Anda di halaman 1dari 23

KEISTIMEWAAN MALIOBORO SEBAGAI PUSAT BELANJA MURAH

DAN PUSAT PARIWISATA DI YOGYAKARTA

Karya Tulis diajukan sebagai syarat untuk mengikuti Ujian


Nasional Tahun Pelajaran 2017/2018

Disusun oleh :

1.Amelia Sari XI IPS 2 0007030132


2. XI IPS 3 0001681431
3.Lespiana Sitanggang XI IPS 1 9997913497

4.Mohammad Indrat Rahamadan XI IPS 3 9987257013

5. Reni Wulandari XI IPS 3

SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 1 TUMIJAJAR


TULANG BAWANG BARAT
LAMPUNG
2017

ii
PERSETUJUAN KARYA TULIS

Judul Karya Tulis : KEISTIMEWAAN MALIOBORO SEBAGAI PUSAT


BELANJA MURAH DAN PUSAT PARIWISATA DI
YOGYAKARTA

Nama, NISN, Kelas. 1.Amelia Sari XI IPS 2 0007030132

2. XI IPS 3 0001681431

3.Lespiana Sitanggang XI IPS 1 9997913497

4.Mohammad Indrat Rahmadan XI IPS 3 9987257013

5.Reni Wulandari XI IPS 3

Hari Tanggal :Jumat, 22 September 2017

Waka. Kesiswaan Guru Pembimbing

Drs.Hj. Kusdalyono Wiwin Setiyowati, S.Pd


NIP 196705151995122002 NIP 197505212008042001

iii
PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 1 TUMIJAJAR
Jl. Jend. Sudirman No.92 Dayamurni, Kec. Tumijajar, Kab. Tulang Bawang Barat. Tlp. (0726) 7575837

PENGESAHAN

Judul Karya Tulis : MALIOBORO SEBAGAI SURGA CINDERAMATA DI

JANTUNG KOTA YOGYAKARTA

Disusun oleh :

1.Amelia Sari XI IPS 2 0007030132


2. XI IPS 3 0001681431
3.Lespiana Sitanggang XI IPS 1 9997913497
4.Muhammad Indrat Rahmadan XI IPS 3 9987257013
5.Reni Wulandari XI IPS 3
Telah dipertahankan dihadapan penguji pada :

Hari Tanggal : ............................

Waktu : ............................

Dan telah dinyatakan : LULUS

Penguji Kepala SMA Negeri 1 Tumijajar

Drs. Pujiyanta, M.Pd


NIP NIP 196104141990031004

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis yang berjudul “Keistimewaan Malioboro sebagai Pusar Belanja Murah dan
Pusat Pariwisata di Yogyakarta”.
Dengan segala keterbatasan, kami mencoba mempersembahkan karya tulis
ini dengan memuat apa adanya. Kami telah berupaya keras untuk menyelesaikan
karya tulis ini, demi mengembangkan pengetahuan dan pengalaman kita, untuk itu
kepada guru pembimbing bidang study ini, kiranya dapat memaklumi dan dapat
memberikan saran sebagaimana mestinya.
Penyusun menyadari bahwa Karya Tulis tidak akan terwujud tanpa
bantuan dan bimbingan berbagai pihak, maka dari itu penulis menyampaikan
banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Pujiyanta, M.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 1 Tumijajar yang
telah memberikan
2. Ibu Wiwin Setiyowati, S.Pd., selaku pembimbing karya tulis kami
Akhirnya tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini,
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini belum mencapai titik kesempurnaan,
untuk itu kritik dan saran penulis terima dengan kerendahan hati guna perbaikan
selanjutnya.

Tumijajar, 15 Mei 2016


Penyusun

v
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. i
Halaman Persyaratan........................................................................................ ii
Halaman Persetujuan........................................................................................ iii
Halaman Pengesahan........................................................................................ iv
Kata Pengantar..................................................................................................v
Daftar Isi........................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah......................................................................... 2
1.3. Batasan Masalah............................................................................... 2
1.4. Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.5. Tujuan Penelitian.............................................................................. 2
1.6. Manfaat Penelitian............................................................................ 3
1.7. Ruang Lingkup Penelitian................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1...............................................................................................................
Pengertian Malioboro........................................................................... 4
2.2...............................................................................................................
Pengertian Keistimewaan Malioboro................................................... 5
2.3...............................................................................................................
Pengertian Daya Tarik Dan Belanja Murah.......................................... 6
2.4...............................................................................................................
Malioboro Sebagai Pusat Belanja Murah Di Yoyakarta....................... 7

