POPULASI BADAK
Disusun
Oleh:
NAMA: NPM:
UNIVERSITAS SAMUDRA
2020
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penyusun panjatkan kehadirat allah, SWT . karena berkat
limpahan rahmat dan nikmatnya penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah
tentang “PopulasiBadak” ini.
Dalam makalah ini guna untuk memenuhi tugas mata kuliah EKOLOGI
HEWAN yang diharapkan penyusun makalah ini juga dapat menambah informasi
terhadap pembaca terutama para mahasiswa/i yang kesulitan memahami materi pada
kali ini. Alhamdulillah pada tugas kali ini penyusun mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada
pihak pihak yang bersangkutan karena telah membantu penyusun dalam mengerjakan
dan menyelesaikan tugas dengan tepat waktu.
akhir kata penyusun ucapkan banyak terimakasih, dan penyusun mnyadari
bahwa masih banyak yang kurang dalam makalah ini. Oleh karena itu kritik saran dan
masukkan diharapkan yang bersifat membangun agar bisa menyempurnakan makalah
ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia badak terdapat dua jenis yaitu badak Jawa dan badak
Sumatera.Keberadaan badak Sumatera di Indonesia semakin mengalami ancaman
yang cukup signifikan seperti perburuan. Perburuan badak Sumatera guna memenuhi
permintaan cula badak atau bagian tubuh lainnya yang dipercaya sebagai obat
tradisional mujarab di pasar gelap Perburuan masif ini membuat populasi badak
Sumatera menjadi sangat sedikit di masing-masing wilayah pada habitatnya. Hal
tersebut dapat membuat aktivitas reproduksi menjadi menurun, Ancaman lain
terhadap populasi badak Sumatera adalah perkawinan sedarah akibat sedikitnya
jumlah spesies yang tersisa. Kondisi ini menyebabkan menurunnya keragaman
genetik dan menyebabkan resiko rendahnya harapan hidup bagi badak tersebut.Selain
dua ancaman diatas, ada juga ancaman terkait habitat asli badak. Habitat badak
Sumatera memiliki kondisi hutan lebat yang masih utuh dan cenderung menjauhi
hutan yang sudah rusak. Permasalahan yang terjadi adalah hutan tempat habitat badak
Sumatera di Indonesia terus mengalami penyempitan.
Badak jawa merupakan satwa liar langka dengan jumlah populasi yang sangat
terbatas di dunia dan hanya terdapat di satu kawasan saja yaitu di Taman Nasional
Ujung Kulon (Tim Peneliti Badak 1997). Hasil sensus badak jawa tahun 2003
menunjukkan jumlah populasi badak jawa hanya mencapai 40-50 ekor saja (Nugroho
2006).Namun angka-angka tersebut masih diragukan dikarenakan metode-metode
yang digunakan untuk menghitung populasinya tidak dapat menggambarkan seluruh
populasi badak jawa yang ada di Semenanjung Ujung Kulon. Selain itu terdapat
faktor lain yang mempersulit penghitungan populasi badak jawa yaitu badak jawa
memiliki sifat pemalu, sangat waspada dan cenderung menghindari pertemuan
dengan manusia dan satwaliar lainnya sehingga mereka sulit untuk ditemukan di
lapangan. Oleh karena itu perlu digunakan metode yang dapat menggambarkan
seluruh jumlah populasi badak jawa dan memperkecil kemungkinan terjadinya
penghitungan ganda tanpa harus mengadakan pertemuan langsung dengan badak
jawa.Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode analisis data video trap.
Badak Jawa memiliki berbagai perilaku yang menjadi kebutuhannya. Salah satunya
adalah perilaku perkubang.Penting untuk mengetahui perilaku berkubang dari Badak
Jawa sehingga dapat diketahui lokasi-lokasi dimana Badak Jawa dapat ditemukan.
