Anda di halaman 1dari 24

KARYA TULIS

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat kenaikan kelas VIII ke kelas IX
oleh :

1. M. Zidan Zahri
2. Azka Dwi Raditya
3. Gilang Dwi Julianto
4. Zaenal Abidin
5. Fariz Maulana M.

Kelas : VIII E

SMP NEGERI 1 LOSARI


JL. JEND. SUDIRMAN NO. 77 (0283) 880034 LOSARI
KABUPATEN BREBES
2023/2024

i
PENGESAHAN

Telah diterima dan disahkan pada :

Hari :
Tanggal :

Oleh

Kepala Sekolah Pembimbing

Budi Wahyono, S.Pd., M.M Ikhwan Budi Setiawan, S.Pd


NIP : 197010101994121003 NIP : -

ii
MOTTO

 Jangan menunda hingga hari esok apa yang mampu kamu kerjakan sekarang
 Pendidikan bukanlah suatu proses untuk mengisi wadah yang kosong, akan tetapi
Pendidikan adalah suatu proses menyalakan api pikiran.
 Pengalaman dan kegagalan akan membuat orang menjadi lebih bijak.
 Ilmu adalah harta yang tidak akan pernah habis, jadi selalu tanamkan dalam diri
untuk terus belajar.
 Orang yang malas belajar tidak akan bisa berkembang, mereka akan berjalan di
tempat sementara yang lain sudah melangkah jauh ke depan.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat
dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan karya tulis ini. Adapun maksud
pembuatan karya tulis ini seperti tahun-tahun yang lalu merupakan salah satu syarat
untuk kenaikan kelas. Banyak sekali bantuan dan bimbingan yang diberikan kepada
penyusun selama menuntut ilmu di SMP Negeri 1 Losari Brebes dan sewaktu
penyusun membuat karya tulis.
Karena itu, tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak Budi Wahyono, S.Pd., M.M., selaku Kepala sekolah SMP Negeri 1 Losari
Brebes.
2. Bapak Ikhwan Budi Setiawan, S.Pd., selaku pembimbing karya tulis.
3. Bapak Wuryanto Bambang Rujito, S.Pd., selaku wali kelas VIIIE.
4. Bapak/Ibu guru SMP Negeri 1 Losari Brebes yang telah mengarahkan dan
mambantu dalam pembuatan karya tulis.
5. Rekan-rekan sesama siswa SMP Negeri 1 Losari Brebes yang telah bekerja sama
dan saling melengkapi serta tukar informasi
6. Semua pihak yang berjasa dalam proses pembuatan karya tulis ini.
Semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada penyusun mendapat
balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Harapan penyusun mudah-mudahan
karya tulis ini bermanfaat bagi yang membacanya.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari
sempurna serta kesalahan yang penyusun yakini diluar batas kemampuan penyusun.
Maka dari itu penyusun dengan senang hati menerima kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca. Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.

Losari, Januari 2024

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
PENGESAHAN...............................................................................................ii
MOTTO...........................................................................................................iii
KATA PENGANTAR....................................................................................iv
DAFTAR ISI...................................................................................................v

BAB I: PENDAHULUAN
A. Alasan Memilih Judul.................................................................1
B. Metode Pengumpulan Data.........................................................1
C. Tujuan Penulisan.........................................................................1

BAB II: CANDI BOROBUDUR


A. Sejarah Singkat Candi Borobudur...............................................2
B. Stupa Candi Borobudur...............................................................3
C. Relief Candi Borobudur.............................................................3

BAB III: MUSEUM DIRGANTARA


A. Pengertian Museum Dirgantara...................................................4
B. Latar Belakang Museum Dirgantara Mandala.............................4
C. Benda, Gambar, Patung, Relief di Museum Dirgantara..............6
D. Manfaat Adanya Museum Dirgantara.........................................9

BAB IV: LAVA TOUR


A. Uraian Singkat Gunung Merapi...................................................10
B. Akibat Gunung Merapi Mengalami Erpusi/Letusan...................10
C. Lokasi Objek Wisata Lava Tour..................................................12
D. Kegiatan yang Bisa Dilakukan di Lava Tour Merapi.................12

BAB V: MALIOBORO
A. Perasaan Ketika di Malioboro.....................................................13
B. Kesan-kesan Saat di Malioboro...................................................13
C. Aktivitas di Malioboro................................................................13

v
BAB VI: PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................14
B. Saran............................................................................................14
C. Kata penutup................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15
LAMPIRAN....................................................................................................16

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Alasan Memilih Judul


Penyusun memilih judul "Kunjungan Ing Borobudur", karena disana banyak
sekali tempat-tempat peninggalan jaman dulu yang patut untuk dikunjungi.

