Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

PEMBELAJARAN KRITIS DAN KREATIF BAHASA


INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

Makalah ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi target SKP tahun 2022Semester II dan
kenaikan pangkat dari golongan IIIC ke golongan IIID

Disusun Oleh:
LULUK WAHYUNING OKFITASARI, M.Pd

NIP. 198810012014022001

DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA


SDN SIMOMULYO IV/101
Jl. Tangkisturi No. 3 Simomulyo
NOVEMBER 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah yang berjudul “Pembelajaran Kritis dan Kreatif Bahasa Indonesia di Sekolah
Dasar” telah disusun dan diimplementasikan dengan baik dalam meningkatkan mutu
pembelajaran di SDN Simomulyo IV/101 Kota Surabaya

Oleh:

LULUK WAHYUNING OKFITASARI, M.Pd

NIP. 198810012014022001

Penyusun Kepala Sekolah


Surabaya, 13-11-2022

LULUK WOS, M.Pd


DIAN NURTJAHJANING P, S.Pd NIP.
NIP 198810012014022001
NIP 196704021987032005
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : DIAN NURTJAHJANING PANTJAWATI, S.Pd


NIP : 196704021987032005
Pangkat / Gol : Pembina Tingkat I/ IV
bJabatan : Kepala Sekolah

Menerangkan dengan sebenar-benarnya bahwa yang


bersangkutan tersebut di bawah ini:

Nama : LULUK WAHYUNING OKFITASARI, M.Pd


NIP 198810012014022001
Unit Kerja : SDN SIMOMULYO IV/101 Kota Surabaya

Telah menyelesaiakn makalah yang berjudul “Pembelajaran Kreatif Bahasa


Indonesia di Sekolah Dasar”serta makalah tersebut diarsipkan dan disimpan di
perpustakaan sekolah SDN Simomulyo IV/101.

Telah diarsipkan di perpustakaan

Surabaya, 13-11-2022
Petugas Perpustakaan Kepala Sekolah

IKA SUSANTI, S, Pd DIAN NURTJAHJANING P, S.Pd


NIP 196704021987032005
MAKALAH
PERKEMBANGAN BIOLOGIS, MOTORIK, KOGNITIF, DAN
SOSIOEMOSIONAL PADA MASA DEWASA

Makalah ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi target SKP tahun 2022
Semester II dan kenaikan pangkat dari golongan IIIC ke golongan IIID

Disusun Oleh:
LULUK WAHYUNING OKFITASARI, M.Pd

NIP. 198810012014022001

DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA


SDN SIMOMULYO IV/101
Jl. Tangkisturi No. 3 Simomulyo Surabaya
NOVEMBER 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah–Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Pembelajaran Kritis dan Kreatif Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
untuk memenuhi tugas target SKP dan kenaikan pangkat dari golongan IIIC ke
golongan IIID. Atas dukungan moral dan material yang diberikan dalam
penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Pengawas SD Kecamatan Sukomanunggal Kota Surabaya telah yang
memberikan bimbingan, saran, ide serta bahan materi dalam penyusunan
makalah
2. Teman-teman Guru SDN Simomulyo IV Kota Surabaya yang selalu memberi
dukungan dan semangat kepada penyusunan.
3. Semua pihak yang telah membantu selama kegiatan penyusun berlangsung.
Penulis berharap makalah ini dapat memberi wawasan dan pengetahuan
kepada para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis. Demi
kesempurnaan penulisan makalah ini, maka saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Surabaya, 13 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan ....... ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
A.Pembelajaran Kritis dan Kreatif Bahasa Indonesia di SD ................. 3
1. Kemampuan berpikir kritis ........................................................ 3
2. Pembelajaran kritis dan kreatif .................................................. 4
3. Karakteristik berpikir kritis dan kreatif ..................................... 6
4. Tujuan pembelajaran kritis dan kreatif ...................................... 7
5. Perbedaan berpikir kritis dan berpikir kreatif ............................ 7
B. Cara Mengermbangkan Pembelajaran Kritis dan Kreatif
Bahasa Indonesia di SD ........................................................................................... 8
C. Implementasi Pembelajaran Kritis dan Kreatif Bahasa
Indonesia di SD ....................................................................................................... 10
1. Membaca ........................................................................................................... 13
2. Menulis .............................................................................................................. 15
3. Berbicara ........................................................................................................... 17
Bab III PENUTUP………………… .............................................................................. 19
A. Kesimpulan . ............................................................................................................ 19
B. Saran ........................................................................................................................... 19
Daftar Pustaka ………………… ........................................................................................ 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak guru saat ini cenderung
pada pencapaian target materi kurikulum dan lebih mementingkan pada
penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan
pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam
penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah yang dalam
pelaksanaannya siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang
disampaikan guru dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan
demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi
pasif.
Pada prakteknya penerapan proses belajar mengajar kurang mendorong
pada pencapaian kemampuan berpikir kritis. Dua faktor penyebab berpikir kritis
tidak berkembang selama pendidikan adalah kurikulum yang umumnya dirancang
dengan target materi yang luas sehingga guru lebih terfokus pada penyelesaian
materi dan kurangnya pemahaman guru tentang metode pengajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis (Pithers RT, Soden R., 2000 dalam Raya
Sulistyowati:2015).
Kurikulum 2013 (K13) merupakan kurikulum yang diterapkan oleh
pemerintah untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Kurikulum 2013 ini menjawab tantangan di era globalisasi.Tujuan dikembangkan
Kurikulum 2013 adalah menjadikan insan Indonesia yang produktif, kreatif,
inovatif dan afektif melalui penguatan tiga aspek penilaian, yaitu Aspek
Pengetahuan, Aspek Keterampilan, dan Aspek Sikap/Perilaku. Dalam kurikulum
2013 peserta didik dituntut untuk terampil berpikir kritis dalam pembelajaran.
Secara tegas pusat kurikulum juga telah memasukkan karakter kreatif ini
sebagai salah satu dari 18 karakter yang harus dikembangkan dalam pendidikan di
Indonesia. Kreatif dimaknai sebagai Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Selain itu ada
satu karakter lagi dari 18 karakter yang harus dikembangkan, dan hal ini terkait
erat dengan pengembangan kemampuan kreatif, yaitu gemar membaca. Melalui

1
pembiasaan gemar membaca yang benar, akan membantu peserta didik dalam
mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya.
Pembiasaan pengembangan berpikir kritis melalui gemar membaca akan
lebih banyak membantu pengembangan kemampuan otak kanan, sedangkan
pembiasaan pengembangan berpikir kreatif melalui menghasilkan karya tulis
(fiksi dan nonfiksi) akan lebih banyak membantu pengembangan otak kiri. Jadi,
pengembangan karakter kritis dan kreatif, yang merupakan dua karakter yang
sangat dibutuhkan di era sekarang ini, bisa dikembangkan melalui pembelajaran
Bahasa Indonesia, baik pembelajaran dalam kelas maupun di luar kelas.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana pembelajaran kritis , dan kreatif bahasa Indonesia di sekolah
dasar?
2) Bagaimana cara mengembangkan pembelajaran kritis , dan kreatif
bahasa Indonesia di sekolah dasar?
3) Bagaimana implementasi pembelajaran kritis , dan kreatif bahasa
Indonesia di sekolah dasar?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan
makalah ini antara lain :
1) Mengetahui definisi dan teori yang mendasari pembelajaran kritis , dan
kreatif
2) Mengetahui cara mengembangkan pembelajaran kritis , dan kreatif
bahasa Indonesia di sekolah dasar
3) Mengetahui implementasi pembelajaran kritis , dan kreatif bahasa
Indonesia di sekolah dasar