1
1.2. Tujuan Penulisan
a) Untuk Mengetahui Apa Itu Badak
b) Untuk Mengetahui Bagaimana Sejarah Badak Secara Umum
c) Untuk Mengetahui Klasifikasi Pada Badak Jawa Dan Sumatera
d) Untuk Mengetahui Morfologi Pada Badak
e) Untuk Mengetahui Perbedaan Badak Sumatera Dan Badak Jawa
f) Untuk Mengetahui Habitat Badak Jawa Dan Badak Sumatera
g) Untuk Mengetahui Apa Saja Makanan Badak
h) Untuk Mengetahui Upaya Pemerintah Indonesia Terhadap Populasi Badak
i) Untuk Mengetahui Peran WWF Dalam Konservasi Badak Di Indonesia
j) Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Badak Purba Yang Pernah Hidup Di Bumi
k) Untuk Mengetahui Jenis – Jenis Badak Yang Masih Hidup Di Bumi
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
kawasan hutan sangat berpengaruh terhadap pergerakan badak sumatera, karena
badak sumatera juga membutuhkan habitat yang luas dalam melakukan
pergerakannya untuk mencari makanan maupun aktivitas lainnya. Dalam melakukan
pergerakan, badak memiliki dua jalur yaitu jalur permanen maupun tidak permanen.
Pada umumnya jalur permanen berbentuk lurus dengan arah tertentu dan bersih dari
semak belukar, tetapi jalur tidak permanen pada umumnya jalur baru yang masih
dapat dijumpai bekas injakan pada semak belukar dan arah jalur pada umumnya tidak
beraturan.Fungsi jalur ini adalah jalan penghubung antara daerah tempat mencari
makan, berkubang, mandi dan tempat istirahat (Rinaldi et al 1997).
Badak muncul pada jaman tertier (± 65 juta tahun yang lalu) dan terdiri dari 5
periode :
Seperti halnya Dinosaurus yang telah punah 70 juta tahun yang lalu, badak yang
pada enam puluh juta tahun yang lalu ada 30 jenis yang hidup di bumi juga
mengalami kepunahan. Pada saat ini hanya 5 jenis badak hidup di dunia diantaranya 3
jenis badak hidup di Asia, yaitu:
Badak sumatra, juga dikenal sebagai badak berambut atau badak Asia bercula
dua (Dicerorhinus sumatrensis), merupakan spesies langka dari famili Rhinocerotidae
dan termasuk salah satu dari lima spesies badak yang masih lestari. Badak sumatra
4
merupakan satu-satunya spesies yang tersisa dari genus Dicerorhinus. Spesies ini
merupakan jenis badak terkecil, meskipun masih tergolong hewan mamalia yang
besar.
Spesies ini pernah menghuni hutan hujan, rawa, dan hutan pegunungan di
India, Bhutan, Bangladesh, Myanmar, Laos, Thailand, Malaysia, Indonesia, dan
Tiongkok. Dalam sejarahnya, badak sumatra dahulu tinggal di bagian barat daya
Tiongkok, khususnya di Sichuan.Mereka sekarang terancam punah, dengan hanya
enam populasi yang cukup besar di alam liar: empat di Sumatra, satu di Kalimantan,
dan satu di Semenanjung Malaysia. Jumlah badak sumatra sulit ditentukan karena
mereka adalah hewan penyendiri yang tersebar secara luas, tetapi dapat diperkirakan
kalau jumlahnya kurang dari 100 ekor. Ada keraguan mengenai kelangsungan hidup
populasinya di Semenanjung Malaysia, dan salah satu populasi di Sumatra mungkin
sudah punah.Jumlah mereka saat ini mungkin hanya 80 ekor.Pada tahun 2015, para
peneliti mengumumkan bahwa badak sumatra timur di bagian utara Kalimantan
(Sabah, Malaysia) telah punah.
5
perang Vietnam di Asia Tenggara juga menyebabkan berkurangnya populasi badak
Jawa dan menghalangi pemulihan. Tempat yang tersisa hanya berada di dua daerah
yang dilindungi, tetapi badak jawa masih berada pada risiko diburu, peka terhadap
penyakit dan menciutnya keragaman genetik menyebabkannya terganggu dalam
berkembangbiak.
