2022-2023
Disusun oleh:
2.Reza Ramdani
Disetujui Oleh ;
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan ridho-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah hasil Observasi
kami tentang “Museum Brawijaya”.
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, sehingga
kami selaku penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang nantinya
akan kami gunakan sebagai perbaikan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca.
DAFTAR ISI
Halaman Judul...................................................................................................... i
Kata Pengantar..................................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.4 Manfaat................................................................................... 1
BAB 2. PEMBAHASAN.......................................................................................... 2
2.2.1 Tujuan........................................................................................................... 3
2.2.2 Peran............................................................................................................. 3
2.3.5 HalamanTengah...........................................................................................11
2.3.6 Perpustakaan.............................................................................................. 12
BAB 3. PENUTUP..................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................12
3.2 Saran...............................................................................................................13
BAB 1. PENDAHULUANPENDAHULUA
Sejarah adalah merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang tak dapat terulang kembali.
Oleh karena itu sejarah sangat perlu untuk ditulis agar dapat dipelajarin dan di ambil
hikmahnya untuk masa depan yang lebih baik.Dewasa ini banyak orang berangapan bahwa
Museum adalah tempat atau bangunan untuk menyimpan benda-benda kuno saja. Apabila
kita mau memperhatikan lebih seksama, Museum bukanlah hanya sekedar tempat atau
bangunan untuk menyimpan benda-benda kuno saja, akan tetapi banyak peristiwa
bersejarah yang terekam di dalamnya. Dalam mengemban misi yang besar bagi pengunjung
diantaranya adalah sebagai wahana yang mewariskan nilai-nilai kejuangan suatu bangsa,
karena benda-benda koleksi Museum merupakan cermin dari kehidupan manusia pada masa
lampau.Museum berasal dari kata Yunani kuno “Muouseion” yang berarti tempat atau
bangunan atau gedung ilmu pengetahuan dan seni. Muouseion berasal dari kata “Muze”
yang berarti tempat atau bangunan untuk memuja 9 dewi anak Zeus dengan menemousyne
yang merupakan dewi dari semua cabang ilmu pengetahuan. Museum sesuai hasil
musyawarah ICOM (International Courcil Of Museum) ke-11 do Kopenhagen pada tanggal 14
Juni 1974 adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani
masyarakat dan perkembangannya terbuka untuk umum yang memperoleh, merawat,
menghubungkan dan memamerkan untuk tujuan study, pendidikan dam kesenangan,
barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya.Museum Brawijaya Malang
merupakan sebuah museum yang berisipeninggalan bersejarah yang terdiri atas tinggalan
sejarah pada masa sebelum kemerdekaan, perang kemerdekaan, serta periode setelah
kemerdekaan. Selain itu, koleksi museum tersebut antara lain berupa senjata tradisional
hingga modern, lukisan, koleksi senjata-senjata, tank, kendaraan amphibi, serta berbagai
bendera dan lambang-lambang kesatuan angkatan darat.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB 2. PEMBAHASAN
Usaha untuk pendirian Museum Brawijaya telah dilakukan sejak tahun 1962 oleh
pemrakasarnya yaitu Brigjen TNI (pURN) Soerachman (Mantan) Pangdam VIII/Brawijaya
tahun 1959-1962). Adapun maksud pendirian museum ini adalah untuk membuktikan
kepada masyarakat mengenal sejarah perjuangan bangsa Indonesia, khusunya rakyat Jawa
Timur sejak 1945 yang secara terus-menerus membuktikan dharma bhaktinya kepada ibu
pertiwi.
Pembangunan gedung museum Brawijaya ini mendapat partisipasi dari Sdr. Martha,
seorang pemilik hotel di Tretes Pandaan. Martha menyatakan kesanggupannya untuk
menanggung biaya pembangunan gedung museum. Sedangkan pemerintah daerah Kota
Malang menyediakan lokasi tanah yang terletak di Taman Indrakila (sekarang Jl. Ijen 25A
Malang) dengan luas kurang lebih 10.500 m2 dengan luas gedung pameran, perpustakaan
dan perkantoran sekitar 3.200 m2.