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PEMBELAJARAN KRITIS DAN KREATIF BAHASA INDONESIA DI


SD
1. Kemampuan Berpikir Kritis
Definisi berpikir masih diperdebatkan dikalangan pakar pendidikan.
Diantara mereka masih terdapat pandangan yang berbeda-beda. Walaupun
tafsiran mereka itu berbeda-beda, namun umunya para tokoh pemikir bersetuju
bahwa pemikiran dapat dikaitkan dengan proses untuk membuat keputusan dan
menyelesaikan masalah. Berpikir ialah proses menggunakan pikiran untuk
mencari makna dan pemahaman terhadap sesuatu, menerokai pelbagai
kemungkinan idea atau ciptaan dan membuat pertimbangan yang wajar, bagi
membuat keputusan dan menyelesaikan masalah dan seterusnya membuat
refleksi dan metakognisi terhadap proses yang dialami. Berpikir adalah kegiatan
memfokuskan pada eksplorasi gagasan, memberikan berbagai kemungkinan-
kemungkinan dan mencari jawaban-jawaban yang lebih benar.
Dalam konteks pembelajaran, pengembangan kemampuan berpikir
ditujukan untuk beberapa hal, diantaranya adalah:
a. Mendapat latihan Berpikir secara kritis dan kreatif untuk membuat
keputusan dan menyelesaikan masalah dengan bijak, misalnya luwes,
reflektif, ingin tahu, mampu mengambil resiko, tidak putus asa, mau
bekerjasama dan lain lain.
b. Mengaplikasikan pengetahuan, pengalaman dan kemahiran Berpikir
secara lebih praktik baik di dalam atau di luar sekolah
c. Menghasilkan idea atau ciptaan yang kreatif dan inovatif.
d. Mengatasi cara-cara Berpikir yang terburu-buru, kabur dan sempit.
e. Meningkatkan aspek kognitif dan afektif, dan seterusnya perkembangan
intelek mereka.
f. Bersikap terbuka dalam menerima dan memberi pendapat, membuat
pertimbangan berdasarkan alasan dan bukti, serta berani memberi
pandangan dan kritik

3
Berpikir kristis merupakan berpikir secara beralasan dan reflektif
dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai
atau dilakukan. Berikut adalah contoh-contoh kemampuan berpikir kritis,
misalnya:
1) Membanding dan membedakan,.
2) Membuat kategori.
3) Meneliti bagian-bagian kecil dan keseluruhan.
4) Menerangkan sebab
5) Membuat sekuen / urutan.
6) Menentukan sumber yang dipercayai
7) Membuat ramalan.
2. Pembelajaran Kritis dan Kreatif
Derasnya arus informasi di era globalisasi informasi, menuntut
seseorang untuk mampu berpikir kritis (critical thinking). Kemampuan
berpikir kritis adalah kemampuan untuk menyaring dengan cerdas, cermat,
dan bertanggungjawab segala macam informasi yang belum tentu baik akan
teruji. Kebenarannya, ciri-ciri seseorang mampu berpikir kritis (critical
thinking) adalah selalu mempertanyakan suatu argumen untuk memperoleh
kebenaran yang hakiki. Hal ini karena seorang pemikir kritis dapat melihat
secara tajam segala macam informasi yang diterima melalui pemahaman
secara menyeluruh, analisis secara teliti, dan penilaian dengan kriteria yang
dapat dipertanggungjawabkan.
Dilihat dari level berpikir, critical thinking dikategorikan sebagai level
berpikir diatas berpikir literal. Menurut Nurhadi dan Senduk (2009:86)
menyatakan bahwa critical thinking adalah proses berpikir untuk dapat
menganalisis apa yang dimaksudkan. Dibalik informasi yang tersurat,
misalnya untuk menarik kesimpulan atau menemukan implikasi,
mengevaluasi, dan memberikan penilaian terhadap masalah yang dihadapi.
Seorang yang berpikir kritis (critical thinking) selalu meragukan kebenaran
informasi yang diperolehnya.
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar agar dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis maka harus melibatkan proses

4
mental, misalnya memperhatikan, mengelompokkan, menyeleksi,
memutuskan, dan mengambil kesimpulan. Hal ini, diperlukan karena
kemampuan berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam melakukan
tindakan, berpikir, bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan
antara sesuatu dengan yang lainnya secara akurat. Oleh sebab itu kemampuan
berpikir kritis sangat penting sekali bagi siswa dalam menyelesaikan soal
matematika baik soal jenis terbuka/divergen maupun masalah dalam bentuk
soal cerita. Menurut Wade (dalam Filsaime, 2008:81), kemampuan berpikir
kritis meliputi :
a. mengajukan pertanyaan
b. mengidentifikasi masalah
c. menguji fakta-fakta
d. menganalisis asumsi dan bias
e. menghindari penalaran emosional
f. menghindari simplikasi yang berlebihan
g. mempertimbangkan interpretasi
h. mentoleransi penafsiran ganda.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
peningkatan kemampuan berpikir kritis dapat dilakukan dengan proses
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, pengajuan masalah yang
menantang, dan siswa mengambil kesimpulan sendiri.
Pembelajaran kritis dan kritis dan kreatif merupakan proses
pembelajaran yang mengharuskan guru dapat memotivasi dan memunculkan
kreatifitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung, dengan
menggunakan beberapa metode dan strategi yang variatif, misalnya kerja
kelompok, pemecahan masalah dan sebagainya.
Pembelajaran kritis dan kreatif mengharuskan guru untuk mampu
merangsang peserta didik untuk Berpikir kritis dan memunculkan kreatifitas,
baik dalam konteks kreatif Berpikir maupun dalam konteks kreatif
melakukan sesuatu. Kreatif dalam Berpikir merupakan kemampuan
imajinatif namun rasional. Berpikir kreatif selalu berawal dari Berpikir kritis
yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau

5
memperbaiki sesuatu yang sebelumnya tidak baik. Tak seorangpun akan
mengingkari bahwa kemampuan dan ciri-ciri kepribadian sampai tingkat
tertentu dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti keluarga dan sekolah.
Kedua lingkungan pendidikan ini dapat berfungsi sebagai pendorong (press)
dalam pengembangan kreatifitas anak.
3. Karakteristik Berpikir Kritis Dan Kreatif
Menurut Mansour Fakih (2001), terdapat 3 karakteristik pokok
pendidikan kritis, yaitu:
a. Belajar dari realitas atau pengalaman; dalam prosesnya, yang dipelajari
bukanlah ajaran (teori, pendapat, kesimpulan, wejangan, nasihat dan
seterusnya) dari seseorang, tetapi keadaan atau realitas dalam masyarakat
atau pengalaman seseorang atau sekelompok orang yang terlibat di dalam
realitas tersebut. Akibat dari proses pendidikan semacam ini adalah tidak
ada otoritas pengetahuan seseorang yang lebih tinggi dari lainnya.
Keabsahan pengetahuan seseorang tidak ditentukan dengan retorika atau
kepandaiannya bebicara, tetapi ditentukan oleh pembuktiannya dalam
realitas tindakan atau pengalaman langsung
b. Tidak menggurui; karena itu dalam pendidikan kritis tidak ada guru dan
tidak ada murid yang digurui. Akan tetapi, semua orang yang terlibat
dalam proses pendidikan ini adalah guru sekaligus murid pada saat yang
bersamaan.
c. Dialogis; roses berlangsungnya pembelajaran bersifat komunikatif dalam
bebagai bentuk kegiatannya (diskusi, kelompok bermain, dan
sebagainya). Media (alat peraga, grafik, audio visual, dan sebagainya)
yang lebih memungkinan terjadinya dialog kritis antara semua orang
yang terlibat dalam proses pembelajaran tersebut.
Dengan mengacu kepada karakteristik tersebut pembelajaran kritis dan
kreatif diasumsikan akan mampu memotivasi siswa dalam melaksanakan
berbagai kegiatan sehingga mereka merasa tertantang untuk menyelesaikan
tugas-tugasnya secara kreatif. Oleh karena karakteristik yang seperti itu,
model pembelajaran kreatif dan kritis ini dapat diterapkan dalam