6
Klasifikasi Badak Sumatera
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Perissodactyla
Famili : Rhinocerotidae
Genus : Dicerorhinus
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
7
Ordo : Perissodactyla
Famili : Rhinocerotidae
a. Tinggi badak sumatera diukur dari telapak kaki sampai bahu antara 120-135
cm, panjang dari mulut sampai pangkal ekor antara 240-270 cm.
b. Berat tubuhnya dapat mencapai 909 kg.
c. Tubuhnya tidak berambut kecuali dibagian telinga dan ekornya.
d. Tubuhnya gemuk dan agak bulat, kulitnya licin dan berambut jarang, menarik
perhatian dengan adanya dua lipatan kulit yang besar.
e. Lipatan pertama melingkari pada paha diantara kaki depan, dan lipatan kedua
di atas abdomen dan bagian lateral.
f. Di atas tubuhnya tidak ada lipatan, jadi lipatan kulit tampak nyata dekat kaki
belakang dan lipatan bagian depan dekat kedua culanya.
g. Cula bagian depan (anterior) di atas ujung dari moncongnya jauh lebih besar
dari cula bagian belakang (pasterior).
h. Badak sumatera merupakan badak terkecil dan jenis yang paling primitif dari
kelima jenis
Ciri-ciri yang khas dari Badak Sumatera adalah antara lain mempunyai bibir atas
lengkung-mengait kebawah (hooked upped), bercula 2 (dua), warna kulit coklat
kemerahan serta lipatan kulit hanya terdapat pada pangkal bahu, kaki depan mupun
kaki belakang, Kekhasan yang menonjol dari rhino sumatera daripada jenis rhino
lainnya adalah kulitnya yang berambut. Waktu bayi seluruh kulit badannya ditutupi
rambut yang lebat (gondrong) dan semakin jarang seiring dengan bertambahnya usia.
Namun kekhasan lain dari bulu rhino ini adalah rambutnya akan menjadi tumbuh
lebat bila hidup dan berada di daerah yang dingin, sedangkan di daerah yang panas
menjadi pendek. Sebagaimana rhino jawa, rhino sumatera lebih banyak hidup dan
tinggal dalam hutan.
8
B) Morfologi Badak Jawa
a. Tinggi dari telapak kaki hingga bahu berkisar antara 168-175 cm.
b. Panjang tubuh dari ujung moncong hingga ekor 392 cm dan panjang bagian
kepala 70 cm.
c. Berat tubuhnya dapat mencapai 1.280 kg.
d. Tubuhnya tidak berambut kecuali dibagian telinga dan ekornya.
e. Tubuhnya dibungkus kulit yang tebalnya antara 25-30 mm.
f. kulit luarnya mempunyai corak yang mozaik.
g. Lipatan kulit di bawah leher hingga bagian atas berbatasan dengan bahu.
h. Di atas punggungnya juga terdapat lipatan kulit yang berbentuk sadel (pelana)
dan ada lipatan lain di dekat ekor serta bagian atas kaki belakang.
i. Badak Jawa bercula satu Ukuran cula dapat mencapai 27 cm.
j. Badak betina tidak mempunyai cula,
k. Warna cula abu-abu gelap atau hitam, warnanya semakin tua semakin gelap,
pada pangkalnya lebih gelap dari pada ujungnya.
l. Badak Jawa memiliki bibir atas yang lebih panjang dari bibir bawah dan
berbentuk lancip menyerupai belalai pendek yang berfungsi mengambil
makanan
m. Badak Jawa jantan memiliki cula tunggal yang tumbuh di bagian depan kepala
yang sering disebut dengan “cula melati”
n. Badak Betina terkadang memiliki cula yang kecil benbentuk kepalan tangan
yang biasa disebut dengan “cula batok”.
Badak Sumatera memiliki dua cula, berbeda dengan badak Jawa yang hanya
memiliki satu cula. Satu cula di bagian depan dengan ukuran 25-79 cm dan satu di
bagian belakang yang tidak berkembang dengan baik sekitar ukuran 10cm. Pada
badak cula betina lebih pendek dan kasar. Warna cula abu-abu, gelap atau hitam dan
bagian pangkalnya lebih gelap daripada ujung.Cula tersebut berfungsi sebagai
perlindungan. Dalam bereproduksi Badak Sumatera betina mencapai kematangan
seksual pada usia 6-7 tahun, sedangkan jantan pada usia sekitar 10 tahun. Periode
gestasi Badak Sumatra sekitar 15-16 bulan. Seekor anak, yang mana beratnya secara
umum 4060 kg, disapih setelah berusia sekitar 15 tahun dan tetap tinggal bersama
induknya selama 2-3 tahun pertama hidupnya. Di alam liar, interval kelahiran spesies
9
ini diperkirakan antara empat sampai lima tahun; belum ada penelitian tentang
bagaimana perilaku atau cara mereka mengasuh keturunannya secara alamiah.
