Anda di halaman 1dari 30

KEBERADAAN BENTENG VREDEBURG DI YOGYAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH


DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SALAH SATU PERSYARATAN
UNTUK MENGIKUTI UJIAN AKHIR MADRASAH
MADRSAH ALIYAH NEGERI 1 LAMPUNG TIMUR
TAHUN PELAJARAN 2022/2023

Disusun Oleh :
LILIA SUKMA AYU LESTARI
Kelas XI. IPA 4

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 LAMPUNG TIMUR


KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
TAHUN 2023

i
1

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. LAMPUNG
TIMUR
MADRASAH ALIYAH NEGERI 1
Alamat : Jln. Lembayung 38 B Banjarrejo Batanghari Lampung
Timur
Telp. (0725) 44756 Website : www.man1lampungtimur.sch.id

LEMBAR PENGESAHAN
Nomor : B-142/Ma.08.01/PP.00.6/03/2023

Judul : Keberadaan Benteng Vredeburg Di Yogyakarta


Nama : Lilia Sukma Ayu Lestari
NISN : 0076609830
Kelas : XI. IPA 4
Program : Ilmu Pengetahuan alam (IPA)

Telah di Ujikan, diterima dan disahkan


Pada tanggal : .........................

Penguji, Pembimbing,

EZY RIMAYANI, S.Pd


NIP. 197003021995032002

Mengetahui
Kepala MAN 1 Lampung Timur

H. Rubangi, M.Pd.I
2

NIP. 19681117 199703 1 002

Nilai Karya Tulis (Baik/ Cukup/ Kurang)

MOTTO

Jadikan kegagalan sebagai batu loncatan awal kamu meraih kesuksesan


3

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah iniyang berjudul keberadaan benteng
vredeburg di yogyakarta. Penulisan karya tulis ilmiah ini adalah salah satu
syarat untuk mengikuti ujian semester genap kelas XI di Madrasah Aliyah
Negeri 1 Lampung Timur Tahun Pembelajaran 2022/2023.

Penulis,

Lilia Sukma Ayu Lestari


NISN: 0076609830
4

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... ii
MOTTO................................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v

BAB I : PENDAHULUAN
A. Pengertian Judul................................................................................. 1
B. Latar Belakang.................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah .............................................................................. 3
D. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian.............................................................................. 4

BAB II : PEMBAHASAN
A. Keadaan Lokasi.................................................................................. 5
B. Hasil Pengamatan / Penelitian ........................................................... 5
C. Pembahasan ....................................................................................... 6

BAB III : KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................................................18
B. Saran ..................................................................................................18
C. Penutup ..............................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................19
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................20
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................21
5

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian Judul
1. Pengertian sejarah
Sejarah memiliki arti yang berbeda-beda menurut dari beberapa ahli,
berikut adalah pengertian sejarah dari beberapa ahli:
 Roeslan Abdulgani: Sejarah adalah ilmu yang diibaratkan dengan
penglihatan tiga dimensi; pertama melalui penglihatan ke masa
silam, kedua masa sekarang, dan ketiga ke masa yang akan datang.
Dengan kata lain, penyelidikan di masa lampau tidak dapat
melepaskan diri dari kenyataan masa sekarang yang sedang
dihadapi, dan juga tidak dapat dilepaskan dari perspektif masa
depan.
 Surtono Kartodirjo: sejarah dalam arti subjektif adalah suatu
kontruksi (bangunan) yang disusun oleh penulis sebagai suatu
uraian cerita (kisah). Kisah tersebut merupakan suatu kesatuan dari
rangkaian fakta-fakta yang saling berkaitan. Adapun sejarah dalam
arti objektif menurut Sartono Kartodirjo adalah peristiwa sejarah
itu sendiri atau proses sejarah dalam aktualitasnya.
2. Pengertian benteng
Benteng adalah tempat berlindung atau bertahan dari serangan
musuh hanya yang dapat berlindunglah yang selamat menurut KBBI
benteng adalah bangunan untuk keperluan militer yang dibuat untuk
keperluan bertahan sewaktu dalam peperangan banyak sudah dibangun
oleh umat manusia sejak ribuan tahun yang lalu dalam berbagai bentuk
dan pada akhirnya menjadi bentuk yang sangat kompleks

3. Pengertian Vredeburg
benteng kompeni dengan nama Rustenburgh yaang artinya “tempat
istirahat”. Benteng Rustenburgh mengalami perkembangan yang
6

cukup pesat, dan pada tahun 1867 di Yogyakarta mengalami gempa


bumi sehingga benteng memerlukan perbaikan. Setelah pemugaran
selesai oleh Daendels nama benteng Rustenburgh diubah menjadi
benteng Vredeburg yang artinya “perdamaian”.,

