Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang bagian penting dalam
pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara
keseluruhan. Mineral berperan dalam berbagai tahap metabolisme terutama sebagai kofaktor
dalam aktivitas enzim-enzim. Keseimbangan ion-ion dalam mineral didalam cairan tubuh
diperlukan untuk pengaturan pekerjaan enzim-enzim, pemeliharaan keseimbangan asam-
basa, membantu transfer ikatan-ikatan penting malalui membran sel dan pemeliharaan
kepekaan otot dan syaraf terhadap ransangan.
Didalam tubuh mineral-mineral ada yang bergabung degan zat organik, ada pula yang
berbentuk ion bebas. Didalam tubuh unsur mineral berfungsi sebagai zat pembangun dan
pengatur.
Mineral dapat digolongkan menjadi mineral makro dan mikro. Mineral makro
dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari. Sedangkan mineral mikro
dibutuhkan oleh tubuh kurang dari 100 mg sehari.
Kalium termasuk mineral makro yang kebutuhannya ditaksir sebanyak 2000 mg
sehari. Sumber utama kalium adalah buah dan sayuran. Bersama natrium, kalium berperan
penting dalam pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam
basa.
Kekurangan dan kelebihan konsumsi kalium akan berdampak pada tubuh. Namun
kekurangan kalium jarang terjadi sepanjang seseorang cukup makan sayuran dan buah.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Kalium dalam tubuh
2. Absorbsi dan ekresi kalium
3. Hiperkalemia dan Hipokalemia

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Agar dapat mengetahui dan memahami fungsi kalium dalam tubuh
2. Agar dapat mengetahui dan memahami absorbsi dan ekresi kalium
BAB II
PEMBAHASAN

A. KALIUM DALAM TUBUH


Kalium pada prinsipnya terdapat dalam sel-sel tubuh. Fungsi Kalium adalah
melengkapi fungsi Na. Dalam keadaan normal ginjal memegang peranan penting dalam
pengaturan kandungan kalium pada tubuh. Defisiensi kalium dapat terjadi akibat muntah-
muntah dan diare yang berlangsung lama atau akibat terapi diuretik oral yang menyebabkan
kelumpuhan otot.
Natrium dan kalium sangat erat hubungannya dalam memenuhi fungsinya dalam
tubuh terutama berfungsi dalam keseimbangan air dan elektrolit didalam sel maupun didalam
cairan ekstraseluler. Kalium terutama terdapat didalam cairan intraseluler.
Didalam tubuh terdapat Na sebanyak 0,15% dari berat badan, sedangkan kalium 0,35
% atau terdapat sekitar 2 ½ kali lebih banyak dibandingkan natrium. Perbandingan natrium
dan kalium didalam ekstraseluler 28:1, sedangkan didalam intraseluler perbandingan natrium
kalium adalah 1:10. Batas-batas rujukan untuk konsentrasi kalium plasma adalah 3,8-5,0
mmol/l.
Natrium terkonsentrasi diluar sel, sedangkan kalium terkonsentrasi didalam sel, oleh
karena itu, kadar kalium dalam darah tidak merupakan indikator mengenai status kalium
tubuh. Jumlah kalium dalam darah merupakan refleksi metabolisme sel (bukan refleksi
cadangan K tubuh). Kadar kalium dalam darah meningkat bila terjadi katabolisme jaringan
tubuh atau dalam keadaan asidosis yang disertai dengan diare (K keluar dari sel untuk
menormalkan keseimbangan asam-basa tubuh). Kadar kalium dalam darah menurun bila
kecepatan sintesis protein atau glikogen dalam sel meningkat atau dalam kondisi alkalosis
(menunjukkan bahwa kalium memasuki sel).

Kalium merupakan bagian integral sel yang dibutuhkan untuk pertumbuhan (untuk
setiap 0,5 kg pertambahan berat badan,diperlukan sekitar 1050 mg kalium). Didalam sel
kalium bertindak sebagai katalis (bagian dari enzim), yang berguna dalam reaksi pelepasan
energi atau sintesis protein. Seperti halnya natrium, kalium juga berfungsi untuk
mempertahankan tekanan osmotik dan memelihara keseimbangan asam-basa didalam tubuh.
Selain itu kalium juga berperan dalam transmisi impuls syaraf dan pelepasan insulin dari
pankreas dan bersama dengan magnesium kalium bertindak sebagai muscle relaxant sebagai
kebalikan dari kalsium yang menstimulir kontraksi otot.
Meskipun natrium sangat berhubungan dengan tekanan darah namun ternyata ratio
antara Na:K lebih penting daripada jumlah natrium secara absolut. Karena itu, konsumsi
kalium dalam jumlah yang tepat dapat mencegah pengaruh negatif natrium terhadap tekanan
darah.

