Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENGENALAN SUBNETTING IPV 6

Kelompok 5
Sandy Donny Tampubolon
Muhammad Arifin Ilham
Amelia Dewi

STMIK PELITA NUSANTARA


KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rezeki dan kekuatan kepada kami sehingga kami
mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan pembuatan makalah yang dibuat
untuk memenuhi tugas kelompok Matakuliah Jaringan Komputer dan Komunikasi
Data. Adapun materi makalah yang kami buat adalah mengenai “Subnetting IPv 6”.
Kami menyadari dan meyakini bahwa makalah ini jauh dari sempurna
masih banyak kekurangan ataupun kesalahan yang kami sadari maupun tidak kami
sadari. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari makalah ini, agar
dimasa yang akan datang kami bisa menyusun makalah yang lebih baik lagi.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih banyak kepada dosen yang mengajar
matakuliah Komunikasi Data dan Jaringan, Ibu Damerian Sijabat, S.Kom.,M.Kom
atas bimbingan dan arahannya dalam pembuatan makalah ini. Dan juga kepada
teman-teman sekalian yang telah ikut serta membantu, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Semoga dengan membaca makalah ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai
Subnetting IPv6.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Protokol .............................................................................. 3


B. Definisi IPv6 ............................................................................................... 4
C. Keunggulan IPv6 ........................................................................................ 4
D. Address IPv6 ............................................................................................... 5
E. Subnetting IPv6 ........................................................................................... 7
F. Penulisan Alamat Pada IPv6 ....................................................................... 9
G. Kelas IPv6 ................................................................................................. 10
H. Struktur Paket Data Pada IPv6 .................................................................. 11
I. Perubahan dari IPv4 ke IPv6 ..................................................................... 12
J. Transisis IPv6 ............................................................................................ 13
K. Contoh Infrastruktur IPv6 ......................................................................... 15
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 16
B. Saran ......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

ii
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi jaringan komputer dewasa ini semakin pesat
seiring dengan kebutuhan masyarakat akan layanan yang memanfaatkan jaringan
komputer. Pada sistem jaringan komputer, protokol merupakan suatu bagian yang
paling penting. Protokol jaringan yang umum digunakan adalah IPv4. Akan tetapi
protokol telah berumur lebih dari 20 tahun masih terdapat beberapa kekurangan
dalam menangani jumlah komputer dalam suatu jaringan yang semakin kompleks.
Telah dikembangkan protokol jaringan baru, yaitu IPv6 yang merupakan solusi dari
masalah diatas. IPv6 menawarkan fitur dan fungsionalitas yang lebih dari IPv4 seperti
ruang pengalamatan yang jauh lebih besar, fitur keamanan IPSec, penanganan lalu
lintas multimedia di internet, dan lain-lain. Namun, protokol baru ini belum banyak
diimplementasikan pada jaringanjaringan di dunia.
B. Perumusan Masalah
Setelah IPv4 sukses penggunaannya oleh para pengguna internet, kemudian
timbul suatu permasalahan baru dimana IPv4 hanya dapat menampung para pengguna
internet sebanyak 4,3 milyar saja, sedangkan angka ini diperkirakan akan melonjak
kembali beberapa tahun kedepan. Masalah yang paling besar pada Internet Protocol
saat ini adalah perputaran kecepatan untuk mencapai suatu titik alamat jaringan yang
tersedia. IPv4 mempertimbangkan sekitar 232 atau 4.294.967.296 alamat, sebagian
besar kesalahan pada alokasi awal, tanpa meninggalkan ruang untuk pengembangan.
IP versi baru yaitu IPv6 menawarkan suatu pemecahan yang lebih permanen,
yaitu sekitar 2128 atau 340.282.366.920.938.463.463.374.607.431.768.211.456
alamat. Berdasarkan hal itulah kemudian dirancang suatu protokol internet baru yang
dinamakan Internet Protocol next generation(IPng) pada tahun 1996 yang
penggunaannya secara bertahap akan menggeser penggunaan dari IPv4 yang telah
sukses sebelumnya. IPng atau disebut juga IPv6 sendiri adalah suatu protokol layer
ketiga terbaru yang diciptakan untuk menggantikan IPv4 atau yang sering dikenal
sebagai IP. Alasan utama dari penciptaan Internet Protocol Version 6 ini adalah untuk
mengoreksi masalah pengalamatan pada versi 4 (IPv4). Karena kebutuhan akan
alamat internet semakin banyak, maka IPv6 diciptakan dengan tujuan untuk
memberikan pengalamatan yang lebih banyak dibandingkan dengan IPv4, sehingga
perubahan pada IPv6 masih berhubungan dengan pengalamatan IP sebelumnya.
Perubahan terbesar pada IPv6 adalah terdapat pada header , yaitu peningkatan jumlah
alamat dari 32 bit (IPv4) menjadi 128 bit (IPv6).
1
C. Tujuan
1. Mengetahui dan Memahami Konsep Dasar Protokol
2. Mengetahui dan Memahami Definisi dari IPv6
3. Mengetahui Memahami Keunggulan dari IPv6
4. Mengetahui dan Memahami Address dari IPv6
5. Mengetahui dan Memahami bagaimana cara Penulisan Alamat Pada IPv6
6. Mengetahai dan Memahami Kelas dari IPv6
7. Mengetahui dan Memahami Struktur Paket Data Pada IPv6
8. Mengetahui dan Memahami Perubahan dari IPv4 ke IPv6
9. Mengetahui dan Memahami Transisis dari IPv6
10. Dapat memahami dan menjelaskan infrastruktur IPv6