B. Latar Belakang
Museum sebagai warisan sejarah memiliki peranan penting bagi dunia
pendidikan. Pada pembelajaran sejarah, museum memiliki peranan penting
terhadap.metode dan sumber pembelajaran. Kunjungan kelas ke museum
menjadi pembelajaran yang dapat diterima hampir seluruh Negara di Eropa
maupun Amerika selama bertahun-tahun. Di Kanada, museum yang
terorganisasi secara modern memiliki peranan penting bagi masyarakat
maupun peserta didik. Di Swedia, kunjungan museum dikaitkan dengan
kurikulum. Koleksi-koleksi di museum mempermudah guru dalam
memberikan inovasi pembelajaran di sekolah. (Kockhar, 2008:388) Di Negara
kita, Indonesia terdapat banyak tempat yang dapat digunakan sebagai sumber
belajar dan Kota Yogyakarta memiliki hal tersebut karena ikon nya sebagai
kota pendidikan.
Kota Yogyakarta memiliki peranan yang besar dalam awal
kemerdekaan Indonesia. Daerah Yogyakarta menjadi ajang perang gerilya
yang akhirnya mendapat sebutan kota perjuangan (Nurhajini, 2012:2). Selain
itu kota Yogyakarta juga pernah menjadi ibu kota negara Indonesia maupun
sekarang sebagai daerah istimewa. Jika dilakukan kajian yang mendalam,
banyak sekali peranan-peranan besar kota Yogyakarta yang patut diapresiasi.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi tentunya meninggalkan bekas fisik. Terdapat
banyak sekali peninggalan peninggalan yang ada di Kota Yogyakarta dapat
divisualisasikan lewat monumen-monumen, maupun tempat yang masih
digunakan hingga sekarang yang memiliki sejarah panjang. Terdapat bank-
bank yang dahulunya digunakan pada masa kolonial, gereja, gedung maupun
benteng. Bangunan benteng yang ada di Yogyakarta yang sangat terkenal
adalah Benteng Vredeburg. Benteng yang menjadi ikon sejarah Kota
7

Yogyakarta. Benteng Vredeburg juga dikenal sebagai “Loji Besar”


(Abdurrachman, 2008:21).
Benteng Vredeburg merupakan benteng VOC yang dibangun sejak
tahun 1760 untuk mengawasi kegiatan istana Yogyakarta. Seiring dengan
perkembangan waktu, benteng tetap terus berdiri hingga sekarang dan
difungsikan sebagai museum (Panduan Museum Benteng Vredeburg,
2011:30). Perubahan fungsi Benteng yang sekarang menjadi museum
memberikan nilai-nilai edukasi kepada pengunjung museum. Tidak hanya
museum yang menyimpan berbagai peninggalan sejarah akan tetapi bangunan
benteng yang memiliki nilai kesejarahan yang tinggi. Hal ini menjadi edukasi
yang tidak ternilai karena pengunjung pada saat memasuki pintu utama sudah
disuguhkan dengan bangunan kuno yang dulunya digunakan sebagai benteng.
Pengalaman ini memberi penguatan memori kepada pengunjung akan
kekuatan besar yang pernah ada dii tempat ini. Tempat yang digunakan VOC
dan selanjutnya diambil alih oleh kerajaan Belanda untuk mengawasi kegiatan
keraton yang dapat membahayakan penjajah. Setelah memasuki ruangan
koleksi, pengunjung mendapat edukasi mengenai sejarah yang berhubungan
dengan Kota Yogyakarta.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan rumusan
masalah yaitu
Bagaimana sejarah perkembangan benteng Vredeburg?

D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui sejarah perkembangan Benteng Vredeburg.
1. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat secara langsung bagi
peneliti, guru, pelajar, pengelola museum dan pihak-pihak yang terkait.
Manfaat-manfaat tersebut diantaranya:
8

A. Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi
dan pengetahuan baru tentang sejarah perkembangan
Benteng Vredeburg.

B. Manfaat Praktis:
1. Hasil penelitian ini dapat memberikan deskripsi keberadaan
perkembangan Benteng Vredeburg sehingga dapat
digunakan bagi para peniliti, mahasiswa, dosen, serta
praktisi pendidikan.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi
bagi pengelola kegiatan yang diadakan di Museum Benteng
Vredeburg
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pemecahan
masalah yang dihadapi pihak museum dan guru mata
pembelajaran IPS dan sejarah.
9

