I. Pendahuluan
A. Definisi Elektrolit
Elektrolit adalah zat-zat yang mampu menghantarkan listrik saat larut dalam air atau
pelarut lainnya. Elektrolit terdiri dari ion-ion, yaitu molekul atau atom yang memiliki jumlah
proton atau elektron yang tidak seimbang. Ketika ion-ion bermuatan positif (kation) bergerak
menuju elektroda yang bermuatan negatif (disebut katoda), dan ion-ion yang bermuatan negatif
(anion) bergerak menuju elektroda yang bermuatan positif, pergerakan ini menciptakan arus
listrik, yang mengakibatkan elektrolit mampu menghantarkan listrik.
Elektrolit berperan penting dalam tubuh manusia, terutama dalam fungsi fisiologis,
seperti mengatur tekanan osmotik, menjaga keseimbangan air dalam tubuh, mengontrol kontraksi
otot, menjaga ritme jantung, dan mengatur fungsi saraf. Elektrolit tersebut dapat ditemukan
bergerak untuk menjaga keseimbangan dan elektronetralitas dalam ruang intraseluler dan
ekstraseluler. Beberapa elektrolit yang dapat ditemukan dalam ruang intraseluler adalah kalium
(K+), fosfat (PO4^3-), dan magnesium (Mg2+). Sedangkan, elektrolit yang terdapat pada ruang
ekstraseluler meliputi natrium, klorida, kalsium, dan bikarbonat natrium.
Kadar Elektrolit dalam Cairan Ekstraseluler dan Intraseluler
HCO3 −¿
¿ 24 27 10
SO 4 2−¿
¿ 1,0 1,2 …
PO 4 2−¿
¿ 2,0 2,3 107
Protein 15 8 40
Protein
2. Kalium (K+)
Kalium adalah kation intraseluler yang paling banyak terdapat pada ruang intraseluler.
Kalium berperan dalam menjaga potensial aksi normal dalam sel-sel otot dan saraf, serta
berperan dalam menjaga keseimbangan asam-basa (Crawford). Enzim natrium-kalium
adenosin trifosfat berperan mengatur homeostasis antara natrium dan kalium dengan
memompa keluar natrium sebagai ganti dari kalium yang masuk ke dalam sel.
Pada ginjal, filtrasi kalium terjadi pada glomerulus, reabsorbsi kalium terjadi pada
tubulus kontortus proksimal dan lengkung henle, dan sekresi kalium ditingkatkan oleh
hormon aldosteron dan terjadi pada tubulus kontortus distal.
● Rentang normal: 3,6 hingga 5,5 mEq/L
● Hipokalemia ringan: kurang dari 3,6 mEq/L
● Hipokalemia sedang: kurang dari 2,5 mEq/L
● Hipokalemia parah: lebih dari 2,5 mEq/L
● Hiperkalemia ringan: 5 hingga 5,5 mEq/L
● Hiperkalemia sedang: 5,5 hingga 6,5 mEq/L
● Hiperkalemia parah: 6,5 hingga 7 mEq/L
Hipokalemia terjadi ketika kadar kalium serum berada di bawah 3,6 mEq/L. Gejala
hipokalemia meliputi kelemahan, kelelahan, dan kekakuan otot. Sedangkan,
hipernatremia terjadi ketika kadar kalium serum berada di atas 5,5 mEv/L, yang dapat
mengakibatkan aritmia. Kejang otot, kelemahan otot, rhabdomyolysis, dan myoglobinuria
dapat menjadi tanda dan gejala hipernatremia.
3. Kalsium (Ca2+)
Kalsium memiliki peran fisiologis penting dalam tubuh manusia. Kalsium berperan
dalam mineralisasi tulang, kontraksi otot, transmisi impuls saraf, pembekuan darah, dan
sekresi hormon. Sumber utama dari kalsium adalah dari makanan dan minuman yang kita
konsumsi. Penyerapan kalsium dalam usus terutama dikendalikan oleh bentuk hormon
kalsitriol. Lalu, hormon paratiroid juga mengatur sekresi kalsium di tubulus distal ginjal.
