Anda di halaman 1dari 6

Evaluasi Dampak Pengunaan NAPZA

Valentine Lindarto / 11 IPA / No. 27

Hasil Diskusi Kelompok

NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat adktif lainnya) merupakan sekelompok obat-obatan
yang dapat mempengaruhi kondisi fisik dan/atau mental seseorang. Penyalahgunaan NAPZA
dapat mengakibatkan gangguan neurofisiologis yang berujung pada kematian. Obat-obatan
NAPZA dapat dikonsumsi melalui injeksi, inhalasi, atau ingesti. Pengonsumsian tersebut akan
mengirimkan dopamin, yaitu senyawa yang bertugas meregulasi emosi dan sensasi kesenangan
dalam jumlah yang besar ke otak. Perasaan “feel-good” ini membuat para pengguna terus ingin
mengonsumsi NAPZA, sehingga akhirnya tercandu (Gateway Foundation, 2022).

Obat-obatan NAPZA terbagi menjadi 3 jenis utama, yaitu:


a) Halusinogen: mempengaruhi 5 indera
b) Depresan: melambat fungsi sistem saraf utama
c) Stimulan: mempercepat fungsi sistem saraf utama

Berdasarkan penjelasan singkat tersebut, dapat disimpulkan bahwa NAPZA mempengaruhi


mekanisme sistem saraf pusat yang seharusnya berfungsi untuk mengatur dan mengolah
rangsangan dari seluruh bagian tubuh. Bila sistem saraf pusat sudah “dirusak” oleh NAPZA,
maka bagian tubuh lain selain otak juga akan rusak secara perhalan. Secara khusus, dampak
dari pengunaan NAPZA terhadap tubuh dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu psikologis dan
fisiologis.

a) Psikologis:
- Sulit berkonsentrasi
- Kewaspadaan menurun
- Mengkhayal
- Hilang kepercayaan diri
- Ketidakseimbangan emosional
- Pikiran terdistorsi
- Agitatif
- Agresif
- Apatis

Dampak psikologis ini membuat para penguna NAPZA 15 kali lebih cenderung melakukan
tindakan kriminal. Contohnya, pengguna NAPZA sering terlibat dan tewas (14%) dalam
kecelakaan jalan karena memiliki tingkat kewaspadaan dan konsentrasi yang terganggu. Para
pengguna NAPZA juga sering dilapor melakukan pencurian atau pembegalan (1 dari 6
pengguna) karena sulit menafkahi kecanduannya yang sangat mahal (cnth. 1 gram sabu
berharga lebih dari Rp 1 jt). Bagi para pelajar yang tercandu, prestasi sekolah juga akan
terganggu sebab nilai IQ dapat menurun dan motivasi untuk belajar akan hilang (Power et al.,
2021). Pelajar kurang mampu berkonsentrasi dan menghafal dalam kelas, serta gampang
merasa tertekan atau gelisah sehingga muncul keributan di dalam kelas. Penggunaan NAPZA
selama masa sekolah seringkali berujung pada dropout (32%). Selain sekolah, pengunaan
NAPZA juga dapat mempengaruhi keharmonisan rumah tangga. Kesulitan finansial akibat
utang kepada pengedar narkoba akan menganggu seluruh anggota keluarga. Para pengguna
juga tidak stabil secara emosional sehingga akan tiba-tiba bersifat agresif (cnth. memukul
pasangan atau anak). Akibatnya, anak dalam rumah tangga akan kurang diperhatikan sehingga
3 kali lebih mungkin menjadi korban pembulian atau kekerasan di luar rumah.

b) Fisiologis:
- Mata: penglihatan buram, dilasi abnormal, mata tampak merah, kantung mata
menghitam, dan sering mengeluarkan air mata
- Jantung: tekanan darah tinggi, detak jantung tidak teratur, pemompaan darah lemah,
otot jantung robek, dan infeksi pembuluh darah
- Paru-paru: pernapasan yang terhambat dan saluran pernapasan tersendat
- Kulit: jerawatan dan inflamasi (merah dan gatal)
- Ginjal dan hati: fungsi terganggu sehingga terdapat risiko gagal ginjal dan/atau hati

Secara keseluruhan, dampak fisiologis dari penggunaan NAPZA akan dialami oleh setiap
organ dalam tubuh. Akibatnya, sistem imun tubuh juga terganggu sehingga pengguna lebih
mudah terserang TBC bila merokok dan HIV bila menggunakan jarum yang kurang bersih.
Setiap gangguan fungsi yang diterima organ tubuh akibat penggunaan NAPZA dapat berujung
pada gagal organ serta kematian.