Sebelum gedung museum diresmikan, terlebih dahulu dilakukan pemberian anam yang
berdasarkan keputusan Pagdam VIII/Brawijaya nomor Kep/75/IV/1968 tanggal 26 April 1968
tentang pemberian nama Museum Brawijaya dengan sesanti “Citra Uthapana Cakra”. “Citra”
yang berarti sinar atau cahaya, “Uthapana” yang berarti yang membangun atau
membangkitkan, dan “Cakra” yang berarti kekuatan atau semangat. Sehingga secara
kesulurah Citra Uthapana Cakra dapat diartikan sebagai “Sinar yang membangkitkan
semangat atau kekuatan”.
Pada tanggal 4 Mei 1968 gedung Museum Brawijaya diresmikan dengan suatu upacara
resmi. Dalam upacara tersebut, Pangdam VIII/Brawijaya menunjuk Kolonel (purn) DR.
Soewondo (mantan Pangdam VIII/Brawijaya), pada tahun 1952 mewakili pini sepuluh
keluarga besar Brawijaya untuk bertindak sebagai inspektur upacara dan dihadiri oleh
Pangdam VIII/Brawijaya Mayjen TNI M.Yasin beserta keluarga besar Brawijaya.
2.2.1Tujuan
Museum Brawijaya malang didirikan dengan tujuan agar masyarakat bisa mengenal dan
mengenang sejarah perjuangan bangsa Indonesia khususnya rakyat Jawa Timur sejak tahun
1945.
2.2.2 Peran
d.Sebagai tempat pembinaan mental kejuangan dan pewarisan nilai-nilai '45 dan TNI '45 bagi
prajurit TNI dan masyarakat umum
2.2d.3 Tugas
Museum Brawijaya sama dengan museum lainnya di mana koleksi yang mereka miliki
merupakan koleksi dari hibah dari berbagai macam sumber yang terdiri dari senjata,
heraldika, numismatika, keramik, meuble, alat transportasi, alat musik militer, alat
komunikasi, visual dan tekstil. Akan tetapi secara keseluruhan, Museum Brawijaya
menyimpan berbagai koleksi yang berhubungan dengan benda-benda yang terkait dengan
perjuangan militer Indonesia. Secara keseluruhan, museum ini memiliki beberapa lokasi atau
ruang untuk menyimpan dan meletakkan koleksi yang mereka miliki. Berikut penjabarannya:
Tank buatan Jepang ini merupakan tank yang didapat dari hasil rampasan arek-arek
Surabaya pada bulan Oktober 1945. Tank tersbut dahulunya juga digunakan oleh arek-arek
Surabaya untuk melawan sekutu dalam perang yang terjadi pada 10 November 1945, yang
kemudian dikenal dengan sebagai “Hari Pahlawan”. Oleh karena pada waktu itu
pengetahuan teknis mengenai Tank belum dikuasai, maka akhirnya tank ini ditinggalkan
setelah dirusak peralatan tempurnya. Pada tahun 1949 tank ini dikuasai oleh TNI kemudian
tahun 1967 diserahkan ke Museum Brawijaya.
Koleksi senjata yang terdapat di halaman depan atau taman senjata dari museum Brawijaya
ini merupakan senjata Penangkis Serangan Udara (PSU) yang lebih dikenal dengan sebutan
Pompom Double Loop. Senjata tersebut merupakan senjata milik tentara Jepang yang
berhasil direbut oleh pemuda BKR dalam suatu pertempuran pada bulan September 1945.
Senjata hasil rampasan tersebut pada akhirnya digunakan oleh pemuda BKR sebagai senjata
pertahanan dalam rangka mempertahankan kemerdekaan baik dari serangan tentara sekutu
maupun tentara Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia. Pada saat terjadi
pertempuran di barat Bangkalan, senjata tersebut membuktikan kehebatannya dengan
berhasil menembak jatuh dua pesawat tempur Belanda.
Dalam menghadapi serangan Jepang pada bulan Maret 1941 pihak Belanda menempatkan
senjata 3,7 Inci di pantai desa Batering Kabupaten Gresik sebagai salah satu pertahanan
Belanda, akan tetapi pada kahirnya berhasil dirampas oleh tentara Jepang. Setelah Jepang
menyerah kepada sekutu, meriam tersebut dikuasai oleh tentara Belanda yang waktu itu
membonceng pasukan sekutu.
Pada tanggal 10 Desember 1945 pasukan TKR bersama-sama dengan laskar pejuang
yang lain mengadakan serangan terhadap kedudukan tenatra Belanda di pos pantai desa
Batering. Dalam pertempuran sengit yang berlangsung hampir 6 jam tersebut, TKR berhasil
mendesak kedudukan tentara Belanda dan merampas meriam 3,7 inci dari tentara Belanda.
selanjutnya TKR bergerak menuju Lamongan dengan membawa meriam hasil rampasannya.
Dalam perjalanan terjadi pertempuran yang mengakibatkan gugurnya seorang prajurit TKR
bernama Kopral Buang. Untuk mengenang jasa-jasa prajurut tersebut kemudian meriam ini
diberi nama “Si Buang”.
Pada masa perang kemerdekaan I, meriam tersebut dibawa berpindah-pindah tempat yaitu
ke Mojokerto, ke desa Wringin Anom Krian, akhirnya ke desa Cukir Jombang dalam rangka
mengadakan perlawanan terhadap tentara Belanda. pada saat tentara Belanda bethasil
menguasai Jombang, meriam tersebut ditinggalkan oleh TKR setelah dirusak terlebih dahulu.
Tank amfibi ini merupakan tank miliki tentara Belanda yang digunakan untuk merebut dan
menduduki kota malang pada masa Perang Kemerdekaan I. Usaha Belanda dalam merebut
kota malang mendapat perlawanan sengit dari pasukan TRIP di jalan salak dan di sekitar
lapangan pacuan kuda. Pada saat itu tentara Belanda bersenjata lengkap sedangkan pasukan
TRIP hanya bersenjata sangat minim dan terbatas. Dari pertempuran tersebut banyak
pasukan dari TRIP yang tewas di medan pertempuran yaitu sebanyak 35 orang. Pasukan
yang gugur tersebut di kuburkan secara massal di sebelah utara ujung timur Jalan Salak.
Tempat tersebut sekarang dikenal sebagai Taman Makam Pahlawan TRIP Malang.
Pembutan patung Jendral Sudirman dimaksudkan untuk mengapdikan dan mengenang jasa-
jasa Panglima Besar Jendral Sudirman. Pada waktu itu walaupun dalam keadaan sakit beliau
tetap berada di tengah-tengah pasukannya untuk memimpin gerilya, berpindah-pindah
tempat dalam rangka melawan tentara Belanda. Hal ini merupakan suatu penampilan sifat
pejuang, pemimpin dan pahlawan yang mengabadikan diri sepenuhnya untuk kepentingan
bangsa dan negara sehingga beliau disebut sebagai bapak TNI.
Ruangan ini terletak diantara ruang koleksi I dan Runag koleksi II. Di ruangan ini terdapat dua
relief (lukisan timbul di dinding) dan dua perangkat lambang-lambang kodam (Bagde) di
Indonesia.
Relief sebelah selatan melukiskan wilayah kekuasaan Majapahit juga dipahatkan perahu
Hongi yang menggambarkan Majapahit memiliki armada laut yang kuat sehingga berhasil
mempersatukan Nusantara serta pahatan Raden Wijaya dalam bentuk Harihara.
Relief sebelah utara menunjukkan daerah-daerah tugas yang pernah dijalani oleh pasukan-
pasukan Brawijaya dalam rangka menegakkan kemerdekaan, menumpas gerakan sparatis
dan gerombolan pengacau keamanan serta tugas Internasional sebagai pasukan perdamaian
dan keamanan PBB di luar negeri (Mesir, Kongo, Timur Tengah, Vietnam, dll).
b.Sebelah selatan dipamerkan Badge Kodam setelah organisasi TNI AD yang berlaku mulai 1
April 1985 berjumlah 10 Kodam, yaitu:
2.3.3 Ruangan I
Didalam ruang I telah dipamerkan mengenai benda-benda koleksi dari tahun 1945-1949,
adapun koleksi yang dipamerkan adalah:
4. Burung Merpati pos yang pernah digunakan sebagai kurir didaerah Komando Ronggowale
Lamongan atau Bojonegoro dengan front Surabaya paa tahun 1946
5. Termos terbuat dari tenpurung kelapa yang pernah digunakan oleh tentara Peta pada
masa penjajahan Jepang
6. Pedang Samurai sebagai kelengkapan Perwira Jepang yang berhasil direbut oleh TKR dari
tentara Jepang di perkebunan Ngrakah Sepanon Kabupaten Kediri.