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Protokol
Protokol dapat dimisalkan sebagai penerjemah dua orang yang berbeda bahasa
ingin berkomunikasi. Protokol internet yang pertama kali dirancang pada awal tahun
1980-an. Akan tetapi pada saat itu, protokol tersebut hanya digunakan untuk
menghubungkan beberapa node saja. Baru pada awal tahun 1990-an mulai disadari
bahwa internet mulai tumbuh ke seluruh dunia dengan pesat. Sehingga banyak
bermunculan protokol internet. Sehingga disadari bahwa dibutuhkan sebuah protokol
internet yang standar, yaitu OSI (Open System Interconnection). Tetapi pada
perkembangannya, TCP/IP menjadi standar de facto yaitu standar yang diterima karena
pemakaiannya secara sendirinya semakin berkembang.

1. TCP (Transmission Control Protocol)


Transmission Control Protocol atau yang sering kali disingkat menjadi TCP
berfungsi untuk melakukan transmisi data per-segmen (paket data dipecah dalam
jumlah yang sesuai dengan besaran paket kemudian dikirim satu persatu hingga
selesai). Agar pengiriman data sampai dengan baik, maka pada setiap packet
pengiriman, TCP akan menyertakan nomor seri (sequence number). Adapun
komputer tujuan yang menerima paket tersebut harus mengirim balik sebuah sinyal
acknowledge dalam satu periode yang ditentukan. Bila pada waktunya komputer
tujuan belum juga memberikan acknowledge, maka terjadi time out yang
menandakan pengiriman packet gagal dan harus diulang kembali. Model protokol
TCP disebut sebagai connection oriented protocol.

2. IP (Internet Protocol)
IP (Internet Protocol) atau alamat IP dapat disebut dengan kode pengenal
komputer pada jaringan merupakan komponen vital pada internet, karena tanpa
alamat IP seseorang tidak akan dapat terhubung ke internet. Penggunaan alamat IP
dikoordinasi oleh lembaga sentral internet yang dikenal dengan IANA, salah
satunya adalah NIC (Network Information Center).

3
B. Definisi IPv6
IP versi 6 (IPv6) adalah protokol internet versi baru yang didesain sebagai
pengganti dari Internet protocol versi 4 (IPv4) yang didefinisikan dalam RFC 791. IPv6
yang memiliki kapasitas alamat (address) raksasa (128 bit), mendukung penyusunan
alamat secara terstruktur, yang memungkinkan Internet terus berkembang dan
menyediakan kemampuan routing baru yang tidak terdapat pada IPv4. IPv6 memiliki
tipe alamat anycast yang dapat digunakan untuk pemilihan route secara efisien. Selain
itu IPv6 juga dilengkapi oleh mekanisme penggunaan alamat secara local yang
memungkinkan terwujudnya instalasi secara Plug&Play, serta menyediakan platform
bagi cara baru pemakaian Internet, seperti dukungan terhadap aliran datasecara real-
time, pemilihan provider, mobilitas host, end-to-end security, maupun konfigurasi
otomatis.

C. Keunggulan IPv6
Otomatisasi berbagai setting / Stateless-less auto-configuration (plug&play).
Alamat pada IPv4 pada dasarnya statis terhadap host. Biasanya diberikan secara berurut
pada host. Memang saat ini hal di atas bisa dilakukan secara otomatis dengan
menggunakan DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol), tetapi hal tersebut pada
IPv4 merupakan fungsi tambahan saja, sebaliknya pada IPv6 fungsi untuk men-setting
secara otomatis disediakan secara standar dan merupakan default-nya. Pada setting
otomatis ini terdapat dua cara tergantung dari penggunaan address, yaitu setting
otomatis stateless dan statefull.

1. Setting Otomatis Statefull


Cara pengelolaan secara ketat dalam hal range IP address yang diberikan
pada host dengan menyediakan server untuk pengelolaan keadaan IP address,
dimana cara ini hampir mirip dengan cara DHCP pada IPv4. Pada saat melakukan
setting secara otomatis, informasi yang dibutuhkan antara router, server dan host
adalah ICMP (Internet Control Message Protocol) yang telah diperluas. Pada ICMP
dalam IPv6 ini, termasuk pula IGMP (Internet Group management Protocol) yang
dipakai pada multicast pada IPv4.

4
Gambar 2.1 Setting Otomatis Statefull
2. Setting Otomatis Stateless
Pada cara ini tidak perlu menyediakan server untuk pengelolaan dan
pembagian IP address, hanya men-setting router saja dimana host yang telah
tersambung di jaringan dari router yang ada pada jaringan tersebut memperoleh
prefix dari address dari jaringan tersebut. Kemudian host menambah pattern bit
yang diperoleh dari informasi yang unik terhadap host, lalu membuat IP address
sepanjang 128 bit dan menjadikannya sebagai IP address dari host tersebut. Pada
informasi unik bagi host ini, digunakan antara lain address MAC dari network
interface. Pada setting otomatis stateless ini dibalik kemudahan pengelolaan, pada
Ethernet atau FDDI karena perlu memberikan minimal 48 bit (sebesar address
MAC) terhadap satu jaringan, memiliki kelemahan yaitu efisiensi penggunaan
alamat yang buruk.

Gambar 2.2 Setting Otomatis Stateless

D. Address IPv6
1. Unicast (One-to-one)
Digunakan untuk komunikasi satu lawan satu, dengan menunjuk satu host. Pada
alamat unicast ini terdiri dari :
 Global, alamat yang digunakan misalnya untuk alamat provider atau alamat
geografis.
 Link Local Address adalah alamat yang dipakai di dalam satu link saja. Yang
dimaksud link di sini adalah jaringan lokal yang saling tersambung pada satu

5
level. Alamat ini dibuat secara otomatis oleh host yang belum mendapat alamat
global, terdiri dari 10+n bit prefix yang dimulai dengan "FE80" dan field
sepanjang 118-n bit yang menunjukkan nomor host. Link Local Address
digunakan pada pemberian alamat IP secara otomatis.
 Site-local, alamat yang setara dengan private address, yang dipakai terbatas di
dalam site saja. Alamat ini dapat diberikan bebas, asal unik di dalam site
tersebut, namun tidak bisa mengirimkan paket dengan tujuan alamat ini di luar
dari site tersebut.
 Kompatibel.

Gambar 2.3 Pengiriman Paket Pada Unicast Address

2. Multicast (One-to-many)
Yang digunakan untuk komunikasi satu lawan banyak dengan menunjuk
host dari group. Multicast address ini pada IPv4 didefinisikan sebagai kelas D,
sedangkan pada IPv6 ruang yang 8 bit pertamanya di mulai dengan "FF" disediakan
untuk multicast address. Ruang ini kemudian dibagi-bagi lagi untuk menentukan
range berlakunya. Kemudian blockcast address pada IPv4 yang alamat bagian
hostnya didefinisikan sebagai "1", pada IPv6 sudah termasuk di dalam multicast
address ini. Blockcast address untuk komunikasi dalam segmen yang sama yang
dipisahkan oleh gateway, sama halnya dengan multicast address.

6
dipilih berdasarkan range tujuan.

Gambar 2.4 Pengiriman Paket Pada Multicast Address

3. Anycast
Yang menunjuk host dari group, tetapi paket yang dikirim hanya pada satu
host saja. Pada alamat jenis ini, sebuah alamat diberikan pada beberapa host, untuk
mendefinisikan kumpulan node. Jika ada paket yang dikirim ke alamat ini, maka
router akan mengirim paket tersebut ke host terdekat yang memiliki Anycast
address sama. Dengan kata lain, pemilik paket menyerahkan pada router tujuan
yang paling "cocok" bagi pengiriman paket tersebut. Pemakaian Anycast ini
misalnya terhadap beberapa server yang memberikan layanan seperti DNS (Domain
Name Server). Dengan memberikan Anycast alamat Address sama pada server-
server tersebut, jika ada paket yang dikirim oleh client ke alamat ini, maka router
akan memilih server yang terdekat dan mengirimkan paket tersebut ke server
tersebut. Sehingga, beban terhadap server dapat terdistribusi secara merata. Bagi
anycast ini tidak disediakan ruang khusus. Jika terhadap beberapa host diberikan
sebuah alamat yang sama, maka alamat tersebut dianggap sebagai Anycast Address.
E. Subnetting IPv6
Subnetting
Subnetting adalah proses menunjuk beberapa bit high-order dari bagian host
dan mengelompokkan mereka dengan topeng jaringan untuk membentuk subnet mask.
Ini membagi jaringan menjadi subnet yang lebih kecil. Diagram berikut memodifikasi
contoh dengan memindahkan 2 bit dari bagian host ke subnet mask untuk membentuk
empat subnet yang lebih kecil seperempat ukuran sebelumnya.

7
Desain ruang alamat IPv6 berbeda secara signifikan dari IPv4. Alasan utama
untuk subnetting di IPv4 adalah untuk meningkatkan efisiensi dalam pemanfaatan
ruang alamat relatif kecil tersedia, terutama untuk perusahaan. Tidak ada batasan
seperti itu ada di IPv6, sebagai ruang alamat besar yang tersedia, bahkan untuk
pengguna akhir, bukan faktor pembatas.
RFC 4291 subnet compliant selalu menggunakan alamat IPv6 dengan 64 bit
untuk bagian host. Oleh karena itu memiliki / 64 prefix routing yang (128-64 = 64 bit
paling signifikan).
Meskipun secara teknis mungkin untuk menggunakan subnet yang lebih kecil,
mereka tidak praktis untuk jaringan area lokal berbasis pada teknologi Ethernet, karena
64 bit yang diperlukan untuk konfigurasi alamat otomatis stateless.
Internet Engineering Task Force merekomendasikan penggunaan / 127 subnet
untuk poin -untuk-point, yang terdiri dari hanya dua host.
IPv6 tidak mengimplementasikan format alamat khusus untuk lalu lintas
broadcast atau jaringan nomor, dan dengan demikian semua alamat dalam subnet
adalah alamat host yang valid. Alamat nol semua dicadangkan sebagai alamat anycast
Subnet-Router.
Alokasi yang disarankan untuk lokasi pelanggan IPv6 adalah ruang alamat
dengan 48-bit (/ 48) prefix.However, rekomendasi ini direvisi untuk mendorong blok
yang lebih kecil, misalnya menggunakan 56-bit awalan. alokasi umum lainnya adalah
/ 64 awalan untuk jaringan pelanggan perumahan.
Subnetting di IPv6 didasarkan pada konsep variabel-panjang subnet masking
(VLSM) dan metodologi CIDR. Hal ini digunakan untuk lalu lintas rute antara ruang
alokasi global dan dalam jaringan pelanggan antara subnet dan internet pada
umumnya.

8
F. Penulisan Alamat pada IPv6
Model x:x:x:x:x:x:x:x dimana ‘x‘ berupa nilai hexadesimal dari 16 bit porsi
alamat, karena ada 8 buah ‘x‘ maka jumlah totalnya ada 16 * 8 = 128 bit.
Contohnya adalah :
FEDC : BA98 : 7654 : 3210 : FEDC : BA98 : 7654 : 3210
Jika format pengalamatan IPv6 mengandung kumpulan group 16 bit alamat, yaitu ‘x‘,
yang bernilai 0 maka dapat direpresentasikan sebagai ‘::’. Contohnya adalah :
FEDC : 0 : 0 : 0 : 0 : 0 : 7654 :
3210 dapat direpresentasikan sebagai
FEDC :: 7654 : 3210
Dan 0:0:0:0:0:0:0:1 dapat direpresentasikan sebagai ::1
Model x:x:x:x:x:x:d.d.d.d dimana ‘d.d.d.d’ adalah alamat IPv4 semacam 167.205.25.6
yang digunakan untuk automatic tunnelling. Contohnya adalah :
0:0:0:0:0:0:167.205.25.6 atau ::167.205.25.6
0:0:0:0:0:ffff:167.205.25.7 atau :ffff:167.205.25.7
Jadi jika sekarang mengakses alamat di internet misalnya 167.205.25.6 pada saatnya
nanti format tersebut akan digantikan menjadi semacam ::ba67:080:18. Sebagaimana
IPv4, IPv6 menggunakan bitmask untuk keperluan subnetting yang direpresentasikan
sama seperti representasi prefix-length pada teknik CIDR yang digunakan pada IPv4,
misalnya :
3ffe:10:0:0:0:fe56:0:0/60
menunjukkan bahwa 60 bit awal merupakan bagian network bit.
Jika pada IPv4 mengenal pembagian kelas IP menjadi kelas A, B, dan C maka pada
IPv6 pun dilakukan pembagian kelas berdasarkan fomat prefix (FP) yaitu format bit
awal alamat. Misalnya :
3ffe:10:0:0:0:fe56:0:0/60
maka jika diperhatikan 4 bit awal yaitu hexa ‘3’ didapatkan format prefixnya untuk 4
bit awal adalah 0011 (yaitu nilai ‘3’ hexa dalam biner).

9
G. Kelas IPv6
Ada beberapa kelas IPv6 yang penting yaitu :
1. Aggregatable Global Unicast Addresses : termasuk di dalamnya adalah alamat
IPv6 dengan bit awal 001.
2. Link-Local Unicast Addresses : termasuk di dalamnya adalah alamat IPv6 dengan
bit awal 1111 1110 10.
3. Site-Local Unicast Addresses : termasuk di dalamnya adalah alamat IPv6 dengan
bit awal 1111 1110 11.
4. Multicast Addresses : termasuk di dalamnya adalah alamat IPv6 dengan bit awal
1111 1111.

Pada protokol IPv4 dikenal alamat-alamat khusus semacam 127.0.0.1 yang


mengacu ke localhost, alamat ini direpresentasikan sebagai 0:0:0:0:0:0:0:1 atau ::1
dalam protokol IPv6. Selain itu pada IPv6 dikenal alamat khusus lain yaitu
0:0:0:0:0:0:0:0 yang dikenal sebagai unspecified address yang tidak boleh diberikan
sebagai pengenal pada suatu interface. Secara garis besar format unicast address adalah
sebagai berikut :

Gambar 2.5 Format Unicast Address

Interface ID digunakan sebagai pengenal unik masing-masing host dalam satu


subnet. Dalam penggunaannya umumnya interface ID berjumlah 64 bits dengan format
IEEE EUI-64. Jika digunakan media ethernet yang memiliki 48 bit MAC address maka
pembentukan interface ID dalam format IEEE EUI-64 adalah sebagai berikut :
Misalkan MAC address-nya adalah 00:40:F4:C0:97:57
1. Tambahkan 2 byte yaitu 0xFFFE di bagian tengah alamat tersebut sehingga menjadi
00:40:F4:FF:FE:C0:97:57
2. Komplemenkan (ganti bit 1 ke 0 dan sebaliknya) bit kedua dari belakang pada byte
awal alamat yang terbentuk, sehingga yang dikomplemenkan adalah ‘00’ (dalam
hexadesimal) atau ‘00000000’ (dalam biner) menjadi ‘00000010’ atau ‘02’ dalam
hexadesimal.

10
3. Didapatkan interface ID dalam format IEEE EUI-64 adalah
0240:F4FF:FEC0:9757.

Di bawah ini adalah tabel perbandingan antara IPv4 dan IPv6 :


IPv4 IPv6
Panjang alamat 32 bit (4 bytes). Panjang alamat 128 bit (16 bytes)
Tidak harus dikonfigurasi secara
Dikonfigurasi secara manual atau
manual, bisa menggunakan address
DHCP IPv4.
auto-configuration.
Dukungan terhadap IPSec opsional. Dukungan terhadap IPSec dibutuhkan
Fragmentasi dilakukan oleh pengirim
Fragmentasi dilakukan hanya oleh
dan pada router, menurunkan kinerja
pengirim.
router.
Paket link-layer harus mendukung
Tidak mensyaratkan ukuran paket pada
ukuran paket 1280 byte dan harus bisa
link-layer dan harus bisa menyusun
menyusun kembali paket berukuran
kembali paket berukuran 576 byte.
1500 byte
Untuk mengelola keanggotaan grup IGMP telah digantikan fungsinya oleh
pada subnet lokal digunakan Internet Multicast Listener Discovery
Group Management Protocol (IGMP). (MLD).
Checksum termasuk pada header. Cheksum tidak masuk dalam header
Data opsional dimasukkan seluruhnya
Header mengandung option.
ke dalam extensions header.
Menggunakan ARP Request secara
ARP Request telah digantikan oleh
broadcast untuk menterjemahkan
Neighbor Solitcitation secara multicast.
alamat IPv4 ke alamat link-layer.

Tabel 2.1 Perbandingan IPv4 dan IPv6


H. Struktur Paket Data pada IPv6
Dalam men-design header paket ini, diupayakan agar cost atau nilai
pemrosesan header menjadi kecil untuk mendukung komunikasi data yang lebih real
time. Misalnya, alamat awal dan akhir menjadi dibutuhkan pada setiap paket.
Sedangkan pada header IPv4 ketika paket dipecah-pecah, ada field untuk
menyimpan urutan antar paket. Namun field tersebut tidak terpakai ketika paket tidak
dipecah-pecah. Header pada Ipv6 terdiri dari dua jenis, yang pertama, yaitu field yang
dibutuhkan oleh setiap paket disebut header dasar, sedangkan yang kedua yaitu field
yang tidak selalu diperlukan pada packet disebut header ekstensi, dan header ini
didifinisikan terpisah dari header dasar.
Header dasar selalu ada pada setiap packet, sedangkan header tambahan hanya
jika diperlukan diselipkan antara header dasar dengan data. Header tambahan,
saat ini didefinisikan selain bagi penggunaan ketika packet dipecah, juga didefinisikan

11
bagi fungsi security dan lain-lain. Header tambahan ini, diletakkan setelah header
dasar, jika dibutuhkan beberapa header, maka header ini akan disambungkan berantai
dimulai dari header dasar dan berakhir pada data. Router hanya perlu memproses
header yang terkecil yang diperlukan saja, sehingga waktu pemrosesan menjadi
lebih cepat. Hasil dari perbaikan ini, meskipun ukuran header dasar membesar dari
20 bytes menjadi 40 bytes namun jumlah field berkurang dari 12 menjadi 8 buah saja.

Gambar 2.6 Struktur Header Dasar pada IPv6

I. Perubahan dari IPv4 ke IPv6


Perubahan dari IPv4 ke IPv6 pada dasarnya terjadi karena beberapa hal yang
dikelompokkan dalam kategori berikut :
1. Kapasitas Perluasan Alamat
IPv6 meningkatkan ukuran dan jumlah alamat yang mampu didukung oleh
IPv4 dari 32 bit menjadi 128bit. Peningkatan kapasitas alamat ini digunakan untuk
mendukung peningkatan hirarki atau kelompok pengalamatan, peningkatan
jumlah atau kapasitas alamat yang dapat dialokasikan dan diberikan pada node dan
mempermudah konfigurasi alamat pada node sehingga dapat dilakukan secara
otomatis. Peningkatan skalabilitas juga dilakukan pada routing multicast dengan
meningkatkan cakupan dan jumlah pada alamat multicast. IPv6 ini selain
meningkatkan jumlah kapasitas alamat yang dapat dialokasikan pada node juga
mengenalkan jenis atau tipe alamat baru, yaitu alamat anycast. Tipe alamat
anycast ini didefinisikan dan digunakan untuk mengirimkan paket ke salah satu
dari kumpulan node.
2. Penyederhanaan Format Header
Beberapa kolom pada header IPv4 telah dihilangkan atau dapat dibuat
sebagai header pilihan. Hal ini digunakan untuk mengurangi biaya pemrosesan hal-

12
hal yang umum pada penanganan paket IPv6 dan membatasi biaya bandwidth pada
header IPv6. Dengan demikian, pemerosesan header pada paket IPv6 dapat
dilakukan secara efisien.
3. Option dan Extension Header
Perubahan yang terjadi pada header-header IP yaitu dengan adanya
pengkodean header Options (pilihan) pada IP dimasukkan agar lebih efisien
dalam penerusan paket (packet forwarding), agar tidak terlalu ketat dalam
pembatasan panjang header pilihan yang terdapat dalam paket IPv6 dan sangat
fleksibel/dimungkinkan untuk mengenalkan header pilihan baru pada masa akan
datang.
4. Kemampuan Pelabelan Aliran Paket
Kemampuan atau fitur baru ditambahkan pada IPv6 ini adalah
memungkinkan pelabelan paket atau pengklasifikasikan paket yang meminta
penanganan khusus, seperti kualitas mutu layanan tertentu (QoS) atau real-time.
5. Autentifikasi dan Kemampuan Privasi
Kemampuan tambahan untuk mendukung autentifikasi, integritas data dan
data penting juga dispesifikasikan dalam alamat IPv6. Perubahan terbesar pada
IPv6 adalah perluasan IP address dari 32 bit pada IPv4 menjadi 128 bit.128 bit ini
adalah ruang address yang kontinyu dengan menghilangkan konsep kelas. Selain
itu juga dilakukan perubahan pada cara penulisan IP address. Jika pada IPv4 32 bit
dibagi menjadi masing-masing 8 bit yang dipisah kan dengan "." dan di tuliskan
dengan angka desimal, maka pada IPv6, 128 bit tersebut dipisahkan menjadi
masing-masing 16 bit yang tiap bagian dipisahkan dengan ":"dan dituliskan
dengan hexadesimal. Selain itu diperkenalkan pula struktur bertingkat agar
pengelolaan routing menjadi mudah. Pada CIDR (Classless Interdomain Routing)
table routing diperkecil dengan menggabungkan jadi satu informasi routing dari
sebuah organisasi.
J. Transisi IPv6
Untuk mengatasi kendala perbedaan antara IPv4 dan IPv6 serta menjamin
terselenggaranya komunikasi antara pengguna IPv4 dan pengguna IPv6, maka dibuat
suatu metode Hosts-dual stack serta Networks-Tunneling pada perangkat jaringan,
misalnya router dan server.

13
Gambar 2.7 Network - tunneling (IPv6 transition)

Jadi setiap router menerima suatu paket, maka router akan memilah paket tersebut
untuk menentukan protokol yang digunakan, kemudian router tersebut akan
meneruskan ke layer diatasnya.

14
K. Contoh Infrastruktur IPv6

Gambar 2.8 Infrastruktur IPv6

Gambar 2.9 Infrastructur IPv6

15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
IPv4 yang merupakan pondasi dari Internet telah hampir mendekati batas akhir dari
kemampuannya, dan IPv6 yang merupakan protokol baru telah dirancang untuk
dapat menggantikan fungsi IPv4. Motivasi utama untuk mengganti IPv4 adalah karena
keterbatasan dari panjang addressnya yang hanya 32 bit saja serta tidak mampu
mendukung kebutuhan akan komunikasi yang aman, routing yang fleksibel maupun
pengaturan lalu lintas data. Keunggulan IPv6 dibandingkan dengan IPv4 diantaranya
yaitu setting otomatis stateless dan statefull. Kemudian, dasar migrasi perubahan dari
Ipv4 ke Ipv6 diantaranya kapasitas perluasan alamat, penyederhanaan format header,
option dan extension header, kemampuan pengkabelan aliran paket serta autentifikasi
dan kemampuan privasi. Untuk mengatasi kendala perbedaan antara IPv4 dan IPv6
serta menjamin terselenggaranya komunikasi antara pengguna IPv4 dan pengguna
IPv6, maka dibuat suatu metode Hosts-dual stack serta Networks-Tunneling pada
hardware jaringan, misalnya router dan server
B. Saran
1. Address space IPv6 adalah sebuah sumber daya publik yang harus diatur dengan
hati-hati sehubungan dengan kepentingan internet jangka panjang. Manajemen
address space yang bertanggung jawab mencakup penyesuaian seperangkat tujuan
yang kadang bersifat kompetitif.
2. Walaupun IPv6 menyediakan pool address spaceyang sangat besar, kebijakan
address sebaiknya menghindari praktik yang sia-sia dan tidak perlu. Permohonan
address space sebaiknya didukung dengan dokumentasi yang sesuai dan
penimbunan address yang tidak terpakai sebaiknya dihindari.
3. Setiap delegasi dan/atau alokasi address space harus menjamin keunikan universal.
Ini merupakan persyaratan mutlak guna menjamin setiap host publik dapat
diidentifikasikan secara unik di internet.

16
DAFTAR PUSTAKA
1. Irvan Nasrun. 2005. “Mengenal Internet Protokol Masa Depan”. Majalah CHIP
Spesial Networking, halaman 6.
2. http://www.ipv6forum.com
3. http://www.ipv6.org
4. http://www.ipv6.research.microsoft.com
5. Rahmat Rafiudin. 2005. “Ipv6 Addressing”. Jakarta : Gramedia.
6. R. Mohamad Dikshie Fauzie. 2003. “Pengantar IPv6 dan Implementasinya pada
FreeBSD”.(http://www.ilmukomputer.com)
7. http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-subnetting-menurut-desainer-
internet-protocol/

17

Anda mungkin juga menyukai