B. ABSORBSI DAN EKRESI KALIUM


Kalium diabsorbsi dengan mudah dalam usus halus. Sebanyak 80-90 % kalium yang
dimakan diekresi melalui urin, selebihnya dikeluarkan melalui feses dan sedikit melalui
keringan dan cairan lambung. Taraf kalium normal darah dipelihara oleh ginjal melalui
kemampuannya menyaring, mengabsorbsi kembali dan mengeluarkan kalium dibawah
pengaruh aldosteron. Kalium dikeluarkan dalam bentuk ion dengan menggantikan ion
natrium melalui mekanisme pertukaran didalam tubula ginjal.

C. HIPERKALEMIA DAN HIPOKALEMIA


Penting memahami bahwa perubahan dalam simpanan kalium tubuh tidak selalu
terjadi dalam arah yang sama seperti perubahan dalam konsentrasi kalium plasma sehingga
dengan mengukur kalium plasma hanya mendapatkan pandangan terbatas atas perubahan
kalium tubuh total. Pada umumnya perubahan 1 mmol/l kalium plasma berarti perubahan
200 mmol kalium tubuh. Dalam prakteknya biasanya derajat abnormalitas keseimbangan
kalium secara klinis digambarkan benar-benar adekuat oleh konsentrasi kalium plasma dan
pengukuran kalium sel-sel tidak siap untuk dapat dilakukan. Hantaran neuromuskuler dan
perubahan elektrografi yang karakteristik bagi kadar kalium plasma yang abnormal mungkin
tergantung atas gradien kalium ekstraseluler/intraseluler dan tidak atas konsentrasi kalium
plasma. kalium bisa abnormal jika konsentrasi kalium plasma berubah.

1. Hiperkalemia
a. Penyebab
Hiperkalemia tidak selazim hipokalemia. Kadar kalium plasma yang tinggi bias
timbul bila ada masukan berlebihan, ekresi yang terganggu. Hiperkalemia karena masukan
berlebihan bisa timbul karena masukan berlebihan selama pengobatan hipokalemia, terutama
jika diberikan kalium dalam dosis besar secara intravena bila fungsi ginjal lemah, juga
kandungan kalium plasma darah yang disimpan, yang digunakan untuk transfusi bisa jauh
lebih tinggi dari plasma normal, meningkatkan 1 mmol/l per hari penyimpanan. Pada
kegagalan ginjal yang berat, karena penyakit glomerulus atau berkurangnya aliran plasma
ginjal maka kalium ditahan dan peningkatan konsentrasi kalium plasma dapat dihubungkan
dengan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus, gejala-gejala yang menentukan
hiperkalemia merupakan sebagian dari kompleks gejala uremia. Pada defisiensi
adrenokortikal terutama krisis Addisonian dan jarang-jarang pada hipopitutarisme mungkin
ada hiperkalemia dan hiperkalemia ini disebabkan perubahan fungsi tubulus ginjal oleh
defisiensi aktivitas mineralokortikoid, diuretika yang menahan kalium seperti spironolakton
(suatu antagonis aldosteron) mempunyai efek yang sejenis. Kalium dilepaskan dari sel-sel
bila ada peningkatan katabolisme seluler seperti setelah tabrakan, luka bakar luas, atau pada
fase awal pasca bedah atau bilamana banyak natrium hilang dari cairan ekstraseluler.
Kemudian ini bisa meningkatkan kadar kalium plasma.

b. Akibat kelebihan kalium


Kelebihan kalium akut dapat terjadi bila konsumsi melalui saluran cerna atau tidak
melalui saluran cerna (parental) melebihi 12,0 gr/m2 permukaan tubuh sehari tanpa diimbangi
oleh kenaikan ekresi. Hiperkalemia akut dapat menyebabkan gagal jantung yang
menyebabkan kematian.

c. Mekanisme gagal jantung akibat hiperkalemia.


Hiperkalemia dapat menyebabkan gangguan ritmik jantung. Hal ini berkaitan dengan
keseimbangan ion-ion dalam jaringan otot jantung yang mengatur elektrofisiologi jantung.