B. Metode Pengumpulan Data


1. Metode Observasi
Yaitu cara pengumpulan data/bahan dengan cara mengunjungi dan
mengamati secara langsung objek-objek wisata yang ada di Yogyakarta.
2. Metode Wawancara/Interview
Yaitu cara pengumpulan data/bahan dengan cara tanya jawab dengan
pemandu pemandu wisata pada objek yang di kunjungi.
3. Metode Kepustakaan
Yaitu cara pengumpulan data/bahan dari buku panduan atau brosur yang
berhubungan dengan objek wisata tersebut.

C. Tujuan Penulisan
Karya tulis ini ditulis dan disusun dengan tujuan :
1. Memenuhi syarat-syarat dan melengkapi tugas-tugas kenaikan kelas VIII ke
kelas IX.
2. Menambah pengetahuan siswa-siswi pada Kota Yogkakarta
3. Sebagai bahan acuan untuk karya tulis selanjutnya.
4. Sebagai saran motivasi untuk menambah wawasan mengenai Kota
Yogkakarta

vii
BAB II
CANDI BOROBUDUR

A. Sejarah Singkat Candi Borobudur


Candi Borobudur diperkirakan dibangun sekitar abad ke-8 dan ke-9 Masehi
pada era Dinasti Syailendra yang merupakan penganut agama Buddha
Mahayana. Candi Borobudur menurut legenda didirikan oleh arsitek bernama
Gunadharma.
Sementara sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya yang diterbitkan
pada tahun 1950 memperkirakan pendiri Candi Borobudur adalah Samaratungga
yang memerintah pada tahun 782 – 812 di masa Dinasti Syailendra.
Menurut Casparis, pembangunan Borobudur memakan waktu setengah abad
dan selesai pada masa kepemimpinan Ratu Pramudawardhani.
Arekolog asal Belanda, W.F. Sutterheim menyebut bahwa Candi Borobudur
berdiri dihias dengan lebih dari 2.500 panel relief pada 504 patung. Kubahnya
yang menjadi pusat memiliki 72 patung budha yang berada di dalam stupa.
Guru Besar dari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, I Gede Mugi Raharja
juga menulis dalam makalahnya bahwa arsitektur Candi Borobudur merupakan
perpaduan filosofi Budha Mahayana dengan budaya nusantara.
Dikutip dari kajian Balai Konservasi Borobudur, Candi sudah tidak
terpelihara sejak abad ke-10 Masehi ketika pusat kegiatan berpindah dari Jawa
Tengah ke Jawa Timur karena terjadinya letusan gunung Merapi pada tahun
1006.
Berbagai literatur turut menyebut bahwa candi ini baru diketahui lagi
keberadaannya ketika Thomas Stamford Raffles menjabat sebagai gubernur
jenderal di Jawa pada tahun 1814. Kemudian Thomas Stamfrod Raffles
mengutus Cornelius untuk menggali penemuannya tersebut. Hal ini juga
disampaikan oleh ‘The Restoration of Borobudur’ yang dipublikasikan
UNESCO.
Cornelius yang diutus pun merekrut 200 orang untuk menebang pohon dan
menyingkirkan semak – semak kemudian menggali bekas candi tersebut. Sejak
tahun 1817 kemudian bangunan candi mulai terlihat dan penggalian skala kecil
dilakukan. Baru pada tahun 1834, bangunan candi terlihat jelas setelah residen di
wilayah Kedu. Upaya pemotretan candi dilakukan sejak tahun 1845 dan hal ini
sudah dituangkan dalam buku berjudul Satu Abad Usaha Penyelamatan Candi
Borobudur oleh sejarawan dan arkeolog Soekmono.

