertama akan mempunyai IRR
yang lebih rendah dan NPV yang lebih tinggi. Dan proyek yang seharusnya diterima
adalah proyek pertama.

Metode IRR hanya boleh digunakan untuk proyek yang memiliki cash flow dengan
pola yang biasa yaitu ( - + + +). Proyek yang dimulai dari pengeluaran cash fow untuk
investasi awal lalu pada tahun-tahun berikutnya merupakan pemasukan cash flow positif.
Sebaliknya metode IRR tidak boleh digunakan untuk proyek yang memiliki cash flow
dengan pola yang tidak biasa seperti (+ - - -) atau (- + - +) atau (- + + + -) contohnya
adalah pada industri pengilangan minyak atau proyek nuklir yang membutuhkan biaya
pembersihan dan biaya restorasi yang besar pada akhir masa proyek.

82

Salah satu kelemahan IRR adalah aliran kas diasumsikan akan diinvestasi ulang
pada discount rate yang sama, walaupun pada kenyataannya bunga tersebut akan
berfluktuasi, terutama pada proyek jangka panjang.

Adapun kekurangan lain dari IRR adalah sebagai berikut:

Dalam perhitungan rate of return, semua konsekuensi ekonomi dari suatu


investasi harus dikonversikan ke dalam bentuk cashflow. Lalu dibuat
persamaannya dengan menggunakan analisis nilai sekarang atau analisis biaya
tahunan ekivalen. Setelah itu dicari IRRnya dengan trial and error. Apabila
tebakan benar maka perhitungan hanya dilakukan sekali, namun bila salah maka
harus dilakukan perhitungan berulang-ulang sampai hasilnya cocok dan benar.

Dalam perhitungan memasukkan nilai IRR dengan trial and error, digunakan
tabel bunga untuk kemudahan perhitungan. Namun tabel bunga yang ada
memiliki keterbatasan, hanya memuat angka-angka tertentu saja, misalnya hanya
ada bunga 30%, 35%, tidak ada bunga 32%. Sehingga apabila setelah dihitung
ternyata IRR tidak ada pada tabel bunga, misalnya berada antara 30% dan 35%
maka untuk mengetahuinya nilai IRR tersebut harus dilakukan interpolasi linier
terlebih dahulu. Interpolasi linier cukup merepotkan karena dibutuhkan ketelitian
dalam berhitung.

Masih terkait dengan poin sebelumnya, terdapat cara lain untuk menghitung IRR
yang tidak terdapat pada tabel selain dengan interpolasi linier, yaitu dengan
memplotkannya ke dalam grafik hubungan Net Present Value dan IRR.
Pembuatan grafik harus dengan skala yang benar dan harus teliti untuk melihat di
tingkat suku bunga berapa NPV sama dengan nol. Cara ini juga kurang efektif
karena untuk memplot grafik, harus dilakukan perhitungan berkali-kali pada
tingkat suku bunga yang berbeda-beda, sehingga terbentuk pola grafiknya. Belum
lagi harus dilihat dengan teliti NPV sama dengan nol jatuh pada titik suku bunga
berapa.

Dalam perhitungan IRR, periode analisis perhitungan harus sama dengan umur
investasi yang akan dihitung. Sehingga bila terdapat lebih dari satu alternatif
83

yang umur investasinya berbeda-beda maka harus disamakan terlebih dahulu


dengan menggunakan KPK. Alternatif yang umur investasinya lebih kecil, cash
flownya akan terus berulang sampai periode analisis perhitungan terpenuhi. Hal
ini tentu saja sangat merepotkan karena perhitungan harus dilakukan berulangulang.

Masih terkait dengan poin sebelumnya, untuk alternatif yang umur investasinya
lebih kecil, cashflownya akan terus berulang sampai periode analisis perhitungan
terpenuhi. Hal ini mengasumsikan bahwa nilai investasi tetap sama pada periode
yang akan datang, bertentangan dengan prinsip time value of money.

3.12.4 Profitability Index21


Profitability index atau benefit cost ratio adalah perbandingan antara nilai sekarang
dari aliran kas masuk di masa yang akan datang dengan nilai investasi. Perhitungannya
dinyatakan sebagai berikut:

PI =

Nilai sekarang aliran kas masuk


Nilai Investasi

Pada dasarnya profitability index adalah pnghitungan pengembalian investasi yang


mirip dengan NPV dengan sebuah perbedaan. NPV mencari perbedaan nilai uang (misal:
dollar) antara jumlah dari nilai sekarang (PV) dari semua aliran kas masa depan dan
jumlah dari investasi saat ini. Profitability index mencari rasionya.

Sebagai contoh, misalnya nilai sekarang dari semua aliran kas masa depan adalah sama
dengan investasi saat ini. NPV akan menunjukkan angka nol (karena tidak ada perbedaan
nilai uang) sedangkan profitability index akan bernilai satu (karena tidak ada
perbandingan proporsi).

21 Lihat butir 18
84

Keuntungan menggunakan profitability index untuk menghitung kemungkinan


investasi adalah profitability index memungkinkan untuk membandingkan dua
kemungkinan investasi yang memerlukan nilai investasi yang berbeda. Sebagai rasio,
profitability index memungkinkan untuk menghitung proporsi dari jumlah uang yang
dihasilkan (kembali) terhadap jumlah uang yang diinvestasikan, dan oleh karenanya akan
mudah untuk membandingkan PV dan nilai investasi dari sejumlah kemungkinan
investasi.

Secara umum jika metode NPV dan PI dipakai untuk menilai suatu usulan
investasi, maka hasilnya akan selalu konsisten. Dengan kata lain, kalau NPV mengatakan
diterima, maka PI juga mengatakan diterima. Demikian pula sebaliknya. Sehingga untuk
menghitung PI harus terlebih dahulu menghitung NPV.

3.12.5 Net Present Value22


NPV pada intinya mengandalkan pada teknik arus kas yang didiskontokan. Untuk
mengimplementasikan pendekatan ini, proses yang harus diikuti adalah sebagai berikut:

Tentukan nilai sekarang dari setiap arus kas, termasuk arus kas masuk dan arus
keluar, yang didiskontokan pada biaya modal proyek

Jumlahkan arus kas yang didiskontokan ini, hasil ini didefinisikan sebagai NPV
proyek

Jika NPV adalah positif, maka proyek diterima, sementara jika NPV adalah
negative, maka proyek itu ditolak. Jika kedua proyek dengan NPV positif adalah
mutually exclusive, maka salah satu dengan nilai NPV terbesar yang dipilih.

Persamaan untuk NPV adalah sebagai berikut:

22 Lihat butir 18
85

NPV =CF 0+

CF 1

CF 2
CF n
+
++
(1+ K)1 (1+ K)2
(1+ K )n

dimana: CF = arus kas masuk dan arus kas keluar

K = biaya modal proyek

Alasan rasional untuk metode NPV adalah sangat jelas. Untuk menutupi
kelemahan pada metode-metode lain. NPV sebesar nol menyiratkan bahwa arus kas
proyek sudah mencukupi untuk membayar kembali modal yang diinvestasikan dan
memberikan tingkat pengembalian yang diperlukan atas modal tersebut. Jika proyek
memiliki NPV positif, maka proyek tersebut menghasilkan lebih banyak kas dari yang
dibutuhkan untuk menutup hutang dan memberikan pengembalian yang diperlukan
kepada pemegang saham perusahaan. Oleh karena itu, jika perusahaan mengambil proyek
yang memiliki NPV positif, maka posisi pemegang saham meningkat.

Salah satu keunggulan dari penggunaan NPV adalah bahwa arus kas didasarkan
pada

konsep

nilai

waktu

uang

(time

value

of

money).

Maka

sebelum

penghitungan/penentuan NPV hal yang paling utama adalah mengetahui atau menaksir
aliran kas masuk di masa yang akan datang dan aliran kas keluar.

Baik tidaknya hasil analisa, akan tergantung pada ketepatan taksiran atas aliran
kas. Di sini penaksiran dilakukan atas aliran kas, dan bukan keuntungan, karena kas
merupakan faktor sentral dalam pengambilan keputusan investasi. Perusahaan melakukan
investasi (mengeluarkan kas) dengan harapan menerima kas lagi dalam jumlah yang lebih
besar di masa yang akan datang. Hanya penerimaan kas yang dapat diinvestasikan
kembali atau dibayarkan sebagai deviden kepada para pemegang saham. Jadi kas, dan
bukan keuntungan, yang penting di dalam penganggaran modal untuk berinvestasi.

Di dalam aliran kas ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

Taksiran kas haruslah didasarkan atas dasar setelah pajak

86

Informasi tersebut haruslah didasarkan atas incremental (kenaikan atau selisih)


suatu proyek. Jadi harus diperbandingkan adanya bagaimana aliran kas
seandainya dengan dan tanpa proyek. Hal ini penting sebab pada proyek
pengenalan produk baru, bias terjadi bahwa produk lama akan termakan
sebagian karena kedua produk itu bersaing dalam pemasaran

Aliran kas ke luar haruslah tidak memasukkan unsur bunga, apabila proyek itu
direncanakan akan didanai dengan pinjaman. Biaya bunga tersebut termasuk
sebagai tingkat bunga yang disyaratkan (required rate of return) untuk penilaian
proyek tersebut. Kalau kita ikut memasukkan unsur bunga di dalam erhitungan
aliran kas keluar, maka akan terjadi perhitungan ganda.

Nilai Waktu Uang

Uang dikatakan mempunyai nilai waktu, karena individu lebih menyukai uang saat
ini dari pada nanti, apabila uang tersebut dalam jumlah nominalnya adalah sama. Hal ini
ditunjukkan dengan dipilihnya penerimaan saat ini dari pada nanti dan dipilihnya
pembayaran nanti dari pada saat ini, apabila menyangkut jumlah uang yang sama.

Kebanyakan keputusan keuangan, individu maupun bisnis, melibatkan nilai waktu


uang sebagai pertimbangan. Sebagaimana telah diketahui bahwa tujuan manajemen
adalah meningkatkan nilai perusahaan (pemegang saham) dan ini sebagian tergantung
dari penentuan arus kas. Oleh karena itu, salah satu penerapan konsep yang ditekankan
disini adalah penilaian arus kas. Misalnya para investor akan lebih suka suatu proyek
yang memberikan keuntungan setiap tahun mulai dari tahun pertama sampai dengan
ketiga, daripada proyek yang memberikan keuntungan sama, tetapi mulai dari tahun
keempat sampai dengan ke enam. Dengan demikian waktu dari pada aliran kas yang
diharapkan di masa yang akan datang merupakan hal yang sangat penting bagi rencana
investasi. Untuk menilai perbedaan waktu aliran kas ini dengan memperhatikan unsur
tingkat bunga (menentukan nilai sekarang uang tersebut).

87

Bunga majemuk menunjukkan bunga yang dihasilkan pada suatu periode, juga
memberikan bunga pada periode berikutnya. Sedangkan present value, menunjukkan nilai
saat ini dari suatu penerimaan atau pengeluaran pada waktu yang akan datang.

Maka dalam analisis-analisis keputusan keuangan terutama metode Net Present


Value (NPV), konsep nilai waktu uang sangat penting digunakan dalam perhitungannya.
Sehingga sering dikatakan bahwa konsep nilai waktu uang merupakan indicator
keunggulan NPV sebagai alat analisis.

Kurva NPV

Satu cara untuk mengerti bagaimana NPV dan internal rate of return dapat
memberikan hasil yang berbeda adalah dengan menggunakan kurva NPV. Kurva NPV
memperlihatkan hubungan antara tingkat bunga diskonto dan NPV pada selang tingkat
bunga diskonto tertentu. Berikut diberikan contoh kurva NPV pada tingkat bunga
diskonto 5%.

Gambar 3. 5 Kurva NPV pada tingkat bunga diskonto 5%

88

Grafik di atas memberikan gambaran NPV pada tingkat bunga diskonto 0 sampai
0.1. Titik yang terdapat pada grafik itu merupakan hasil perhitungan yang menunjukkan
NPV pada tingkat bunga diskonto 5% (titik sebelah kiri) dan nilai IRR (titik sebelah
kanan) dimana tepat pada garis NPV = 0. Nilai internal rate of return dari kurva tersebut
adalah 5.47%.

Apabila terdapat investasi kedua yang mirip dengan investasi pertama hanya saja
net profit pada tiap tahun lebih tinggi. Kedua investasi ini dapat dikatakan mempunyai
bentuk yang sama, karena cost dan profitnya datang pada saat yang sama. Juga, besar
biaya investasi untuk kedua investasi sama. Perbedaannya hanya pada besar profit pada
tiap tahunnya. Berikut adalah kurva NPV untuk kedua investasi.

Gambar 3. 6 Perbandingan kurva NPV dua usulan proyek


Grafik yang berada di atas merupakan usulan investasi baru ditambahkan. Bentuk
grafiknya memiliki kemiringan yang sama dengan grafik investasi proyek sebelumnya.
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa nilai NPV investasi proyek kedua lebih besar
daripada proyek pertama pada tingkat bunga diskonto yang sama (5%). Dengan analisa
serupa, dapat dilihat bahwa nilai IRR proyek kedua juga lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan proyek pertama.

89

Dalam contoh di atas, kedua metode, NPV pada tingkat bunga diskonto 5% dan
IRR memberikan hasil yang sama. Kedua metode memberikan hasil investasi kedua jauh
lebih baik, sehingga valid apabila dikatakan bahwa investasi kedua lebih menguntungkan
dibanding yang pertama.

Apakah kita dapat melakukan kedua investasi?

Melakukan suatu investasi akan meningkatkan pemasukan apabila NPV nya lebih
besar dari 0 pada tingkat bunga diskonto yang relevan dengan investasi. Apabila pada
contoh di atas tingkat bunga diskonto kurang dari 5.47%, maka kedua kurva NPV berada
pada daerah positif, dan kedua investasi tersebut seharusnya dilakukan.

Namun, terkadang alternatif investasi itu mutually exclusive. Hanya dapat dipilih
salah satu dari alternatif investasi tersebut. Jika hanya dapat melakukan satu investasi
saja, maka harus dipilih satu investasi dengan NPV tertinggi pada tingkat bunga diskonto
yang sesuai. Masalahnya adalah, tingkat bunga diskonto dapat berubah-ubah karena
kondisi ekonomi keseluruhan. Maka dari itu akan lebih meyakinkan apabila memilih
suatu investasi dibanding yang lain jika investasi yang dipilih tersebut mempunyai NPV
lebih tinggi pada kisaran luas tingkat bunga diskonto yang mungkin. Pada contoh di atas,
investasi proyek baru mempunyai NPV lebih tinggi pada hampir semua tingkat bunga
diskonto yang mungkin, sehingga sebaiknya kita memilih untuk menginvestasikan dana
pada proyek ini.

Dapatkah kurva NPV saling bersilangan?

Kurva NPV dapat bersilangan, dan pilihan investasi tergantung pada tingkat bunga
diskonto. Sebagai contoh, berikut diberikan cash flow dari investasi kurva hijau dan biru,
namun investasi kurva biru dibuat agar profitnya datang pada akhir masa proyek. Juga
diketahui nilai NPV nya pada tingkat bunga diskonto 5% dan internal rate of return nya.

Tabel 3. 17 Cash flow proyek usulan lama dan proyek usulan baru

90

Year

$220 $220 $220 $220 $220


Investasi
proyek $1000
usulan
baru
Investasi
proyek $1000
usulan
lama

$0

$0

$0

$0

$0

NPV pada Internal


tk.Bunga
rate of
diskonto 5% return

$220

$117

0.086

$1550

$157

0.076

(Sumber: Wikipedia)

Investasi proyek baru memiliki internal rate of return yang lebih tinggi, tapi
investasi proyek lama memiliki NPV lebih tinggi pada tingkat bunga diskonto 5%. Kedua
metode memberikan hasil yang berlawanan.

Gambar 3. 7 Perbandingan NPV dua usulan proyek

91

Gambar tersebut menunjukkan apa yang terjadi dengan menunjukkan kurva NPV
untuk kedua investasi pada tingkat bunga diskonto antara 0% dan 10%. Kurva
bersilangan pada tingkat bunga diskonto 6.4%.
Untuk memutuskan investasi mana yang harus dipilih, terlebih dahulu harus dibuat
prediksi tingkat bunga diskonto di masa yang akan datang. Apabila prediksi tingkat bunga
diskonto kurang dari 6.4% maka investasi yang dipilih adalah investasi proyek lama.
Untuk tingkat bunga diskonto di atas 6.4% dan di bawah 8.56%, maka investasi yang
dipilih adalah investasi proyek baru. Untuk tingkat bunga diskonto di atas 8.56%, tidak
ada investasi yang dipilih karena kedua investasi NPV nya negatif.
Jika cost datang setelah profit
Cost dapat datang setelah profit apabila investasi menciptakan permasalahan pada
lingkungan yang harus diselesaikan pada akhir masa proyek. Contohnya adalah pabrik
daya nuklir. Berikut diberikan contoh cash flownya.

Tabel 3. 18 Contoh aliran kas reaktor nuklir


Year

Inc ome amounts -$200 $200 $200 $200 $200 $200 -$900

(Sumber: Wikipedia)

Hubungan antara tingkat bunga diskonto dan NPV menjadi terbalik dengan
investasi yang memiliki cash flow yang normal. Dengan cash flow yang seperti ini,
tingkat bunga diskonto yang tinggi akan membuat NPV menjadi lebih besar, dan tingkat
bunga diskonto yang lebih rendah membuat NPV menjadi lebih kecil. Berikut diberikan
kurva NPV-nya.

92

Gambar 3. 8 Kurva NPV reaktor nuklir


Titik di sebelah kiri menunjukkan NPV pada tingkat bunga diskonto 5% yaitu -$6.
sedangkan titik di sebelah kanan menunjukkan internal rate of return dari investasi yaitu
5.4%. Dapat dilihat bahwa, tidak seperti kondisi yang biasa, proyek ini menguntungkan
apabila berada pada tingkat bunga diskonto di atas IRR dan proyek ini merugikan apabila
berada pada tingkat bunga diskonto di bawah IRR.
Untuk membandingkan, diberikan alternatif proyek kedua yang memiliki bentuk
serupa, dengan cost yang besar pada akhir masa proyek namun memiliki profit yang lebih
rendah pada tahun-tahun sebelumnya.

93

Tabel 3. 19 Cash flow proyek usulan lama dan proyek usulan baru
Year

NPV pada tk.