BAB II
PEMBAHASAN

A. Keadaan Lokasi
1. Lokasi Museum Benteng Vredeburg
Berada di pusat Kota Yogyakarta, museum ini berlokasi tidak berada
jauh dari Keraton Yogyakarta tepatnya di Jl. Jend. A. Yani No 6,
Yogyakarta 55224, Indonesia.
2. Waktu Operasional Museum Benteng Vredeburg
Museum Benteng Vredeburg hanya buka di hari Selasa – Minggu
mulai pukul 08:00 – 15:00 WIB. Kemudian museum juga akan tutup di
Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
3. Fasilitas yang Tersedia di Museum Benteng Vredeburg
Menjadi salah satu objek wisata edukasi serta sejarah populer yang
berdiri di atas lahan seluas 46.574 m persegi, Museum Benteng
Vredeburg memiliki fasilitas yang memadai, seperti:
a. Toilet
b. Mushola
c. Ruang audio visual
d. Warung makan
e. Kafe

B. Hasil observsi
1. Wisata Museum
Seperti museum-museum pada umumnya, di Museum Benteng
Vredeburg juga tersedia puluhan hingga ratusan koleksi atau diorama
yang bisa dilihat oleh pengunjung. Di museum ini, pengunjung akan
disajikan dengan 4 diorama yang dipamerkan, antara lain: Diorama
peristiwa periode Pangeran Diponegoro hingga masa pendudukan
10

Jepang di Yogyakarta Diorama peristiwa sejarah proklamasi


kemerdekaan hingga dengan agresi militer Belanda di Indonesia
Diorama peristiwa penjanjian Renville hingga pengakuan kedaulatan
Republik Indonesia Serikat Diorama peristiwa sejarah periode Negara
Kesatuan Republik Indonesia hingga pada masa Orde baru.

2. Jelajah Museum Malam Hari


Aktivitas lainnya yang bisa kamu lakukan jika berkunjung ke Benteng
Vredeburg adalah jelajah museum pada malam hari.Namun, jika ingin
ikut serta dalam program ini, kamu harus mendaftarkan diri terlebih
dahulu, karena pengunjung pada kegiatan ini dibatasi.Jika tertarik
melakukan kegiatan ini, caranya cukup melihat akun Instagram resmi
Museum Benteng Vredeburg dan ikuti langkah-langkahnya.Uniknya
lagi, kegiatan jelajah malam museum dikemas dalam bentuk
permainan berkelompok yang menciptakan pengalaman baru untuk
menikmati suasana malam gedung kolonial.

3. Senam Sehat
Aktivitas selanjutnya yang bisa dilakukan di museum ini adalah
senam. Sebenarnya kegiatan ini merupakan agenda rutin
karyawan/karyawati Museum. Namun, tak hanya bisa diikuti oleh staf
museum saja, acara ini juga terbuka bagi pengunjung. Biasanya acara
ini akan dipandu oleh instruktur senam yang andal.

4. Mengabadikan Momen
Salah satu aktivitas yang tidak boleh terlewat adalah foto-foto
mengabadikan momen. Berkunjung ke museum ini, kamu akan
menemukan area foto yang menarik Gaya arsitektur bangunannya yang
klasik berhasil mencuri perhatian pengunjung dan menjadi latar
belakang foto paling favorit.

C. Pembahasan
11

1. Sejarah Museum Benteng Vredeburg


Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait erat dengan lahirnya
Kasultanan Yogyakarta. Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang
berrhasil menyelesaikan perseteruan antara Susuhunan Pakubuwono
III dengan Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I kelak)
adalah merupakan hasil politik Belanda yang selalu ingin ikut campur
urusan dalam negeri raja-raja Jawa waktu itu.
Melihat kemajuan yang sangat pesat akan kraton yang didirikan
oleh Sultan Hamengku Buwono I, rasa kekhawatiran pihak Belanda
mulai muncul. Pihak Belanda mengusulkan kepada sultan agar
diijinkan membangun sebuah benteng di dekat kraton. Pembangunan
tersebut dengan dalih agar Belanda dapat menjaga keamanan kraton
dan sekitarnya. Akan tetapi dibalik dalih tersebut maksud Belanda
yang sesungguhnya adalah untuk memudahkan dalam mengontrol
segala perkembangan yang terjadi di dalam kraton. Letak benteng yang
hanya satu jarak tembak meriam dari kraton dan lokasinya yang
menghadap ke jalan utama menuju kraton menjadi indikasi bahwa
fungsi benteng dapat dimanfaatkan sebagai benteng strategi,
intimidasi, penyerangan dan blokade. Dapat dikatakan bahwa
berdirinya benteng tersebut dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila
sewaktu-waktu Sultan memalingkan muka memusuhi Belanda.
Besarnya kekuatan yang tersembunyi dibalik kontrak politik yang
dilahirkan dalam setiap perjanjian dengan pihak Belanda seakan-akan
menjadi kekuatan yang sulit dilawan oleh setiap pemimpin pribumi
pada masa kolonial Belanda. Dalam hal ini termasuk pula Sri Sultan
Hamengku Buwono I. Oleh karena itu permohonan izin Belanda untuk
membangun benteng dikabulkan.
Sudut Barat Daya Museum Benteng Vredeburg dengan tiga patok
yang berfungsi untuk meletakan meriam.