6
pembelajaran berbagai bidang studi dengan topik-topik yang bersifat
terbuka, baik yang bersifat abstrak maupun yang bersifat konkret.
4. Tujuan Pembelajaran Kritis Dan Kreatif
Menurut Fahruddin Faiz, (2012: 2) mengemukakan bahwa tujuan berpikir
kritis sederhana yaitu untuk menjamin, sejauh mungkin, bahwa pemikiran
kita valid dan benar. Berpikir kritis dapat mendorong siswa untuk
mengeluarkan pendapat atau ide baru. sedangkan, tujuan berpikir kritis adalah
untuk menilai suatu pemikiran, menaksir nilai bahkan mengevaluasi
pelaksanaan atau praktik dari suatu pemikiran dan praktik tersebut. Selain itu,
berpikir kritis meliputi aktivitas mempertimbangkan berdasarkan pada
pendapat yang diketahui. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa tujuan berpikir kritis adalah untuk menguji mutu
pendapat atau ide melalui evaluasi dan praktik yang dapat dipertanggung
jawabkan hasilnya. Disini siswa dituntut untuk lebih memahami dan mengerti
apa yang mereka pelajari. Selain itu, siswa juga harus lebih banyak mencari
sumber-sumber atau informasi yang sesuai dan akurat. Hal tersebut bertujuan
agar siswa dapat bertanggung jawab dengan apa yang telah dikemukakannya
sehingga diperoleh hasil yang memuaskan dan sesuai dengan keinginan.
5. Perbedaan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif
Berpikir kritis melibatkan pemikiran logis dan penalaran termasuk
keterampilan seperti perbandingan, klasifikasi, pengurutan, penyebab/efek,
pola, Jalinan, analogi, penalaran deduktif dan induktif, peramalan,
perencanaan, hipotesa, dan mengkritisi.
Berpikir kreatif melibatkan menciptakan sesuatu yang baru atau asli,
melibatkan keterampilan fleksibilitas, orisinalitas, kefasihan, elaborasi,
brainstorming, modifikasi, citra, pemikiran asosiatif, daftar atribut, berpikir
metaforis, serta hubungan yang kuat. Tujuan dari berpikir kreatif adalah
untuk merangsang keingintahuan dan mempromosikan perbedaan.
Berpikir kritis dapat dianggap lebih berpikir menggunakan otak kiri
sedangkan kreatif lebih banyak menggunakan otak kanan, kedua hal ini
terlibat dalam proses “berpikir.” Ketika kita berbicara tentang HOTS
“higher-order thinking skills” yaitu “Kemampuan Berpikir Tingkat

7
Tinggi ” kita berkonsentrasi pada tiga tingkat atas Taksonomi Bloom:
analisis, sintesis, dan evaluasi.
Tabel perbandingan berpikir kritis dan berpikir kreatif
No Berpikir Kritis Berpikir Kreatif

1 Analitis Mencipta

2 Mengumpulkan Meluaskan

3 Hirarkis Bercabang

4 Peluang Kemungkinan

5 Memutuskan Menggunakan keputusan

6 Memusat Menyebar

7 Obyektif Subyektif

8 Menjawab Sebuah jawaban

9 Otak kiri Otak kanan

10 Kata-kata Gambaran

11 Sejajar Hubungan

12 Masuk Akal Kekayaan, kebaruan

13 Ya, akan tetapi.... Ya, dan ………

B. CARA MENGEMBANGKAN PEMBELAJARAN KRITIS DAN


KREATIF
Kegiatan pembelajaran dengan model kreatif ini pada prinsipnya,
dibagi menjadi 4 langkah yaitu: langkah orientasi, eksplorasi, interpretasi dan
re-kreasi.
1. Langkah Orientasi
Pada tahap ini kegiatan pembelajaran diawali dengan orientasi, kegiatan
ini dimaksudkan untuk mengkomunikasikan dan menyepakati tugas dan
langkah pembelajaran. Guru mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu,
langkah, hasil akhir yang diharapkan, serta penilaian yang akan

8
diterapkan. Pada kesempatan ini siswa diberi peluang untuk
mengemukakan pendapatnya tentang langkah atau cara kerja,serta cara
penilaian yang akan dilakukan dan hasil akhir yang diharapkan.
Negosiasi antara guru dengan siswa dapat terjadi, tetapi pada akhir
orientasi diharapkan sudah ada kesepakatan.
2. Langkah Eksplorasi
Pada tahap ini siswa melakukan eksplorasi terhadap konsep atau masalah
yang sedang dipelajari. Eksplorasi untuk materi dapat dilakukan dengan
cara membaca, mengamati atau mengobservasi, wawancara atau
melakukan percobaan, browsing lewat internet. Kegiatan eksplorasi
dapat dilakukan secara individual atau kelompok sesuai kesepakatan
pada waktu orientasi. Waktu untuk eksplorasi disesuaikan dengan luas
bidang yang akan dieksplorasi, eksplorasi yang membutuhkan waktu
lama dilakukan di luar jam pelajaran dan eksplorasi yang singkat dapat
dilakukan dalam kelas. Panduan singkat sebaiknya disiapkan oleh guru
yang memuat tujuan, materi, cara kerja, serta hasil akhir yang
diharapkan.
3. Langkah Interpretasi
Setelah melakukan kegiatan eksplorasi siswa ditugaskan untuk
menginterpretasikan melalui kegiatan analisis, diskusi, tanya jawab, atau
berupa percobaan kembali jika dianggap perlu. Interpretasi sebaiknya
dilakukan pada jam tatap muka, jika eksplorasi dilakukan secara
kelompok, maka setiap kelompok dapat menyajikan hasil pemahamannya
di depan kelas. Pada akhir tahap interpretasi diharapkan semua siswa
sudah memahami konsep atau topik masalah yang sedang dikaji.
4. Tahap Re-kreasi, pada tahap ini siswa diberi tugas untuk menghasilakn
sesuatu yang mencerminkan pemahaman dan kepeduliannya terhadap
konsep atau topik yang sedang dikajinya menurut kreasinya masing-
masing. Re-kreasi dapat dilakukan secara individu atau kelompok sesuai
dengan pilihan masing-masing siswa. Hasil re-kreasi merupakan produk
kreatif dapat dipresentasikan.

