Makalah Sejarah 10 Nov
Makalah Sejarah 10 Nov
Guru Pengampu:
Sariyadi, S.Pd
Disusun Oleh:
1. Ikrima Asykuri N. (16)
2. Imeilda Sofyan D. (18)
3. Ita Rosantiani (20)
4. Maria Maksalina M. (23)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kita semua dalam keadaan sehat wal’afiat dalam menjalankan
aktifitas sehari-hari. Kami juga panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan
keridhoan-Nya makalah Sejarah Indonesia yang berjudul “Pertempuran 10
November” ini dapat terselesaikan.
Harapan kami, semoga laporan ini membawa manfaat bagi kita semua, setidaknya
untuk membuka cara berpikir kita tentang peristiwa yang terjadi pada 10 Nvember di
Surabaya. Terselesaikannya makalah ini atas bantuan dari bapak/ibu guru terutama
Bapak Sariyadi, S.Pd dan beberapa teman. Maka dari itu kami mengucapkan terima
kasih banyak.
Tim Penulis
2
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Sariyadi, S.Pd
NIP-
3
DAFTAR ISI
4
5.2 Dokumentasi Materi .............................................................................................................. 21
BAB IV .......................................................................................................................................... 22
PENUTUP...................................................................................................................................... 22
4.1 Kesimpulan............................................................................................................................ 22
4.2 Saran ..................................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 23
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertempuran Surabaya merupakan pertempuran tentara dan milisi proklamasi
kemerdekaan Indonesia, tentara Britania Raya, dan India Britania. Puncaknya terjadi pada
tanggal 10 November 1945. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia
dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran
terbesar serta terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol
nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.
Berdasarkan buku Pertempuran Surabaya (1985) karya Nugroho Notosusanto,
pertempuran Surabaya tergolong paling menegangkan yang menunjukkan semangat
patriotisme tinggi masyarakat Indonesia untuk membela bangsa Indonesia. Kejadian ini
juga dibahas dalam komentar Ricklefs pada bukunya yang berjudul A History of Modern
Indonesia Since C.1200 yang menyatakan bahwa pertempuran Surabaya merupakan
pertempuran paling sering sepanjang masa revolusi.
Pihak Inggris sebagai bagian dari pertempuran tersebut memandang pertempuran
Surabaya sebagai laksana inferno atau neraka. Hal ini karena rencana Inggris yang ingin
menguasai Surabaya menjadi terlambat dua hari dari target waktu yaitu 26 November. Ini
disebabkan kegigihan para pejuang Indonesia yang ada di Surabaya.
Ketika pasukan Sekutu mendarat pada akhir Oktober 1945, Surabaya digambarkan
sebagai “benteng bersatu yang kuat di bawah pemuda”. Pertempuran pecah pada 30
Oktober setelah komandan pasukan Britania, Brigadir A.W.S. Mallaby tewas dalam baku
tembak. Britania melakukan serangan balasan punitif pada 10 November dengan bantuan
pesawat tempur. Pasukan kolonial merebut sebagian besar kota dalam tiga hari, pasukan
Republik yang minim senjata melawan selama tiga minggu, dan ribuan orang meninggal
dunia ketika penduduk kota mengungsi ke perdesaan.
Meskipun kalah dan kehilangan anggota dan persenjataan, pertempuran yang
dilancarkan pasukan Republik membangkitkan semangat bangsa Indonesia untuk
memperjuangkan kemerdekaannya dan menarik perhatian internasional. Belanda tidak lagi
memandang Republik sebagai kumpulan pengacau tanpa dukungan rakyat. Pertempuran
ini juga meyakinkan Britania untuk mengambil sikap netral dalam revolusi nasional
6
Indonesia.
Usai pertempuran ini, dukungan rakyat Indonesia dan dunia internasional terhadap
perjuangan kemerdekaan Indonesia semakin kuat. 10 November diperingati setiap tahun
sebagai Hari Pahlawan di Indonesia.
7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengambil rentang tahun 1945. Pemilihan tahun 1945 sebagai batasan
temporal dalam penulisan ini didasarkan karena pada tahun 1945 itu merupakan momen
paling penting terhadap negara Indonesia khususnya Surabaya yaitu pada pertempuran10
November. Realitas sejarah itu sesungguhnya terus berjalan tanpa henti, pembabakan
waktu hanyalah sebuah konsep yang dibuat oleh sejarahwan untuk lebih mempermudah
dalam menentukan sebuah lingkup sejarah.
