Oleh
1. ARTIKA SARI DEWI (XI-MIA/03)
2. M. DAFA MAULUDIN (XI-MIA/07)
3. M. THORIQ AFRIAN (XI-MIA/08)
4. NI KADEK SINTYA W. (XI-MIA/10)
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Kepala SMA GIKI 3 Surabaya
ii
KATA PENGANTAR
Pertama dan yang utama, tim penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan
yang Maha Esa. Karena berkat dan rahmat karumia- Nyalah tim penulisa dapat
menyelesaikan laporan observasi tersebut. Adapun laporan kegiatan ini disusun guna
memenuhi persyaratan nilai kenaikan kelas mata pelajaran Seni Budaya dan Bahasa
Indonesia. Terimakasih juga kami ucapkan kepada guru mata pelajaran Seni Budaya
dan Bahasa Indonesia karena telah memberikan kami tugas sehingga menambah
pengetahuan dan pengalaman kami serta membentuk kebersammaan dalam
Kelompok kami. Dan secara khusus kami juga mengucapkan terimaksih kepada
kedua orangtua kami yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan serta doa
yang selalu mengiringi.
Proses laporan ini, penulis telah mendapat bantuan dari berbagai pihak hingga
memperoleh hasil. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan
terimakasih kepada :
1. Ibu Dyah Puspita Tri W. M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA GIKI 3
Surabaya.
2. Ibu Ferin Marsudi Parabaari, S.Pd selaku guru pembimbing penelitian
Sejarah.
3. Bapak Rendra Aditya, S.Pd selaku guru pembimbing Seni Budaya.
4. Ibu Roma Dona W.D selaku walikelas XI-MIA.
5. Teman-teman yang telah membantu dan mendukung kami.
Tim Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................................
BAB I...............................................................................................................................................
BAB II.............................................................................................................................................
2.2. Malioboro..........................................................................................................................
BAB III..........................................................................................................................................
iv
3.1. Metode Penelitian...........................................................................................................
BAB IV..........................................................................................................................................
4.2. Malioboro........................................................................................................................
BAB V...........................................................................................................................................
5.1. Kesimpulan.....................................................................................................................
5.2. Saran................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................
DOKUMENTASI..........................................................................................................................
PROFIL PENULIS........................................................................................................................
v
BAB I
PENDAHULUAN
vi
inilah yang mendatangkan banyak sekali orang untuk membeli ataupun hanya
melihat desa yang sudah terkenal hingga keluar wilayah Yogyakarta.
Di Yogyakarta juga memiliki obyek wisata Lava Tour. Obyek wisata Lava
Tour merupakan tempat objek wisata yang terletak di Dusun Kinahrejo, Desa
Umbulharjo, Sleman, Yogyakarta. Tempat wisata ini memberikan sensasi berbeda
dari wisata pegunungan yang lain, karena kita bisa menikmati udara sejuk
pepohonan rindang, dan suasana hening. Tempat wisata ini juga merupakan bumi
perkemahan yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti warung-warung
permanen, bascamp pendakian merapi, area untuk perkemahan serta disediakan
rute perjalanan Lava Tour yang memudahkan pengunjung untuk melihat
eksotisme merapi dari dekat sehingga menjadikan daya tarik tersendiri bagi
pengunjung. Terjadinya letusan merapi pada tahun 2010 Lava dan meterial
meluluhlantahkan tempat ini akibat terjangan awan panas. Rumah-rumah hancur,
gardung pandang tinggal puing-puing, alam yang dulunya hijau dan rimbun mati
oleh sisa-sisa material menjadikan tempat ini bagaikan hamparan pasir bercampur
dengan debu dan bebatuan lava.
