Anda di halaman 1dari 84

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

D=REKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA A=R



│.Patumura 20/7 Kebayoran Baru′ ]akarta Selatan 12110 Telp,7396616′ Fac.7208285

Kepada yang terhormat:


1. Para Pejabat Tinggi Pratama;
2. Para Kepala Balai Besar Wilayah Sungai/Bafai Wilayah Sungai;
3. Para Kepala Satuan Keq'alSNVT,
di Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

SURAT EDARAN
Nomor: OalSE/DlzA2A

TENTANG
PEDOMAN PEI{Y-IJSUNAN RENCANA STRATEGIS
DAN DOKUMEN PERENCANAAN LAINI{YA
DI DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR

I'MUM
Bahwa berdasarkan Pasal6 ayat {3) dan ayat (4} Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dal Perumahan Rakyat Nomor 09/PRT/M l2OI8 tentang
Penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumatran RaJryat, tiap unit kerya/urut
pelaksana teknis dan satuan kerja wqiib menyusun Rencana Strategis yang
selaqjutnya disebut Renstra dan Dokumen Perencanaan Lainnya.
Bahwa Renstra merupakan dokumen perencanaan yang menjadi dasar
pen5iusunan program dan anggaran bagr unit-unit kerja dalam organisasi dalam
mencapai tujuan organisasi untuk periode 5 (lima) tahunan yang berpedoman
pada Renstra entitas diatasnya.
Bahwa untuk memberikan kejelasan proses penyusunan Renstra unit kerja/unit
pelaksana teknis dan dokumen perencanaan l,ainnya satuan kerja di Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air perlu menetapkan Pedoman Penyusunan Rencana
Strategis di Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.

B. DASAR PEMBEITTUKAIT
1. Peraturan Presiden Nomor 27 Ta}run 2O2A tentang Kementerian Pekedaan
Umum dan Perumahan Ralqyat {Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
202A Nomor 40);
-2-

2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor


09/PRT/Ⅳ [/2018 むntang Penyelenggaraan sistcln Akuntabitttas Kinetta
Pcmerintah di Kementerian Pckettaan Umum dan Perumahan Ralwat
3. Pcraturan Mentel・ I Perencanaan Pembangunan Nasiona1/Kepala Badan
Perencanaan Pcnlbangllnan Nasional Nomor 5 Tahlln 2019 tentang Tam
Cara Penyusunan Rcncana Sttategis Kemcntcrian/Lclnbaga Tahun 2020-
2024:
4. Peraturan l1/1ente五 Pekettaan Ulllum dan Pcrumahan Rakvat Nomor 13
Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kctta Kcinenterian Pekettaan
Umuttl dal■ Penill■ ahan Rattat(Beritt Ncgara Rcpublilc lndonesia Tahun
2020 Nomor 473);
5. Peratllran Ⅳlentel‐ I PckerJaan Um■ lm dan Perumahan Rakvat Nomor i6
Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kctta Unit Pelaksana Teknis di
Kcrllcntcl‐ ian Pckettaan umum dan Perumahan Rattat(Bcrila Ncgara
Republik/1ndonesia tahun 2020 Nomor 554);
6. Surat Edaran Menteri Pckettaan Umum dan Perumahan Rattat Nomor
09/SE/Ⅳ1/2020 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Unit
Organisasi,Unit Ketta/Unit Pelaksana Tcknis,dan Pcnvusunan Dokumen
Perencanaan Lallrya Untuk Satuan Ketta di Kelnente五 an Pekcttaan Umlllll
dan Perulalahan Rakyat.

MAI(SUD DAN TUJI'AIT


Surat Edaran ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi para Pejabat Tinggi
Pratama, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai/Balai Wilayah Sungai/Balai Teknik
dan Kepala Satuan Kerya/SNVT dalam menyusun Renstra dan Dokumen
Perencanaan Lainnya di Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.
Surat Edaran ini bertujuan agar peiaksanaan penyusunan Renstra dan
Dokumen Perencanaan Lainnya dapat dilaksanakan dengan baik gun{}
mewujudkan program dan kegiatan prioritas dan menjadi tragian pelaksanaan
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air.

D. RUAITG LINGKUP
Ruang Lingkup Surat Edaran ini melipuli:
1. Tata Cara Penyusunan Renstra unit Kerja;
-3-

2.Tata Cara Ullit Pelaksana Teknis;dan


3.Tata Cara Penvusunan Dokumen Perencanaan lttlinnya Satuan Kctta/SNVT.

E. PELAKSANAAN
l.Tata Cara Pcnyusunan Rcnstra Unit KerJa terdiri atas:
a. Proscs Pcnvusunan Renstra Unit KcrJa disustln olch Sub
Direktorat/Bagian yang membidangi Program dan Anggaran di
Direktorat Jcndcral Sumbcr Dtta Air yang lncliputil
l)Penyustlnan Kttian Awal Rcnstra;
2) Penelaahan;dan
3) Penempan.
b. Tahapan Penvusunan Renstta ini ditttukan bagi Unit Kctta(Eselon ll),
di Direktorat Jcndcral Sumber Dtta tt dilaksanakan lllelalui tahapani
l) pCrSiapan;
2) idcntif■ asi kondisi umunl dan pcrllllasalahan:
3) internalisasi visi dan llllisil

4) pe■ lyusunan tttuan dan sasaran;


5) penvuSunan arah kebiiakan,stratcgi dan kcrangka regl■ lasil

6) pe■ yuSunan prograll■ ,kcgiatan,sasaran dan indikator;


7) pc■yuSunan target dan pcndanaan;
3) pe,yuSunan kerangka kelembagaan;
9) pCnChahan;dan
10)penetapan dan lnasa bcrlaku Rcnstra.
2. Tattl Cara Penyusunan Rcnstra Unit Pclaksana Tcknis tel‐ d静 i atas:

a. Proses Penyusunan Renstra Unit Pelaksana Tcknis disusun okh


Bidang/SekSi yang mcILbidangi Program dan Al■ ggaran di Dむ cktorat
」cndcral Sul■ lbcr Dava Air vang llncliputi:

1)PenVusunan Kttian Awal Rensta;


2) Penclaahan;dan
3) Penctapan.
b. Tahapan Penvusunan Renstra ini ditttukan bagi Unit Pelaksana Teknis
(BBWS/B耽「S/Balai TCknik)di DII・ ektorat」 enderal Sumber Dtta Air
dilaksanakan inelalui tahapan:
1)pCrSiapan;
2) identifikasi kondisi umunl dan pcrll■ asalahan:
-4-

3)internalisasi宙 si dan mist


4) pc■yuSunan tttuan dan sasaran;
5) penyuSunan arah kebiiakan,sttategi dan l∝ rangka regulasi;
6) pe,yuSunan progral■ ■,keglatan,sasaran dan indikator;
7) penyllSunan target dan pendanaan;
8) penyuSunan kerangka kelelllbagaan;
9) penClaahan;dan
10)penetapan dan masa berlaku Renstta.
3. Tam Cara Penvusunan Dokumen Perencanaan Lainnya Satuan Ketta/SNVT
tcl・ dil・ i atas:

a, Proses Pc■ yusunan Dokumcn Pcrencanaan Lainnya lncliputi


l) PrOSCS Penyusunan dan penelaahan;dan
2) ProsCS Penetapan.
b. Tahapan Penvusunan Dokumen Pcrencanaan Laillnva ini ditttukan baξ
Satuan Kctta/SNヽ 9, di D静 cktorat Jendcral Suinber D匈 ″
a Air,
dilaksanakan lll■ elalui tahapan:

1)perShpan;
2) iClentif■ asi kondisi umulln dan peHnasalahan;

3)il■ rnalisasi visi dan mist



4) penyusunan tttuan dan output sasaran keglatan;
5) penyuSunan targct kinctta dan kerangka pcndanaan;
6) penclaahan;dan
7) penctapan lnasa bcrlakll.
4. Ril■ cian detail lncngcnai Tahapan Penvusunan Renstra Unit Ketta/Unit
Pelaksana Tcknis dan Dokumen Perencanaan Lainnya Satuan Kctta/SNVT
scbagailllllana tercantun dalam Lamplran yang merupakan bagian tidak
機 rpisahkan dari Surat Edaran ini.

F. PEMANTAUAN DAN EVALUASI


l.PcIIlantauan dan evaluasi dilaksanakan Obh Unit Kctta yang Membidal■ J
Program dan Anggaran di Dむ cktorat Jendcral Sumbcr Dtta Aむ llntuk
melakukan koomillasi terhadap pclaksanaan pc■ yusunan Renstra Unit
Ketta/Unit Pchksana Teknis dan Dokumen Percncanaan Lain,ya di
Dttktorat」 endcral Sumbcr Dtta A静 .
-5-

'2. Laporan pemantauan dan evaluasi disampaikan oleh Kepala Unit Kerja yang
Membidangi Program dan Anggaran cli Direktorat Jenderai Sumber Daya Air
kepada Direktur Jenderal Sumber Daya Air setiap 1 (satu) tahun sekali.

PENUTUP
Surat Edaran ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Demikian disampaikan untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 7 Agustus 2020
DIREKTUR」 ENDERAL BER DAYA AIR,

NIP.196302241988101001 脅

?embusan disampaikan kepada Yth.:


1. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; {sebagai laporan)
2. Kepala Badan Pengembangan infrastruktur Wilayah Kementerian Pekeq'aan
Umurl dan Perumahan Rakvat.
-6-

LAMPIRAN
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL
SUMBER DAYA AIR
NOMOR 04/SE/D/2020
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA
STRATEGIS DAN DOKUMEN
PERENCANAAN LAINNYA DI DIREKTORAT
JENDERAL SUMBER DAYA AIR

BAB I
UMUM

1.1 Latar Belakang


Rencana Strategis merupakan dokumen perencanaan yang menjadi dasar
penyusunan program dan anggaran bagi unit-unit kerja dalam organisasi
untuk mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR
Nomor 13 Tahun 2020, Direktorat Jenderal SDA berfungi untuk 1)
melaksanakan perumusan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya air
yang terpadu dan berkelanjutan; 2) melaksanakan kebijakan di bidang
konservasi sumber daya air dan pendayagunaan sumber daya air termasuk
air tanah, serta pengendalian daya rusak air termasuk air tanah; 3)
melaksanakan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang
pengelolaan SDA; 4) melaksanakan bimbingan teknis dan supervisi di bidang
pengelolaan SDA; 5) melaksanakan evaluasi dan pelaporan di bidang
pengelolaan SDA; 6) melaksanakan administrasi direktorat jenderal SDA;
serta 7) melaksanakan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri, mendukung
tujuan pembangunan infrastruktur PUPR di bidang sumber daya air.
Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR Nomor 09/PRT/M/2018, tiap unit
organisasi, Unit Kerja (Eselon II), unit pelaksana teknis (BBWS/BWS/Balai
Teknik), dan satuan kerja wajib menyusun rencana strategis (Renstra).
Penyusunan Renstra Unit Kerja (Eselon II), Renstra Unit Pelaksana Teknis
(BBWS/BWS/Balai Teknik) dilakukan oleh bagian/bidang yang memiliki
tugas dan fungsi penyusunan Renstra Unit Kerja (Eselon II)/Renstra Unit
Pelaksana Teknis (BBWS/BWS/Balai Teknik). Sedangkan Satuan Kerja/SNVT
wajib menyusun Dokumen Perencanaan Lainnya yang mengacu pada Renstra
Unit Pelaksana Teknis (BBWS/BWS/Balai Teknik).
Isi dari dokumen Renstra dan Dokumen Perencanaan Lainnya bukan hanya
matriks kinerja dan pendanaan, tapi juga berisi naskah arah kebijakan dan
strategi serta target kinerja yang akan dilaksanakan oleh suatu unit kerja
(Eselon II)/Renstra Unit Pelaksana Teknis (BBWS/BWS/Balai Teknik) dan
Dokumen Perencanaan Lainnya untuk mencapai sasaran pembangunan
nasional dan sasaran strategis Kementerian PUPR.
-7-

Berdasarkan hal tersebut diatas, diperlukan pedoman yang menjadi dasar


dan acuan pelaksanaan penyusunan Renstra untuk Unit Kerja (Eselon
II)/Renstra Unit Pelaksana Teknis (BBWS/BWS/Balai Teknik) dan Dokumen
Perencanaan Lainnya di Direktorat Jenderal SDA.

1.2 Maksud dan Tujuan


Pedoman ini dimaksudkan agar setiap Unit Kerja (Eselon II)/Unit Pelaksana
Teknis (BBWS/BWS/Balai Teknik) dan Dokumen Perencanaan Lainnya di
Direktorat Jenderal memiliki pemahaman yang sama didalam menyusun
program dan kegiatan yang dijadikan sebagai Rencana Strategi dengan tujuan
agar ada standar, arahan dan acuan yang dapat dipergunakan oleh Unit Kerja
(Eselon II)/Unit Pelaksana Teknis (BBWS/BWS/Balai Teknik) dan Dokumen
Perencanaan Lainnya di Direktorat Janderal SDA dalam rangka menyusun
program dan kegiatan dalam kurun waktu 5 (lima) Tahun.

1.3 Kedudukan Renstra dalam Perencanaan Nasional


Peraturan Menteri PUPR Nomor 09/PRT/M/2018 tentang Penyelenggaraan
SAKIP di Kementerian PUPR menegaskan bahwa setiap level entitas
akuntabilitas kinerja di Kementerian PUPR wajib membuat Renstra baik itu
pada entitas Kementerian, Unit Organisasi, Unit Kerja, Unit Pelaksana Teknis,
maupun level Satuan Kerja. Penyusunan Renstra di setiap tingkat entitas
tersebut di atas mencerminkan penjenjangan sasaran kinerja mulai dari
sasaran strategis tingkat Kementerian, sasaran program tingkat Unit
Organisasi, sasaran kegiatan tingkat Unit Kerja/Unit Pelaksana Teknis, dan
kegiatan Satuan Kerja.
Renstra suatu entitas harus mendukung pencapaian Renstra entitas di
atasnya. Renstra Unit Kerja (Eselon II) memuat pelaksanaan kebijakan dan
strategi Unit Organisasi dalam mendukung pencapaian sasaran strategis
Kementerian.
-8-

Pedoman
RPJP
Nasional
Pedoman

Dijabarkan Dijabarkan Pedoman


Visi Misi RPJM
Presiden RKP RAPBN
Nasional
Pedoman
Diacu

Pedoman Pedoman
Renstra K/L Renja K/L RKA K/L
Kontrak Kinerja

Pedoman

Renstra
Unit
Organisasi

Pedoman

Renstra
Unit Kerja
Pedoman

Dokumen Pedoman
Perencanan DIPA
Satuan Kerja

LAPORAN :
- Kinerja Pembangunan;
- Kinerja Anggaran;
- Kinerja Organisasi

Gambar 1.1 Kedudukan Renstra dalam Sistem Perencanaan Pembangunan


Nasional

1.3.1 Renstra Unit Kerja (Eselon II)


Renstra Unit Kerja memuat hal-hal strategis dan operasional sektor
yang menjadi tugas dan fungsinya untuk mendukung pencapaian
sasaran program Unit Organisasi, antara lain: Sasaran Kegiatan,
Output dan Komponen hingga proyek yang akan dijabarkan dalam
bentuk arah kebijakan, strategi, kegiatan, kerangka regulasi,
kerangka pendanaan dan kerangka kelembagaan.
Renstra Unit Kerja (Eselon II) memuat dukungan Renstra Direktorat
Jenderal SDA, dalam hal penyelenggaraan layanan pembinaan,
manajemen, kebijakan pengelolaan, NSPK, layanan internal yang
menetapkan sasaran kegiatan Direktorat Teknis/Pusat untuk kurun
waktu 5 (lima) tahun.
-9-

1.3.2 Renstra Unit Pelaksana Teknis (Renstra BBWS/BWS/Balai


Teknik)
Renstra Unit Pelaksana Teknis memiliki kedudukan yang sama
dengan Renstra Unit Kerja yang didalamnya memuat hal-hal strategis
dan operasional sektor yang menjadi tugas dan fungsinya untuk
mendukung pencapaian sasaran program Unit Organisasi, antara lain
: Sasaran Kegiatan, Output dan Komponen hingga proyek yang akan
dijabarkan dalam bentuk arah kebijakan, strategi, kegiatan, kerangka
regulasi, kerangka pendanaan dan kerangka kelembagaan.
Renstra Unit Pelaksana Teknis memuat dukungan Renstra Direktorat
Jenderal SDA pada Wilayah Sungai yang menjadi wilayah kerjanya
dan dukungan terhadap kebijakan pemerintah daerah dimana Unit
Pelaksana Teknis berada serta disusun berdasarkan Pola dan
Rencana Pengelolaan SDA wilayah sungai. Renstra Unit Pelaksana
Teknis juga harus tetap berpedoman pada kebijakan yang ada pada
Unit Kerja. Renstra Unit Pelaksana Teknis mencakup rencana
pembangunan dan rehabilitasi infrastruktur SDA, operasi dan
pemeliharaan bangunan SDA, hingga tatakelola pengelolaan SDA
dalam kurun waktu 5 (lima) tahun, dalam rangka:
a. Menjawab isu-isu strategis wilayah sungai;
b. Menjaga keseimbangan pendayagunaan dan konservasi sumber
daya air;
c. Meningkatkan kinerja pelayanan infrastruktur pengelolaan SDA;
d. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan SDA di
wilayah sungai.