Habitat badak jawa Muntasib (2002) menyatakan bahwa habitat badak jawa
terdiri atas komponen fisik, biologis, dan sosial. Komponen fisik habitat badak jawa
adalah ketinggian, kelerengan, kubangan, dan air (neraca air tanah, kualitas air,
ketersediaan air, kondisi air permukaan). Komponen biologis habitat badak jawa
adalah struktur vegetasi, pakan badak, dan satwa besar lain. Badak jawa menyukai
daerah yang rendah yang memanjang di sekitar pantai, rawa-rawa mangrove, dan
hutan sekunder. Akan tetapi, di daerah perbukitan dan hutan primer jarang sekali
ditemukan jejak badak (Hoogerwerf 1970). Badak jawa lebih beradaptasi di
lingkungan dataran rendah ketimbang daerah pegunungan, khususnya apabila mereka
hidup simpatrik dengan badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) yang lebih
beradaptasi dengan lingkungan pegunungan. Bila hanya badak jawa yang ditemukan
di suatu wilayah, misalnya Pulau Jawa, mereka juga menempati habitat
pegunungan.Pada tahun 1839, Junghun bertemu dengan dua ekor badak jawa di
puncak Gunung Pangrango (Van Steenis 1972 dalam Muntasib 2002). Badak sumatra
hidup di hutan pegunungan, rawa, dan hutan hujan sekunder di dataran rendah
maupun dataran tinggi.
Tidak kurang dari 190 jenis tumbuhan merupakan sumber pakan bagi
badak.Dari jumlah tersebut, 4 jenis merupakan sumber pakan utama, yaitu kedondong
hutan (Spondias pinnata), tepus (Ammomum sp), selungkar (Leea sambucina) dan
segel (Dillenia excelsa). Jenis tumbuhan pakan banyak ditemukan pada daerah
belukar di Ujung Kulon bagian timur seperti Nyiur, Nyawaan, Citelang, Cikarang,
Pamegaran, Cigenter dan Cihandeuleum. Tumbuhan pakan di dalah kawasan Taman
Nasional Ujung Kulon berhasil diidentifikasi sebanyak 453 jenis tumbuhan,
diantaranya berupa pohon 362 jenis (80%) dan sebanyak 148 jenis dari 62 famili
dengan 120 genus merupakan pakan badak. Pakan Badak Jawa di Taman Nasional
Ujung Kulon.Bagian tumbuhan yang dimakan berdasarkan temuan di lapangan
adalah pucuk, daun, umbut, batang, kulit dan buah dengan tingkat kesukaan 87 %
tingkat sapling.
10
b) Makanan Badak Sumatera
Waktu makan badak sumatra kebanyakan pada saat sebelum malam tiba dan
pagi hari. Mereka adalah hewan herbivora, dengan menu makanan pohon muda,
dedaunan, buah-buahan, ranting dan tunas pohon. Badak tersebut biasanya
mengkonsumsi sampai dengan 50 kg makanan sehari. Para peneliti berhasil
mengidentikasi bahwa ada lebih dari 100 spesies makanan menjadi konsumsi badak
sumatra, terutama dengan cara mengukur sampel-sampel kotoran mereka. Porsi
terbesar dari menu makanan mereka adalah anakan pohon dengan diameter batang 1–
6 cm. Badak sumatra biasanya mendorong pohon-pohon muda ini dengan tubuhnya,
berjalan di atas pohon tersebut tanpa menginjaknya untuk dapat memakan daun-
daunnya. Banyak spesies tanaman yang dikonsumsi badak sumatra hanya dalam porsi
kecil, sehingga menunjukkan bahwa badak tersebut sering mengganti menu
makanannya dan makan di lokasi yang berbeda. Di antara tanaman-tanaman yang
paling umum dimakan badak sumatra, terdapat banyak spesies dari suku
Euphorbiaceae, Rubiaceae, dan Melastomataceae. Spesies yang paling umum
dikonsumsi badak tersebut adalah Eugenia.
Menu makanan nabati dari badak sumatra kaya akan serat dan hanya berkadar
protein sedang. Proses "menggaram" sangat penting untuk nutrisi badak sumatra.