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Metode Pengamatan......................................................................... 8
3.2. Metode Internet................................................................................ 8
3.3. Metode Study Tour.......................................................................... 8
3.4. Metode Study Pustaka...................................................................... 8

BAB IV PEMBAHASAN
4.1.Keistimewaan Malioboro.................................................................. 9
4.2.Objek Wisata Yang Berada Di Sekitar Malioboro ...........................10
4.3.Kelebihan Malioboro Dengan Obyek Wisata LAIN........................10

BAB V KESIMPULAN
5.1. Simpulan........................................................................................... 12
5.2. Saran................................................................................................. 12

vi
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 13
LAMPIRAN....................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Yogyakarta, provinsi yang terletak bagian selatan pulau Jawa ini

merupakan salah satu daerah tujuan wisata favorit yang ada di Indonesia, hal

ini dikarenakan Yogyakarta banyak obyek wisata yang sangat menarik. Di

Utara Yogyakarta, terdapat Gunung Merapi. Di Selatan Yogyakata terdapat

pantai pantai yang Indah. Serta di tengah Yogya terdapat Keraton, yang

merupakan obyek wisata budaya yang sangat menarik.  Selain hal hal yang

disebut di atas. Yogyakarta memiliki obyek wisata yang menarik. Obyek

wisata yang sering dilewati namun kadang kala sering dilupakan. Obyek ini,

berupa jalan yang dikenal dengan nama Malioboro.

Pada awalnya jalan ini hanya dilewati oleh masyarakat yang hendak ke

Keraton atau kompleks kawasan Indische pertama di Jogja seperti Loji Besar

(Benteng Vredeburg), Loji Kecil (kawasan di sebelah Gedung Agung), Loji

Kebon (Gedung Agung), maupun Loji Setan (Kantor DPRD). Namun

keberadaan Pasar Gede atau Pasar Beringharjo di sisi selatan serta adanya

vii
permukiman etnis Tionghoa di daerah Ketandan lambat laun mendongkrak

perekonomian di kawasan tersebut.

Orang-orang Tionghoa menjadikan Malioboro sebagai kanal bisnisnya,

sehingga kawasan perdagangan yang awalnya berpusat di Beringharjo dan

Pecinan akhirnya meluas ke arah utara hingga Stasiun Tugu. Sekarang pasar

ini sangat ramai dan mewarnai Jalan Malioboro sebagai pusat belanja yang

terkenal murah dan banyak ragamnya. Mulai dari pakaian batik, pernak

pernik, sepatu, tas kulit, barang kerajinan dan seni.Dalam hal ini penulis ingin

mengetahui Malioboro sebagai surga cendramata di jantung kota

Yogyakarta, mengetahui obyek wisata apa saja yang terdapat di Malioboro,

serta kelebihan Malioboro dengan obyek wisata yang lain. Penulis

mengangkat masalah “Malioboro sebagai surga cinderamata di jantung kota

Yogyakarta” agar masyarakat khususnya pelajar, mengetahui seperti apakah

malioboro yang ada di Keraton Yogyakarta.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Malioboro sebagai surga cinderamata di Yogyakarta.

2. Malioboro sebagai obyek wisata yang ada di Yogyakarta.

3. Malioboro berpengaruh ke kesejahteraan masyarakat Yogyakarta.

viii
1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas penulis pun membatasi masalah

yaitu Malioboro sebagai surga cinderamata di Yogyakarta.

1.4 Rumusan Masalah

1. Apa yang menyebabkan Malioboro sebagai surga cinderamata di jantung

kota Yogyakarta?

2. Apa saja cinderamata yang terdapat di Malioboro?

3. Obyek wisata apa saja yang terdapat di Malioboro ?

4. Apa kelebihan Malioboro dengan obyek wisata yang lain ?

1.5 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui penyebab Malioboro sebagai surga cinderamata di jantung

kotaYogyakarta.

2. Mengetahui apa saja cinderamata yang ada di Malioboro.

3. Mengetahui obyek wisata apa saja yang terdapat di Malioboro.

4. Mengetahui kelebihan Malioboro dengan wisata yang lain.

1.6 Manfaat Penelitian

ix
Adanya karya tulis ini, diharapkan dapat memberikan informasi bagi

pembaca mengenai Malioboro sebagai surga cinderamata di jantung

kotaYogyakarta.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup yang penulis gunakan pada penulisan ini terdapat di jalan

Malioboro sekitar Keraton Yogyakarta.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Malioboro Yogyakarta

Malioboro adalah tempat yang wajib Anda kunjungi saat traveling ke

Yogakarta (Jogja). Jangan ngaku pernah ke Jogja jika belum pernah

mengunjungi Malioboro. Ya, Malioboro memang sangat identik dengan

Jogja. Kawasan yang dipenuhi dengan pertokoan di kiri kanan jalannya ini

memang selalu ramai dikunjungi oleh para wisatawan terutama jika waktu

liburan tiba. Malioboro adalah jalan satu arah mulai dari Stasiun Tugu sampai

Kantor Pos Besar Kota Yogyakarta. Selain dipenuhi dengan pertokoan,

sepanjang jalan di kawasan ini juga dipenuhi dengan deretan para pedagang

kaki lima yang menggelar dagangannya di emperan toko.

x
2.2 Sejarah Malioboro Yogyakarta

Dalam bahasa Sansekerta, kata “malioboro” bermakna karangan bunga.

itu mungkin ada hubungannya dengan masa lalu ketika Keraton mengadakan

acara besar maka jalan malioboro akan dipenuhi dengan bunga. Kata

malioboro juga berasal dari nama seorang kolonial Inggris yang bernama

“Marlborough” yang pernah tinggal disana pada tahun 1811-1816 M.

pendirian jalan malioboro bertepatan dengan pendirian keraton Yogyakarta

(Kediaman Sultan).

Perwujudan awal yang merupakan bagian dari konsep kota di Jawa, Jalan

malioboro ditata sebagai sumbu imaginer utara-selatan yang berkorelasi

dengan Keraton ke Gunung merapi di bagian utara dan laut Selatan sebagai

simbol supranatural. Di era kolonial (1790-1945) pola perkotaan itu

terganggu oleh Belanda yang membangun benteng Vredeburg (1790) di

ujung selatan jalan Malioboro. Selain membangun benteng belanda juga

membangun Dutch Club (1822), the Dutch Governor’s Residence (1830),

Java Bank dan kantor Pos untuk mempertahankan dominasi mereka di

Yogyakarta.

Perkembangan pesat terjadi pada masa itu yang disebabkan oleh

perdaganagan antara orang belanda dengan orang cina. Dan juga disebabkan

adanya pembagian tanah di sub-segmen Jalan Malioboro oleh Sultan kepada

xi
masyarakat cina dan kemudian dikenal sebagagai Distrik Cina.Perkembangan

pada masa itu didominasi oleh Belanda dalam membangun fasilitas untuk

meningkatkan perekonomian dan kekuatan mereka, Seperti pembangunan

stasiun utama (1887) di Jalan Malioboro, yang secara fisik berhasil membagi

jalan menjadi dua bagian.Sementara itu, jalan Malioboro memiliki peranan

penting di era kemerdekaan (pasca-1945), sebagai orang-orang Indonesia

berjuang untuk membela kemerdekaan mereka dalam pertempuran yang

terjadi Utara-Selatan sepanjang jalan.

Sekarang ini merupakan jalan pusat kawasan wisatawan terbesar di

Yogyakarta, dengan sejarah arsitektur kolonial Belanda yang dicampur

dengan kawasan komersial Cina dan kontemporer. Trotoar di kedua sisi jalan

penuh sesak dengan warung-warung kecil yang menjual berbagai macam

barang dagangan. Di malam hari beberapa restoran terbuka, disebut lesehan,

beroperasi sepanjang jalan. Jalan itu selama bertahun-tahun menjadi jalan dua

arah, tetapi pada 1980-an telah menjadi salah satu arah saja, dari jalur kereta

api ke selatan sampai Pasar Beringharjo.

Hotel jaman Belanda terbesar dan tertua jaman itu, Hotel Garuda, terletak

di ujung utara jalan di sisi Timur, berdekatan dengan jalur kereta api. Juga

terdapat rumah kompleks bekas era Belanda, Perdana Menteri, kepatihan

yang kini telah menjadi kantor pemerintah provinsi.Malioboro juga menjadi

xii
sejarah perkembangan seni sastra Indonesia. Dalam Antologi Puisi Indonesia

di Yogyakarta 1945-2000 memberi judul “MALIOBORO” untuk buku

tersebut, buku yang berisi 110 penyair yang pernah tinggal di yogyakarta

selama kurun waktu lebih dari setengah abad. Pada tahun 1970-an, Malioboro

tumbuh menjadi pusat dinamika seni budaya Jogjakarta. Jalan Malioboro

menjadi ‘panggung’ bagi para “seniman jalanan” dengan pusatnya gedung

Senisono. Namun daya hidup seni jalanan ini akhirnya terhenti pada 1990-an

setelah gedung Senisono ditutup.