1.3.3 Dokumen Perencanaan Lainnya (Satuan Kerja)


Dokumen perencanaan lainnya yang memuat kondisi umum serta
potensi dan permasalahan, tujuan dan sasaran satuan kerja, serta
target kinerja dan kerangka pendanaan berdasarkan bidang kerja
satuan kerja.
- 10 -

RPJMN

Renstra Kementerian
PUPR

Renstra Ditjen
SDA

Program Ketahanan SDA

Renstra Renstra Unit


BBWS/BWS/Balai Kerja
Teknis
Renstra
Setditjen SDA
Dokumen
Perencanaan
Renstra
Lainnya Satuan
Direktorat
Kerja

Renstra Pusat
Pengendalian
Lumpur Sidoarjo

Gambar 1.2 Renstra di Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

1.4 Fungsi Pedoman


Pedoman ini berfungsi untuk:
1) Memberikan acuan penyusunan Renstra dan Dokumen Perencanaan
Lainnya bagi Unit Kerja (Eselon II)/Renstra Unit Pelaksana Teknis
(BBWS/BWS/Balai Teknik) dan Satuan Kerja/SNVT di Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air.
2) Menjadi bagian pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) di Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.
sehingga akan tersusun dokumen Rencana Strategis (Renstra) yang:
1) Mengintegrasikan arah kebijakan pembangunan nasional ke dalam arah
kebijakan internal Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan arah
kebijakan Unit Kerja (Eselon II)/Renstra Unit Pelaksana Teknis
(BBWS/BWS/Balai Teknik) dan Satuan Kerja/SNVT di Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air.
- 11 -

2) Menjadi acuan penyusunan program dan kegiatan tahunan Direktorat


Jenderal Sumber Daya Air serta Unit Kerja (Eselon II)/Renstra Unit
Pelaksana Teknis (BBWS/BWS/Balai Teknik) dan Satuan Kerja/SNVT di
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.

1.5 Ruang Lingkup Pedoman


Pedoman ini dimaksudkan untuk memberi arahan kepada Unit Kerja (Eselon
II) Unit Pelaksana Teknis (BBWS/BWS/Balai Teknik) dan Satuan Kerja/SNVT
di Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dalam menyusun dokumen Renstra
dan Dokumen Perencanaan Lainnya untuk mendukung pencapaian tujuan
dan sasaran Kementerian PUPR serta tujuan dan sasaran Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air. Pedoman yang disusun oleh Direktorat Jenderal Sumber
Daya Air akan mengacu garis besar pedoman yang disusun oleh Unit
Organisasi yang mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan
teknis dan strategi keterpaduan antara pengembangan kawasan dengan
infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat dengan penyesuaian
kedalaman substansi untuk Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.
Pedoman yang disusun ini mengatur muatan ketentuan teknis Renstra serta
tahapan penyusunan Rencana Strategis Unit Kerja (Eselon II), Renstra Unit
Pelaksana Teknis (BBWS/BWS/Balai Teknik), dan Satuan Kerja/SNVT.

1.6 Timeline Penyusunan Renstra dan Dokumen Perencanaan Lainnya


A. Timeline penyusunan Renstra Unit Kerja (Eselon II), Renstra Unit
Pelaksana Teknis (BBWS/BWS/Balai Teknik):

Gambar 1.3 Timeline Penyusunan Renstra Unit Kerja (Eselon II)


- 12 -

Gambar 1.4 Timeline Penyusunan Renstra Unit Pelaksana Teknis


(BBWS/BWS/Balai Teknik)

1. Unit Kerja yang Membidangi Program dan Anggaran


a. Menyusun Renstra Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, sebagai
perwujudan Renstra Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat;
b. Menyusun Renstra Unit Kerja (Eselon II) sesuai dengan tugas dan
fungsinya dalam rangka melaksanakan pengaturan, pembinaan, dan
pengawasan terhadap pelaksanaan perencanaan, pemrograman, dan
penganggaran di Direktorat Jenderal Sumber Daya Air;
c. Melakukan pembinaan penyusunan Renstra di Unit Kerja (Eselon II),
Unit Pelaksana Teknis (BBWS/BWS/Balai Teknik), dan Satuan Kerja
(Satker);
d. Mengembangkan modul Perencanaan pada sistem E-Programming
untuk memfasilitasi penyusunan program prioritas pada Renstra
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air secara akuntabel dan
transparan.

2. Unit Kerja (Eselon II)


a. Menyusun Renstra Unit Kerja (Eselon II) sesuai dengan tugas dan
fungsinya dalam rangka melaksanakan pengaturan, pembinaan, dan
pengawasan terhadap pencapaian target sebagaimana ditetapkan
pada RPJMN dan Renstra Direktorat Jenderal Sumber Daya Air,
sesuai bidangnya;
- 13 -

b. Menelaah program prioritas bidangnya di masing-masing


BBWS/BWS/Balai Teknik, sebagai upaya pencapaian target
sebagaimana ditetapkan pada RPJMN dan Renstra Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air.

3. Unit Pelaksana Teknis (BBWS/BWS/Balai Teknik)


Menyusun Renstra Unit Pelaksana Teknis (BBWS/BWS/Balai Teknik)
sesuai dengan arah kebijakan pengelolaan wilayah sungai yang menjadi
wilayah kerjanya, dalam rangka pencapaian target sebagaimana
ditetapkan pada RPJMN dan Renstra Direktorat Jenderal Sumber Daya
Air.

B. Timeline penyusunan Dokumen Perencanaan Lainnya meliputi:


1) Proses Penyusunan dan penelaahan
Proses penyusunan dan penelaahan Dokumen Perencanaan Lainnya
dimulai pada awal Tahun Anggaran berjalan setelah Satuan Kerja
ditetapkan.
2) Proses Penetapan
Dokumen Perencanaan Satuan Kerja ditetapkan setelah struktur
organisasi Satuan Kerja ditetapkan dengan masa berlaku dokumen
adalah 1 (satu) tahun, selama Satuan Kerja (Satker) tersebut masih
difungsikan.

Gambar 1.5 Timeline Penyusunan Dokumen Perencanaan Lainnya


(Satuan Kerja/SNVT)

Satuan Kerja/SNVT Menyusun dokumen perencanaan lainnya sesuai


dengan arah kebijakan Renstra Unit Pelaksana Teknis (BBWS/BWS/Balai
Teknik), dalam rangka pencapaian target tahunan Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air.
- 14 -

BAB II
TATA CARA PENYUSUNAN RENSTRA UNIT KERJA (ESELON II)

A. Proses Penyusunan Renstra


1. Proses Penyusunan Kajian Awal Renstra
Merupakan proses kajian sebagai bahan masukan awal dalam penyusunan
Renstra, fokus pada pelaksanaan Renstra periode yang sedang berjalan dan
identifikasi awal terhadap isu-isu strategis yang akan dihadapi pada 5
(lima) tahun mendatang.
Tahapan ini dilaksanakan pada Juli-Desember tahun ke-4 pelaksanaan
Renstra periode yang sedang berjalan.
2. Proses Penelaahan
Proses penelaahan dilaksanakan dalam rangka mengumpulkan matriks
kinerja dan pendanaan awal yang telah disusun Unit Kerja (Eselon II).
Tahapan ini dilaksanakan mulai November tahun terakhir pelaksanaan
Renstra periode yang sedang berjalan hingga dilakukan Penetapan Renstra
Unit Kerja.
3. Proses Penetapan
Renstra Unit Kerja (Eselon II) ditetapkan selambat-lambatnya 1 (satu)
bulan setelah Renstra Direktorat Jenderal Sumber Daya Air ditetapkan
melalui Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Sumber Daya Air.

B. Tahapan Penyusunan Renstra


Tahapan penyusunan Renstra Unit Kerja (Eselon II) di Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air dibagi atas tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan;
2. Tahap Identifikasi Kondisi Umum dan Permasalahan;
3. Tahap Internalisasi Visi dan Misi;
4. Tahap Penyusunan Tujuan dan Sasaran;
5. Tahap Penyusunan Arah Kebijakan, Strategi, dan Kerangka Regulasi;
6. Tahap Penyusunan Program, Kegiatan, Sasaran, dan Indikator;
7. Tahap Penyusunan Target dan Pendanaan;
8. Tahap Penyusunan Kerangka Kelembagaan;
9. Tahap Penelaahan; dan
10. Penetapan dan Masa Berlaku Renstra.
- 15 -

Gambar 2.1 Bagan Alir Tahapan Penyusunan Renstra Unit Kerja (Eselon II)

2.1. Persiapan
Tahapan persiapan meliputi persiapan awal pelaksanaan dan persiapan
teknis pelaksanaan sebagai berikut:
1) Persiapan awal pelaksanaan, meliputi:
a. Pemutakhiran hasil kajian awal yang sudah dilakukan pada tahun ke-4
pelaksanaan Renstra periode yang sedang berjalan. Pemutakhiran
dilakukan dengan melihat pelaksanaan Renstra pada periode yang
sedang berjalan dan isu-isu strategis nantinya yang akan dihadapi
pada 5 (lima) tahun mendatang.
i. Identifikasi isu strategis yang akan dihadapi 5 (lima) tahun
mendatang.
Isu strategis merupakan gambaran hal-hal yang akan dihadapi
dalam melaksanakan pembinaan sesuai tugas, fungsi, dan
kewenangannya. Sumber data yang dapat digunakan, antara lain:
Peraturan Menteri PUPR terkait tugas dan fungsi dan
brainstorming. Contoh isu strategis misalnya tidak memiliki
pedoman pelaksanaan monitoring pekerjaan sedang berjalan;
keterbatasan SDM teknis
ii. Identifikasi peraturan perundangan terkait tugas, fungsi dan
kewenangan.
Pada tahap ini, dilakukan idetifikasi peraturan perundang-
undangan apa saja yang mendasari pelaksanaan tugas dan fungsi
serta pembagian kewenangan? Sumber data yang dapat digunakan,
antara lain: Peraturan Menteri PUPR terkait tugas dan fungsi dan
peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait.
iii. Identifikasi struktur organisasi
- 16 -

Pada tahap ini diidentifikasi apakah struktur organisasi saat ini


dapat menjawab target Direktorat Jenderal Sumber Daya Air ke
depan sesuai bidang? Sumber data yang dapat digunakan, antara
lain: Peraturan Menteri PUPR terkait tugas dan fungsi dan
kebutuhan struktur organisasi ke depan.
iv. Identifikasi dan pengumpulan data dan informasi
Pada tahap ini, dilakukan identifikasi data dan informasi apa saja
yang dibutuhkan untuk menyusun Renstra Unit Kerja (Eselon II)?
Sumber data yang dapat digunakan, antara lain: matriks capaian
target Renstra (jika ada) periode sebelumnya sesuai bidang
binaannya; metode pengaturan, pembinaan, dan pengaturan
(turbinwas) yang selama ini dilakukan; dan inventarisasi
permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target periode
Renstra sebelumnya.
b. Kajian terhadap Renstra Direktorat Jenderal Sumber Daya Air yang
sudah ditetapkan.
2) Persiapan teknis pelaksanaan, meliputi: penyiapan metodologi
pelaksanaan, penyiapan rencana kerja dan penyiapan
perangkat/peralatan kerja termasuk personil. Pada tahap ini, ditentukan
apakah penyusunan Renstra dilakukan secara kontraktual dengan
melibatkan pihak ketiga atau akan dilaksanakan secara swakelola.
Termasuk dalam tahapan ini adalah menyusun KAK dan penyiapan
Rencana Anggaran Biaya (RAB) dalam rangka menunjang kegiatan
penyusunan Renstra Unit Kerja (Eselon II).

2.2. Identifikasi Kondisi Umum dan Permasalahan


Tahapan ini bertujuan untuk mengidentifikasi isu strategis dan permasalahan
yang sedang dan diperkirakan akan dihadapi di masa datang. Identifikasi
meliputi kondisi umum dan permasalahan.
2.2.1. Identifikasi kondisi umum meliputi:
1. Identifikasi terhadap tata kelola sumber daya organisasi
sebelumnya, antara lain: sumber daya manusia, pengendalian,
dan pengawasan. Sebagai contoh: bagaimana layanan pembinaan
kepada BBWS/BWS/Balai Teknis?
2. Evaluasi capaian Renstra periode sebelumnya: program dan
sasaran yang sudah dan belum terpenuhi, program dan sasaran
yang belum tercapai
Evaluasi kinerja dan capaian Renstra periode sebelumnya menjadi
pertimbangan dalam Renstra yang berikutnya, apakah capaian
sudah sesuai dengan target atau belum. Maka sebaiknya
merampungkan program-program yang masih belum memenuhi
target menjadi prioritas.
Contoh:
 Bagaimana capaian target bidang kegiatan yang menjadi binaan
Unit Kerja (Eselon II)?
 Apa saja yang menjadi faktor keberhasilan dan faktor
kegagalan?
- 17 -

3. Identifikasi realisasi pendanaan dengan target pendanaan, untuk


mengetahui kinerja efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan
anggaran Unit Kerja (Eselon II).

Contoh:
 Bagaimana realisasi pendanaan untuk pembinaan?
 Bagaimana realisasi pendanaan untuk mencapai target bidang
kegiatan yang menjadi binaan Unit Kerja (Eselon II)?

2.2.2. Identifikasi potensi dan permasalahan


merupakan langkah untuk menganalisis permasalahan, potensi,
kelemahan, peluang serta tantangan jangka menengah maupun secara
nasional yang akan dihadapi dalam rangka melaksanakan penugasan
yang diamanatkan sebagai sasaran pembangunan nasional pada sektor
yang menjadi tugas dan kewenangan unit kerja. Unit kerja dapat
menganalisis potensi, permasalahan dan tantangan yang akan
dihadapi dengan cara:
1) menganalisis perubahan yang akan terjadi pada lingkungan
organisasi baik secara internal maupun eksternal (analisis
lingkungan strategis).
2) menganalisis hasil evaluasi pencapaian program dan kegiatan Unit
Kerja
3) menganalisis hasil penjaringan aspirasi Masyarakat.

Analisis lingkungan strategis bertujuan untuk:


1) Mendeteksi perubahan-perubahan dan peristiwa-peristiwa penting,
khususnya berkaitan dengan bidang sosial, politik, ekonomi, serta
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2) Mendefinisikan tantangan, peluang atau perubahan-perubahan yang
diakibatkan oleh peristiwa-peristiwa penting tersebut di atas,
terhadap organisasi.
3) Mengetahui peluang-peluang spesifik yang ada dalam lingkungan
organisasi
4) Memberikan informasi mengenai orientasi masa depan kepada setiap
jajaran pimpinan dan staf.
5) Memberikan sinyal kepada seluruh jajaran tentang apa yang harus
diperbuat terhadap organisasi.

Analisis lingkungan strategis meliputi lingkungan internal dan


eksternal.
1. Lingkungan Internal organisasi berupa:
A. Kekuatan (strengths) yaitu situasi dan kemampuan internal
yang bersifat positif yang memungkinkan organisasi menuai
keuntungan strategis dalam mencapai tujuan dan sasaran
program.
B. Kelemahan Internal (weakness) adalah situasi dan faktor-faktor
luar organisasi yang bersifat negatif, yang menghambat
- 18 -

organisasi mencapai atau mampu melampaui pencapaian.


Kekuatan dan kelemahan lingkungan internal yang dapat
dikelola oleh organisasi meliputi:
1) Struktur organisasi termasuk susunan dan penempatan
personilnya.
2) Sistem organisasi dalam mencapai efektivitas organisasi
termasuk efektivitas komunikasi internal beserta proses
bisnis/tata laksana organisasi.
3) Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur termasuk komposisi
dan kompetensinya.
4) Biaya operasional berikut sumber pendanaanya.
5) Faktor-faktor lain yang menggambarkan dukungan
terhadap proses kerja organisasi yang sudah ada, maupun
yang secara potensial dapat muncul di lingkungan internal
organisasi seperti teknologi yang telah digunakan sampai
saat ini.
Contoh:
Bagaimana kondisi lingkungan internal yang dimiliki Unit Kerja
(Eselon II): potensi dan permasalahan dalam melaksanakan
pembinaan sesuai bidangnya? Misalnya kondisi SDM yang
tidak sesuai dengan kompetensinya, business process yang
belum diatur, dll.
2. Lingkungan eksternal organisasi meliputi:
A. Peluang (opportunities) yaitu situasi dan faktor-faktor luar
organisasi yang bersifat positif, yang membantu organisasi
mencapai visi dan misi.
B. Tantangan (threats) adalah faktor-faktor luar organisasi yang
bersifat negatif, yang dapat mengakibatkan organisasi gagal
dalam mencapai visi dan misi. Peluang dan tantangan
lingkungan eksternal yang tidak dapat dikelola dan
dikendalikan organisasi meliputi berbagai faktor yang dapat
dikelompokkan menjadi:
1) Task Environment: faktor yang secara langsung berinteraksi
dan mempengaruhi organisasi seperti: pelanggan,
konsumen, stakeholder.
2) Economic Environment: meliputi analisis kondisi eknomi
pada tingkat nasional, seperti masalah keuangan negara,
tingkat inflasi, suku bunga, nilai tukar valuta asing, dan
sebagainya.
3) Technological Environment: perubahan-perubahan dan
kemajuan teknologi yang menuntut oganisasi untuk
menyesuaikannya baik dala hal kecepatan, ketepatan
maupun efektivitas dan efisiensi.
4) Social Environment: menyangkut perilaku sosial dan nilai-
nilai budaya yang juga terus mengalami perubahan dan
dinamika. Saat ini nilai-nilai keterbukaan dan transparansi
misalnya menjadi suatu keharusan bagi instansi
- 19 -

pemerintah. Demikian pula nilai-nilai kebebasan


berpendapat dan menyampaikan kritik secara terbuka dari
masyarakat.
5) Ecological Environment, merupakan hal yang paling sulit
dianalisis sehingga identifikasi tentang kecenderungan dan
peluang sulit dilakukan karena tergantung pada tingkat
kemapanan lingkungan, dan belum ada suatu pembakuan
yang telah disepakati bersama. Termasuk dalam
lingkungan ini adalah tingkat polusi dan pencemaran
lingkungan fisik atau alam.
6) Political Environment: merupakan kebijakan-kebijakan
pemerintah yang berkaitan dengan kegiatan organisasi,
misalnya kebijakan perpajakan, moneter, perijinan serta
kebijakan lain yang memiliki dampak jangka panjang,
termasuk keputusan-keputusan politik yang dibuat oleh
lembaga-lembaga perwakilan.
7) Security Environment: berkaitan dengan permasalahan
keamanan yang berpengaruh terhadap kehidupan dan
kelangsungan suatu organisasi dan berkaitan dengan
kesejahteraan masyarakat.
Contoh:
Bagaimana kondisi lingkungan eksternal yang dimiliki Unit
Kerja (Eselon II): peluang dan tantangan dalam melaksanakan
pembinaan sesuai bidangnya?