viii
B. Stupa Candi Borobudur
Bagian stupa Candi Borobudur berbentuk genta atau lonceng yang terdiri
dari stupa induk, stupa teras, dan stupa-stupa kecil sebagai ornamen tubuh candi
atau pagar langkan.
Jumlah stupa Candi Borobudur adalah 73 buah, dengan rincian 1 buah stupa
induk, 32 stupa pada teras melingkar pertama, 24 stupa pada teras melingkar
kedua, dan 16 stupa pada teras melingkar ketiga. Stupa induk adalah stupa utama
atau stupa puncak yang menjadi stupa terbesar yang berada puncak Candi
Borobudur dengan diameter 9,9 meter, tinggi 7 meter, dan berada pada
ketinggian 42 meter di atas tanah.
Di dalam stupa induk ini terdapat rongga yang ketika ditemukan dalam
keadaan kosong. Pada bagian Arupadhatu akan ditemukan stupa berbentuk
lingkaran yang berlubang, berbentuk lonceng, berisi arca-arca Dhyani Buddha
atau patung Buddha yang duduk dengan menghadap ke arah bagian luar candi.
Stupa-stupa kurungan yang berisi arca-arca Dhyani Buddha di bagian
Arupadhatu bagian bawah bergaris miring, sedang lubang-lubang di atasnya
bergaris tegak. Lubang-lubang tersebut merupakan lambang tentang proses
tingkat-tingkat lenyapnya sisa nafsu yang terakhir. Lubang-lubang yang bergaris
miring menggambarkan bahwa di tingkat itu masih ada sisa-sisa dari nafsu,
sedang lubang pada tingkat diatasnya yang bergaris tegak menggambarkan nafsu
itu telah terkikis habis, dan hati pun telah lurus.

C. Relief Candi Borobudur


Candi Borobudur mempunyai 1.460 panel relief cerita yang tersusun dalam
11 deretan mengitari bangunan candi dan relief dekoratif berupa relief hias
sejumlah 1.212 panel.
Pada bagian Kamadhatu terdapat 160 relief Karmawibhangga Sutra, yang
menjelaskan hukum sebab akibat. Relief tersebut merupakan gambaran mengenai
sifat dan nafsu manusia, seperti merampok, membunuh, memperkosa,
penyiksaan, dan fitnah.
Relief cerita pada bagian Rupadhatu adalah relief Lalitavistara, Jataka
Avadana, dan Gandawyuha. Di bagian Rupadhatu terdapat 1.212 relief dekoratif
simbolis dan 1.300 relief cerita, yang membentang sejauh 2,5 km dengan 1212
panel.

ix
BAB III
MUSEUM DIRGANTARA

A. Pengertian Museum Dirgantara


Museum Pusat TNI AU "Dirgantara Mandala" adalah museum yang digagas
oleh TNI Angkatan Udara yang berisikan benda-benda koleksi sejarah, dimana
sebagian besarnya berupa pesawat terbang yang pernah mengabdikan diri di
lingkungan TNI AU. Museum ini berlokasi kurang lebih 6 kilometer
arah timur dari pusat Kota Yogyakarta, yaitu di kompleks Pangkalan Udara Adi
Sutjipto, Kec. Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Museum ini sebelumnya berada berada di Jalan Tanah Abang Bukit, Jakarta dan
diresmikan pada 4 April 1969 oleh Panglima AU Laksamana Roesmin
Noerjadin lalu dipindahkan ke Yogyakarta pada 29 Juli 1978.

B. Latar Belakang Museum Dirgantara Mandala


Gagasan awal mendirikan museum di TNI Angkatan Udara (TNI AU)
dilandasi oleh adanya upaya untuk pewarisan, pelestarian serta untuk
mengabadikan dan mendokumentasikan kegiatan-kegiatan maupun peristiwa-
peristiwa bersejarah di lingkungan TNI AU.
Museum merupakan sarana atau media untuk melaksanakan hal tersebut.
Sebagai langkah awal adalah terbitnya Surat Keputusan Menteri/Panglima
Angkatan Udara Nomor : 491 Tanggal 6 Agustus 1960 tentang Dokumentasi,
Sejarah dan Museum Angkatan Udara Republik Indonesia.
Perkembangan selanjutnya adalah ketika pada tanggal 21 April 1967,
muncul embrio museum yang secara organisasi berada di bawah pembinaan
Asisten Direktorat Hubungan Masyarakat Angkatan Udara Republik Indonesia.
Pada saat itu, organisasi museum hanya terdiri dari bagian pembinaan benda-
benda, bagian administrasi dan deskripsi serta bagian dokumentasi dan pameran.
Melalui Instruksi Menteri/Panglima Angkatan Udara No.2 Tahun 1967 tanggal
30 Juli 1967 tentang Peningkatan Kegiatan Bidang Sejarah, Budaya dan Museum
Angkatan Udara, maka titik terang dalam meletakkan rencana kerja
pembangunan sebuah museum telah dimulai. Pada tanggal 4 April 1969, Menteri
Panglima Angkatan Udara Laksamana Udara Roesmin Nurjadin meresmikan
berdirinya Museum Pusat Angkatan Udara Republik Indonesia.
Museum ini berlokasi di kawasan Markas Komando Wilayah Udara V
(Makowilu), Jalan Tanah Abang Bukit Jakarta Pusat. Pada lembaga yang lain,
yaitu di Lembaga Pendidikan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