2.3 Pengertian Cinderamata

Cinderamata adalah sesuatu yang dibawa oleh seorang wisatawan ke

rumahnya untuk kenagan yang terkait dengan benda itu. Dalam bahasa

Indonesia, istilah ini kadang disinonimkan dengan oleh-oleh, suvenir, tanda

mata, atau kenang-kenangan.

Cinderamata bisa berupa pakaian seperti kaos atau topi, dan peralatan

rumah tangga seperti cangkir atau mangkok, asbak, sendok, jam pasir,

maupun buku tulis. Benda-benda tersebut bisa ditulisi untuk menandai

asalnya. Wisatawan bisa pula membeli cinderamata sebagai kenang-kenangan

bagi orang lain.

xiii
2.4 Pengertian Jantung Kota Yogyakarta

Pusat kegiatan (pemerintahan, perdagangan, dan sebagainya) di Daerah

Istimewa Yogyakarta.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

xiv
Metode merupakam cara yang teratur dan berfikir dengan baik-baik

dalam mencapai tujuan suatu kegiatan. Dalam konteks penelitian sangat

penting, sebab pemilihan metode yang tepat dan baik akan menghasilkan

penelitian yang sesuai dengan penelitian.

3.1.1 Study Tour

Study tour merupakan suatu kegiatan yang membawa siswa

kepada objek yang tidak mungkin didapat dikelas. Sehingga

siswa dapat meneliti lebih jauh objek yang diinginkan.

Kami melakukan study tour ini untuk mengkaji sarana

transportasi pariwisata gunung Merapi di Yogyakarta.

3.1.2 Study Pustaka

Study pustaka adalah untuk menunjang metode dibutuhkan

dalam mencari referensi-referensi yang berhubungan

dengan penelitian yang dilakukan.

Kami melakukan study pustaka dalam ini mengkaji Jeep

sebagai alat transportasi menuju Merapi.

3.2 Tahap Penelitian

1. Persiapan

xv
Tahap persiapan ini peneliti melakukan study pustaka dalam memilih dan

menentukan judul dan mengkonsultasikannya.

2. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti melakukan penyusunan rancangan penelitian dan

mengkonsultasikannya.

3. Penyusunan

Pada tahap ini penelitian melakukan pengumpulan data, mengolah data,

serta mendeskripsikannya.

4. Penyelesaian

Kegiatan ini dilakukan pada tahap terakhir yaitu penulis laporan hasil

penelitian, pengadaan hasil penelitian.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan Data Yakni menggunakan bukti-bukti dan keterangan yang

diperoleh dari buku dan dokumentasi data-data pustaka dan tulisan lain yang

terkait dengan masalah penelitian untuk dipilah untuk mempermudah

penganalisisannya yaitu dengan :

1. Mengumpulkan data, mengelompokan data berdasarkan rumusan

masalah.

2. Meneliti kembali hasil analisis untuk ditetapkan menjadi data yang

akurat.

3. Data yang kemudian diseleksi kemudian dianalisis.

xvi
4. Data yang telah dianalisis disimpulkan sehingga kami memperoleh

hasil yang diinginkan.

xvii
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa Malioboro

sebagai surga cinderamata di jantung kota Yogyakarta. Dengan adanya

Malioboro wisatawan bisa mencari cinderamata seperti souvenir, tas, baju,

dan lain-lain. Masyarakat sekitar jalan Malioboro pun memanfaatkan secara

baik yaitu dengan membuka bisnis di Malioboro ataupun juga memberikan

jasa becak untuk menyusuri wilayah Malioboro. Malioboro pun terletak di

dekat Keraton Yogyakarta dan taman pintar. Wisatawan yang berkunjung pun

tidak akan melupakan wilayah Malioboro untuk berburu Cinderamata.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Apa yang menyebabkan Malioboro sebagai surga cinderamata di

jantung kota Yogyakarta

Dalam bahasa Sansekerta, malioboro berarti jalan karangan bunga

karena pada zaman dulu ketika Keraton mengadakan acara, jalan

sepanjang 1 km ini akan dipenuhi karangan bunga. Meski waktu terus

bergulir dan jaman telah berubah, posisi Malioboro sebagai jalan utama

xviii
tempat dilangsungkannya aneka kirab dan perayaan tidak pernah

berubah. Hingga saat ini Malioboro, Benteng Vredeburg, dan Titik Nol

masih menjadi tempat dilangsungkannya beragam karnaval mulai dari

gelaran Jogja Java Carnival, Pekan Budaya Tionghoa, Festival Kesenian

Yogyakarta, Karnaval Malioboro, dan masih banyak lainnya.