Sumber data yang perlu disiapkan dalam pemetaan potensi dan


permasalahan, antara lain Hasil analisis berupa SWOT Analysis, Cost-
Benefit Analysis (CBA) atau metode lainnya.

2.3. Internalisasi Visi dan Misi


Visi dan misi hanya dimiliki oleh Presiden dan Wakil Presiden, yang kemudian
diharmonisasi dan dituangkan ke dalam rancangan RPJMN. Visi dan Misi
Kementerian PUPR sendiri merupakan internalisasi visi dan misi Presiden dan
Wakil Presiden yang memperlihatkan gambaran umum mengenai keadaan
yang ingin dicapai dan konsistensi kinerja Kementerian PUPR pada akhir
periode perencanaan (5 tahun ke depan).
Unit Organisasi dan Unit Kerja (Eselon II) tidak perlu menyusun visi dan misi
namun harus mewujudkan visi dan misi Kementerian PUPR untuk mencapai
sasaran program prioritas nasional sesuai dengan tugas, fungsi, dan
kewenangannya. Dukungan ini berupa langkah-langkah yang diambil dalam
lingkup kewenangan Unit Organisasi untuk memastikan bahwa visi, misi,
tujuan dan sasaran Kementerian PUPR bisa tercapai. Dukungan ini bisa
berupa:
 Internalisasi Visi PUPR pada Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
 Dukungan terhadap Misi Kementerian PUPR
 Dukungan terhadap Tujuan Kementerian PUPR
 Dukungan terhadap Sasaran Kementerian PUPR
- 20 -

Sumber data yang diperlukan dalam internalisasi visi dan misi, antara lain:
Rancangan RPJMN, Rancangan Renstra Kementerian PUPR dan Rancangan
Renstra Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.

2.4. Penyusunan Tujuan dan Sasaran Kegiatan


2.4.1. Penyusunan Tujuan
Tujuan merupakan pernyataan tentang kondisi yang diinginkan pada 5
(lima) tahun ke depan dalam rangka mewujudkan visi dan misi. Tujuan
Unit Kerja (Eselon II) merupakan pernyataan tentang kondisi yang
diinginkan pada 5 (lima) tahun ke depan dalam rangka mendukung
perwujudan visi dan misi Kementerian PUPR serta perwujudan tujuan
dan sasaran Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Tujuan ini
dilengkapi dengan sasaran sebagai ukuran kinerjanya.
Tujuan dan sasaran kegiatan Unit Kerja (Eselon II) disusun
berdasarkan hasil identifikasi potensi dan permasalahan yang akan
dihadapi pada langkah sebelumnya dalam rangka mewujudkan
sasaran program Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Kriteria-kriteria
yang harus diperhatikan dalam penyusunan tujuan Unit Kerja (Eselon
II) adalah sebagai berikut:
a. Tujuan harus sejalan dengan visi, misi, tujuan, sasaran strategis
Kementerian PUPR dan sasaran program Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air dalam mendukung pencapaian outcome dan
berlaku pada periode jangka menengah;
b. Tujuan harus dapat menunjukan suatu kondisi yang ingin dicapai
pada periode jangka menengah;
c. Tujuan harus sesuai dan dapat dicapai dengan kemampuan yang
dimiliki oleh unit kerja;
d. Tujuan harus dapat mengarahkan perumusan sasaran kegiatan,
arah kebijakan dan strategi serta kegiatan pada lingkup unit kerja.

2.4.2. Penyusunan Sasaran


Tujuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut ke dalam sasaran
kegiatan. Sasaran Kegiatan adalah hasil yang akan dicapai dari suatu
kegiatan dalam rangka pencapaian Sasaran Program yang
mencerminkan berfungsinya keluaran (output). Kriteria-kriteria yang
harus diperhatikan dalam penyusunan sasaran kegiatan:
a. Sasaran kegiatan yang ditetapkan harus merupakan ukuran
pencapaian dari tujuan Unit Kerja (Eselon II);
b. Sasaran kegiatan mencerminkan berfungsinya outcomes dari
semua output dalam Unit Kerja (Eselon II;
c. Sasaran kegiatan harus dirumuskan dengan jelas dan terukur;
d. Sasaran kegiatan harus bersifat outcome dan dilengkapi dengan
indikator kinerja kegiatan serta target kinerja.
- 21 -

Tujuan dan sasaran kegiatan disusun dalam bentuk Peta Strategi. Peta
Strategi adalah diagram yang menunjukan visi, misi, strategi organisasi
diimplementasikan dalam aktivitas sehari-hari pada setiap unit kerja
dengan menggunakan Key Performance Index (KPI). Pada peta strategi
tersebut disusun sasaran yang ingin dicapai oleh masing-masing unit
kerja secara berjenjang (cascading). Salah satu metode yang digunakan
untuk mengukur keberhasilan adalah Balanced Score Card.
Contoh:
 Sasaran strategis (SS) - level Kementerian PUPR: Meningkatkan
dukungan terhadap peningkatan ketahanan pangan menjadi 35%.
 Sasaran program (SP) – level Direktorat Jenderal Sumber Daya Air :
Meningkatkan ketahanan air, dengan salah satu indikator
capaiannya adalah peningkatan irigasi diairi oleh waduk dari 11%
menjadi 13%.
 Sasaran kegiatan (SK) – level Direktorat Irigasi dan Rawa :
Meningkatkan percepatan pemrograman pembangunan irigasi dari 6
(enam) waduk selesai.

2.4.3. Penyusunan Peta Strategi Menggunakan Balanced Score Card


Salah satu metode penyusunan peta strategi adalah menggunakan
metode Balanced Scorecard yang merupakan sekumpulan ukuran
kinerja yang mencakup 4 perspektif: financial (keuangan), customers
(pelanggan), internal business process (proses internal), learning and
growth (pertumbuhan dan pembelajaran). Dengan demikian metode
tersebut merupakan sistem pengukuran kinerja yang terintegrasi dan
komprehensif karena mempertimbangkan beberapa aspek (perspektif)
dan memungkinkan organisasi mengaitkan strategi yang dibangun
dengan proses pelaksanaannya, dan proses pelaksanaan dapat
dipantau tingkat pencapaiannya dengan menggunakan Key
Performance Indicator (Indikator Kinerja Utama).
Pembangunan suatu Peta Strategi hanya dapat dilakukan secara
runtut dari level tertinggi ke level yang lebih rendah. Jadi, ketika kita
membangun peta strategi suatu unit kerja, maka syarat mutlaknya
adalah telah terbangunnya peta strategi unit organisasi. Langkah
menyusun peta strategi yaitu:
1. Melakukan identifikasi stakeholder/customer untuk mengetahui
keinginan/kebutuhan yang harus dipenuhi sesuai dengan tugas
dan fungsi unit kerja;
2. Menentukan sasaran kegiatan (outcome) unit kerja beserta
indikator apa yang hendak dicapai oleh sebuah unit kerja;
3. Menentukan rangkaian proses dalam suatu unit sesuai dengan
tugas dan fungsinya untuk menciptakan nilai bagi
stakeholder/customer (value chain). Rangkaian proses adalah
output-output yang akan dicapai oleh unit kerja untuk menunjang
pencapaian sasaran kegiatan pada perspektif Internal Business
Process (Proses Internal);
- 22 -

4. Menentukan elemen-elemen yang akan dikembangkan untuk


mendukung berlangsungnya proses bisnis seperti Sumber Daya
Manusia (SDM), Tata Laksana Organisasi, dan Informasi. Elemen
yang dikembangkan tersebut akan menjadi output pada perspektif
Learning and Growth (Pengembangan).
Di dalam peta strategi suatu unit kerja, perlu ditentukan sasaran
kegiatan yaitu pernyataan tentang yang ingin dicapai unit kerja
(bersifat outcome). Outcome adalah hasil yang dicapai dari suatu
program atau aktivitas dibandingkan dengan hasil yang diharapkan.
Hasil yang diharapkan bisa berupa target kinerja yang diharapkan,
sedangkan outcome adalah hasil nyata yang dicapai. Tujuan
pengukuran outcome adalah untuk mengukur nilai dari suatu aktivitas
atau program.
Jika pengkuran output lebih bersifat mengukur kuantitas barang atau
jasa yang dihasilkan oleh suatu aktivitas, maka pengukuran outcome
mengukur nilai kualitas dari output tersebut. Sasaran kegiatan
(outcome) disusun berdasarkan hal-hal sebagai berikut:
1. Sasaran Kegiatan yang dirumuskan harus menggambarkan hasil
(outcome) dari pelaksanaan program unit kerja sesuai tugas dan
fungsinya. Hasil (outcome) kegiatan merupakan sinergitas berbagai
output dalam kegiatan tersebut;
2. Setiap kegiatan memiliki satu sasaran kegiatan dan boleh memiliki
lebih dari satu indikator;
3. Harus dipastikan sasaran kegiatan yang dirumuskan unit kerja
memiliki sebab akibat (causality) dengan sasaran program unit
organisasi.
Sasaran kegiatan (outcome) dapat dicapai apabila output yang berada
dibawahnya dapat dicapai dan berjalan secara sinergis. Sedangkan
sasaran program akan tercapai apabila sasaran kegiatan (outcome)
dapat tercapai dan berjalan sinergis satu sama lain.
Tahapan yang dapat dilakukan dalam perumusan sasaran kegiatan
adalah sebagai berikut:
1. Pahami urusan yang menjadi tanggung jawab unit kerja yang
bersangkutan.
a. Untuk membantu memahami urusan tersebut, dapat dilakukan
dengan bantuan identifkasi tugas dan fungsi unit kerja.
b. Pahami substansinya; apa yang menjadi concern atau urusan
utama unit kerja berkenaan dalam memenuhi tujuan
pembangunan. Semakin spesifik urusan yang bisa
diidentifikasi, akan semakin membantu proses penyusunan
informasi di tahapan berikutnya.
2. Seberapa besar/luas skala atau segmentasi urusan tersebut. Skala
atau segmentasi bisa berdasarkan lokasi (nasional atau wilayah
tertentu) atau skala lain yang dapat merepresentasikan suatu
spesifikasi tertentu
3. Identifikasi apakah urusan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung
jawab tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab unit kerja
- 23 -

berkenaan. Apabila ada unit kerja lain yang berkontribusi terhadap


urusan dimaksud, sebutkan unit kerja tersebut dan apa porsi
masing-masing terhadap urusan dimaksud.
4. Identifikasi dan analisis masalah dan/atau kebutuhan.
5. Identifikasi customer atau target group.
6. Identifikasi tujuan; apa yang ingin dicapai dalam beberapa tahun
ke depan dengan bantuan pemahaman atas visi organisasi,
kebutuhan yang telah dirumuskan pada tahap sebelumnya,
mengidentifikasi tujuan yang terkandung dalam dokumen formal
yang memuat berbagai informasi terkait tujuan organisasi.
Menurut Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penelaahan Renstra K/L 2015 – 2019, kriteria
indikator disusun dengan prinsip sebagai berikut:
a. Specific: indikator dapat diidentifikasi dengan jelas dan tidak
bermakna ganda sehingga mudah untuk dimengerti dan digunakan
b. Measurable: indikator dinyatakan dengan jelas dan terukur
dengan skala penilaian tertentu yang disepakati, dapat berupa
pengukuran secara kuantitas, kualitas atau harga.
c. Achievable: indikator merupakan sesuatu yang dapat dicapai,
bukan angan-angan
d. Relevant: mencerminkan keterkaitan (relevansi) secara logis dan
langsung antara target outcome dalam rangka mencapai target
impact yang ditetapkan, sesuai dengan kemampuan dan sumber
daya yang ada, tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit, tetapi
tetap ada tantangan
e. Time Bond: waktu/periode pencapaian indikator ditetapkan
dengan batas waktu yang jelas (mingguan, bulanan, triwulan,
semesteran atau tahunan), sehingga mudah dinilai dan dievaluasi.
Karakteristik yang harus terdapat dalam rumusan Indikator Kinerja
Kegiatan, antara lain:
1. harus mencerminkan Sasaran Kinerja Unit Organisasi Eselon II
sesuai dengan tugas dan fungsinya;
2. harus bersifat spesifik dan terukur;
3. harus dapat mendukung pencapaian Indikator Kinerja Program;
dan
4. harus dapat dievaluasi berdasarkan periode waktu tertentu.
Kriteria yang digunakan dalam penyusunan Indikator Sasaran Kegiatan
antara lain:
1. Indikator Sasaran Kegiatan harus memenuhi kriteria penyusunan
indikator kinerja;
2. Indikator Sasaran Kegiatan disusun menjadi:
a. Indikator kuantitas;
b. Indikator kualitas; dan/atau
c. Indikator harga.
3. Indikator Sasaran Kegiatan harus dapat mendorong tercapainya
output kegiatan yang telah ditetapkan.
- 24 -

Gambar 2.2 Keterkaitan SS, SP, dan SK Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
untuk Unit Kerja (Eselon II)

Gambar 2.3 Format Peta Strategi Pada Suatu Unit Kerja

Dalam menyusun Peta Strategi tersebut, erat kaitannya dengan


penyusunan program dan kegiatan beserta sasaran dan indikator
kinerjanya. Beberapa kriteria yang harus diperhatikan antara lain:
a. Program
Program merupakan instrumen kebijakan Kementerian PUPR yang
berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh
Kementerian, yang dikoordinasikan oleh Kementerian untuk
mencapai Sasaran dan Tujuan pembangunan yang terukur.
Program secara umum dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) jenis
program, yaitu:
1. Program Teknis
Program Teknis merupakan Program yang menghasilkan
pelayanan kepada kelompok sasaran/Masyarakat (pelayanan
eksternal). Program Teknis disusun berdasarkan:
a) Program Kementerian/Lembaga sesuai dengan tugas,
fungsi, dan kewenangannya yang menghasilkan pelayanan
- 25 -

kepada kelompok sasaran/masyarakat (pelayanan


eksternal);
b) Program Teknis dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga;
c) Program Teknis disesuaikan dengan lingkup kewenangan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan fungsi Kementerian/Lembaga. Dengan demikian,
jumlah Program Teknis ditentukan sesuai lingkup
kewenangan dari Kementerian/Lembaga tersebut;
d) 1 (satu) Unit Organisasi yang bersifat memberi pelayanan
eksternal akan menggunakan hanya 1 (satu) Program
Teknis;
e) 1 (satu) Unit Organisasi bersifat pelayanan eksternal
dimungkinkan untuk dapat melaksanakan lebih dari 1
(satu) Program Teknis dengan menunjukkan justifikasi
dan/atau pertimbangan kuat yang mendasarinya, yaitu
antara lain berkenaan dengan aspek:
1) kompleksitas pelaksanaan kegiatannya; dan
2) besaran anggaran yang dikelola oleh unit organisasi
bersangkutan.
f) Disarankan untuk 1 (satu) Program Teknis digunakan oleh
seluruh Unit Organisasi terkait dengan catatan Indikator
Kinerja masing-masing Unit Organisasi muncul dalam
Sasaran Program (outcome);
g) Program Teknis harus dapat dievaluasi pencapaian
kinerjanya berdasarkan periode waktu tertentu; dan
h) Program Teknis dilaksanakan dalam periode waktu jangka
menengah, dengan perubahan hanya dapat dilakukan
setelah melalui tahapan evaluasi.