a. Tahun 1760–1765
12

Sebelum dibangun benteng pada lokasinya yang sekarang


(Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta), pada tahun 1760
atas permintaan Belanda, Sultan HB I telah membangun sebuah
benteng yang sangat sederhana berbentuk bujur sangkar. Di
keempat sudutnya dibuat tempat penjagaan yang disebut
seleka/bastion. Oleh sultan keempat sudut tersebut diberi nama
Jayawisesa (sudut barat laut), Jayapurusa (sudut timur laut),
Jayaprakosaningprang (sudut barat daya) dan Jayaprayitna
(sudut tenggara).
Menurut penuturan Nicolas Hartingh, bahwa benteng
tersebut keadaannya masih sangat sederhana. Tembok dari
tanah yang diperkuat dengan tiang-tiang penyangga dari kayu
pohon kelapa dan aren. Bangunan di dalamnya terdiri atas
bambu dan kayu dengan atap ilalang. Sewaktu
W.H.Ossenberch menggantikan kedudukan Nicolas Hartingh,
pada tahun 1765 diusulkan kepada sultan agar benteng
diperkuat menjadi bangunan yang lebih permanen agar lebih
menjamin kemanan. Usul tersebut dikabulkan, selanjutnya
pembangunan benteng dikerjakan di bawah pengawasan
seorang Belanda ahli ilmu bangunan yang bernama Ir. Frans
Haak.
Pada awal pembangunan ini (1760) status tanah merupakan
milik kasultanan. Tetapi dalam penggunaannya dihibahkan
kepada Belanda (VOC) dibawah pengawasan Nicolas Hartingh,
gubernur dari Direktur Pantai Utara Jawa di Semarang.

b. Tahun 1765–1788
Usul Gubernur W.H. Van Ossenberg (pengganti Nicolaas
Hartingh) agar bangunan benteng lebih disempurnakan,
dilaksanakan tahun 1767. Periode ini merupakan periode
13

penyempurnaan Benteng yang lebih terarah pada satu bentuk


benteng pertahanan.
Menurut rencana pembangunan tersebut akan diselesaikan
tahun itu juga. Akan tetapi dalam kenyataannya proses
pembangunan tersebut berjalan sangat lambat dan baru selesai
tahun 1787. Hal ini terjadi karena pada masa tersebut Sultan
yang bersedia mengadakan bahan dan tenaga dalam
pembangunan benteng, sedang disibukkan dengan
pembangunan Kraton Yogyakarta. Setelah selesai bangunan
benteng yang telah disempurnakan tersebut diberi
namaRustenburg yang berarti 'Benteng Peristirahatan'. Pada
periode ini secara yuridis formal status tanah tetap milik
kasultanan tetapi secara de facto penguasaan benteng dan
tanahnya dipegang oleh Belanda.

c. Tahun 1788 – 1799


Periode ini merupakan saat digunakannya benteng secara
sempurna oleh Belanda (VOC). Bangkrutnya VOC tahun 1799
menyebabkan penguasaan benteng diambil alih oleh Bataafsche
Republic (Pemerintah Belanda). Sehingga secara de facto
menjadi milik pemerintah kerajaan Belanda. Pada periode ini
status tanah benteng secara yuridis formal tetap milik
kasultanan, secara de facto dikuasai Belanda.

d. Tahun 1799–1807
Status tanah benteng secara yuridis formal tetap milik
kasultanan, tetapi penggunaan benteng secara de facto menjadi
milik Bataafsche Republik (Pemerintah Belanda) di bawah
Gubernur Van Den Burg. Benteng tetap difungsikan sebagai
markas pertahanan.
14

e. Tahun 1807–1811
Pada periode ini benteng diambil alih pengelolaannya oleh
Koninkrijk Holland (Kerajaan Belanda). Maka secara yuridis
formal status tanah tetap milik kasultanan, tetapi secara de
facto menjadi milik Pemerintah Kerajaan Belanda di bawah
Gubernur Herman Willem Daendels.

