Anda di halaman 1dari 46

Bab 2: Profil Pendidikan dan Platform Rapor Pendidikan

Dalam sesi ini diharapkan peserta dapat:

01 Memahami definisi, kerangka, dan struktur Profil Pendidikan

02 Memahami indikator dalam Profil Pendidikan

03 Mampu mengakses dan menggunakan platform Rapor Pendidikan

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 1


Definisi Profil Pendidikan, Rapor Pendidikan, dan Platform Rapor Pendidikan

laporan komprehensif mengenai layanan pendidikan sebagai hasil dari


Profil Pendidikan Evaluasi Sistem Pendidikan yang digunakan sebagai landasan untuk
peningkatan mutu layanan pendidikan dan penetapan Rapor Pendidikan

indikator terpilih dari Profil Pendidikan yang merefleksikan prioritas


Kemendikbudristek yang digunakan untuk menilai kinerja daerah dan
Rapor Pendidikan
satuan pendidikan. Rapor Pendidikan diperoleh dari perbandingan nilai
indikator antar tahun (akan ditampilkan mulai tahun 2023).

aplikasi berbasis web yang menampilkan informasi Profil Pendidikan dan


Platform Rapor
Rapor Pendidikan. Platform Rapor Pendidikan dapat diakses oleh
Pendidikan
pengguna yang memiliki akun belajar sesuai dengan kewenangannya.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 2


Rapor Pendidikan dan perencanaan berbasis data adalah alat bantu bagi satuan
pendidikan dan dinas pendidikan untuk terus bersama memperbaiki kualitas layanan
pendidikan

Rapor Pendidikan dan perencanaan berbasis data Rapor Pendidikan dan perencanaan berbasis data
adalah perangkat dan cara untuk bukanlah perangkat dan cara untuk

Mengidentifikasi akar permasalahan Menghukum dan mencari siapa yang salah

Refleksi capaian pendidikan sejauh ini Memeringkatkan satuan dan daerah

Didiskusikan secara konstruktif Membanding-bandingkan pencapaian


dengan berbagai pemangku
kepentingan pendidikan untuk
membenahi mutu pendidikan Menjadi tambahan beban dokumen
administrasi yang tidak bermakna

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 3


Dasar Hukum perencanaan berbasis data diatur dalam PP No. 57 tahun 2021 tentang Standar
Nasional Pendidikan dan Permendikbudristek No. 09 tahun 2022 tentang Evaluasi Sistem
Pendidikan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Terhadap Pendidikan Anak Usia
Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah
PP No 57 Tahun 2021 Permendikbudristek No 09 tahun 2022

Pasal 24
Pasal 28
● Perencanaan kegiatan Pendidikan bertujuan untuk peningkatan ● Evaluasi Sistem Pendidikan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan profil
kualitas proses dan hasil belajar secara berkelanjutan pendidikan daerah.
berdasarkan evaluasi diri Satuan Pendidikan. ● Evaluasi sistem pendidikan oleh Pemerintah Daerah dilaksanakan terhadap:
● Perencanaan kegiatan Pendidikan dituangkan dalam rencana a. Pendidikan Anak Usia Dini; dan
kerja jangka pendek dan rencana kerja jangka menengah. b. Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Pasal 26
Hasil Evaluasi Sistem Pendidikan oleh Pemerintah Daerah dimanfaatkan oleh Pemerintah
Pasal 48
Daerah sebagai bahan untuk melakukan penyesuaian kebijakan dan perencanaan program
3. Evaluasi sistem Pendidikan oleh Pemerintah Daerah
dalam rangka peningkatan akses, mutu, relevansi, dan tata kelola penyelenggaraan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan terhadap: a. pendidikan sesuai dengan kewenangannya.
pendidikan anak usia dini; dan b. pendidikan dasar dan Pasal 28
menengah. Hasil Evaluasi Sistem Pendidikan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
4. Evaluasi sistem Pendidikan oleh Pemerintah Daerah dimanfaatkan oleh Satuan Pendidikan untuk:
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk perluasan
akses dan peningkatan mutu layanan Pendidikan daerah ● mengidentifikasi masalah pendidikan yang perlu mendapatkan prioritas
sesuai kebutuhan Satuan Pendidikan dan program Pendidikan. berdasarkan indikator dalam profil Satuan Pendidikan atau profil program
pendidikan kesetaraan;
● mendalami hasil identifikasi masalah pendidikan untuk menemukan akar
masalah dan merumuskan langkah perbaikan; dan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi ● melakukan perencanaan program untuk mengatasi akar masalah 4
Profil Pendidikan merupakan laporan komprehensif tentang layanan
pendidikan PAUD Dikdasmen berdasarkan hasil evaluasi sistem pendidikan

Laporan Evaluasi Bentuk Evaluasi


Sumber Data
Platform Rapor Pendidikan Evaluasi Diri Internal
Asesmen Nasional PROFIL Evaluasi Diri Satuan Pendidikan
(AKM, Survei Karakter, & (mandiri, bagian siklus perencanaan)
RKTS
Survei Lingkungan Belajar)
Profil Satuan Pendidikan
Dapodik Profil Pendidikan Daerah Evaluasi Diri Pemda
(mandiri, bagian siklus perencanaan)
RKPD
(isi komprehensif, bersifat diagnostik)
Data Pendidikan Kemenag
Evaluasi Eksternal
Platform Digital SPM
Evaluasi Pendidikan Daerah
Guru dan Kepala Sekolah
RAPOR (re)akreditasi Sekolah
Tracer Study SMK oleh BAN (visitasi hanya pada sekolah Akredi
Rapor Satuan Pendidikan dengan kriteria tertentu) tasi
Data GTK Rapor Pendidikan Daerah
Insentif Kinerja Sekolah
(bagian dari indikator Profil Pendidikan) dari Kemendikbud
BPS, dll.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 5


Profil Pendidikan merupakan laporan hasil evaluasi layanan pendidikan
sebagai penyempurnaan rapor mutu sebelumnya

01 Single source
Single source
peningkatan
lanjut
of of
data sebagai
data dasar
sebagai
kualitaskualitas
peningkatan pendidikan.
analisis,
dasar
pendidikan.
perencanaan,
analisis, dan tindak
perencanaan, dan lanjut
tindak

02 Alat ukur yang berorientasi pada mutu dan pemerataan hasil belajar
Alat ukur yang berorientasi pada mutu dan pemerataan hasil belajar (output).
(output)

03 Instrumen pengukuran untuk evaluasi sistem pendidikan secara keseluruhan


baik untuk evaluasi internal maupun eksternal.