2. Program Generik
Program Generik merupakan program yang digunakan oleh
beberapa Unit Organisasi yang bersifat pelayanan internal
untuk mendukung pelayanan aparatur dan/atau administrasi
pemerintahan (pelayanan internal). Program Generik disusun
berdasarkan:
a) Program Generik dilaksanakan oleh 1 (satu) unit organisasi
yang bersifat memberikan pelayanan internal;
b) nomenklatur Program Generik dibuat unik untuk setiap
Kementerian/Lembaga dengan ditambahkan nama
Kementerian/Lembaga dan/atau dengan membedakan
kode program; dan
c) Program Generik ditujukan untuk menunjang pelaksanaan
Program Teknis.
d) Langkah teknis yang dilakukan dalam rangka penyusunan
Program Kementerian/Lembaga meliputi:
1. identifikasi Visi dan Misi Kementerian/ Lembaga, yang
bertujuan untuk menentukan kinerja dan/atau bentuk
- 26 -

pelayanan yang akan dicapai oleh


Kementerian/Lembaga;
2. identifikasi kinerja Kementerian/Lembaga dan Sasaran
Strategis Kementerian/Lembaga;
3. penyusunan Sasaran Program (Outcome) dan Indikator
Kinerja Program; dan
4. penamaan Program, yang didasarkan pada keterkaitan
antara Sasaran Program, sesuai dengan pelaksanaan
tugas dan fungsi Unit Organisasi penanggungjawabnya,
dan bersifat unik (tidak duplikatif) pada masing-masing
organisasi pelaksananya.
Setiap unit organisasi dapat memilih jenis programnya
sesuai dengan tipologi unit organisasinya, apakah unit
organisasi teknis atau generik. Saat ini, Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air memiliki 2 Program yang merupakan
program teknis yang digunakan oleh Unit Kerja (Eselon II),
yaitu:
1. Program Pengelolaan SDA
2. Program Pengendalian Lumpur Sidoarjo
b. Kegiatan
Kegiatan merupakan bagian dari program yang dilaksanakan oleh
suatu unit kerja yang terdiri dari sekumpulan tindakan/aktivitas
pengerahan sumberdaya baik yang berupa personil (sumberdaya
manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana,
dan/atau kombinasi dari beberapa atau semua jenis sumberdaya
tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran
(output) dalam bentuk barang/jasa untuk menunjang program.
Menurut kategorisasinya, kegiatan dapat dibedakan menjadi 2
(dua) jenis, antara lain:
1. Kegiatan Teknis
Kegiatan Teknis merupakan kegiatan yang menghasilkan
pelayanan kepada kelompok sasaran/masyarakat (pelayanan
eksternal) dalam mendukung Prioritas Nasional, RPJMN, dan
pencapaian Renstra K/L. Kegiatan Teknis disusun berdasarkan:
a) 1 (satu) unit Kerja yang bersifat memberikan pelayanan
eksternal akan menggunakan 1 (satu) kegiatan teknis
termasuk kegiatan yang dilaksanakan melalui mekanisme
Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan;
b) Kegiatan Teknis yang disusun harus dapat mencerminkan
tugas dan fungsi unit Unit Kerja terkait;
c) nomenklatur kegiatan teknis bersifat unik/khusus (tidak
duplikatif) untuk masing-masing Unit Kerja pelaksananya;
d) Kegiatan teknis harus dapat dievaluasi pencapaian kinerjanya
berdasarkan periode waktu tertentu; dan
e) Kegiatan teknis dilaksanakan dalam periode waktu jangka
menengah, dengan perubahan hanya dapat dilakukan setelah
melalui tahapan evaluasi.
- 27 -

2. Kegiatan Generik
Kegiatan Generik merupakan kegiatan yang digunakan oleh
beberapa Unit Kerja yang sejenis. Kegiatan generik disusun
berdasarkan:
a) Kegiatan Generik dilaksanakan oleh 1 (satu) Unit Kerja yang
bersifat memberikan pelayanan internal; dan
b) Nomenklatur Kegiatan Generik dibuat unik dengan cara
menambahkan nama Unit Kerja dan/atau dengan
membedakan kode kegiatan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Saat ini, pada Direktorat Jenderal Sumber Daya Air penggunaan
kegiatan teknis dan generik sebagai berikut:
1. Kegiatan generik pada: Sekretaris Direktorat Jenderal Sumber
Daya Air dan Unit Kerja yang Membidangi Program dan
Anggaran
2. Kegiatan Teknis (Turbinwas): untuk unit kerja yang
membidangi penatagunaan SDA, irigasi dan rawa, sungai dan
pantai, bendungan dan embung, air tanah dan air baku,
operasi dan pemeliharaan, serta pengendalian lumpur
Sidoarjo.
c. Sasaran Program (Outcome) dan Indikator
Sasaran Program Kementerian/Lembaga merupakan hasil yang
akan dicapai dari suatu Program dalam rangka pencapaian
Sasaran Strategis. Sasaran Program disusun berdasarkan:
1. Sasaran Program yang dirumuskan harus menggambarkan hasil
(outcome) dari pelaksanaan program unit organisasi Eselon I
sesuai tugas dan fungsinya;
2. Setiap Program dapat memiliki lebih dari satu Sasaran Program;
dan
3. Sasaran Program perlu memiliki keterkaitan dan hubungan
sebab-akibat dengan Sasaran Strategis Kementerian/Lembaga
dan Sasaran Kegiatan.
Setiap sasaran program harus memiliki indikator yang merupakan
ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan
keberhasilan pencapaian Sasaran Program. Indikator dalam
Struktur Manajemen Kinerja merupakan sasaran kinerja program
yang secara akuntabilitas berkaitan dengan unit organisasi yang
bersangkutan.
Kriteria yang digunakan dalam merumuskan Indikator Kinerja
Program sebagai berikut:
1. harus mencerminkan Sasaran Kinerja Unit Organisasi Eselon I
sesuai dengan tugas dan fungsinya;
2. harus dapat mendukung pencapaian kinerja Kementerian PUPR
(Visi, Misi, dan Sasaran Strategis);
3. harus dapat dievaluasi setiap tahun.
- 28 -

4. setiap Sasaran Program diarahkan memiliki satu indikator


kinerja program untuk memudahkan dalam penerapan system
penganggaran berbasis kinerja dan manajemen kinerja.
5. memenuhi kriteria penyusunan indikator kinerja SMART
(Spesific, Measured, Achievable, Relevant, and Time Bond)

d. Sasaran Kegiatan dan Indikator


Sasaran Kegiatan merupakan hasil yang akan dicapai dari suatu
Kegiatan dalam rangka pencapaian Sasaran Program yang
mencerminkan berfungsinya keluaran (output). Sasaran Kegiatan
disusun berdasarkan:
1. Setiap kegiatan dapat memiliki satu atau lebih Sasaran Kegiatan;
2. Sasaran Kegiatan yang dirumuskan harus dapat mendukung
tercapainya Sasaran Program;
3. Sasaran Kegiatan merupakan Sasaran Strategis unit kerja; dan
4. Sasaran Kegiatan perlu memiliki keterkaitan dan hubungan
sebab-akibat dengan Sasaran Program.
Indikator Kinerja Kegiatan merupakan ukuran kuantitatif dan/atau
kualitatif yang menggambarkan keberhasilan pencapaian Sasaran
Kegiatan. Indikator Kinerja Kegiatan dalam Struktur Manajemen
Kinerja merupakan sasaran kinerja kegiatan yang secara
akuntabilitas berkaitan dengan Unit Kerja. Karakteristik yang
harus terdapat dalam rumusan Indikator Kinerja Kegiatan antara
lain:
1. harus mencerminkan Sasaran Kinerja Unit kerja sesuai dengan
tugas dan fungsinya;
2. harus bersifat spesifik dan terukur;
3. harus dapat mendukung pencapaian Indikator Kinerja Program;
dan
4. harus dapat dievaluasi berdasarkan periode waktu tertentu.
Kriteria yang digunakan dalam penyusunan Indikator Kinerja
Kegiatan antara lain:
1. Indikator Kinerja Kegiatan harus memenuhi kriteria penyusunan
indikator kinerja;
2. Indikator Kinerja Kegiatan disusun menjadi:
a. Indikator kuantitas,
b. Indikator kualitas, dan/atau
c. Indikator harga;
3. Indikator Kinerja Kegiatan harus dapat mendorong tercapainya
output kegiatan yang telah ditetapkan.
- 29 -

Contoh Peta Strategi


Peta Strategi Kementerian PUPR 2015-2019, terdiri atas 4 (empat)
sasaran strategis, yaitu:
1. Meningkatnya keterpaduan pembangunan infrastruktur PUPR
antardaerah, antar sektor, dan antar tingkat pemerintahan
(SS1).
2. Meningkatnya dukungan kedaulatan pangan dan ketahanan
energi (SS2).
3. Meningkatnya dukungan konektivitas bagi penguatan daya saing
(SS3).
4. Meningkatnya dukungan layanan infrastruktur dasar
permukiman dan perumahan (SS4).
Berdasarkan hal tersebut, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
mendukung perwujudan SS2. Meningkatnya dukungan kedaulatan
pangan dan ketahanan energi.
Untuk mewujudkan sasaran strategis tersebut, Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air menetapkan 2 (dua) sasaran program yang
menggambarkan kinerja Direktorat Jenderal Sumber Daya Air yang
akan dicapai dalam rangka pencapaian sasaran strategis, yaitu:
1. Meningkatnya ketahanan air (SP2); dan
2. Meningkatnya pengendalian lumpur Sidoarjo (SP3).

Gambar 2.4 Peta Strategi Kementerian PUPR tahun 2015-2019


Guna mewujudkan sasaran program, pada internal process
dilakukan beberapa kegiatan, yang masing-masing kegiatan
- 30 -

tersebut memiliki sasaran kegiatan (SK) guna mencapai sasaran


program tersebut. Masing-masing sasaran program memiliki
indikator yang masing-masing indikator tersebut didukung oleh
sasaran-sasaran kegiatan terkait.
Dalam rangka mewujudkan SP2. Meningkatnya ketahanan air,
terdapat 6 (enam) indikator, yaitu:
1. Tingkat layanan sarana prasarana air baku (%)
2. Tingkat kapasitas tampung sumber-sumber air (%)
3. Tingkat kapasitas pengendalian daya rusak (%)
4. Tingkat keterpaduan tata kelola pengelolaan SDA (%)
5. Tingkat kinerja layanan irigasi (%)
6. Tingkat kinerja operasi dan pemeliharaan (%)
Sementara dalam rangka mewujudkan SP3. Meningkatnya
pengendalian lumpur Sidoarjo, terdapat 1 (satu) indikator, yaitu:
Tingkat layanan sarana prasarana pengendali lumpur Sidoarjo (%).

Gambar 2.5 Peta Strategi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air tahun 2015-2019

Masing-masing indikator tersebut didukung oleh pencapaian


sasaran-sasaran kegiatan secara cascade. Masing-masing sasaran
kegiatan diwujudkan oleh kegiatan yang dilaksanakan seluruh unit
kerja di Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, baik di Sekretariat
Direktorat Jenderal, Direktorat, Pusat, maupun di
- 31 -

BBWS/BWS/Balai Teknis. Kegiatan yang dilaksanakan oleh


Sekretariat, Direktorat dan Pusat fokus pada pengaturan,
pembinaan dan pengawasan (Turbinwas), sedangkan kegiatan yang
dilaksanakan oleh BBWS/BWS fokus pada pelaksanaan
(konstruksi serta operasi dan pemeliharaan).
Masing-masing sasaran kegiatan yang dihasilkan oleh kegiatan-
kegiatan tersebut berkontribusi terhadap pencapaian sasaran
program melalui indikator-indikator terkait, sesuai dengan bobot
yang telah disepakati. Bobot ditentukan berdasarkan beberapa
pertimbangan, diantaranya:
a. Dukungannya terhadap perwujudan prioritas nasional.
b. Alokasi anggaran tiap tahunnya.
c. Pertimbangan beban target terhadap perwujudan sasaran
program dan sasaran strategis.
Berdasarkan Peta Strategi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
2015-2019, sasaran kegiatan (SK) yang mendukung indikator
berjumlah 19, dengan keterkaitan terhadap indikator sasaran
program (SP) secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Sasaran Program, Sasaran Kegiatan dan Indikator 2015-2019


UNIT KERJA
SASARAN PROGRAM SASARAN KEGIATAN
TERKAIT

SP2. Meningkatnya ketahanan air

Indikator 1: SK1. Peningkatan layanan sarana dan BBWS/BWS


prasarana penyediaan air baku
Tingkat layanan sarana
prasarana air baku (%)
SK2. Peningkatan layanan pembinaan Pusat Air Tanah dan
bidang air tanah dan air baku Air Baku

Indikator 2: SK3. Peningkatan kapasitas tampung BBWS/BWS


sumber-sumber air
Tingkat kapasitas
tampung sumber-sumber
air (%)
SK4. Peningkatan layanan pembinaan Pusat Bendungan
bidang bendungan, danau, dan
bangunan penampung air lainnya

SK5. Peningkatan layanan pembinaan Balai Bendungan


bidang keamanan bendungan

Indikator 3: SK6. Peningkatan kapasitas BBWS/BWS


pengendalian daya rusak
Tingkat kapasitas
pengendalian daya rusak
(%) SK7. Peningkatan layanan pembinaan Direktorat Sungai dan
bidang sungai dan pantai Pantai

Indikator 4: SK8. Peningkatan keterpaduan tata BBWS/BWS


kelola pengelolaan SDA
Tingkat keterpaduan tata
kelola pengelolaan SDA
SK9. Peningkatan layanan pembinaan Direktorat Bina
- 32 -

UNIT KERJA
SASARAN PROGRAM SASARAN KEGIATAN
TERKAIT
(%) tata kelola pengelolaan SDA terpadu Penatagunaan SDA

SK10. Peningkatan layanan BBWS/BWS


manajemen BBWS/BWS

SK11. Peningkatan layanan Sekretariat Dewan


kesekretariatan Dewan SDA Nasional SDA Nasional

Indikator 5: SK12. Peningkatan kinerja layanan BBWS/BWS


irigasi
Tingkat kinerja layanan
irigasi (%)
SK13. Peningkatan layanan pembinaan Direktorat Irigasi dan
bidang irigasi dan rawa Rawa

Indikator 6: SK14: Peningkatan kinerja layanan OP BBWS/BWS


sarana prasarana sumber daya air
Tingkat kinerja operasi
dan pemeliharaan (%)
SK15. Peningkatan pembinaan operasi Direktorat Bina O&P
dan pemeliharaan infrastruktur SDA

Indikator: SK16. Peningkatan pembinaan Direktorat


perencanaan, pemrograman, dan Pengembangan
Tingkat pembinaan
penganggaran pengelolaan SDA Jaringan SDA
perencanaan,
pemrograman, dan
penganggaran
pengelolaan SDA (%)

SP3. Meningkatnya pengendalian lumpur Sidoarjo

Indikator: SK18: Peningkatan layanan pembinaan Pusat Pengendalian


pengendalian lumpur Sidoarjo Lumpur Sidoarjo
Tingkat layanan sarana
prasarana pengendali
lumpur Sidoarjo (%)

SK19: Peningkatan layanan sarana


prasarana pengendali lumpur Sidoarjo

Pendukung SP2. dan SP3. Pada Learning Growth

Indikator: SK17. Dukungan manajemen dan Sekretariat Direktorat


pelaksanaan tugas teknis lainnya Jenderal SDA
Dukungan manajemen
dan pelaksanaan tugas
teknis lainnya (%)

2.5. Penyusunan Arah Kebijakan, Strategi dan Kerangka Regulasi


2.5.1. Penyusunan Arah Kebijakan dan Strategi
Arah kebijakan dan strategi Unit Kerja (Eselon II) disusun berdasarkan
sasaran kegiatan yang sudah disusun pada peta strategi, berisi langkah
yang akan ditempuh untuk mencapai sasaran kegiatan dan dalam
- 33 -

rangka mendukung pencapaian sasaran program Direktorat Jenderal


Sumber Daya Air dan sasaran strategis Kementerian PUPR.
Perumusan arah kebijakan dan strategi Unit Kerja (Eselon II) harus
memperhatikan:
1. Arah kebijakan dan strategi serta prioritas pembangunan nasional
pada 5 (lima) tahun mendatang.
2. Arah kebijakan dan strategi pengelolaan SDA nasional kedepan.
3. Arah kebijakan dan strategi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
untuk pencapaian sasaran pembangunan nasional bidang SDA dan
sasaran strategis Kementerian PUPR.
4. Arah kebijakan dan strategi pengaturan, pembinaan, dan
pengawasan (turbinwas) untuk pencapaian sasaran program
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.
5. Pengarustamaan RPJMN 2020-2024, yaitu: Kesetaraan Gender, Tata
Kelola Pemerintahan yang Baik, Pembangunan Berkelanjutan,
Kerentanan Bencana dan Perubahan Iklim, Modal Sosial dan
Budaya, dan Transformasi Digital.

Sumber data yang dibutuhkan, antara lain: rancangan RPJMN,


rancangan Renstra Kementerian PUPR, Rancangan Renstra Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air, arah kebijakan sektoral di tingkat nasional.
Termasuk dalam arah kebijakan dan strategi disini adalah kebijakan
dan strategi terkait penerapan kepatuhan internal di Unit Kerja (Eselon
II)

2.5.2. Penyusunan Kerangka Regulasi


Tahapan ini menjelaskan Kerangka Regulasi yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan tugas, fungsi serta kewenangannya dan penjabaran
peranan Kerangka Regulasi dalam mendukung pencapaian sasaran
pembangunan nasional, sasaran strategis Kementerian PUPR dan
sasaran program Direktorat Jenderal SDA.
Kerangka regulasi disusun sebagai bentuk operasionalisasi dari arah
kebijakan Unit Kerja (Eselon II) dengan memperhatikan dan
menganalisis kebutuhan-kebutuhan pedoman maupun regulasi.
Kerangka regulasi tersebut diperlukan dalam rangka melaksanakan
strategi Unit Kerja (Eselon II) dan untuk menunjang pencapaian output
maupun outcome unit kerja dalam pelaksanaan masa periode Renstra
unit kerja.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kerangka
regulasi, antara lain:
1. Analisis peraturan perundang-undangan yang sudah ada dan
pengaruhnya dengan pelaksanaan tugas dan fungsi pada Unit Kerja
(Eselon II) pada kondisi saat ini.
2. Peraturan perundang-undangan yang dibutuhkan untuk mencapai
sasaran pembangunan nasional, sasaran strategi Kementerian PUPR
dan sasaran program Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 5 (lima)
tahun mendatang.
- 34 -

Dalam dokumen Renstra Unit Kerja (Eselon II), regulasi yang


diperlukan oleh Unit Kerja (Eselon II) harus dituangkan dalam bentuk
matriks kerangka regulasi. Matriks kerangka regulasi terdiri dari: arah
kerangka regulasi dan/atau kebutuhan regulasi; urgensi pembentukan
berdasarkan evaluasi regulasi eksisting, kajian dan penelitian; unit
penanggungjawab; unit terkait/institusi; dan target penyelesaian.
Sumber data yang dibutuhkan, antara lain: daftar peraturan
perundang-undangan di tingkat nasional dan brainstorming.