Bunga
diskonto 5%

Internal
rate of
return

Alternatif
pertama

$200 $200 $200 $200 $200


$200
$900

-$6

0.054

Alternatif
kedua

$195 $195 $195 $195 $195


$200
$900

-$27

0.070

(Sumber: Wikipedia)

Investasi kedua (baru) memiliki NPV yang lebih kecil daripada investasi pertama,
karena profit-nya lebih rendah namun cost pada tahun awal dan akhir sama. Grafik
berikut ini menunjukkan kurva NPV untuk kedua investasi, dengan kurva alternatif kedua
berada di bawah kurva alternatif pertama pada seluruh tingkat bunga diskonto.

94

Gambar 3. 9 Kurva alternatif pertama dan kedua


Investasi alternatif kedua jelas lebih rendah, namun memiliki internal rate of
return yang lebih tinggi. IRR investasi alternatif baru adalah 7% dan IRR investasi
alternatif lama adalah 5.4%.
Jadi, untuk proyek yang memiliki cost yang besar pada akhir masa proyek, proyek
yang lebih baik akan mempunyai internal rate of return lebih rendah, kebalikan dari
aturan pada proyek normal yang costnya di awal lalu diikuti dengan keuntungan.
Dari semua penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kurva NPV
memberikan gambaran yang lebih baik terhadap suatu keputusan investasi dibandingkan
dengan IRR. Ketika kita hanya berpegang pada nilai IRR, masih ada kemungkinan
kesalahan dalam pengambilan keputusan. Jika investasi yang dipertimbangkan memiliki
bentuk yang berbeda (yaitu saat terjadinya cost dan profit yang sangat berbeda) atau jika
proyek memiliki cost yang besar di akhir masa proyek, maka ketetapan yang mengatakan
nilai IRR lebih tinggi maka lebih baik dapat membuat pemakainya mengambil keputusan
yang salah. Yang paling ideal dan tepat adalah apabila akan mengevaluasi sebuah
investasi maka harus dibuat kurva NPV nya.

95

BAB IV
PERENCANAAN PEMBANGUNAN PIPA DISTRIBUSI GAS PADA BIDANG
TEKNIK PT PGN (Persero) Tbk.

4.1

GAMBARAN UMUM TAHAPAN PERENCANAAN JARINGAN PIPA


DISTRIBUSI
Dalam melaksanakan tugasnya, bidang Teknik yang terdiri dari bagian konstruksi

dan bagian perencanaan melakukan serangkaian kegiatan yang menyangkut pembuatan


jaringan pipa distribusi gas. Proses perencanaan jaringan pipa distribusi dimulai dengan
adanya permintaan perencanaan jaringan yang merupakan input proses perencanaan. Data
input ini dapat berupa:

1) Kelayakan Konversi Nol (KK0) Data Survei Pelanggan dan Kelayakan Konversi
Satu (KK1) Rencana Biaya Konversi Pelanggan,

2) Pengembangan jaringan yang sudah ada

3) Rehab jaringan

4) Permohonan pipa dinas

5) Hasil kajian Hosbu (Head Office SBU)

Setelah semua data input diterima, maka selanjutnya bagian Teknik melakukan
survey lokasi dan jalur rencana yang nantinya akan menghasilkan data survey, misalnya
panjang jalur pipa, karakteristik lokasi pemasangan pipa, dll. Output yang juga dihasilkan

96

dari proses ini adalah gambar skets yang nantinya akan berguna untuk pembuatan desain
jaringan.

Setelah melakukan survey lokasi dan menentukan jalur rencana pipa, selanjutnya
divisi Teknik membuat desain jaringan pipa dengan menggunakan input data jaringan
existing, hasil analisa jaringan, pengembangan/rehab. Data jaringan existing adalah data
pipa PGN yang telah ada di sekitar lokasi yang akan dipasang pipa distribusi. Analisa
jaringan yang dilakukan berupa penentuan diameter pipa, tekanan gas dan besaran
lainnya dengan menggunakan Software Pipeline Studio. Keluaran dari proses ini adalah
diketahuinya dimensi pipa yang akan digunakan dan fisilitas pendukungnya, tekanan gas
dalam pipa, dan juga laju aliran gas dalam pipa.

97

Proses berikutnya adalah pembuatan detail gambar rencana berupa gambar standar
dengan spesifikasi teknik dari desain jaringan yang telah dibuat. Hasil proses ini adalah
gambar isometrik, gambar lokasi, gambar jalur, dan gambar seksi rencana pemasangan
pipa yang sudah dilengkapi dengan material yang dibutuhkan untuk membangun jaringan
pipa tersebut.
Berbekal gambar isometrik dan jumlah serta jenis material yang disebutkan disana,
maka proses perencanaan dilanjutkan dengan perhitungan Rencana Kebutuhan Material
(RKM) dari proyek pemasangan pipa tersebut. Rencana Kebutuhan Material pada
dasarnya adalah penghitungan biaya proyek dari sisi material yang dibutuhkan untuk
membuat jaringan pipa dapat berfungsi dengan baik dan aman. Setiap material ditulis
secara rinci spesifikasi, satuan, jumlah, dan harganya. Perhitungan RKM juga
mempertimbangkan persediaan yang ada pada gudang PGN. Output dari proses ini adalah
total biaya material proyek.
Setelah diketahui total biaya material yang dibutuhkan, maka proses perencanaan
dilanjutkan dengan penghitungan Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan (RAB). Rencana
Anggaran Biaya Pekerjaan merupakan alat perhitungan biaya proyek dari sisi pekerjaan
apa saja yang harus dilakukan untuk membangun jaringan pipa. Pada dasarnya
penyusunan RAB mengikuti prinsip metode harga satuan yang intinya adalah menghitung
harga satuan setiap pekerjaan, mulai dari pekerjaan persiapan, penggalian, pemasangan,
hingga pengujian dan penyelesaian akhir.
Hasil dari dua proses tadi, RKM dan RAB, kemudian di rekap untuk mendapatkan
nilai proyek yang bersangkutan. Nilai tersebut kemudian akan menjadi nilai investasi
dalam proses perhitungan keekonomian (IRR). Input lain yang digunakan dalam
perhitungan IRR adalah beberapa asumsi dasar tentang depresiasi, kebocoran, dan biaya
operasi.
Dari hasil perhitungan IRR akan didapatkan informasi apakah proyek tersebut
layak atau tidak untuk dijalankan. Apabila tidak layak maka proses akan kembali kepada
user/pelanggan dan dilanjutkan dengan revisi proses-proses sebelumnya. Namun, apabila
nilai IRR menyetakan proyek tersebut layak maka proses dilanjutkan dengan melakukan
koordinasi dengan bagian terkait guna melakukan pengesahan rencana jaringan yang
berupa gambar rencana, spesifikasi teknik, BQ/RAB, dan IRR yang telah dibuat.
Setelah disahkan, rencana jaringan tersebut kemudian dikoordinasikan untuk
memperoleh prioritas usulan RKUP yang kemudian setelah dikonsolidasikan dengan
kantor pusat akan mendapat buku RKAP.

98

Pada dasarnya semua proses di atas dilakukan oleh Bagian Teknik HOSBU I untuk
proyek yang tercakup dalam wilayah Jawa Bagian Barat. Namun, untuk wilayah dalam
cakupan Jawa bagian Barat yang telah memiliki distrik tersendiri di bawah Hosbu I,
misalnya Distrik Jakarta dan Distri Cirebon, yang melakukan proses perencanaan adalah
distrik yang bersangkutan. Bagian Teknik HOSBU I hanya melakukan evaluasi,
rekapitulasi dan menerima laporan dari distrik tersebut.

Koordinasi
Bagian
Terkait
-

Pengesahan Rencana Jaringan

Koordinasi
Prioritas
Usulan
RKUP
1. Tatacara Penyusunan
RKUP
2. Guideline

Gamba
Spek Te
BQ/RAB
IRR

Notulen

Pengesahan Usulan RKUP

Buku RKU

Konsolidasi
Kantor
Pusat

Buku RKA

Terima Buku RKAP

99

Gambar 4. 1 Diagram alir proses perencanaan pembangunan jaringan pipa distribusi PT


PGN23
SURVEY LOKASI DAN JALUR RENCANA PIPA24
Langkah awal dalam proses perencanaan jaringan pipa distribusi gas adalah

4.2

pembuatan gambar skets lokasi pemasangan yang didapatkan melalui survey lokasi. PT
PGN (Persero) Tbk. memiliki prosedur standar yang digunakan untuk menentukan rute
yang akan dilalui pipa agar mendapatkan rute jaringan pipa yang efektif dan efisien serta
dapat menjangkau semua lokasi konsumen gas dengan tingkat risiko dan kesulitan sekecil
mungkin.
Prosedur tersebut mengacu pada:

ANSI/ASME B 31.8 1995, Gas Transmission and Distribution Piping System,


The American Society of Mechanical Engineers, New York-USA.

23 Prosedur Standar Perencanaan Jaringan Pipa Distribusi Gas Nomor:


PSP-0-33-01. Revisi: 2. Bulan: Desember 2001.
24 Lihat butir 24
100

GEOP, 1990. Transmission, Pipelines/Planning and Economics: Book T-1. The


American Gas Association, Arlington, Virginia USA.

IGE/TD/3 1992. Recommendation on Transmission and Distribution Practice;


Distribution Mains. The Institution of Gas Engineers, London UK.

Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 300.K/38/M/PE/1997


tentang Keselamatan Kerja Pipa Penyalur Minyak Bumi dan Gas Bumi.
Berdasarkan acuan di atas, dibuatlah kriteria penentuan rute yang dijabarkan di

bawah ini:

Penentuan rute jaringan pipa harus dihindari dari lokasi yang dapat menyebabkan
jaringan pipa mendapatkan beban mekanis yang tidak normal dan kondisi lain
yang merugikan sehingga dapat mempercepat kerusakan pipa. Lokasi tersebut
antara lain:
o

Daerah yang padat dengan struktur bawah tanah;

Berdekatan dengan struktur yang tidak stabil;

Daerah padat lalu lintas dimana tidak memungkinkan pelaksanaan


konstruksi secara standar;

Daerah dimana kemungkinan terjadinya longsor;

Daerah yang diperkirakan kondisi tanahnya agresif;

Daerah yang dekat dengan sumber arus limpahan.

Sebaiknya dihindari pemilihan rute pipa dibawah jaringan listrik.

Parameter yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan rute jaringan pipa


diantaranya adalah legalitas, sosial, keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan,
ekonomi konstruksi dan engineering (desain).

Diagram alir prosedur penentuan kelas lokasi dan rute jaringan pipa transmisi dan
distribusi disajikan pada gambar di bawah ini.

101

PERENCANAAN

INSTANSI LAIN

INPUT

B
C
4

PROSES

D
5

OUTPUT

input untuk proses


analisa jaringan
pipa gas

input untuk desain ketebalan


nominal pipa dam penentuan
komponen sistem perpipaan
jaringan pipa distribusi gas

Keterangan:
= File, bentuk dan jenis data/informasi

= Proses, prosedur yang digunakan untuk transinformasi


data/informasi dari satu bentuk ke bentuk lain
= Keputusan

Gambar 4. 2 Diagram alir kegiatan survey lokasi pipa

Tabel 4. 1 Bentuk dan jenis data diagram alir kegiatan survey lokasi pipa

102

(Sumber: Standard Operating Procedure bagian Teknik PT PGN)

Tabel 4. 2 Proses Transformasi Data/Informasi diagram alir kegiatan survey lokasi pipa

103

(Sumber: Standard Operating Procedure bagian Teknik PT PGN)


Detail prosedur penentuan rute PT PGN (Persero) Tbk. disajikan di bawah ini:

Sumber Data
Sumber data yang dapat dipergunakan untuk menentukan rute jalur pipa
diantaranya adalah:
a) Foto udara
b) Peta, yang meliputi kontur, topografi, hutan, konservasi, geologi, dan
jenis tanah
c) Daerah potensial banjir, peil banjir
d) Suatu perencanaan yang menunjukkan lokasi fasilitas bawah tanah
e) Laporan tentang lingkungan dan laporan lain yang terkait
f) Rencana umum tata ruang
g) Daerah rawan gempa
h) Daerah rentang lalu lintas laut, arus air laut
i)

Pasang naik dan surut

104

Penentuan Koridor yang Diminati


Sebelum survey detail dilakukan perlu ditentukan terlebih dahulu koridor suatu
jalur pipa yang diminati. Pemilihan koridor yang diminati didasarkan pada tujuan
pemilihan rute yang terpendek dan ekonomis namun dengan memperhatikan
aspek legalitas, sosial, keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan dan
engineering yang meliputi:
a) Sesuai dengan perundangan dan peraturan lain yang berlaku
b) Sesuai dengan persyaratan code of practice
c) Skema Perencanaan yang sudah ada
d) Pertimbangan keselamatan untuk masyarakat dan operator jaringan pipa
e) Pertimbangan keamanan pasokan
f) Pertimbangan operasi dan pemeliharaan
g) Kedekatan terhadap daerah yang ada bangunannya
h) Jumlah dan kedekatan dengan fasilitas bawah tanah yang sudah ada
i)

Bahaya korosi

j)

Kedekatan dengan daerah dimana terjadi pengumpulan massa yang


cukup banyak seperti lapangan olahraga, gedung pertemuan

k) Jumlah properti yang terpengaruh


l)

Pengembangan properti

m) Keamanan dari lalu lintas dan bahaya lain


n) Rencana dan potensial pemakaian tanah yang berdekatan
o) Lingkungan seperti pengaruh terhadap flora dan fauna
p) Daerah yang bersejarah
q) Daerah peribadatan
r) Pengembangan yang sedang berlangsung seperti kota, perkampungan
s) Gambaran geologi dan topografi
t)

Kesulitan penggantian tanah

u) Metode dan biaya konstruksi

Penentuan Rute Pendahuluan (Preliminary Route)


Sebelum tahapan penentuan rute final, pelu dilakukan penentuan rute pendahuluan

yang terdapat dalam koridor yang diminati. Penentuan rute pendahuluan didasarkan data
yang diperoleh padi peta, foto udara dan sumber informasi lainnya serta berdasarkan
pertimbangan ekonomi, keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan, engineering dan
biaya. Bila dianggap perlu konsultasi dengan pihak lain yang terkait.

105

Pelaksanaan penentuan rute pendahuluan dapat dilakukan dengan menggunakan


kendaraan, jalan kaki, helikopter ataupun fasilitas lain yang sesuai. Dalam tahapan ini
hanya mengidentifikasi beberapa hal seperti:
a) Potensial pasar
b) Pemilik lahan
c) Rencana penempatan fasilitas sistem jaringan pipa
d) Alternatif rute yang bisa dipilih
e) Kendala yang mungkin dihadapi pada saat konstruksi dan operasi
f) Hal lain yang terkait dengan kebijakan perusahaan
Pertimbangan dalam penentuan rute harus mengacu pada parameter yang telah
disebutkan sebelumnya. Pada kesempatan yang sama dapat pula dilakukan survey untuk
mengidentifikasi kondisi tanah, batuan, perlintasan sungai, jalan dan jalur kereta api dan
kondisi lingkungan lainnya. Khusus untuk pipa offshore, survey mencakup kondisi dasar
laut termasuk identifikasi fasilitas lain dan situasi di sekitarnya.
Data dan informasi hasil dari penentuan rute pendahuluan perlu dievaluasi dan
disahkan oleh pihak yang terkait dan yang bertanggung jawab dengan masalah ini.

Penentuan Rute Final (Final Route)


Tahapan ini bertujuan untuk menentukan rute final jaringan pipa setelah segala

aspek yang teridentifikasi pada tahapan penentuan rute pendahuluan terselesaikan.


Tahapan ini meliputi engineering survey yang mencakup penentuan lokasi final pipa dan
fasilitas pendukungnya serta aspek engineering lainnya yang terkait erat dengan
konstruksi.

Penentuan Kelas Lokasi


Penentuan kelas lokasi yang akan dilalui oleh jalur pipa sangat penting dalam

tahapan desain dan konstruksi jaringan pipa transmisi dan distribusi gas. Penentuan kelas
lokasi mengacu pada ANSI/ASME B 31.8 dan SK Menteri Pertambangan dan Energi
Nomor 300.K/38/M.PE/1997. Penentuan kelas lokasi pada suatu jalur pipa didasarkan
pada jumlah gedung di sepanjang jalur pipa yang digunakan atau dihuni oleh masyarakat
pada setiap area panjang 1 mil dan lebar mil dimana jalur pipa berada di tengahnya.
Berdasarkan criteria di atas, kelas lokasi dibagi ke dalam 4 kategori yaitu:
a) Kelas lokasi 1
Jika pada segmen 1 mil (1,6 km) jalur pipa terdapat 10 atau kurang gedung yang
dihuni atau dimanfaatkan oleh masyarakat. Wilayah yang termasuk Kelas Lokasi

106

1 diantaranya lahan terbuka, padang pasir, pegunungan, hutan, laut, lahan tempat
menggembala, lahan pertanian, dan daerah yang perpopulasi jarang.
Kelas Lokasi 1 dibagi menjadi dua divisi yaitu:
i.

Kelas 1 Divisi 1: Kelas lokasi 1 dimana faktor desain pipa


adalah lebih besar dari 0,72 tetapi sama atau kurang dari 0,82
dan dimana test hidrostatik dilakukan sampai 1,1 kali dari
tekanan operasi boleh maksimum (TOBM).

ii.

Kelas 1 Divisi 2: Kelas lokasi 1 dimana faktor desain pipa


adalah sama dengan 0,72 dan dimana test hidrostatik
dilakukan sampai 1,1 kali dari tekanan operasi maksimum.

b) Kelas Lokasi 2
Jika pada segmen 1 mil (1,6 km) jalur pipa terpadat lebih dari 10 namun kurang
dari 46 gedung yang dihuni atau dimanfaatkan oleh masyarakat. Kelas lokasi 2
mencerminkan suatu daerah yang berada diantara Kelas 1 dan 3 seperti daerah
pinggiran kota, perkampungan, daerah industri, pertanian, peternakan, dan
country estate. Tekanan ter hidrostatik 1,25 kali tekanan operasi boleh maksimum
(TOBM).
c) Kelas Lokasi 3
Jika pada segmen 1 mil (1,6 km) jalur pipa terdapat lebih dari 46 atau lebih
gedung yang dihuni atau dimanfaatkan oleh masyarakat kecuali jika Kelas Lokasi
4 berlaku. Kelas Lokasi 3 mencerminkan suatu daerah seperti daerah
pengembangan pemukiman di suburban, pusat perbelanjaan, daerah pemukiman,
daerah industri, dan daerah lain yang bukan Kelas Lokasi 4. Tekanan gas
hidrostatik 1,2 kali tekanan operasi boleh maksimum (TOBM).
d) Kelas Lokasi 4
Meliputi daerah/kota besar dimana terdapat gedung bertingkat banyak, daerah
padat lalu lintas, dan daerah dimana terdapat utilitas di bawah permukaan tanah.
Gedung bertingkat banyak adalah bangunan yang terdiri dari 4 lantai atau lebih di
atas permukaan termasuk lantai dasar. Ter hidrostatik 1,4 kali tekanan operasi
boleh maksimum (TOBM).