Dalam penelitian ini diperlukan suatu arahan dan batasan yang jelas. Untuk itu,
penelitian ini berusaha mengkaji beberapa hal diantaranya yaitu permasalahan yang terjadi
pada riwayat hidup seorang pejuang. Penulisan ini mengambil spasial kota Surabaya,
dikarenakan masa perjuangannya melawan para penjajah seperti Sekutu dilakukan di kota
Surabaya.
Pembatasan ruang lingkup penelitian dilakukan agar kajian yang di tulis akan selalu
terfokus dalam masalah-masalah yang di bahas.
8
BAB II
PEMBAHASAN
Di saat maraknya rakyat Surabaya merebut dan menyerbu markas tantara Jepang,
tampa memberitahu terlebih dahulu pada tanggal 29 September 1945 beberapa pesawat
RAF (Royal Air Force) menerjunkan 15 anggota Allied Mission, yang mengaku dari
RAPWI (Rehabilitation Allied Prisoners of War and Internees), yang memperoleh tugas
dari tentara Sekutu untuk memulihkan dan mengungsikan para tawanan perang Eropa di
kota Surabaya. Diantara rombongan tersebut terdapat satu orang Indonesia yang bernama
Dr. Rubiono, hal ini diketahui oleh pemuda Surabaya melalui nama mereka, sehingga ke
15 anggota Allied Mission ini ditangkap dan ditahan oleh massa.
Sebelumnya di Jakarta pada tanggal 8 September 1945 telah ada 7 orang anggota Allied
Mission yang diterjunkan dengan payung dari pesawat RAF (Royal Air Force), di lapangan
terbang Kemayoran, Jakarta dipimpin oleh Mayor A. G. Greenhalgh. Kedatangan mereka
ini tanpa memberitahu terlebih dahulu kepemerintahan Indonesia dan langsung
menempatkan atau membuka markasnya di hotel Des Indes. Reaksi rakyat Jakarta dengan
kedatangan anggota Allied Mission ialah dengan menulis slogan-slogan tentang hak
menentukan nasib sendiri. Dengan kedatangan tamu yang tak diundang ini para pemimpin
dan rakyat Indonesia mulai menaruh curiga terhadap adanya keinginan pendudukan
kembali Indonesia oleh Belanda.
Pada tanggal 26 Oktober 1945, hampir saja terjadi insiden penembakan oleh Munadji
terhadap salah satu utusan Sekutu (Inggris) yang akan melakukan perundingan di
Modderlust. Tetapi tindakan tersebut dapat dicegah, kepada rekan-rekannya Munadji
mengatakan mengenal salah satu opsir Onderzeediends Marine Belanda, jelas dia bukan
orang Inggris.
Setelah pendaratan ke-15 anggota Allied Mission, di Surabaya pihak Sekutu mulai
mengirimkan pasukannya. Peristiwa pendaratan Sekutu (Inggris) di Perak diawali dengan
adanya sebuah kapal penyapu ranjau Jepang (Hayabusha) yang mendekati pantai pada
9
tanggal 20 Oktober 1945. Oleh penjaga pantai di Modderlust diberi jawaban tidak dijinkan.
Kapal tersebut kemudian memutar haluan kembali. Namun pada tanggal 25 Oktober,
sebelum pukul 08.00 diringi dua kapal perang serikat kapal penyapu ranjau Jepang kembali
ke pantai Modderlust dan mengirim utusan ke darat untuk melakukan perundingan dengan
pemerintah Republik Indonesia setempat.
2. Perundingan-perundingan
Kedatangan pasukan Sekutu (Inggris) di Surabaya diterima rakyat dan para pimpinan
daerah dengan berat hati, berita kedatangan pasukan Sekutu (Inggris) telah diketahui
pimpinan daerah beberapa hari sebelum pendaratannya.
Berita ini diketahui melalui kawat yang dikirim ole Menteri Penerangan RI Amir
Sjaripudin, dijelaskannya kedatangan pasukan Sekutu (Inggris) pada tanggal 25 Oktober
1495 bertujuan untuk :
Maka pada tanggal 25 Oktober 1945 pasukan Sekutu (Inggris) mulai melakukan
pendaratan di Tanjung Perak. Perundingan ini berlangsung sangat singkat memakan waktu
kurang lebih setengah jam, karena drg. Moestopo tidak ada ditempat maka pihak Sekutu
(Inggris) mau menerima tawaran untuk berunding dengan pimpinan BKR-Laut (Badan
Keamanan Rakyat-Laut) yang diwakili oleh Umar Said dengan didampingi oleh J.