9. Alat perhubungan atau radio yang pernah digunakan oleh Den Hub Brawijaya pada tahun
1945-1946
10. Lukisan pertempuran Surabaya sekitar 10 Nopember 1945 yang melatar belakangi hari
pahlawan, dengan semboyan “MERDEKA ATAU MATI”, lebih baik mati berkalang tanah dari
pada hidup di bawah telapak kaki penjajah.
12. Peta penududukan musuh dan kantong-kantong gerilya serta garis pertahanan TKR
13. Peta perang kemerdekaan I (21 Juli 1947) menggambarkan gerakan serangan tentara
Belanda serta pertahanan TKR dan pejuang RI di daerah-daerah perbatasan.
14. Peta perang Kemerdekaan II(19 Desember 1948) yang menggambarkan serangan tentara
Belanda terhadap daerah dan kedudukan pasukan TKR dan pejuang RI di seluruh Jawa Timur
dan menggambarkan kedudukan pertahanan pasukan yang kemudian kemudian dilanjtkan
dengan gerakan penyusupan kedalam daerah pendudukan Belanda dengan taktik perang
Gerilya.
15. Peralatan yang pernah dipakai Jenderal Sudirman (peralatan makan, meja kursi, bamboo
runcing, dipan, tempat air wudhu) saat memimpin Gerilya di Desa Loceret Bajulan Nganjuk
16. Peta rute Gerilya Pangsar Jenderal Sudirman yang dimulai dari Yogyakarta pada tanggal
19 Desember 1948 sampai dengan 10 Juli 1949 menuju Jawa Timur dan kembali lagi ke
Yogyakarta melalui rute yang berbeda menempuh perjalanan 1009 km.
17. Alat-alat kesehatan yang pernah digunakan dr. Hadiyono yang gugur menghadapi
Belanda dalam pertempuran di Krian Mojokerto pada tahun 1948.
18. Pakaian dan mantel Letkol dr. Soebandi, dokter Brigade III/Damarwulan merangkap
sebagai Resimen Militer Jember yang gugur bersama Letkol Moch. Surudji Komandan
Bridgade III/Damarwulan di Karang Kedawung sebelah selatan Jember pada tanggal 8
Februari 1049.
19. Peralatan yang pernah digunakan oleh Kapten Soemitro dalam perang Kemerdekaan
menghadapi Belanda di daerah Nongkojajar Pasuruan pada tahun 1948.
20. Lukisan yang menceritakan pada saat Jenderal Sudirman mengadakan inspeksi pasukan
di Malang dalam rangka persiapan pemulanan tawanan perang Jepang.
21. Lukisan pertempuran tewasnya Brigjen A.W.S Malaby didepan gedung Internatio
Jembatan Merah Surabaya pada tanggal 30 Oktober 1945
22. didepan gedung Kempetai (Markas tentara Jepang) untuk merampas persenjataan
Jepang, tempat inilah yang sekarang didirikan Tugu Pahlawan.
23. Lukisan yang mengkisahkan pemberangkatan tawanan Jepang di stasiun K.A. Malang
Selatan (Stasiun Kota lama) pada tahun 1945.