107

DESAIN JARINGAN DAN DETAIL GAMBAR RENCANA25


Tahapan selanjutnya dalam proses perencanaan jaringan gas adalah melakukan

4.3

analisa jaringan guna mendapatkan desain jaringan yang handal, aman, dan ekonomis.
Dalam melakukan analisa jaringan, divisi perencanaan PT PGN (Persero) Tbk.
menggunakan Software Pipeline Studio sesuai dengan ketetapan perusahaan. Kegiatan
analisis jaringan meliputi pengembangan jaringan dan peningkatan kapasitas sistem
jaringan transmisi dan distribusi. Dalam pengembangan jaringan dan perencanaan sistem
jaringan daerah baru, analisa dilakukan untuk menentukan diameter pipa dan tekanan gas
pada sistem jaringan baru tersebut. Sedangkan dalam perencanaan peningkatan kapasitas
sistem, analisa jaringan diarahkan untuk memastikan bahwa sistem yang telah ada
mampu mencapai kapasitas yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Acuan yang digunakan oleh PT PGN (Persero) Tbk. dalam melaksanakan analisa
jaringan diantaranya:

AGA:

Gas

Engineering

and

Operating

Practice

Series

(GEOP),

TRANSMISSION Book T-1: Pipelines/Planning and Economics, 1989

AGA: Gas Engineering and Operating Practice Series (GEOP), DISTRIBUTION


Book D-1: System Design, 1989

Brandley E. Bean, PE GasWorks 6.0 Users Manual, 1995

Crane Co. Flow of Fluid Through Valves, Fittings, and Pipe. Technical Paper
No. 410, 1988

Hyman, S.I., M.A. Stoner, and M.A. Karnitz. Gas Flow Formulas-An
Evaluation. Pipeline and Gas Journal 202 (December 1975): 33-34; ibid, Part2,
203 (Januari 1976): 28-34

McAllister, E.W., Ed. Pipe Line Rules of Thumb Handbook. 3 rd Edition. Gulf
Publishing Company, 1993.

McKetta, John J., ed. Piping Design Handbook. Marcel Dekker, Inc., 1992

Stoner Associates, Inc. SynerGee Gas 3.1 Technical Reference, 1999


Pelaksanaan analisis jaringan meliputi tiga tahap kegiatan yaitu penyiapan input,

eksekusi program, interpretasi hasil analisis dan pelaporan. Keseluruhan kegiatan tersebut
digambarkan dalam diagram alir di bawah ini.

25 Lihat butir 24
108

Gambar 4. 3 Diagram alir kegiatan desain jaringan

109

Tabel 4. 3 Bentuk dan jenis data/informasi diagram alir kegiatan desain jaringan

(Sumber: Standard Operating Procedure bagian Teknik PT PGN)

110

Tabel 4. 4 Proses transformasi data/informasi diagram alir kegiatan desain jaringan

(Sumber: Standard Operating Procedure bagian Teknik PT PGN)


Dalam mendesain jaringan, terdapat dua jenis analisa yang secara umum harus
dilakukan. Analisa tersebut adalah analisa steady-state dan analisa unsteady-state
(Transient). Analisa steady-state dilakukan berdasarkan asumsi bahwa aliran gas melalui
sebuah sistem jaringan adalah konstan dan aliran gas yang masuk ke dalam sistem adalah
persis sama dengan aliran yang keluar dari sistem. Asumsi tersebut sejalan dengan
Hukum Kirchoff (dalam bidang elektronika), sehingga asumsi ini lebih sering disebut
sebagai Hukum Kirchoff dalam simulasi jaringan. Metode pemecahan masalah jaringan
menuju suatu kondisi keseimbangan yang digunakan oleh hamper semua perangkat lunak
dalam analisa stedy-state adalah metode iterasi Newton-Raphson. Sebaliknya, analisa
unsteady-state mengkaji variasi hubungan tekanan dan aliran gas dengan pergerakan
111

waktu. Analisa unsteady-state dilakukan dengan asumsi bahwa jumlah gas yang masuk ke
dalam sistem jaringan belum tentu sama dengan jumlah gas yang keluar dari jaringan,
namun tetap memenuhi hokum kekekalan massa. Analisa unsteady-state mengamati laju
massa gas pada setiap segmen pipa (X) dan perubahan tekanan gas sejalan dengan
perubahan waktu (t). Metode penyelesaian masalah secara numeris dalam analisa
unsteady-state sangat berbeda dari metode penyelesaian masalah secara numeris pada
analisa steady-state. Penyelesaian masalah numeris pada analisa unsteady-state
menggunakan metode persamaan differensial.
Tabel di bawah ini menunjukkan penerapan analisa steady-state dan unsteady-state
yang dilakukan PT PGN (Persero) Tbk.
Tabel 4. 5 Aplikasi analisa steady-state dan unsteady state

(Sumber: Standard Operating Procedure bagian Teknik PT PGN)


Seperti yang telah dijelaskan di atas, proses analisa jaringan yang dilakukan PT
PGN (Persero) Tbk. menggunakan software pemodelan untuk membuat model sistem
jaringan yang mencerminkan realitas yang ada dengan memperhatikan faktor-faktor di
bawah ini:
a) Model, Akurasi, dan Biaya
b) Ukuran Model
c) Parameter Sistem
d) Kebijakan Perusahaan, meliputi tekanan maksimum dan minimum pada
jaringan pipa, diameter pipa servis dan pipa induk, kualitas gas.
Setelah model dibuat, harus dilakukan verifikasi dan validasi model untuk
memastikan bahwa model, termasuk gambar skema serta data yang diinputkan sesuai
dengan keadaan sebenarnya dan merupakan kegiatan yang berkesinambungan. Hal-hal
yang menjadi prioritas dalam verifikasi dan validasi model adalah:
a) Valve, Posisi besaran bukanya

112

b) Regulator, Set Pressure


c) Diameter dan panjang pipa
d) Temperatur, viskositas dan spesifik gravity
e) Jumlah fitting
f) Kesalahan penempatan dan pencatatan beban pelanggan.
Semua informasi yang diperoleh dari proses desain jaringan, kemudian dimasukkan
ke dalam sebuah gambar yang sesuai dengan standar keteknikan yang disebut gambar
isometrik rencana pemasangan pipa.

4.4

PERHITUNGAN KEEKONOMIAN26
Tujuan adanya fase analisa/perhitungan keekonomian dalam sebuah perencanaan

proyek adalah untuk menghasilkan pilihan yang optimal dari alternatif-alternatif rencana
sistem jaringan atau bagian dari sistem jaringan yang diusulkan.
Fase perhitungan keekonomian dimulai dengan pengestimasian biaya investasi
yang terdiri dari penyusunan Work Breakdown Structure (WBS) dan perhitungan biaya
investasi. Work Breadown Structure (WBS) adalah kerangka kerja yang terinci dan
terstruktur dalam suatu proyek, termasuk perhitungan biaya yang relevan dan terintegrasi.
Penyusunan WBS bersifat top-down, diawali dengan elemen-elemen kerja utama
yang bersifat umum yang kemudian dirinci lebih lanjut. Banyaknya tingkat perincian
tergantung kompleksitas pekerjaan. WBS ini nantinya akan menjadi input untuk
penyusunan Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan.
Di bawah ini adalah contoh penyusunan WBS untuk sebuah proyek.
Tabel 4. 6 Contoh work breakdown structure
Work Breakdown Structure
Nomor
Level Elemen
1
1.0

Elemen
Proyek X

2
3
3
4

Design Engineering
Electrical Mechanical
Engineering
Supervisor
Engineer
Drafting
Corrosion

1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.2.1
1.1.2.2
1.1.2.3
1.1.3

26 Lihat butir 24
113

4
3
4

3
4
3
3

1.1.3.1
1.1.3.2
1.1.4
1.1.4.1
1.1.4.2
1.1.4.3
1.1.4.4
1.1.4.5
1.1.4.6
1.1.5
1.1.5.1
1.1.5.2
1.1.6
1.1.7

Engineer
Drafting
Planning-Engineering
Supervisor
Engineer
Survey&Drafting
Aeral&Photography
Stake Out
As-Build information&Drawing
Data Processing
Supervisor
Programmer
Travel
Supplies

2
3
4

1.2
ROW, Legal, Environmental&Safety
1.2.1
Labor
1.2.1.1
Acquisition
1.2.1.2
Damages
1.2.1.3
Permit/Legal
1.2.1.4
Environmental&Safety
3
1.2.2
Consideration of existing
4
1.2.2.1
Line
1.2.2.2
ROW
3
1.2.3
New ROW
4
1.2.3.1
Land purchase
1.2.3.2
Permit fees
1.2.3.3
Damage payments
(Sumber: Standard Operating Procedure bagian Teknik PT PGN)
Perhitungan biaya investasi dilakukan dengan metode-metode estimasi yang telah
ditentukan. Metode yang dapat digunakan antara lain diskusi dengan unit kerja terkait
yang memeiliki informasi dan kemampuan estimasi. Selain itu, estimasi juga dapat
dilakukan dengan analogi atau perbandingan. Estimasi dengan perbandingan dilakukan
dengan pedoman kasus yang mirip tetapi secara teknis dianggap lebih kompleks dari
kasus yang dihadapi, digunakan sebagai batas atas, dan kasus yang mirip tetapi secara
teknis tidak lebih kompleks dari kasus yang dihadapi digunakan sebagai batas bawah.
Metode estimasi lainnya adalah dengan menggunakan indeks. Indeks adalah sebuah
angka yang memberii indikasi tentang kecenderungan dan besaran pergerakan hargaharga dan tarif dari satu waktu tertentu. Estimasi tarif dan harga menurut metode indeks
dilakukan menggunakan persamaan:

114

Cn =C k (

n
)
k

dimana:
In = indeks pada tahun n, yaitu tahun yang tarif dan harga-harganya sedang diestimasi
Ik = indeks pada tahun k, yaitu tahun dasar
Cn = harga/tarif pada tahun yang diestimasikan
Ck = harga/tarif pada tahun dasar
Secara umum, proses yang dilakukan dalam fase perhitungan keekonomian dapat
dilihat pada diagram alir di bawah ini:

115

Gambar 4. 4 Diagram alir perhitungan keekonomian

116

Tabel 4. 7 Bentuk dan jenis data/informasi diagram alir perhitungan keekonomian

(Sumber: Standard Operating Procedure bagian Teknik PT PGN)


Tabel 4. 8 Proses transformasi data/informasi diagram alir perhitungan keekonomian

(Sumber: Standard Operating Procedure bagian Teknik PT PGN)

117

4.4.1

Rencana Kebutuhan Material


Rekapitulasi Kebutuhan Material (RKM) merupakan sebuah daftar yang berisi

nama, jumlah, dan spesifikasi material yang dibutuhkan dalam sebuah proyek. Spesifikasi
dan jumlah material ini dapat berbeda tergantung pada karakteristik masing-masing
proyek.
PT PGN membagi rencana kebutuhan materialnya menjadi empat bagian yaitu
bagian pipa baja, bagian fitting dan accessories, bagian ball valve RF, flange, connection,
full bore, dan bagian auxiliaries yang biasanya digunakan untuk mencantumkan MR/S
(Meter Regulating Station) yang digunakan.
Dalam RKM, terdapat dua kolom yang digunakan untuk mengisi harga material
yaitu cash item dan non cash item. Dua kolom ini digunakan untuk membedakan
beban pembiayaan. Cash item akan menjadi beban biaya tahun anggaran dimana
rencana proyek tersebut diajukan. Sedangkan non cash item menginformasikan apakah
material tersebut telah tersedia di gudang atau biaya dari pelanggan atau telah dibiayai
tahun anggaran (untuk RKUP luncuran).
Harga yang tercantum pada kedua kolom, non cash item dan cash item,
ditentukan oleh PT PGN secara terpusat berdasarkan perhitungan harga satuan. Harga
satuan tersebut kemudian dikalikan dengan jumlah material yang dibutuhkan untuk
mendapatkan jumlah harga setiap jenis material. Jumlah harga setiap jenis material
tersebut kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan total biaya material suatu proyek.
4.4.2

Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan


Tahapan akhir sebelum penyusunan perkiraan arus kas dan perhitungan IRR adalah

pembuatan rencana anggaran biaya pekerjaan. Rencana anggaran biaya pekerjaan


merupakan tahapan dimana PT PGN memperkirakan besar biaya yang diperlukan untuk
seluruh pekerjaan pemasangan pipa distribusi.
Input yang diperlukan untuk penyusunan rencana anggaran biaya pekerjaan adalah
hasil survey jalur pipa, meliputi antara lain panjang jalur dan karakteristik jalur, serta
harga satuan dari setiap jenis pekerjaan yang diperlukan.
PT PGN membagi rencana anggaran biaya pekerjaan menjadi penentuan harga
material tambahan, bagian pekerjaan persiapan, bagian bongkaran dan galian, bagian
pekerjaan pemasangan, bagian pekerjaan khusus, biasanya perkerjaan pemagaran MR/S
(Meter Regulating Station), bagian pekerjaan perbaikan, bagian pekerjaan pengujian, dan
bagian pekerjaan penyelesaian akhir.
Seperti halnya penyusunan RKM, rencana anggaran biaya pekerjaan dibuat
berdasarkan harga satuan yang ditentukan secara terpusat. Setiap harga satuan pekerjaan

118

dikalikan dengan volume pekerjaan tersebut untuk mendapatkan jumlah biaya setiap jenis
pekerjaan. Jumlah tersebut kemudian diakumulasikan untuk memperoleh total biaya
pekerjaan. Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10% ditambahkan pada jumlah total tersebut.

4.4.3

Internal Rate of Return


Usulan proyek yang telah memenuhi persyaratan teknis, terkadang jumlahnya

sangat banyak dan tidak sesuai dengan dana yang dimiliki PT PGN untuk
melaksanakannya. Oleh karena itu diperlukan sebuah analisa untuk mengevaluasi proyekproyek tersebut guna mencari tingkat prioritas satu proyek dengan proyek lainnya. Selain
analisa risiko suatu proyek, PT PGN menggunakan perhitungan Internal Rate of Return
untuk memberi prioritas terhadap suatu proyek. Proyek-proyek yang memiliki nilai IRR
di atas Risk Adjusted Discount Rate sebesar 13% dianggap layak untuk dilaksanakan.
Proyeksi arus kas merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan
perhitungan IRR. Proyeksi arus kas dibentuk oleh nilai investasi, estimasi arus kas
masuk, dan estimasi arus kas keluar. Dari tiga besaran tadi dapat diketahui besar
pendapatan dan arus kas bersih setiap tahun dan jumlah arus kas kumulatif hingga akhir
periode proyek. Arus kas masuk berasal hanya dari penjualan gas setiap tahun dengan
harga jual yang telah ditentukan. Arus kas keluar terdiri dari biaya pembelian gas dari
pemasok PT PGN, biaya operasi, depresiasi, serta pajak dan dana sosial.

119

Contoh perhitungan internal rate of return disajikan di bawah ini:


Tabel 4. 9 Perhitungan Internal Rate of Return proyek pembangunan pipa distribusi gas
FS.04.1.01.00.0
5

PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA (PERSERO) Tbk


ANALISA EKONOMI
INTERNAL RATE OF RETURN ( IRR )

137347.08
33
152607.83
33
160238.25

IRR

KONSUME
N

PEMASANGAN PIPA DINAS STEEL DIA. 4" PT. CLEAN PACK INDOMAS

ALAMAT

Jl. Ry Serang km 20.5 Cibadak - Tangerang

WILAYAH

DISTRIK BANTEN

Volume
tahap I
Volume
tahap II
Volume
tahap III
Nilai
kalori

1,922,859

M^3/Thn.
(2007)
M^3/Thn.
(2008)
M^3/Thn.
(2009)

9,346

Kcal/M^3

Harga beli

1,343.89

Rp./M^3

Harga jual

1,951.46

Rp./M^3

Tahun I
Tahun II
dst.

1,951.46

Rp./M^3

1,951.46

Rp./M^3

Kebocoran

1,648,165
1,831,294

Tingkat
Bunga
(Bank
Nasional)
IRR
(Rumus)
IRR
(Lotus)
KESIMPUL
AN

13

152.21

151.21

LAYAK

151%
THN

INVESTASI

ARUS
MASUK

KAS

PENJUALAN

A R U S
KA S
KEL
UAR
PEMBELIAN

OPERASI

DEPRESIAS
I

PENDAPATAN
SEBELUM
PAJAK

PAJAK &
DANA
SOSIAL

PENDAPATAN

ARUS KAS

ARUS KAS

BERSIH

BERSIH

KUMULATIF

120

(1)
0

(2)
422,161,3
27

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

0
422,161,3
27

JML

(3)

(4)

3,216,333,09
2
3,573,702,56
9
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
3,752,388,28
3
74,333,024,7
48

2,214,954,77
4
2,461,060,26
2
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
2,584,113,67
9
51,190,061,2
53

(5)

(6)

(7)

99,672,965

50,659,359

851,045,995

99,672,965

50,659,359

99,672,965

50,659,359

99,672,965

50,659,359

99,672,965

50,659,359

99,672,965

50,659,359

99,672,965

50,659,359

99,672,965

50,659,359

99,672,965

50,659,359

99,672,965

50,659,359

99,672,965

99,672,965

99,672,965

99,672,965

99,672,965

99,672,965

99,672,965

99,672,965

99,672,965

99,672,965
1,993,459,2
96

0
506,593,59
3

962,309,982
1,017,942,28
0
1,017,942,28
0
1,017,942,28
0
1,017,942,28
0
1,017,942,28
0
1,017,942,28
0
1,017,942,28
0
1,017,942,28
0
1,068,601,63
9
1,068,601,63
9
1,068,601,63
9
1,068,601,63
9
1,068,601,63
9
1,068,601,63
9
1,068,601,63
9
1,068,601,63
9
1,068,601,63
9
1,068,601,63
9
20,642,910,6
06

(8)
297,866,09
8
336,808,49
4
356,279,79
8
356,279,79
8
356,279,79
8
356,279,79
8
356,279,79
8
356,279,79
8
356,279,79
8
356,279,79
8
374,010,57
4
374,010,57
4
374,010,57
4
374,010,57
4
374,010,57
4
374,010,57
4
374,010,57
4
374,010,57
4
374,010,57
4
374,010,57
4
7,225,018,7
12

(9)

(10)
(422,161,327
)

(11)

553,179,897

603,839,256

181,677,929

625,501,488

676,160,848

857,838,776

661,662,482

712,321,841

1,570,160,617

661,662,482

712,321,841

2,282,482,459

661,662,482

712,321,841

2,994,804,300

661,662,482

712,321,841

3,707,126,141

661,662,482

712,321,841

4,419,447,982

661,662,482

712,321,841

5,131,769,823

661,662,482

712,321,841

5,844,091,664

661,662,482

712,321,841

6,556,413,505

694,591,065

694,591,065

7,251,004,571

694,591,065

694,591,065

7,945,595,636

694,591,065

694,591,065

8,640,186,702

694,591,065

694,591,065

694,591,065

694,591,065

694,591,065

694,591,065

694,591,065

694,591,065

694,591,065

694,591,065

694,591,065

694,591,065

694,591,065
13,417,891,8
94

694,591,065
13,502,324,1
59

9,334,777,767
10,029,368,83
2
10,723,959,89
8
11,418,550,96
3
12,113,142,02
9
12,807,733,09
4
13,502,324,15
9
136,890,295,5
21

(422,161,327)

121

(Sumber: Divisi Teknik/Perencanaan PT PGN (Persero) Tbk.)