x
(AKABRI) Bagian Udara Yogyakarta, sudah berdiri Museum Karbol. Pemikiran
mulai diarahkan untuk mengintegrasikan kedua museum tersebut. Lokasi yang
direncanakan adalah Yogyakarta, dengan dasar pertimbangan bahwa pada tahun
1945-1949 Yogyakarta memegang peranan penting sebagai tempat lahir dan
pusat perjuangan TNI Angkatan Udara dan menjadi tempat penggodokan para
taruna TNI AU sebagai calon perwira serta adanya semangat maguwo yang perlu
dilestarikan.
Kepala Staf TNI Angkatan Udara mengeluarkan keputusan No.
Kep/11/IV/1978, tanggal 17 April 1978 menetapkan bahwa Museum Pusat AURI
yang semula berkedudukan di Jakarta dipindahkan ke Yogyakarta, diintegrasikan
dengan Museum Karbol dengan memanfaatkan bekas gedung Link Trainer yang
berada di kawasan kesatrian AKABRI Bagian Udara dan berdasarkan Keputusan
Kasau Nomor : Skep/04/IV/1978 tanggal 17 April 1978, nama museum menjadi
Museum Pusat TNI AU "Dirgantara Mandala".
Koleksi terus bertambah terutama pesawat terbang, sehingga gedung tersebut
tidak dapat menampung serta lokasinya yang sukar dijangkau oleh pengunjung
maka museum dipindahkan menempati gedung bekas pabrik gula Wonocatur di
area Lanud Adistujipto.
Rehabilitasi gedung tersebut didasarkan kepada Surat Perintah Kepala Staf
TNI AU No. Sprin/05/IV/1984 tanggal 11 April 1984 tentang rehabilitasi gedung
bekas pabrik gula untuk digunakan sebagai gedung permanen Muspusdirla. Pada
tanggal 29 Juli 1984 Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Sukardi meresmikan
penggunaan gedung yang sudah direhab tersebut sebagai gedung museum. Luas
seluruhnya lebih kurang 8,2 Ha. Luas bangunan seluruhnya yang digunakan
8.765 M2. Tempat ini yang hingga sekarang dipergunakan sebagai museum dan
telah dilakukan beberapa kali renovasi dalam rangka penyempurnaan sehingga
menjadi tempat yang layak sebagai sebuah museum.
Atas dasar pemikiran tersebut, Kepala Staf TNI Angkatan Udara selanjutnya
menetapkan Museum Pusat AURI yang semula berkedudukan di Jakarta
dipindahkan ke Yogyakarta diintegrasikan dengan Museum Pendidikan/ Karbol
menjadi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala dan memanfaatkan Gedung
Link Trainer di Kawasan Ksatrian AKABRI Bagian Udara. Peresmian museum
ini dilakukan oleh Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi
bertepatan dengan Hari Bakti TNI Angkatan Udara tanggal 29 Juli 1978.
Perkembangan selanjutnya dilakukan perluasan museum dengan memanfaatkan
gedung bekas pabrik gula di Wonocatur Lanud Adisutjipto yang diresmikan oleh
Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Sukardi pada 29 Juli 1984.

xi
C. Benda, Gambar, Patung, Relief di Museum Dirgantara
Pelbagai koleksi maupun benda bersejarah TNI AU dipamerkan dalam
ruangan berbeda dengan nama sebagai berikut:
 Ruang Utama; berisikan koleksi lambang TNI AU beserta jajarannya,
foto KASAU dari tahun 1946 hingga sekarang yang dilengkapi dengan Kode
QR. Selain itu ia juga memuat patung para pahlawan nasional dari TNI AU,
foto para tokoh penerima bintang Swabuana Paksa, tanda pangkat TNI
AU serta tanda-tanda kehormatan militer.
 Ruang Kronologi; menggambarkan sejarah perjuangan dan
perkembangan TNI AU dari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
 Ruang Pahlawan dan Seragam TNI AU; berisikan benda-benda koleksi
yang pernah dipakai oleh pahlawan TNI AU dan seragam TNI AU dari
tahun 1946 sampai dengan sekarang.
 Ruang Kotama; berisikan benda-benda koleksi yang berhubungan dengan
Kotama di jajaran TNI AU diantaranya:
o Korps Pasukan Khas TNI AU
o Kodikau
o AAU
o Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara
o Koharmatau
o Koopsau
o Kohanudnas
o Perkembangan Sekolah Penerbang TNI AU, dan
o Benda koleksi yang pernah dimiliki oleh mantan Kepala Staf TNI
Angkatan Udara
 Ruang Alutsista I & II; berisikan koleksi alat utama sistem senjata udara
yang pernah dipergunakan oleh TNI AU dari tahun 1945 sampai
dengan 1980-an.
 Ruang Diorama I; berisikan 4 buah diorama
 Ruang Diorama II; berisikan 3 buah diorama
 Ruang Diorama III; berisikan 16 buah diorama
 Ruang Diorama SKSD Palapa
 Ruang Minat Dirgantara
 Ruang Mini Teater
Koleksi Memorabilia TNI-AU[sunting | sunting sumber]
Museum ini menyimpan sejumlah foto tokoh-tokoh sejarah serta diorama
peristiwa sejarah Angkatan Udara Indonesia.