Tabel 2.2 Format Matriks Kerangka Regulasi


ARAH KERANGKA
URGENSI PEMBENTUKAN
REGULASI
BERDASARKAN EVALUASI UNIT UNIT TARGET
NO DAN/ATAU
REGULASI EKSISTING, PENANGGUNGJAWAB TERKAIT/INSTITUSI PENYELESAIAN
KEBUTUHAN
KAJIAN DAN PENELITIAN
REGULASI
1.

2.

3.

4.

5.

2.6. Penyusunan Program, Kegiatan, Sasaran dan Indikator


Langkah selanjutnya adalah menyusun struktur program, kegiatan, sasaran
dan indikator yang digunakan untuk mencapai sasaran kegiatan oleh Unit
Kerja (Eselon II) dalam rangka mendukung pencapaian sasaran program
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan sasaran strategis Kementerian
PUPR.
Struktur program dan kegiatan yang digunakan mengikuti struktur pada
Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK).
Contoh:
 Program : Pengelolaan Sumber Daya Air
 Kegiatan : Pembinaan Irigasi, Rawa, dan Tambak
Program dan kegiatan memiliki sasaran dan indikator untuk menunjukkan
kinerja pencapaiannya. Sasaran Program adalah hasil yang akan dicapai dari
suatu Program dalam rangka pencapaian Sasaran Strategis. Sasaran Program
disusun berdasarkan:
1. Sasaran Program yang dirumuskan harus menggambarkan hasil (outcome)
dari pelaksanaan program unit organisasi Eselon I sesuai tugas dan
fungsinya;
2. Setiap Program dapat memiliki lebih dari satu Sasaran Program; dan
3. Sasaran Program perlu memiliki keterkaitan dan hubungan sebab-akibat
dengan Sasaran Strategis Kementerian/Lembaga dan Sasaran Kegiatan.
- 35 -

Setiap sasaran program harus memiliki indikator yang merupakan ukuran


kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan keberhasilan
pencapaian Sasaran Program. Indikator kinerja program yang dirumuskan:
1. harus mencerminkan Sasaran Kinerja Unit Organisasi Eselon I sesuai
dengan tugas dan fungsinya;
2. harus dapat mendukung pencapaian kinerja Kementerian PUPR (Visi,
Misi, dan Sasaran Strategis);
3. harus dapat dievaluasi setiap tahun.
4. setiap Sasaran Program diarahkan memiliki satu indikator kinerja
program untuk memudahkan dalam penerapan system penganggaran
berbasis kinerja dan manajemen kinerja.
5. memenuhi kriteria penyusunan indikator kinerja SMART (Spesific,
Measured, Achievable, Relevant, and Time Bond).
Sementara, Sasaran Kegiatan merupakan hasil yang akan dicapai dari suatu
Kegiatan dalam rangka pencapaian Sasaran Program yang mencerminkan
berfungsinya keluaran (output). Sasaran Kegiatan disusun berdasarkan:
a. Setiap kegiatan dapat memiliki satu atau lebih Sasaran Kegiatan;
b. Sasaran Kegiatan yang dirumuskan harus dapat mendukung tercapainya
Sasaran Program;
c. Sasaran Kegiatan merupakan Sasaran Strategis unit kerja; dan
d. Sasaran Kegiatan perlu memiliki keterkaitan dan hubungan sebab-akibat
dengan Sasaran Program.
Setiap sasaran kegiatan harus memiliki Indikator yang merupakan ukuran
kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan keberhasilan
pencapaian Sasaran Kegiatan. Indikator kinerja kegiatan yang dirumuskan:
1. harus mencerminkan Sasaran Kinerja Unit kerja sesuai dengan tugas dan
fungsinya;
2. harus bersifat spesifik dan terukur;
3. harus dapat mendukung pencapaian Indikator Kinerja Program; dan
4. harus dapat dievaluasi berdasarkan periode waktu tertentu.

Program dan sasaran program serta kegiatan dan sasaran kegiatan beserta
indikatornya sudah disusun pada Renstra Direktorat Jenderal Sumber Daya
Air. Hal ini menjadi satu kesatuan Peta Strategi Direktorat Jenderal Sumber
Daya Air. Pada penyusunan Renstra Unit Kerja, arsitektur ini diadopsi untuk
kemudian dijabarkan lebih lanjut ke dalam target output.

Contoh:
1. Sasaran Program : Meningkatnya ketahanan air
Indikator Sasaran Program:
a. Tingkat layanan sarana prasarana air baku (%)
b. Tingkat kapasitas tampung sumber-sumber air (%)
c. Tingkat kapasitas pengendalian daya rusak (%)
d. Tingkat keterpaduan tata kelola pengelolaan SDA (%)
e. Tingkat kinerja layanan irigasi (%)
- 36 -

f. Tingkat kinerja operasi dan pemeliharaan (%)


2. Sasaran Kegiatan untuk mendukung pencapaian indikator (e) :
a. Peningkatan kinerja layanan irigasi [oleh BBWS/BWS]
b. Peningkatan layanan pembinaan bidang irigasi dan rawa [oleh Dit.
Irigasi dan Rawa].

2.7. Penyusunan Target dan Pendanaan


2.7.1. Menentukan Target dan Pendanaan
Target kinerja adalah hasil dan satuan hasil sasaran kegiatan yang
akan dicapai dari setiap indikator kinerjanya. Target kinerja sasaran
kegiatan menunjukkan tingkat sasaran kinerja spesifik yang akan
dicapai oleh unit kerja yang meliputi kegiatan dan output-output dalam
periode waktu yang telah ditetapkan.
Dalam penyusunan target kinerja agar dipertimbangkan beberapa hal,
yaitu:
1. Target menggambarkan angka kuantitatif dan satuan yang akan
dicapai dari setiap indikator kinerja sasaran;
2. Penetapan target relevan dengan indikator kinerjanya, logis dan
berdasarkan data baseline yang jelas. Baseline merupakan volume
yang tercapai hingga periode Renstra yang sedang berjalan.
Konsumen yang akan dilayani adalah BBWS/BWS/Balai Teknis. Untuk
itu, perlu diidentifikasi dalam rangka melakukan turbinwas, perangkat
apa yang dibutuhkan, misalnya NSPK. Sumber data yang diperlukan
dalam penyusunan target, didapatkan dari brainstorming ataupun
diskusi dengan pakar dan konsumen.
Penentuan target kinerja kemudian diikuti dengan perkiraan
kebutuhan pendanaannya. Penyusunan kebutuhan pendanaan
merupakan detail penjabaran strategi pendanaan program dan
kegiatan untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan.
Pendanaan dapat bersumber dari APBN baik yang bersumber dari
Rupiah Murni, Pendapatan Nasional Bukan Pajak (PNBP), Pinjaman
dan/atau Hibah Luar Negeri (PHLN) serta sumber/skema lainnya
seperti Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dan Corporate
Social Responsibility (CSR).
Penyusunan kerangka pendanaan Unit Kerja (Eselon II) dilakukan
dengan melaksanakan review data RKAKL Unit Kerja (Eselon II) pada
tahun berjalan, rekapitulasi hasil review baseline, serta perkiraan
program yang akan dilaksanakan pada 5 (lima) tahun mendatang.

2.7.2. Analisis Risiko


Bab penyusunan target dan pendanaan juga dilengkapi dengan analisis
risiko terhadap pencapaian target yang ditetapkan tersebut. Analisis
atau manajemen risiko dilakukan mengacu pada tahapan sebagaimana
menyusun manajemen risiko penerapan kepatuhan internal.
Analisis mencakup evaluasi dan prioritasi risiko, serta apa yang bisa
dilakukan jika terjadi permasalahan yang mempengaruhi pencapaian
target dan sasaran, dan upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk
- 37 -

meninimalisasi kemungkinan permasalahan tersebut timbul,


mengawasi, mengurangi dampak, dan melokalisir permasalahan.

Tabel 2.3 Format Matriks Kinerja dan Pendanaan

2.7.3. Menggunakan Modul Perencanaan pada Sistem E-Programming


untuk Menyusun Rincian Target dan Kebutuhan Pendanaan
Pengisian modul perencanaan pada e-programming ini dimaksudkan
agar program, kegiatan, sasaran dan indikator serta target dan
pendanaan yang telah disusun mempunyai satu wadah database
digital, sehingga mudah untuk diakses kapan saja.
E-Programming merupakan sistem yang dikembangkan
menindaklanjuti Surat Edaran Direktur Jenderal Sumber Daya Air
Nomor 16/SE/D/2015 tentang Pedoman Pengintegrasian Sistem
Manajemen Perencanaan dan Sistem Manajemen Kinerja di Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PUPR. Pada sistem E-
Programming ini terdapat 3 (tiga) modul, yaitu Modul Perencanaan,
Modul Pemrograman, dan Modul Penganggaran, dengan fungsi masing-
masing:
 Modul Perencanaan, digunakan untuk merencanakan program 5
(lima) tahunan. Modul ini menjadi input bagi penyusunan proyek
prioritas pada Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air dan Renstra BBWS/BWS.
 Modul Pemrograman, digunakan untuk menyusun program
tahunan. Modul ini menjadi input bagi penyusunan Rencana Kerja
(Renja) Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menggunakan sistem
KRISNA yang dikembangkan oleh Kementerian PPN/Bappenas.
 Modul Penganggaran, digunakan untuk menyusun rencana
penganggaran (tahunan). Modul ini menjadi input bagi penyusunan
anggaran menggunakan modul (sistem) penganggaran yang
dikembangkan oleh Kementerian Keuangan.
- 38 -

Ketiga modul memiliki keterkaitan satu sama lainnya, sehingga


runutan perencanaan, pemrograman, dan penganggaran diharapkan
dapat terpantau dengan baik.

Gambar 2.6 Tampilan menu awal aplikasi e-Programming

Mengenal Modul Perencanaan


Modul perencanaan melekat pada aplikasi e-programming diakses
melalui http://sda.pu.go.id/#Aplikasi#Perencanaan&Penganggaran#e-
Programming.
Modul perencanaan Unit Kerja (Eselon II) dapat diakses oleh
Subdirektorat/ Bidang/Bagian Perencanaan pada:
a. Unit kerja yang Membidangi Program dan Anggaran
b. Unit Kerja (Eselon II)
Manual penggunaan Modul Perencanaan dapat diakses pada Sistem e-
Programming.

Tugas Masing-masing Pihak pada Modul Perencanaan


Masing-masing pihak, di Unit Kerja (Eselon II) memiliki tugas masing-
masing:
1. Unit Kerja yang Membidangi Program dan Anggaran, melakukan :
a. Kompilasi terhadap usulan proyek yang disampaikan oleh Unit
Kerja (Eselon II)
b. Melakukan pengecekan terhadap kesesuaian penggunaan
nomenklatur, output, dan kegiatan
c. Melakukan kewajaran usulan pendanaan
d. Mengevaluasi kesesuaian usulan proyek terhadap prioritas dan
kebijakan nasional jangka menengah
2. Unit Kerja (Eselon II), melakukan:
a. Menyusun usulan proyek untuk jangka menengah, mengacu
kepada tugas dan fungsi di unit kerjanya dan mempertimbangkan
capaian program jangka menengah sebelumnya dan perkiraan
kebutuhan ke depan
b. Melakukan input usulan proyek pada modul perencanaan
- 39 -

Timeline Pengisian Modul Perencanaan


Pengisian Modul Perencanaan dilakukan sekali dalam 5 (lima) tahun.
Penyesuaian terhadap pengisian modul tersebut dilakukan setiap
tahunnya. Rincian tahunan proyek yang diprogramkan tiap tahunnya
menjadi bahan pembahasan pada pelaksanaan Konsultasi Regional
Kementerian PUPR dan wadah koordinasi lainnya dalam rangka
penyusunan program tahunan.
Hasil pengisian Modul Perencanaan Unit Kerja (Eselon II) ditelaah oleh
Unit Kerja yang Membidangi Program dan Anggaran. Hasil dari
penelaahan ini kemudian dapat diekspor menjadi matriks kinerja dan
pendanaan yang merupakan Lampiran pada Renstra Unit Kerja (Eselon
II).

2.8. Penyusunan Kerangka Kelembagaan


Kerangka kelembagaan merupakan perangkat, struktur organisasi,
ketatalaksanaan, dan pengelolaan aparatur sipil negara yang digunakan
untuk mencapai visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Unit Kerja (Eselon II).
Penyusunan kerangka kelembagaan ini bertujuan untuk:
a. Meningkatkan keterkaitan dan koordinasi pelaksanaan Renstra, sesuai
dengan fungsi, serta visi dan misi Kementerian PUPR;
b. Mempertajam arah kebijakan dan strategi sesuai dengan kapasitas
organisasi dan dukungan sumber daya aparatur sipil negara;
c. Membangun struktur organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran, untuk
menghindari duplikasi fungsi dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi
Unit Kerja (Eselon II);
d. Memperjelas ketatalaksanaan dan meningkatkan profesionalitas sumber
daya aparatur.
Dalam penyusunan kerangka kelembagaan, terdapat beberapa prinsip yang
harus diperhatikan, antara lain:
a. Dalam merumuskan kerangka kelembagaan, setiap Unit Kerja (Eselon II)
harus mempertimbangkan keterkaitan, kontribusi dan peran
BBWS/BWS/Balai Teknis dalam mencapai tujuan pembangunan jangka
panjang di dalam Renstra dan prioritas pembangunan di dalam renstra;
b. Setiap Unit Kerja (Eselon II) wajib melakukan penataan kelembagaan
mengacu kepada kebijakan pembangunan, peraturan dan memperhatikan
prinsip pengorganisasian yang efektif, efisien dan transparan;
c. Kerangka kelembagaan disusun untuk mampu menopang dan
mewujudkan rencana kerja menjadi kenyataan;
d. Kerangka kelembagaan yang disusun dapat merupakan proses evaluasi
terhadap struktur organisasi kelembagaan yang sudah ada.
Untuk itu, dalam penyusunan kerangka kelembagaan, perlu diperhatikan:
a. Struktur organisasi saat ini sudah dapat mendukung tugas dan fungsi Unit
Kerja (Eselon II) ke depan.
b. Ketatalaksanaan yang dibutuhkan Unit Kerja (Eselon II) ke depan.
- 40 -

c. Jumlah SDM yang diperlukan dan pengelolaananya untuk menjalankan


tugas dan fungsi Unit Kerja (Eselon II) ke depannya.

2.9. Penelaahan
Penelaahan rancangan Renstra Unit Kerja (Eselon II) merupakan bagian dari
rangkaian proses penyusunan Renstra Unit Kerja (Eselon II), Renstra
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, dan Renstra Kementerian PUPR, yang
bertujuan untuk memastikan:
a. Kebijakan, Program, dan Kegiatan konsisten dengan kebijakan nasional,
Renstra Kementerian PUPR dan Renstra Direktorat Jenderal Sumber Daya
Air;
b. Sasaran Program dan Sasaran Kegiatan Unit Kerja (Eselon II) mendukung
pencapaian sasaran pembangunan nasional;
c. muatan rancangan Renstra Unit Kerja (Eselon II) sesuai dengan tugas dan
fungsi Unit Kerja (Eselon II);
d. kesesuaian Program dan Kegiatan dengan pembagian urusan kewenangan
pusat-daerah;
e. keterkaitan antara:
 Tujuan dan Sasaran Strategis Kementerian PUPR;
 Program dan Sasaran Program Direktorat Jenderal Sumber Daya Air;
dan
 Kegiatan dan Sasaran Kegiatan Unit Kerja dan Unit Pelaksana Teknis.
f. Kebutuhan sumber daya telah sesuai dengan kondisi ekonomi makro yang
terdapat dalam rancangan awal RPJMN;
g. Kesesuaian Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan dengan tugas
dan fungsinya dalam rangka pencapaian Visi, Misi, dan Tujuan
Kementerian PUPR untuk melaksanakan program pembangunan yang
terdapat dalam rancangan awal RPJMN.
h. Rincian kegiatan beserta target dan kebutuhan pendanaannya pada bidang
masing-masing dalam rangka mencapai sasaran strategis Kementerian
PUPR dan sasaran program Direktorat Jenderal Sumber Daya Air;
i. Perkiraan target disesuaikan dengan capaian renstra periode sebelumnya
dan kemampuan pelaksanaannya dimasa mendatang.
Penelaahan rancangan Renstra Unit Kerja (Eselon II) dilakukan secara terus
menerus dalam satu siklus perencanaan yang terdiri atas:
a. Pertemuan antara bidang perencanaan Unit Kerja (Eselon II) dengan Unit
Kerja yang Membidangi Program dan Anggaran dalam rangka membahas
kesesuaian rancangan Renstra Unit Kerja (Eselon II) dengan rancangan
Renstra Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan Rancangan Renstra
Kementerian PUPR; dan
b. Forum penyesuaian dalam rangka untuk membahas kesesuaian rancangan
Renstra Unit Kerja (Eselon II) dengan rancangan Renstra Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air dan Renstra Kementerian PUPR.
Bahan-bahan yang perlu dipersiapkan dalam pelaksanaan penelaahan
Renstra Unit Kerja (Eselon II), antara lain:
a. Rancangan Renstra Unit Kerja (Eselon II);
b. Dokumen terkait aspirasi Masyarakat (jika ada);
- 41 -

c. Evaluasi Renstra periode sebelumnya (jika ada); dan/atau


d. Dokumen pendukung lainnya.