f. Tahun 1811–1816
Ketika Inggris berkuasa di Indonesia 1811 – 1816, untuk
sementara benteng dikuasai Inggris di bawah Letnan Gubernur
Thomas Stamford Raffles. Namun dalam waktu singkat
Belanda dapat mengambil alih. Secara yuridis formal benteng
tetap milik kasultanan.
g. Tahun 1816–1942
Pada tahun 1867 di Yogyakarta terjadi gempa bumi yang
dahsyat sehingga banyak merobohkan beberapa bangunan
besar seperti Gedung Residen (yang dibangun tahun 1824),
Tugu Pal Putih, dan Benteng Rustenburg serta bangunan-
bangunan yang lain. Bangunan-bangunan tersebut segera
dibangun kembali. Benteng Rustenburg segera diadakan
pembenahan di beberapa bagian bangunan yang rusak. Setelah
selesai bangunan benteng yang semula bernamaRustenburg
diganti menjadi Vredeburg yang berarti 'Benteng Perdamaian'.
Nama ini diambil sebagai manifestasi hubungan antara
Kasultanan Yogyakarta dengan pihak Belanda yang tidak
saling menyerang waktu itu.
Bentuk benteng tetap seperti awal mula dibangun, yaitu
bujur sangkar. Pada keempat sudutnya dibangun ruang
penjagaan yang disebut seleka atau bastion. Pintu gerbang
benteng menghadap ke barat dengan dikelilingi oleh parit. Di
dalamnya terdapat bangunan-bangunan rumah perwira, asrama
15

prajurit, gudang logistik, gudang mesiu, rumah sakit prajurit


dan rumah residen. Di Benteng Vredeburg ditempati sekitar
500 orang prajurit, termasuk petugas medis dan paramedis.
Disamping itu pada masa pemerintahan Hindia Belanda
digunakan sebagai tempat perlindungan para residen yang
sedang bertugas di Yogyakarta. Hal itu sangat dimungkinkan
karena kantor residen yang berada berseberangan dengan letak
Benteng Vredeburg. Sejalan dengan perkembangan politik
yang berjadi di Indonesia dari waktu ke waktu, maka terjadi
pula perubahan atas status kepemilikan dan fungsi bangunan
Benteng Vredeburg. Status tanah benteng tetap milik
kasultanan, tetapi secara de facto dipegang oleh pemerintah
Belanda. Karena kuatnya pengaruh Belanda maka pihak
kasultanan tidak dapat berbuat banyak dalam mengatasi
masalah penguasaan atas benteng. Sampai akhirnya benteng
dikuasai bala Tentara Jepang tahun 1942 setelah Belanda
menyerah kepada Jepang dengan ditandai dengan Perjanjian
Kalijati bulan Maret 1942 di Jawa Barat.

h. Masa Jepang
Tanggal 7 Maret 1942, pemerintah Jepang memberlakukan
UU nomor 1 tahun 1942 bahwa kedudukan pimpinan daerah
tetap diakui tetapi berada di bawah pengawasan Kooti Zium
Kyoku Tjokan (Gubernur Jepang) yang berkantor di Gedung
Tjokan Kantai (Gedung Agung). Pusat kekuatan tentara Jepang
disamping ditempatkan di Kotabaru juga di pusatkan di
Benteng Vredeburg. Tentara Jepang yang bermarkas di
Benteng Vredeburg adalah Kempeitei yaitu tentara pilihan
yang terkenal keras dan kejam.
Disamping itu benteng Vredeburg juga digunakan sebagai
tempat penahanan bagi tawanan orang Belanda maupun Indo
16

Belanda yang ditangkap. Juga kaum politisi Indonesia yang


berhasil ditangkap karena mengadakan gerakan menentang
Jepang.
Guna mencukupi kebutuhan senjata, tentara Jepang
mendatangkan persenjataan dari Semarang. Sebelum dibagikan
ke pos-pos yang memerlukan terlebih dulu di simpan di
Benteng Vredeburg. Gudang mesiu terletak di setiap sudut
benteng kecuali di sudut timur laut. Hal itu dengan
pertimbangan bahwa di kawasan tersebut keamanan lebih
terjamin. Penempatan gudang mesiu di setiap sudut benteng
dimaksudkan untuk mempermudah disaat terjadi perang secara
mendadak.
Penguasaan Jepang atas Benteng Vredeburg berlangsung
dari tahun 1942 sampai dengan tahun 1945, ketika proklamasi
telah berkumandang dan nasionalisasi bangunan-bangunan
yang dikuasai Jepang mulai dilaksanakan. Selama itu meskipun
secara de facto dikuasai oleh Jepang tetapi secara yuridis
formal status tanah tetap milik kasultanan.
Dari uraian itu dapat dikatakan bahwa pada masa
pendudukan Jepang (1942-1945) bangunan benteng Vredeburg
difungsikan sebagai markas tentara Kempeitei, gudang mesiu
dan rumah tahanan bagi orang Belanda dan Indo Belanda serta
kaum politisi RI yang menentang Jepang.