Elektrofisiologi dan konduksi jantung


Setiap sel termasuk sel jantung mempunyai membran yang memisahkan bagian dalam
dan luar sel. Adanya membran sel akan memungkinkan terjadinya perpindahan ion yang
mempunyai konsentrasi berbeda untuk menjaga keseimbangan pada bagian intraseluler dan
ekstraseluler. Perbedaan voltase antara didalam dan diluar sel otot jantung akan menyebabkan
terbuka atau menutupnya ion channel. Jikaion channel terbuka akan menungkinkan
terjadinya perpindahan ion melewati membran sel. Pompa natrium kalium berperan penting
dalam menjaga keseimbangan proses bioelektrikal sel-sel pacu jantung.
Kontraksi otot jantung untuk mendorong darah dicetuskan oleh potensial aksi yang
menyebar melalui membran sel otot. Jantung berkontraksi atau berdenyut secara berirama
akibat potensial aksi yang ditimbulkan sendiri.
Perbandingan muatan ion antara didalam dan diluar sel relatif seimbang, dimana pada
fase polarisasi muatan ion positif khususnya Na+ berada diluar sel. Secara fisiologis bahwa
proses terjadinya bioelektrikal secara terus menerus tanpa adanya pengaruh luar. Proses ini
dapat berjalan lambat atau cepat akibta pengaruh sistem inervasi syaraf serta serta gangguan
keseimbangan elektrolit. Jika permeabilitas membran sel terhadap ion Na+ meningkat,
sehingga ion Na+ masuk kedalam sel secara mendadak (fase ke 0), setelah itu proses
depolarisasi terjadi pada fase ke 1 dan ke 2 dimana muatan dalam sel relatif positif, sesaat
setelah depolarisasi ion K+ keluar dari dalam sel. Fase ke 2, setelah ambang tercapai terjadi
fase naik dari potensial aksi sebagai respon terhadap pengaktifan saluran ion Ca+. Pada fase
ke 3, pompa sodium akan berperan optimal untuk mengembalikan keseimbangan muatan ion
antara didalam dan diluar sel. Pompa sodium akan mengeluarkan ion Na+ dari sel dan
memasukkan ion K+ dari luar sel. Pada fase ke 4, membran sel siap untuk menerima
perubahan untuk mengulang aksi potensial.
Dalam keadaan istirahat, sel jantung berada dalam keadaan terpolarisasi secara
elektris, yaitu bagian dalamnya lebih negatif dari bagian luarnya. Membran neuron sangat
permeabel terhadap ion K+ dan Cl- serta impermiabel terhadap Na+. Konsentrasi ion
K+ dalam sel lebih tinggi daripada diluar membran sel. Konsentrasi ion Na+ diluar sel lebih
tinggi daripada didalam sel. Karena tingkat permeabelitas membran terhadap ion K+ sekitar
75 kali lebih besar daripada terhadap ion Na+ , maka difusi ion K+ keluar sel lebih cepat
daripada difusi ion Na kedalam sel. Saat ion K bermuatan positif keluar sel, ion tersebut
meninggalkan molekul protein bermuatan negatif yang terlalu besar untuk dapat berdifusi
melalui membran. Hal ini mengakibatkan bagian dalam sel mengalami elektronegativitas.

Mekanisme aritmia
Hiperkalemia meningkatkan permeabilitas membran miokard terhadap kalium,
menyebabkan peningkatan kecepatan repolarisasi dan penurunan durasi aksi potensial. Pada
hiperkalemia sedang, aksi dari kalium dapat menurun untuk berkembangnya suatu aritmia.
Aritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi
elektrolit abnormal. Peningkatan permeabelitas kalium pada derajat penurunan hiperkalemia
dari depolarisasi diastolik spontan sinus node dan bagian lain dari sistem konduksi
menyebabkan bradikardia dan bahkan asistole pada konsentrasi tinggi dari kalium.

Peningkatan kecepatan
repolarisasi dan penurunan
durasi aksi potensial.
Peningkatan
permebelitas
membran terhadap
kalium

Hiperkalemia

d. Terapi
Pengobatan diperlukan bagi semua kasus yang berat. Penyebab hiperkalemia sering
diperbaiki dengan menghentikan masukan yang berlebihan atau dengan mengkoreksi asidosis
serta deplesi air dan garam. Insulin (dengan glukosa) bisa diberikan untuk mengangkut
kalium kedalam sel-sel.