9
Sementara untuk tahap evaluasi, evaluasi belajar dilakukan
selama proses pembelajaran dan pada akhir pembelajaran. Selama proses
pembelajaran evaluasi dilakukan dengan cara mengamati sikap dan
kemampuan Berpikir siswa. Selain itu kesungguhan dalam mengerjakan
tugas, hasil eksplorasi, kemampuan Berpikir kritis dan logis dalam
memberikan pandangan, argumentasi, kemauan untuk bekerjasama dan
memikirkan tanggung jawab bersama merupakan aspek-aspek yang dapat
dinilai selama proses pembelajaran. Evaluasi akhir dilakukan terhadap
produk kreatif yang dihasilkan para siswa. Keterlibatan peserta didik
dalam proses pembelajaran serta mata pelajaran yang dipelajari jelas dan
mempunyai kepentingan bagi pribadi mereka membuat pelajaran lebih
menarik, mereka menjadi bersemangat, sungguh-sungguh dan
mempunyai pengalaman nyata yang bermanfaat bagi kehidupannya.

C. IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KRITIS DAN KREATIF


BAHASA INDONESIA DI SD
Salah satu faktor yang cukup berperan dalam peningkatan mutu
pendidikan adalah peningkatan kualitas pembelajaran. Langkah yang dapat
dilakukan yakni perbaikan cara mengajar guru dengan menggunakan model
pembelajaran kritis dan kreatif. Adapun strategi mengimplementasi
pembelajaran kritis dan kreatif sebagai berikut:

10
1. Kuasai teori pembelajaran
Guru sebagai tenaga pendidik profesional dituntut memiliki
kemampuan dalam menguasai teori pembelajaran. Untuk dapat mencapai
tujuan tersebut hendaknya guru mempelajari beberapa teori pembelajaran
yang dikemukakan oleh para ahli sebelumnya. Penguasaan terhadap
beberapa teori belajar sangat berguna bagi guru dalam membuat
perencanaan pembelajaran. Selanjutnya perencanaan akan direalisasikan
dalam kegiatan pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran tidak lepas dari
konsep teori belajar yang ada didalamnya. Konsep belajar kritis dan kreatif
didasarkan pada teori belajar yang membentuknya dan tentunya sesuai
dengan kontek pembelajaran itu sendiri. Dengan kata lain pembelajaran
kritis dan kreatif dapat dibentuk melalui formulasi dari beberapa teori
belajar.
2. Perkaya pemahaman pada metode pembelajaran
Penguasaan metode pembelajaran bukan hanya sebatas saran tetapi
hal ini merupakan tugas yang harus dilakukan oleh seorang guru sebagai
tenaga pendidik. Kemampuan tersebut masuk dalam ranah kompetensi
profesional yang harus dimiliki oleh guru. Keberhasilan kegiatan
pembelajaran disekolah salah satunya ditentukan oleh metode pembelajaran
atau lebih tepatnya metode penyampaian materi yang digunakan. Metode
penyampaian materi merupakan kemasan yang dibuat untuk membungkus
materi agar lebih mudah dipahami, menarik, tidak menjenuhkan sehingga
tujuan dari pengajaran yang dilakukan dapat tercapai. Untuk itu guna
mengimplementasikan pembelajaran kritis dan kreatif, seorang guru harus
selalu memperkaya pemahaman pada berbagai metode pembelajaran.
3. Pelajari kembali materi yang akan diajarkan
Sejalan dengan tugasnya sebagai tenaga pendidik professional, guru
harus memiliki kemampuan dalam mengusasi materi pelajaran yang akan
diajarkan kepada peserta didiknya. Kemampuan seamacam ini berkaitan
dengan kompetensi professional yang harus dimiliki oleh guru. Penguasaan
materi pelajaran merupakan modal berharga yang harus dimiliki oleh guru
karena guru disini berperan sebagai sumber belajar. Hal ini dapat

11
disimpulkan bahwa materi merupakan sebuah ilmu yang akan ditransfer
kepada peserta didik. Untuk dapat mentransfer ilmu dengan baik, materi
yang akan diajarkan harus jelas dan mudah dipahami. Ketidak jelasan atas
materi yang akan diajarkan tentunya akan membuat peserta didik bingung
dan sulit untuk memahami materi tersebut. Pada akhirnya tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya tidak akan tercapai. Untuk
itulah pemahaman atas materi yang akan diajarkan menjadi poin yang harus
dipahami dengan baik oleh setiap guru demi terciptanya pembelajaran kritis
dan kreatif.
4. Kenali kondisi kelas dan peserta didiknya
Sebelum mengimpelementasikan pembelajaran inovatif, guru harus
mengenal kondisi kelas dan peserta didiknya. Hal ini menjadi penting
karena setiap peserta didik memiliki keunikan serta karakteristik yang
berbeda antara satu dengan lainnya. Untuk mengetahui kondisi kelas secara
umum, seorang guru harus mengidentifikasi dan mengorganisasikan kelas
baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Identifikasi dapat dilakukan
dengan membuat daftar hadir kelas, daftar peserta didik, daftar nilai, dan
lain sebagainya. Dari daftar hadir peserta didik, guru dapat mengetahui
kehadiran atau tingkat keaktifan peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran. Selanjutnya dari daftar peserta didik, guru dapat mengetahui
jumlah peserta didik dilihat dari jenis kelamin. Sementara dalam daftar nilai,
guru dapat mengetahui tingkat kecerdasan awal yang dimiliki oleh peserta
didik. Kegiatan identifikasi tersebut selanjutnya dianalisa dan
diinterpretasikan secara kualitatif dalam catatan pribadi guru. Singkatnya
ketiga contoh identifikasi di atas dapat dijadikan acuan dalam rangka
mengimplementasikan pembelajaran kritis dan kreatif.
5. Lakukan observasi pada pembelajaran sebelumnya
Dalam konteks ini, kegiatan pengamatan dapat dilakukan dengan
mengamati situasi dan kondisi pengajaran sehingga akan diperoleh deskripsi
tentang kejadian yang muncul selama pembelajaran berlangsung. Guna
mengimplementasikan pembelajaran kritis dan kreatif, guru harus
melakukan kegiatan observasi harian tentang kondisi pembelajaran.

12
Langkah yang dapat dilakukan yakni membuat lembar / buku observasi
kelas berisikan tentang situasi selama kegiatan berlangsung dan membuat
laporan perkembangan kegiatan pembelajaran. Data lembar lembar / buku
observasi kelas mencakup partisipasi peserta didik dalam pembelajaran,
kebisingan kelas dan perilaku siswa selama pembelajaran. Sementara dalam
laporan perkembangan kegiatan pembelajaran meliputi perkembangan hasil
belajar peserta didik yang didukung dengan hasil ulangan harian secara
secara periodik. Dengan kata lain laporan perkembangan kegiatan
pembelajaran memuat target pencapaian / penguasaan peserta didik pada
materi yang diajarkan oleh guru.
6. Evaluasi pada pembelajaran sebelumnya
Guna mendapatkan pembelajaran Bahasa Indonesia yang kritis dan
kreatif, selanjutnya guru harus mengadakan evaluasi secara komprehensif.
Kegiatan evaluasi membahas tentang kelebihan dan kekurangan
pembelajaran sebelumnya. Kedua aspek tersebut meliputi perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran. Apabila ditemukan kelebihan maka guru harus
mempertahankannya dan apabila mendapatkan kekurangan maka guru harus
merencanakan perbaikan pada pembelajaran selanjunya. Kedua aspek
penilaian di atas secara adminitratif ditransformasikan dalam bentuk catatan
pribadi guru.
7. Mengadakan perbaikan pada pembelajaran sebelumnya
Setelah mengetahui kelebihan dan kekuarangan pada pembelajaran
sebelumnya, seorang guru diharapkan dapat memperbaikinya guna
mendapatkan pembelajaran yang kritis dan kreatif. Perbaikan pembelajaran
dapat dilakukan dengan mendopsi pembelajaran sebelumnya dan
memunculkan ide–ide baru yang dianggap dapat memperbaiki pembelajran
sebelumnya.
Implementasi pembelajaran kritis dan kreatif Bahasa Indonesia di tingkat Sekolah
Dasar, diantaranya adalah:
1. Membaca
Dalam konteks pembelajaran bahasa Indonesia, kemampuan berpikir
kritis dan kreatif bisa dikembangkan melalui gemar membaca, khususnya