122

4.4.4

Biaya Operasi
Biaya operasi adalah dana yang dikeluarkan untuk mengoperasikan sistem jaringan

pipa atau bagian dari sistem jaringan pipa. Biaya-biaya yang termasuk dalam kategori
biaya investasi antara lain:
a) Biaya pembelian gas
b) Biaya pegawai
c) Biaya pemeliharaan
d) Bahan bakar untuk kompresor (bila ada)
e) Pajak Bumi dan Bangunan atas asset perusahaan yang diperoleh melalui proyek
f) Penyusutan (depreciation) atas asset yang diperoleh melalui proyek, kecuali yang
berupa tanah.
g) Biaya bunga, bila sebagian dana investasi berasal dari dana pinjaman.
Besaran biaya operasi poin a) sampai e) dapat dihitung dengan menggunakan
teknik estimasi. Selain itu, untuk keperluan analisis tekno ekonomi ini, total biaya operasi
per tahunnya dapat diasumsikan tidak berubah sepanjang periode analisis.
Dalam prakteknya, yang termasuk ke dalam kolom biaya operasi hanyalah biaya
pegawai, biaya pemeliharaan, bahan bakar kompresor, pajak bumi dan bangunan, dan
biaya bunga. Untuk biaya pembelian gas dan biaya penyusutan memiliki kolom tersendiri
di luar angka biaya operasi dalam tabel perhitungan IRR.
Biaya operasi PT PGN didapatkan dari

( 2,5 + kebocoran )biaya pembelian gas


Nilai % kebocoran gas diperoleh dari pengalaman yang memberiikan angka sekitar
2% per tahun. Angka 2,5% yang ada dalam persamaan biaya operasi adalah estimasi yang
ditetapkan dengan mempertimbangkan besar biaya pegawai, biaya pemeliharaan, bahan
bakar kompresor, pajak bumi dan bangunan, dan biaya bunga. Jadi persamaan biaya
operasi di atas menjadi

4,5 biaya pembelian gas

123

4.4.5

Metode Depresiasi
Dalam menghitung biaya depresiasi, PT PGN menggunakan metode garis lurus

(straight line) selama 10 tahun dengan besaran per tahun 12% dari nilai investasi suatu
proyek. Setelah melewati masa 10 tahun, maka untuk tahun-tahun berikutnya nilai
penyusutan suatu proyek dianggap nol atau tidak ada. Penggunaan metode garis lurus
dalam menghitung nilai depresiasi didasarkan pada peraturan perpajakan yaitu UU Pajak
Penghasilan No. 17 tahun 2000 Pasal 11 ayat (1) dan (2) yang pada berisikan ketentuan
bahwa perpajakan hanya mengakui metode penyusutan garis lurus dan saldo menurun
yang dapat digunakan untuk menghitung penyusutan aktiva tetap.
Perbedaan yang terlihat dari perhitungan depresiasi yang dilakukan oleh PT PGN
dengan perhitungan depresiasi pada umumnya adalah PT PGN menghitung penyusutan
biaya investasi (seluruh asset), kecuali tanah, secara kumulatif. Hal ini berbeda dengan
perhitungan depresiasi pada umumnya yang menghitung penyusutan terpisah untuk setiap
asset tetapnya. Standard Operating Procedure (SOP) bagian Teknik PT PGN butir
8.7.3.6.3 menyebutkan bahwa seluruh biaya investasi, kecuali yang dikategorikan
sebagai asset berupa tanah, disusutkan selama periode analisis. Kecuali ditentukan lain
oleh prinsip-prinsip akuntansi Perusahaan, penyusutan menggunakan metode garis lurus
(straight line) dan tidak terdapat nilai sisa pada akhir periode.
Perhitungan penyusutan biaya investasi dilakukan secara keseluruhan yang
dilakukan oleh PT PGN memiliki dasar pemikiran bahwa yang menjadi asset tetap adalah
hasil dari proyek yang dikerjakan hingga dapat beroperasi. Artinya seluruh biaya itulah
yang akan disusutkan (termasuk biaya pekerjaan yang dilakukan dalam proyek).

4.4.6

RADR
Risk Adjusted Discount Rate (RADR) adalah batas minimal IRR suatu proyek

memenuhi syarat untuk dapat dilaksanakan oleh PT PGN. Besar RADR yang ditetapkan
oleh PT PGN adalah lebih besar atau sama dengan 13%. Angka ini didapatkan dari
perhitungan suku bunga Bank Indonesia (8%) ditambah adanya premi risiko dari proyek
yang bersangkutan yang diestimasikan sebesar 5%. Apabila IRR sebuah proyek melebihi
angka 13% ini, maka proyek tersebut sudah memenuhi syarat untuk dapat dilaksanakan.

124

125

BAB V
ANALISIS PERHITUNGAN KEEKONOMIAN

5.1

PERHITUNGAN DEPRESIASI
Sebuah proyek, sebelum dilaksanakan harus melalui serangkaian analisa yang akan

menilai apakah proyek tersebut layak untuk dilaksanakan. Mulai dari aspek teknis,
ekonomi, finansial, dan lingkungan dijadikan bahan pertimbangan dan dasar pengambilan
keputusan. Dalam pelaksanaan analisa setiap aspek, terdapat dua kemungkinan kesalahan,
yaitu meneruskan proyek yang seharusnya tidak dilaksanakan dan menghentikan proyek
yang seharusnya dilaksanakan. Kesalahan ini dapat muncul karena penggunaan teknik
evaluasi atau analisis yang kurang tepat dan tidak adanya pembaruan atau pengembangan
teknik-teknik evaluasi yang digunakan saat ini.
Pembahasan usulan pada bagian ini akan lebih terfokus pada aspek finansial
dimana hanya membicarakan analisa tekno ekonomi proyek PT PGN. Dalam menganalisa
tekno ekonomi suatu proyek, PT PGN menggunakan perhitungan IRR sebagai dinding
yang akan memisahkan antara proyek yang layak untuk dilaksanakan dan yang tidak
layak untuk dilaksanakan. Perhitungan nilai IRR sangat erat kaitannya dengan arus kas
bersih suatu proyek dimana nilainya dipengaruhi oleh besarnya investasi, pemasukan,
pengeluaran biaya, dan pengeluaran pajak.
Salah satu perhitungan biaya yang menarik untuk ditelaah adalah perhitungan biaya
penyusutan atau depresiasi. Seperti yang telah diungkapkan pada bab sebelumnya, PT
PGN menganggap seluruh asetnya dalam sebuah proyek sebagai satu kesatuan sehingga
besar biaya penyusutan dibebankan kepada keseluruhan aset. Hal ini dimungkinkan oleh
teori composite depreciation. Namun, yang harus diperhatikan adalah besar nilai
akumulasi penyusutan. Besar akumulasi biaya depresiasi pada akhir umur ekonomis,
dalam hal ini di akhir tahun kesepuluh, seharusnya adalah lebih kecil atau sama dengan
nilai investasi/aset di tahun ke-0. Nilainya akan lebih kecil dari biaya investasi apabila
dianggap ada nilai sisa (salvage value), dan akan sama dengan biaya investasi apabila
tidak ada nilai sisa (salvage value = 0). Karena berdasarkan teori akuntansi, yang

126

dimaksud dengan depresiasi adalah penyebaran biaya perolehan suatu aset selama
umur perkiraannya. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa besar akumulasi
biaya depresiasi adalah maksimal sejumlah biaya investasi atau biaya perolehan aset
tersebut, tetapi tidak begitu kenyataannya dalam perhitungan biaya depresiasi yang
dilakukan di PT PGN. PT PGN memiliki akumulasi biaya depresiasi yang lebih besar dari
nilai investasi di tahun ke-0. Hal ini karena dasar perhitungan biaya depresiasi setiap
tahun yang digunakan oleh PT PGN adalah 12% dari biaya investasi dan dilaksanakan
selama 10 tahun dengan metode garis lurus. Artinya, aset yang disusutkan bukan 100%
tetapi 120% (12% x 10 tahun) selama 10 tahun. Contoh perhitungan dengan cara ini telah
diberikan pada bab sebelumnya.
Oleh karena itu, kami mengusulkan beberapa usulan alternatif perhitungan
depresiasi yang sesuai dengan teori akuntansi dan juga tetap dalam koridor UndangUndang No. 17 tahun 2000 tentang pajak penghasilan. Dalam pasal 11 Undang-Undang
tersebut, dinyatakan bahwa terdapat dua metode penyusutan yang dapat digunakan untuk
melakukan penyusutan terhadap aktiva tetap bukan bangunan, yaitu metode garis lurus
dan metode saldo menurun. Tarif penyusutan kedua metode tersebut diatur dalam Pasal
11 ayat (6) sebagai berikut:
Tabel 5. 1 Tarif penyusutan aktiva tetap menurut UU No. 17 tahun 2000

(Sumber: UU No. 17 tahun 2000)


Dijelaskan

lebih

lanjut

dalam

Keputusan

Menteri

Keuangan

No.

138/KMK.03/2002 tentang perubahan atas keputusan menteri keuangan nomor


520/KMK.04/2000 tentang jenis-jenis harta yang termasuk dalam kelompok harta
berwujud bukan bangunan untuk keperluan penyusutan, bahwa harta bukan bangunan

127

yang tidak tercantum dalam keputusan tersebut secara otomatis dimasukkan dalam
kelompok III. Oleh karena tidak tercantumnya usia material untuk pembangunan jaringan
pipa distribusi gas atau yang sejenisnya di dalam keputusan tersebut, maka secara
otomatis akan diperlakukan depresiasi sesuai dengan harta kelompok III.
Atas dasar Undang-Undang di atas, usulan yang dapat diberikan adalah:

128

1. Depresiasi menggunakan Metode Garis Lurus dengan masa manfaat 16 tahun dan tarif 6,25%.
2. Hasil dari alternatif pertama dapat dilihat di bawah ini.
3.
4. Tabel 5. 2 Alternatif usulan pertama perhitungan depresiasi nilai investasi

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12. FS.04.1.
01.00.0
5

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32. IRR

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.

49.

50.

51.

52.

59.

60.

61.

62.

5. PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA (PERSERO) Tbk


13. ANALISA
EKONOMI

14.

15.

24. INTERNAL RATE OF RETURN


( IRR )
33.

45.
53.
63.
74. 13
73
47
,0
83
3
86. 15
26
07
,8
33
3

34.
46. KO
NSU
ME
N
54. ALA
MAT
64. WIL
AYA
H

87. Volu
me
taha
pI

35.

47.
55.
65.

76.

88. 1.64
8.16
5

36.

48. PEMASANGAN PIPA DINAS STEEL DIA. 4" PT. CLEAN PACK
INDOMAS
56. Jl. Ry Serang km 20.5 Cibadak Tangerang
57.
58.
67.

68.

69.

70.

71.

72.

73.

78.

79.

80.

81.

82.

83.

84.

85.

90.

91.

93. 13

94. %

95.

96.

97.

66. DISTRIK BANTEN

77.
89. M^
3/Th
n.
(20
07)

92.

Tingkat
Bunga

129

98. 16
02
38
,2
5

99. Volu
me
taha
p II

100. 1.83
1.29
4

122.

111. Volu
me
taha
p III
123. Nilai
kalor
i

134.

135. Harg
a beli

136. 1.34
3,89

146.

147. Harg
a jual

148. 1.95
1,46

159. Tah
un I
171. Tah
un II
dst.

160. 1.95
1,46

110.

158.
170.

112. 1.92
2.85
9
124. 9.34
6

172. 1.95
1,46

101. M^
3/Th
n.
(20
08)
113. M^
3/Th
n.
(20
09)
125. Kcal
/M^
3
137. Rp./
M^
3
149. Rp./
M^
3
161. Rp./
M^
3
173. Rp./
M^
3

102.

103.

104. (Bank
Nasional)

105.

114.

115.

116. IRR
(Rumus)

126.

127.

138.

106.

107.

108.

109.

117. 150,27

118. %

119.

120.

121.

128. IRR (Lotus)

129. 149,27

130. %

131.

132.

133.

140. KESIMPUL
AN

141.

139.

142.

143.

144.

145.

150.

151.

152.

154.

155.

156.

157.

162.

163.

164.

166.

167.

168.

169.

174.

175.

178.

179.

180.

181.

190.

191.

192.

193.

202.

203.
215. P
E
N
D
A
P
A
T
A
N
227. B
E
R
SI
H

204.

205.

153.
165.

182.

183. Kebo
coran

184. 2

185. %

186.

187.

194.

195.

196.

197.

198.

199.

206. TH
N
218.

207. INVE
STAS
I
219.

208. AR
US
KAS
MAS
UK
220. PEN
JUAL
AN

L
AYAK

176.
188.
200.

177.
189.
201.

214. P
A
J
A
K
209.
221.

210.
ARUS
K
AS KELUAR
222. PEMBELIAN

211.
223. O
PE
RA
SI

212.
224. DEPRESIAS
I

213. PENDAP
ATAN
225. SEBELU
M PAJAK

&
226.
D
A
N
A

216. ARUS
KAS
228. BERSIH

217. ARUS KAS


229. KUMULATI
F

130

230. (1
)
242. 0

254. 1

266. 2

278. 3
290. 4

231. (2)
243. 422.1
61.32
7

255. 0

267. 0

279. 0
291. 0

232. (3)

233.

234. (4)

235. (5
)

236. (6)

237. (7)

244.

245.

246.

247.

248.

249.

256. 3.21
6.33
3.09
2

268. 3.57
3.70
2.56
9

280. 3.75
2.38
8.28
3
292. 3.75
2.38
8.28
3

257.

269.

281.
293.

258. 2.214.954.774

270. 2.461.060.262

282. 2.584.113.679
294. 2.584.113.679

259. 99
.6
72
.9
65

271. 99
.6
72
.9
65

283. 99
.6
72
.9
65
295. 99
.6
72
.9

260. Rp
26.385.082
,95

272. Rp
26.385.082
,95

284. Rp
26.385.082
,95
296. Rp
26.385.082
,95

261. 875.320.
271

273. 986.584.
259

285. 1.042.21
6.556
297. 1.042.21
6.556

O
S
I
A
L
238. (
8
)
250.
262. 3
0
6
.
3
6
2
.
0
9
5
274. 3
4
5
.
3
0
4
.
4
9
0
286. 3
6
4
.
7
7
5
.
7
9
5
298. 3
6
4
.

239. (9
)

240. (10)

241. (11)

251.

252. (422.161
.327)

253. (422.161.
327)

263. 5
6
8.
9
5
8.
1
7
6

264. 595.343.
259

265. 173.181.9
32

275. 6
4
1.
2
7
9.
7
6
8

276. 667.664.
851

277. 840.846.7
83

288. 703.825.
844
300. 703.825.
844

289. 1.544.672
.627
301. 2.248.498
.472

287. 6
7
7.
4
4
0.
7
6
1
299. 6
7
7.
4

131

65

302. 5

314. 6

326. 7
338. 8

303. 0

315. 0

327. 0
339. 0

304. 3.75
2.38
8.28
3

316. 3.75
2.38
8.28
3

328. 3.75
2.38
8.28
3
340. 3.75
2.38
8.28
3

305.

317.

329.
341.

306. 2.584.113.679

318. 2.584.113.679

330. 2.584.113.679
342. 2.584.113.679

307. 99
.6
72
.9
65

319. 99
.6
72
.9
65

331. 99
.6
72
.9
65
343. 99
.6
72
.9
65

308. Rp
26.385.082
,95

320. Rp
26.385.082
,95

332. Rp
26.385.082
,95
344. Rp
26.385.082
,95

309. 1.042.21
6.556

321. 1.042.21
6.556

333. 1.042.21
6.556
345. 1.042.21
6.556

7
7
5
.
7
9
5
310. 3
6
4
.
7
7
5
.
7
9
5
322. 3
6
4
.
7
7
5
.
7
9
5
334. 3
6
4
.
7
7
5
.
7
9
5
346. 3
6
4
.
7
7
5
.

4
0.
7
6
1
311. 6
7
7.
4
4
0.
7
6
1

312. 703.825.
844

313. 2.952.324
.316

323. 6
7
7.
4
4
0.
7
6
1

324. 703.825.
844

325. 3.656.150
.161

336. 703.825.
844
348. 703.825.
844

337. 4.359.976
.005
349. 5.063.801
.849

335. 6
7
7.
4
4
0.
7
6
1
347. 6
7
7.
4
4
0.
7
6

132

350. 9

362. 10

374. 11

386. 12
398. 13

351. 0

363. 0

375. 0

387. 0
399. 0

352. 3.75
2.38
8.28
3

364. 3.75
2.38
8.28
3

376. 3.75
2.38
8.28
3

388. 3.75
2.38
8.28
3
400. 3.75

353.

365.

377.

389.
401.

354. 2.584.113.679

366. 2.584.113.679

378. 2.584.113.679

390. 2.584.113.679
402. 2.584.113.679

355. 99
.6
72
.9
65

367. 99
.6
72
.9
65

379. 99
.6
72
.9
65

391. 99
.6
72
.9
65
403. 99

356. Rp
26.385.082
,95

368. Rp
26.385.082
,95

380. Rp
26.385.082
,95

392. Rp
26.385.082
,95
404. Rp

357. 1.042.21
6.556

369. 1.042.21
6.556

381. 1.042.21
6.556

393. 1.042.21
6.556
405. 1.042.21

7
9
5
358. 3
6
4
.
7
7
5
.
7
9
5
370. 3
6
4
.
7
7
5
.
7
9
5
382. 3
6
4
.
7
7
5
.
7
9
5
394. 3
6
4
.
7
7
5
.
7
9
5
406. 3

1
359. 6
7
7.
4
4
0.
7
6
1

360. 703.825.
844

361. 5.767.627
.694

371. 6
7
7.
4
4
0.
7
6
1

372. 703.825.
844

373. 6.471.453
.538

383. 6
7
7.
4
4
0.
7
6
1

384. 703.825.
844

385. 7.175.279
.383

395. 6
7
7.
4
4
0.
7
6
1
407. 6

396. 703.825.
844
408. 703.825.