04 Profil pendidikan menjadi sumber data untuk perencanaan di tingkat satuan


pendidikan dan perencanaan di tingkat pemerintah daerah.

05 Instrumen yang meringankan beban administrasi satuan pendidikan dengan


mengurangi aplikasi beragam dalam proses evaluasi internal dan eksternal.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 6


Profil Pendidikan merupakan laporan hasil evaluasi layanan pendidikan
sebagai penyempurnaan rapor mutu sebelumnya

Rapor Pendidikan terdiri dari indikator-indikator yang merefleksikan delapan Standar Nasional Pendidikan
dan mencakup area yang berkaitan dengan input, proses, dan output pembelajaran
8 Standar Nasional Pendidikan
Output Proses Input

1 Standar Kompetensi Lulusan 2 Standar Isi 6 Standar GTK


3 Standar Proses 7 Standar Pembiayaan

4 Standar Penilaian 8 Standar Sarpras

5 Standar Pengelolaan

A. Mutu dan relevansi hasil D. Mutu dan relevansi


C. Kompetensi dan kinerja GTK
belajar peserta didik pembelajaran

B. Pemerataan pendidikan E. Pengelolaan satuan pendidikan yang partisipatif, transparan dan


yang bermutu akuntabel

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 7


Setiap dimensi terdiri dari indikator yang tersusun dalam beberapa tingkatan

Tiap dimensi terdiri dari beberapa indikator level 1. Indikator level 1 terdiri dari beberapa indikator level 2, dan
indikator level 2 terdiri dari beberapa indikator level 3. Beberapa indikator level 2 tidak memiliki indikator level
3, dan beberapa indikator level 1 tidak memiliki indikator level 2.

Dimensi

Indikator
Level 1

Indikator
Level 2

Indikator
Level 3

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 8


Struktur Profil Pendidikan Pendidikan Dasar Menengah

Output Proses Input

Kualitas Proses Kualitas Sumber Daya Manusia dan


Kualitas Capaian Pembelajaran Siswa
Belajar Siswa Sekolah

Mutu dan relevansi Pemerataan Mutu dan relevansi Kompetensi dan Pengelolaan sekolah
hasil belajar murid pendidikan yang pembelajaran kinerja PTK yang partisipatif,
bermutu transparan, dan
akuntabel

Dimensi A Dimensi B Dimensi D Dimensi C Dimensi E

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 9


Indikator DASMEN

Dimensi Indikator Level 1


Mutu dan Relevansi Kemampuan literasi Indeks Karakter Pendapatan Lulusan SMK
A. Hasil Belajar
Kemampuan numerasi Penyerapan Lulusan SMK Kompetensi Lulusan SMK

Pemerataan APS SMA/K/MA/Paket


Kesenjangan literasi APS SD/MI/Paket A/SDLB
Output

C/SMALB
B. Pendidikan Yang
Bermutu
Kesenjangan numerasi APK SMP/MTS/Paket B/SMPLB

Kesenjangan karakter APS SMP/MTS/Paket B/SMPLB

APK SMA/K/MA/Paket
APK SD/MI/Paket A/SDLB C/SMALB

Hanya ada di level Di level daerah dan


Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi daerah satuan pendidikan 10
Indikator DASMEN

Dimensi Indikator Level 1


Kualitas pembelajaran Iklim inklusivitas
Mutu dan Relevansi
D. Pembelajaran
Refleksi dan perbaikan pembelajaran oleh guru Kesenjangan Iklim inklusivitas

Kepemimpinan instruksional Kesenjangan fasilitas sekolah antar wilayah

Iklim keamanan sekolah Kesenjangan kebersihan sekolah (termasuk sanitasi)


antar wilayah
Proses

Kesenjangan iklim keamanan sekolah Kesenjangan bahan dan fasilitas belajar literasi

Iklim kesetaraan gender Kesenjangan akses dan fasilitas belajar daring

Kesenjangan Iklim kesetaraan gender Pemanfaatan TIK untuk pembelajaran

Iklim kebinekaan Link and match dengan Dunia Kerja

Kesenjangan Iklim kebinekaan

Hanya ada di level Di level daerah dan


Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi daerah satuan pendidikan 11
Indikator DASMEN

Dimensi Indikator Level 1


Proporsi GTK bersertifikat Kehadiran guru di kelas
Kompetensi dan
C. Kinerja GTK
Proporsi GTK penggerak Indeks distribusi guru

Pengalaman pelatihan guru Pemenuhan Kebutuhan Guru


Input

Kualitas GTK penggerak Proporsi GTK di SMK yang bersertifikat kompetensi


Belum tersedia

Nilai UKG

Pengelolaan sekolah Partisipasi warga sekolah Pemanfaatan TIK untuk pengelolaan anggaran
yang Partisipatif,
E. Transparan, dan
Proporsi pemanfaatan sumber daya sekolah untuk
Proporsi pemanfaatan APBD untuk pendidikan
Akuntabel peningkatan mutu

Hanya ada di level Di level daerah dan


Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi daerah satuan pendidikan 12
A.1. Kemampuan Literasi

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan


Kemampuan peserta didik dalam
memahami, menggunakan, Di atas Mencapai Di bawah Jauh di bawah
Kompetensi Kompetensi Kompetensi Kompetensi
mengevaluasi, merefleksikan Minimum Minimum
Minimum Minimum
berbagai jenis teks untuk
menyelesaikan masalah dan Murid di sekolah Sebagian besar murid Kurang dari 50% Sebagian besar
mengembangkan kapasitas individu menunjukkan tingkat telah mencapai batas murid telah mencapai murid belum
literasi membaca kompetensi minimum kompetensi mencapai
sebagai warga Indonesia dan warga batas kompetensi
yang cakap dan untuk literasi membaca minimum untuk
dunia agar dapat berkontribusi cukup banyak murid namun perlu upaya literasi membaca. minimum untuk
secara produktif di masyarakat. berada pada level mendorong lebih literasi membaca
mahir. banyak murid
menjadi mahir.
(1,40-1,79)
Rentang Nilai Kemampuan Literasi (2,10-3,0) (1,80-2,09) (1,00-1,39)

Atribut/Label Peserta Didik


1,0 3,0 Mahir Peserta didik mampu mengintegrasikan beberapa informasi lintas teks; mengevaluasi isi,
kualitas, cara penulisan suatu teks, dan bersikap reflektif terhadap isi teks.