13
membaca pemahaman. Menurut Hudson dalam Agustinus Indradi (2017)
bahwa dalam membaca pemahaman terdapat tiga tingkatan: membaca literal
atau tersurat (reading on the line), membaca kritis atau tersirat (reading in the
lines), dan membaca kreatif atau tersorot (reading beyond the lines). Ketiga
tingkatan tersebut merupakan satu rangkaian kegiatan membaca yang
bertahap dan berkelanjutan.
Dalam pembelajaran membaca, seharusnya siswa tidak sekedar diajak
untuk melihat apa yang tertuang dalam teks bacaan, karena dalam membaca
kritis siswa juga diajak untuk menganalisis serta memberi penilaian terhadap
teks yang dibaca. Karena pada dasarnya membaca kritis merupakan kegiatan
membaca untuk mengevaluasi kualitas tulisan, baik dari segi isi maupun gaya
penulisannya berdasarkan kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan.
Melalui tahapan membaca kritis, siswa diajak untuk menganalisis informasi
mana yang benar dan mana yang salah, mana yang argumentasinya masuk
akal dan mana yang tidak, atau mana yang tertulis dengan ejaan yang benar
dan mana yang tidak. Dengan pembelajaran tersebut, siswa diajak untuk tidak
akan mudah memercayai setiap informasi yang diterima, terlebih akhir-akhir
ini begitu banyak informasi yang bersifat hoax dan cenderung
menjerumuskan.
Agar tujuan gemar membaca mencapai sasaran, maka dalam
pembelajaran membaca siswa harus dibiasakan sampai tahap melakukan
analisis dan evaluasi sehingga akhirnya mereka betul-betul bisa merasakan
manfaat membaca. Hal itu pun perlu dilakukan secara secara berulang dan
bukan hanya sesekali saja.
Dengan tuntutan seperti di atas, apabila penilaian kemampuan membaca
pemahaman hanya seperti dalam soal-soal ujian pilihan berganda seperti yang
ada selama ini dengan teks bacaan yang terlalu singkat, kiranya agak sulit untuk
mengukur tingkat kekritisan siswa secara akurat. Teks bacaan yang utuh relatif
lebih mudah dalam membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kritisnya. Melalui teks yang utuh, siswa akan lebih mudah
mengembangkan daya analitis dan evaluatifnya. Hal tersebut

14
mengingat bahwa sebuah penilaian terhadap sebuah teks akan sangat
dipengaruhi konteks/situasi komunikasi.
Melalui membaca, bisa juga dijadikan sarana pengembangan
kemampuan berpikir kreatif siswa. Hal ini terjadi apabila menerapkan
pembelajaran membaca tingkat yang ketiga, yaitu membaca kreatif atau
tersorot, jadi bukan sekedar melihat yang tersurat dan tersirat saja. Membaca
kreatif merupakan membaca yang disertai proses berpikir kreatif yang
kompleks karena melibatkan tiga fungsi kreativitas, yaitu fungsi rasa, fungsi
rasio, dan fungsi keterampilan. Fungsi rasa adalah kecenderungan jiwa atau
batin untuk menciptakan sesuatu yang memacu munculnya ide-ide baru.
Fungsi rasio adalah bentuk berpikir yang cenderung rumit dan menentang
arus atau menentang pemikiran umum. Fungsi keterampilan adalah dorongan
dalam diri seseorang untuk berperilaku yang unik dan berbeda dengan
perilaku masyarakat pada umumnya. Ketiga fungsi tersebut saling berkaitan
membentuk dorongan pemikiran kreatif pada saat seseorang melakukan
kegiatan membaca.
Salah satu ekspresi kreativitas setelah membaca adalah menghasilkan
karya tulis baru, bisa fiksi dan nonfiksi, yang berbeda dari apa yang telah
dibaca. Jadi, sumber bacaan menjadi inspirasi dalam menciptakan karya baru.
Siswa perlu sesering mungkin diberi kesempatan menghasilkan karya tulis
tersebut agar kreativitasnya sungguh berkembang secara maksimal. Oleh
karena itu, pembelajaran membaca dan menulis tidak cukup hanya
menggunakan jam pelajaran di kelas, tetapi juga harus dengan memberi tugas
membaca dan menulis di luar jam pelajaran. Mungkin pada awalnya banyak
siswa yang melakukan dengan terpaksa, tetapi apabila sering dilaksanakan,
siswa akhirnya menjadi terbiasa, dan pada akhirnya akan menjadi bisa dan
akan menjadi budaya bagi siswa sehingga tidak perlu disuruh-suruh lagi.

2. Menulis
Dalam konteks pembelajaran keterampilan berbahasa, apabila guru
menginginkan para siswanya memiliki kreativitas dalam menulis, terlebih
dahulu setiap guru bahasa harus mampu menjadi model bagi siswa-siswinya

15
dalam hal menulis. Guru bahasa tidak cukup hanya memberi tugas menulis
kepada siswanya sesering mungkin, tetapi juga harus memberi contoh
bagaimana harus membuat sebuah karya tulis itu, baik tulisan sastra maupun
nonsastra. Tanpa adanya keteladanan dari guru, hampir bisa dipastikan bahwa
pembelajaran menulis tidak akan berhasil dengan baik
Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa. Sebagai
salah satu keterampilan hanya akan dikuasai apabila dikerjakan terus-
menerus. Sama halnya dengan berenang, yang juga merupakan sebuah
keterampilan, juga hanya akan dikuasai apabila dipraktikkan terus-menerus.
Belajar teori berenang seberapapun banyaknya tidak akan menjadikan
seseorang menjadi mahir berenang apabila tidak dipraktikkan. Memang untuk
bisa berenang dengan baik dan benar membutuhkan teori, tetapi yang paling
penting adalah praktik berenang itu sendiri. Demikian juga halnya dengan
menulis memang juga membutuhkan teori, tetapi yang lebih penting adalah
praktik menulis itu sendiri.
Menurut pandangan penulis, yang sangat mungkin bisa salah, bahwa
selama ini para guru (juga dosen) terlalu terpaku pada motto yang ada dalam
logo Departemen Pendidikan Nasional yaitu “Tut Wuri Handayani”. Logo
tersebut mulai digunakan pada tahun 1977 melalui Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0398/M/1977 tanggal 6 September 1977.
Mengapa demikian? Ya, karena banyak guru bahasa yang selama ini hanya
“memberi dukungan moral”, masih sekedar tut wuri handayani. Rupanya
seorang guru tidak cukup hanya sebagai seorang pendorong yang sekedar tut
wuri handayani, tetapi juga harus bisa menjadi fasilitator dan menjadi model.
Oleh karena itu, semboyan Ki Hajar Dewantara dalam dunia pendidikan
adalah ing ngarso sung tuladha, ing madyo mangun karso, dan tut wuri
handayani. Tiga hal tersebut menjadi satu kesatuan yang harus menjadi jiwa
dari setiap pendidik, sehingga tidak cukup apabila mengambil salah satu saja
dari ketiga semboyan tersebut. Konsep semboyan tersebut sejajar dengan Tri
Dharma Perguruan Tinggi bahwa dosen tidak cukup hanya menjalankan salah
satu dharma saja, melainkan darma pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakat harus dikerjakan ketiga-tiganya.