397. 7.879.105
.227
409. 8.582.931

133

.6
72
.9
65

2.38
8.28
3

410. 14

422. 15

434. 16
446. JM
L

411. 0

423. 0

435. 0
447. 422.1
61.32
7

412. 3.75
2.38
8.28
3

424. 3.75
2.38
8.28
3

436. 3.75
2.38
8.28
3
448. 59.3
23.4
71.6
18

413.

425.

437.
449.

414. 2.584.113.679

426. 2.584.113.679

438. 2.584.113.679
450. 40.853.606.538

415. 99
.6
72
.9
65

427. 99
.6
72
.9
65

439. 99
.6
72
.9
65
451. 1.
59
4.
76
7.

26.385.082
,95

416. Rp
26.385.082
,95

428. Rp
26.385.082
,95

440. Rp
26.385.082
,95
452. Rp
422.161.32
7,14

6.556

417. 1.042.21
6.556

429. 1.042.21
6.556

441. 1.042.21
6.556
453. 16.452.9
36.315

6
4
.
7
7
5
.
7
9
5
418. 3
6
4
.
7
7
5
.
7
9
5
430. 3
6
4
.
7
7
5
.
7
9
5
442. 3
6
4
.
7
7
5
.
7
9
5
454. 5
.
7
5
8

7
7.
4
4
0.
7
6
1

844

.072

419. 6
7
7.
4
4
0.
7
6
1

420. 703.825.
844

421. 9.286.756
.916

431. 6
7
7.
4
4
0.
7
6
1

432. 703.825.
844

433. 9.990.582
.760

444. 703.825.
844
456. 10.694.4
08.605

445. 10.694.40
8.605
457. 86.265.43
6.013

443. 6
7
7.
4
4
0.
7
6
1
455. 1
0.
6
9
4.

134

.
5
2
7
.
7
1
0

43
7
458. CA
TA
TA
N
:

459.

470. (1). Tahun


Operasi
479. (2
).
In
ve
st
as
i:
480.
490. PIPA
INDU
489.
K
499.

509.

500.
510. PIPA
SERV
IS

520.

521.

532.

533. MR/S

544.

545.

556.

557. Total
569. Beba
n Plg
580. Beba
n
PGN

568.
579.

460.

461.

462.

463.

464.

471.

472.

473.

474.

475.

481.
491. Mat
erial
501. Kon
stru
ksi
511. Mat
erial
522. Kon
stru
ksi
534. Mat
erial
546. Kon
stru
ksi

465.
466.
476. (3). Volume
m3/tahun x harga
jual

482.

483.

484.

485.

492. Rp.

493. 0,00

494.

495.

486. (4). Volume


m3/tahun x harga
beli
496. (5). (Biaya operasi
2,5 % +
Kebocoran)

502. Rp.

503. 0,00

504.

505.

506.
dikalikan
pembelian gas
516. (6). Depresiasi
6,25%,
menggunakan
527.
Stra
ight line
method
528.

512. Rp.

513. 22.407.000,00

514.

515.

523. Rp.

524. 79.647.327,14

525.

526.

535. Rp.

536. 293.817.000,00

537.

538.

539.

4
0
8.
6
0
5

467.

468.

469.

477.

478. (7). Pendapatan sebelum


pajak = (3) - (4+5+6)

487.

488. (8). Pajak dan dana sosial


35% x (7)

497.

498. (9). Pendapatan bersih = (7)


- (8)

507.

517.

508. (10). Arus kas bersih = (9) +


(6) - (2)
518. (11).
Akumula
si dari
(9)
519.

529.

530.

531.

540.

541.

542.

543.

547. Rp.

548. 26.290.000,00

549.

550.

551.

552.

553.

554.

555.

558.

559. Rp.

560. 422.161.327,14

561.

562.

563.

564.

565.

566.

567.

570.

571. Rp.

572. 0,00

573.

574.

575.

576.

577.

581.

582. Rp.

583. 422.161.327,14

584.

585.

586.

587.

588.

578. BAGIAN PERENCANAAN


589.

590.

135

591.

592.

593.

594.

595.

596.

603.

597.

598.

599.

600.

601.

602.

(Sumber: Penulis)

136

604.

Dengan mendepresiasikan biaya investasi selama 16 tahun

dengan besaran 6,25% menggunakan metode garis lurus ternyata memberikan


hasil yang lebih pesimistik apabila dibandingkan dengan metode yang digunakan
PT PGN saat ini (existing method). Hal ini terlihat dari besaran arus kas yang
lebih kecil dari metode yang digunakan PT PGN saat ini. Penyesuaian umur
proyek dengan umur pipa juga mendorong berkurangnya jumlah arus kas
kumulatif.
605.

Alternatif ini memberikan pendapatan sebelum pajak yang lebih

tinggi apabila dibandingkan dengan existing method dan sebagai dampaknya,


pajak yang harus dibayarkan menjadi lebih besar di awal-awal tahun proyek.
Dengan besarnya pajak yang dibayarkan, maka pendapatan bersih setelah pajak
menjadi lebih kecil. Namun, karena adanya depresiasi sampai akhir umur proyek
maka jumlah pajak yang dibayarkan akan lebih kecil apabila dibandingkan
dengan existing method.
606.
Terlepas dari kelebihan dan kekurangan di atas, usulan alternatif
ini cocok digunakan apabila PT PGN ingin lebih selektif dalam proses pemilihan
proyek. Dengan alternatif ini maka proyek yang akan dilaksanakan adalah
proyek-proyek yang benar-benar memiliki prospek baik di masa yang akan
datang terlihat dari nilai IRR usulan alternatif ini sebesar 149,27%, lebih kecil
1,94% dari IRR existing method.
607.
608.
609.
610.
611.
612.
613.
614.
615.
616.
617.
618.
619.
620.
621.
622.
623.

137

624.

Depresiasi menggunakan Metode Saldo Menurun dengan masa manfaat 16 tahun dan tarif 12,5%.

625.

Hasil dari alternatif kedua dapat dilihat di bawah ini.


626.

Tabel 5. 3 Alternatif usulan kedua perhitungan depresiasi nilai investasi

627.

PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA (PERSERO)


Tbk
635.
ANALI
SA
636.
637.
EKONOMI
638.
646.
INTERNAL RATE OF
RETURN ( IRR )
647.
655.

656.

657.

667.
675.
685.
696. 13
73
47,
08
33
708. 15
26
07,
83
33

669.
677.

670.
678.

630.

640.

641.

698.

699.

710. 1.64
8.16
5

711. M^3
/Thn
.
(200
7)

633.

642.
639.

643.

645.
654.

644.

651.
648.

649.

650.

660.

661.

662.

PEMASANGAN PIPA DINAS STEEL DIA. 4" PT. CLEAN PACK


INDOMAS
Jl. Ry Serang km 20.5
Cibadak - Tangerang

680.

690.

691.

701.

702.

703.

713.

714. Tingkat
Bunga

DISTRIK BANTEN

653.

664.

665.

666.

672.

673.

674.

682.

683.

684.

693.

694.

695.

705.

706.

707.

717.

718.

719.

671.

692.

704.
700.

712.

715. 13

716. %

I
RR

652.

681.
679.

689.
688.

632.

663.

687.

709. Volu
me
taha
pI

631.
629.

658.
659.

668.
KONSU
MEN
676.
ALAMA
T
686.
WILAYA
H

628.

634.
F
S.04.1.0
1.00.05

138

720. 16
02
38,
25

732.
744.
756.

768.
780.
792.

745. Nilai
kalori

734. 1.92
2.85
9
746. 9.34
6

757. Harg
a beli

758. 1.34
3,89

723. M^3
/Thn
.
(200
8)
735. M^3
/Thn
.
(200
9)
747. Kcal
/M^
3
759. Rp./
M^3

769. Harg
a jual

770. 1.95
1,46

771. Rp./
M^3

781. Tah
un I
793. Tah
un II
dst.

782. 1.95
1,46
794. 1.95
1,46

783. Rp./
M^3
795. Rp./
M^3

721. Volu
me
taha
p II
733. Volu
me
taha
p III

722. 1.83
1.29
4

724.

725.

736.

737.

748.
760.

749.
761.

772.

773.

784.
796.

785.
797.

726. (Bank
Nasional)

738. IRR
(Rumus)
750. IRR
(Lotus)
762. KESIMPUL
AN
774.
786.

798.

727.

728.

729.

730.

731.

739. 152,06

740. %

741.

742.

743.

751. 151,06
763.
LAY
AK

752. %
764.

753.
765.

754.
766.

755.
767.

777.

778.

779.

789.

790.

791.

801.

802.

803.

813.

814.

815.

825.
837. P
E
N
D
A
P
AT
A
N
849. B
E
R
SI
H
861. (9
)

826.

827.

838. ARUS
KAS

839. ARUS KAS

850. BERSIH
862. (10)

851. KUMULATI
F
863. (11)

874. (422.161
.327)

875. (422.161.
327)

886. 604.578.

887. 182.416.7

775.
787.

799.

776.
788.

800.
812.

804.

805. Kebo
coran

806. 2

807. %

808.

809.

816.

817.

818.

819.

820.

821.

822.

823.

824.

829. INVE
STASI

830. AR
US
KAS
MAS
UK

831.

832.
ARUS
K
AS KELUAR

834.

835. PENDAPAT
AN

843.
855.

844. PEMBELIAN
856. (4)

846. DEPRESIAS
I
858. (6)

847. SEBELUM
PAJAK
859. (7)

836. PAJA
K&
848. DAN
A
SOSI
AL

841.
853. (2)

842. PENJ
UAL
AN
854. (3)

833.
845. OP
ER
AS
I

828. TH
N

840.
852. (1
)
864. 0
876. 1

865. 422.1
61.32
7
877. 0

866.
878. 3.21

867.
879.

868.
880. 2.214.954.774

857. (5
)
869.
881. 99

810.

870.
882. Rp

811.

871.
883. 848.935.1

860. (8)

872.
884. 297.

873.
885. 5

139

888. 2

900. 3

912. 4

924. 5
936. 6

6.33
3.09
2

.6
72
.9
65

52.770.165
,89

889. 0

890. 3.57
3.70
2.56
9

892. 2.461.060.262

893. 99
.6
72
.9
65

894. Rp
46.173.895
,16

895. 966.795.4
46

896. 338.
378.
406

901. 0

902. 3.75
2.38
8.28
3

904. 2.584.113.679

905. 99
.6
72
.9
65

906. Rp
40.402.158
,26

907. 1.028.199
.481

908. 359.
869.
818

913. 0

914. 3.75
2.38
8.28
3

916. 2.584.113.679

917. 99
.6
72
.9
65

918. Rp
35.351.888
,48

919. 1.033.249
.751

920. 361.
637.
413

925. 0
937. 0

926. 3.75
2.38
8.28
3
938. 3.75
2.38
8.28
3

891.

903.

915.

927.
939.

928. 2.584.113.679
940. 2.584.113.679

929. 99
.6
72
.9
65
941. 99
.6
72
.9

930. Rp
30.932.902
,42
942. Rp
27.066.289
,62

88

931. 1.037.668
.737
943. 1.041.535
.349

127.
316

932. 363.
184.
058
944. 364.
537.
372

5
1.
8
0
7.
8
7
2
897. 6
2
8.
4
1
7.
0
4
0
909. 6
6
8.
3
2
9.
6
6
3
921. 6
7
1.
6
1
2.
3
3
8
933. 6
7
4.
4
8
4.
6
7
9
945. 6
7
6.
9

038

11

898. 674.590.
935

899. 857.007.6
46

910. 708.731.
821

911. 1.565.739
.467

922. 706.964.
226

923. 2.272.703
.693

934. 705.417.
581
946. 704.064.
267

935. 2.978.121
.275
947. 3.682.185
.541

140

65

948. 7

960. 8

972. 9

984. 10

996. 11
1008.

949. 0

950. 3.75
2.38
8.28
3

961. 0

962. 3.75
2.38
8.28
3

973. 0

974. 3.75
2.38
8.28
3

985. 0

986. 3.75
2.38
8.28
3

997. 0
1009.

998. 3.75
2.38
8.28
3
1010.

951.

963.

975.

987.

952. 2.584.113.679

953. 99
.6
72
.9
65

954. Rp
23.683.003
,41

955. 1.044.918
.636

956. 365.
721.
522

964. 2.584.113.679

965. 99
.6
72
.9
65

966. Rp
20.722.627
,99

967. 1.047.879
.011

968. 366.
757.
654

976. 2.584.113.679

977. 99
.6
72
.9
65

978. Rp
18.132.299
,49

979. 1.050.469
.340

980. 367.
664.
269

988. 2.584.113.679

989. 99
.6
72
.9
65

990. Rp
15.865.762
,05

991. 1.052.735
.877

992. 368.
457.
557

1003.
1
.054.719.
097
1015.
1

1004.
369.151.
684
1016.

1000.
999.
1011.

1012.

2.584.1
13.679
2.584.1

1001.
99.672
.9
65
1013.

1002.

R
p
13.882.541
,80
1014.
R

9
7.
9
7
7
957. 6
7
9.
1
9
7.
1
1
3
969. 6
8
1.
1
2
1.
3
5
7
981. 6
8
2.
8
0
5.
0
7
1
993. 6
8
4.
2
7
8.
3
2
0
1005.
685.56
7.
4
1
3
1017.

958. 702.880.
117

959. 4.385.065
.658

970. 701.843.
985

971. 5.086.909
.643

982. 700.937.
370

983. 5.787.847
.013

994. 700.144.
082

995. 6.487.991
.095

1006.
6
99.449.9
55
1018.
6

1007.
7
.187.441.
051
1019.
7

141

12

1020.
13

1032.
14

1044.
15

1056.
16

1068.
JML
1080.
CATATA
N:

3.752.38
8.28
3

1021.
0

1022.
3.752.38
8.28
3

1033.
0

1034.
3.752.38
8.28
3

1045.
0

1046.
3.752.38
8.28
3

1057.
0

1058.
3.752.38
8.28
3

1023.

1035.

1047.

1059.

1069.
422.161.3
27

1070.
59.323.4
71.6
18

1081.

1082.

1083.

1093.

1094.

1092.
(1).
Tahun Operasi
1101.
1102.
(2).
In
ve
st

1103.

1071.

1104.

1024.

1036.

1048.

1060.

1072.

13.679

99.672
.9
65

p
12.147.224
,07
1026.

2.584.1
13.679

1025.
99.672
.9
65

1038.

2.584.1
13.679

1037.
99.672
.9
65

1050.

2.584.1
13.679

1049.
99.672
.9
65

1062.

2.584.1
13.679

1061.
99.672
.9
65

40.853.
606.538

1073.
1.594.
76
7.
43
7

R
p
10.628.821
,06
R
p
9.300.218,
43
R
p
8.137.691,
13

R
p
56.963.837
,88

R
p
422.161.32
7,14

.056.454.
415

369.759.
045

1027.
1
.057.972.
818

1028.
370.290.
486

1039.
1
.059.301.
421

1040.
370.755.
497

1051.
1
.060.463.
948

1052.
371.162.
382

1063.
1
.011.637.
801

1064.
354.073.
230

1075.
1
6.452.936
.315

1076.
5.758.52
7.71
0

1074.

1084.

1085.

1086.

1095.
1105.

1096.
1106.

1097.
1107.

1087.

1088.

1098.
(3). Volume
m3/tahun x harga jual
1108.
(4). Volume
m3/tahun x harga beli

686.69
5.
3
7
0
1029.
687.68
2.
3
3
2
1041.
688.54
5.
9
2
3
1053.
689.30
1.
5
6
6
1065.
657.56
4.
5
7
1
1077.
10.694
.4
0
8.
6
0
5
1089.
1099.
1109.

98.842.5
94

.886.283.
644

1030.
6
98.311.1
53

1031.
8
.584.594.
797

1042.
6
97.846.1
42

1043.
9
.282.440.
939

1054.
6
97.439.2
57

1055.
9
.979.880.
196

1066.
7
14.528.4
09

1067.
1
0.694.408
.605

1078.
1
0.694.40
8.605

1079.
8
6.478.875
.649

1090.
1100.
1110.

1091.
(7). Pendapatan
sebelum pajak = (3) (4+5+6)
(8). Pajak dan dana
sosial 35% x (7)

142

as
i:
1111.
1121.

1131.

1112.
PIPA
INDU
K
1122.
1132.
PIPA
SERV
IS

1118.
1113.
Material
1123.
Konstruk
si

1114.
Rp.

1115.

0,00

1116.

1117.

1124.
Rp.

1125.

0,00

1126.

1127.

1133.
Material

1134.
Rp.

1136.

1137.

1135.

22.407.
000,00

(5). (Biaya
operasi 2,5 % +
Kebocoran)

1119.

dikalikan
pembelian gas

1129.

(6). Depresiasi
12,5%, menggunakan

1139.

1130.
(10). Arus kas
bersih = (9) + (6) - (2)
1140.
(
11).
Akumula
si dari
(9)
1141.

1151.

1152.

1153.

1163.

1164.

1165.

1175.

1176.

1177.

1187.

1188.

1189.

1128.

1138.

1120.

(9). Pendapatan
bersih = (7) - (8)

1149.
1142.

1143.

1154.

1155.
MR/S

1166.

1167.

1178.
1190.
1201.
1213.

1179.
Total
1191.
Beban Plg
1202.
Beban
PGN
1214.

1144.
Konstruk
si
1156.
Material
1168.
Konstruk
si
1180.

1145.
Rp.

1146.

1157.
Rp.

1158.

293.81
7.000,00

1169.
Rp.
1181.
Rp.

1170.

26.290.
000,00
422.16
1.327,14

1192.

1193.
Rp.

1203.

1204.
Rp.
1216.

1215.

1182.

79.647.
327,14

1194.
1205.

1147.
1148.
1159.

1217.

1160.

1161.

1172.

1173.

1162.

1186.
1183.
1195.

1184.

1185.

1196.

1197.

1207.

1208.

1198.

1200.
BAGIAN
PERENCANAAN

1199.

1209.
1206.
1218.

1221.
1219.

1225.

1150.

1174.
1171.

0,00
422.16
1.327,14

Double
declining
balance
method

1220.

1210.
1222.

1211.

1212.

1223.

1224.

(Sumber: Penulis)

143

1226.

Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa perhitungan penyusutan

dilakukan dengan metode saldo menurun sebesar 12,5% selama 16 tahun. Dari
tabel perhitungan IRR, dapat dilihat bahwa alternatif kedua ini memiliki nilai
IRR (151,06%) yang tidak jauh berbeda dengan metode perhitungan IRR yang
dilakukan PT PGN saat ini (151,21%). Artinya, antara metode yang digunakan
PT PGN saat ini dengan usulan alternatif yang diberikan tidak jauh berbeda dari
segi keuntungan yang diberikan. Akan tetapi seperti yang telah diungkapkan di
awal, kedua usulan di atas adalah metode-metode yang sesuai dengan UndangUndang No. 17 tahun 2000 tentang pajak penghasilan
1227.
Untuk memilih alternatif manakah yang paling baik, maka perlu
dilakukan analisa timing difference/temporary difference. Adanya perbedaan
jumlah biaya penyusutan yang merupakan perbedaan waktu dapat dimanfaatkan
untuk melakukan perencanaan pajak. Jika diperkirakan pendapatan kena pajak
pada tahun pertama besar, dan tahun-tahun berikutnya akan mengecil, maka
penggunaan metode saldo menurun lebih menguntungkan karena akan
memperkecil pendapatan kena pajak tersebut sebesar Rp 26.385.082,94 (Rp
52.770.165,89 Rp 26.385.082,95) untuk tahun pertama. Sedangkan jika kita
menggunakan metode garis lurus, beban penyusutannya adalah sama. Sehingga
jika variabel lainnya sama, dengan tarif pajak 35% maka penghematan pajak
yang diperoleh pada tahun pertama adalah sebesar 35% x Rp 26.385.082,94 atau
Rp 9.234.779,029. Dari segi cashflow dan time value of money tentu saja hal ini
cukup diperhitungkan. Walaupun pada akhirnya nilai akumulasi pajak adalah
sama untuk kedua alternative, tetapi kita telah dapat memanfaatkan penghematan
pajak ini.
1228.

Demikian pula dari sudut time value of money, jika kita hitung

dalam nilai tunai (present value) dengan discount factor tertentu misalnya 20%,
maka nilai akumulasi kedua alternatif tersebut pada tahun ke-16 tidak sama.
Tabel di bawah ini memperlihatkan perbedaan tersebut.
1229.
1230.
1231.
1232.
1233.
1234.
1235.
1236.
1237.
1238.
1239.

Tabel 5. 4 Perkiraan time value of money

144

1240.

1241.

1243.

(Sumber: Penulis)
1242.
Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai tunai akumulasi biaya

penyusutan investasi dengan menggunakan metode garis lurus adalah sebesar Rp


124.789.847,04 dan menggunakan metode saldo menurun sebesar Rp
164.028.770,27. Dengan demikian, nilai tunai akumulasi penyusutan dengan
metode saldo menurun lebih besar daripada garis lurus. Ini berarti biaya
penyusutan yang dibebankan dengan metode saldo menurun akan lebih besar
nilainya dari metode garis lurus, sehingga pajak yang harus dibayar jika
menggunakan metode saldo menurun lebih sedikit daripada menggunakan
metode garis lurus.
1244.
Dengan tarif pajak 35% maka besarnya penghematan pajak yang
diperoleh perusahaan kalau menggunakan metode saldo menurun adalah:

1245.
1246.

Biasanya banyak orang menggunakan metode garis lurus karena

kemudahan dan kesederhanaan perhitungannya. Tetapi, dari sudut time value of


145

money penggunaan metode saldo menurun dalam menghitung dan biaya


penyusutan akan lebih menguntungkan dari segi penghematan biaya.
1247.
5.2

PERHITUNGAN NILAI KETERTARIKAN MINIMUM PROYEK


1248.

Penulis berusaha untuk menghitung kembali nilai ketertarikan

minimum terhadap suatu proyek yang selama ini digunakan oleh PT PGN sebesar
13% dengan asumsi 8% suku bunga Bank Indonesia dan 5% estimasi risiko
proyek. Untuk menghitung nilai tersebut, penulis menggunakan pendekatan teori
capital asset pricing model (CAPM) yang mengambil basis perhitungan
berdasarkan nilai saham perusahaan.
1249.

CAPM membutuhkan data pengembalian asset atau portofolio

yang publicly tradeable. Dalam tulisan ini pengembalian (return) atas asset
didekati dengan perubahan indeks harga saham individual atau portofolio bulanan
PT PGN, sementara pengembalian pasar dengan perubahan indeks harga saham
gabungan (IHSG) bulanan. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan
perangkat lunak Microsoft Excel.
1250.

Menggunakan persamaan (2)27, beta ekuitas PT PGN didapatkan

sebesar 0,1886 dan koefisien determinasi sebesar 0,087 yang artinya 8,7%
pengembalian portofolio pada PT PGN yang dapat dijelaskan oleh pengembalian
pasar. Hal ini wajar terjadi apabila kita melihat nilai beta di atas. Semakin kecil
beta, maka semakin tidak reaktif sebuah asset dibandingkan dengan pasar. Hal
positif yang dapat diambil adalah investasi di PT PGN cenderung memiliki
kepastian pengembalian yang lebih stabil apabila dibandingkan dengan
berinvestasi di tempat lain.
1251.

Setelah beta ekuitas dihitung, langkah selanjutnya adalah

menentukan ekspektasi pengembalian pasar dan suku bunga tanpa risiko. Dalam
tulisan ini diasumsikan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berjangka waktu 3 (tiga)
bulan mewakili tingkat suku bunga tanpa risiko sebesar 9,5% (BI Rate 7 Oktober
2008). Rata-rata ekspektasi pengembalian pasar untuk periode Januari 2007
sampai Agustus 2008 adalah 22,948%. Menggunakan persamaan (1), cost of
equity dapat dihitung dan nilainya adalah 12,04%. Hal yang perlu dicatat di sini
27

i=

cov (~
r i ,~
r m)
2
m
146

adalah estimasi cost of equity dilakukan pada level perusahaan, bukan pada level
proyek yang tentunya membutuhkan korelasi-korelasi lebih lanjut untuk
mengakomodasi sifat dan karakteristik proyek yang spesifik. Namun, informasi
yang ada setidaknya dapat memberikan titik awal estimasi yang baik yang
tentunya lebih mudah disesuaikan bila dibandingkan tidak ada referensi sama
sekali atau referesi yang ada terlalu jauh, misalnya tingkat suku bunga.
1252.

Beta yang disebutkan di atas disebut levered beta karena PT

PGN mempunyai kewajiban hutang (liabilities). Untuk mengisolasi efek dari


hutang, beta yang ada harus diunlever menjadi beta asset mengikuti persamaan
berikut ini.

1253.

1254.

aset =

ekuitas
V
1+ ( 1T ) x D
VE

dengan T= tingkat pajak. Persamaan di atas didasarkan pada asumsi beta

hutang sama dengan nol. Untuk menentukan rasio hutang terhadap ekuitas
(DER), digunakan rata-rata tertimbang DER berdasarkan kapitalisasi pasar yang
diperoleh dari financial statement selama tahun 2007 dan 2008. Dengan asumsi
tingkat pajak 30%, beta asset hasil perhitungan didapatkan sebesar 0,0793. Beta
asset ini dapat digunakan untuk menghitung ulang beta ekuitas dengan DER yang
berbeda. Sebagai contoh, rata-rata DER PT PGN saat ini adalah 1,97 dengan nilai
beta asset 0,0793. Bila DER nantinya berubah menjadi 2,24 maka beta ekuitasnya
adalah 0,231 atau cost of equity menjadi 12,61%. Cost of equity ini lebih tinggi
dibandingkan sebelumnya yaitu 12,04% karena DER yang meningkat. Secara
umum kenaikan DER mengakibatkan kenaikan cost of equity karena risiko yang
dihadapi investor ekuitas bertambah akibat bertambahnya risiko pembayaran atas
ekuitas. Ini yang seringkali dilupakan oleh banyak praktisi atau akademisi.
1255.

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, atraktivitas investasi

ditentukan berdasarkan perbandingan antara pengembalian yang diterima dan


pengembalian yang diharapkan. Dari sudut pandang ekuitas, investasi menarik
bilamana ROE lebih tinggi dibandingkan cost of equity. Dari sudut pandang asset,
ROA harus lebih tinggi daripada cost of capital.
1256.

Tabel 5. 5 Resume hasil perhitungan CAPM PT PGN

147

1257.

1258.
1259.

(Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah)


Tabel di atas menampilkan resume seluruh nilai yang telah

penulis bicarakan, dari perbandingan ROE terhadap cost of equity dianggap


memuaskan karena nilai ROE konsisten lebih tinggi daripada cost of equity. Dari
segi asset, cost of capital lebih rendah daripada cost of equity. Hal ini mudah
dijelaskan karena mengikuti persamaan di atas, beta asset akan selalu lebih
rendah daripada beta ekuitas karena penyebut adalah lebih besar daripada 1,0
selama rasio hutang-ekuitas positif. Pada prinsipnya cost of capital, ceteris
paribus, lebih rendah daripada cost of equity. Dengan perkataan lain, risiko asset
secara keseluruhan lebih rendah daripada risiko ekuitas. Walau jarang terjadi,
rasio hutang-ekuitas bisa saja bernilai negatif atau nilai asset lebih kecil
dibandingkan nilai hutangnya. Pada kasus ini, beta asset ebih tinggi daripada beta
ekuitas.
1260.
1261.

148

BAB VI
PENUTUP
1262.
6.1

KESIMPULAN
PT PGN (Persero) Tbk. merupakan perusahaan infrastruktur yang menyalurkan
dan menyediakan gas bumi bagi kepentingan umum (Public Utility) yang
memiliki 3 SBU Distribusi dan sebuah SBU Transmisi.

Berdasarkan jasa pendistribusian gas yang dilakukannya, PT PGN (Persero) Tbk.


membagi pelayanannya menjadi tiga, yaitu:
1. Pelayanan pipa bertekanan 4 Bar sampai dengan 16 Bar.
2. Pelayanan pipa bertekanan 100 mBar sampai dengan 4 Bar.
3. Pelayanan pipa bertekanan lebih lebih kecil dari 100 mBar.

Proses perencanaan jaringan pipa distribusi terdiri atas enam tahapan, yaitu:
1. Survey Lokasi dan Jalur Rencana Pipa
2. Desain Jaringan
3. Pembuatan Detail Gambar Rencana
4. Perhitungan Rencana Kebutuhan Material
5. Perhitungan RAB/Volume Pekerjaan
6. Perhitungan Keekonomian (IRR)

Perhitungan keekonomian dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu:


1. Pengestimasian biaya investasi
2. Pembuatan proyeksi aliran kas
3. Pemilihan alternatif terbaik melalui analisis dan perbandingan terhadap
alternatif-alternatif

Metode depresiasi yang digunakan pada bagian perencanaan adalah metode garis
lurus selama 10 tahun sebesar 12% setiap tahun.

Biaya operasi terdiri dari:


1. Biaya pembelian gas.

149

2. Biaya pegawai.

150

3. Biaya pemeliharaan.
4. Bahan bakar untuk kompresor (bila ada).
5. Pajak bumi dan bangunan atas aset perusahaan yang diperoleh melalui
proyek.
6. Penyusutan (depreciation) atas aset yang diperoleh melalui proyek, kecuali

yang berupa tanah.


7. Biaya bunga, bila sebagian dana investasi berasal dari dana pinjaman.
Besar biaya operasi dalam penyusunan proyeksi arus kas dianggap sama setiap

tahun dan angkanya dapat diestimasikan dengan persamaan:


8.
( 2,5 + kebocoran )biaya pembelian gas
Proyek dianggap layak untuk dilaksanakan apabila tidak ada risiko yang terlalu

tinggi dan memliki nilai IRR melebihi RADR sebesar 13%


Berdasarkan perhitungan dengan metode CAPM, nilai ketertarikan minimum
suatu proyek untuk PT PGN adalah 12,04%.
9.

6.2

SARAN
10.

Melihat analisa di atas, maka kami menyarankan sebaiknya PT

PGN memilih alternatif kedua dalam menghitung IRR usulan proyek


pembangunan jaringan pipa distribusi gas yaitu menghitung depresiasi
menggunakan metode saldo menurun sebesar 12,5% selama 16 tahun. Selain itu,
umur proyek juga dibuat sama dengan usia pipa yaitu selama 16 tahun.
11.
Selain saran di atas, penulis juga menyarankan untuk mengikuti
nilai ketertarikan minimum proyek berdasarkan metode CAPM yaitu sebesar
12,04% tetapi tentu saja dengan penyesuaian lebih lanjut dengan karakter spesifik
dari setiap proyek.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.

151

DAFTAR PUSTAKA
23.
Niswonger, Warren, Reeve, Fees. 1999. Accounting. South-Western College
Publishing.
24.

Newnan, Donald G. 2000. Engineering Economic Analysis.


25.

Soeharto, Iman. 2002. Studi Kelayakan Proyek Industri. Jakarta: Erlangga


26.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG


PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983
TENTANG PAJAK PENGHASILAN

27.
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 138/KMK.03/2002
TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 520/KMK.04/2000 TENTANG JENIS-JENIS HARTA YANG
TERMASUK DALAM KELOMPOK HARTA BERWUJUD BUKAN
BANGUNAN UNTUK KEPERLUAN PENYUSUTAN
28.
Prosedur Standar Perencanaan Jaringan Pipa Distribusi Gas
29.Nomor: PSP-0-33-01
30.Revisi: 2
31.Bulan: Desember 2001
32.
Standar Pertambangan Minyak dan Gas Bumi untuk Perpipaan
Bertekanan "sistem perpipaan transmisi dan distribusi gas" SPM
(Standar Pertambangan Migas) 50.54.2-1992/W
33.
PGN Annual Report. 2007.
34.
http://www.pgn.go.id
35.
http://e-learnaccounting.com
36.
http://soswy.state.wy.us
37.
38.
39.
40.

152

41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
LAMPIRAN
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.

153

Lampiran 1. Contoh tabel rencana kebutuhan material PT PGN diberikan di bawah ini:
74.
75. Rekapitulasi Kebutuhan Material (RKM) proyek pembangunan pipa distribusi gas

76.

124.
139.

77.

78.

79.

80.

81.

93. BN
T/0
3/1
0/2
008
105.

94.

91. NOMOR PROYEK

92.

103.
NAMA
KEGIATAN

104.

110.
TAHUN
ANGGARAN

111.

112.
200 113. 114.

126.

127. 128. 129.

125.
140.

141.

142.

82.

83.

95.

84.

85.

86.

87.

88.

96.

97.

98.

99.

100.

106.

107.

PEMASANGAN PIPA DINAS STEEL DIA. 4" PT.


CLEAN PACK INDOMAS

143. 144.
154.

155.

156.

157.

158. 159. 160.

170.

171.

172.

173.
S
PES

115.
130.
145.

116.
131.
146.

117.

118.

119.

120.

121.

132.

133.

134.

135.

136.

147.

148.

149.

150.

151.

166.

167.

REKAPITULASI RENCANA KEBUTUHAN MATERIAL


163.
164.
161. 162.
165.
174.

175.

176.

NON CASH
ITEM

177.

CASH ITEM

89.

90. F
S
.
0
4
.
1
.
0
1
.
0
0
.
0
3

101.

102.

108.

109.

122.

123.

137.

138.

152.

153.

168.

169.
178.

154

IFIK
ASI

179.

194.

180.

NAM
A
MATERIAL/
BARANG

195.

181.

196.

209.
210.(2)
224.

239.

225.

240.Pipa Baja
Dia. 4" API
5L (Coated)

254.
269.
284.
299.

314.
329.

PIPA
BAJA

255.
270.

Jumlah
Pipa

285.
300.

FITTIN
G&
Acessories
315.
Concen
tric
Reducer
330.Diameter 4"
x 2" (6,02
mm WT x
3,91 mm

182.
GR

197.

183. 184.

198. 199.

212.

213.

214.

227.

228.

229.

211.
226.

243.
241.

242.

256.

257.

271.

272.

185.
S

186.
RKM

200.

201.

215.
(

216.

230.
245.

231.

259.

273. 274.

286.

287.

288.

289.

301.

302.

303.

304.

316.

317.

318.

319.

331.

332.

333.

334.

260.
275.
290.
305.
320.
335.

188.

189.
J

190.
J

191.

202.
M

203.
(

204.
H

205.
M

206.
(

217.
(

218.
(

219.
(

220.
(

221.
(

232.

233.

234.

235.

236.

247.

248.

249.

250.

251.

262.

263.

264.

265.

266.

277.

278.

280.

281.

292.

293.

294.

295.

296.

307.

308.

309.

310.

311.

322.

323.

324.

325.

326.

337.

338.

339.

340.

341.

207.
HA
R
G
A
222.(
1
3
)

193.
Kete
r
a
n
g
a
n
208.

223.(
1
4
)

237.

238.

252.

253.

267.

268.

282.

283.

297.

298.

312.

313.

327.

328.

342.

343.

246.

244.

258.

187.
J

192.
JUM
L
A
H

261.
276.
11
291.
306.
321.
336.

279.

155

WT)
344.
359.

345.
360.

Elbow,
90 Deg.

346.

347.

348.

349.

361.

362.

363.

364.

378.
376.

377.

389.

390.

391.

392.

393.

394.

406.

407.

408.

409.

419.

405.

420.4" x 1"
( 6.02 x 3.38
mm WT)

434.
449.

WeldO-Let

435.
450.

Insulati
ng Joint

423.
422.

436.

437.

438.

439.

451.

452.

453.

454.
469.

467.

468.

479.

480.

481.

482.

483.

484.

496.

497.

498.

499.

511.

512.

513.

514.

526.

527.

528.

529.

541.

542.

543.

509.

510.

381.

410.

396.
411.
426.

440.
455.
470.

485.
500.
515.

441.
456.
471.

486.
501.
516.

352.

353.

354.

355.

356.

367.

368.

369.

370.

371.

382.

383.

384.

385.

386.

397.

398.

399.

400.

401.

412.

413.

414.

415.

416.

427.

428.

429.

430.

431.

442.

443.

444.

445.

446.

457.

458.

459.

460.

461.

472.

473.

474.

475.

476.

487.

488.

489.

490.

491.

502.

503.

504.

505.

506.

517.

518.

519.

520.

521.

532.

533.

534.

535.

536.

547.

548.

549.

550.

551.

357.

358.

372.

373.

387.

388.

402.

403.

417.

418.

432.

433.

447.

448.

462.

463.

477.

478.

492.

493.

507.

508.

522.

523.

537.

538.

552.

553.

525.
524.

539.

Blind
Flange
(Lengkap
dgn Bolt,
Nut, &
Gasket)

366.

424.

466.

FLANG
ES

395.

425.

421.

465.4" # 150

495.

351.

379.

464.

494.

365.
380.

374.

375.Diameter
4" x 6,02
mm WT

404.