Tempat menggaram dapat berupa kolam lumpur, rembesan air asin, atau mata air
panas yang kecil. Tempat-tempat tersebut juga berperan sebagai fungsi sosial yang
penting bagi badak-badak tersebut; badak jantan berkunjung ke tempat itu agar dapat
menangkap aroma betina yang sedang berahi. Namun beberapa badak sumatra tinggal
di daerah di mana tidak tersedia tempat menggaram, atau badak-badak tersebut belum
teramati ketika sedang menggunakan tempat-tempat tersebut. Badak-badak ini dapat
memenuhi kebutuhan mineral yang diperlukannya dengan cara mengkonsumsi
tanaman yang kaya akan mineral.
11
kehutanan dan perkebunan No. 104/KPTS-II/2000. Tentang cara mengambil
tumbuhan liar dan menangkap satwa liar Menteri Kehutanan dan Perkebunan. Yang
berisi tentang Pengambilan tumbuhan liar adalah kegiatan memperoleh tumbuhan
dari habitat alam dengan cara yang tidak merusak populasi, mencabut, menebang,
memiliki seluruh atau sebagian individu tumbuhan untuk kepentingan pemanfaatan.
Penangkapan satwa liar adalah kegiatan memperoleh satwa lair dari habitat alam
dengan cara yang tidak merusak populasinya untuk kepentingan pemanfaatan di luar
kegiatan perburuan Selain itu peraturan Menteri lingkungan Hidup dan Kehutanan
Repubik Indonesia no P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang jenis
tumbuhan dan satwa yang dilindungi. Yang berisi tentang Menteri Lingkungan hidup
dan kehutanan menetapkan jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi sebagaimana
dimaksud dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan
Menteri ini.resmi berstatus yayasan, yang berbadan hukum sesuai ketentuan di
Indonesia.
12
Dalam strategi tersebut dibuat stratgi versi sederhananya yang disebut “How To Save
The World” yang telah diterbitkan dalam berbagai bahasa. WWF mulai berkiprah di
Indonesia pada 1962 sebagai bagian dari WWF Internasional, melakukan penelitian
di Ujung Kulon untuk menyelamatkan populasi badak jawa yang nyaris punah. Saat
itu hanya tersisa sekitar 20 individu saja. Bekerjasama dengan Kementrian
Kehutanan, lambat laun jumlah populasi satwa bercula satu itu meningkat hingga
stabil sekitar 40-50 individu pada survey tahun 1980-an. Pada tahun 1996, WWF
resmi berstatus yayasan, yang berbadan hukum sesuai ketentuan di Indonesia.
1. WWF mulai beroperasi di Ujung Kulon pada 1962, bekerja sama dengan
pemerintah Indonesia dengan proyek perdana konservasi Badak Jawa. Saat itu,
berdasarkan hasil studi terdapat 20-29 individu Badak Jawa di Ujung Kulon.Pada
rentang waktu ini, WWF ikut dilibatkan dalam penyusunan dokumen pertama
mengenai Rencana Strategi Konservasi Badak dan penyempurnaan Rencana Utama
Konservasi Alam.
2. Pada tahun 1971-1980 WWF bekerja sama dengan Pemerintah dan Frankfurt
melakukan survei Orangutan Sumatera pertama kali dan membuat pusat edukasi
Orangutan di Gunung Leuser, Aceh. WWF juga mendukung penyusunan rencana
lima tahun edukasi konservasi oleh Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam
dan di rentang waktu yang sama, kondisi populasi Badak Jawa di Ujung Kulon mulai
stabil.
13
yang sama, WWF terdaftar sebagai organisasi berbadan hukum Indonesia "Yayasan
WWF-Indonesia" menggantikan WWF Indonesia Programme.
5. Pada tahun 2000-2005 Dalam periode ini, WWF memulai kerja konservasi di
Derawan, Kabupaten Berau dan melakukan beberapa kampanye besar, di antaranya:
kampanye perlindungan kawasan Sebuku-Sembakung di Nunukan, Kalimantan
Timur; kampanye menolak tambang di kawasan lindung; inisiatif Indonesia Forest
and Media Campaign (INFORM) serta kampanye melawan illegal logging
"Greencom"; kampanye Power Switch! dan pembentukan komunitas Energy
Troopers. WWF-Indonesia juga mengadakan program pendidikan lingkungan yang
ditandai dengan diluncurkannya buku seri pendidikan lingkungan.