25. Lukisan serah terima Samurai dari Brigjen Wabe Sigewa kepada Jenderal Sudirman pada
tanggal 28 April 1946 di Malang
26. Mata uang yang pernah berlaku di Indonesia pada masa Revolusi
27. Senjata peninggalan TRIP yang pernah dipakai dalam pertempuran di Gunungdari
tanggal 28 Nopember 1945
28. Mobil Sedan keluaran Pabrik Desoto USA tahun 1941 yang pernah digunakan Kolonel
Sungkono Panglima Devisi I/Jawa Timur 1948
2.3.4.Ruangan II
Memamerkan benda-benda koleksi dari tahun 1950-1976. Koleksi yang dipamerkan adalah:
1. Peta kota Malang dan perkembangannya mulai dari jaman pemerintahan Belanda hingga
beralih kepada Republik Indonesia dari tahun 1919-sekarang
3. Meriam dan bejana besi hasil rampasan operasi Seroja Timor-timor oleh pasukan Kodam
Brawijaya tahun 1975-1976
Pada tahun 1958 terjadi pemberontakan oleh PRRI di Sumatera Barat serta Permesta di
Sulawesi Tengah dan Utara. Untuk menumpas pemberontakan tersebut dibentuk satuan
tugas operassi militer yang diberi nama “Operasi 17 Agustus”. Dalam operasi tersebut
pasukan Brawijaya berhasil menangkap dan menawan tokoh-tokoh pemberontak serta
merampas bermacam-macam senjata berat maupun ringan (STTB dan SMB)
5. Mesin hitung (kalkulator) dan alat cetak kartu, komputer pertama yang digunakan oleh
jawatan Keuangan Kodam VIII/Brawijaya
9. Alat music yang pernah digunakan oleh Detasemen music Kodam V/Brawijaya merupakan
hasil rampasan dari tentara Belanda pada tahun 1952
10. Peralatan perang yang digunakan pasukan Brawijaya untuk membuat Irian Barat pada
opearasi Trikora tanggal 19 Desember 1961 terdiri dari pakaian tutul, paying terjun, dan
senjata
11. Peralatan Tradisional rakyat Irian Jaya yang diperoleh pada waktu pasukan Brawijaya
melaksanakan Operasi Trikora
12. Lukisan timbul Mayjen Soeharto untuk mengenang saat menjabat sebagai panglima
Mandala dalam rangka merebut kembali Irian Barat dari kekuasaan Belanda pada tahun
1961
13. Atribut dr. Arjoko. Kapten dr. Arjoko dari Jawatan Kesehatan Kodam VIII/Brawijaya yang
gugur di Irian Jaya pada bulan Maret 1946 akibat pesawat udara yang ditumpanginya jatuh
di Ganyem Irian Jaya.
14. Bendera Katanga yang merupakan hasil rampasan dari pemberontakan di Kongo saat
pasukan Brwijaya bersama=sama pasukan lain yang bertugas di Kongo pada tahun 1962-
1963 (Kontingen Garuda III).
15. Pakaian seragam tentara Papua buatan Belanda yang berhasil di rampas oleh pasukan
Brawijaya
16. Meja dan Lilin yang pernah digunakan sesepuh Brawijaya untuk azas pembinaan
keluarga besar Brawijaya pada tahun 1966 di Candi Penataran
17. Peralatan Topografi yang pernah digunakan oleh Brigade Topografi angkatan darat pada
tahun 1945
18. Senjata-senjata hasil rampasan Operasi Trisula dalam penumpasan sisa-sisa komunis di
Blitar Selatan tahun 1968
19. Senjata-senjata hasil rampasan Operasi Serpja di Timur Timur oleh pasukan Brawijaya
tahun 1975-1976
20. Album nama-nama prajurit Brigif 2 Dharma Yudha yang gugur dalam operasi Seroja
Timor-timur pada tahun 1975-1976
21. Bendera Portugal hasil rampasan Brigif Linud 18 pada Operasi Seroja 1975
22. Mata uang Jepang yang beredar di Indonesia
23. Patung burung Elang merupakan lambing satuan Brigif 10 yang dilikuidasi pada tahun
1975
24. Piala dan tanda penghargaan dari satuan Kodam Brawijaya yang di likuidasi
2.3.5Halaman Tengah
Halaman tengah dari museum Brawijaya tidak luput dari keberadaan koleksi dari museum
tersebut. Halaman tengah menyimpan 2 koleksi dari dekan banyak koleksi yang dimiliki
museum Brawijaya. Meskipun hanya 2 koleksi, Koleksi yang terdapat di halaman tengah
salah satunya merupakan koleksi yang paling terkenal dari museum ini. Berikut 2 koleksi
yang terdapat di halaman tengah:
1.Gerbong Maut
Pada masa perang kemerdekaan I tanggal 21 Juli 1947 tentara Belanda mendarat di Pasir
Putih dan menyerang beberapa kota termasuk Bondowoso. Dalam pertemuan tersebut
tentara Belanda menahan sejumlah pejuang di penjara Bondowoso.