xii
Ruang Alutsista I dan II[sunting | sunting sumber]
Ruangan ini menyimpan sejumlah pesawat tempur dan replikayang
kebanyakan berasal dari masa Perang Dunia II dan perjuangan kemerdekaan,
diantaranya:
 Pesawat A-4 Skyhawk
 Pesawat F-5E/F Tiger II
Koleksi Pesawat
Daftar koleksi di Museum Dirgantara Mandala
 Pesawat Amfibi PBY-5A Catalina PB-501 buatan AS.
 Pesawat Tempur/Serang Darat Douglas A-4E TT-0440 buatan AS.
 Pesawat Tempur Northrop F-5E Tiger II TS-0503 buatan AS.
 Pesawat Tempur BAE Systems Hawk 53 TT-5309 buatan Inggris Raya.
 Pesawat Tempur Hawker Hunter F.4 N-112 buatan Inggris Raya (Milik
Belanda).
 Replika pesawat Ultralight Wiweko Experimental Lightplane WEL-1 R.I X
(Pesawat pertama hasil produksi Indonesia).
 Pesawat Tempur Mitsubishi A6M5 Zero 30-1153 buatan Jepang.
 Pesawat Pengebom B-25J Mitchell M-439 buatan AS.
 Pesawat Pengebom B-26 Invader M-265 buatan AS.
 Pesawat Pengebom TU-16KS M-1625 buatan Uni Soviet.
 Helikopter Hiller 360B buatan AS.
 Pesawat Tempur P-51D Mustang P-338 buatan AS.
 Replika Pesawat Latih KY51 Cureng buatan Jepang.
 Replika pesawat Glider Kampret GX-001 buatan Indonesia.
 Pesawat Latih PZL TS-8 Bies STUPA01 buatan Polandia.
 Pesawat Tempur Lavochkin La-11 F-911 buatan Uni Soviet.
 Pesawat Latih Mikoyan-Gurevich Mig-15UTI J-767 buatan Uni Soviet.
 Pesawat Tempur Mikoyan-Gurevich MiG-17 buatan Uni Soviet, terdapat 2
varian koleksi yaitu : MiG-17PF F-1182 dan WSK-Mielec Lim-5 F-1160
buatan Polandia (Lisensi MiG 17F Uni Soviet).
 Pesawat Tempur Mikoyan-Gurevich MiG-19SF F-1904 buatan Uni Soviet.
 Pesawat Tempur Mikoyan-Gurevich MiG-21F13 F-2160 buatan Uni Soviet.
 Rudal Pertahanan Udara S-75 Dvina buatan Uni Soviet.
 Rudal Anti Kapal Raduga KS-1 Komet buatan Uni Soviet.
 Pesawat Latih de Havilland dH-115 Vampire T.55 J-701 buatan Inggris Raya.
 Pesawat Serbu LIPNUR Sikumbang 01 buatan Indonesia.
 Pesawat Amfibi Grumman HU-16D Albatross IR-0117 buatan AS.