Seluruh Seluruh Cakap Peserta didik mampu membuat interpretasi dari informasi implisit yang ada dalam teks;
aspek dalam aspek dalam mampu membuat simpulan dari hasil integrasi beberapa informasi dalam suatu teks.
indikator indikator
Dasar Peserta didik mampu menemukan dan mengambil informasi eksplisit yang ada dalam teks
kategori kategori serta membuat interpretasi sederhana.
capaiannya capaiannya
kurang baik Perlu Intervensi Peserta didik belum mampu menemukan dan mengambil informasi eksplisit yang ada
Khusus dalam teks ataupun membuat interpretasi sederhana.
A.1. Kemampuan Literasi

Indikator Level 2

A.1.1. Kompetensi membaca teks informasi Kemampuan peserta didik dalam memahami, menggunakan,
merefleksi, dan mengevaluasi teks informasional (non-fiksi).

A.1.2. Kompetensi Membaca Teks Sastra Kemampuan peserta didik dalam memahami, menggunakan,
merefleksi, dan mengevaluasi teks fiksi.

A.1.3. Kompetensi mengakses dan Kemampuan peserta didik menemukan, mengidentifikasi, dan
menemukan isi teks (L1) mendeskripsikan suatu ide atau informasi eksplisit dalam teks
informasional (non-fiksi) dan sastra

A.1.4. Kompetensi menginterpretasi dan Kemampuan peserta didik dalam membandingkan dan
memahami isi teks (L2) mengontraskan ide atau informasi dalam atau antar-teks,
membuat kesimpulan, mengelompokkan, mengombinasikan ide
dan informasi dalam teks atau antar-teks informasional (non-fiksi)
dan sastra.

A.1.5. Kompetensi mengevaluasi dan Kemampuan peserta didik dalam menganalisis, memprediksi, dan
merefleksi isi teks (L3) menilai konten, bahasa, dan unsur-unsur dalam teks informasional
(non-fiksi) dan sastra.
A.2. Kemampuan Numerasi

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan


Kemampuan peserta didik dalam
berpikir menggunakan konsep, Di atas Mencapai Di bawah Jauh di bawah
Kompetensi Kompetensi Kompetensi Kompetensi
prosedur, fakta, dan alat
Minimum Minimum Minimum Minimum
matematika untuk menyelesaikan
masalah sehari-hari pada berbagai Murid di sekolah Sebagian besar murid Kurang dari 50% Sebagian besar
jenis konteks yang relevan untuk menunjukkan tingkat telah mencapai batas murid telah mencapai murid
individu sebagai warga negara numerasi yang cakap kompetensi minimum kompetensi belum mencapai
dan cukup banyak untuk numerasi minimum untuk batas kompetensi
Indonesia dan dunia. murid berada pada namun perlu upaya numerasi. mininum untuk
level mahir. mendorong lebih numerasi.
banyak murid
menjadi mahir.
(1,40-1,79)
Rentang Nilai Kemampuan Numerasi (2,10-3,0) (1,80-2,09) (1,00-1,39)

Atribut/Label Peserta Didik


Mahir Peserta didik mampu bernalar untuk menyelesaikan masalah kompleks serta non-rutin
1,0 3,0 berdasarkan konsep matematika yang dimilikinya.

Seluruh Seluruh Cakap Peserta didik mampu mengaplikasikan pengetahuan matematika yang dimiliki dalam
konteks yang lebih beragam..
aspek dalam aspek dalam
indikator indikator Dasar Peserta didik memiliki keterampilan dasar matematika: komputasi dasar dalam bentuk
kategori kategori persamaan langsung, konsep dasar terkait geometri dan statistika, serta menyelesaikan
capaiannya capaiannya masalah matematika sederhana yang rutin.
kurang baik
Perlu Intervensi Peserta didik hanya memiliki pengetahuan matematika yang terbatas (penguasaan
Khusus konsep yang parsial dan keterampilan komputasi yang terbatas).
A.2. Kemampuan Numerasi

Indikator Level 2
A.2.1. Kompetensi pada domain bilangan Kemampuan peserta didik dalam berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat
matematika pada konten bilangan untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.

A.2.2. Kompetensi pada domain aljabar Kemampuan peserta didik dalam berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat
matematika pada konten aljabar untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.

A.2.3. Kompetensi pada domain geometri Kemampuan peserta didik dalam berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat
matematika pada konten geometri untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.

A.2.4. Kompetensi pada domain data dan Kemampuan peserta didik dalam berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat
ketidakpastian matematika pada konten data dan ketidakpastian untuk menyelesaikan masalah sehari-
hari.

A.2.5. Kompetensi mengetahui (L1) Kemampuan peserta didik memahami fakta, proses, konsep, dan prosedur.

A.2.6. Kompetensi menerapkan (L2) Kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan dan pemahaman tentang fakta-
fakta, relasi, proses, konsep, prosedur, dan metode dengan konteks situasi nyata untuk
menyelesaikan masalah atau menjawab pertanyaan.

A.2.7. Kompetensi menalar (L3) Kemampuan peserta didik menganalisis data dan informasi, membuat kesimpulan, dan
memperluas pemahaman dalam situasi baru, meliputi situasi yang tidak diketahui
sebelumnya atau konteks yang lebih kompleks.
A.3. Karakter

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan


Tingkat karakter pelajar pancasila
yang bersifat holistik mencakup Membudaya Berkembang Perlu Belum
dikembangkan Terinternalisasi
komponen pengetahuan, afektif,
keterampilan, dan perwujudan
dalam perilaku. Murid secara Murid terbiasa Murid telah Murid belum
proaktif menerapkan nilai menyadari memiliki
dan konsisten nilai karakter pelajar pentingnya nilai kesadaran akan
menerapkan nilai- pancasila yang nilai karakter pentingnya nilai
nilai berakhlak mulia, pelajar nilai karakter
Rentang Nilai Karakter karakter pelajar bergotong royong, pancasila yang pelajar
pancasila yang mandiri, kreatif dan berakhlak mulia, pancasila yang
berakhlak mulia, bernalar kritis serta bergotong royong, berakhlak mulia,
bergotong royong, berkebinekaan global mandiri, kreatif dan bergotong royong,
1,0 3,0 mandiri, kreatif dan dalam kehidupan bernalar kritis serta mandiri, kreatif
bernalar kritis serta sehari hari. berkebinekaan dan bernalar kritis
berkebinekaan global, namun serta
Nilai-nilai Nilai-nilai global berkebinekaan
masih perlu
karakter karakter dalam kehidupan dukungan untuk global.
belum sudah sehari hari. menerapkannya
terinternalis membudaya dalam kehidupan
asi sehari-hari.