Ada beberapa program penyelamatan badak Sumatera, program ini dibantu oleh
beberapa organisasi konservasi lokal dan internasional lainnya seperti Yasasan Badak
Indonesia (YABI), International Rhino Foundation (IRF), Wildlife Conservastion
Society (WCS), Tropical Forest Conservation Action for Sumatera (TFCASumatera).
(Haerudin R. Sadjudin, Mochammad Syamsudin,Widodo Sukohadi Ramono,”Status
Kritis Dua Jenis Badak Di Indonesia”. Yayasan Badak Indonesia) Program prioritas
penyemalatan badak Sumatera di Indonesia, dua perogram prioritas sebagai berikut:
A. Jangka pendek:
a) Pemeliharaan dan perlindungan suaka badak di Indonesia (konservasi in situ).
b) Mengembangkan dan memantapkan lembaga khusus dalam PHKA (Unit
Khusus Konservasi badak Indonesia).
c) Memulai program pendidikan dan kepedulian umum dengan sasaran seluruh
lapisan masyarakat.
d) Memperkuat usaha untuk menghentikan perdagangan gelap cula dan bagian
tubuh badak lainnya.
14
e) Membantu penangkaran badak Sumatera di Taman Nasional Way Kambas.
1. Rhino Protection Unit (RPU) yang telah dibentuk sejak awal 1996 masih
berjalan hingga saat ini di Taman Nasional Ujung Kulon (4 unit RPU), Taman
Nasional Way Kambas (5 unit RPU), dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (7
unit RPU).
3. Studi genetik populasi di alam melalui analisa kotaran badak sudah dilakukan
bekerja sama dengan antara PHKA, YABI, WWF dan WCS di Way Kambas dan
Bukit Barisan Selatan. Program ini dilakukan atas bantuan Lembaga Eijkmen yang
mempunyai perlengkapan, bahan dan tenaga ahli untuk melakukan analisa.Program
ini memerlukan waktu untuk dapat menyimpulkan struktur populasi badak di masing-
masing lokasi tersebut.
5. Beberapa kegiatan lain yang dilakukan dalam jangka pendek telah dilakukan
dengan berbagai dukungan dari donor dari luar, maupun dalam negeri.
15
6. Kegitan untuk penggalangan dana, terutama dukungan dari donor skala
nasional belum dilakukan secara optimal.
16
2. Program Konservasi Ex Situ
Pelestarian alam ex situ berfungsi sebagai breeding stock atau tempat berkembang
biak bagi badak. Hal ini sudah dicontohkan, misalnya melalui pengembangbiakan
Badak Sumatera di Kebun Binatang Cincinnati, Amerika Serikat.Hal ini untuk
mengantisipasi apabila terjadi kepunahan badak di habitat alaminya.
Kebun Binatang Cincinnati hanya memiliki satu individu badak Sumatera yang
tersisa yaitu badak Harapan dan adanya komitmen pemerintah Indonesia untuk tidak
lagi mengirimkan badak Sumatera ke luar negeri, maka program pengembangbiakan
badak Sumatera di Kebun Binatang Cincinnati tidak akan berhasil. Oleh karena itu,
pemerintah Indonesia dengan beryakinkan bahwa pengembalian badak Harapan ke
SRS dapat memperbesar peluang untuk berkembang biak, sebagaimana terbukti
dengan suksesnya badak Andalas di SRS.
1) Paraceratherium
Sekilas, satwa berperawakan tinggi ini tak terlihat seperti badak, karena tidak
ada cula. Paraceratherium adalah genus badak raksasa yang hidup semasa Zaman
Oligosen (sekitar 34-23 juta tahun silam), yang menjadi satu dari beberapa mamalia
17
darat terbesar yang pernah hidup di dunia.Meski ‘tak mirip’ badak yang kita kenal,
Paraceratherium masuk dalam superfamily badak, yakni Rhinocerotoidea, yang
didalamnya termasuk badak-badak masa kini. Para ilmuwan percaya, badak ini
mempunyai tinggi 4.8 – 5 meter dengan berat 20 ton, atau 5 kali berat gajah afrika
masa kini.