Kebijakan SDA

Sasaran Strategis
Renstra
Sasaran Program Direktorat Jenderal SDA

Sasaran Kegiatan

Rancangan Renstra PENELAAHAN AKHIR


Unit Kerja (Eselon II) DAN PENETAPAN
- Outline (oleh Unit Kerja Yang
- Naskah Renstra PENELAAHAN Membidangi Program Dan
(oleh Unit Kerja Anggaran)
- Matriks Target & Alokasi
Yang Membidangi
Pendanaan Program Dan
- Detail Usulan Proyek Anggaran)
Renstra Unit Kerja
(Eselon II)

Gambar 2.7 Proses Penelaahan Renstra Unit Kerja (Eselon II) di Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air

Penelaahan Renstra Unit Kerja (Eselon II) dimulai dari Bulan November
tahun bejalan (t), mempertimbangkan Unit Kerja (Eselon II) harus ikut serta
dalam penelaahan awal Renstra BBWS/BWS/Balai Teknis. Penelaahan
dilaksanakan dalam rangka mengumpulkan matriks kinerja dan pendanaan
awal yang telah disusun Unit Kerja (Eselon II). Penelaahan akan
dilaksanakan secara bertahap hingga Renstra Direktorat Jenderal Sumber
Daya Air ditetapkan pada Bulan April tahun mendatang (t+1). Setelah
dilaksanakan penetapan Renstra Direktorat Jenderal Sumber Daya Air,
perlu dilakukan penyempurnaan kembali untuk Renstra Unit Kerja (Eselon
II) dalam rangka penyesuaian terhadap hal-hal yang belum diakomodir
sebelumnya hingga penetapan Renstra Unit Kerja (Eselon II) pada Bulan Mei
tahun mendatang (t+1).

2.10. Penetapan dan Masa Berlaku Rentra


Renstra Unit Kerja (Eselon II) ditetapkan oleh Direktur/Kepala Pusat dan
menjadi dasar bagi penyusunan program tahunan di Unit Kerja (Eselon II).
Masa berlaku Renstra ini adalah 5 (lima) tahun dan dapat direview pada
pertengahan waktu (midterm review) dan dapat direvisi jika memenuhi
kriteria sebagaimana diatur oleh peraturan perundangan.
- 42 -

BAB III
TATA CARA PENYUSUNAN RENSTRA UNIT PELAKSANA TEKNIS
(BBWS/BWS/BALAI TEKNIK)

A. Proses Penyusunan Renstra


1. Proses Penyusunan Kajian Awal Renstra
Merupakan proses kajian sebagai bahan masukan awal dalam penyusunan
Renstra, fokus pada pelaksanaan Renstra periode yang sedang berjalan dan
identifikasi awal terhadap isu-isu strategis yang akan dihadapi pada 5
(lima) tahun mendatang.
Tahapan ini dilaksanakan pada Juli-Desember tahun ke-4 pelaksanaan
Renstra periode yang sedang berjalan.
2. Proses Penelaahan
Proses penelaahan dilaksanakan dalam rangka mengumpulkan matriks
kinerja dan pendanaan awal yang telah disusun Unit Pelaksana Teknis
(BBWS/BWS/Balai Teknik).
Tahapan ini dilaksanakan mulai November tahun terakhir pelaksanaan
Renstra periode yang sedang berjalan hingga dilakukan Penetapan Renstra
Unit Pelaksana Teknis.
3. Proses Penetapan
Renstra Unit Pelaksana Teknis (BBWS/BWS/Balai Teknik) ditetapkan
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah Renstra Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air ditetapkan melalui Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal
Sumber Daya Air.

B. Tahapan Penyusunan Renstra


Tahapan penyusunan Renstra Unit Pelaksana Teknis (BBWS/BWS/Balai
Teknik) di Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dibagi atas tahapan-tahapan
sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan;
2. Tahap Identifikasi Kondisi Umum dan Permasalahan;
3. Tahap Internalisasi Visi dan Misi;
4. Tahap Penyusunan Tujuan dan Sasaran;
5. Tahap Penyusunan Arah Kebijakan, Strategi, dan Kerangka Regulasi;
6. Tahap Penyusunan Program, Kegiatan, Sasaran, dan Indikator;
7. Tahap Penyusunan Target dan Pendanaan;
8. Tahap Penyusunan Kerangka Kelembagaan;
9. Tahap Penelaahan; dan
10. Penetapan dan Masa Berlaku Renstra.
- 43 -

Gambar 3.1 Bagan Alir Penyusunan Renstra Unit Pelaksana Teknis


(BBWS/BWS/Balai Teknik)

3.1. Persiapan
Tahapan persiapan meliputi : persiapan awal pelaksanaan dan persiapan
teknis pelaksanaan sebagai berikut :
1) Persiapan awal pelaksanaan, meliputi:
a. Pemutakhiran hasil kajian awal yang sudah dilakukan pada tahun ke-
4 pelaksanaan Renstra periode yang sedang berjalan. Pemutakhiran
dilakukan dengan melihat pelaksanaan Renstra pada periode yang
sedang berjalan dan isu-isu strategis nantinya yang akan dihadapi
pada 5 (lima) tahun mendatang.
i. Identifikasi isu strategis yang akan dihadapi 5 (lima) tahun
mendatang
Isu strategis merupakan gambaran hal-hal yang akan dihadapi
dalam penyediaan infrastruktur SDA 5 (lima) tahun ke depan di
wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis. Sumber data yang dapat
digunakan, antara lain:
 Dokumen pola dan/atau rencana pengelolaan SDA WS yang
menjadi wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis (jika ada),
meliputi: isu strategis dan program-program prioritas, neraca
air, potensi sumber daya air, kapasitas infrastruktur SDA yang
telah terbangun pada wilayah sungai tersebut;
 Dokumen perencanaan lainnya;
 Perkembangan kebutuhan terkini (mendukung industri,
pariwisata, dll);
 Brainstorming dan jaring pendapat dengan Pemerintah Daerah.
Contoh isu strategis pada wilayah sungai, antara lain:
- 44 -

 Kebutuhan air baku untuk Kawasan Industri (KI) dan


dukungan 10 Juta Sambungan Rumah (SR) sebesar 100
liter/detik
 Rawan kekeringan selama 3 (tiga) bulan setiap tahunnya.
ii. Identifikasi peraturan perundangan terkait tugas, fungsi dan
kewenangan
Pada tahap ini, dilakukan idetifikasi peraturan perundang-
undangan apa saja yang mendasari pelaksanaan tugas dan fungsi
serta pembagian kewenangan? Sumber data yang dapat
digunakan, antara lain:
 Peraturan Menteri PUPR terkait tugas dan fungsi
 Peraturan Menteri PUPR terkait wilayah kerja Unit Pelaksana
Teknis
 Peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait
kewenangan, misalnya UU Nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah
iii. Identifikasi struktur organisasi
Pada tahap ini diidentifikasi apakah struktur organisasi saat ini
dapat menjawab target Direktorat Jenderal SDA ke depan sesuai
bidang? Sumber data yang dapat digunakan, antara lain:
Peraturan Menteri PUPR terkait tugas dan fungsi dan kebutuhan
struktur organisasi ke depan.
iv. Identifikasi dan pengumpulan data dan informasi
Pada tahap ini, dilakukan identifikasi data dan informasi apa saja
yang dibutuhkan untuk menyusun Renstra Unit Pelaksana
Teknis? Sumber data yang dapat digunakan, antara lain:
 Matriks capaian target Renstra (jika ada) periode sebelumnya
 Potensi air dan kebutuhan infrastruktur berdasarkan dokumen
pola dan/atau rencana pengelolaan SDA WS yang menjadi
wilayah kerja BBWS/BWS
 Masukan masyarakat dan usulan Pemerintah Daerah terkait
kebutuhan infrastruktur
b. Kajian terhadap Renstra Direktorat Jenderal Sumber Daya Air yang
sudah ditetapkan dan rancangan Renstra Unit Kerja (Eselon II) yang
sedang disusun.
2) Persiapan teknis pelaksanaan, meliputi: penyiapan metodologi
pelaksanaan, penyiapan rencana kerja dan penyiapan
perangkat/peralatan kerja termasuk personil. Pada tahap ini, ditentukan
apakah penyusunan Renstra dilakukan secara kontraktual dengan
melibatkan pihak ketiga atau akan dilaksanakan secara swakelola.
Termasuk dalam tahapan ini adalah menyusun KAK dan penyiapan
Rencana Anggaran Biaya (RAB) dalam rangka menunjang kegiatan
penyusunan Renstra Unit Pelaksana Teknis (BBWS/BWS dan Balai
Teknis).
- 45 -

3.2. Identifikasi Kondisi Umum dan Permasalahan


Tahapan ini bertujuan untuk mengidentifikasi isu strategis dan permasalahan
yang sedang dan diperkirakan akan dihadapi di masa datang. Identifikasi
meliputi kondisi umum dan permasalahan.
3.2.1. Identifikasi kondisi umum meliputi:
1. Evaluasi capaian Renstra pada periode sebelumnya (jika ada),
antara lain:
 Program dan sasaran yang sudah dan belum terpenuhi;
 Program dan sasaran yang belum tercapai.
Evaluasi kinerja dan capaian Renstra periode sebelumnya menjadi
pertimbangan dalam Renstra yang berikutnya, apakah capaian
sudah sesuai dengan target atau belum. Program-program yang
masih belum memenuhi target menjadi prioritas untuk
diselesaikan pada Renstra berikutnya.
2. Evaluasi terhadap faktor-faktor yang menjadi kendala dan
hambatan untuk dijadikan pertimbangan melanjutkan program
dalam Renstra berikut:
a. Adakah perubahan signifikan telah terjadi pada kondisi
pengelolaan SDA secara umum, misalnya:
 defisit ketersediaan air, dapat dilihat dari neraca
ketersediaan air dan kebutuhan;
 pergeseran arah kebijakan pengelolaan SDA terkait
percepatan pembangunan infrastruktur, adanya
pengembangan wilayah strategis yang memerlukan
dukungan SDA;
 intensitas banjir, kekeringan yang terjadi pada wilayah
sugai tertentu, dan lain sebagainya.
b. Kendala yang besifat eksternal yang menjadi penghambat
pencapaian Renstra periode sebelumnya, misalnya:
 Hambatan atas penyediaan tanah, misalnya: lahan
perkebunan akan dijadikan sawah, atau daerah genangan
masih merupakan daerah konservasi, dan lain sebagainya;
 Kendala yang menyangkut peraturan dan perundang-
undangan dapat mengakibatkan penundaan program
dimasukkan dalam rencana strategis.
 Dukungan pemerintah daerah, dan lain sebagainya.
Kendala eksternal yang belum ada penyelesaiannya agar
dijadikan catatan apabila terdapat program yang harus
dilaksanakan agar segera mendapat penyelesaian.
c. Kendala yang bersifat internal yang menjadi penghambat
tercapainya sasaran Renstra periode sebelumnya harus
diselesaikan dan dijadikan sebagai urutan prioritas, misalnya:
 Kesiapan desain, misalnya: apakah gambar desain sudah
dicek beserta dokumen pendukungnya;
 Kelengkapan dokumen proses pengadaan (dokumen tender
dan perkiraan biaya sudah lengkap?) ; dan
 Kendala finansial akibat keterbatasan anggaran.
- 46 -

 Kendala sumber daya manusia dan kelembagaan.


3. Tinjauan terhadap dokumen Pola dan/atau Rencana Pengelolaan
Sumber Daya Air (jika ada) tiap wilayah sungai untuk
mendapatkan gambaran umum antara lain tentang:
 Kebijakan operasional
 Matrik Upaya fisik non fisik
 Matrik Dasar Penyusunan Program dan Kegiatan
 Kondisi infrastruktur SDA yang sudah terpasang dan
kinerjanya
 Potensi pengembangan SDA
 Neraca ketersediaan dan kebutuhan air
Pada penyusunannya, dokumen pola dan rencana pengelolaan
SDA sudah melalui sebuah proses dialog dengan semua
pemangku kepentingan yang diwakili oleh Tim Koordinasi
Pengelola SDA (TKPSDA). Dalam dialog tersebut sudah
diputuskan kesepakatan-kesepakatan antara lain:
a) Isu-isu strategis pada wilayah sungai;
b) Upaya-upaya yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan
dan isu-isu strategis dalam bentuk matriks upaya fisik dan
non fisik;
c) Kebijakan atau langkah langkah yang diperlukan dan
dukungan dari masing-masing pemangku kepentingan disusun
dalam kerangka waktu yang disepakati dalam bentuk Matrik
Kebijakan Operasional;
d) Strategi kebijakan untuk berbagai skenario berdasarkan
kondisi sosial, ekonomi dan politik serta;
e) Program dan kegiatan sesuai skenario yang dipilih oleh
TKPSDA dalam Matrik Dasar Penyusunan Program dan
Kegiatan.
4. Mengidentifikasi realisasi pendanaan pada Renstra periode
sebelumnya untuk mengetahui kinerja efisiensi dan efektifitas
dalam penggunaan anggaran Unit Pelaksana Teknis, yang
meliputi:
a) Realisasi pendanaan dengan target pendanaan tahunan dalam
Rencana Kerja dan Anggaran Unit Pelaksana Teknis.
b) Realisasi pendanaan dengan target pendanaan tahunan yang
terdapat di dalam Renstra Unit Pelaksana Teknis.

3.2.2. Identifikasi potensi dan permasalahan merupakan langkah untuk


menganalisis permasalahan, potensi, kelemahan, peluang serta
tantangan jangka menengah maupun secara nasional yang akan
dihadapi dalam rangka melaksanakan penugasan yang diamanatkan
sebagai sasaran pembangunan nasional pada sektor yang menjadi
tugas dan kewenangan Unit Pelaksana Teknis. Unit Pelaksana Teknis
dapat menganalisis potensi, permasalahan dan tantangan yang akan
dihadapi dengan cara:
- 47 -

a. menganalisis perubahan yang akan terjadi pada lingkungan


organisasi baik secara internal maupun eksternal (analisis
lingkungan strategis).
b. menganalisis hasil evaluasi pencapaian program dan kegiatan
Unit Pelaksana Teknis.
c. menganalisis hasil penjaringan aspirasi Masyarakat.

Analisis lingkungan strategis bertujuan untuk:


a. Mendeteksi perubahan-perubahan dan peristiwa-peristiwa
penting, khususnya berkaitan dengan bidang sosial, politik,
ekonomi, serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Mendefinisikan tantangan, peluang atau perubahan-perubahan
yang diakibatkan oleh peristiwa-peristiwa penting tersebut di atas,
terhadap organisasi.
c. Mengetahui peluang-peluang spesifik yang ada dalam lingkungan
organisasi
d. Memberikan informasi mengenai orientasi masa depan kepada
setiap jajaran pimpinan dan staf.
e. Memberikan sinyal kepada seluruh jajaran tentang apa yang
harus diperbuat terhadap organisasi.

Analisis lingkungan strategis meliputi lingkungan internal dan


eksternal.
1. Lingkungan Internal organisasi berupa:
A. Kekuatan (strengths) yaitu situasi dan kemampuan internal
yang bersifat positif yang memungkinkan organisasi menuai
keuntungan strategis dalam mencapai tujuan dan sasaran
program.
B. Kelemahan Internal (weakness) adalah situasi dan faktor-faktor
luar organisasi yang bersifat negatif, yang menghambat
organisasi mencapai atau mampu melampaui pencapaian.
Kekuatan dan kelemahan lingkungan internal yang dapat
dikelola oleh organisasi meliputi:
1) Struktur organisasi termasuk susunan dan penempatan
personilnya.
2) Sistem organisasi dalam mencapai efektivitas organisasi
termasuk efektivitas komunikasi internal beserta proses
bisnis/tata laksana organisasi.
3) Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur termasuk komposisi
dan kompetensinya.
4) Biaya operasional berikut sumber pendanaanya.
5) Faktor-faktor lain yang menggambarkan dukungan
terhadap proses kerja organisasi yang sudah ada, maupun
yang secara potensial dapat muncul di lingkungan internal
organisasi seperti teknologi yang telah digunakan sampai
saat ini.
- 48 -

Contoh:
Bagaimana kondisi lingkungan internal yang dimiliki Unit
Pelaksana Teknis: potensi dan permasalahan dalam
melaksanakan tugas di wilayah kerjanya? Misalnya
keterbatasan ketersediaan SDM dengan kompetensi yang
sesuai, sementara wilayah kerja cukup luas.