Sulamet, Hermawan dan Nizam Zachman. Sedangkan di pihak Sekutu (Inggris) diwakili
oleh tiga orang perwira dan beberapa orang bintara. Dalam perundingan tersebut pihak
Inggris menuntut agar BKR (Badan Keamanan Rakyat) menurunkan bendera merah-putih
yang dikibarkan di atas gedung tersebut dan menggantikannya dengan bendera Inggris
serta mengosongkan Gedung Modderlust dan sekitarnya agar tempat tersebut bisa
digunakan untuk kepentingan Sekutu (Inggris). Bila tuntutan tersebut tidak dipenuhi maka
tempat tersebut akan ditembaki, gertakan tersebut tidak main-main, ternyata pihak. Sekutu
(Inggris) telah mengarahkan semua mulut meriam yang berada di atas kapal mengarah ke
Modderlust, yang terlihat dari teropong milik salah satu penjaga pantai.
10
Tuntutan tersebut ditolak, sebagai jawabannya Umar Said, memerintahkan anak
buahnya menanggalkan baju seragam putihnya dan siap melawan walaupun hanya
menggunakan senjata apa adanya, termasuk besi-besi tua yang ada disckitarnya. Melihat
reaksi yang tak terduga dari pihak BKR-Laut, delegasi Serikat tersebut kemudian pergi
meninggalkan gedung.
Pada hari yang sama terjadi perundingan antara Brigadir Jendral Mallaby dengan pihak
RI yang diwakili oleh drg. Moestopo didampingi oleh Ruslan Zain, Inspektur Soejono
Prawirobismo dan Djoko Sawondho, di Prapatkurung, Tanjung Perak, pukul 10.00.
Namun perundingan tersebut gagal karena masing-masing bersikukuh pada usulan
masing-masing. Adapun usulan dari Moestopo menginginkan agar pertemuan dilakukan
di jalan Prapatkurung, tepatnya ditengah jalan dan kap mobil digunakan sebagai meja
perundingan. Usulan tersebut ditolak oleh Brigadir Jendral Mallaby dan sebaliknya dia
mengusulkan agar pertemuan dilakukan diatas kapal perang, usulan tersebut juga ditolah
oleh Moestopo, sehingga perundingan tersebut gagal. Moestopo melaporkan kepada
Gubernur Suryo.
Pada 26 Oktober 1945 pukul 09.00 sampai pukul 12.30 berlangsung pertemuan antara
wakil-wakil pemerintah RI dengan Brigadir Jendral Mallaby. Hasil dari pertemuan
tersebut pasukan Sekutu (inggris) boleh secara berkelompok menggunakan beberapa
bangunan di dalam kota, selain itu pihak sekutu berjanji tidak akan menyampuri jalannya
roda pemerinan Jawa Timur. Adapun hasil perundingan tersebut antara lain Inggris
berjanji diantara tantara mereka tidak ada Angkatan Laut maupun Angkatan Darat
Belanda, maka diselenggarakan suatu Contack Burau.
11
b. Campur Tangan Sekutu
Campur tangan Sekutu (Inggris) dalam pemerintahan RI sudah dirasakan sejak
kedatangan kelompok Huyer yang mengaku urusan dari RAPWI ( Rehabilitation Allied
Prisoners of War and Internes). Huyer berusaha mengoper langsung kekuasaan dan senjata
Angkatan laut Jepang dari tangan Admiral Shibata, agar Surabaya bisa diduduki. Hal itu
menyebabkan kemarahan pemuda Surabaya. Bentuk kemarahan para pemuda ini dengan
memenjarakan Huyer dkk.
Dalam perundingan pada tanggal 26 Oktober 1945 pihak Sekutu (Inggris) berjanji tidak
akan mencampuri urusan pemerintahan Jawa Timur. Namun janji tersebut dilanggar
sendiri oleh pihak Sekutu (Inggris). Sikap Sekutu (Inggris) yang telah melanggar janjinya
tersebut masih bisa ditoleransi oleh rakyat Surabaya, namun yang lebih menyakitkan dan
tidak bisa dimaafkan adalah sikap penghinaan yang dilakukannya dengan menjatuhkan
sebuah selebaran yang isi pokoknya memerintahkan kepada rakyat Surabaya dan Jawa
Timur agar menyerahkan kembali semua senjata dan peralatan milik Jepang kepada
Inggris.