350.

540.Diameter 1
", Class 150

544.

530.

545.

531.

546.

156

559.

554.

555.Diameter 2
", Class 150

556.

557.

558.

569.

570.Diameter 4
", Class 150

571.

572.

573.

584.

585.

586.

587.

588.

589.

599.

Weldin
g Neck
Flange
(Lengkap
dgn Bolt,
Nut, &
Gasket)

601.

602.

603.

604.

614.

615.Diameter 1
"

616.

617.

618.

629.

630.Diameter 2
"

631.

632.

633.

644.

645.Diameter 4
"

646.

647.

648.

659.

660.

661.

662.

663.

600.

575.

590.

605.

619.

620.

634.

635.

649.

650.

664.

665.

561.

576.

591.

606.

621.

636.

651.

666.

562.

563.

564.

565.

566.

577.

578.

579.

580.

581.

592.

593.

594.

595.

596.

607.

608.

609.

610.

611.

622.

623.

624.

625.

626.

637.

638.

639.

640.

641.

652.

653.

654.

655.

656.

667.

668.

669.

670.

671.

682.

683.

685.

686.

697.

698.

699.

700.

701.

712.

713.

714.

715.

716.

727.

728.

729.

730.

731.

567.

568.

582.

583.

597.

598.

612.

613.

627.

628.

642.

643.

657.

658.

672.

673.

687.

688.

702.

703.

717.

718.

732.

733.

675.
674.
689.
704.

719.

Jumlah
Fitting &
Accessorie
s

574.

560.

690.
705.
BALL
VALVE RF,
Flange
Connection
, Full Bore
720.Diameter
1", Class

676.

677.

678. 679.

691.

692.

693.

694.

706.

707.

708.

709.

721.

722.

723. 724.

680.
695.

710.

725.

681.

696.

711.
726.

684.

157

150
734.

735.Diameter
4", Class
150

736.

737.

738.

749.

750.

751.

752.

753.

764.

765.

779.
794.

Jumlah
Valve
780.

795.

AUXILI
ARIES

809.

810.

783.

784.

796.

797.

798.

799.

811.

812.

813.

814.

839.

840.2/4 (25/6)
(5/1) -320
G.100

854.

855.

856.

869.

870.
Jumlah
Auxiliaries

871.

884.

885.

886.

914.

TOTAL
915.

768. 769.

782.

825.

900.

767.

754.

781.

824.

899.

MR/S

766.

739.

826.

827.

828.

829.

842.

843.

844.

857.

858.

859.

841.

901.
916.

740.

755.
770.
785.
800.
815.
830.
845.

872.
887.
902.
917.

873. 874.
888.

889.

903. 904.
918.

929.

919.

860.
875.
890.
905.
920.

741.

756.
771.
786.
801.
816.
831.
846.

861.
876.
1
891.
906.
921.

742.

743.

744.

745.

746.

757.

758.

759.

760.

761.

772.

773.

775.

776.

787.

788.

789.

790.

791.

802.

803.

804.

805.

806.

817.

818.

819.

820.

821.

832.

833.

834.

835.

836.

847.

848.

849.

850.

851.

862.

863.

864.

865.

866.

877.

878.

880.

881.

892.

893.

895.

896.

907.

908.

910.

911.

922.

923.

925.

926.

774.

879.
894.
909.
924.

747.

748.

762.

763.

777.

778.

792.

793.

807.

808.

822.

823.

837.

838.

852.

853.

867.

868.

882.

883.

897.

898.

912.

913.

927.

928.

(Sumber: Divisi Teknik/Perencanaan PT PGN (Persero) Tbk.)

930.
931.
932.
933.

158

934.
935.
936.
937.
938.
939.
940.
941.
942.
943.
944.
945.
946.
947.
948.
949.
Lampiran 2. Contoh perhitungan rencana anggaran biaya pekerjaan PT PGN diberikan pada tabel di bawah ini:
950.
951.
952.
963.
973.
983.

953.

954.

964.

965.

974.

975.

986.

955.
966.
976.

956.
967.
977.

PT. PERUSAHAAN GAS


NEGARA (Persero) Tbk

Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan (RAB) proyek pembangunan pipa distribusi gas
957.

958.

959.

968.

969.

970.

978.

979.

980.

987.

988.

960.

961.

971.
981.
989.
USULAN
KEGIATAN TH.
ANGGARAN 2008

962.
972.

FS.04.1.01.00.04
982.

Rev. 03
990.

159

984.
985.
991.
998.
1009.
1016.
1023.

992.
999.

1048.
1059.

1000.

1001. 1002.

1003.

1010.

RENCANA ANGGARAN BIAYA


PEKERJAAN
1017.
PEMASANGAN PIPA DINAS STEEL
DIA. 4" PT. CLEAN PACK INDOMAS
1024.
Jl. Ry Serang km 20.5 Cibadak Tangerang

1030.
1037.

SBU DW I JBB - DISTRIK


BANTEN

1031.
1038.

1039.

1040. 1041.

1050.

1051. 1052.

1060.

1061.

1062. 1063.

1071.

994.
J

1004.

1005.

1011.
D
1025.
D

1012.
S
1026.
S.

DISTRIK BANTEN

1049.

1070.
No.

993.

1042.
1053.
1064.

URAIAN KEGIATAN

1043.
D

1044.
A.

1065.

1066.

1072.
S

1073.
V

995.

N
AMA

1013.
M
ULA PS
1027.
R
UBIANT
O
1045.
N
URUL
ROZAN
AH

1095.
D
1104.
1115.
D.1
1126.
2

1086.

1096. Material
Tambahan
1106.
1105.
1116.
M
arker
Post
1127.
M
arker
Tape

1087. 1088.

1074.
S
ATUAN
(R

1097.
1107.

1117.

1118.

1128.

1129.

1108.
1119.
1130.

1090.

1091.

1098.

1099.

1100.

1109.

1110.

1111.

1120.

1121.
B

1122.
1.

1123.

1133.
11

1134.

1089.

1131.

1132.
M

1092.
1101.
1112.

1015.

1021.

1022.

1028.

1029.

1035.

1036.

1046.

1047.

1057.

1058.

1068.

1067.

TANGGAL
1008.

1014.

1081.
1085.

997.

1007.

1006.

p)
1084.

996.
P

1069.

1075.
J
1082.
B
1093.
1102.
1113.
1124.
1135.

1076.

KETERANGAN

1094.
1103.
1114.
1125.
1136.

160

1137.
3
1144.
5
1155.
6

1145.
Pr
imer
Coatin
g
1156.
Pa
tok
gas

1146.

1147.

1157.

1158.

1166.
8

1167.
Bantalan karung
pasir

1175.
9

1176.
M
astic
Tape

1186.
1197.
1204.
1215.
II
1224.

1139.
R

1138.
Wrapping Tape (1roll = 3 m x 10
cm)

1187.
1198.
1205.

1148.

1149.

1169.

1170.
B

1171.

1180.

1181.
R

1182.

1191.

1192.

1193.

1199.

1200.

1209.

1210.

1211.

1217.

1218.

1219.

1220.

1227.1228.

1229.

1230.

1231.

1237.

1238.
L

1239.

1246.

1247.
O

1248.

1159.

1168.

1189.

1179.
1190.

JUMLAH I

1236.
Ijin Penempatan
Pipa/Retribusi

1243.
2

1244.
Welder
Performance Test

1252.
3

1253.
Pengukuran dan
pematokan

1260.
4

1261.
Pembersihan jalur
pipa

1152.
1162.

1188.

1235.
1

1151.

1161.
B

1178.

1216. PEKERJAAN
PERSIAPAN
1226.
1225.

1141.

1160.

1177.

1206.

1150.
L

1140.

1207. 1208.

1245.

1254.

1262.

1263.

1255.
M
1264.
M

1163.

1172.

1183.
1194.
1201.
1212.
1221.
1232.
1240.

1249.
1256.
1257.
1265.
1266.

1142.

1143.

1153.

1154.

1164.

1165.

1173.

1174.

1184.

1185.

1195.

1196.

1202.

1203.

1213.

1214.

1222.

1223.

1233.

1234.

1241.

1242.

Dinas Pekerjaan
Umum

1250.

1251.

Harga Pipa tidak


dimasukkan

1258.

1267.

1259.

1268.

161

1269.
5

1270.
Pembuatan papan nama
proyek

1277.
6

1278.
Pembuatan direksi
keet

1286.

1287.
U
kuran

1297.
7

1298.
Pemb. dinding pengaman pagar
seng

1304.
8

1305.
Pemb. tanda pengaman (rambu rambu)

1311.
9

1312.
Pemb. Box penampung
galian

1319.
11

1320.
Pengang
kutan pipa

1288.
24

1279.
1289.
1290.
m

1321.

1322.

1271.

1272.
B

1273.

1280.

1281.

1282.

1291.

1292.
M

1293.

1299.
M

1274.

1294.
1300.
1301.

1306.
B

1307.

1313.

1314.
B

1315.

1323.

1324.

1325.

1308.

1316.

1334.

1335.
L

1336.

1341.
Pengangkutan Fitting &
valve

1342.

1343.
L

1344.

1348.
13

1349.
Pembuatan lobang
percobaan

1350.

1351.
b

1352.

1356.
14

1357.
Dinding Penahan Galian
(h)

1358.

1359.

1360.

1329.

1330.
Di
a. Pipa

1340.
12

1331.
4

1332.
in
1333.

1283.

1326.

1337.

1345.

1353.
1361.

1275.
1284.
1295.

1302.

1309.

1317.
1327.

1338.

1346.

1354.
1362.

1276.
1285.
1296.
Rp. 200 juta,- <
nilai proyek < Rp. 500
juta,1303.

1310.

1318.
1328.
1339.
Berlaku hanya
untuk pemasangan
pipa > 250 m; jika
panjang pipa
terpasang < 250 m
maka analisa
disesuaikan dengan
komponen-komponen
yang terkait dengan
pengangkutan
tersebut.
1347.

1355.
1363.

162

1364.

1366.
1.5 1
.
7
5

1365.
Ti
nggi
(h)

1374.
15

1375.
Mobilisasi tenaga &
peralatan

1382.
16

1383.
Pe
ralata
n K3LL

1393.
18

1394.
Gambar Kerja
Konstruksi

1402.
1413.
1420.

1403.
1414.
1421.

1384.

1404.

1385.

1367.

1386.

1395.
1405.

1406.

1422.

1423. 1424.

1432. PEKERJAAN BONGKARAN &


GALIAN
1440.
1441.
1439.
1442.

1449.
2
1459.
2.2

1450. Pekerja
aan Galian
1460.
Galian
tanah keras
1470.
Di
1471.
a. 2, 4
dan 6"
1482.
1481.

1480.
1491.
1498.
1509.

1492.
1499.
1510.

1369.
M

1370.

1376.

1377.
L

1378.

1387.

1388.
L

1389.

1396.

1397.
L

1398.

1407.

1408.

1409.

1415.

1416.

1426.

1427.

1433.

1434.

1443.

1444.

1445.

1453.

1454.

1455.

1463.

1464.

1465.

1474.

1475.
M

1476.

1485.

1486.

1487.

1493.

1494.

1503.

1504.

1505.

1511.

1512.

1513.

JUMLAH II

1431.
III
1438.

1469.

1368.

1451.
1461.
1472.
1483.

1452.
1462.
1473.
1484.

1425.

JUMLAH III
1500.
PEKERJAAN

1501. 1502.

1371.

1379.

1390.

1399.
1410.
1417.
1428.
1435.
1446.
1456.
1466.
1477.
1488.
1495.
1506.
1514.

1372.

1373.

1380.

1391.

1400.
1411.
1418.
1429.
1436.
1447.
1457.
1467.
1478.
1489.
1496.
1507.
1515.

1381.
1392.
Dirinci sesuai
persyaratan minimum
untuk K3LL
1401.

= < 500 m
1412.
1419.
1430.
1437.
1448.
1458.
1468.
1479.
1490.
1497.
1508.
1516.

163

IV
1517.
1

PEMASANGAN
1518. Penjajar
an Pipa

1527.

1528.
Di
a. Pipa

1538.
1549.
2
1556.
2.1
1565.

1576.
1587.

1539.

1529.
4
1540.

1577.
Di
a. Pipa
1588.

1578.
4
1589.

1599.
Pemasan
gan Valve

1608.

1609.
Di
a. Pipa

1610.
2

1619.

1620.
Di
a. Pipa

1621.
4

1641.
3
1648.
3.1
1657.
1668.

1521.

1522.

1530.
in
1531.

1532.

1533.
M

1541.

1543.

1544.

1545.

1551.

1552.

1560.

1561.

1570.

1571.
J

1572.

1579.
in
1580.

1581.

1582.
J

1583.

1590.

1592.

1593.

1594.

1602.

1603.

1604.

1611.
in
1612.

1613.

1614.
J

1615.

1622.
in
1623.

1624.

1625.
J

1626.

1633.

1635.

1636.

1637.

1643.

1644.

1652.

1653.

1663.
J

1664.

1674.

1675.

1520.

1542.

1550. Penyambungan pipa diatas


permukaan tanah (line-Up)
1557.
Penyambungan
1558.
Pipa
1568.
1566.
Di
1567.
in
1569.
a. Pipa
2

1598.
2.2

1630.

1519.

1631.

1600.

1632.

1591.
1601.

1634.

1559.

1642. Penyambungan pipa dibawah


tanah (tie-in)
1649.
Penyambungan
1651.
1650.
Pipa
1660.
1658.
Di
1659.
1662.
in
1661.
a. Pipa
4
1669.

1670.

1671. 1672.

1673.

1523.

1524.

1534.
1535.
1546.
1553.
1562.
1573.

1584.
1595.
1605.
1616.

1627.
1638.
1645.
1654.
1665.
1676.

1525.

1526.

1536.

1537.

1547.

1548.

1554.

1555.

1563.

1564.

1574.

1575.

1585.

1586.

1596.

1597.

1606.
1617.

1628.
1639.
1646.
1655.
1666.
1677.

1607.
1618.

dia. 1" (venting)

1629.
1640.
1647.
1656.
1667.
1678.

164

1679.
4

1680. Penuru
nan pipa

1689.

1690.
Di
a. Pipa

1700.
1711.
6
1720.
6.1

1701.

1681.
1691.
4
1702.

1712. Pekerjaan
Coating
1721.
C
1722.
oating
Joint

1731.

1732.
Di
a. Pipa

1733.
2

1742.

1743.
Di
a. Pipa

1744.
4

1753.
1764.
7
1772.
1783.
9
1790.
9.2
1801.
9.2.
1808.
9.2.
1817.
9.2.

1754.

1755.

1683.

1684.

1685.

1692.
in
1693.

1694.

1695.
M

1696.

1703.

1705.

1706.

1707.

1714.

1715.

1716.

1725.

1726.

1727.

1734.
in
1735.

1736.

1737.
J

1738.

1745.
in
1746.

1747.

1748.
J

1749.

1756.

1758.

1759.

1760.

1682.

1704.
1713.

1723.

1724.

1757.

1765. Pemasangan marker


tape

1697.

1778.

1779.

1784. Pemasangan sistem proteksi


katodik
1791.
A
1792.
1793.
1795.
noda
1794.
korban

1785.

1786.

1796.

1797.

1803.
B

1804.

1812.
B

1813.

1819.
B

1820.

1776.

1802.
Pengadaan Anoda Magnesium Gr.
A 32 Lbs
1809.
Pemasangan CP
Plate

1810.

1818.
Pemasangan & pembuatan test
box

1811.

1728.

1761.

1768.

1777.

1775.

1717.

1750.

1767.
m

1774.

1708.

1739.

1766.

1773.

1686.

1769.
1780.
1787.
1798.

1805.

1814.
1821.

1687.

1688.

1698.

1699.

1709.

1710.

1718.

1719.

1729.

1740.

1751.
1762.
1770.
1781.
1788.
1799.

1806.

1815.
1822.

1730.
1741.

venting dia. 1" 2


joint
1752.
1763.
1771.
1782.
1789.
1800.

1807.

1816.
1823.

165

1824.
9.3

1825.
Pemasangan & pembuatan
Junction Box

1831.
9.4

1832.
Pengujian proteksi
katodik

1840.

1841.

1842.

1833.
1843.

1844.

1851.
10

1852. Pembuatan Pelindung Ball


Valve (PE)

1858.
11

1859. Pembuatan Bak


1860.
Valve
1868.
Di
a. 2",
1869.
1870.
1871.
4" &
6"
1880.
1881.1882.
1879.

1867.
1878.
1889.
1896.

1890.

1899.1900.

1907.
V
1916.

1908. PEKERJAAN
KHUSUS
1918.
1917.

1909.

1927.
8

1928.
Pemasangan pagar BRC
& MR/S
1936.
G
1937.
1938.
40 - G
1939.
250

1946.
1957.
1964.

1947.
1958.
1965.

1827.

1834.

1835.
L

1836.

1845.

1846.

1847.

1853.
B

1854.

1861.

1862.

1863.

1872.

1873.
B

1874.

1883.

1884.

1885.

1891.

1892.

1901.

1902.

1903.

1910.

1911.

1912.

1921.

1922.

1923.

1929.

1930.

1931.

1940.

1941.
L

1942.

1951.

1952.

1953.

1959.

1960.

1970.

1971.

JUMLAH IV
1898.

1935.

1897.

1826.
B

1948.

1919.

1920.

1949. 1950.

JUMLAH V
1966.

1967. 1968.

1969.

1828.

1837.
1848.
1855.
1864.
1875.
1886.
1893.
1904.
1913.
1924.
1932.
1943.
1954.
1961.
1972.

1829.

1838.
1849.
1856.
1865.
1876.
1887.
1894.
1905.
1914.
1925.
1933.
1944.
1955.
1962.
1973.

1830.

1839.
1850.
1857.
1866.
1877.
1888.
1895.
1906.
1915.
1926.
1934.
1945.
1956.
1963.
1974.

166

1975.
VI
1984.
1995.
2
2006.
2017.
2028.
2035.

1976. PEKERJAAN
PERBAIKAN
1986.
1985.
1996.
Ur
ugan
Tanah
2007.
Di
a. 2",
4" &
6"
2018.
2029.

1987.

1997.

1998.

2008.

2009.

2019.

2020.

1988.
1999.

2010.
2021.

2038.2039.

2046.
VII
2055.

2047. PEKERJAAN
PENGUJIAN
2057.
2056.

2048.

2066.
A
2076.
1

2067. Untuk
2068.2069.
Pipa Baja
2077.
Pengetesan kebocoran coating
( Holiday Detector )
2086.
2084.
Di
2085.
in
2087.
a. Pipa
4

2094.
2101.
2112.
2
2120.

1978.

1979.

1980.

1989.

1990.

1991.