2. Lingkungan eksternal organisasi meliputi:


A. Peluang (opportunities) yaitu situasi dan faktor-faktor luar
organisasi yang bersifat positif, yang membantu organisasi
mencapai visi dan misi.
B. Tantangan (threats) adalah faktor-faktor luar organisasi yang
bersifat negatif, yang dapat mengakibatkan organisasi gagal
dalam mencapai visi dan misi. Peluang dan tantangan
lingkungan eksternal yang tidak dapat dikelola dan
dikendalikan organisasi meliputi berbagai faktor yang dapat
dikelompokkan menjadi:
1) Task Environment: faktor yang secara langsung berinteraksi
dan mempengaruhi organisasi seperti: pelanggan,
konsumen, stakeholder.
2) Economic Environment: meliputi analisis kondisi eknomi
pada tingkat nasional, seperti masalah keuangan negara,
tingkat inflasi, suku bunga, nilai tukar valuta asing, dan
sebagainya.
3) Technological Environment: perubahan-perubahan dan
kemajuan teknologi yang menuntut oganisasi untuk
menyesuaikannya baik dala hal kecepatan, ketepatan
maupun efektivitas dan efisiensi.
4) Social Environment: menyangkut perilaku sosial dan nilai-
nilai budaya yang juga terus mengalami perubahan dan
dinamika. Saat ini nilai-nilai keterbukaan dan transparansi
misalnya menjadi suatu keharusan bagi instansi
pemerintah. Demikian pula nilai-nilai kebebasan
berpendapat dan menyampaikan kritik secara terbuka dari
masyarakat.
5) Ecological Environment, merupakan hal yang paling sulit
dianalisis sehingga identifikasi tentang kecenderungan dan
peluang sulit dilakukan karena tergantung pada tingkat
kemapanan lingkungan, dan belum ada suatu pembakuan
yang telah disepakati bersama. Termasuk dalam
lingkungan ini adalah tingkat polusi dan pencemaran
lingkungan fisik atau alam.
6) Political Environment: merupakan kebijakan-kebijakan
pemerintah yang berkaitan dengan kegiatan organisasi,
misalnya kebijakan perpajakan, moneter, perijinan serta
kebijakan lain yang memiliki dampak jangka panjang,
- 49 -

termasuk keputusan-keputusan politik yang dibuat oleh


lembaga-lembaga perwakilan.
7) Security Environment: berkaitan dengan permasalahan
keamanan yang berpengaruh terhadap kehidupan dan
kelangsungan suatu organisasi dan berkaitan dengan
kesejahteraan masyarakat.

Contoh:
Bagaimana kondisi lingkungan eksternal yang dimiliki Unit
Pelaksana Teknis, misalnya bagaimana dukungan Pemerintah
Daerah dan masyarakat terhadap pelaksanaan proyek di
lapangan?
Sumber data yang perlu disiapkan dalam pemetaan potensi dan
permasalahan, antara lain: Dokumen pola dan/atau rencana
pengelolaan SDA WS yang menjadi wilayah kerja BBWS/BWS,
hasil analisis berupa SWOT Analysis, Cost-Benefit Analysis
(CBA) atau metode lainnya.

3.3. Internalisasi Visi dan Misi Kementerian PUPR


Visi dan misi hanya dimiliki oleh Presiden dan Wakil Presiden, yang kemudian
diharmonisasi dan dituangkan ke dalam rancangan RPJMN. Visi dan Misi
Kementerian PUPR sendiri merupakan internalisasi visi dan misi Presiden dan
Wakil Presiden yang memperlihatkan gambaran umum mengenai keadaan
yang ingin dicapai dan konsistensi kinerja Kementerian PUPR pada akhir
periode perencanaan (5 tahun ke depan).
Unit Pelaksana Teknis tidak perlu menyusun visi dan misi namun harus
mewujudkan visi dan misi Kementerian PUPR untuk mencapai sasaran
program prioritas nasional sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangannya.
Dukungan ini berupa langkah-langkah yang diambil dalam lingkup
kewenangan Unit Pelaksana Teknis untuk memastikan bahwa visi, misi,
tujuan dan sasaran Kementerian PUPR bisa tercapai. Dukungan ini bisa
berupa:
 Internalisasi Visi PUPR pada Direktorat Jenderal SDA
 Dukungan terhadap Misi Kementerian PUPR
 Dukungan terhadap Tujuan Kementerian PUPR
 Dukungan terhadap Sasaran Kementerian PUPR
Sumber data yang diperlukan dalam internalisasi visi dan misi, antara lain:
Rancangan RPJMN; Rancangan Renstra Kementerian PUPR; Rancangan
Renstra Direktorat Jenderal SDA.

3.4. Penyusunan Tujuan dan Sasaran Kegiatan


3.4.1. Penyusunan Tujuan
Tujuan merupakan pernyataan tentang kondisi yang diinginkan pada 5
(lima) tahun ke depan dalam rangka mewujudkan visi dan misi. Tujuan
Unit Pelaksana Teknis merupakan pernyataan tentang kondisi yang
diinginkan pada 5 (lima) tahun ke depan dalam rangka mendukung
perwujudan visi dan misi Kementerian PUPR serta perwujudan tujuan
- 50 -

dan sasaran Direktorat Jenderal SDA. Tujuan ini dilengkapi dengan


sasaran sebagai ukuran kinerjanya.
Tujuan Unit Pelaksana Teknis bisa didasari pada rumusan visi dan
misi pengelolaan SDA sebagaimana dicantumkan pada dokumen pola
dan/atau rencana pengelolaan SDA WS. Rumusan ini kemudian
dipertajam dengan hasil identifikasi potensi dan permasalahan yang
akan dihadapi pada langkah sebelumnya dalam rangka mewujudkan
sasaran program Direktorat Jenderal SDA. Kriteria-kriteria yang harus
diperhatikan dalam penyusunan tujuan Unit Pelaksana Teknis adalah
sebagai berikut:
a. Tujuan harus sejalan dengan visi, misi, tujuan, sasaran strategis
Kementerian PUPR dan sasaran program Direktorat Jenderal SDA
dalam mendukung pencapaian outcome dan berlaku pada periode
jangka menengah;
b. Tujuan harus dapat menunjukan suatu kondisi yang ingin dicapai
pada periode jangka menengah;
c. Tujuan harus sesuai dan dapat dicapai dengan kemampuan yang
dimiliki oleh Unit Pelaksana Teknis;
d. Tujuan harus dapat mengarahkan perumusan sasaran kegiatan,
arah kebijakan dan strategi serta kegiatan pada lingkup Unit
Pelaksana Teknis.

3.4.2. Penyusunan Sasaran


Tujuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut ke dalam sasaran
kegiatan. Sasaran Kegiatan adalah hasil yang akan dicapai dari suatu
kegiatan dalam rangka pencapaian Sasaran Program yang
mencerminkan berfungsinya keluaran (output). Kriteria-kriteria yang
harus diperhatikan dalam penyusunan sasaran kegiatan:
a. Sasaran kegiatan yang ditetapkan harus merupakan ukuran
pencapaian dari tujuan BBWS/BWS/Balai Teknis;
b. Sasaran kegiatan mencerminkan berfungsinya outcomes dari
semua output dalam BBWS/BWS/ Balai Teknis;
c. Sasaran kegiatan harus dirumuskan dengan jelas dan terukur;
d. Sasaran kegiatan harus bersifat outcome dan dilengkapi dengan
indikator kinerja kegiatan serta target kinerja.

Tujuan dan sasaran kegiatan disusun dalam bentuk Peta Strategi. Peta
Strategi adalah diagram yang menunjukan visi, misi, strategi organisasi
diimplementasikan dalam aktivitas sehari-hari pada setiap
BBWS/BWS/Balai Teknis dengan menggunakan Key Performance Index
(KPI). Pada peta strategi tersebut disusun sasaran yang ingin dicapai
oleh masing-masing unit kerja secara berjenjang (cascading). Salah
satu metode yang digunakan untuk mengukur keberhasilan adalah
Balanced Score Card.
- 51 -

Contoh:
 Sasaran strategis (SS) - level Kementerian PUPR: Meningkatkan
dukungan terhadap peningkatan ketahanan pangan menjadi 35%.
 Sasaran program (SP) – level Direktorat Jenderal SDA :
Meningkatkan ketahanan air, dengan salah satu indikator
capaiannya adalah peningkatan irigasi diairi oleh waduk dari 11%
menjadi 13%.
 Sasaran kegiatan (SK) – level Direktorat Irigasi dan Rawa :
Meningkatkan percepatan pemrograman pembangunan irigasi dari 6
(enam) waduk selesai.
 Sasaran kegiatan (SK) – level BBWS/BWS : Meningkatkan luas
layanan irigasi dari jaringan irigasi yang dibangun di wilayah kerja
BWS Sumatera I seluas 5.000 Hektar.

3.4.3. Penyusunan Peta Strategi Menggunakan Balanced Score Card


Salah satu metode penyusunan peta strategi adalah menggunakan
metode Balanced Scorecard yang merupakan sekumpulan ukuran
kinerja yang mencakup 4 perspektif: financial (keuangan), customers
(pelanggan), internal business process (proses internal), learning and
growth (pertumbuhan dan pembelajaran). Dengan demikian metode
tersebut merupakan sistem pengukuran kinerja yang terintegrasi dan
komprehensif karena mempertimbangkan beberapa aspek (perspektif)
dan memungkinkan organisasi mengaitkan strategi yang dibangun
dengan proses pelaksanaannya, dan proses pelaksanaan dapat
dipantau tingkat pencapaiannya dengan menggunakan Key
Performance Indicator (Indikator Kinerja Utama).

Pembangunan suatu Peta Strategi hanya dapat dilakukan secara


runtut dari level tertinggi ke level yang lebih rendah. Jadi, ketika kita
membangun peta strategi suatu unit kerja, maka syarat mutlaknya
adalah telah terbangunnya peta strategi unit organisasi. Langkah
menyusun peta strategi yaitu:

1. Melakukan identifikasi stakeholder/customer untuk mengetahui


keinginan/kebutuhan yang harus dipenuhi sesuai dengan tugas
dan fungsi unit kerja;
2. Menentukan sasaran kegiatan (outcome) unit kerja beserta
indikator apa yang hendak dicapai oleh sebuah unit kerja;
3. Menentukan rangkaian proses dalam suatu unit sesuai dengan
tugas dan fungsinya untuk menciptakan nilai bagi
stakeholder/customer (value chain). Rangkaian proses adalah
output-output yang akan dicapai oleh unit kerja untuk menunjang
pencapaian sasaran kegiatan pada perspektif Internal Business
Process (Proses Internal);
4. Menentukan elemen-elemen yang akan dikembangkan untuk
mendukung berlangsungnya proses bisnis seperti Sumber Daya
Manusia (SDM), Tata Laksana Organisasi, dan Informasi. Elemen
- 52 -

yang dikembangkan tersebut akan menjadi output pada perspektif


Learning and Growth (Pengembangan).

Di dalam peta strategi suatu unit kerja, perlu ditentukan sasaran


kegiatan yaitu pernyataan tentang yang ingin dicapai unit kerja
(bersifat outcome). Outcome adalah hasil yang dicapai dari suatu
program atau aktivitas dibandingkan dengan hasil yang diharapkan.
Hasil yang diharapkan bisa berupa target kinerja yang diharapkan,
sedangkan outcome adalah hasil nyata yang dicapai. Tujuan
pengukuran outcome adalah untuk mengukur nilai dari suatu aktivitas
atau program.
Jika pengkuran output lebih bersifat mengukur kuantitas barang atau
jasa yang dihasilkan oleh suatu aktivitas, maka pengukuran outcome
mengukur nilai kualitas dari output tersebut. Sasaran kegiatan
(outcome) disusun berdasarkan hal-hal sebagai berikut:
1. Sasaran Kegiatan yang dirumuskan harus menggambarkan hasil
(outcome) dari pelaksanaan program unit kerja sesuai tugas dan
fungsinya. Hasil (outcome) kegiatan merupakan sinergitas berbagai
output dalam kegiatan tersebut;
2. Setiap kegiatan memiliki satu sasaran kegiatan dan boleh memiliki
lebih dari satu indikator;
3. Harus dipastikan sasaran kegiatan yang dirumuskan unit kerja
memiliki sebab akibat (causality) dengan sasaran program unit
organisasi.

Sasaran kegiatan (outcome) dapat dicapai apabila output yang berada


dibawahnya dapat dicapai dan berjalan secara sinergis. Sedangkan
sasaran program akan tercapai apabila sasaran kegiatan (outcome)
dapat tercapai dan berjalan sinergis satu sama lain.

Tahapan yang dapat dilakukan dalam perumusan sasaran kegiatan


adalah sebagai berikut:
1. Pahami urusan yang menjadi tanggung jawab unit kerja yang
bersangkutan.
a. Untuk membantu memahami urusan tersebut, dapat dilakukan
dengan bantuan identifkasi tugas dan fungsi unit kerja.
b. Pahami substansinya; apa yang menjadi concern atau urusan
utama unit kerja berkenaan dalam memenuhi tujuan
pembangunan. Semakin spesifik urusan yang bisa
diidentifikasi, akan semakin membantu proses penyusunan
informasi di tahapan berikutnya.
2. Seberapa besar/luas skala atau segmentasi urusan tersebut. Skala
atau segmentasi bisa berdasarkan lokasi (nasional atau wilayah
tertentu) atau skala lain yang dapat merepresentasikan suatu
spesifikasi tertentu
3. Identifikasi apakah urusan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung
jawab tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab unit kerja
berkenaan. Apabila ada unit kerja lain yang berkontribusi terhadap
- 53 -

urusan dimaksud, sebutkan unit kerja tersebut dan apa porsi


masing-masing terhadap urusan dimaksud.
4. Identifikasi dan analisis masalah dan/atau kebutuhan.
5. Identifikasi customer atau target group.
6. Identifikasi tujuan; apa yang ingin dicapai dalam beberapa tahun
ke depan dengan bantuan pemahaman atas visi organisasi,
kebutuhan yang telah dirumuskan pada tahap sebelumnya,
mengidentifikasi tujuan yang terkandung dalam dokumen formal
yang memuat berbagai informasi terkait tujuan organisasi.
Menurut Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Pedoman
Penyusunan dan Penelaahan Renstra K/L 2015 – 2019, kriteria
indikator disusun dengan prinsip sebagai berikut:
a. Specific: indikator dapat diidentifikasi dengan jelas dan tidak
bermakna ganda sehingga mudah untuk dimengerti dan digunakan
b. Measurable: indikator dinyatakan dengan jelas dan terukur dengan
skala penilaian tertentu yang disepakati, dapat berupa pengukuran
secara kuantitas, kualitas atau harga.
c. Achievable: indikator merupakan sesuatu yang dapat dicapai,
bukan angan-angan
d. Relevant: mencerminkan keterkaitan (relevansi) secara logis dan
langsung antara target outcome dalam rangka mencapai target
impact yang ditetapkan, sesuai dengan kemampuan dan sumber
daya yang ada, tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit, tetapi
tetap ada tantangan
e. Time Bond: waktu/periode pencapaian indikator ditetapkan dengan
batas waktu yang jelas (mingguan, bulanan, triwulan, semesteran
atau tahunan), sehingga mudah dinilai dan dievaluasi.
Karakteristik yang harus terdapat dalam rumusan Indikator Kinerja
Kegiatan, antara lain:
1. harus mencerminkan Sasaran Kinerja Unit Organisasi Eselon II
sesuai dengan tugas dan fungsinya;
2. harus bersifat spesifik dan terukur;
3. harus dapat mendukung pencapaian Indikator Kinerja Program;
dan
4. harus dapat dievaluasi berdasarkan periode waktu tertentu.
Kriteria yang digunakan dalam penyusunan Indikator Sasaran Kegiatan
antara lain:
1. Indikator Sasaran Kegiatan harus memenuhi kriteria penyusunan
indikator kinerja;
2. Indikator Sasaran Kegiatan disusun menjadi:
a. Indikator kuantitas;
b. Indikator kualitas; dan/atau
c. Indikator harga.
3. Indikator Sasaran Kegiatan harus dapat mendorong tercapainya
output kegiatan yang telah ditetapkan.
- 54 -

Gambar 3.2 Keterkaitan SS, SP, dan SK Direktorat Jenderal SDA untuk
Direktorat/Pusat