Gerbong barang nomor GR 10152 adalah salah satu dari 3 gerbong yang pada tanggal 23
September 1947 pukul 02.00 mejelang pagi para wartawan yang berada di penjara
Bondowoso (berjumlah 100 orang) diangkut dengan menggunakan 3 buat gerbong barang
untuk dipindahkan ke Surabaya. Karena terdesak-desak dalam gerbong yang sempit dan
pintu serta jendelanya tertutup rapat selama dalam perjalanan, sehingga dalam udara dalam
gerbong sangat panas dan mengakibatkan banyak pejuang yang meninggal, sedangkan yang
masih hidup menggedor-gedor minta air dan minta dibukakan pintu agar udara dapat masuk
tetapi tentara Belanda yang mengawal menjawab “air tidak ada, yang ada hanyalah
peluru”. Ketika sampai di stasiun Wonokromo Surabaya sebagian besar pejuang 46 orang
meninggal dunia, 42 orang dalam keadaan sakit/lemas dan 12 orang sehat. Kemudian 12
orang pejuang yang masih sehat dimasukkan ke dalam penjara Kali Sosok Surabaya
2.Perahu Segigir
Pada bulan Nopember 1947 Belanda berhasil menduduki Pasongsongan Sumenep. Pasukan
Joko Tole (Sbililah) di tempat tersebut terpaksa mengundurkan diri ke Desa Prenduan pesisir
antara Sumenep dan Pamekasan.
Markas baru di desa tersebut diketahui oleh pihak Belanda, kemudian Belanda
merekncanakan penyerbuan ke Desa Prenduan, rencana Belanda untuk mengadakan
penyerbuan ke Desa Prenduan diketahui oleh mata-mata pihak pejuang kemudian
dilaporkan kepada Letkol Chandra Hasan Komandan Resimen Joko Tole.
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Museum Brawijaya adalah salah satu museum yang menyimpan banyak sekali sejarah-
sejarah zaman penjajahan.Barang-barang peninggalan para pahlawan telah terjajar rapi di
museum Brawijaya, dari barang yang paling kecil seperti radio, hingga barang yang besar
seperti mobil-senjata.
Jika melihat dari latar belakang didirikannya Museum Brawijaya ini, yaitu tepatnya pada
tahun 1952, dan yang melatar belakangi berdirinya yaitu adanya perjuangan dari golongan
TKR dan rakyat Jawa Timur dari Agresi Militer Belanda I dan Militer Belanda II. Namun yang
memprakarsai berdirinya Museum Brawijaya adalah Brigjen TNI (Purn) Spada tahun 1952,
dan yang melatar belakangi berdirinya yaitu adanya perjuangan dari golongan TKR dan
rakyat Jawa Timur dari Agresi Militer Belanda I dan Militer Belanda II. Namun yang
memprakarsai berdirinya Museum Brawijaya adalah Brigjen TNI (Purn) Soerachman
Pangdam VIII/BRW pada tahun 1959-1962.Tidak lupa juga mengenai Motto yang dipakai
oleh museum Brawijaya yaitu “CITRA UTHA PANA CAKRA (cahaya yang membangkitkan
semangat), sampai akhirnya museum Brawijaya di resmikan pada tanggal 4 Mei 1968 oleh
colonel Pur. Dr. Soewondo.
Di dalam Museum Brawijaya juga terdapat berbagai macam koleksi, seperti Gerbong Maut
yang terdapat dibelakang musum, kemudian juga terdapat Tank yang berada di depan
Museum Brawijaya yang kala itu digunakan sebagai pertempuran 10 Nopember 1945. Selain
itu juga terdapat senjata penangkis udara yang disita oleh BKR pada bulan September 1945
dari tangan tentara Jepang.Selain benda-benda bersenjata, pada Museum Brawijaya juga
terdapat foto-foto pada saat masa perjuangan hingga foto-foto Malang pada tempo dulu,
dan benda-benda lainnya. Jadi dapat di simpulkan bahwa pada Museum Brawijaya
merupakan tempat penyimpanan benda-benda Tempo dulu, bahkan juga merekam banyak
peristiwa yang terjadi pada masa lampau, dengan bukti benda-benda yang terdapat
didalamnya yang terdapat berbagai jenis ruangan sebagai tempat penimpanan benda-benda
tersebut.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Museum Brawijaya Malang dan Warisan Bersejarah Pahlawan Bangsa. Jurnal
Malang.com. [On Line]. http://www.jurnalmalang.com/2013/12/museum-brawijaya-malang-
dan-warisan.html [15 Mei 2015].Me