(2,26-3,00) (2,01-2,25) (1,85-2,00) (1,00-1,84)


A.3. Karakter

Indikator Level 2

A.3.1. Beriman dan bertakwa Karakter murid yang berkaitan dengan beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
kepada Tuhan YME, dan dan berakhlak mulia.
berakhlak mulia

A.3.2.Gotong royong Kesediaan dan pengalaman berkontribusi dalam kegiatan yang bertujuan memperbaiki
kondisi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

A.3.3. Kreativitas Kesenangan dan pengalaman untuk menghasilkan pemikiran, gagasan, serta karya yang
baru dan berbeda.

A.3.4. Nalar Kritis Kemauan dan kebiasaan membuat keputusan yang etis berdasarkan analisis logis dan
pertimbangan yang objektif atas beragam bukti dan perspektif.

A.3.5. Kebinekaan global Ketertarikan terhadap keragaman di berbagai negara serta memiliki kepedulian terhadap
isu-isu global.

A.3.6. Kemandirian Kemauan dan kebiasaan mengelola pikiran, perasaan, dan tindakan untuk mencapai
tujuan belajar dalam berbagai konteks.
C.1. Persentase GTK Bersertifikat

Atribut/Label di tingkat Pemerintah Daerah/Satuan Pendidikan


Persentase guru dan tenaga
kependidikan di sekolah yang Baik Cukup Kurang
memiliki sertifikat pendidik
Propinsi/Kabupaten/ Propinsi/Kabupaten/ Propinsi/Kabupaten/
Kota/Satuan Kota/Satuan Kota/Satuan Pendidikan
Pendidikan dengan Pendidikan dengan dengan proporsi GTK
proporsi GTK proporsi GTK bersertifikat pendidik
bersertifikat pendidik bersertifikat pendidik kurang
tinggi cukup
Rentang Nilai % GTK Bersertifikat

(68-100%) (34-67%) (< 34%)


0% 100%

Tingkat Tingkat
sertifikasi sertifikasi
pendidik pendidik
rendah Tinggi
C.2. Persentase GTK Penggerak

Atribut/Label di tingkat Pemerintah Daerah/Satuan


Persentase guru dan tenaga
kependidikan di sekolah yang lulus Maju Berkembang Merintis Belum relevan
program guru penggerak
Propinsi/ Propinsi/ Propinsi/Kabupate Propinsi/
Kabupaten/Kota/ Kabupaten/Kota/ n/Kota/Satuan Kabupaten/Kota/
Satuan Pendidikan Satuan Pendidikan Pendidikan sedang Satuan Pendidikan
sudah maju dalam berkembang merintis dalam belum menjadi
keikutsertaan guru dalam keikutsertaan guru sasaran program
penggerak keikutsertaan guru penggerak guru penggerak
penggerak
Rentang Nilai GTK Penggerak
(10-100%) (5-10%) (<5%)

0% 100% Indikator Level 2

C.2.1. Persentase Guru Penggerak persentase guru yang lulus program guru
Belum Keikutsertaa penggerak
ikut n program
program penggerak C.2.2. Persentase KS/Wakil KS persentase KS/ wakil KS yang berasal dari guru
penggerak tinggi Penggerak penggerak

C.2.3. Persentase Pengawas persentase pengawas yang berasal dari guru


Penggerak penggerak
C.3. Pengalaman Pelatihan Guru
Atribut/Label di tingkat Pemerintah Daerah/Satuan
pengalaman guru dalam
mendapatkan pelatihan Maju Berkembang Merintis
berdasarkan jenis pelatihan yang
telah disesuaikan dengan Propinsi/ Propinsi/ Propinsi/
kebutuhan guru Kabupaten/Kota/ Kabupaten/Kota/ Kabupaten/Kota/
Satuan Pendidikan Satuan Pendidikan Satuan Pendidikan
sudah maju dalam berkembang dalam masih merintis
keikutsertaan guru keikutsertaan guru dalam keikutsertaan
dalam pelatihan dalam pelatihan guru dalam pelatihan
Rentang Nilai Pengalaman Pelatihan
Guru (62,6-100%) (25-62,5%) (<25%)

0% 100% Indikator Level 2


C.3.1. Pengetahuan persentase guru yang mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan
Belum Keikutsertaa bidang studi pengetahuan bidang studi
ikut n pelatihan
pelatihan tinggi C.3.2. Pedagogi persentase guru yang mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan
pedagogi

C.3.3. Manajerial persentase guru yang mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan
manajerial

C.3.4. Pelatihan lain persentase guru yang mengikut pelatihan yang berkaitan dengan
topik selain pengetahuan bidang studi, pedagogi, dan manajerial
C.4. Kualitas GTK Penggerak (Data belum tersedia)

Pengalaman guru, dan kepala sekolah (KS) penggerak dalam menjadi fasilitator
pelatihan

Indikator Level 2

Nama indikator Definisi

C.4.1. Jumlah guru penggerak Persentase guru yang berpartisipasi dalam program guru penggerak dan
yang menjadi pelatih menjadi pelatih dalam program tersebut

C.4.2. Jumlah pelatihan yang Rata-rata jumlah pelatihan yang difasilitasi oleh guru penggerak
difasilitasi guru penggerak

C.4.3. Jumlah pelatihan yang Rata-rata jumlah pelatihan yang difasilitasi oleh KS penggerak
difasilitasi per KS penggerak

C.4.4. Rerata jumlah guru yang Rata-rata jumlah guru yang dilatih oleh setiap guru penggerak dan KS
dilatih per guru dan KS penggerak
penggerak
C.5. Nilai Uji Kompetensi Guru
Atribut/Label di tingkat Pemerintah Daerah/Satuan
Nilai uji kompetensi guru berkaitan
dengan kompetensi pedagogik dan Baik Cukup Merintis
profesional
Propinsi/ Propinsi/ Propinsi/
Kabupaten/Kota/ Kabupaten/Kota/ Kabupaten/Kota/
Satuan Pendidikan Satuan Pendidikan Satuan Pendidikan
dengan rata-rata dengan rata-rata dengan rata-rata nilai
nilai UKG sudah nilai UKG cukup UKG kurang
baik
Rentang Nilai Uji Kompetensi Guru
(53,9-100%) (43,8-53,8%) (<43,8%)