2.1.3 Permusyawaratan
Setelah bermusyawarah kemudian Presiden Sukarno mengumumkan peryataan
sebagai hasil permusyawaratan dengan Brigadir Jendral Mallaby. Hasilnya adalah
sebagai berikut:
1. Perjanjian yang telah tercapai adalah untuk menjaga ketentraman.
2. Untuk memperoleh ketentraman dan damai, kontak senjata harus
dihentikan.
3. Keselamatan penduduk termasuk para tawanan akan dijamin oleh kedua
belah pihak.
4. Syarat-syarat yang disebarkan dalam wujud famflet pada tanggal 27
Oktober akan dirundingkan antara Presiden Sukarno dengan Panglima
Tentara Pendudukan Jawa.
5. Penduduk bebas berpergian pada malam hari.
6. Semua Satuan harus kembali ke tangsinya, sedangkan yang luka-luka
diangkut ke rumah sakit.
12
2.1.4 Terbunuhnya Brigadir Jendral Mallaby dan Ultimatum
Hasil perundingan antara Sukarno dengan Brigadir Jendral Mallaby sudah
diumumkan. Namun tidak semua rakyat Surabaya mendengar dan mengetahui hasil
perundingan Presiden Sukarno dengan Brigade Jendral Mallaby hal ini disebabkan oleh
sulitnya alat komunikasi. Pihak Inggris mengajukan usul, Brigadir Jendral Mallaby
dengan stafnya untuk masuk ke dalam Gedung Internatio untuk menerangkan kepada
pasukannya agar tidak menembaki rakyat yang berjalan disekitar gedung itu. Pihak
Indonesia tidak dapat menerima usulan itu sekalipun pada mulanya tampak simpatik.
Secara tiba-tiba tentara Sekutu (Inggris) yang berada di dalam gedung
menembaki kearah rakyat dan pemuda yang tersebar dilapangan Segitiga yang berada
di depan Gedung Internatio serta kepada mobil-mobil Kontak Biro. Tiba- tiba mobil
yang dinaiki oleh Brigadir Jendral Mallaby kena tembakan kemudian meledak dan
terbakar. Tidak diketahui siapa yang menembaki mobil tersebut apakah dari pihak
Sekutu (Inggris) sendiri atau dari pihak Indonesia. Dalam peristiwa itu pimpinan tentara
Inggris Brigadir Jendral Mallaby tewas. Kematian Brigadir Jendral Mallaby telah
mendatangkan berbagai reaksi dan komentar.
Pada tanggal 31 Oktober 1945 Letnan Jendral Sir Philip Christison selaku
Panglima AFNEI (Alled Forces in the Netherland East Indies) memberi reaksi yang
sangat keras atas kematian Brigadir Jendral Mallaby. Lalu dikeluarkanlah sebuah
peringatan kepada rakyat Indonesia di Surabaya yang dituduh melanggar persetujuan
gencatan senjata dan membunuh Brigadir Jendral Mallaby secara keji. Peringatan itu
disusul dengan sebuah ultimatum, bilamana pembunuh Brigadir Jendral Mallaby tidak
menyerahkan diri kepada tentara Inggris, maka Inggris akan mengerahkan segenap
kekuatan Sekutu (Inggris) baik dari darat, laut maupun udara beserta semua
persenjataan modern yang dimilikinya untuk menggempur mereka (Surabaya) sampai
hancur. Sementara itu rakyat Surabaya memiliki penilaian sendiri mengenai situasi
gawat tersebut, akan tetapi dalam satu hal mereka sependapat, semuanya menolak
ultimatum Jenderal Christison, karena yang melanggar gencatan senjata bukan pihak
Indonesia tetapi pihak Sekutu (Inggris).