Sebelum berubah menjadi jalanan yang ramai, Malioboro hanyalah

ruas jalan yang sepi dengan pohon asam tumbuh di kanan dan kirinya.

Jalan ini hanya dilewati oleh masyarakat yang hendak ke Keraton atau

kompleks kawasan Indische pertama di Jogja seperti Loji Besar (Benteng

Vredeburg), Loji Kecil (kawasan di sebelah Gedung Agung), Loji Kebon

(Gedung Agung), maupun Loji Setan. Namun keberadaan Pasar Gede

atau Pasar Beringharjo di sisi selatan serta adanya permukiman etnis

Tionghoa di daerah Ketandan lambat laun mendongkrak perekonomian

di kawasan tersebut. Kelompok Tionghoa menjadikan Malioboro sebagai

kanal bisnisnya, sehingga kawasan perdagangan yang awalnya berpusat

di Beringharjo dan Pecinan akhirnya meluas ke arah utara hingga Stasiun

Tugu.

Melihat Malioboro yang berkembang pesat menjadi denyut nadi

perdagangan dan pusat belanja, seorang kawan berujar bahwa Malioboro

merupakan baby talk dari "mari yok borong". Di Malioboro Anda bisa

memborong aneka barang yang diinginkan mulai dari pernik cantik,

xix
cinderamata unik, batik klasik, emas dan permata hingga peralatan rumah

tangga. Bagi penggemar cinderamata, Malioboro menjadi surga

perburuan yang asyik. Berjalan kaki di bahu jalan sambil menawar aneka

barang yang dijual oleh pedagang kaki lima akan menjadi pengalaman

tersendiri. Aneka cinderamata buatan lokal seperti batik, hiasan rotan,

perak, kerajinan bambu, wayang kulit, blangkon, miniatur kendaraan

tradisional, asesoris, hingga gantungan kunci semua bisa ditemukan

dengan mudah. Jika pandai menawar, barang-barang tersebut bisa dibawa

pulang dengan harga yang terbilang murah.

Selain menjadi pusat perdagangan, jalan yang merupakan bagian

dari sumbu imajiner yang menghubungkan Pantai Parangtritis, Panggung

Krapyak, Kraton Yogyakarta, Tugu, dan Gunung Merapi ini pernah

menjadi sarang serta panggung pertunjukan para seniman Malioboro

pimpinan Umbu Landu Paranggi. Dari mereka pulalah budaya duduk

lesehan di trotoar dipopulerkan yang akhirnya mengakar dan sangat

identik dengan Malioboro. Menikmati makan malam yang romantis di

warung lesehan sembari mendengarkan pengamen jalanan

mendendangkan lagu "Yogyakarta" milik Kla Project akan menjadi

pengalaman yang sangat membekas di hati.

4.2.2 Cinderamata yang ada di Malioboro

xx
1.Batik yang diolah menjadi bermacam-macam barang tersedia di sini.

Dari daster sampai kemeja batik resmi untuk laki-laki, semua dapat

ditemukan di Malioboro. Batik dapat juga dijadikan tas, taplak, seprei,

sarung bantal, gorden, dan sebagainya. Apabila Anda membeli batik

cetakan, cuci terpisah. Gunakan lerak (dijual di Malioboro) atau detergen

yang lembut untuk mencucinya.

2.Kerajinan perak dapat ditemukan di sini.

3.Berbagai benda dari kayu, logam, plastik juga tersedia.

4.Cobalah kue tradisional-misalnya, bakpia. Rasanya manis dan lezat.

4.2.3 Kelebihan Malioboro dengan Obyek Wisata yang Lain

Malioboro adalah detak jatung keramaian kota Yogyakarta yang

terus berdegup kencang mengikuti perkembangan jaman. Sepanjang jalan

Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang berkunjung di

kawasan ini, menikmati pengalaman wisata belanja sepanjang bahu jalan

yang berkoridor (arcade).

