Isu Kehutanan Internasional
Isu Kehutanan Internasional
Oleh:
YUNI DELLA PAJORESA [2301120894]
RIONALDI TINDAON [2301121677]
RINA PURNAMA [2301120297]
RANI YULIA [2301120225]
YANE JEFRI BANCIN [2301120327]
Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur kepada tuhan yang maha Esa, karna atas
limpahan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada nya
halangan dan sesuai dengan harapan.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini, dan terima kasih juga untuk bapak
Sahat Girsang,S,Hut,M,Si. Sebagai dosen pembimbing mata kuliah ilmu kehutanan
dan etika lingkungan yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam
penyusunan makalah ini.Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat
dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalahini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat untuk
pembaca.
penulis
DAFTAR ISI
Hlm
KATA PENGANTAR………………………………………………………….
DAFTAR ISI …………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………...
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………...
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………..
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………..
2.1. faktor Faktor penyebab terjadinya perdagangan ilegal satwa lia.
2.2 dampak ekonomi dari perdagangan ilegal satwa liar
2.3 cara mencegah dan memberantas perdagangan satwa liar secara ilegal.
BAB III KESIMPULAN ………………………………………………………
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………...
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja Faktor penyebab terjadinya perdagangan ilegal
satwa liar.
2. Untuk mengetahui Apa dampak ekonomi dari perdagangan ilegal satwa liar.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Ekonomi
Faktor utama perdagangan ilegal satwa liar yang terjadi dari skala kecil hingga
raksasa adalah ekonomi. Indonesia berperan besar sebagai negara pengirim, transit,
maupun penerima komoditi perdagangan ilegal satwa liar. Setiap tahunnya, para
pemburu dan cukong telah berhasil menjual ribuan kilogram gading gajah sumatera.
Hal serupa terjadi juga pada harimau, orangutan, penyu, trenggiling, rusa, burung dan
satwa-satwa liar lainnya. Faktor ekonomi yang dimaksud dalam penyebab terjadinya
perdagangan ilegal satwa liar meliputi:
a. Harga
Semakin langka satwa liar yang diperjualbelikan, maka semakin tinggi pula harganya
di pasar gelap. Harga satu kilogram gading gajah impor di Indonesia mencapai Rp 30
juta dan cula badak Rp 300 juta perbarang. Menurut perhitungan Direktorat Jenderal
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Lingkungan Hiidup dan
Kehutanan perdagangan ilegal satwa liar di Indonesia setiap tahunnya mencapai Rp 9
Trilliun pertahun. Kemiskinan masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar
lingkungan hutan yang seringkali dimanfaatkan oleh para mafia dari kota-kota besar
untuk menjadi pemburu satwa liar dengan iming-iming uang. Dalam alur
perdagangan ilegal satwa liar, para masyarakat yang menjadi pemburu mendapatkan
keuntungan paling kecil dan menjadi pihak yang ikut dieksploitasi oleh para
pedagang satwa liar dengan memanfaatkan kondisi masyarakat yang miskin
(eksploitasi kemiskinan).
b. Hiburan
Satwa liar memiliki daya tarik teradap keunikan bentuk maupun karakter dan
dianggap pantas untuk dieksploitasi demi kesenangan, mulai dari hiburan kelas
jalanan, seperti atraksi topeng monyet yang meminta upah seikhlasnya sampai pada
sirkus dengan tarif khusus untuk menontonnya. Pertunjukan satwa untuk kesenangan
ini umumnya tidak disertai dengan informasi kondisi terkait satwa mulai dari
mendapatkan satwa serta dokumen perizinan kepemilikan satwa.
c. Bahan Narkoba
Satwa liar sebagai bahan baku narkoba menjadi pemicu khususnya perburuan
terhadap trenggiling yang setiap tahunnya memiliki angka yang cukup fantastis.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat bahwa transaksi
penyelundupan trenggiling keluar negeri diperkirakan sebesar Rp 12 Miliar pertahun
di mana dalam lima tahun terakhir terdapat 587 kasus penyelundupan trenggiling.
Sisik trenggiling dihargai sekitar Rp 3Juta per kilogram dengan tujuan utama negara
Singapura dan Tiongkok. Selain daging trenggiling yang dapat diolah, sisik
trenggiling yang dipakai sebagai campuran obat bius dan merupakan partikel
pengikat zat pada psikotropika zat Aktif Tramadol HCL yang terdapat pada
psikotropika jenis sabu-sabu.
Dampak Ekonomi
Tidak seperti tindakan perdagangan gelap lannya seperti obat-obatan terlarang
yangmengeksploitasi sumber daya yang dapat diperbaharui dan tidak terbatas,
perdagangan satwaliar secara ilegal secara drastis menghabiskan biaya yang tidak
dapat ditebus atau diganti darisegi kemanusiaan dan ekologi dunia. Sekali spesies
langka punah di tangan para pemburugelap, mereka hilang dan seringkali tidak ada
cara untuk membuat mereka kembali (Brown,2011).Sebuah laporan publikasi dari
WWF Internasional menuliskan bahwa satu dampaklangsung dari perdagangan satwa
liar secara ilegal pada negara berkembang adalah habisnyaaset berharga secara cepat
dan tak mungkin dikembalikan. Dalam hal ini pemerintah tidakmenerima pemasukan
dari pajak untuk mendukung aktivitas ekonomi dan negara kehilangansumber daya
hayatinya yang berharga. Dampak lainnya terkait dengan korupsi yang terjadidalam
penyelundupan dan perdagangan ilegal satwa liar. Korupsi secara langsung
berdampakpada kekayaan suatu negara. Korupsi melemahkan ekonomi makro dan
stabiltas fiskal,mengurangi tingkat investasi dan menghambat pertumbuhan
ekonomi.Pada permasalahan pun sudah dijelaskan bahwa menurut data Perlindungan
Hutandan Konservasi Alam, Indonesia mengalami kerugian lebih dari 9 triliun rupiah
tiap tahunnyaakibat perburuan dan perdagangan satwa yang dilindungi. Angka
kerugian ini sangatlah besarbagi negara kita yang kesejahteraan masyarakatnya pun
belum merata. Bila kerugian ini bisadicegah, dana sebanyak itu bisa digunakan oleh
negara untuk membantu masyarakat miskinatau melestarikan sumber daya alam yang ada.