xiii
 Pesawat Intai/Serang Darat North American Rockwell OV-10F Bronco TT-
1015 buatan AS.
 Pesawat Tempur CAC Sabre Mk-32 TS-8618 buatan Kanada.
 Pesawat Latih Lockheed T-33A Shooting Star TS-3334 buatan AS, varian
 Pesawat Latih Aero L-29 Delfín LL-2902 buatan Cekoslovakia.
 Pesawat Latih/Sipil PZL-104 Gelatik-C ST-1419 buatan Indonesia (Lisensi
PZL Polandia).
 Pesawat Sipil Lipnur LT-200 IN-202 buatan Indonesia (Lisensi Pazmany PL-
2).
 Pesawat Latih North American T-6G Texan B-475 buatan AS.
 Pesawat Latih Vultee BT-13A Valiant B-633 buatan AS.
 Pesawat VIP Lockheed L-1329 JetStar A-1645 buatan AS.
 Helikopter Mil Mi-4 H-200 buatan Uni Soviet
 Helikopter Sikorsky H-34 buatan AS, terdapat 2 varian koleksi yaitu :
Sikorsky UH-34 Seahorse H-5802 dan Sikorsky S-58T Twin-Pac H-3404.
 Pesawat Latih Piper J3C-L4J Cub R-371 buatan AS.
 Pesawat Pengebom Tukik Mitsubishi KI 51 Guntei G-32 buatan Jepang.
 Pesawat Tempur Nakajima Ki-43 Hayabusa H-45 buatan Jepang.
 Helikopter Bell 204B H-260 buatan AS.
 Pesawat Angkut Douglas C-47A T-474 buatan AS.
 Pesawat Angkut Fokker F27-400M Troopship T-2707 buatan Belanda.
 Pesawat Angkut Avia 14F T-414 buatan Cekoslovakia (Lisensi Ilyushin Il-14
Uni Soviet).
 Pesawat Latih Cessna 402A A-4014 buatan AS.
 Pesawat Latih Beechcraft T-34 Mentor buatan AS, terdapat 2 varian koleksi
yaitu : Beechcraft T-34A Mentor B-681 dan Beechcraft T-34C Turbo
Mentor LD-3416
 Helikopter Mil Mi-1 H-121 buatan Polandia (PZL SM-1).
 Pesawat Sipil IPTN N250 Gatotkaca PK-XNG buatan Indonesia, dirancang
oleh (alm.) Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng sebagai
seorang ilmuwan di bidang dirgantara sekaligus Presiden Republik
Indonesia yang ketiga.
 Helikopter Bell 47G-3B-1 Soloy H-4711 buatan AS.
 Replika Pesawat Latih Mansyu Ki-79 buatan Jepang.
 Pesawat Intai Taylorcraft Auster III R-62 buatan Inggris Raya.
 Helikopter Aerospatiale NAS-332 Super Puma NS-2136 buatan Indonesia
(Lisensi Aérospatiale Perancis).

xiv
 Pesawat Angkut Lockheed C-130 Hercules T-1301 buatan AS.
 Pesawat Latih FFA AS-202/18A Bravo LM-2038 Buatan Swiss.
 Helikopter Hughes 500C H-5002 buatan AS (Bekas pakai Pelita Air).
 Pesawat Latih Boeing Stearman PT-13 Kaydet TALOA buatan AS.

D. Manfaat Adanya Museum Dirgantara


1. Memberikan pengetahuan tentang sejarah yang telah dicapai generasi
terdahulu dan dapat mengambil hikmah sejarah itu sendiri.
2. Sebagai tempat menyimpan benda-benda yang bernilai secara khususnya di
bidang ruang udara dan antariksa agar tidak hilang dan rusak sehingga dapat
dinikmati berbagai generasi.
3. Museum pusat TNI AU Dirgantara Mandala secara visual menggambarkan
perjuangan bangsa Indonesia, khususnya TNI AU dalam merebut dan
mempertahankan kemerdekaan NKRI.

xv
BAB IV
LAVA TOUR MERAPI

A. Uraian Singkat Gunung Merapi


Gunung Merapi adalah gunung api paling aktif di Indonesia yang terletak
di bagian tengah Pulau Jawa. Ketinggian Gunung Merapi berubah seiring
aktivitas vulkanik yang mempengaruhi bentuk puncaknya. Hingga saat ini
Gunung Merapi tercatat memiliki ketinggian puncak 2.930 mdpl pasca erupsi di
tahun 2010.