2) Elasmotherium
3) Wolly Rhinoceros
Badak berbulu ini hidup semasa Zaman Pleistosen (sekitar 2,5 juta tahun
hingga 11.700 tahun lalu). Ukuran dan beratnya diperkirakan sama dengan badak
putih moderen. Jenis ini menjelajah Bumi selama Zaman Es terakhir di Asia utara dan
Eropa, dengan mantel bulu tebal dan panjangnya yang sangat berguna untuk menahan
hawa dingin.
18
Bayi badak berbulu bernama Sasha yang ditemukan di Siberia.
Baru-baru ini, bayi badak berbulu dari spesies ini yang dijuluki “Sasha” ditemukan di
Sungai Semyulyakh di Siberia.Di era moderen, kerabat terdekat badak berbulu ini
adalah badak sumatera.
4) Teleoceras
Dengan tubuh bungkuk dan kaki pendek, badak ini tidak benar-benar
berukuran besar.Sekilas, lebih mirip seekor kuda nil, bahkan memiliki gigi yang
mirip kuda nil.Karena kesamaan ini, para ilmuwan, lama mempercayai Teleoceras
adalah semi-akuatik yang menghabiskan hari-harinya berkubang di danau dan
sungai.Akan tetapi, berbagai penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa setidaknya
beberapa dari mereka lebih suka merumput di darat.Kaki pendek ini
memungkinkannya makan rumput dengan lebih leluasa, sementara badak besar
lainnya mencari tanaman yang lebih tinggi. Di masa lalu, badak ini berkeliaran di
sekitar Amerika Utara dan barat daya Prancis sekitar 17-4,5 juta tahun silam.
19
2.11. Jenis Badak Yang Masih Hidup Di Bumi
Badak Sumatera
Badak sumatera hidup di hutan-hutan tropis.Badak ini punya dua cula serta
berambut lebat dan hidupnya soliter. Ditinjau dari sudut pandang evolusi badak
20
sumatera tergolong jenis badak yang masih primitif. Hingga sekarang badak sumatera
hidup dalam hutan-hutan yang lebat dan tersembunyi.Perjuangan hidupnya dalam
jangka waktu yang lama telah ditempuh dan dipertahankan oleh adanya daya
lingkungan alami yang sesuai dengan perilaku hidupnya. Daya dukung alaminya jika
tidak terpelihara akan mempercepat perjalanan evolusinya atau mempercepat.
Populasi badak sumatera sendiri tersebar di beberapa lokasi. Badak sumatera di
Taman Nasional Way Kambas diperkirakan ada sekitar 30 individu, di Taman
Nasional Bukit Barisan Selatan diperkirakan ada 40 individu (Rubianto, personal
comm.-tidak dipublikasikan, 2014), sedangkan di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL)
diperkirakan terakhir hanya ada kurang dari 50 individu; sedangkan di Lembah
Mamas yang termasuk dalam KEL dari hasil “camera trap” hanya diperkirakan ada
27 individu.Di Kutai Barat, Kalimantan Timur, menurut WWF (2014) diperkirakan
tidak lebih dari 6 individu.
21
badak jawa karena jika terjadi serangan penyakit atau bencana alam seperti tsunami,
letusan gunung berapi Krakatau dan gempa bumi, populasi badak jawa akan langsung
punah. Selain itu, karena invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng
untuk ruang dan sumber, maka populasinya semakin terdesak. Kawasan yang
diidentifikasikan aman dan relatif dekat adalah Taman Nasional Halimun di Gunung
Salak, Jawa Barat yang pernah menjadi habitat badak Jawa.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
23
DAFTAR PUSTAKA
Chandradewi, DS. 2010. Perilaku Berkubang dan Tipologi Kubangan Badak Jawa
(Rhinoceros sondaicus) di Taman Nasional Ujung Kulon. [tesis].
Bogor:Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). 2007. Laporan Sensus Badak Jawa
(Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822) di Taman Nasional Ujung
Kulon,Labuan.
Tim Peneliti Badak. 1997. Panduan Pengelolaan Habitat Badak Jawa (Rhinoceros
sondaicus Desmaest 1822) di Taman Nasional Ujung Kulon. Media
Konservasi Edisi Khusus: 1-15.
24