Meskipun penggunaan NAPZA berstigma buruk di kalangan masyarakat karena dampak


negatifnya, sebenarnya NAPZA juga sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari (cnth.
obat batuk atau pilek). Obat-obat yang tergolong NAPZA sering diresepkan dokter untuk
penderita depresi, schizoprenia, gangguan bipolar, ADHD, insomnia berat, serta digunakan
sebelum atau selama operasi sebagai obat anestesi (Nosek et al. 2017). Oleh karena itu
pemerintah Indonesia mengeluarkan UU No. 35 Thn. 2009 tentang Narkotika yang melarang
pengunaan NAPZA untuk kebutuhan rekreasi, namun mengizinkan pemanfaatan NAPZA
untuk memajukan pelayanan kesehatan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Akan tetapi,
kelompok kami menilai bahwa terdapat beberapa poin yang perlu diperbaharui dalam UU
tersebut, yaitu:

- Penambahan jenis NPS baru


- Pembudidayaan tanaman obat seperti ganja (cannabis sativa)
- Pendaftaran tanaman obat seperti bunga kecubung sebagai zat psikotropika
- Pengolahan kembali barang bukti NAPZA untuk keperluan kesehaan dan penelitian

Kelompok kami tidak setuju dengan pemusnahan barang bukti NAPZA karena obat-obatan
tersebut dapat disimpan kemudian diolah kembali untuk menguntungkan negara secara
finansial (ekspor bahan baku), sosial (penelitian di institusi besar), dan medis (disalurkan ke
fasilitas kesehatan). Indonesia memiliki kapasitas untuk menyimpan barang bukti tersebut,
sehingga kami yakin bahwa barang bukti tersebut tidak perlu disia-siakan dengan cara dibakar.
Kami percaya bahwa tindakan preventif yang tepat adalah melalui edukasi formal (lewat
program sekolah) dan non-formal (lewat sosial media). Contohnya, BNN dapat bekerjasama
dengan lembaga penyiaran TV di Indonesia untuk membuat video singkat yang mengajarkan
anak-anak kecil tentang dampak buruk NAPZA agar sejak usia dini mereka sudah kenal dan
sadar akan bahaya narkoba. Strategi ini digunakan pemerintah Singapura yang sudah memulai
kampanye “Be A Good Citizen” dan “Go Green” lewat lagu kampanye yang wajib disiarkan
oleh setiap saluran TV anak pada pukul 08:00 A.M. sejak tahun 1970-an. Daripada menonton
sinetron, anak-anak Indonesia dapat menerima informasi yang lebih bermanfaat melalui
kampanye yang hanya berlangsung 2-3 menit. Oleh karena itu, kami pun menyampaikan ide
pengolahan kembali barang bukti kepada para petugas BNN.
Hasil Mendengarkan Sesi BNN

Setelah mengikuti sesi penjelasan dari BNN, satu kalimat yang menyadarkan saya akan tingkat
kebahayaan NAPZA adalah “dampak dari pengunaan NAPZA tidak bisa direverse, maka
jangan coba-coba menggunakan” sambil ditunjukkan gambar 3D otak seseorang yang
kecanduan narkoba. Saya tidak pernah melihat gambar otak dengan bolongan-bolongan kecil
yang tersebar luas di seluruh permukaannya karena saya bahkan tidak tahu bahwa hal tersebut
bisa terjadi. Gambar tersebut meyakinkan saya bahwa kata-kata “narkoba adalah sampah
masyarakat” adalah benar, karena bagaimana mungkin seseorang yang otaknya sudah berubah
dengan sedemikian rupa masih bisa berfungsi layaknya manusia normal?