i. Masa Kemerdekaan
Berita tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia disambut
dengan perasaan lega oleh seluruh rakyat Yogyakarta.
Ditambah dengan keluarnya Pernyataan Sri Sultan Hamengku
Buwono IX (Pernyataan 5 September 1945) yang kemudian
diikuti oleh Sri Paku Alam VIII yang berisi dukungan atas
17

berdirinya negara baru, Negara Republik Indonesia, maka


semangat rakyat semakin berapi-api.
Sebagai akibatnya terjadi berbagai aksi spontan seperti
pengibaran bendera Merah Putih, perampasan bangunan dan
juga pelucutan senjata Jepang. Masih kuatnya pasukan Jepang
yang berada di Yogyakarta, menyebabkan terjadinya kontak
senjata seperti yang terjadi di Kotabaru Yogyakarta. Dalam
aksi perampasan gedung ataupun fasilitas lain milik Jepang,
Benteng Vredeburg juga menjadi salah satu sasaran aksi.
Setelah benteng dikuasai oleh pihak RI untuk selanjutnya
penanganannya diserahkan kepada instansi militer yang
kemudian dipergunakan sebagai asrama dan markas pasukan
yang tergabung dalam pasukan dengan kode Staf “Q” dibawah
Komandan Letnan Muda I Radio, yang bertugas mengurusi
perbekalan militer. Oleh karena itu tidak mustahil bila pada
periode ini Benteng Vredeburg disamping difungsikan sebagai
markas juga sebagai gudang perbekalan termasuk senjata,
mesiu, dan sebagainya. Pada tahun 1946 di dalam komplek
Benteng Vredeburg didirikan rumah sakit tentara untuk
melayani korban pertempuran. Namun dalam
perkembangannya rumah sakit tersebut juga melayani tentara
beserta keluarganya.
Ketika tahun 1946 kondisi politik Indonesia mengalami
kerawanan di saat perbedaan persepsi akan arti revolusi yang
sedang terjadi. Meletuslah peristiwa yang dikenal dengan
“Peristiwa 3 Juli 1946”, yaitu percobaan kudeta yang dipimpin
oleh Jenderal Mayor Soedarsono. Karena usaha tersebut gagal
maka para tokoh yang terlibat dalam peristiwa tersebut seperti
Mohammad Yamin, Tan Malaka dan Soedarsono ditangkap.
Sebagai tahanan politik mereka pernah ditempatkan di Benteng
Vredeburg.
18

Pada masa Agresi Militer Belanda II (19 Desember 1948)


Benteng Vredeburg yang waktu itu dijadikan markas militer RI
menjadi sasaran pengeboman pesawat-pesawat Belanda.
Kantor Tentara Keamanan Rakyat yang berada di dalamnya
hancur. Setelah menguasai lapangan terbang Maguwo, tentara
Belanda yang tergabung dalam Brigade T pimpinan Kolonel
Van Langen berhasil menguasai kota Yogyakarta, termasuk
Benteng Vredeburg. Selanjutnya Benteng Vredeburg
dipergunakan sebagai markas tentara Belanda yang tergabung
dalam IVG (Informatie voor Geheimen), yaitu dinas rahasia
tentara Belanda. Di samping itu Benteng Vredeburg juga
difungsikan sebagai asrama prajurit Belanda dan juga dipakai
untuk menyimpan senjata berat seperti tank, panser dan
kendaraan militer lainnya.
Ketika terjadi Serangan Umum 1 Maret 1949, sebagai
usaha untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa
RI bersama dengan TNI masih ada, Benteng Vredeburg
menjadi salah satu sasaran di antara bangunan-bangunan lain
yang dikuasai Belanda seperti kantor pos, stasiun kereta api,
Hotel Toegoe, Gedung Agung, dan tangsi Kotabaru. Kurang
lebih 6 jam kota Yogyakarta dapat dikuasai oleh TNI beserta
rakyat pejuang. Baru setelah bala bantuan tentara Belanda yang
didatangkan dari Magelang tiba ke Yogyakarta, TNI dan rakyat
mundur ke luar kota dan melakukan perjuangan gerilya.
Setelah Belanda meninggalkan kota Yogyakarta, Benteng
Vredeburg dikuasai oleh APRI (Angkatan Perang Republik
Indonesia). Kemudian pengelolaan benteng diserahkan kepada
Militer Akademi Yogyakarta. Pada waktu itu Ki Hadjar
Dewantara pernah mengemukakan gagasannya agar Benteng
Vredeburg dimanfaatkan sebagai ajang kebudayaan. Akan
tetapi gagasan itu terhenti karena terjadi peristiwa “Tragedi
19

