DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2023
PRAKTIKUM II
PCR (POLYMERASE CHAI REACTION)
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan mengenal dan mampu
mengidentifikasi serta melakukan pemeriksaan DNA manusia dengan menggunakan alat
PCR.
2. LANDASAN TEORI
Reaksi berantai polymerase (Polymerase Chain Reaction, PCR) adalah suatu
metode enzimatis untuk amplifikasi DNA dengan cara in vitro. PCR ini pertama kali
dikembangkan pada tahun 1985 oleh Kary B. Mullis. Amplifikas DNA pada PCR dapat
dicapai bila menggunakan primer oligonukleotida yang disebut amplimers. Primer DNA
suatu sekuens oligonukleotida pendek yang berfungsi mengawali sintesis rantai DNA.
PCR memungkinkan dilakukannya pelipatgandaan suatu fragmen DNA. Umumnya
primer yang digunakan pada PCR terdiri dari 20-30 nukleotida. DNA template (cetakan)
yaitu fragmen DNA yang akan dilipatgandakan dan berasal dari patogen yang terdapat
dalam spesimen klinik. Enzim DNA polimerase merupakan enzim termostabil Taq dari
bakteri termofilik Thermus aquaticus. Deoksiribonukleotida trifosfat (dNTP) menempel
pada ujung 3’ primer ketika proses pemanjangan dan ion magnesium menstimulasi
aktivasi polimerase. (1)
PCR adalah reaksi polimerase berantai, yaitu reaksi yang melibatkan enzim
polimerase yang dilakukan secara berulang-ulang. Yang diulang-ulang adalah proses
pemisahan untai ganda DNA menjadi untai tunggal, hibridisasi primer untuk mengawali
replikasi DNA dilanjutkan dengan proses penambahan basa pada cetakan DNA oleh
enzim polimerase, untuk melakukan kegiatan ini dibutuhkan tabung PCR yang bersifat
reponsif dengan perubahan suhu dan mesin thermal cycler, suatu mesin yang mampu
menaikkan dan menurunkan suhu dengan cepat, dan bahan-bahan untuk membuat reaksi
PCR. PCR merupakan suatu teknik atau metode perbanyakan (replikasi) DNA secara
enzimatik tanpa menggunakan organisme. Dengan teknik ini, DNA dapat dihasilkan
dalam jumlah besar dengan waktu relatif singkat sehingga memudahkan berbagai teknik
lain yang menggunakan DNA. (2)
Tahapan-tahapan Polymerase Chain Reaction (PCR)
Proses PCR terdiri dari tiga tahapan, yaitu denaturasi DNA templat, penempelan
(annealing) primer, dan polimerisasi (extension) rantai DNA. Denaturasi merupakan
proses pemisahan utas ganda DNA menjadi dua utas tunggal DNA yang menjadi
cetakan (templat) sebagai tempat penempelan primer dan tempat kerja DNA
polimerase, dengan pemanasan singkat pada suhu 90-95°C selama beberapa menit.
Penjelasan ringkas tentang setiap siklus reaksi PCR adalah sebagai berikut:
1).Denaturasi.
Selama proses denaturasi, DNA untai ganda akan membuka menjadi dua untai
tunggal. Hal ini disebabkan karena suhu denaturasi yang tinggi menyebabkan
putusnya ikatan hidrogen diantara basa-basa yang komplemen.Pada tahap ini,
seluruh reaksi enzim tidak berjalan, misalnya reaksi polimerisasi pada siklus yang
sebelumnya.Denaturasi biasanya dilakukan antara suhu 90oC – 95oC.
2).PenempelanPrimer.
Pada tahap penempelan primer (annealing), primer akan menuju daerah yang
spesifik yang komplemen dengan urutan primer. Pada proses annealing ini, ikatan
hidrogen akan terbentuk antara primer dengan urutan komplemen pada templat.
Proses ini biasanya dilakukan pada suhu 50oC – 60oC. Selanjutnya, DNA
polymerase akan berikatan sehingga ikatan hidrogen tersebut akan menjadi sangat
kuat dan tidak akan putus kembali apabila dilakukan reaksi polimerisasi
selanjutnya misalnya pada 72oC. 3).
3.) Reaksi Polimerisasi (Extension)
Umumnya, reaksi polimerisasi atau perpanjangan rantai ini, terjadi pada suhu
72oC. Primer yang telah menempel tadi akan mengalami perpanjangan pada sisi
3‟nya dengan penambahan dNTP yang komplemen dengan templat oleh DNA
polimerase.
Jika siklus dilakukan berulang-ulang maka daerah yang dibatasi oleh dua primer
akan di amplifikasi secara eksponensial (disebut amplikon yang berupa untai ganda),
sehingga mencapai jumlah copy yang dapat dirumuskan dengan (2n)x. Dimana n
adalah jumlah siklus dan x adalah jumlah awal molekul DNA. Jadi, seandainya ada 1
copy DNA sebelum siklus berlangsung, setelah satu siklus, akan menjadi 2 copy,
sesudah 2 siklus akan menjadi 4, sesudah 3 siklus akan menjadi 8 kopi dan
seterusnya. Sehingga perubahan ini akan berlangsung secara eksponensial. PCR
dengan menggunakan enzim Taq DNA polimerase pada akhir dari setiap siklus akan
menyebabkan penambahan satu nukleotida A pada ujung 3‟ dari potongan DNA yang
dihasilkan. Sehingga nantinya produk PCR ini dapat di kloning dengan menggunakan
vektor yang ditambahkan nukleotida T pada ujungujung 5‟-nya.Proses PCR
dilakukan menggunakan suatu alat yang disebut thermocycler. (2)
3. PROSEDUR KERJA
3.1 Alat dan Bahan:
1. Gotaq green master mix ( Buffer, dntps, mgCl2, Taq Polymerase)
2. Primer
3. Nucleus Free water
4. DNA
5. Thermal Cycler
LALU MASUKKAN KE DALAM ALAT PCR (THERMAL CYCLER) DAN JALANKAN SESUAI
PROSEDUR.
5. KESIMPULAN
Genotype dari gen ACE pada sampel DNA yang diperiksa adalah I I
DAFTAR PUSTAKA
1. Marmiroli N, Maestri E. Polymerase Chain Reaction (PCR). Food Toxicants Anal Tech
Strateg Dev. 2007;5(6):147–87.
2. Hasibuan E. Karya tulis ilmiah ini telah disetujui oleh Kepala LaboratoriumTerpadu
Kultur Sel dan Jaringan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Karya tulis Ilm
ini telah disetujui oleh Kepala Lab Kult Sel dan Jar Fak Kedokt Univ Sumatera Utara.
2015;1–17.
3. Rohmana A, Fuad M, Ulfin I, Kurniawan F. Penggunaan Agar-agar Komersial sebagai
Media Gel Elektroforesis Pada Zat Warna Remazol: Pengaruh Komposisi Buffer, pH
Buffer dan Konsentrasi Media. J Sains Dan Seni Its . 2016;5(2):130–3.
LAPORAN SEMENTARA
v
DOKUMENTASI
PCR
ELEKTROFORESIS