Hasil Evaluasi Sistem Pendidikan menjadi dasar Kemedikbudristek menetapkan Profil Pendidikan.
Hal ini diatur dalam PP Nomor 57 tahun 2021
BAB V tentang Evaluasi
Bagian ketiga tentang Evaluasi Sistem Pendidikan
Pasl 43 sampai dengan pasal 49
Evaluasi eksternal
Platform digital
guru dan kepala sekolah Evaluasi
RAPOR Pendidikan Daerah SPM
Tracer Study SMK
Rapor Satuan Pendidikan (re)akreditasi sekolah
oleh BAN (visitasi hanya pada sekolah
Rapor Pendidikan Daerah Akredi
Data GTK dengan kriteria tertentu)
tasi
(bagian dari indikator Profil Pendidikan) Insentif kinerja sekolah
BAN PAUD, BPS, dst. dari Kemendikbud
Profil Pendidikan telah melalui proses simulasi, uji coba disusun oleh berbagai pakar
pendidikan
PENYIAPAN PENGEMBANGAN
KONSEP & REGULASI UJICOBA DAN PERAKITAN
INSTRUMEN INSTRUMEN
Kemendikbudristek, Pusmendik, warga sekolah,
Pusmendik, Pusmendik, Guru,
Praktisi dan dinas, konsultan nasional
Perguruan Tinggi, dan Perguruan
Komunitas/Penggiat dan internasional (ETS,
Pendidikan guru, dan praktisi Tinggi ACARA, INOVASI, ACER)
Pelaksanaan Asesmen Nasional (AN) sangat masif dan melibatkan seluruh elemen
pendidikan yang ada
PROFIL PENDIDIKAN
Dimensi
Indikator
level 1
Indikator
level 2
Indikator
level 3
Mutu pendidikan dinilai dari Mutu pendidikan dinilai dari kemampuan hasil
kondisi sekolah, kelengkapan belajar siswa, berupa kemampuan kognitif dan non
sarpras dan media ajar, serta kognitif serta lingkungan belajar yang aman,
prestasi siswa dalam perlombaan nyaman, dan inklusif
Profil Pendidikan
Dasar dan Menengah
Struktur Profil Pendidikan Pendidikan Dasar Menengah dan SMK
Pengelolaan
Mutu dan Mutu dan sekolah yang
relevansi hasil relevansi partisipatif,
belajar murid pembelajaran transparan, dan
akuntabel
Pemerataan
Kompetensi dan
pendidikan yang
kinerja PTK
Dimensi A bermutu
Dimensi D Dimensi E
Dimensi B Dimensi C
Kemampuan
literasi
Kompetensi
kognitif
Kemampuan
numerasi
Pendidikan Meningkatkan
Berkualitas hasil belajar
Kompetensi Karakter /
non kognitif perilaku
1.Lulusan dengan
sertifikasi keahlian
Kompetensi
2.Kepuasan dunia kerja
lulusan
terhadap budaya kerja
lulusan
Kemampuan
literasi Kesenjangan antara kelompok:
Kesenjangan Kemampuan 1.Gender
hasil belajar numerasi 2.Sosial ekonomi status
Karakter / 3.Wilayah
perilaku
Pemerataan
SD/MI/Paket
A/SDLB APS antara:
Angka
Partisipasi SMP/MTS/Paket 1.Perquantile status sosial ekonomi
Kasar dan B/SMPLB
2.Gender
Sekolah SMA/K/MA/ 3.Murid disabilitas
MAK/Paket
C/SMALB
● Sertifikasi pendidik
● Sertifikasi pelatihan
● Sertifikasi guru penggerak
● Ijazah
● Nilai UKG
● Tingkat kehadiran
Berdasarkan literatur ilmiah tentang efektivitas pengajaran dan efektivitas sekolah, sekolah yang baik adalah
sekolah yang efektif memfasilitasi belajar siswa. Terdapat tujuh komponen yang diasumsikan dapat mempengaruhi
hasil belajar siswa:
1.Proses pembelajaran yang berkualitas
2.Guru-guru yang secara konsisten melakukan refleksi dan memperbaiki praktik pengajarannya
3.Kepala sekolah yang menerapkan visi, kebijakan, dan program yang berfokus pada kualitas pembelajaran
4.Iklim sekolah yang aman
5.Iklim sekolah yang inklusif
6.Kompetensi guru dalam menguasai keterampilan pedagogik, materi ajar, dan cara mengajarkan materi tsb
7.Latar belakang sosial-ekonomi siswa, seperti tingkat pendidikan orang tua dan fasilitas belajar yang tersedia di
rumah.
Pengalaman siswa di kelas adalah penentu utama hasil belajar siswa. Hal ini dapat dipotret dari kualitas
praktik pembelajaran yang digunakan oleh guru. Praktik pembelajaran yang baik harus memfasilitasi tiga
fungsi dasar, yaitu mengelola perilaku, memotivasi murid, dan membantu murid membangun
pengetahuan baru.
Terlepas dari kompetensinya, seorang guru dapat terus memperbaiki kualitas pembelajarannya dengan
cara:
a. Merefleksikan praktik yang biasa digunakannya,
b. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang pembelajaran baik secara individual maupun
kolaboratif, dan
c. Mencoba menerapkan gagasan-gagasan baru dalam praktik pembelajaran
Selain itu, keberhasilan kepala sekolah dalam merancang dan menerapkan program dan kebijakan
pembelajaran mencerminkan kinerjanya sebagai pemimpin instruksional. Kinerja ini dipengaruhi
oleh kompetensi yang dimiliki oleh kepala sekolah
Selain dipengaruhi oleh praktik pembelajaran, pengalaman belajar siswa juga dipengaruhi oleh iklim sosial
di sekolah. Siswa yang merasa tidak aman di sekolah - misalnya karena mengalami perundungan atau
hukuman fisik - akan kesulitan mengikuti pelajaran. Demikian juga dengan siswa yang dikucilkan atau
mengalami diskriminasi karena identitas agama, etnis, kelompok sosial, atau kondisi fisiknya.
Untuk keperluan akreditasi dan memeriksa akuntabilitas dan transparansi pengelolaan sekolah, perlu diukur
aspek-aspek administrasi, perencanaan, dan pemanfaatan anggaran sekolah.
Pemanfaatan anggaran sekolah dapat dilihat apakah digunakan untuk pengadaan fasilitas sekolah yang
mendukung proses belajar, untuk peningkatan mutu.
E.Pengelolaan
sekolah yang 1. Partisipasi warga sekolah
3. Pemanfaatan TIK untuk pengelolaan anggaran
Partisipatif, 2. Proporsi pemanfaatan sumber daya sekolah untuk
4. Proporsi pemanfaatan APBD untuk pendidikan
Transparan, dan peningkatan mutu
Akuntabel