16
Contoh penerapan konteks di atas misalnya, bagaimana mungkin siswa
akan terampil menulis puisi kalau gurunya tidak bisa memberi contoh
bagaimana membuat puisi yang baik. Bagaimana mungkin mahasiswa akan
mampu membuat karya ilmiah yang berbobot kalau dosennya tidak bisa
memberi contoh bagaimana membuat karya ilmiah yang berbobot. Sama
halnya bagaimana mungkin guru renang bisa mngajar berenang dengan baik
kalau dia sendiri tidak bisa berenang. Oleh karena itu, setiap pendidik, guru
dan dosen, harus bisa ing ngarso sung tuladha, harus bisa menjadi teladan
dari apa yang diajarkan. Bukan sekedar pandai berbicara, tetapi juga harus
bisa memberi dan menjadi contoh dari apa yang diajarkan. Dalam konteks
inilah yang penulis maksudkan sebagai pemerolehan dan bukan
pembelajaran. Karena pemerolehan tersebut sifatnya lebih mudah melekat
daripada pembelajaran, maka siswa lebih mudah “menjadi” berdasarkan apa
yang dilihat bukan apa yang didengar.
Melalui apa yang dilihat pada guru mereka akan menjadi pajanan bagi
munculnya kreativitas bagi siswa. Apabila pajanan yang diperoleh dari
gurunya sangat minim, maka sangat bisa dipahami kalau akhirnya kreativitas
siswa dalam menulis juga rendah. Jadi, selain bisa memberi dorongan dan
motivasi, guru juga harus mampu memberi contoh dan menjadi teladan, serta
bersama-sama siswa, guru menciptakan situasi pembelajaran yang
menyenangkan sambil berperan sebagai fasilitator. Maka, tugas guru juga
harus sampai pada ing madyo mangun karso, yaitu di tengah atau di antara
siswa, guru harus mampu menciptakan prakarsa dan ide.
3. Berbicara
Berbicara adalah suatu kegiatan berbahasa yang melahirkan ujaran dan
ide untuk disampaikan (didengar) orang lain (Bambang Marhiyanto
2008:138). Dalam keterampilan berbicara seseorang harus memperhatikan
unsur situasi atau konteks, dan paralinguistik yang nantinya sangat membantu
proses komunikasi. Kelancaran proses komunikasi dalam suatu ujaran
bergantung pada bahasa atau lambang-lambang bunyi.
Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberikan
tugas oleh guru untuk mengemukakan pendapat di depan kelas. Mereka

17
mengalami kesulitan dalam mengungkapkan ide, kurang menguasai materi
yang diberikan oleh guru, kurang membiasakan diri untuk berbicara di depan
umum, kurangnya rasa percaya diri pada siswa, dan kurang mampu
mengembangkan keterampilan bernalar dalam berbicara. Kesulitan-kesulitan
tersebut membuat mereka tidak mampu mengungkapkan pikiran dan gagasan
dengan baik, sehingga siswa menjadi enggan untuk berbicara menuangkan
ide kreatifnya.
Tujuan pembelajaran keterampilan berbicara yang diharapkan adalah
agar siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, dan pengetahuan
secara lisan, serta memiliki kegemaran berbicara kritis dan kreatif. Secara
umum tujuan pembelajaran keterampilan berbicara yaitu siswa mampu
mengomunikasikan ide atau gagasan, dan pendapat, secara lisan ataupun
sebagai kegiatan mengekspresikan ilmu pengetahuan, pengalaman hidup, ide,
dan lain sebagainya.
Keberhasilan suatu kegiatan tentu memerlukan penilaian. Pengajaran
keterampilan berbicara merupakan salah satu kegiatan dalam pembelajaran.
Penilaian keterampilan berbicara dapat dilakukan pada saat kegiatan
pelajaran yang disebut proses, dan setelah kegiatan pembelajaran yang
disebut penilain hasil. Dalam penilaian proses guru mencatat kekurangan dan
kemajuan yang diperoleh siswa. Hasil penilaian ini harus disampaikan kepada
siswa secara lisan, secara motivasi siswa dalam berbicara, sasaran yang
dicapai harus jelas. Informasi yang dicatat dalam penilaian merupakan umpan
balik yang tidak ternilai bagi siswa. Untuk menilai keterampilan berbicara
seseorang sekurang- kurangnya harus ada enam yang diperhatikan, yaitu:
a. Lafal, yaitu ketepatan pengucapan dengan kata yang diucapkan
b. Struktur bahasa, yaitu ketepatan susunan kalimat yang diucapkan
c. Kosakata, yaitu penggunaan kosakata yang tepat, dan penguasaan
kosakata yang luas.
d. Kefasihan, yaitu ketepatan pola-pola intonasi, naik dan turunnya suara,
serta tekanan suku kata.
e. Pemahaman, yaitu pemahaman terhadap topik yang dipelajari atau yang
diucapkan.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran kritis dan kreatif merupakan proses pembelajaran yang
mengharuskan guru dapat memotivasi dan memunculkan kreatifitas peserta didik
selama proses pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode
dan strategi yang variatif, misalnya kerja kelompok, pemecahan masalah dan
sebagainya. Pembelajaran kritis dan kreatif mengharuskan guru untuk mampu
merangsang peserta didik untuk Berpikir kritis dan memunculkan kreatifitas, baik
dalam konteks kreatif Berpikir maupun dalam konteks kreatif melakukan sesuatu.
Kreatif dalam Berpikir merupakan kemampuan imajinatif namun rasional.
Cara pengembangan pembelajaran dengan model kritis dan kreatif ini dapt
dilakukan dalam empat langkah yaitu: langkah orientasi, eksplorasi, interpretasi
dan re-kreasi. Sementara untuk tahap evaluasi, evaluasi belajar dilakukan selama
proses pembelajaran dan pada akhir pembelajaran. Selama proses pembelajaran
evaluasi dilakukan dengan cara mengamati sikap dan kemampuan Berpikir siswa.
Dalam konteks pembelajaran bahasa Indonesia, kemampuan berpikir kritis
dan kreatif bisa dikembangkan melalui gemar membaca, khususnya membaca
pemahaman. Siswadiajak untuk menganalisis serta memberi penilaian terhadap
teks yang dibaca. Dalam konteks pembelajaran keterampilan menulis, guru harus
mampu menjadi model bagi siswa-siswinya dalam hal menulis. Setiap pendidik,
harus bisa ing ngarso sung tuladha, harus bisa menjadi teladan bagi siswanya.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa dalam
pembahasan masih terdapat kekurangan baik dari substansi materi maupun contoh
dari setiap materi yang dibahas. Penulis menyarankan kepada guru maupun calon
guru untuk menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan, dan sesuai dengan kadaan siswa.
Dalam penulisan makalah ini juga masih terdapat kekurangan lain, oleh
karena itu saran dan kritik sangat penulis butuhkan dalam memperbaiki makalah
berikutnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Fahrudin, Faiz. 2012. Thinking Skill (Pengantar Menuju Berpikir Kritis).