Nasional” Pemberontakan G 30 S tahun 1965. Waktu itu untuk


sementara Benteng Vredeburg digunakan sebagai tempat
tahanan politik terkait dengan peristiwa G 30 S yang langsung
berada di bawah pengawasan Hankam.
Rencana pelestarian bangunan Benteng Vredeburg mulai
lebih terlihat nyata setelah tahun 1976 diadakan studi
kelayakan bangunan benteng yang dilakukan oleh Lembaga
Studi Pedesaan dan Kawasan Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta. Setelah diadakan penelitian maka usaha ke arah
pemugaran bangunan bekas Benteng Vredeburg pun segera
dimulai.

j. Tahun 1977–1992
Dalam periode ini status penguasaan dan pengelolaan
benteng pernah diserahkan dari pihak HANKAM kepada
Pemerintah Daerah Yogyakarta. Tanggal 9 Agustus 1980
diadakan penandatanganan piagam perjanjian tentang
pemanfaatan bangunan bekas Benteng Vredeburg oleh Sri
Sultan HB IX (pihak I) dan Mendibud Dr. Daoed Joesoef
(pihak II).
Pada periode ini Benteng Vredeburg pernah dipergunakan
sebagai ajang Jambore Seni (26 – 28 Agustus 1978),
Pendidikan dan latihan Dodiklat POLRI. Juga pernah
dipergunakan sebagai markas Garnisun 072 serta markas TNI
AD Batalyon 403. Meski demikian secara yuridis formal status
tanah tetap milik kasultanan.
Dengan pertimbangan bahwa bangunan bekas Benteng
Vredeburg tersebut merupakan bangunan bersejarah yang
sangat besar artinya maka pada tahun 1981 bangunan bekas
Benteng Vredeburg ditetapkan sebagai benda cagar budaya
20

berdasarkan Ketetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI


Nomor 0224/U/1981 tanggal 15 Juli 1981.
Tentang pemanfaatan bangunan Benteng Vredeburg,
dipertegas lagi oleh Prof. Dr.Nugroho Notosusanto
(Mendikbud RI) tanggal 5 November 1984 yang mengatakan
bahwa bangunan bekas Benteng Vredeburg akan difungsikan
sebagai museum perjuangan nasional yang pengelolaannya
diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Piagam perjanjian serta surat Sri Sultan Hamengku
Buwono IX Nomor 359/HB/85 tanggal 16 April 1985
menyebutkan bahwa perubahan-perubahan tata ruang bagi
gedung-gedung di dalam kompleks benteng Vredeburg
diijinkan sesuai dengan kebutuhan sebagai sebuah museum.
Untuk selanjutnya dilakukan pemugaran bangunan bekas
benteng dan kemudian dijadikan museum. Tahun 1987
museum telah dapat dikunjungi oleh umum.

k. Tahun 1992 sampai sekarang


Melalui Surat Keputusan Mendikbud RI Prof. Dr. Fuad
Hasan nomor 0475/O/1992 tanggal 23 November 1992 secara
resmi Benteng Vredeburg menjadi Museum Khusus Perjuangan
Nasional dengan nama Museum Benteng Yogyakarta.
Untuk meningkatkan fungsionalisasi museum ini maka
mulai tanggal 5 September 1997 mendapat limpahan untuk
mengelola Museum Perjuangan Yogyakarta di Brontokusuman
Yogyakarta, dari Museum Negeri Propinsi DIY Sonobudoyo.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata Nomor KM 48/OT.001/MKP/2003 tanggal 5
Desember 2003 Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
merupakan Unit Pelaksana Teknis yang berkedudukan di
21

lingkungan Kementerian dan Kebudayaan Deputi Bidang


Sejarah dan Purbakala.
Selanjutnya Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : KM
48/OT.001/MKP/2003 tanggal 5 Desember 2003 Museum
Benteng Vredeburg Yogyakarta mempunyai Kedudukan, Tugas
Pokok dan Fungsi yaitu sebagai museum khusus merupakan
Unit Pelaksana Teknis yang berkedudukan di lingkungan
Kementerian dan Kebudayaan Deputi Bidang Sejarah dan
Purbakala yang bertugas melaksanakan pengumpulan,
perawatan, pengawetan, penelitian, penyajian, penerbitan hasil
penelitian dan memberikan bimbingan edukatif kultural
mengenai benda dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia di
wilayah Yogyakarta.