0 100 Indikator Level 2

Kompeten Kompetensi Nama Indikator Definisi


si sangat sangat baik
kurang C.5.1. Kompetensi rata-rata nilai uji kompetensi guru dalam hal kompetensi
Pedagogik pedagogik

C.5.2. Kompetensi rata-rata nilai uji kompetensi guru dalam hal kompetensi
Profesional profesional
C.6. Kehadiran Guru di kelas (Data belum tersedia)

Tingkat kehadiran guru di kelas berdasarkan laporan KS dan murid

Indikator Level 2

Nama indikator Definisi

C.6.1. Kehadiran guru menurut Nilai kehadiran guru berdasarkan laporan murid
laporan murid

C.6.2. Kehadiran guru menurut Nilai kehadiran guru berdasarkan laporan KS


laporan KS
D.1. Kualitas Pembelajaran

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan


Tingkat kualitas interaksi antara
guru, murid, dan materi Optimal Terarah Disorientasi
pembelajaran dalam proses
pengajaran dan pembelajaran. Pembelajaran Pembelajaran Suasana pembelajaran
menunjukkan kualitas mengarah pada yang kondusif,
yang optimal peningkatan kualitas dukungan afektif dan
ditunjukkan dengan yang ditunjukkan aktivasi kognitif belum
suasana kelas yang dengan suasana kelas diberikan oleh guru.
kondusif, dukungan yang mulai kondusif
Rentang Nilai Kualitas Pembelajaran afektif dan aktivasi dan adanya dukungan
kognitif afektif serta aktivasi
dari guru yang kognitif dari guru
1,0 3,0 konstruktif. (1,00-1,84)
(1,85-2,25)

Pembelajaran Pembelajaran (2,26-3,00)


tidak optimal optimal
D.1. Kualitas Pembelajaran

Indikator Level 2

D.1.1 Manajemen kelas Praktik pembelajaran melihat proses perilaku murid dan pemusatan perhatian
terhadap aktivitas tugas yang relevan.

D.1.2 Dukungan afektif Praktik pembelajaran dengan melihat pemenuhan kebutuhan murid guna
merasa kompeten dan dihargai sebagai bagian dari kelas.

D.1.3 Aktivasi kognitif Praktik pengajaran yang bertujuan untuk membimbing dan mendukung murid
dalam membangun pemahaman atau pengetahuan baru.

D.1.4 Pembelajaran praktik Kualitas pelaksanaan praktik dan teori di satuan Pendidikan di SMK.
vs teori
D.2. Refleksi Dan Perbaikan Pembelajaran Oleh Guru

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

Tingkat aktivitas refleksi dan Membudaya Aktif Pasif


perbaikan pembelajaran oleh guru.
Guru aktif meningkatkan Kegiatan pengembangan Upaya peningkatan
kualitas pembelajaran kualitas pembelajaran kualitas
setelah melakukan refleksi yang dilakukan belum pembelajarannya sporadis
pembelajaran yang telah terstruktur. Guru belum hanya untuk sekedar
lalu, mengeksplorasi konsisten melakukan menyelesaikan tugas.
referensi pengajaran baru, refleksi pembelajaran, Guru menggunakan cara
Rentang Nilai Refleksi Dan Perbaikan
dan berinovasi mengeksplorasi referensi berulang untuk melakukan
Pembelajaran Oleh Guru
menghadirkan pengajaran baru, dan pembelajaran dan tidak
pembelajaran yang mencetuskan inovasi nampak adanya proses
memantik keterlibatan baru. reflektif.
1,0 3,0 peserta didik.

(1,85-2,25) (1,00-1,84)
Pasif Membudaya (2,26-3,00)
D.2. Refleksi Dan Perbaikan Pembelajaran Oleh Guru

Indikator Level 2

D.2.1 Belajar tentang Aktivitas belajar yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan
pembelajaran keterampilan mengajar.

D.2.1 Refleksi atas praktik Tingkat refleksi dan perbaikan pembelajaran oleh guru khusus penilaian
mengajar refleksi atas praktik mengajar.

D.2.3 Penerapan praktik Tingkat refleksi dan perbaikan pembelajaran oleh guru khusus penilaian
inovatif penerapan praktik inovatif
D.3. Kepemimpinan Instruksional

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

Tingkat kepemimpinan instruksional Berdampak Terarah Terbatas


sekolah yang mendukung perbaikan
Kepemimpinan Kepemimpinan
kualitas pembelajaran. instruksional yang visioner
Kepemimpinan
instruksional instruksional belum
dengan mengacu pada mengarah pada visi-misi mengacu pada visi misi
visi-misi sekolah secara sekolah sehingga sekolah, belum
konsisten. Termasuk mendorong mendorong perencanaan,
mengkomunikasikan sebagian perencanaan, praktik dan asesmen
Rentang Nilai Kepemimpinan visi-misi kepada warga praktik dan asesmen pembelajaran yang
Instruksional sekolah sehingga pembelajaran mulai berorientasi pada
perencanaan, praktik mengarah pada orientasi peningkatan hasil
dan asesmen peningkatan hasil belajar
1,0 3,0 belajar murid dan belum
pembelajaran berorientasi murid dengan adanya mengembangkan
peningkatan hasil belajar program, sistem insentif program,
murid melalui dukungan atau sumber daya yang
Terbatas Berdampak sistem insentif dan
program, sistem insentif mulai mendukung guru sumber daya yang
atau sumber daya yang melakukan mendukung guru
memadai yang refleksi dan perbaikan melakukan refleksi dan
berdampak pada pembelajaran. perbaikan pembelajaran.
membudayanya guru
melakukan refleksi dan
perbaikan pembelajaran.

(2,26-3,00) (1,85-2,25) (1,00-1,84)


D.3. Kepemimpinan Instruksional

Indikator Level 2

D.3.1 Visi-misi sekolah Penyampaian dan penerapan visi-misi sekolah yang berpusat pada
perbaikan pembelajaran.

D.3.2 Pengelolaan Mengelola pengembangan kurikulum sekolah dengan berorientasi pada


kurikulum sekolah peningkatan hasil belajar murid.