B. Akibat Gunung Merapi Mengalami Erupsi/Letusan


1. Pada tahun 2006
Di bulan April dan Mei 2006, mulai muncul tanda-tanda bahwa Merapi
akan meletus kembali, ditandai dengan gempa-gempa dan deformasi.
Pemerintah daerah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta sudah mempersiapkan
upaya-upaya evakuasi. Instruksi juga sudah dikeluarkan oleh kedua pemda
tersebut agar penduduk yang tinggal di dekat Merapi segera mengungsi ke
tempat-tempat yang telah disediakan.
Pada 15 Mei 2006 akhirnya Merapi meletus. Lalu pada 4 Juni,
dilaporkan bahwa aktivitas Gunung Merapi telah melampaui status awas.
Kepala BPPTK Daerah Istimewa Yogyakarta, Ratdomo Purbo menjelaskan
bahwa sekitar 2-4 Juni volume lava di kubah Merapi sudah mencapai 4 juta
meter kubik - artinya lava telah memenuhi seluruh kapasitas kubah Merapi
sehingga tambahan semburan lava terbaru akan langsung keluar dari kubah
Merapi.
Tanggal 1 Juni, Hujan abu vulkanik dari luncuran awan panas Gunung
Merapi yang lebat, tiga hari belakangan ini terjadi di Kota Magelang dan
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Muntilan sekitar 14 kilometer dari
Puncak Merapi, paling merasakan hujan abu ini.
Tanggal 8 Juni, Gunung Merapi pada pukul 09.03 WIB meletus dengan
semburan awan panas yang membuat ribuan warga di wilayah lereng
Gunung Merapi panik dan berusaha melarikan diri ke tempat aman. Hari ini
tercatat dua letusan Merapi, letusan kedua terjadi sekitar pukul 09.40 WIB.
Semburan awan panas sejauh 5 km lebih mengarah ke hulu Kali
Gendol (lereng selatan) dan menghanguskan sebagian kawasan hutan di
utara Kaliadem di wilayah Kabupaten Sleman.

xvi
Dampak erupsi 2006 menelan dua nyawa sukarelawan yang berusaha
menyelamatkan diri ke bunker penyelamat di kawasan Kaliadem karena
terkena terjangan awan panas yang masuk lewat pintu bunker yang tidak bisa
tertutup akibat timbunan abu yang tebal.
2. Pada tahun 2010
Peningkatan status dari "normal aktif" menjadi "waspada" pada 20
September 2010 direkomendasi oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan
Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta. Setelah sekitar satu bulan,
pada 21 Oktober status berubah menjadi "siaga" sejak pukul 18.00 WIB.
Pada tingkat ini kegiatan pengungsian sudah harus dipersiapkan. Karena
aktivitas yang semakin meningkat, ditunjukkan dengan tingginya frekuensi
gempa multifase dan gempa vulkanik, sejak pukul 06.00 WIB pada 25
Oktober BPPTK Yogyakarta merekomendasi peningkatan status Gunung
Merapi menjadi "awas" dan semua penghuni wilayah dalam radius 10 km
dari puncak harus dievakuasi dan diungsikan ke wilayah aman.
Erupsi pertama terjadi sekitar pukul 17.02 WIB pada 26 Oktober.
Sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan. Letusan menyemburkan material
vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km dan disertai keluarnya awan panas
yang menerjang Kaliadem, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan,
Sleman. dan menelan korban 43 orang, ditambah seorang bayi dari
Magelang yang meninggal akibat gangguan pernapasan.
Sejak saat itu mulai terjadi muntahan awan panas secara tidak teratur.
Mulai 28 Oktober, Gunung Merapi memuntahkan lava pijar yang muncul
hampir bersamaan dengan keluarnya awan panas pada pukul 19.54
WIB. Selanjutnya mulai teramati titik api diam di puncak pada 1 November,
menandai fase baru bahwa magma telah mencapai lubang kawah.
Namun, berbeda dari karakter Merapi biasanya, bukannya terjadi
pembentukan kubah lava baru, malah yang terjadi adalah peningkatan
aktivitas semburan lava dan awan panas sejak 3 November. Erupsi eksplosif
berupa letusan besar diawali pada pagi hari Kamis, 4 November 2010,
menghasilkan kolom awan setinggi 4 km dan semburan awan panas ke
berbagai arah di kaki Merapi.
Selanjutnya, 5 November 2010 sejak sekitar pukul 15.00 WIB terjadi
letusan yang tidak henti-hentinya hingga malam hari dan mencapai
puncaknya pada dini hari, Jumat 5 November 2010. Menjelang tengah
malam, radius bahaya untuk semua tempat diperbesar menjadi 20 km dari
puncak. Rangkaian letusan ini serta suara gemuruh terdengar hingga Kota