2. Manfaat Museum Benteng Vredeburg sebagai pembelajaran


siswa/siswi di Yogyakarta
Museum Benteng Vredeburg adalah Museum yang berada di Kota
Yogyakarta yang kaya akan nilai-nilai historis perjuangan bangsa
Indonesia di Yogyakarta dan sangat berpotensi jika di jadikan media
pembelajaran sejarah di Yogyakarta. Dewasa ini guru menyadari
penting nya museum bagi kasanah pendidikan yang dapat
meningkatkan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan tentunya di
dukung oleh media pembelajaran yang relevan.
Untuk menunjang tugas pelayanan terhadap masyarakat dan
tentunya pelajar, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dilengkapi
dengan berbagai fasilitas pendukung layanan public.
Museum benteng vredeburg memiliki koleksi yang beragam seperti
koleksi berupa bangunan yang sangat megah dan telah di pugar dengan
indah, diorama peristiwa sejarah yang menyajikan pameran yang luar
biasa.
22

Koleksi yang selanjutnya adalah lukisan yang tidak semata-mata


dari segi keindahannya namun lebih di dominasi dari aspek nilai
kesejarahannya. Lukisan tersebut mampu memberikan cerita (telling
story) tentang sebuah peristiwa sejarah dan nilai luhur kejuangannya.
Selanjutnya adalah koleksi berupa maket yakni bentuk tiruan, terdapat
pula peta bernilai sejarah yang dimiliki oleh Museum Benteng
Vredeburg Yogyakarta yang adalah peta interaktif , yakni peta hasil
interpretasi dari sumber atau data literatur.
Koleksi yang selanjutnya adalah miniatur, patung-patung
pahlawan, bendabenda realia yang merupakan benda asli (autentik)
yang benar-benar menjadi saksi dan data peristiwa sejarah yang terjadi,
benda tersebut berperan langsung dalam peristiwa tersebut. Koleksi
benda replika juga menjadi koleksi Museum Benteng Vredeburg.
Melihat berbagai fasilitas dan juga koleksi yang di sajikan
tentunya Museum Benteng vredeburg memiliki potensi yang baik
untuk senantiasa di gunakan sebagai media pembelajaran di sekolah.
Sehingga museum Benteng Vredeburg dapat menambah pengetahuan
sejarah perjuangan bangsa Indonesia di wilayah Yogyakarta.
Menggunakan Museum sebagai mediavpembelajaran disini tentunya
ada berbagai kendala juga yang dihadapi seperti transportasi dan juga
pendanaan. Sehingga disini guru merasa kesulitan untuk dapat
mengaplikasikan, namun disisilain guru telah berupaya untuk
memberikan metode penugasan bagi siswa dan siswi.
23

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bedasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa:

1. Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta merupakan sebuah museum


khusus sejarah perjuangan nasional Bangsa Indonesia di Yogyakarta.
Keberadaannya diselenggarakan untuk masyarakat umum, sehingga
segala kegiatan yang diselenggarakan berorientasi pada kepentingan
masyarakat. Oleh karena itu, jika dalam kegiatannya museum gagal
menjalin keterlibatan dengan masyarakat, maka dapat dikatakan
museum gagal dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
2. Melalui koleksi yang disajikannya, Museum Benteng Vredeburg
Yogyakarta berusaha menyampaikan informasi tentang sejarah
perjuangan kemerdekaan. Melalui koleksi tersebut, museum mengajak
masyarakat untuk berkomunikasi dengan masa silam, belajar dari masa
silam, dan menjadi bagian dari masa silam. Selanjutnya mengambil
hikmah sebagai bahan pelajaran dalam menyongsong masa depan
bangsa.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas saran yang dapat disampaikan,
yaitu bagi para pelajar, jangan hanya memanfaatkan gadget dan buku
sebagai sumber pembelajaran, tapi cobalah untuk mengunjungi museum
sebagai sarana atau media baru dalambelajar. Karena, dengan
mengunjungi museum vredeburg sangat bermanfaat.

C. PENUTUP
24

Dalam bab ini diuraikan mengenai kesimpulan hasil penelitian dan


saran yang berhubungan dengan pembahasan mengenai museum sebgai
sarana pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin MM. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : CV Pustaka Setia


Baparda DIY. 2007. Petunjuk Wisata Jogja.
Barahmus DIY. 2001.Peran Museum bagi Kesinambungan Budaya.
Depdikbud. 1994. Dampak Pengembangan Pariwisata terhadap Kehidupan Sosial
Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta.
James Spillane. 1994. Pariwisata Indonesia, Siasat Ekonomi dan Rekayasa
Kebudayaan. Yogyakarta : Kanisius
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT Rineka Cipta
M.A. Desky. 1999. Manajemen Perjalanan Wisata. Yogyakarta : Adicita Karya
Nusa
Nyoman S. Pendit. 2002. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. J
25

BIODATA PENULIS

Nama : LIFA ARFAUL HIDAYAH


TTL : NUNGALREJO ,27 juli 2006
Alamat : NUNGALREJO KEC.PUNGGUR KAB.LAMPUNG
TENGAH

Riwayat Pendidkan
26

a. SD 01 NUNGALREJO (2012-2018)
b. SMP 06 METRO (2018-2021)
c. Man 1 Lampung Timur

LAMPIRAN
DOKUMEN
27
28
1

Anda mungkin juga menyukai