D.3.3 Dukungan untuk Program, sistem insentif, dan sumberdaya yang mendukung refleksi guru dan
refleksi guru perbaikan pembelajaran
D.4. Iklim Keamanan Sekolah

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

Tingkat rasa aman dan Aman Waspada Rawan


kenyamanan murid dari hal rasa
aman di sekolah, Satuan pendidikan Satuan pendidikan mulai Satuan pendidikan belum
perundungan, hukuman fisik, memiliki lingkungan mengembangkan iklim mendukung terciptanya
pelecehan seksual, dan aktivitas sekolah yang aman, keamanan dalam aspek iklim keamanan dalam
terlihat dari kesejahteraan kesejahteraan psikologis, aspek kesejahteraan
narkoba di lingkungan sekolah.
psikologis yang baik dan perundungan, hukuman psikologis, perundungan,
rendahnya kasus fisik, kekerasan seksual, hukuman fisik, kekerasan
perundungan, hukuman dan penyalahgunaan seksual, dan
Rentang Nilai Iklim Keamanan Sekolah fisik, kekerasan seksual, narkoba di lingkungan penyalahgunaan narkoba
dan penyalahgunaan sekolah. Oleh karena itu, di lingkungan sekolah.
narkoba. Satuan satuan pendidikan dapat Oleh karena itu, satuan
1,0 3,0 pendidikan dapat melanjutkan intervensi pendidikan harus
mempertahankan kualitas dengan meningkatkan melakukan intervensi
warga sekolah dalam kemampuan mencegah dengan memberikan
Rawan Aman mencegah dan dan menangani kasus di pengetahuan dan
menangani kasus untuk lingkungan sekolah. kapasitas kepala sekolah
menciptakan iklim dan guru untuk
keamanan di lingkungan mendukung terciptanya
sekolah. iklim keamanan di
lingkungan sekolah.
(2,26-3,00) (1,85-2,25)
(1,00-1,84)
D.4. Iklim Keamanan Sekolah

Indikator Level 2

D.4.1 Kesejahteraan Tingkat kesejahteraan murid di sekolah terhadap perasaan aman dan
psikologis murid berkehidupan.

D.4.2 Kesejahteraan Tingkat kesejahteraan guru ketika berada di lingkungan sekolah dan saat
psikologis guru mengajar.

D.4.3 Perundungan Perilaku menyakiti orang lain (secara fisik dan psikis) yang dilakukan secara
sengaja dan berulang-ulang.

D.4.4 Hukuman fisik Tingkat aktivitas yang berkaitan dengan pemberian hukuman fisik untuk
meningkatkan disiplin murid.

D.4.5 Kekerasan seksual Tingkat aktivitas yang berkaitan dengan kekerasan seksual di satuan
pendidikan dan murid yang berada pada sekolah tersebut.

D.4.6 Narkoba Tingkat aktivitas yang berkaitan dengan narkoba di satuan pendidikan dan
murid yang berada pada sekolah tersebut.
D.5. kesenjangan Iklim Keamanan

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

Kesenjangan iklim yang aman Tidak Ada Kesenjangan Ada Kesenjangan Kesenjangan Sangat
secara fisik dan psikologis Tinggi
berdasarkan kelompok sosial Tidak ada perbedaan Ada kesenjangan indeks
Kesenjangan sangat tinggi
ekonomi status dan kelompok indeks iklim keamanan iklim keamanan baik
indeks iklim keamanan
wilayah. baik berdasar kelompok berdasar kelompok
baik berdasar kelompok
sosial ekonomi maupun sosial ekonomi maupun
sosial ekonomi maupun
antar wilayah urban dan antar wilayah urban dan
antar wilayah urban dan
Rentang Nilai kesenjangan Iklim rural. rural.
rural.
Keamanan (1,85-2,25)
(2,26-3,00) (1,00-1,84)

1,0 3,0

Tidak Ada Kesenjangan Indikator Level 2


Kesenjangan Sangat Tinggi
D.5.1 Kesenjangan Iklim Keamanan Kesenjangan iklim keamanan antar kelompok
antar status sosial ekonomi sosial ekonomi.

D.5.2 Kesenjangan Iklim Keamanan Kesenjangan iklim keamanan antar kelompok


antar Wilayah wilayah.
D.6. Iklim Kesetaraan Gender

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

Dukungan atas kesetaraan hak dan Membudaya Merintis Perlu Peningkatan


kemampuan laki-laki dan
Satuan Pendidikan secara Satuan Pendidikan Satuan Pendidikan belum
perempuan dalam menjalankan
aktif mensosialisasikan mendukung kesetaraan mendukung kesetaraan
peran publik dan menyuarakan hak-hak sipil antar hak-hak sipil antar
dukungan akan kelompok gender. kelompok gender, dimana
pentingnya mewujudkan Dukungan tersebut keduanya cenderung
kesetaraan hak-hak sipil seringkali didasari oleh melihat posisi suatu
antar kelompok gender alasan pragmatis dan kelompok gender lebih
Rentang Nilai Iklim Kesetaraan Gender dengan dasar prinsip cenderung bersifat pasif. tinggi dari kelompok
keadilan gender lainnya.

1,0 3,0
(2,26-3,00) (1,85-2,25) (1,00-1,84)

Perlu Membudaya
Peningkatan Indikator Level 2

D.6.1 Dukungan atas kesetaraan Kesenjangan iklim keamanan antar kelompok


gender sosial ekonomi.
D.7 Kesenjangan Iklim Kesetaraan Gender

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan


Kesenjangan kesetaraan hak dan
kemampuan laki-laki dan Tidak Ada Kesenjangan Ada Kesenjangan Kesenjangan Sangat
perempuan dalam menjalankan Tinggi
peran publik berdasarkan kelompok
Tidak ada perbedaan Ada kesenjangan indeks
sosial ekonomi status dan kelompok iklim kesetaraan gender
Kesenjangan sangat tinggi
indeks iklim kesetaraan indeks iklim kesetaraan
wilayah. baik berdasar kelompok
gender baik berdasar gender baik berdasar
kelompok sosial ekonomi sosial ekonomi maupun
kelompok sosial ekonomi
maupun antar wilayah antar wilayah urban dan
maupun antar wilayah
Rentang Nilai Kesenjangan Iklim urban dan rural. rural.
urban dan rural.
Kesetaraan Gender
(1,85-2,25) (1,00-1,84)
(2,26-3,00)
1,0 3,0