13
2.2 Jalannya Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya
2.2.1 Jawaban Terhadap Ultimatum
Untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi, para pimpinan Surabaya
segera mengadakan hubungan dengan pemerintah Pusat. Maksudnya untuk melaporkan
kepada Presiden dan meminta Presiden untuk meminta kepada Sekutu (Inggris) supaya
mencabut ultimatumnya. Sikap pemerintah daerah tidak berbeda dengan sikap rakyatnya
ialah menolak ultimatum. Untuk itu Gubernur Suryo pada pukul 23.10 mengucapkan pidato
melalui radio RRI Surabaya dengan suara tenang, mantap dan tegas menyampaikan
pesannya. Secara spontan rakyat Surabaya menyambut pidato Gubernurnya dengan sorak-
sorai gegap-gempita sebagai pertanda puas dan lega. Sekarang keragu-raguan sudah hilang
lenyap. Tidak ada lagi jalan mundur, semuanya sudah bertekat bulat untuk melawan tentara
Sekutu (Inggris) yang menjadi kaki-tangan Belanda dalam usahanya mengembalikan status
kolonialnya di Indonesia. Semuanya akan mempertahankan kota Surabaya sampai titik
darah penghabisan.
Dalam menghadapi ultimatum Sekutu (Inggris) ini, Gubernur Suryo dan rakyat
Surabaya sudah siap menghadapi semua resiko yang akan terjadi. Rakyat Surabaya bekerja
keras menyusun pertahanan kota dengan petunjuk Markas Pertahanan Surabaya. Barikade-
barikade dipasang dimana-mana untuk menghambat gerakan musuh, juga kubu-kubu
pertahanan dibuat di setiap sudut untuk melawan tentara musuh yang bergerak maju. Dalam
waktu singkat seluruh pelosok kota sudah disulap menjadi benteng-benteng pertahanan yang
tangguh, bahkan rakyat dengan sukarela menyerahkan perabot rumahnya untuk dijadikan
berikade.
14
karena masing-masing pihak dalam keadaan siap tempur. Suasana tersebut tidak dapat
diatasi, pada keesokan harinya terjadi kontak senjata antara kedua satuan.
Satu suara lagi menyeru ”Belalah kedaulatan kita sebagai rakyat yang mencintai
tanah air”. Rakyat yang tidak sanggup dan menentang pertempuran ini janganlah
mempersulit perjuangan kami. Seorang pemuda Indonesia dari Sumatera sempat
menyerukan supaya di pulaunya rakyat segera insaf akan suasana yang dihadapi Indonesia
dewasa ini. Dengan menerangkan bagaimanasemangat pahlawan-pahlawan yang berjuang
di Aceh dahulu seperti Imam Bonjol dan Sisingamangaraja, pemuda dari Sumatera itu
menyerukan supaya setiap saat bersedia, siap, seia dan sekata dalam menghadapi
kemungkinan yang bakal terjadi lagi.
15
2.2.4 Kegigihan Arek-Arek Suroboyo Yang Mengejutkan Sekutu (Inggris)
Diakui oleh sumber Inggris, bahwa pertahanan Indonesia pada minggu kedua sangat
kuat dengan kontrol yang baik, berdisiplin, memakai pakaian yang sangat baik dengan
unifrom Jepang memberikan kesan sudah terlatih baik. Mereka sangat sensitif terhadap
usaha-usaha Inggris untuk mengurung pos-pos pertahanan Inggris. Namun setelah tempat-
tempat pertahanan mereka dapat dilumpuhkan oleh tank-tank Inggris, pasukan-pasukan
infantri Inggris baru dapat memperoleh kemajuan berarti hingga di sekitar Tambakbaya dan
Kalimas jatuh ke tangan Inggris.
Di pihak utara Sekutu (Inggris) pun tidak sedikit yang mati, luka-luka atau ditawan
rakyat. Pertempuran sengit terus berlangsung tidak henti-hentinya selama14 hari. Namun
karena bala bantuan Sekutu (Inggris) datang terus-menerus, dan persenjataan mereka lebih
modern dari pada senjata-senjata rakyat Surabaya, pada akhir bulan November 1945, TKR
dan pasukan terpaksa mundur menyusun pertahanannya di luar kota.
16
2.3 Dampak Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya
2.3.1 Dampak Positif
Semangat membara yang ditunjukkan rakyat Surabaya membuat Inggris merasa seperti
di neraka. Walaupun pada akhirnya Surabaya tetap jatuh ke tangan sekutu, namun cara
pandang bangsa Inggris dan Belanda terhadap para pejuang Indonesia benar-benar
berubah.