2. Hipokalemia
a. Penyebab
Semua makanan yang menandung sel, mengandung kalium dan menghentikan
makanan disertai penggantian intravena yang tidak adekuat merupakan alasan tambahan bagi
defisiensi kalium yang bisa timbul pada penyakit yang berat atau setelah operasi. Malnutrisi
protein seperti kwashiorkor menyebabkan deplesi kalium yang hebat walau hipokalemia bisa
ditutupi oleh deplesi air. Resin yang mengikat kalium bisa mengeluarkan cukup banyak
kalium dari usus untuk menyebabkan defisiensi secara klinis.
Hipokalemia paling lazim terlihat pada pasien-pasien dengan penyakit
gastrointestinalis terutama bila disertai dengan diare dan muntah hebat pada anak-anak sering
timbul setelah pembedahan gastrointestinalis terutama dengan ileostomi atau setelah
penggunaan pencahar jangka panjang. Dalam keadaan ini, sering masukan kalium juga
berkurang
Pada koma diabetika, mungkin terdapat kehilangan kalium tubuh yang hebat kedalam
urin. Karena dehidrasi, kalium plasma mula-mula mungkin normal atau meningkat.
Pengobatan dengan insulin bisa menghentikan kehilangan kalium karena restorasi
metabolisme glukosa intraseluler disertai koreksi asidosis yang akan mengikat kalium
didalam sel, tetapi pergeseran kedalam sel dan penggantian cairan akan merendahkan kadar
kalium plasma. Pengobatan yang lama dengan glukosa intravena juga menggeser kalium dari
plasma ke sel-sel.
Mungkin ada kehilangan kalium kedalam urin dalam jumlah berlebihan karena
diuresis jangka lama.
b. Akibat kekurangan kalium
Kekurangan kalium karena makanan jarang terjadi sepanjang seseorang cukup makan
sayuran dan buah segar. Kekurangan kalium dapat terjadi karena kkebanyakan kehilangan
melalui saluran cerna dan ginjal. Kehilangan banyak melalui saluran cerna dapat terjadi
karena muntah-muntah, diare kronis, dan atau kebanyakan menggunakan laksan. Kebanyakan
kehilangan melalui ginjal adalah penggunaan obat-obat diuretik tetutama untuk pengobatan
hipertensi. Kekurangan kalium menyebabkan lemah, lesu, kehilangan nafsu makan alkalosis,
kelumpuhan.

c. Mekanisme Alkalosis
Kalium bersama natrium berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan asam basa
tubuh. Kekurangan kalium dapat menyebabkan alkalosis ekstraseluler dan asidosis
intraseluler.
Hormon aldosteron mempunyai efek untuk penghematan natrium disertai disertai
dengan pembuangan kalium. Bila intake kalium kurang dari kebutuhan minimal, konsentrasi
ion kalium serum akan turun,ion kalium intrasel juga akan turun dan tubulus renalis dan juga
sel-sel tubuh mulai menggunakan H+ sebagai pengganti K+. Apabila konsentrasi
H+ meningkat didalam sel akan menyebabkan asidosis intraseluler. Kehilangan K+ obligatorik
oleh tubulus renalis diganti dengan kehilangan H+ obligatorik karena tubulus renalis
menghemat Na+ dengan membuang H+, bukan K+ . Hal ini menyebabkan alkalosis
ekstraseluler.

Intake/asupan
kalium kurang

Sel mulai
menggunakan
H+ sebagai
pengganti K+

Kadar kalium dalam


sel dan plasma
turun

Konsentrasi
Asidosis H+ dalam sel
meningkat
d.Terapi
Telah direkomendasikan bermacam-macam larutan kalium intravena. Kecuali pada
keadaan gawat darurat, sebaiknya tidak digunakan larutan yang lebih besar dari 60 mml K+/l.
Sekarang biasanya kalium diberikan pada orang dewasa dengan menambahkan glukosa
isotonik.
Kecuali untuk pengobatan gawat darurat hipokalemia yang berbahaya, bisa diinfus
kalium yang tidak lebih dari 20 mmol dalam 1 jam dan sebaiknya diberikan tidak melebihi
120 mmol sehari.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kalium merupakan kation utama didalam sel-sel dan terdapat dalam konsentrasi yang
rendah didalam cairan ekstraseluler. Fungsi kalium adalah mempertahankan keseimbangan
air, keseimbangan asam basa, dan transmisi syaraf. Hiperkalemia dapat menyebabkan aritmia
jantung sedangkan hipokalemia dapat menyebabkan asidosis intrasel.

B. SARAN
Semoga makalah ini dapat diterima dan dapat memberikan informasi untuk para
pembacanya. Dengan penuh harapan dari penulis bahwa makalah ini masih begitu jauh dari
kesempurnaan sebagai suatu karya ilmiah. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritikan dan
masukan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Atas perhatiannya kami
ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier,Sunita.2009.Prinsip Dasar Ilmi Gizi.Jakarta:PT SUN
Baron.D.N.1995.Kapita Selekta Patologi Klinik.Jakarta:EGC
Deddy,Muchtadi.2009.Pengantar Ilmu Gizi.Bandung:Alfa Beta
Sloane,Ethel.2004.Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula.Jakarta:EGC
http://www.Jevuska.com/2008/12/15/hiperkalemia.
http://jurnal.fk.unand.ac.id
Rismawati Yaswir, Ira ferawati. Fisiologi dan gangguan keseimbangan natrium,
kalium, dan klorida serta pemeriksaan laboratorium.pdf

Anda mungkin juga menyukai