Kesenjangan Tidak Ada Indikator Level 2


Sangat Tinggi Kesenjangan
D.7.1 Kesenjangan Iklim Kesenjangan iklim kesetaraan gender antar
Kesetaraan gender antar status kelompok sosial ekonomi
sosial ekonomi

D.7.2 Kesenjangan iklim kesetaraan Kesenjangan iklim kesetaraan gender antar


gender berdasarkan wilayah kelompok willayah.
D.8 Iklim Kebinekaan

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan


Iklim kebinekaan menyangkut
bagaimana lingkungan sekolah Membudaya Merintis Perlu Peningkatan
menyikapi keragaman seperti
perbedaan individu, identitas, Satuan pendidikan sudah Satuan pendidikan mulai Satuan pendidikan belum
mampu menghadirkan mengembangkan mampu menghadirkan
maupun latar belakang sosial- suasana proses suasana proses suasana proses
budaya dan mengenai komitmen pembelajaran yang pembelajaran yang pembelajaran yang
kebangsaan. menjunjung tinggi menjunjung tinggi menjunjung tinggi
toleransi toleransi agama toleransi
agama/kepercayaan dan /kepercayaan dan agama/kepercayaan dan
Rentang Nilai Iklim Kebinekaan budaya; mendapatkan budaya; mendapatkan budaya; mendapatkan
pengalaman belajar yang pengalaman belajar yang pengalaman belajar yang
berkualitas; mendukung berkualitas; mendukung berkualitas; mendukung
1,0 3,0 kesetaraan agama/ kesetaraan kesetaraan
kepercayaan, budaya dan agama/kepercayaan, agama/kepercayaan,
Perlu Membudaya gender, serta memperkuat budaya, dan gender; budaya, dan gender;
Peningkatan nasionalisme memperkuat memperkuat
nasionalisme. nasionalisme.

(2,26-3,00) (1,85-2,25) (1,00-1,84)


D.8 Iklim Kebinekaan

Indikator Level 2

D.8.1 Toleransi agama dan Sikap menerima dan menghargai keragaman agama dan budaya di sekolah.
budaya

D.8.2 Sikap Inklusif Sikap inklusif murid dan guru di sekolah.

D.8.3 Dukungan atas Dukungan dalam kesetaraan hak - hak sipil antara kelompok mayoritas dan
kesetaraan agama dan minoritas agama dan budaya dari guru dan pimpinan sekolah.

D.8.4 Komitmen Tingkat komitmen kebangsaan pimpinan sekolah.


kebangsaan
D.9 Kesenjangan Iklim Kebinekaan

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

Kesenjangan indeks kebinekaan Tidak Ada Kesenjangan Ada Kesenjangan Kesenjangan Sangat
sekolah berdasarkan kelompok Tinggi
sosial ekonomi status dan kelompok Tidak ada perbedaan Ada kesenjangan indeks
Kesenjangan sangat tinggi
wilayah. indeks iklim kebinekaan iklim kebinekaan baik
indeks iklim kebinekaan
baik berdasar kelompok berdasar kelompok
baik berdasar kelompok
sosial ekonomi maupun sosial ekonomi maupun
sosial ekonomi maupun
antar wilayah urban dan antar wilayah urban dan
antar wilayah urban dan
Rentang Nilai Kesenjangan Iklim rural. rural.
rural.
Kebinekaan
(1,85-2,25) (1,00-1,84)
(2,26-3,00)
1,0 3,0

Kesenjangan Tidak Ada


Sangat Tinggi Kesenjangan Indikator Level 2

D.9.1 Kesenjangan Iklim Tingkat komitmen kebangsaan pimpinan sekolah.


Kebinekaan antar status sosial
ekonomi

D.9.2 Kesenjangan iklim Kesenjangan kebinekaan antar kelompok


kebinekaan berdasarkan wilayah wilayah.
D.10 Iklim Inklusivitas

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan


Iklim inklusivitas menyangkut
bagaimana lingkungan sekolah Membudaya Merintis Perlu Peningkatan
menyikapi keragaman seperti
perbedaan individu, identitas, Satuan pendidikan sudah Satuan pendidikan mulai Satuan pendidikan belum
mampu menghadirkan mengembangkan mampu menghadirkan
maupun latar belakang sosial- suasana proses suasana proses suasana proses
budaya. pembelajaran yang pembelajaran yang pembelajaran yang
menyediakan layanan menyediakan layanan menyediakan layanan
yang ramah bagi peserta yang ramah bagi peserta yang ramah bagi peserta
didik dengan disabilitas didik dengan disabilitas didik dengan disabilitas
Rentang Nilai Iklim Inklusivitas dan cerdas berbakat dan cerdas berbakat dan cerdas berbakat
istimewa. istimewa. istimewa.

1,0 3,0 (2,26-3,00) (1,85-2,25) (1,00-1,84)

Indikator Level 2
Perlu Membudaya
Peningkatan D.10.1 Layanan disabilitas Layanan sekolah yang melingkupi pengetahuan
dan sikap tentang murid dengan disabilitas.

D.10.2 Layanan sekolah untuk Layanan sekolah yang melingkupi pengetahuan


murid cerdas dan bakat istimewa dan sikap tentang murid cerdas dan berbakat
istimewa

D.10.3 Sikap Terhadap Disabilitas Sikap guru terhadap disabilitas tentang aspek
afektif, kognitif, dan perilaku.
D.11 Kesenjangan Iklim Inklusivitas

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

Kesenjangan indeks kebinekaan Tidak Ada Kesenjangan Ada Kesenjangan Kesenjangan Sangat
sekolah berdasarkan kelompok Tinggi
sosial ekonomi status dan kelompok Tidak ada perbedaan Ada kesenjangan indeks
Ada kesenjangan indeks
wilayah. indeks iklim inklusivitas iklim inklusivitas baik
iklim inklusivitas baik
baik berdasar kelompok berdasar kelompok
berdasar kelompok sosial
sosial ekonomi maupun sosial ekonomi maupun
ekonomi maupun antar
antar wilayah urban dan antar wilayah urban dan
wilayah urban dan rural.
Rentang Nilai Kesenjangan Iklim rural. rural.
Inklusivitas
(2,26-3,00) (1,85-2,25) (1,00-1,84)
1,0 3,0

Kesenjangan Tidak Ada


Sangat Tinggi Kesenjangan Indikator Level 2

D .11.1 Kesenjangan Iklim Inklusivitas Kesenjangan inklusivitas antar kelompok


antar status sosial ekonomi sosial.