Selain itu, kalsitonin berpengaruh pada sel-sel tulang untuk mengurangi kadar kalsium
dalam darah.
● Rentang normal: 8,8 hingga 10,7 mg/dL
● Hipokalsemia: kurang dari 8,8 mg/dL
● Hiperkalsemia ringan hingga sedang: lebih dari 10,7 hingga 11,5 mg/dL
● Hiperkalsemia parah: lebih dari 11,5 mg/dL
Hipokalsemia terjadi ketika kadar kalsium total kurang dari 8,8 mg/dL, seperti pada
kekurangan vitamin D atau hipoparatiroidisme. Sedangkan, hiperkalsemia terjadi ketika
kadar kalsium total melebihi 10,7 mg/dL, seperti yang terlihat pada hiperparatiroidisme
primer.
4. Klorida (Cl-)
Klorida merupakan anion ekstraseluler. Kadar klorida dalam tubuh diatur oleh ginjal.
Sebagian besar klorida yang difiltrasi oleh glomerulus diserap kembali oleh tubulus
proksimal dan distal (sebagian besar oleh tubulus proksimal) melalui transportasi aktif
dan pasif.
Hipokloremia dapat terjadi akibat kehilangan bikarbonat gastrointestinal. Hipokloremia
muncul dalam kasus kehilangan gastrointestinal seperti muntah atau penambahan air
berlebihan seperti dalam gagal jantung kongestif.
5. Bikarbonat (HCO3-)
Status asam-basa dalam darah mempengaruhi kadar bikarbonat. Ginjal secara dominan
mengatur konsentrasi bikarbonat dan menjaga keseimbangan asam-basa. Ginjal
menyerap kembali bikarbonat yang telah difiltrasi dan menghasilkan bikarbonat baru
melalui ekskresi asam bersih, yang terjadi melalui ekskresi asam titrasi dan amonia. Diare
biasanya mengakibatkan kehilangan bikarbonat, menyebabkan ketidakseimbangan dalam
regulasi asam-basa. Banyak gangguan yang berkaitan dengan ginjal dapat mengakibatkan
metabolisme bikarbonat yang tidak seimbang, yang dapat mengakibatkan peningkatan
bikarbonat dalam tubuh.
● Rentang normal: 23 hingga 30 mEq/L
● Konsentrasi ini dapat meningkat atau berkurang tergantung pada status asam-
basa.
Diare biasanya mengakibatkan kehilangan bikarbonat, menyebabkan ketidakseimbangan
dalam regulasi asam-basa. Banyak gangguan yang berkaitan dengan ginjal dapat
mengakibatkan metabolisme bikarbonat yang tidak seimbang yang mengakibatkan
peningkatan bikarbonat dalam tubuh.
6. Fosfor (PO4^3-)
Fosfor adalah kation cairan ekstraseluler. 85% dari total fosfor dalam tubuh berada di
tulang dan gigi; jaringan lunak mengandung 15% sisanya. Fosfat memainkan peran
penting dalam jalur-jalur metabolisme. Fosfat merupakan komponen dari banyak
intermediet metabolisme dan, yang paling penting, dari ATP dan nukleotida. Ginjal
adalah jalur utama ekskresi fosfor.
● Rentang normal: 3,4 hingga 4,5 mg/dL
● Hipofosfatemia: kurang dari 2,5 mg/dL
● Hipofosfatemia: lebih dari 4,5 mg/dL
Ketidakseimbangan fosfat biasanya disebabkan oleh salah satu dari tiga proses: asupan
makanan yang terganggu, gangguan gastrointestinal, dan ekskresi ginjal yang terganggu.
B. Suplemen Elektrolit
Orang yang kesulitan memperoleh cukup elektrolit dari makanan dapat
mempertimbangkan penggunaan suplemen elektrolit sebagai alternatif. Suplemen ini umumnya
tersedia dalam bentuk cair atau tablet.