Di Yogyakarta juga memiliki tempat wisata yang tidak kalah menarik yaitu
Malioboro. Bagi sebagian besar wisatawan baik lokal maupun mancanegara,
Malioboro sudah tak asing sebagai tempat berwisata belanja paling diminati di
Yogyakarta. Denyut aktivitas perdagangan sangat terasa di tempat ini. Namun
demikian latar belakang sejarah Malioboro pun tak kalah mengesankan. Jalan
Malioboro didirikan bertepatan dengan pendirian Kraton Yogyakarta. Dalam
bahasa Sansekerta, kata "malioboro" bermakna karangan bunga. Hal itu mungkin
ada hubungannya dengan masa lalu ketika Kraton mengadakan acara besar maka
Jalan Malioboro akan dipenuhi dengan bunga. Kata malioboro juga berasal dari
nama seorang kolonial Inggris yang bernama Marlborough yang pernah tinggal
disana pada tahun 1811-1816 M. Keberadaan Jalan Malioboro tidak terlepas dari
konsep kota Yogyakarta yang ditata membujur dengan arah utara - selatan,
dengan jalan-jalan yang mengarah ke penjuru mata angin serta berpotongan tegak
vii
lurus. Pola itu diperkuat dengan adanya "poros imajiner" yang membentang dari
arah utara menuju ke selatan, dengan kraton sebagai titik tengahnya. "Poros"
tersebut diwujudkan dalam bentuk bangunan, yaitu Tugu (Pal Putih) di utara, ke
selatan berupa jalan Margatama (Mangkubumi) dan Margamulya (Malioboro),
Kraton Yogyakarta, Jl. DI. Panjaitan, berakhir di panggung Krapyak. Jika titik
awal (Tugu) diteruskan ke utara akan sampai ke Gunung Merapi, sedang jika titik
akhir (Panggung Krapyak) diteruskan akan sampai ke Samudera Hindia. Di era
kolonial (1790-1945) pola perkotaan itu terganggu oleh Belanda yang
membangun benteng Vredeburg (1790) di ujung selatan jalan Malioboro. Selain
membangun benteng belanda juga membangun Societeit Der Vereneging
Djogdjakarta (1822), The Dutch Governor's Residence (1830), Javasche Bank dan
kantor Pos untuk mempertahankan dominasi mereka di Yogyakarta. Komunitas
Belanda di Yogyakarta berkembang pesat sejak masa pemerintahan Sultan
Hamengkubuwana VII ( 1877 - 1921). Hal tersebut berkaitan erat dengan tumbuh
dan berkembangnya perkebunan tebu, berbagai jenis pabrik, perbankan, asuransi,
perhotelan, dan pendidikan. Perkembangan pesat juga terjadi pada masa itu yang
disebabkan oleh perdaganagan antara orang Belanda dengan orang Tionghoa. Dan
juga disebabkan adanya pembagian tanah di sub-segmen Jalan Malioboro oleh
Sultan kepada masyarakat Tionghoa dan kemudian dikenal sebagai Distrik Cina
(Kawasan Pecinan). Perkembangan pada masa itu didominasi oleh Belanda dalam
membangun fasilitas untuk meningkatkan perekonomian dan kekuatan mereka,
Seperti pembangunan Stasiun Tugu oleh Staat Spoorweg (1887) di Jalan
Malioboro, yang secara fisik berhasil membagi jalan menjadi dua bagian.
Sementara itu, jalan Malioboro memiliki peranan penting di era kemerdekaan
(pasca-1945), sebagai orang-orang Indonesia berjuang untuk membela
kemerdekaan mereka dalam pertempuran yang terjadi utara-selatan sepanjang
jalan.
Di Yogyakarta juga memiliki tempat wisata lainnya yaitu Heha Sky View.