Siaran Radio Pemberontakan Bung Tomo yang menjangkau hingga ke luar Indonesia,
juga berhasil mendorong dunia internasional untuk menekan Belanda dan Inggris agar
mengendurkan serangannya, bahkan mendatangkan berbagai bentuk bantuan bagi rakyat
Surabaya.
17
2.4 Peran KH Hasyim Asy’ari dalam Pertempuran 10 November 1945
Pada Pertempuran Surabaya 10 November 1945 tidak lepas dari peran KH Hasyim
Asy’ari. Melalui fatwa Resolusi Jihad oleh KH Hasyim Asy’ari, masyarakat Surabaya
dengan semangat yang tinggi serta rela mati bertempur melawan penjajah guna
mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Fatwa Resolusi Jihad tersebut dapat menggerakan masyarakat serta santri untuk
menghantam penjajah. Resolusi Jihad itu tak lepas dari permintaan Presiden Soekarno
yang memohon fatwa hukum kepada KH Hasyim Asy’ari sebagai pemimpin organisasi
Islam terbesar di Indonesia pada 17 September 1945.
Fatwa yang dikeluarkan pada 22 Oktober 1945 ini adalah Resolusi Jihad Fi
Sabililillah kepada rakyat Indonesia di Surabaya serta sekitarnya untuk melawan penjajah.
Dalam konteks pertempuran 10 November 1945, Resolusi Jihad disebarkan oleh Bung
Tomo melalui pidato-pidatonya. Wacana Resolusi Jihad sampai kepada Bung Tomo
dengan berbagai cara. Bung Tomo merupakan seorang yang dekat dengan kalangan NU,
seperti KH. Hasyim Asy'ari dan Anaknya, KH. Wahid Hasyim.
Beberapa hari sebelum insiden perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato, Bung
Tomo diberi secarik kertas berisi fatwa Jihad melawan Belanda oleh KH. Hasyim Asy'ari.
Secarik kertas tersebut diberikan ketika ia berkunjung ke pesantren untuk menemui para
kiai dan memohon doa. Resolusi jihad inilah yang membakar semangat juang Arek-arek
Surabaya pada 10 November 1945. Sehingga kaum santri dan rakyat menyerukan
pengusiran tentara sekutu dari Kota Pahlawan.
Hal yang sama juga dilakukan tokoh-tokoh Jatim untuk menghadap KH Hasyim
Asyari. Mereka meminta fatwa untuk melakukan perang suci atau jihad dengan sasaran
pengusiran sekutu di Surabaya. Dipimpin langsung oleh Kiai Hasyim, dideklarasikan
perang kemerdekaan sebagai jihad. Dalam resolusi jihad, Kiai Hasyim meminta
pemerintah untuk segera melancarkan perang suci melawan penjajah yang ingin berkuasa
kembali. Fatwa atau Resolusi Jihad Hasyim berisi lima butir, yaitu :
18
Butir ketiga: Musuh Republik Indonesia yaitu Belanda, yang kembali ke Indonesia
dengan bantuan sekutu Inggris, pasti akan menggunakan cara-cara politik dan militer
untuk menjajah kembali Indonesia.
Butir keempat: umat Islam terutama anggota NU harus mengangkat senjata melawan
penjajah Belanda dan sekutunya yang ingin menjajah Indonesia kembali.
Butir kelima: Kewajiban ini merupakan perang suci (jihad) dan merupakan kewajiban
bagi setiap muslim yang tinggal dalam radius 94 kilo meter, sedangkan mereka yang
tinggal di luar radius tersebut harus membantu dalam bentuk materi terhadap mereka
yang berjuang Resolusi Jihad itu menggemparkan Surabaya.
Resolusi Jihad memicu perang rakyat selama 4 hari di Surabaya. Yakni 26-29
Oktober 1945. Brigadir Jenderal Mallaby tewas pada 30 Oktober 1945. Resolusi Jihad,
berdampak besar di Jatim. Di sisi lain, tewasnya Jenderal Mallaby memicu kemarahan
tentara sekutu. Pada tanggal 9 November 1945, mereka mengeluarkan ultimatum agar
rakyat Surabaya menyerahkan senjatanya sebelum pukul 06.00. Namun, rakyat
menolak sampai pertempuran kembali meletus.
19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif berupa metode
Hostoris yaitu, Penelitian ini meneliti suatu kasus, peristiwa, atau fenomena yang terjadi
di masa lalu. Metode Historis adalah penelitian yang dilakukan secara sistematis.