Yogyakarta: SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga.

Fakih, Mansour, dkk. 2001. Pendidikan Populer Membangun Kesadaran Kritis.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Filsaime, D.K. 2008. Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta :
Prestasi Pustaka.

Indradi, Agustinus. 2017. Pembentukan Karakter Kritis Dan Kreatif Melalui


Pembelajaran Bahasa Dan Keteladanan Guru Bahasa. Jurnal Prosiding Seminar
Nasional. Jember: Universitas Negeri Jember

Marhiyanto, Bambang. 2008. Pintar Bahasa Indonesia. Surabaya: Gitamedia


Press.

Nurhadi & Senduk, A.G. 2009. Pembelajaran Kontekstual. Surabaya: PT JePe


Press Media Utama.

Sulistyowati, R. 2015. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa


Pada Mata Kuliah Salesmanship Melalui Metode Pemberian Tugas. Jurnal
Prosiding Seminar Nasional hal. 220. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

20
Berikut ini adalah contoh RPP tematik yang kami gunakan dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia Kritis dan Kreatif di SDN Ngagel 1/394:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SDN Ngagel I/394


Mata Pelajaran : Tematik
Kelas / Semester : 6/ 1
Tema : 1. Selamatkan Makhluk Hidup
Subtema : 2. Hewan Sahabatku
Pembelajaran :1
Alokasi Waktu : 6 x 35 Menit (1 Pertemuan)
A. Kompetensi Inti
3. Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara
mengamati, menanya, dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah dan di tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang
jelas, sistematis, logis, dan kritis dalam karya yang estetis, dalam gerakan
yang mencerminkan anak sehat, serta dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mendengarkan teks laporan yang dibacakan, siswa
mampu menemukan ide pokok dengan bantuan diagram.
2. Setelah menemukan ide pokok dari teks yang dibacakan, siswa mampu
mengembangkan ide pokok dengan menggunakan bahasanya sendiri
secara rinci.
3. Setelah membaca teks, siswa mampu mengklasifikasi hewan berdasarkan
cara perkembangbiakannya secara ovipar dan vivipar serta manfaatnya.
4. Setelah berdiskusi, siswa mampu melaporkan hewan berdasarkan cara
perkembangbiakan secara ovipar dan vivipar melalui tabel dan
manfaatnya dengan benar.

21
5. Setelah membaca teks tentang ASEAN, siswa mampu menyebutkan
kehidupan ekonomi dari dua negara terkait kondisi geografisnya
dengan benar.
6. Setelah berdiskusi, siswa mampu menulis laporan tentang perbedaan
kehidupan ekonomi dari dua negara terkait kondisi geografisnya
dengan benar melalui diagram Venn.
C. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian
Kompetensi Bahasa Indonesia
3.1 Menyimpulkan informasi berdasarkan teks laporan hasil pengamatan
yang didengar dan dibaca.
4.1 Menyajikan simpulan secara lisan dan tulis dari teks laporan hasil
pengamatan atau wawancara yang diperkuat oleh bukti.
Indikator:
 Menemukan ide pokok dengan bantuan diagram.
 Mengembangkan ide pokok dengan menggunakan bahasanya sendiri.
IPA
3.1 Membandingkan cara perkembangbiakan tumbuhan dan hewan.
4.1 Menyajikan karya tentang perkembangangbiakan tumbuhan.
Indikator:
 Mengklasifikasi hewan berdasarkan cara perkembangbiakannya secara
ovipar dan vivipar serta manfaatnya.
 Melaporkan hewan berdasarkan cara perkembangbiakan secara ovipar dan
vivipar melalui tabel dan manfaatnya.
IPS
3.1 Mengidentifikasi karakteristik geografis dan kehidupan sosial budaya,
ekonomi, politik di wilayah ASEAN.
4.1 Menyajikan hasil identifikasi karakteristik geografis dan kehidupan sosial
budaya, ekonomi, dan politik di wilayah ASEAN.
Indikator:
 Menyebutkan kehidupan ekonomi dari dua negara terkait kondisi
geografisnya.

22
 Menulis laporan tentang perbedaan kehidupan ekonomi dari dua
negara terkait kondisi geografisnya melalui diagram Venn.

D. Materi Pembelajaran
1. Membandingkan perkembangbiakan hewan yang ada di negara ASEAN
menggunakan diagram Venn
2. Menemukan persamaan dan perbedaan karakteristik dua Negara ASEAN
terkait kehidupan ekonomi
3. Mencatat ide pokok dari teks yang dibaca
E. Metode Pembelajaran
1. Kolaborasi metode ceramah, diskusi, refleksi, resitasi dan tanya jawab,
dilaksanakan secara kontekstual dengan pendekatan saintifik.
F. Media Pembelajaran
1. Gambar salah satu jenis hewan
G. Sumber Belajar
1. Buku Guru dan Buku Siswa Tematik Kelas 6 SD/MI (Revisi 2018).
2. Buku referensi lainnya.

H. Langkah-langkah Pembelajaran

Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu

Pendahul 1. Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa berdo’a 25


uan menurut agama dan keyakinan masing-masing. (Religius Menit
dengan mengimplementasikan nilai keimanan dalam
kehidupan sehari-hari)
2. Guru mengecek kehadiran siswa.
3. Menyanyikan lagu wajib nasional. (Nasionalisme dengan
mengingat perjuangan pahlawan untuk menumbuhkan rasa
syukur akan kemerdekaan)
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
5. Guru menjelaskan aspek, jenis dan teknik penilaian yang
akan dilaksanakan.

23
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu

6. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk


melakukan kegiatan literasi selama 15 menit.(Kemandirian
dalam mengembangkan wawasan melalui kegiatan literasi)
Inti 1. Guru membawa gambar salah satu jenis hewan yang sering 175
dimanfaatkan sebagai bahan makanan, misalnya ikan. Menit
2. Guru mengajukan pertanyaan:
3. ‘Apa yang kalian ketahui tentang hewan ini?’
4. ‘Apa manfaatnya dalam kehidupanmu?’
5. ‘Apa yang ingin kalian ketahui tentang hewan sebagai
sumber makanan?’
6. Guru kemudian menuliskan jawaban siswa di papan tulis dan
menyampaikan bahwa mereka akan belajar tentang hewan.
(Kemandirian dalam mengembangkan wawasan melalui
kegiatan pengamatan)
Ayo menyimak dan mengamati
7. Siswa diminta untuk membaca teks tentang hewan-hewan
yang hidup di negara ASEAN yang ada pada buku pelajaran.
Guru memberi waktu sekitar tiga menit.
8. Setiap siswa kemudian menulis hewan yang ada di sekitar
mereka, mengisi diagram Venn, dan mendiskusikan dengan
teman kelompok.
9. Guru membimbing diskusi, berjalan berkeliling dari
kelompok satu ke kelompok lain untuk memastikan bahwa
setiap anggota berpartisipasi aktif.
10. Guru melakukan penilaian terhadap satu kelompok saat
mereka berdiskusi. Saat menilai, guru menggunakan rubrik
(terdapat pada halaman penilaian). Siswa yang belum dinilai
pada kesempatan ini dapat dinilai saat mereka melakukan
diskusi di kesempatan lain.