Dari produk kerajinan lokal seperti batik, hiasan rotan, wayang

kulit, kerajinan bambu (gantungan kunci, lampu hias dan lain

sebagainya) juga blangkon (topi khas Jawa/Jogja) serta barang-barang

perak, hingga pedagang yang menjual pernak pernik umum yang banyak

ditemui di tempat lain.

xxi
Sejarah penamaan Malioboro terdapat dua versi yang cukup

melegenda, pertama diambil dari nama seorang bangsawan Inggris yaitu

Marlborough, seorang residen Kerajaan Inggris di kota Yogjakarta dari

tahun 1811 M hingga 1816 M. Versi kedua dalam bahasa sansekerta

Malioboro berarti “karangan bunga” dikarenakan tempat ini dulunya

dipenuhi dengan karangan bunga setiap kali Kraton melaksanakan

perayaan.

Lebih dari 250 tahun yang lalu Malioboro telah menjelma menjadi

sarana kegiatan ekonomi melalui sebuah pasar tradisional pada masa

pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I. Dari tahun 1758 –

sekarang Malioboro masih terus bertahan dengan detak jantung sebagai

kawasan perdagangan dan menjadi salah satu daerah yang mewakili

wajah kota Yogyakarta. Sejak awal degup jantung Malioboro berdetak

telah menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian perkotaan.

Setiap bagian dari jalan Malioboro ini menjadi saksi dari sebuah

jalanan biasa hingga menjadi salah satu titik terpenting dalam sejarah

kota Yogyakarta dan Indonesia. Bangunan Istana Kepresidenan

Yogyakarta yang dibangun tahun 1823 menjadi titik penting sejarah

perkembangan kota Yogyakarta  yang merupakan soko guru Negara

xxii
Kesatuan Republik Indonesia. Dari bangunan ini berbagai perisitiwa

penting sejarah Indonesia dimulai dari sini. Pada tanggal 6 Januari 1946,

Yogyakarta resmi menjadi ibukota baru Republik Indonesia yang

masih muda. Istana Kepresidenan Yogyakarta sebagai kediaman Presiden

Soekarno beserta keluarganya. Pelantikan Jenderal Soedirman sebagai

Panglima Besar TNI (pada tanggal 3 Juni 1947), diikuti pelantikan

sebagai Pucuk Pimpinan Angkatan Perang Republik Indonesia (pada

tanggal 3 Juli 1947), serta lima Kabinet Republik yang masih muda itu

pun dibentuk dan dilantik di Istana ini pula.

Benteng Vredeburg yang berhadapan dengan Gedung Agung.

Bangunan yang dulu dikenal dengan nama Rusternburg (peristirahatan)

dibangun pada tahun 1760. Kemegahan yang dirasakan saat ini dari

Benteng Vredeburg pertama kalinya diusulkan pihak Belanda melalui

Gubernur W.H. Van Ossenberch dengan alasan menjaga stabilitas

keamanan pemerintahan Sultan HB I. Pihak Belanda menunggu waktu 5

tahun untuk mendapatkan restu dari Sultan HB I untuk menyempurnakan

Benteng Rusternburg tersebut. Pembuatan benteng ini diarsiteki oleh

Frans Haak. Kemudian bangunan benteng yang baru tersebut dinamakan

Benteng Vredeburg yang berarti perdamaian. Biasanya ada festival yang

memeriahkan malioboro, siang malam dimalioboro seperti tidak ada

xxiii
pembatas bagi kita untuk menyelusuri malioboro lebih dalam lagi dan

lebih lama lagi. Pesona jalan ini tak pernah pudar oleh jaman. Eksotisme

Malioboro terus berpendar hingga kini dan menginspirasi banyak orang,

serta memaksa mereka untuk terus kembali ke Yogyakarta. Seperti

kalimat awal yang ada dalam sajak Melodia karya Umbu Landu Paranggi

"Cintalah yang membuat diriku betah sesekali bertahan", kenangan dan

kecintaan banyak orang terhadap Malioboro lah yang membuat ruas jalan

ini terus bertahan hingga saat ini dan terus ramai tidak pernah sepi

pengunjung.

Perjalanan terus berlanjut sampai  dikawasan nol kilometer kota

Yogyakarta, yang telah mengukir sejarah di setiap ingatan orang-orang

yang pernah berkunjung ke kota Gudeg ini. Bangunan-bangunan

bersejarah menjadi penghuni tetap kawasan nol kilometer yang menjamu

ramah bagi pengunjung yang memiliki minat di bidang arsitektur dan

fotografi.Sebenarnya masih banyak hal yang tidak bisa dikatakan , jika

sudah di Malioboro rasanya ingin tinggal saja.

xxiv

Anda mungkin juga menyukai