xvii
Yogyakarta (jarak sekitar 27 km dari puncak), Kota Magelang, dan pusat
Kabupaten Wonosobo (jarak 50 km). Hujan kerikil dan pasir mencapai Kota
Yogyakarta bagian utara, sedangkan hujan abu vulkanik pekat melanda
hingga Purwokerto dan Cilacap. Pada siang harinya, debu vulkanik diketahui
telah mencapai Tasikmalaya dan Bandung dan Bogor.
Bahaya sekunder berupa aliran lahar dingin juga mengancam kawasan
lebih rendah setelah pada 4 November terjadi hujan deras di sekitar puncak
Merapi. Pada 5 November Kali Code di kawasan Kota Yogyakarta
dinyatakan berstatus "awas" (red alert).
Letusan kuat 5 November diikuti oleh aktivitas tinggi selama sekitar
seminggu. Sebelumnya terjadi sedikit penurunan aktivitas, namun status
keamanan tetap "Awas". Pada 15 November 2010 batas radius bahaya untuk
Kabupaten Magelang dikurangi menjadi 15 km dan untuk dua kabupaten
Jawa Tengah lainnya menjadi 10 km. Hanya bagi Kabupaten Sleman yang
masih tetap diberlakukan radius bahaya 20 km.

C. Lokasi Objek Wisata Lava Tour


1. Museum Mini Sisa Hartaku
2. Batu Alien Cangkringan
3. Bunker Kaliadem
4. Petilasan Rumah Mbah Maridjan
5. Makam Mbah Maridjan
6. Kali kuning

D. Kegiatan- kegiatan yang bisa dilakukan Di Lava tour Merapi


Berikut beberapa aktivitas yang bisa dilakukan ketika berwisata di Lava
Tour Merapi, antara lain:
1. Perjalanan menyusuri Lava Tour Merapi Yogyakarta dengan jeep
2. Menikmati pemandangan di kaki gunung
3. Napak tilas di museum sisa hartaku
4. Berjelajah di Bunker Kaliadem
5. Menyisir segarnya Kali Kuning Lava Tour Merapi Yogyakarta

xviii
BAB V
MALIOBORO

A. Perasaan Ketika Di Malioboro


Bagi yang pernah ke Malioboro pasti merasakan kangen ingin kembali
mengunjungi Malioboro kembali, karena tempat ini merupakan tempat yang
menyenangkan dan ramah.

B. Kesan-Kesan Saat Di Malioboro


Malioboro memberikan banyak suguhan yang menarik dan meninggalkan
banyak kesan di hati pengunjungnya, tak terkecuali penulis.

C. Aktivitas Saat di Malioboro


1. Menikmati art gallery di sepanjang jalan
2. Berfoto, berkuliner, dan berkeliling naik andong
3. Berbelanja oleh-oleh
4. Menikmati musik jalanan di Malioboro

xix
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Candi Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur,
Magelang, Jawa Tengah, Indonesia.
2. Museum Pusat TNI AU "Dirgantara Mandala" adalah museum yang digagas
oleh TNI Angkatan Udara yang berisikan benda-benda koleksi sejarah,
dimana sebagian besarnya berupa pesawat terbang yang pernah
mengabdikan diri di lingkungan TNI AU.
3. Lava Tour Merapi merupakan salah satu jasa penyewaan mobil jeep di
sektor wisata gunung merapi.
4. Jalan Malioboro punya arti penting sebagai salah satu pusat perekonomian,
hiburan, wisata, dan kuliner kota Yogyakarta.

B. Saran
Dari berbagai tempat yang penyusun kunjungi di Yogyakarta serta mengenai
study tour yang diadakan oleh sekolah, penulis memberikan saran sebagai
berikut :
1. Untuk pengelola tempat wisata agar lebih meningkatkan keamanan
2. Untuk adik kelas apabila akan berkarya wisata agar lebih mempersiapkan
diri lebih baik lagi
3. Semoga karya wisata yang akan datang lebih baik dari karya wisata tahun ini
4. Agar Bapak dan Ibu guru mempersiapkan karya wisata yang lebih baik dari
tahun-tahun sebelumnya.

C. Kata Penutup
Puji syukur kehadirat Allah SWT, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan
karya tulis ini. Penyusun menyadari bahwa hasil dari susunan karya tulis ini
masih jauh dari sempurna bagi isi maupun sistematik. Untuk segala kritik dan
saran yang bermanfaat dari siapapun akan penyusun terima dengan senang hati
dan lapang dada, harapan penyusun semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

xx
DAFTAR PUSTAKA

https://mtsn4sda.sch.id/cerita-rakyat-candi-borobudur-dan-sejarah-dibalik-megahnya-
candi-borobudur/
https://museum.kemdikbud.go.id/museum/profile/
museum+pusat+tni+au+dirgantara+mandala
https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Merapi
https://id.wikipedia.org/Wiki/Jalan_Malioboro

xxi
LAMPIRAN

xxii
Candi Borobudur

Museum Dirgantara

xxiii
Lava Tour Merapi

Malioboro

xxiv

Anda mungkin juga menyukai