Lewat metode historis ini, penulis kemudian mencari referensi yang terpadu dari
keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta
studi yang kritis untuk mencari kebenaran. Jenis penelitian ini mencoba merenkonstruksi
apa yang terjadi pada masa yang lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan biasanya
menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar
mampu menggambarkan, menjelaskan, dan memahami kegiatan atau peristiwa yang
terjadi beberapa waktu lalu.
20
BAB V
DOKUMENTASI
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Indonesia kehilangan setidaknya 6.000-16.000 pejuang yang tewas dan 200.000 rakyat
sipil yang mengungsi dari Surabaya. Tetapi Indonesia juga banyak mengalahkan korban
dari pasukanInggris dan India kira-kira sejumlah 600-2.000 tentara. Pertempuran berdarah
di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telahmenggerakkan perlawanan
rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah danmempertahankan
kemerdekaan.Kurang lebih 160 ribu jiwa gugur saat peristiwa 10 November 1945. Paling
banyak korbanadalah di jalan raya Pahlawan yang saat ini dibangun Tugu Pahlawan.
Banyaknya pejuang yanggugur dan rakyat sipil menjadi korban pada hari 10 November
1945, maka Indonesia mengenangtanggal itu sebagai Hari Pahlawan sampai
sekarang.Dampak lainnya yaitu dengan pertempuran Surabaya sebagai pembentukan jiwa
nasionalisme bangsa Indonesia untuk menentang kembali dominasi Sekutu/NICA di
Indonesia. Sehingga pertempuran Surabaya merupakan barometer dan motivasi bagi
daerah-daerah lain yang ada diwilayah teritorial Indonesia untuk melakukan hal yang
sama.
4.2 Saran
Setelah membaca makalah ini penulis memiiki saran bagi pembaca diantaranya:
Generasi muda saat ini perlu lebih meyukai hal hal yang berhubungan dengan sejarah
Indonesia, sehingga pembaca dapat memahami serta mengetahui sejarah indonesia lebih
mendalam.
1. Bagi pembaca diharapkan lebih mengapresiasi dan mengenang perjuangan para
pahlawan yang telah mempertaruhkan nyawanya bagi indonesia
2. Bagi penulis Penulis menyadari bahwa makalah di atas masih memiliki kekurangan
dan jauh dari kata sempurna.dan saran untuk lebih meperbaiki dalam penulisan di
kemusian hari.
22
DAFTAR PUSTAKA
anonym. (2022, November 8). Mengapa Tangggal 10 November Diperingati Sebagai Hari
Pahlawan. Retrieved from kalibawang:
https://kalibawang.kulonprogokab.go.id/detil/924/mengapa-tanggal-10-november-
diperingati-sebagai-hari-
pahlawan#:~:text=Pertempuran%20tersebut%20telah%20mengakibatkan%20sekitar,a
lat%20perang%20rusak%20dan%20hancur
Arifin, N. (2011, November 10). 160 Ribu Pejuang Gugur dalam Pertempuran 10 November.
Retrieved from okezone: https://news-okezone-
com.cdn.ampproject.org/v/s/news.okezone.com/amp/2011/11/10/340/527390/160-
ribu-pejuang-gugur-dalam-pertempuran-10-
november?amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQIUAKwASCAAgM%3D#ao
h=16813081670765&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_
H.B, V. T. (2007). PERTEMPURAN 10 NOVEMBER 1945 DI SURABAYA. 145.
IhromI, H. (2022). Peran Ulama dalam Pertempuran 10 November 1945. radarbanyuangi.id.
Nana. (2022, Juni 17). Ringkasan Pertempuran Surabaya 10 November, Awal Mula Hingga
Akhir serta Dampak dan Para Tokohnya. Retrieved from mamikos:
https://mamikos.com/info/ringkasan-pertempuran-surabaya-awal-hingga-akhir-
dampak-dan-para-tokohnya-pljr/
Setyaningrum, P. (2022, August 5). Pertempuran Surabaya: Penyebab, Tokoh, Kronologi,
dan Dampak. Retrieved from Kompas.com: https://amp-kompas-
com.cdn.ampproject.org/v/s/amp.kompas.com/surabaya/read/2022/08/05/211200578/
pertempuran-surabaya-penyebab-tokoh-kronologi-dan-
dampak?amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQIUAKwASCAAgM%3D#aoh=
16813069851626&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google
23