Heha Sky View merupakan salah satu objek wisata yang terletak di kawasan
viii
perbukitan tepatnya di Jl. Dlingo No 02, Patuk,Gunungkidul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Didirikan pada 18 September 2019 oleh Herry Zudianto, mantan
Walikota Yogyakarta dan rekannya Handoyo Mawardi. Heha Sky View menjadi
salah satu destinasi favorit bagi wisatawan karena menawarkan keindahan
pemandangan Kota Yogyakarta, khususnya pada malam hari dari perbukitan
Gunungkidul. Heha Sky View menyediakan fasilitas bagi para wisatawan yang
berkunjung, seperti, Garden Area, Sky Glass, Love Box, Reflecting Pool, Bean
Bag Area, Live Music, Food Stalls, Heha Garage, Souvenir Shop, Mushalla,
Toilet, Area Parkir, dan juga jalur kursi roda bagi penyandang disabilitas. Heha
Sky View mengadopsi beberapa spot foto dari luar negeri untuk menarik minat
pengunjung seperti wahana balon udara atau sky balloon. Balon udara yang
dimaksud adalah sebuah spot selfie dengan desain berbentuk balon udara dan
digunakan khusus untuk berfoto dan Love box merupakan salah satu spot foto
tambahan yang disediakan oleh Heha Sky View.
ix
1.3. Tujuan Penelitan
Agar penelitian lebih terfokus dan tidak meluas maka penelitian ini akan dibuat
batasan masalahnya sebagai berikut :
1) Lokasi penelitian berada di Desa kasongan pembuatan gerabah, sepanjang
jalan Malioboro, dan di tempat wisata Lava Tour.
x
BAB II
KAJIAN TEORI
xi
2.2. Malioboro
xii
Bangunan-bangunan bersejarah yang terletak di kawasan Malioboro
tersebut menjadi saksi bisu perjalanan kota ini dari masa ke masa.
Malioboro menyajikan berbagai aktivitas belanja, mulai dari bentuk
aktivitas tradisional sampai dengan aktivitas belanja modern. Salah satu
cara berbelanja di Malioboro adalah dengan proses tawar-menawar
terutama untuk komoditi barang barang yang berupa souvenir dan
cenderamata yang dijajakan oleh pedagang kaki lima yang berjajar di
sepanjang trotoar jalan Malioboro. Berbagai macam cederamata dan
kerajinan dapat anda dapatkan disini seperti kerajinan dari perak, kulit,
kayu, kain batik, gerabah dan sebagainya.
Merapi Volcano atau Lava Tour Merapi merupakan salah satu obyek
wisata terfavorit di Jogja.Disini para pengunjung akan disuguhi pemandangan
alam yang indah dan melewati makam masal korban erupsi merapi tahun 2010
di dusun Tangkisan, Tugu Ambruk di dusun Petung, jalur Kali Opak dan Kali
Gendol yang menjadi jalur utama lava panas Gunung Merapi. dengan
mengendarai mobil Willys yaitu mobil jeep yang dipakai saat perang dunia ke
II.
1) The Lost World castle
The Lost World Castle artinya dunia yang hilang, maksud dari
penamaan tersebut berdasarkan kejadian meletusnya Gunung Merapi
pada tahun 2020 lalu. Yang berakibat menghilangnya beberapa desa
yang ada di sekitar Merapi. Ide pembuatan tempat wisata ini selain
untuk mengenang Desa Kepungharjo dan sekitarnya juga untuk
membangkitkan kembali ekonomi masyarakat sekitar Merapi. The
xiii
Lost World Castle berada di lahan seluas 1,3 ha, dan berada sekitar 6
km dari puncak Gunung Merapi.
xiv
bentukan gunung merapi yang baru terbentuk 2000 tahun yang lalu.
Sejarah Lava Tour Merapi dimulai sejak tahun 2010 pasca eruspi merapi
yang telah meluluh lantakan beberapa pemukiman warga, menelan
banyak korban sampai dengan habisnya harta bendanya, terutama salah
satu kunci merapi mbah Maridjanpun juga ikut menjadi korban erupsi
tahun 2010. Kerusakan parah terjadi di Desa Kepuhharjo, desa
Glagaharjo, dan beberapa desa lainnya di lereng gunung merapi.
Sebelum munculnya wisata jip, wisata trail sudah lebih dahulu
berkembang. Sensasi mengendarai motor trail saat itu menjadi favorit
wisatawan, hingga tak mengherankan warga sampai memiliki 56 motor
trail waktu itu. Seiring perkembangan, wisata menggunakan motor trail
pun beralih ke mobil jip. Tidak hanya sebagai alat transportasi melewati
medan berat, sensasi menikmati panorama alam dari atas jip menjadi
daya tarik tersendiri.