2000.

2001.

2002.

2011.

2012.
M

2013.

2022.

2023.

2024.

2030.

2031.

2040.

2041.

2042.

2049.

2050.

2051.

2060.

2061.

2062.

2070.

2071.

2072.

2078.

2079.

2089.
L

2090.

2096.
L

2097.

2106.

2107.

2108.

2114.

2115.

2116.

2126.
J

2127.

JUMLAH VI
2037.

2083.

2036.

1977.

2058.

2059.

2088.

2095.
Pengetesan kebocoran coating
( Holiday Detector )
2102.

2103.

2104.

2105.

2113.
Pekerjan
NDT(Radiography) &WI
2123.
2121.
Di
2122.
in
2124.
a. Pipa
2

2125.

1981.
1992.
2003.

2014.
2025.
2032.
2043.
2052.
2063.
2073.
2080.
2091.

2098.
2109.
2117.
2128.

1982.
1993.
2004.

2015.
2026.
2033.
2044.
2053.
2064.
2074.
2081.
2092.

2099.
2110.
2118.
2129.

1983.
1994.
2005.

2016.
2027.
2034.
2045.
2054.
2065.
2075.
2082.
2093.

< 275 m

2100.
2111.
2119.
2130.

167

2131.

2132.
Di
a. Pipa

2133.
4

2134.
in
2135.

2136.

2137.
J

2138.

2145.

2147.

2148.
I

2149.

2155.
in

2156.

2157.

2166.

2167.
L

2168.

2142.
3

2143.
D
ye
Penetr
ant

2153.
5

2154.
Hydrostatic test untuk
pipa diameter

2161.

2162.
Di
a. Pipa

2172.
5

2173.
Hydrostatic test untuk pipa
diameter

2179.

2180.
Di
a. Pipa

2190.
6

2191.
Pengisia
n Nitrogen

2200.
2211.
2218.

2163.
4

2181.
4

2202.

2201.
2212.

2144.

2146.

2164.
in
2165.

2174.

2220.

2175.
2176.

2185.
L

2186.

2192.

2194.

2195.
L

2196.

2205.

2206.

2207.

2213.

2214.

2224.

2225.

2231.

2232.

2241.

2242.

2243.

2252.

2253.
L

2254.

2261.

2262.
B

2263.

2203.

2193.
2204.

2221. 2222.

2230. PEKERJAAN PENYELESAIAN


AKHIR
2238.
2239.
2237.
2240.

2247.
1

2248.
D
emobil
isasi

2258.
2

2259.
Pemasangan
marker post

2250.

2251.

2260.

2223.

2158.

2169.

2184.

2229.
VIII
2236.

2249.

2150.

2182.
in
2183.

JUMLAH VII

2219.

2139.

2187.

2197.
2208.
2215.
2226.
2233.
2244.
2255.

2264.

2140.

2141.

2151.

2152.

2159.

2170.

2160.
2171.

2177.

2188.

2198.
2209.
2216.
2227.
2234.
2245.
2256.

2265.

Termasuk pigging
& flushing
2178.

2189.

Termasuk pigging
& flushing
2199.
2210.
2217.
2228.
2235.
2246.
2257.

2266.

168

2267.
3

2268.
Pemasangan
patok gas

2276.
4

2277.
D
okume
ntasi

2287.
4.4

2288.
La
poran

2298.
4.6

2299.
Foto - foto
dokumentasi

2307.

2308.
Pembuatan gambar
terlaksana

2315.
5

2316.
Commissioning/Ga
s In

2324.

2342.
2353.

2336.
2343.
2354.

2364.
2371.
2382.
2393.
2401.
2412.
2421.

2278.

2279.

2289.

2290.

2383.
2394.
2402.

2291.

2327.

2317.
2328.

2270.

2271.
B

2272.

2281.

2282.

2283.

2292.

2293.
L

2294.

2301.

2302.
L

2303.

2309.

2310.
L

2311.

2318.

2319.
L

2320.

2329.

2330.

2331.

2337.

2338.

2347.

2348.

2349.

2358.

2359.

2360.

2366.

2367.

2377.

2378.

2388.

2389.

2396.

2397.

2407.

2408.

2416.

2417.

2427.

2428.

JUMLAH VIII
2344.

2345.

2355.

2356.2357.

2365.
2372.

2280.

2300.

2326.

2325.

2335.

2269.

2346.

TOTAL

2373.
2384.

2374. 2375.
2385. 2386.

2376.
2387.

Total Biaya Pekerjaan


(A)

2395.

2403.

2406.

2413.
PPN
(10% x A)
2422.
2423.

2404. 2405.
2414.

2415.

2424. 2425.

2426.

2273.

2284.

2295.

2304.

2312.

2321.
2332.
2339.
2350.
2361.
2368.
2379.
2390.
2398.
2409.
2418.
2429.

2274.

2285.

2296.

2305.

2313.

2322.
2333.
2340.
2351.
2362.
2369.
2380.
2391.
2399.
2410.
2419.
2430.

2275.

2286.

2297.

< 500 m

2306.

< 500 m

2314.

< 500 m

2323.
2334.
2341.
2352.
2363.
2370.
2381.
2392.
2400.
2411.
2420.
2431.

169

2432.
2440.
2451.
2461.
2472.
2483.
2494.

2433.

Total Biaya Termasuk


Pajak (B)

2441.
2452.

2442.

Pembulat
an Angka

2434.

2443. 2444.

2445.

2453. 2454.

2455.

2462.

2463.

2464. 2465.

2466.

2473.

2474.

2475. 2476.

2477.

2484.
2495.

2485.

2486. 2487.

2488.

2496.

2497.

2499.

2498.

2435.

2436.

2446.

2447.

2456.

2457.

2467.

2468.

2478.

2479.

2489.

2490.

2500.

2501.

2437.
2448.
2458.
2469.
2480.
2491.
2502.

2438.
2449.
2459.
2470.
2481.
2492.
2503.

2439.
2450.
2460.
2471.
2482.
2493.
2504.

2505.
2506. (Sumber: Divisi Teknik/Perencanaan PT PGN (Persero) Tbk.)
2507.
2508.
2509.
2510.

170

DAFTAR ISI
2511.
2512.
2513..............................................SURAT PERMOHONAN KERJA PRAKTEKi
2514............................SURAT KETERANGAN DITERIMA KERJA PRAKTEK
........................................................................................................................ii
2515..........................................FORMULIR MONITORING KERJA PRAKTEK
.......................................................................................................................iii
2516...........................................PERNYATAAN LAPORAN KERJA PRAKTEK
.......................................................................................................................iv
2517..........................LEMBAR EVALUASI & PENILAIAN KERJA PRAKTEK
........................................................................................................................v
2518.........................LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTEK
.......................................................................................................................vi
2519......................................................................................KATA PENGANTAR
......................................................................................................................vii
2520...................................................................................................DAFTAR ISI
.......................................................................................................................ix
2521.......................................................................................DAFTAR GAMBAR
.....................................................................................................................xiii
2522........................................................................DAFTAR TABEL
.....................................................................................................................xiv
2523...............................................................................BAB I PENDAHULUAN
........................................................................................................................1
2524............................................................................1.1

LATAR BELAKANG

........................................................................................................................1
9

2525...............................................................................................1.2

TUJUAN

........................................................................................................................2
2526.......................................1.3

TEMPAT DAN WAKTU KERJA PRAKTEK

........................................................................................................................3
2527............................................................1.4

MANFAAT KERJA PRAKTEK

........................................................................................................................3
2528..............................................1.5

RUANG LINGKUP KERJA PRAKTEK

........................................................................................................................3
2529.............................................................1.6

METODOLOGI PENELITIAN

........................................................................................................................4
2530..............................................................1.7

SISTEMATIKA PENULISAN

........................................................................................................................4
2531...................................................................BAB II PROFIL PERUSAHAAN
........................................................................................................................6
2532..................................................2.1

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

........................................................................................................................6
2533................................................2.2

SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN

........................................................................................................................7
2534......................................................2.3

BIDANG USAHA PERUSAHAAN

........................................................................................................................8
2535.......................................................2.4

PROSES BISNIS PERUSAHAAN

......................................................................................................................10
2536......................................2.5

STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN

......................................................................................................................13
2537......................................2.6

VISI, MISI, DAN BUDAYA PERUSAHAAN

......................................................................................................................14
2538.................................................................................BAB III DASAR TEORI
......................................................................................................................15
2539...............3.1

PENDESAINAN SISTEM PERPIPAAN DISTRIBUSI GAS

......................................................................................................................15

10

2540. 3.1.1..................................................................................Ketentuan Umum


15
2541. 3.1.1......................................................................Indeks Densitas Populasi
16
2542............................................................................................3.2

PIPA BAJA

......................................................................................................................18
2543. 3.2.1...........................................Persyaratan Desain Sistem Perpipaan Baja
18
2544................................................................................3.3

MATERIAL LAIN

......................................................................................................................25
2545. 3.3.1...............................................................Pendesainan Pipa Besi Duktil
25
2546. 3.3.2..............................................................Pendesainan Perpipaan Plastik
27
2547. 3.3.3......................................................................Desain Mains Tembaga
29
2548....................................................................3.4

Desain Stasiun Kompresor

......................................................................................................................30
2549.........................................................3.5

Holder Tipe Pipa dan Tipe Botol

......................................................................................................................31
2550.....................................................................................................3.6

Katup

......................................................................................................................33
2551....................................................................................................3.7

Vault

......................................................................................................................34
2552. 3.7.1...............................................................Persyaratan Desain Struktural
34
2553. 3.7.2.........................................................................................Aksesibilitas
35
2554. 3.7.3................................................Vault Sealing, Venting dan Ventilasi
36

11

2555. 3.7.4......................................Drainase dan Pengkedap-Air (waterproofing)


37
2556.............................................................3.8

Meter dan Regulator Pelanggan

......................................................................................................................37
2557. 3.8.1........................Lokasi untuk Instalasi Meter dan Regulator Pelanggan
37
2558. 3.8.2...............................Tekanan Operasi untuk Instalasi Meter Pelanggan
38
2559. 3.8.3.............Pemproteksian Instalasi Meter dan Regulator Pelanggan dari
Kerusakan.....................................................................................................38
2560. 3.8.4...............................................................Instalasi Meter dan Regulator
39
2561..................................................................................3.9

BIAYA PROYEK

......................................................................................................................39
2562. 3.9.1......................................................................Metode Penentuan Biaya
39
2563......................................................................................3.10

DEPRESIASI

......................................................................................................................49
2564. 3.10.1............................................................................Metode Garis Lurus
49
2565. 3.10.2......................................................................Metode Saldo Menurun
50
2566. 3.10.3..........................................................................Activity Depreciation
50
2567. 3.10.4.................................................................Penjumlahan Angka Tahun
50
2568. 3.10.5....................................Depresiasi berdasarkan Unit yang Diproduksi
51
2569. 3.10.6....................................................Depresiasi berdasarkan Unit Waktu
51

12

2570. 3.10.7......................................Depresiasi Kelompok (Group Depreciation)


51
2571. 3.10.8........................................................Composite Depreciation Method
52
2572...................................................3.11

Tingkat Pengembalian Aset Berisiko

......................................................................................................................52
2573. 3.11.1.....................................Pengertian biaya modal atau tingkat diskonto
52
2574. 3.11.2................................................................Capital asset pricing model
53
2575. 3.11.3................................................Hubungan dalam discounted cashflow
55
2576...............................................3.12

METODE KELAYAKAN INVESTASI

......................................................................................................................56
2577. 3.12.1.......................................................................Average Rate of Return
56
2578. 3.12.2..................................................................................Payback Period
56
2579. 3.12.3.......................................................................Internal Rate of Return
57
2580. 3.12.4...............................................................................Profitability Index
61
2581. 3.12.5................................................................................Net Present Value
62
2582....BAB IV PERENCANAAN PEMBANGUNAN PIPA DISTRIBUSI GAS
PADA BIDANG TEKNIK PT PGN (Persero) Tbk.......................................71
2583.. .4.1

GAMBARAN UMUM TAHAPAN PERENCANAAN JARINGAN

PIPA DISTRIBUSI.......................................................................................71
2584............................4.2

SURVEY LOKASI DAN JALUR RENCANA PIPA

......................................................................................................................74

13

2585.............4.3

DESAIN JARINGAN DAN DETAIL GAMBAR RENCANA

......................................................................................................................81
2586...................................................................................................................4.4
...............................................................PERHITUNGAN KEEKONOMIAN
......................................................................................................................86
2587. 4.4.1................................................................Rencana Kebutuhan Material
91
2588. 4.4.2.....................................................Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan
91
2589. 4.4.3.........................................................................Internal Rate of Return
92
2590. 4.4.4.......................................................................................Biaya Operasi
96
2591. 4.4.5................................................................................Metode Depresiasi
96
2592. 4.4.6...................................................................................................RADR
97
2593...............................BAB V ANALISIS PERHITUNGAN KEEKONOMIAN
......................................................................................................................98
2594...................................................................................................................5.1
.......................................................................PERHITUNGAN DEPRESIASI
......................................................................................................................98
2595...................................................................................................................5.2
...............PERHITUNGAN NILAI KETERTARIKAN MINIMUM PROYEK
....................................................................................................................108
2596.........................................................................................BAB VI PENUTUP
....................................................................................................................111
2597...................................................................................................................6.1
................................................................................................KESIMPULAN
....................................................................................................................111

14

2598...................................................................................................................6.2
............................................................................................................SARAN
....................................................................................................................112
2599......................................................................................DAFTAR PUSTAKA
....................................................................................................................113
2600....................................................................................................LAMPIRAN
....................................................................................................................114
2601.....................Lampiran 1. Contoh tabel rencana kebutuhan material PT PGN
....................................................................................................................115
2602...........Lampiran 2. Contoh tabel rencana anggaran biaya pekerjaan PT PGN
....................................................................................................................118
2603.........................................................Lampiran 3. Contoh RKUP PT PGN125

DAFTAR GAMBAR

15

Gambar 2. 1 Kepemilikan Saham PT PGN (Persero) Tbk..................................................8


Gambar 2. 2 Komposisi Karyawan berdasarkan Tingkat Pendidikan...............................10
Gambar 2. 3 Skema Bidang Usaha Perusahaan................................................................12
Gambar 2. 4 Struktur Usaha Perseroan sebagai Distributor.............................................14
Gambar 2. 5 Struktur Usaha Perseroan sebagai Transporter.............................................15
Gambar 2. 6 Struktur Organisasi Perusahaan...................................................................17
Gambar 3. 1 Kurva linier..................................................................................................56
Gambar 3. 2 Kurva Pangkat.............................................................................................57
Gambar 3. 3 Nilai tangent sebagai nilai koefisien beta.....................................................74
Gambar 3. 4 Perbandingan IRR dan NPV dua proyek......................................................82
Gambar 3. 5 Kurva NPV pada tingkat bunga diskonto 5%..............................................88
Gambar 3. 6 Perbandingan kurva NPV dua usulan proyek...............................................89
Gambar 3. 7 Perbandingan NPV dua usulan proyek........................................................91
Gambar 3. 8 Kurva NPV reaktor nuklir............................................................................93
Gambar 3. 9 Kurva alternatif pertama dan kedua.............................................................95
Gambar 4. 1 Diagram alir proses perencanaan pembangunan jaringan pipa distribusi
PT PGN..........................................................................................................................100
Gambar 4. 2 Diagram alir kegiatan survey lokasi pipa...................................................102
Gambar 4. 3 Diagram alir kegiatan desain jaringan........................................................109
Gambar 4. 4 Diagram alir perhitungan keekonomian.....................................................116

DAFTAR TABEL

16

Tabel 3. 1 Nilai Faktor Desain F....................................................................26


Tabel 3. 2 Faktor Sambungan Longitudinal.......................................................27
Tabel 3. 3 Faktor Derating Suhu T untuk Pipa Baja............................................27
Tabel 3. 4 Ketebalan Dinding Nominal Terkecil.................................................28
Tabel 3. 5 Ukuran Kover Minimum................................................................31
Tabel 3. 6 Klasifikasi Konstruksi Pipa Baja......................................................33
Tabel 3. 7 Tipe Konstruksi yang Disyaratkan....................................................33
Tabel 3. 8 Tipe Konstruksi yang Disyaratkan....................................................34
Tabel 3. 9 Penyeleksian Tebal Standar untuk Pipa Besi Duktil...............................35
Tabel 3. 10 Rasio Tebal Dinding dan Dimensi Standar untuk Pipa Termoplastik.........38
Tabel 3. 11 Diameter dan Tebal Dinding untuk Pipa Plastik
Reinforced Thermosetting...........................................................39
Tabel 3. 12 Jarak Kontainer Pipa atau Botol dan Pagar.........................................43
Tabel 3. 13 Jarak Minimum Kontainer dengan Batas Lokasi yang Dipagari...............43
Tabel 3. 14 Pengelompokkan dengan memisahkan tenaga kerja..............................62
Tabel 3. 15 Contoh harga satuan....................................................................65
Tabel 3. 16 Perhitungan depresiasi dengan metode komposit.................................72
Tabel 3. 17 Cash flow proyek usulan lama dan proyek usulan baru..........................90
Tabel 3. 18 Contoh aliran kas reaktor nuklir......................................................92
Tabel 3. 19 Cash flow proyek usulan lama dan proyek usulan baru..........................94
Tabel 4. 1 Bentuk dan jenis data diagram alir kegiatan survey lokasi pipa...............102
Tabel 4. 2 Proses Transformasi Data/Informasi
diagram alir kegiatan survey lokasi pipa..........................................103
Tabel 4. 3 Bentuk dan jenis data/informasi diagram alir kegiatan desain jaringan......110
Tabel 4. 4 Proses transformasi data/informasi diagram alir kegiatan desain jaringan. .111
Tabel 4. 5 Aplikasi analisa steady-state dan unsteady state..................................112
Tabel 4. 6 Contoh work breakdown structure...................................................113
Tabel 4. 7 Bentuk dan jenis data/informasi diagram alir perhitungan keekonomian....117
Tabel 4. 8 Proses transformasi data/informasi diagram alir perhitungan keekonomian 117
Tabel 4. 9 Perhitungan Internal Rate of Return proyek pembangunan
pipa distribusi gas........................................................................120
Tabel 5. 1 Tarif penyusutan aktiva tetap menurut UU No. 17 tahun 2000................127
Tabel 5. 2 Alternatif usulan pertama perhitungan depresiasi nilai investasi..............129

17

Tabel 5. 3 Alternatif usulan kedua perhitungan depresiasi nilai investasi.................138


Tabel 5. 4 Perkiraan time value of money.......................................................144
Tabel 5. 5 Resume hasil perhitungan CAPM PT PGN........................................147

18

Anda mungkin juga menyukai