24
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu

11. Guru mengajak satu atau dua siswa untuk menyampaikan


hasil diskusinya, lalu memberi penguatan kepada seluruh
siswa mengenai jawaban yang diharapkan. Guru dapat
memberi kesempatan kepada seluruh siswa untuk
memberikan komentar dari jawaban yang ada. Guru tidak
menjawab langsung, namun memberi kesempatan kepada
siswa lain untuk mencoba menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh temannya.
12. Guru dapat menguatkan jawaban-jawaban yang ada.
13. Siswa menuliskan manfaat perkembangbiakan hewan secara
vivipar dan ovipar kemudian disampaikan kepada teman
kelasnya. Guru membimbing diskusi secara klasikal.
(Kemandirian dalam mengembangkan wawasan melalui
kegiatan pengamatan)
Ayo Membaca
14. Setelah siswa membaca teks tentang kegiatan ekonomi di
negara ASEAN, guru dan siswa membahasnya sebentar.
15. Dalam kelompoknya, setiap siswa diminta untuk
menyampaikan kondisi geografis negara ASEAN dan
kehidupan ekonominya. Siswa kemudian diminta untuk
menyampaikan kembali apa yang dibacanya.
16. Guru memberikan penguatan tentang kehidupan ekonomi
negara ASEAN.
17. Pada pertemuan sebelumnya, siswa memilih dua negara
ASEAN dan menuliskan kehidupan sosial budayanya.
18. Untuk melengkapi informasi dua negara tersebut, siswa
diminta untuk membandingkan negara-negara tersebut dari
kehidupan ekonominya.
19. Siswa menyampaikan hasilnya kepada teman di sebelahnya.
(Kemandirian dalam mengembangkan wawasan melalui

25
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu

kegiatan literasi)
Ayo Menulis
20. Pada kesempatan ini, guru menyampaikan informasi kepada
siswa bahwa mereka akan mendengarkan guru membaca teks
laporan. Siswa harus menyimaknya dan mengisi diagram
berikut.
21. Sebelum membaca teks, guru mengingatkan siswa untuk
menyimak dengan saksama. Guru memastikan bahwa semua
siswa dapat mendengar suara guru dengan jelas. Teks dibaca
perlahan.
22. Siswa kemudian mendiskusikan diagramnya dengan teman
kelompoknya dan memperbaiki jawabannya apabila perlu.
Berdasarkan jawaban tersebut, setiap siswa kemudian
mengembangkan isi diagram dengan menggunakan kosakata
baku.
23. Guru menyampaikan daftar periksa penilaian kepada siswa.
(Integritas dalam menerapkan konsep ilmu yang didapat)
Penutup 1. Melaksanakan penilaian dan refleksi. 10
2. Siswa membuat kesimpulan dibimbing guru kemudian menit
dilaksanakan kegiatan remedial dan/atau pengayaan.
(Integritas dalam menerapkan konsep ilmu yang didapat)
3. Menutup pelajaran dengan berdo’a dan salam. (Religius
dengan mengimplementasikan nilai keimanan dalam
kehidupan sehari-hari)

I. Penilaian Hasil Pembelajaran


1. Teknik : Penilaian autentik 3 Ranah Pendidikan dalam bentuk :
a. Jurnal dan Observasi Sikap.
b. Test Pengetahuan Tulis, Lisan dan Penugasan.
c. Praktikum, Portofolio Produk dan Proyek Ketrampilan.

26
2. Instrumen Penilaian dan Pedoman Penskoran :
a. Jurnal dan Observasi Sikap (atau menggunakan catatan anekdot)

Aspek yang Dinilai


Kode /
No Nama (No. KD)
Siswa
(1. ) (2. )

Nilai : Nilai :

1 Catatan : Catatan :

Keterangan:1: Belum Terlihat, 2: Mulai Terlihat, 3: Mulai Berkembang,


4: Membudaya.

b. Test Pengetahuan Tulis, Lisan dan Penugasan

Penilaian Pengetahuan dilakukan dengan metode skoring


kemudian diisikan ke tabel

Mata Pelajaran Rata-


Kode / (No. KD) rata
No Nama
Siswa
(3. ) (3. ) (3. ) (3. ) (3. ) (3. ) (3. )

Keterangan:1: Kurang, 2: Cukup, 3: Baik, 4: Sangat baik.

c. Praktikum, Portofolio Produk dan Proyek Ketrampilan


Penilaian dilakukan dengan berpedoman pada rubrik penskoran.
Mata Pelajaran Rata-
Kode /
No
Nama (No. KD) rata

27
Siswa

(4. ) (4. ) (4. ) (4. ) (4. ) (4. ) (4. )

Keterangan:1: Kurang, 2: Cukup, 3: Baik, 4: Sangat baik.

Rubrik penskoran

Diskusi : Siswa dinilai dengan rubrik saat berdiskusi.

Sangat Baik Baik Cukup Kurang


Kriteria
(4) (3) (2) (1)
Mendengarkan Selalu Mendengarkan Masih perlu Sering
mendengarkan teman yang diingatkan diingatkan
teman yang berbicara, untuk untuk
sedang namun sesekali mendengarkan mendengarkan
berbicara. masih perlu teman yang teman yang
diingatkan. sedang sedang
berbicara. berbicara,
namun tidak
mengindahkan.
Komunikasi Merespon dan Merespon Sering Membutuhkan
nonverbal menerapkan dengan tepat merespon bantuan dalam
(kontak mata, komunikasi terhadap kurang tepat memahami
bahasa tubuh, nonverbal komunikasi terhadap bentuk
postur, ekspresi dengan tepat. nonverbal yang komunikasi komunikasi
wajah, suara) ditunjukkan nonverbal yang nonverbal
teman. ditunjukkan yang
teman. ditunjukkan
teman.
Partisipasi Isi Berbicara dan Berbicara dan Jarang
(menyampaikan pembicaraan menerangkan menerangkan berbicara
ide, perasaan, menginspirasi secara rinci, secara rinci, selama proses

28
pikiran) teman. Selalu merespon namun diksusi
mendukung sesuai dengan terkadang berlangsung.
dan memimpin topik. merespon
lainnya saat kurang sesuai
diskusi. dengan topik.

Bahasa Indonesia : Diagram siswa dinilai dengan menggunakan daftar


periksa.

Indikator Penilaian Ada dan Benar Tidak Benar

Menyebutkan ide pokok


untuk setiap paragraf dengan
benar

Tulisan memuat seluruh ide


pokok

Tulisan memuat fakta bukan


opini

Sebagian tulisan
menggunakan kosakata baku

IPS : Diagram Venn dinilai dengan daftar periksa.

Indikator Penilaian Ada Tidak Ada

Diagram memuat dua negara


ASEAN

Diagram membandingkan
kondisi geografis dua negara

Diagram membandingkan
kehidupan ekonomi dua
negara

29
IPA : Diagram Venn tentang perkembangbiakan hewan dinilai dengan
daftar periksa.
Tulisan tentang manfaat perkembangbiakan hewan dinilai dengan daftar
periksa.

Indikator Penilaian Ada dan Benar Tidak Benar

Menyebutkan
paling sedikit lima jenis
hewan sesuai
perkembangbiakannya

Hewan diletakkan sesuai


cara
perkembangbiakannya

Memuat manfaat
perkembangbiakan hewan
Catatan anekdot untuk mencatat sikap (tanggung jawab)

Mengetahui, Surabaya, 18 Juli 2018

Kepala SDN .................. Guru Kelas 6

............................................... ..................................
NIP. NIP.

30

Anda mungkin juga menyukai