Anda di halaman 1dari 34

NOVEMBER 2021

Larutan Elektrolit
dan Non-elektrolit
Bayu Kurniawan, dr., Sp.A, M.Biomed
2

Elektrolit
dalam Tubuh
3

Elektro
lit
Elektrolit adalah mineral bermuatan listrik yang terdapat di
dalam sel, jaringan, dan cairan tubuh.

Elektrolit terbagi menjadi elektrolit bermuatan listrik positif


(kation) dan negatif (anion).

Rasio dan konsentrasi kation dan anion di setiap kompartemen jaringan tubuh
harus seimbang guna mempertahankan keadaan fisiologis tubuh yang stabil.
4

Elektrolit Elektrolit utama ekstrasel: natrium, klorida.

dalam Sel
Elektrolit utama intrasel: kalium, fosfat.

Jenis elektrolit yang berada di tiap


kompartemen adalah sama, tetapi
Perubahan konsentrasi elektrolit dan/atau rasio
konsentrasinya berbeda.
anion dan kation akan menimbulkan perubahan
aktivitas sel yang dapat mengganggu fungsi
jaringan tubuh.
5

Komposisi ELEKTROLIT INTRASEL INTRAVASKULE INTERSTISIAL


R

Elektrolit KATION
Natrium 15 142 145

dalam Kalium
Kalsium
150
2
5
5
5
3

Tubuh Magnesium
ANION
27 2 1

Klorida 1 102 114


Bikarbonat 10 27 30
Fosfat 100 2 2
Sulfat 20 1 1
Asam organik 0 5 8
Protein 63 16 1
6

Natrium Elektrolit utama cairan ekstrasel.

Konsentrasinya dipertahankan 135-145 mEq/L.

Diekskresikan dari tubuh melalui ginjal, sebagian kecil


melalui feses dan perspirasi.

Fungsi natrium:
• Mengatur volume cairan tubuh.
• Berpartisipasi dalam membentuk dan transmisi impuls saraf.
7

Kaliu Elektrolit utama cairan intasel.

m
Konsentrasinya dipertahankan dalam plasma pada 3.5-5.0 mEq/L.

Terdapat dalam jumlah yang banyak dalam sekresi


gastrointestinal, saliva, dan perspirasi.

Fungsi kalium:
• Regulator utama dalam mengatur aktivitas enzim seluler.
• Berperan penting dalam proses transmisi impuls saraf.
• Membantu pengaturan keseimbangan asam basa melalui
pertukarannya dengan hidrogen.
8

Kalsiu Elektrolit terbanyak di dalam tubuh, >99% terdapat pada tulang.

m
Fungsi kalsium:
• Berperan penting dalam proses transmisi impuls saraf dan
pembentukan darah.
• Sebagai katalis dalam kontraksi otot, kekuatan kontraksi
terutama otot jantung secara langsung berhubungan dengan
konsentrasi ion kalsium dalam jaringan.
• Diperlukan dalam absorpsi vitamin B12 untuk digunakan
oleh sel-sel tubuh.
• Sebagai katalis dalam aktivitas beberapa zat kimia tubuh.
• Penting untuk menguatkan tulang dan gigi.
• Membangun ketebalan dan kekuatan membran sel.
9

Magnesi Elektrolit terbanyak di intrasel, terdapat pada sel jantung,

um
tulang, saraf, dan jaringan otot.

Fungsi magnesium:
• Untuk metabolisme karbohidrat dan protein.
• Untuk sintesa protein dan DNA, transkripsi DNA dan RNA,
serta translasi RNA.
• Berperan dalam mempertahankan kalium intrasel.
• Membantu mempertahankan aktivitas listrik dalam membran
sel saraf dan sel otot.
10

Klorid Anion utama di ekstrasel dan banyak terdapat dalam darah,

a
cairan interstisial, kelenjar limfe, serta terdapat sedikit di intrasel.

Fungsi klorida:
• Bersama-sama dengan natrium memperahankan tekanan
osmotik darah.
• Berperan dalam keseimbangan asam basa.
• Sebagai bahan pembentuk asam lambung (HCl).
11

Bikarbo Buffer basa utama di dalam tubuh.

nat
Fungsi bikarbonat: berperan dalam keseimbangan asam basa.

Fosf Anion terbanyak di intrasel.

at
Fungsi fosfat:
• Membantu mempertahankan keseimbangan asam basa.
• Membantu meningkatkan aktivitas sel saraf dan otot.
• Berperan dalam metabolisme karbohidrat.
• Penting dalam pembelahan sel dan transmisi treit herediter.
12

Non-elektrolit
dalam Tubuh
13

Non-
elektrolit
Partikel dalam tubuh yang tidak bermuatan listrik.

Berperan penting dalam tubuh dan mempengaruhi pergerakan


cairan di antara kompartemen.

Partikel utamanya adalah glukosa.


14

Gluko Sumber utama metabolisme sel.

sa
Jika konsentrasi glukosa dalam cairan ekstrasel berlebihan,
cairan intrasel akan berpindah ke ekstrasel, menyebabkan
pembentukan urine yang banyak, sehingga tubuh akan
mengalami kekurangan cairan.
15

Ketidakseimba
ngan Elektrolit
16

Hiponatremia Kadar natrum: <135 mEq/L (N: 135-145


mEq/L).

Tanda dan gejala:


• Penurunan kesadaran.
• Gangguan ekskresi air, seperti pada sindrom
nefrotik dan gagal jantung.
17

Hipernatremia Kadar natrum: >145 mEq/L (N: 135-145


mEq/L).

Tanda dan gejala:


• Takikardi.
• Turgor kurang.
• Gangguan status mental (letargi, iritabilitas).
• Kejang.
• Muscle twitching.
• Rasa haus yang menetap.
18

Hipokalemia Kadar kalium: <3.5 mEq/L (N: 3.5-5.0


mEq/L).