Jumlah kunjungan ke merapi pun hingga ribuan orang setiap
harinya untuk melihat bekas pasca eruspi yang menjadi saksi bisu
runtuhnya rumah dan meninggalnya sang pemegang kunci merapi,
pengunjupun bukan hanya wisatawan lokal saja melainkan juga dari
wisatawan mancanegara. Sehingga masyarakat lereng merapi memiliki
inisiatif untuk menyediakan jeep lava tour merapi sebagai wisata
Volcano Tour Merapi sehingga summber ekonomipun merangkak naik
dan berkembang. Hal itu dijadikan sebagai mata pencaharian utama
ketika mata pencaharian mereka seperi penambangan, perdagangan,
pertanian dan peternakan sapi perah mereka yang hilang ketika
digoncang oleh merapi yang tidak tidur lagi.
Perekonomian masyarakat lereng merapi tumbuh naik dengan
membuka usaha jasa wisata, guide lokal, pengelola wisata hingga
mereka membuka warung wisata seiring dengan tumbuhnya ekonomi
mereka sehingga beberapa objek wisata di lereng merapi semakin
xv
tumbuh sehingga banyak menyedot warga masyarakat lereng merapi
untuk bekerja di objek wisata.
BAB III
METODE PENELITIAN
Teknik Pengumpulan data yang kami gunakan pada penelitian kali ini, yaitu :
1. Kami disini menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi,
yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mengamati dan
meninjau secara cermat dan langsung di lokasi penelitian untuk
mengetahui kondisi yang terjadi kemudian digunakan untuk membuktikan
kebenaran dari desain penelitian yang sedang dilakukan.
2. Kami disini juga menggunakan teknik pengumpulan data melalui
wawancara dengan penduduk asli Jogja, yaitu teknik pengumpulan data
yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara
peneliti dan narasumber.
xvi
3. Kami disini juga menggunakan teknik pengumpulan data melalui
dokumentasi, yaitu metode mencari data mengenai hal-hal yang berupa
catatan, buku, agenda serta foto-foto kegiatan.
4. Kami disini juga menggunakan Teknik pengumpulan data melalui literasi,
yaitu menekankan pada referensi atau pustaka mana yang sekiranya dibuat
sebagai acuan peneliti untuk melakukan penelitian, dan disini kami
menggunakan google sebagai data tambahan untuk literasi.
xvii
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
xviii
rumah tangga. Mereka membuat sendiri untuk kebutuhan
masing-masing yang kemudian dijual keluar desa . Permintaan
yang tinggi untuk perkakas rumah tangga dari gerabah ternyata
membuat sebagian besar penduduk Kasongan memanfaatkan
keahlian mereka dalam membuat gerabah. Gerabah yang semula
hanya dibuat untuk kebutuhan pribadi menjadi daya tarik
ekonomi dalam mencari penghasilan. Masing-masing kepala
keluarga pun pada akhirnya berbondong-bondong memproduksi
gerabah untuk dijual kembali . Hal inilah yang lantas membuat
bahan baku pembuatan gerabah - tanah liat - menjadi berkurang
jumlahnya. Tanah liat yang biasa mudah didapat pada sekitar
rumah kini harus dicari disekitar wilayah pegunungan. Hal ini
terus berlanjut hingga pada akhirnya di hari ini masyarakat
Kasongan harus membeli tanah liat sebagai bahan dasar
pembuatan gerabah karena tanah liat yang sudah terbatas jumlah
maupun kualitasnya .
xix
rupiah. Tanah liat yang sudah bercampur dengan pasir kemudian
ditambahkan dengan air lalu diaduk hingga berbentuk padat.
Setelah benar-benar padat, campuran tanah liat itu kemudian
dicetak atau dibentuk sesuai dengan keinginan.
Pada sebuah aksesoris rumah joglo membentuk gerabah
dilakukan dengan mencetakkan tanah liat tersebut dalam sebuah
cetakan. Cetakan dibuat satu persatu lalu disambung ketika
sudah menjadi lebih kering. Setelah dicetak, tanah liat tersebut
lalu dijemur hingga kering. Menjemur dapat dilakukan hingga
berhari-hari tergantung dengan keadaan cuaca. Bila matahari
bersinar dengan terik, maka penjemuran dapat dilakukan satu
sampai dua hari, namun sebaliknya, bila musim hujan tiba maka
proses penjemuran bisa dilakukan hingga empat hari. Setelah
penjemuran proses berikutnya adalah pembakaran. Sebelum
dibakar tanah liat ini dioleskan oleh minyak tanah atau solar agar
warnanya menjadi mengkilat sebelum dibakar pada suhu 150°C.
Proses pembakaran dilakukan pada waktu tiga hingga sembilan
jam. Perubahan warna menjadi lebih cokelat menandakan bahwa
tanah liat tersebut telah berubah menjadi gerabah yang kemudian
siap untuk diangkat dan didinginkan pada suhu normal. Dengan
di angin-anginkan pada suhu normal, maka pembuatan gerabah
sudah mencapai akhir.
xx
4.1 Desa kasongan Pembuatan Gerabah
4.2. Malioboro
xxi
pusat kota Yogyakarta sehingga memudahkan bagi wisatawan untuk
mengunjunginya.
xxii
4.2 Situasi di Malioboro
xxiii
4.3 Kondisi wisata Lava Tour Merapi di Jogja
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
xxiv
untuk berlibur dan menghabiskan sisa waktu istirahatnya di tempat-tempat
wisata yang ada di Yogyakarta. Walaupun banyak cerita-cerita mistis yang
beredar di Masyarakat luas, para wisatawan tetap antusias menikmati
tempat tempat pariwisata yang ada di Jogja.
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://arsipdanperpustakaan.jogjakota.go.id/avemaria/index.php?
huruf=M#:~:text=Penamaan%20Malioboro%20berasal%20dari
%20nama,pusat%20aktivitas%20pemerintahan%20dan%20perekonomian
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gunung_Merapi
https://kumparan.com/kumparannews/sejarah-munculnya-wisata-jip-lava-
tour-merapi#amp_tf=Dari
%20%251%24s&aoh=16779069867265&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&share=https%3A%2F%2Fkumparan.com
%2Fkumparannews%2Fsejarah-munculnya-wisata-jip-lava-tour-merapi
https://metropalembangnews.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-1873678380/
sejarah-singkat-gunung-merapi-sudah-ada-sejak-400-ribu-tahun-lalu?page=2
xxv
https://pariwisata.jogjakota.go.id/detail/index/354#:~:text=Jalan
%20Malioboro%20didirikan%20bertepatan%20dengan,Malioboro%20akan
%20dipenuhi%20dengan%20bunga.
https://vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunungapi/542-g-
merapi#:~:text=Merapi%20(2986%20m%20dpl)%20terletak,
%C2%B0%2026'30%22%20BT
https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=33
https://wisatajipmerapi.com/
https://www.gudeg.net/direktori/7741/museum-mini-sisa-hartaku-i-rumah-
bapak-kimin.html
https://www.hipwee.com/narasi/malioboro-adalah-tempat-wajib-untuk-
kalian-yang-ingin-berlibur-ke-jogja/
https://www.hipwee.com/travel/lava-tour-merapi/
https://www.nativeindonesia.com/the-lost-world-castle/
DOKUMENTASI
xxvi
Gambar 1.3 Malioboro Gambar 1.4 Musium Mini Sisa Hartaku
xxvii
PROFIL PENULIS
xxviii
Nama : Ni Kadek Sintya W. Nama : M. Dafa Mauludin
Alamat : Bulak Cumpat utara 1A Alamat : Jl. Raya Kedung Asem
no.45, Surabaya no.113, Surabaya
TTL : Surabaya 15 Juni 2005 TTL : Bojonegoro, 13 April 2006
xxix