2.3 Cara mencegah dan memberantas perdagangan satwa liar secara illegal.
.
Terdapat beberapa alternatif metode yang dapat digunakan dalam mencegah dan
memberantas perdagangan satwa liar secara ilegal, yaitu;
C.Pemerataan pendapatan
Satu hal yang juga tidak dapat dilupakan adalah adanya pemerataankesejahteraan
masyarakat di setiap daerah sehingga tidak muncul pemburu-pemburudan pedagang
ilegal yang didorong oleh kebutuhan ekonomi. Masyarakat juga perludiedukasi akan
keterampilan-keterampilan yang dapat mendukung kehidupan mereka.Selain itu
masyarakat juga dapat diberi pemahaman akan potensi-potensi sumber dayaalam
yang ada di sekitar mereka yang dapat dimanfaatkan dengan tidak merugikansatwa-
satwa yang dilindungi. Misalnya dengan pemanfaatan lahan sebagai lahanpertanian,
perkebunan, atau peternakan. Berbagai alternatif untuk memenuhikebutuhan ekonomi
ini dapat diberikan pada masyarakat sehingga setiap pihak padaakhirnya
saling diuntungkan.Bahkan masyarakat juga bisa mendapatkan tambahan pendapatan
denganmenjadi pemandu bagi para turis asing ataupun dalam negeri yang hendak
menjelajahdan melihat satwa-satwa tertentu. Hal ini tentunya lebih menguntungkan
secaraekologis dalam jangka panjang daripada menghabiskan dan memburu spesies
tertentuhanya untuk mendapat keuntungan yang sementara. Berbagai cara dan
alternatif yangsifatnya berkelanjutan ini dapat dipakai untuk menjaga
keberlangsungan dankeseimbangan kehidupan masyarakat bersama dengan makhluk
hidup lain disekitarnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perdagangan satwa liar merupakan ancaman serius bagi keberlangsungan
keanekaragaman hayati. Faktor-faktor seperti ekonomi, hiburan, dan penggunaan
satwa liar dalam produksi narkoba menjadi pendorong utama perdagangan ilegal ini.
Dampaknya sangat besar, termasuk kerugian ekonomi dan korupsi. Untuk mencegah
dan memberantas perdagangan satwa liar secara ilegal, diperlukan upaya sosialisasi,
penegakan hukum, perubahan budaya dan tradisi, serta pemerataan pendapatan.
Selain itu, kesadaran akan pentingnya ekologi dan keberlanjutan juga perlu
ditingkatkan. Upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan organisasi non-
pemerintah sangat diperlukan untuk mengatasi masalah ini
DAFTAR PUSTAKA
Liana, & Witno. (2021). Perdagangan Satwa Liar di Pasar Tradisional dan Pasar
Modern di Sulawesi Utara. Jurnal Penelitian Kehutanan Bonita, 3(1), 28–34.
Nuraeni, E., Supartono, T., & Deni, D. (2021). Perdagangan Satwa Liar Jenis Kukang
(Nycticebus sp) di Pasar Hewan Plered Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon.
Wanaraksa, 12 (1). https://doi.org/10.25134/wanaraks a.v12i1.4541
Guntur, W. S., & Slamet, S. (2019). Kajian Kriminologi Perdagangan Satwa Liar.
Recidive, 8 (2), 176– 186.
Puspitasari, D. E. (2022). Maraknya Perdagangan Satwa Langka Di Era Pandemi
Covid-19 Di Indonesia. PAMALI: Pattimura Magister Law Review, 2 (1), 1.
https://doi.org/10.47268/pamali.v 2i1.816
Zakariya, R. (2020). Optimalisasi Peran Ppns Bea Dan Cukai Dalam Penanganan
Perkara Kepabeanan Perdagangan Satwa Dilindungi. Jurnal Perspektif Bea Dan
Cukai, 4 (1), 181–195. https://doi.org/10.31092/jpbc.v4i1 .771 Zamzami, Z. maula,
Wina
Kamim, A. B. M. (2020). Rente Ekonomi Perdagangan Satwa Liar Dan
Terpinggirkannya Kesejahteraan Hewan. Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan Publik
Indonesia, 7 (1), 54–76. https://doi.org/10.24815/ekapi.v7i 1.17372
Budiani, I., & Raharningrum, F. (2018). Illegal online trade in Indonesian parrots.
Global Initiative Against Transnational Organized Crime, September.
https://globalinitiative.net/analysis /indonesian_parrots/
Risqi,& cahyanto. (2023). ANALISIS PERDAGANGAN BAGIAN TUBUH
HEWAN MAMALIA DILINDUNGI PADA E-COMMERCE, JURNAL HUTAN
LESTARI,11 (4): 1089 – 1102