D.11.2 Kesenjangan iklim Inklusivitas Kesenjangan inklusivitas antar kelompok


berdasarkan wilayah willayah.
D.14 Kesenjangan Fasilitas Literasi Satuan Pendidikan

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

Nilai kesenjangan fasilitas satuan Tidak Ada Kesenjangan Ada Kesenjangan Kesenjangan Sangat
pendidikan berdasarkan kelompok Tinggi
sosial ekonomi status dan kelompok Tidak ada perbedaan Ada kesenjangan
Kesenjangan sangat tinggi
wilayah. fasilitas literasi satuan fasilitas literasi satuan
fasilitas literasi satuan
pendidikan baik berdasar pendidikan baik berdasar
pendidikan baik berdasar
kelompok sosial ekonomi kelompok sosial ekonomi
kelompok sosial ekonomi
maupun antar wilayah maupun antar wilayah
maupun antar wilayah
Rentang Nilai Kesenjangan Iklim urban dan rural. urban dan rural.
urban dan rural.
Inklusivitas
(2,26-3,00) (1,85-2,25) (1,00-1,84)
1,0 3,0
Indikator Level 2
Tidak Ada Kesenjangan
Kesenjangan Sangat Tinggi D.14.1 Kesenjangan fasilitas literasi Kesenjangan kepemilikan buku dan akses lain
antar status sosial ekonomi yang berkaitan dengan literasi murid (baca,
hitung, dll) berdasarkan kelompok ekonomi.

D.14.2 Kesenjangan fasilitas literasi Tingkat kesenjangan kepemilikan buku dan


satuan pendidikan berdasarkan akses lain yang berkaitan dengan literasi murid
(baca, hitung, dll) berdasarkan kelompok
wilayah.
E.1 Partisipasi warga sekolah

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

Tingkat partisipasi orang tua dan Inklusif Selektif Restriktif


peserta didik dalam pengelolaan
Satuan pendidikan telah Satuan pendidikan Satuan pendidikan sangat
sekolah.
melibatkan orang tua dan melibatkan orang tua dan terbatas melibatkan orang
murid baik dalam kegiatan murid dalam beberapa tua dan murid dalam
akademik maupun kegiatan di satuan berbagai kegiatan di
nonakademik secara pendidikan khususnya satuan pendidikan.
keseluruhan di satuan berupa kegiatan
Rentang Nilai Partisipasi Warga Sekolah pendidikan. akademik dan atau non-
akademik.

(2,26-3,00) (1,85-2,25) (1,00-1,84)


1,0 3,0
Indikator Level 2
Restriktif Inklusif
E.1.1 Partisipasi orang tua Tingkat keterlibatan orang tua dalam proses
perencanaan, pengembangan, dan
pelaksanaan aktivitas di sekolah.

E.1.2 Partisipasi murid Tingkat keterlibatan murid dalam proses


perencanaan, pengembangan, dan
pelaksanaan aktivitas di sekolah.
E.2 Pemanfaatan sumber daya sekolah

Atribut/Label di tingkat Daerah

Proporsi pemanfaatan sumber daya Tinggi Cukup Rendah


sekolah untuk peningkatan mutu
Satuan pendidikan Satuan pendidikan Satuan pendidikan sangat
memiliki proporsi memiliki proporsi terbatas melibatkan orang
pemanfaatan sumber pemanfaatan sumber tua dan murid dalam
daya sekolah untuk daya sekolah untuk berbagai kegiatan di
peningkatan mutu yang peningkatan mutu yang satuan pendidikan.
tinggi cukup
Rentang Nilai Pemanfaatan SDS
Nilai ambang Nilai ambang
(>59,4%) (29,7-59,4%)
(<29.7%)
0% 100%
Indikator Level 2
Rendah Tinggi
E.2.1 Proporsi pembelanjaan peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan

E.2.2 Proporsi pembelanjaan non personil mutu pembelajaran


E.3. Pemanfaatan TIK untuk pengelolaan anggaran

Atribut/Label di tingkat Satuan Pendidikan

tingkat pemanfatan teknologi Tinggi Cukup Rendah


informasi dalam pengelolaan
Satuan pendidikan Satuan pendidikan Satuan pendidikan
pendanaan sekolah
memiliki proporsi memiliki proporsi memiliki proporsi
pembelanjaan dana BOS pembelanjaan dana BOS pembelanjaan dana BOS
secara daring yang tinggi secara daring yang secara daring yang
cukup rendah

Rentang Nilai Pemanfaatan TIK


>= 16,8%) (8,4-16,8%) (<8,4%)

0% 100%
Indikator Level 2
Rendah Tinggi
E.3.1. Proporsi pembelanjaan dana BOS secara daring

E.3.3. Indeks penggunaan platform SDS sumberdaya


sekolah (ketepatan waktu dan kelengkapan pelaporan)
Permasalahan yang terjadi di suatu indikator dapat dicari akar masalahnya
dari indikator yang lain
● Peserta didik merasa aman dan ● Seluruh GTK bersertifikat pendidik
nyaman (secara fisik dan psikologis) ● Guru mengikuti pelatihan sesuai
● Satuan pendidikan menerima kebutuhan
perbedaan dan keberagaman ● Melakukan pengimbasan

● Memiliki kompetensi literasi, Kompetensi guru dan


numerasi, dan karakter melebihi Lingkungan Belajar
kepala sekolah
level yang diharapkan (dimensi D)
(dimensi C)
● Hasil belajar merata untuk semua
kelompok gender, sosial ekonomi

Kualitas Proses Tata kelola dan perbaikan


Hasil belajar murid
Pembelajaran pembelajaran
(dimensi A dan B)
(dimensi D) (dimensi E)
● Berpusat pada peserta didik
● Suasana kelas kondusif untuk ● Menyusun perencanaan, anggaran,
pembelajaran dan kebijakan berbasis data
● Penerapan disiplin positif ● Pelibatan masyarakat dalam
● Peserta didik merasa kompeten dan perbaikan pengelolaan satuan
dihargai sebagai bagian dari kelas pendidikan
● Mendukung siswa membangun
pemahaman baru
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 45
TERIMA KASIH

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Anda mungkin juga menyukai