Setelah sesi penjelasan, kami mulai bertanya-tanya tentang ide kami terkait pembaharuan UU
Narkotika. Berikut adalah pandangan pribadi saya terhadap jawaban dari petugas BNN:

- Penambahan jenis NPS baru


a. Jawaban: Setiap jenis NPS baru yang ditemukan polisi akan diteliti BNN kemudian
disampaikan informasinya kepada DPR. Akan tetapi, pengajuan pendaftaran jenis
NPS baru tidak pernah dibahas dalam rapat DPR sampai sekarang. BNN tidak bisa
mengubah ataupun memperbaharui UU karena kuasa untuk melakukan hal tersebut
berada pada lembaga legislatif utama negara, DPR.
b. Pandangan: Kami setuju bahwa BNN sudah melakukan tugas dan tanggung
jawabnya dalam melaporkan setiap NPS baru kepada DPR untuk didaftarkan
sebagai jenis obat NAPZA baru. Kami berharap bahwa DPR akan segera membahas
UU Narkotika sebab sudah ada ratusan NPS baru yang masuk Indonesia namun
belum ditambahkan di dalam UU tersebut. Bila tidak segera ditambahkan, maka
dapat membahayakan kualitas hidup serta nyawa warga.
- Pembudidayaan tanaman obat seperti ganja (cannabis sativa)
a. Jawaban: Penduduk Indonesia belum cukup teredukasi. Hanya negara maju seperti
Amerika Serikat dan Swedia yang sudah melegalkan ganja karena penduduknya
juga cukup bertanggung jawab. Sementara itu, terdapat kasus dimana petani ganja
tidak sengaja menabrak sekelompok orang yang sedang berdiri di pinggir jalan
karena mengkhayal dan melihat mereka sebagai lapangan kosong pada 2009. Bila
ke depannya penduduk Indonesia sudah lebih teredukasi, maka mungkin ganja bisa
dilegalkan.
b. Pandangan: Kami setuju bahwa edukasi penduduk Indonesia akan NAPZA masih
perlu ditingkatkan. Masyarakat Indonesia belum siap untuk hidup dalam komunitas
yang aman, damai, dan tenteram bila ganja dilegalkan.
- Pendaftaran tanaman obat seperti bunga kecubung sebagai zat psikotropika
a. Jawaban: Bunga kecubung sudah didaftarkan sebagai NPS, hanya saja belum
dimasukkan ke dalam UU Narkotika karena belum disetujui melalui rapat DPR.
b. Pandangan: Kami setuju dengan pendaftaran bunga kecubung sebagai NPS.
- Pengolahan kembali barang bukti NAPZA untuk keperluan kesehaan dan penelitian
a. Jawaban: Barang bukti NAPZA dianggap sebagai barang yang ilegal dan tidak
bermanfaat sehingga perlu dimusnahkan dengan cara dibakar. Pil yang ditemukan
pada pengedar ilegal merupakan hasil pengcampuran obat yang satu dengan yang
lainnya sehingga tingkat kebahayannya tidak diketahui dan perlu segera
dimusnahkan.
b. Pandangan: Kami setuju bahwa NPS dalam bentuk jadi perlu dimusnahkan, namun
bahan baku NAPZA (cnth, ganja) masih bisa disimpan oleh lembaga atau institusi
yang berkapasitas agar dapat diolah kembali untuk keperluan penelitian dan
kesehatan.

Sesi BNN membuat saya sadar bahwa sebenarnya pengunaan dan pengedaran NAPZA di
lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat (komunitas sekitar) masih sangat mungkin
dicegah. Oleh karena itu, saya pun membuat media kampanye untuk bantu mengeduksi orang-
orang di komunitas sekitar terkait dampak NAPZA terhadap kehidupan bersama.
Daftar Pustaka

1. Gateway Foundation (2022). Effects of Drug Abuse and Addiction.


2. Power, E.; Sabherwal, S.; Healy, C.; O'Neill, A.; Cotter, C.; Canon, C. (2021). Intelligence
quotient decline following frequent or dependent cannabis use in youth: a systematic review
and meta-analysis of longitudinal studies. Physcol Med 51 (2), pp. 194-200.
DOI: 10.1017/S0033291720005036
3. Nosek, K.; Leppert, W.; Nosek, H.; Wordlizek, J.; Onichimowski, D. (2017). A comparison of
oral controlled-release morphine and oxycodone with transdermal formulations of
buprenorphine and fentanyl in the treatment of severe pain in cancer patients. Drug Des Dev
Ther 11, pp. 2409-2419. DOI: 10.2147/DDDT.S141007

Anda mungkin juga menyukai