Tanda dan gejala:


• Myalgia.
• Kelemahan atau kram otot ekstremitas bawah.
• Gangguan irama jantung.
19

Hiperkalemia Kadar kalium: >5.0 mEq/L (N: 3.5-5.0


mEq/L).

Tanda dan gejala:


• Kelemahan otot sampai paralisis.
• Gangguan irama jantung.
• Hipoventilasi.
20

Hipokalsemia Kadar kalsium: <9 mg/dL (N: 9-11 mg/dL).

Tanda dan gejala:


• Kesemutan pada ujung jari dan sekitar mulut.
• Kejang otot pinggang, tungkai, dan kaki.
• Spasme karpal berupa fleksi pergelangan
tangan, ekstensi interfalang, dan aduksi jari-
jari.
21

Hiperkalsemia Kadar kalsium: >11 mg/dL (N: 9-11 mg/dL).

Tanda dan gejala:


• Konstipasi.
• Mual-muntah.
• Psikosis.
• Penurunan kesadaran.
• Kelemahan otot.
• Nyeri tulang.
• Pruritus.
22

Hipomagnesemia Kadar magnesium: <1.7 mg/dL (N: 1.7-2.5


mg/dL).

Tanda dan gejala:


• Kelemahan atau kram otot.
• Berdebar-debar.
• Perubahan status mental.
• Depresi.
• Vertigo.
• Kejang.
• Ataksia.
23

Hipermagnesemia Kadar magnesium: >2.5 mg/dL (N: 1.7-2.5


mg/dL).

Tanda dan gejala:


• Hipotensi.
• Mual.
• Muntah.
• Muka
kemerahan.
• Retensi urine.
• Ileus.
• Paralisis otot.
• Hiporefleksia.
• Bradikardia.
24

Hipoglikemia Kadar glukosa sewaktu: <70 mg/dL (N: 70-110


mg/dL).

Tanda dan gejala:


• Pucat.
• Keringat dingin.
• Gemetaran.
• Mengantuk.
• Gelisah.
• Bingung.
• Bicara tidak jelas.
• Disorientasi.
• Penurunan kesadaran.
25

Hiperglikemia Kadar glukosa sewaktu: >250 mg/dL (N: 70-110


mg/dL).

Tanda dan gejala:


• Turgor kulit kurang, bibir kering
(dehidrasi).
• Lemah badan.
• Pernapasan cepat dan dalam.
• Penurunan kesadaran.
26

Terapi Cairan
27

Cairan Mengandung pertikel ion dan non-ion yang

Kristaloid
komposisinya mirip dengan cairan ekstrasel.

Sebagian besar bersifat isotonik dengan plasma,


Cairan yang terdiri atas elektrolit,
serta tidak mengandung partikel onkotik besar.
mempunyai sifat mudah melewati
membran endotel pembuluh darah.

Pergerakan cairan kristaloid akan diikuti oleh air,


sehingga muncul keseimbangan antara ruang
intravaskuler dan ekstraseluler.
28

Jenis Cairan

Kristaloid

KRISTALOID ISOTONIK KRISTALOID KRISTALOID


HIPOTONIK HIPERTONIK
• NaCl 0.9% • D5% • NaCl 3%
• Ringer laktat • NaCl 0.45%
• Ringer asetat • NaCl 0.33%
• Ringer asetat malat • D5% + NaCl 0.225%

Osmolaritas: <290 mOsm/L Osmolaritas: >290 mOsm/L


29

Cairan Komposisi dan osmolalitasnya mendekati plasma tubuh.


Normal
Salin
Sering digunakan dalam resusitasi cairan.
(NaCl
0.9%)
Pemberian dalam jumlah besar harus dipertimbangkan karena
pemberian cairan NaCl 0.9% berlebihan dapat memicu
keadaan hipernatremia dan asidosis metabolik.

Resusitasi cairan diberikan pada kondisi syok dan gangguan


elektrolit berupa hiponatremia, hipokloremia, dan alkalosis
metabolik.
30

Cairan Berisi beberapa elektrolit berupa natrium, klorida, kalium,


Ringer kalsium, magnesium, dan laktat.

Laktat (RL)
Sering digunakan dalam resusitasi cairan.

Berperan membantu memperbaiki gangguan keseimbangan


elektrolit, serta menormalkan pH pada proses fisiologis
keseimbangan asam basa.
31

Cairan Koloid Cairan bertahan lebih lama dalam rongga


intravaskuler dibanding cairan kristaloid.

Tekanan onkotik dari cairan koloid bergantung


Cairan yang mempunyai kandungan
berat molekul dan konsentrasi yang terkandung.
makromolekul organik besar, serta
mempunyai kandungan elektrolit.
32

Jenis Cairan
Koloid

KOLOID HIPOTONIK KOLOID HIPERTONIK


• Gelatin • Dextran
• Albumin 4% • Albumin 20%
• Albumin 5% • Albumin 25%
• Hydroxyethyl starch 6%
• Hydroxyethyl starch 10%

Osmolaritas: <290 mOsm/L Osmolaritas: >290 mOsm/L


33

Daftar Pustaka Kadafi KT. Resusitasi Cairan. Penerbit Salemba


Medika. 2017. p. 5-26.

Kusmanto. Modul Pembelajaran Pemenuhan


Kebutuhan Cairan dan Elektrolit. Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga. 2016. p. 11-
14.
Setyohadi B, Arsana PM, Soeroto AY, Suryanto
A, Abdullah M. Kegawatdaruratan Penyakit
Dalam. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit
Dalam Indonesia. p. 276-320.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai