Anda di halaman 1dari 5

Penerapan Gugus Kendali Mutu dengan sistem

PDCA dalam Efisiensi Biaya di PT XYZ


Sarah Firza Mailani1, Barda Mahendra2, Andri Oktarian3*
1,3
JurusanTeknikIndustriUniversitasBuddhiDharma
Jln. Imam Bonjol No. 41 Tangerang 15115
1
sarahfirzamailani@gmail.com
3*
bardamahendra@gmail.com (penuliskorespondensi)

Intisari— Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis efisiensi biaya di PT XYZ menggunakan sistem PDCA (Plan-Do-
Check-Act) melalui pembentukan Gugus Kendali Mutu (GKM). Penelitian ini melibatkan analisis data reject PT XYZ dan
melakukan perbandingan reject sebelum dan setelah penerapan sistem PDCA melalui pembentukan gugus kendali mutu. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa PT XYZ berhasil menghemat biaya sebesar 22 Jt dalam waktu 1 Bulan dengan menerapkan sistem
PDCA dan metode gugus kendali mutu. Temuan ini menunjukkan bahwa penerapan sistem PDCA dan metode gugus kendali mutu
dapat secara signifikan meningkatkan efisiensi biaya PT XYZ.
Kata kunci— Efisiensi biaya, PDCA, Gugus Kendali Mutu, PT XYZ.

Abstract— The aim of this research is to analyze cost efficiency at PT XYZ using the PDCA (Plan-Do-Check-Act) system through the
implementation of the Gugus Kendali Mutu (GKM). This research involves analyzing PT XYZ's financial data and comparing cost
performance before and after implementing the PDCA system and the quality control group method. The research results show that
PT These findings indicate that the implementation of the PDCA system and quality control group method can significantly increase
PT XYZ's cost efficiency.
Keywords— Cost efficiency, PDCA, Gugus Kendali Mutu, PT XYZ..

I. PENDAHULUAN menggunakan alat kendali mutu dan proses pemecahan


Di era persaingan yang semakin ketat, perusahaan telah masalah. (Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah -
menjadikan efisiensi biaya sebagai prioritas utama. Bagi Departemen Perindustrian, 2007). Tujuan dari penerapan
perusahaan, efisiensi biaya berarti mengelola dan Gugus Kendali Mutu adalah untuk mencapai keunggulan
mengoptimalkan pengeluaran yang diperlukan untuk produksi, kompetitif dengan memastikan bahwa semua proses dan
operasional, dan aktivitas lainnya. Meningkatkan efisiensi kegiatan perusahaan berjalan dengan efisien dan menurut
biaya memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan standar. Dalam menerapkan GKM, kelompok menggunakan
keuntungan, mengurangi biaya produksi, dan memperoleh metode Delapan Langkah Perbaikan (8 Steps Improvement),
keunggulan kompetitif di pasar. Oleh karena itu, perusahaan- Tujuh Alat Pemecahan Masalah (Seven Tools) dan teknik
perusahaan saat ini semakin mengarah pada pengelolaan problem solving Brainstorming, 5Why Approach dan 5W2H.
efisiensi biaya yang efektif. PDCA (Plan-Do-Check-Action) adalah sistem yang sering
PT XYZ merupakan sebuah perusahaan manufaktur digunakan di perusahaan-perusahaan besar melalui proses
subsektor makanan dan minuman berskala internasional. yang terus menerus dan berkesinambungan (Continuous
Salah satu produk yang dihasilkan yaitu wafer. Salah satu Improvement). PDCA diperkenalkan oleh Dr. W. Edwards
komponen dari wafer tersebut adalah cereal. Seiring dengan Deming, seorang pakar kualitas ternama kebangsaan Amerika
pertumbuhan perusahaan , strategi mengurangi pemborosan Serikat, sehingga siklus ini disebut siklus Deming (Deming
biaya pada produksi perlu diterapkan untuk membantu Cycle/Deming Wheel) (Bastuti, 2017). Sistem PDCA adalah
menstabilkan biaya perusahaan dan meningkatkan efisiensi salah satu sistem yang digunakan dalam penerapan Gugus
biaya bagi perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini akan Kendali Mutu. Sistem ini menggambarkan siklus perbaikan
mengeksplorasi dampak penerapan Gugus Kendali Mutu yang berkesinambungan, dimulai dengan perencanaan (Plan),
dengan sistem PDCA terhadap efisiensi biaya di PT XYZ pelaksanaan (Do), pemeriksaan (Check), dan tindakan (Act)
Dalam konteks ini, penerapan Gugus Kendali Mutu dengan yang diperlukan untuk memperbaiki proses dan sistem yang
sistem PDCA telah menjadi pendekatan yang populer dalam ada. Sebagai objek penelitian, PT XYZ diharapkan dapat
rangka meningkatkan efisiensi biaya. GKM adalah meningkatkan efisiensi biaya melalui penerapan Gugus
sekelompok kecil karyawan yang terdiri dari 3 – 5 orang dari Kendali Mutu dengan sistem PDCA.
unit kerja yang sama, yang dengan sukarela secara berkala dan
berkesinambungan mengadakan pertemuan untuk melakukan
kegiatan pengendalian mutu di tempat kerjanya dengan
Delapan Langkah Perbaikan dan Tujuh Alat Pemecahan Histogram adalah representasi grafis dari distribusi
Masalah data. Histogram secara grafis menunjukkan
Delapan Langkah Perbaikan (8 Steps Improvement) adalah kapabilitas proses (Besterfield,2009).
metode memecahkan masalah atau meningkatkan 5. Diagram Scatter
keberhasilan berdasarkan siklus Plan Do Check Action Diagram Scatter adalah hubungan sebab-akibat
(PDCA) yang berkesinambungan. diatara dua variabel (Besterfield, 2009). Ada
Delapan Langkah Perbaikan tersebut adalah sbb : beberapa hubungan (korelasi) antar dua varibel
1. Menetapkan persoalan / masalah / faktor yaitu :
keberhasilan yang harus diperbaiki / ditingkatkan • Korelasi positif
(Plan) • Korelasi negatif
2. Menganalisa sebab akibat (Plan) • Tidak ada korelasi
3. Mencari akar masalah (Plan) 6. Grafik
4. Merencanakan tindakan (Plan) Grafik adalah sebuah tool yang digunakan untuk
5. Melaksanakan rencana (Do) menampilkan suatu data dalam bentuk visual.
6. Memeriksa hasil dan dampak (Check) 7. Check Sheet
7. Membuat standarisasi (Action) Check Sheet adalah form yang digunakan untuk
8. Menyiapkan rencana berikutnya (Action) mengumpulkan data (Fukui, R., et al, 2003).

Tujuh Alat Pemecahan Masalah adalah alat-alat (tools) II. METODOLOGIPENELITIAN


yang dipakai dalam setiap tahapan perbaikan dalam Penelitian ini dilakukan pada Sub Divisi Produksi PT.
mengelompokkan masalah, menampilkan data sehingga XYZ, dimana sub divisi membentuk kelompok GKM yang
memudahkan analisis data dalam proses penyelesaian masalah terdiri dari 6 orang dan 1 orang bertindak sebagai fasilitator.
dan peningkatan kinerja. GKM ini bertujuan untuk melakukan langkah-langkah
perbaikan tentang kinerja sub divisi dalam mengatasi faktor
Tujuh alat tersebut adalah : yang menyebabkan kegagalan mencapai efisiensi atau
1. Stratifikasi peningkatan keborosan.
Menurut Tjiptono, 2003 Stratifikasi merupakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
teknik mengelompokkan data ke dalam kategori kasus di PT XYZ. Observasi langsung, wawancara dengan
tertentu, agar data dapat menggambarkan pihak terkait, dan analisis dokumentasi adalah metode yang
permasalahan secara jelas sehingga kesimpulan digunakan untuk mengumpulkan data untuk penelitian ini.
mudah diambil. Contoh : setelah mengumpulkan Fokus penelitian ini adalah proses penerapan Gugus Kendali
data kecacatan pada produk , percetakan, Mutu dengan sistem PDCA di PT XYZ dan bagaimana hal ini
didapatkan faktor yang dapat distratifikasi dalam berdampak pada efisiensi biaya perusahaan.
kategori : operator, mesin, ukuran kertas, waktu, Sumber data yaitu data kuantitatif diperoleh dari
tanggal dan metode. perusahaan berupa data perbandingan persentase target Reject
2. Diagram Pareto terhadap pencapaian Reject Sub Divisi Produksi Cereal
Diagram Pareto diciptakan oleh Alfred Pareto dalam 6 bulan terakhir (data awal) dan data perbandingan
(1848-1923) yang melakukan studi ekstensif target terhadap pencapaian selama GKM berlangsung (data
tentang distribusi kekayaan di Eropa. Ia akhir). Sumber data kualitatifnya adalah ide-ide yang
menemukan bahwa hanya sedikit orang yang diperoleh saat kelompok GKM melakukan Brain Storming
memiliki banyak uang dan banyak orang yang dan 5 Why Aproach.
memiliki sedikit uang. Distribusi kekayaan yang
tidak merata ini yang menjadi bagian integral dari
teori ekonomi. Diagram ini mengklasifikasi data
dengan urutan menurun dari kiri ke kanan
(Besterfield, 2009).
3. Diagram sebab –akibat
Diagram Tulang Ikan atau Fishbone Diagram
(Ahyari, 2013) atau biasanya dikenal dengan
nama Diagram Sebab-Akibat (Cause and Effect
Diagram) adalah salah satu alat yang digunakan
untuk melihat permasalahan dan penyebab
terjadinya permasalahan.
4. Histogram
III. HASILDANPEMBAHASAN
A. Data Sebelum GKM

Sebelum melakukan GKM diperlukan data-data Reject


Produksi Sub Divisi Produksi Cereal yaitu berupa persentase
reject yang dicapai pada 6 bulan sebelumnya.
Tabel 1
Data Reject Produksi Cereal

Dari data diatas dapat dilihat Persentase Reject pada bulan


Januari sampai Juni 2022 tidak mencapai target yang telah
ditetapkan oleh managemen. Oleh karena itu perlu diketahui
penyebab masalah tidak tercapainya target dan usaha-usaha
yang dilakukan agar dapat mencapai target.
Setelah dibentuk tim GKM pada Sub Divisi Produksi Cereal,
kemudian mulai dilakukan putaran siklus PDCA dengan
menjalankan delapan langkah perbaikan sebagai berikut :

Langkah 1 : Menetapkan persoalan / masalah / faktor


keberhasilan yang harus diperbaiki / ditingkatkan

Pada langkah ini ditetapkan masalah yaitu tidak tercapainya


target Reject Bubuk Kasar Sub Divisi Produksi Cereal. Oleh
karena itu topik/tema yang diangkat padaGKM periode ini
adalah “MENURUNKAN REJECT BUBUK KASAR DARI
2,02% MENJADI 1% DENGAN CARA MENAMBAHKAN
MESH VIBRATOR DALAM WAKTU 6 BULAN”

Langkah 2 : Menganalisa sebab akibat


Pada langkah ini dilakukan Brainstrorming, yaitu menggali
ide-ide dari anggota GKM. Pada kegiatan Brainstorming,
setiap anggota memberikan ide-ide secara bergiliran dan
Berdasarkan diagram pareto di atas, salah satu dipimpin oleh fasilitator yaitu Supervisor. Selama proses
permasalahan yang dominan adalah tingginya reject bubuk berlangsung semua ide dicatat dan anggota tidak boleh
kasar yaitu sebesar 2,02 % dengan nilai 32910 kg. memberi tanggapan atau mengkoreksi setiap ide yang
PENETAPAN TARGET diberikan. Ada aturan tertentu dalam memberikan ide dan
tidak diperbolehkan memberi ide menjurus kepada hal yang
sensitif misalnya mengkritik kebijakan besaran gaji yang
diterima karyawan. Dengan menggunakan Diagram Sebab
Akibat dikelompokkan penyebab masalahnya dengan kategori
tertentu. Adapun hasil Brainstorming tentang penyebab
tingginya Reject Bubuk Kasar adalah sebagai berikut :
Tabel 2
Merencakan tindakan adalah usaha yang didasarkan pada
akar masalah yang ditemukan. Menggunakan matriks 5W3H
merencanakan tindakan perbaikan pada ke tiga akar masalah
yang ditentukan pada langkah 3.

Langkah 3 :Mencari akar masalah Langkah 5 : Melaksanakan rencana


Pada langkah ke 2 ditemukan penyebab dari permasalahan Dari rencana tindakan yang telah dibuat, maka tiap anggota
penyebab tidak tercapainya target Reject Bubuk Kasar adalah merealisasikan pada langkah 5. Setiap anggota bertanggung
dari faktor manusia (Operator), masalah material, metode jawab pada kelancaran rencana sesuai dengan tugas
yang digunakan dan faktor lingkungan. Agar mengetahui masingmasing. Tiap tindakan dicatat progresnya dan harus
penyebab yang paling signifikan maka dicari akar dari mengumpulkan bukti tertulis sesuai dengan yang dijadwalkan,
permasalahan dengan menggunakan teknik 5 Why yaitu bukti pelaksanaan training dan absensi selama periode GKM.
bertanya hingga lima kali penyebab dari masalah tersebut. Setiap minggu anggota GKM melakukan pertemuan rutin
Untuk menentukkan prioritas perbaikan dibuat tabel untuk membahas progres dan kendala yang terjadi selama
pembobotan akar masalah berdasarkan nilai R2, tingkat proses pelaksanaan rencana.
urgensia sebagai pembanding sebelum dilakukan GKM.
Faktor yang diambil hanya akar masalahnya saja. Langkah 6 : Memeriksa hasil dan dampak
Setelah melaksanakan tindakan sesuai dengan yang
direncanakan, maka langkah selanjutnya memeriksa hasil dan
dampak sesuai dengan tujuan dari GKM ini. Adapun hasil
dan dampaknya sebagai berikut:

Dari data diatas dapat dilihat bahwa Vibrator menjadi akar


masalah dominan karena memiliki ni R2 diatas 0,5%.

Langkah 4 : Merencanakan tindakan


REFERENSI
[1] Deming, W. Edwards. (1986). Out of the Crisis: Quality, Productivity
and Competitive Position.
[2] Akbar, R., & Yusuf, M. H. (2007). Penjelasan Dasar-Dasar Metode
PDCA (Plan, Do, Check, dan Action) dalam Manajemen Peningkatan
[3] Sallis, E. (2014). Total Quality Management in Education. Routledge.
[4] Bastuti, S. 2017. Analisis Kegagalan Pada Seksi Marking Untuk
Menurunkan Klaim Internal Dengan Mengaplikasikan Metode Plan-
Do-Check-Action (PDCA). Jurnal Mesin Teknologi. 11(2): 113-122
[5] Haq, Q. 2017. Analisis biaya kualitas untuk meningkatkan efisiensi
biaya produksi pada PT Gemah Ripah Loh Jinawi Industri. Skripsi.
Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim.
[6] Kualitas (Studi Kasus PT XYZ). Jurnal Manajemen Perusahaan, 9(2),
107-116.
[7] . Brennan, Linda L., 2011, Operations Management, McGraw Hill, p
70-75
[8] https://www.researchgate.net/publication/313902372 _Jurnal QCC

Rerata Persentasi Bubuk Kasar nya


berkurang dari 2,02%
menjadi 0,68% dibawah
target GKM 1,00%

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat
disimpulkan bahwa penerapan Continuous Improvement
dengan menggunakan Sistem PDCA dan metode Gugus
Kendali Mutu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
efisiensi biaya di PT. XYZ. Kontinuitas dalam meningkatkan
kualitas, produktivitas, dan manajemen sumber daya dapat
menghasilkan perbaikan berkelanjutan yang pada akhirnya
memberikan dampak positif terhadap efisiensi biaya
perusahaan.

Dengan menerapkan konsep Continuous Improvement dan


menggunakan Sistem PDCA serta metode Gugus Kendali
Mutu, PT. XYZ dapat melakukan perbaikan
berkesinambungan dalam segala aspek operasionalnya.
Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Gugus
Kendali Mutu dengan sistem PDCA dapat meningkatkan
efisiensi biaya di PT XYZ yaitu dengan berkurangnya reject
Bubuk Kasar dari 2,02% menjadi 0,68%. Langkah-langkah
dalam sistem PDCA membantu perusahaan memperbaiki
proses operasional, mengurangi biaya non-produksi, dan
meningkatkan kepuasan pelanggan. Oleh karena itu,
direkomendasikan bagi perusahaan lain untuk menerapkan
Gugus Kendali Mutu dengan sistem PDCA guna
meningkatkan efisiensi biaya dalam operasional mereka.

Anda mungkin juga menyukai