Gambar 3.3 Format Peta Strategi Pada Suatu Unit Kerja


Dalam menyusun Peta Strategi tersebut, erat kaitannya dengan
penyusunan program dan kegiatan beserta sasaran dan indikator
kinerjanya. Beberapa kriteria yang harus diperhatikan antara lain:
a. Program
Program merupakan instrumen kebijakan Kementerian PUPR yang
berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh
Kementerian, yang dikoordinasikan oleh Kementerian untuk
mencapai Sasaran dan Tujuan pembangunan yang terukur.
Program secara umum dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) jenis
program, yaitu:
1. Program Teknis
Program Teknis merupakan Program yang menghasilkan
pelayanan kepada kelompok sasaran/Masyarakat (pelayanan
eksternal). Program Teknis disusun berdasarkan:
a) Program Kementerian/Lembaga sesuai dengan tugas,
fungsi, dan kewenangannya yang menghasilkan pelayanan
- 55 -

kepada kelompok sasaran/masyarakat (pelayanan


eksternal);
b) Program Teknis dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga;
c) Program Teknis disesuaikan dengan lingkup kewenangan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan fungsi Kementerian/Lembaga. Dengan demikian,
jumlah Program Teknis ditentukan sesuai lingkup
kewenangan dari Kementerian/Lembaga tersebut;
d) 1 (satu) Unit Organisasi yang bersifat memberi pelayanan
eksternal akan menggunakan hanya 1 (satu) Program
Teknis;
e) 1 (satu) Unit Organisasi bersifat pelayanan eksternal
dimungkinkan untuk dapat melaksanakan lebih dari 1
(satu) Program Teknis dengan menunjukkan justifikasi
dan/atau pertimbangan kuat yang mendasarinya, yaitu
antara lain berkenaan dengan aspek:
1. kompleksitas pelaksanaan kegiatannya; dan
2. besaran anggaran yang dikelola oleh unit organisasi
bersangkutan.
f) Disarankan untuk 1 (satu) Program Teknis digunakan oleh
seluruh Unit Organisasi terkait dengan catatan Indikator
Kinerja masing-masing Unit Organisasi muncul dalam
Sasaran Program (outcome);
g) Program Teknis harus dapat dievaluasi pencapaian
kinerjanya berdasarkan periode waktu tertentu; dan
h) Program Teknis dilaksanakan dalam periode waktu jangka
menengah, dengan perubahan hanya dapat dilakukan
setelah melalui tahapan evaluasi.
2. Program Generik
Program Generik merupakan program yang digunakan oleh
beberapa Unit Organisasi yang bersifat pelayanan internal
untuk mendukung pelayanan aparatur dan/atau administrasi
pemerintahan (pelayanan internal). Program Generik disusun
berdasarkan:
a) Program Generik dilaksanakan oleh 1 (satu) unit organisasi
yang bersifat memberikan pelayanan internal;
b) nomenklatur Program Generik dibuat unik untuk setiap
Kementerian/Lembaga dengan ditambahkan nama
Kementerian/Lembaga dan/atau dengan membedakan
kode program; dan
c) Program Generik ditujukan untuk menunjang pelaksanaan
Program Teknis.
d) Langkah teknis yang dilakukan dalam rangka penyusunan
Program Kementerian/Lembaga meliputi:
1. identifikasi Visi dan Misi Kementerian/ Lembaga, yang
bertujuan untuk menentukan kinerja dan/atau bentuk
- 56 -

pelayanan yang akan dicapai oleh


Kementerian/Lembaga;
2. identifikasi kinerja Kementerian/Lembaga dan Sasaran
Strategis Kementerian/Lembaga;
3. penyusunan Sasaran Program (Outcome) dan Indikator
Kinerja Program; dan
4. penamaan Program, yang didasarkan pada keterkaitan
antara Sasaran Program, sesuai dengan pelaksanaan
tugas dan fungsi Unit Organisasi penanggungjawabnya,
dan bersifat unik (tidak duplikatif) pada masing-masing
organisasi pelaksananya.
Setiap unit organisasi dapat memilih jenis programnya
sesuai dengan tipologi unit organisasinya, apakah unit
organisasi teknis atau generik. Saat ini, Direktorat Jenderal
SDA memiliki 2 Program yang merupakan program teknis
yang digunakan oleh Direktorat/Pusat, yaitu:
1. Program Pengelolaan SDA; dan
2. Program Pengendalian Lumpr Sidoarjo
b. Kegiatan
Kegiatan merupakan bagian dari program yang dilaksanakan oleh
suatu unit kerja yang terdiri dari sekumpulan tindakan/aktivitas
pengerahan sumberdaya baik yang berupa personil (sumberdaya
manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana,
dan/atau kombinasi dari beberapa atau semua jenis sumberdaya
tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran
(output) dalam bentuk barang/jasa untuk menunjang program.
Menurut kategorisasinya, kegiatan dapat dibedakan menjadi 2
(dua) jenis, antara lain:
1. Kegiatan Teknis
Kegiatan Teknis merupakan kegiatan yang menghasilkan
pelayanan kepada kelompok sasaran/masyarakat (pelayanan
eksternal) dalam mendukung Prioritas Nasional, RPJMN, dan
pencapaian Renstra K/L. Kegiatan Teknis disusun berdasarkan:
a) 1 (satu) unit Kerja yang bersifat memberikan pelayanan
eksternal akan menggunakan 1 (satu) kegiatan teknis
termasuk kegiatan yang dilaksanakan melalui mekanisme
Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan;
b) Kegiatan Teknis yang disusun harus dapat mencerminkan
tugas dan fungsi unit Unit Kerja terkait;
c) nomenklatur kegiatan teknis bersifat unik/khusus (tidak
duplikatif) untuk masing-masing Unit Kerja pelaksananya;
d) Kegiatan teknis harus dapat dievaluasi pencapaian kinerjanya
berdasarkan periode waktu tertentu; dan
e) Kegiatan teknis dilaksanakan dalam periode waktu jangka
menengah, dengan perubahan hanya dapat dilakukan setelah
melalui tahapan evaluasi.
- 57 -

2. Kegiatan Generik
Kegiatan Generik merupakan kegiatan yang digunakan oleh
beberapa Unit Kerja yang sejenis. Kegiatan generik disusun
berdasarkan:
a) Kegiatan Generik dilaksanakan oleh 1 (satu) Unit Kerja/Unit
Pelaksana Teknis yang bersifat memberikan pelayanan
internal; dan
b) Nomenklatur Kegiatan Generik dibuat unik dengan cara
menambahkan nama Unit Kerja dan/atau dengan
membedakan kode kegiatan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Saat ini, pada Direktorat Jenderal SDA penggunaan kegiatan
teknis dan generik sebagai berikut:
1. Kegiatan generik pada : Sekretaris Direktorat Jenderal SDA
dan Unit Kerja yang Membidangi Program dan Anggaran
2. Kegiatan Teknis (Turbinwas): untuk unit kerja yang
membidangi penatagunaan SDA, irigasi dan rawa, sungai
dan pantai, bendungan dan embung, air tanah dan air baku,
operasi dan pemeliharaan, serta pengendalian lumpur
Sidoarjo.
c. Sasaran Program (Outcome) dan Indikator
Sasaran Program Kementerian/Lembaga merupakan hasil yang
akan dicapai dari suatu Program dalam rangka pencapaian
Sasaran Strategis. Sasaran Program disusun berdasarkan:
1. Sasaran Program yang dirumuskan harus menggambarkan
hasil (outcome) dari pelaksanaan program unit organisasi
Eselon I sesuai tugas dan fungsinya;
2. Setiap Program dapat memiliki lebih dari satu Sasaran
Program; dan
3. Sasaran Program perlu memiliki keterkaitan dan hubungan
sebab-akibat dengan Sasaran Strategis Kementerian/Lembaga
dan Sasaran Kegiatan.
Setiap sasaran program harus memiliki indikator yang merupakan
ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan
keberhasilan pencapaian Sasaran Program. Indikator dalam
Struktur Manajemen Kinerja merupakan sasaran kinerja program
yang secara akuntabilitas berkaitan dengan unit organisasi yang
bersangkutan.
Kriteria yang digunakan dalam merumuskan Indikator Kinerja
Program sebagai berikut:
1. harus mencerminkan Sasaran Kinerja Unit Organisasi Eselon I
sesuai dengan tugas dan fungsinya;
2. harus dapat mendukung pencapaian kinerja Kementerian PUPR
(Visi, Misi, dan Sasaran Strategis);
3. harus dapat dievaluasi setiap tahun.
- 58 -

4. setiap Sasaran Program diarahkan memiliki satu indikator


kinerja program untuk memudahkan dalam penerapan system
penganggaran berbasis kinerja dan manajemen kinerja.
5. memenuhi kriteria penyusunan indikator kinerja SMART
(Spesific, Measured, Achievable, Relevant, and Time Bond).

d. Sasaran Kegiatan dan Indikator


Sasaran Kegiatan merupakan hasil yang akan dicapai dari suatu
Kegiatan dalam rangka pencapaian Sasaran Program yang
mencerminkan berfungsinya keluaran (output). Sasaran Kegiatan
disusun berdasarkan:
1. setiap kegiatan dapat memiliki satu atau lebih Sasaran Kegiatan;
2. Sasaran Kegiatan yang dirumuskan harus dapat mendukung
tercapainya Sasaran Program;
3. Sasaran Kegiatan merupakan Sasaran Strategis unit kerja; dan
4. Sasaran Kegiatan perlu memiliki keterkaitan dan hubungan
sebab-akibat dengan Sasaran Program.
Indikator Kinerja Kegiatan merupakan ukuran kuantitatif dan/atau
kualitatif yang menggambarkan keberhasilan pencapaian Sasaran
Kegiatan. Indikator Kinerja Kegiatan dalam Struktur Manajemen
Kinerja merupakan sasaran kinerja kegiatan yang secara
akuntabilitas berkaitan dengan Unit Pelaksana Teknis Karakteristik
yang harus terdapat dalam rumusan Indikator Kinerja Kegiatan
antara lain:
1. harus mencerminkan Sasaran Kinerja Unit kerja sesuai dengan
tugas dan fungsinya;
2. harus bersifat spesifik dan terukur;
3. harus dapat mendukung pencapaian Indikator Kinerja Program;
dan
4. harus dapat dievaluasi berdasarkan periode waktu tertentu.
Kriteria yang digunakan dalam penyusunan Indikator Kinerja
Kegiatan antara lain:
1. Indikator Kinerja Kegiatan harus memenuhi kriteria penyusunan
indikator kinerja;
2. Indikator Kinerja Kegiatan disusun menjadi:
a. Indikator kuantitas,
b. Indikator kualitas, dan/atau
c. Indikator harga;
3. Indikator Kinerja Kegiatan harus dapat mendorong tercapainya
output kegiatan yang telahditetapkan.

Contoh Peta Strategi


Peta Strategi Kementerian PUPR 2015-2019, terdiri atas 4 (empat)
sasaran strategis, yaitu:
1. Meningkatnya keterpaduan pembangunan infrastruktur PUPR
antardaerah, antar sektor, dan antar tingkat pemerintahan
(SS1).
- 59 -

2. Meningkatnya dukungan kedaulatan pangan dan ketahanan


energi (SS2).
3. Meningkatnya dukungan konektivitas bagi penguatan daya saing
(SS3).
4. Meningkatnya dukungan layanan infrastruktur dasar
permukiman dan perumahan (SS4).
Berdasarkan hal tersebut, Direktorat Jenderal SDA mendukung
perwujudan SS2. Meningkatnya dukungan kedaulatan pangan dan
ketahanan energi.
Untuk mewujudkan sasaran strategis tersebut, Direktorat Jenderal
SDA menetapkan 2 (dua) sasaran program yang menggambarkan
kinerja Direktorat Jenderal SDA yang akan dicapai dalam rangka
pencapaian sasaran strategis, yaitu:
1. Meningkatnya ketahanan air (SP2)
2. Meningkatnya pengendalian lumpur Sidoarjo (SP3)

Gambar 3.4 Peta Strategi Kementerian PUPR tahun 2015-2019

Guna mewujudkan sasaran program, pada internal process


dilakukan beberapa kegiatan, yang masing-masing kegiatan tersebut
memiliki sasaran kegiatan (SK) guna mencapai sasaran program
tersebut. Masing-masing sasaran program memiliki indikator yang
masing-masing indikator tersebut didukung oleh sasaran-sasaran
kegiatan terkait.
Dalam rangka mewujudkan SP2. Meningkatnya ketahanan air,
terdapat 6 (enam) indikator, yaitu:
- 60 -

1. Tingkat layanan sarana prasarana air baku (%)


2. Tingkat kapasitas tampung sumber-sumber air (%)
3. Tingkat kapasitas pengendalian daya rusak (%)
4. Tingkat keterpaduan tata kelola pengelolaan SDA (%)
5. Tingkat kinerja layanan irigasi (%)
6. Tingkat kinerja operasi dan pemeliharaan (%)
Sementara dalam rangka mewujudkan SP3. Meningkatnya
pengendalian lumpur Sidoarjo, terdapat 1 (satu) indikator, yaitu:
Tingkat layanan sarana prasarana pengendali lumpur Sidoarjo (%).

Gambar 3.5 Peta Strategi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air tahun 2015-2019

Masing-masing indikator tersebut didukung oleh pencapaian


sasaran-sasaran kegiatan secara cascade. Masing-masing sasaran
kegiatan diwujudkan oleh kegiatan yang dilaksanakan seluruh unit
kerja di lingkungan Direktorat Jenderal SDA, baik di Sekretariat
Direktorat Jenderal, Direktorat, Pusat, maupun di BBWS/BWS.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh Sekretariat, Direktorat dan Pusat
fokus pada pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Turbinwas),
sedangkan kegiatan yang dilaksanakan oleh BBWS/BWS fokus pada
pelaksanaan (konstruksi serta operasi dan pemeliharaan).
Masing-masing sasaran kegiatan yang dihasilkan oleh kegiatan-
kegiatan tersebut berkontribusi terhadap pencapaian sasaran
program melalui indikator-indikator terkait, sesuai dengan bobot
- 61 -

yang telah disepakati. Bobot ditentukan berdasarkan beberapa


pertimbangan, diantaranya:
a. Dukungannya terhadap perwujudan prioritas nasional.
b. Alokasi anggaran tiap tahunnya.
c. Pertimbangan beban target terhadap perwujudan sasaran
program dan sasaran strategis.
Berdasarkan Peta Strategi Direktorat Jenderal SDA 2015-2019,
sasaran kegiatan (SK) yang mendukung indikator berjumlah 19,
dengan keterkaitan terhadap indikator sasaran program (SP) secara
sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Sasaran Program, Sasaran Kegiatan dan Indikator 2015-2019


UNIT KERJA
SASARAN PROGRAM SASARAN KEGIATAN
TERKAIT

SP2. Meningkatnya ketahanan air

Indikator 1: SK1. Peningkatan layanan sarana dan BBWS/BWS


prasarana penyediaan air baku
Tingkat layanan sarana
prasarana air baku (%)
SK2. Peningkatan layanan pembinaan Pusat Air Tanah dan
bidang air tanah dan air baku Air Baku

Indikator 2: SK3. Peningkatan kapasitas tampung BBWS/BWS


sumber-sumber air
Tingkat kapasitas
tampung sumber-sumber
air (%)
SK4. Peningkatan layanan pembinaan Pusat Bendungan
bidang bendungan, danau, dan
bangunan penampung air lainnya

SK5. Peningkatan layanan pembinaan Balai Bendungan


bidang keamanan bendungan

Indikator 3: SK6. Peningkatan kapasitas BBWS/BWS


pengendalian daya rusak
Tingkat kapasitas
pengendalian daya rusak
(%) SK7. Peningkatan layanan pembinaan Direktorat Sungai dan
bidang sungai dan pantai Pantai

Indikator 4: SK8. Peningkatan keterpaduan tata BBWS/BWS


kelola pengelolaan SDA
Tingkat keterpaduan tata
kelola pengelolaan SDA
(%) SK9. Peningkatan layanan pembinaan Direktorat Bina
tata kelola pengelolaan SDA terpadu Penatagunaan SDA

SK10. Peningkatan layanan BBWS/BWS


manajemen BBWS/BWS

SK11. Peningkatan layanan Sekretariat Dewan


kesekretariatan Dewan SDA Nasional SDA Nasional

Indikator 5: SK12. Peningkatan kinerja layanan BBWS/BWS


- 62 -

UNIT KERJA
SASARAN PROGRAM SASARAN KEGIATAN
TERKAIT
Tingkat kinerja layanan irigasi
irigasi (%)
SK13. Peningkatan layanan pembinaan Direktorat Irigasi dan
bidang irigasi dan rawa Rawa

Indikator 6: SK14: Peningkatan kinerja layanan OP BBWS/BWS


sarana prasarana sumber daya air
Tingkat kinerja operasi
dan pemeliharaan (%)
SK15. Peningkatan pembinaan operasi Direktorat Bina O&P
dan pemeliharaan infrastruktur SDA

Indikator: SK16. Peningkatan pembinaan Direktorat


perencanaan, pemrograman, dan Pengembangan
Tingkat pembinaan
penganggaran pengelolaan SDA Jaringan SDA
perencanaan,
pemrograman, dan
penganggaran
pengelolaan SDA (%)

SP3. Meningkatnya pengendalian lumpur Sidoarjo

Indikator: SK18: Peningkatan layanan pembinaan Pusat Pengendalian


pengendalian lumpur Sidoarjo Lumpur Sidoarjo
Tingkat layanan sarana
prasarana pengendali
lumpur Sidoarjo (%)

SK19: Peningkatan layanan sarana


prasarana pengendali lumpur Sidoarjo

Pendukung SP2. dan SP3. Pada Learning Growth

Indikator: SK17. Dukungan manajemen dan Sekretariat Direktorat


pelaksanaan tugas teknis lainnya Jenderal SDA
Dukungan manajemen
dan pelaksanaan tugas
teknis lainnya (%)

3.5. Penyusunan Arah Kebijakan, Strategi, dan Kerangka Regulasi Unit


Pelaksana Teknis
3.5.1 Penyusunan Arah Kebijakan dan Strategi
Arah kebijakan dan strategi Unit Pelaksana Teknis disusun
berdasarkan sasaran kegiatan yang sudah disusun pada peta strategi,
berisi langkah yang akan ditempuh untuk mencapai sasaran kegiatan
dan dalam rangka mendukung pencapaian sasaran program Direktorat
Jenderal SDA dan sasaran strategis Kementerian PUPR. Rumusan
kebijakan adalah untuk dapat menjawab isu strategi lokal, regional,
nasional dan global serta memberi dukungan terhadap prioritas-
prioritas pemerintah, dukungan terhadap pusat pengembangan
kawasan ekonomi khusus dan lain-lain. Kebijakan disusun secara
berurutan berdasarkan tingkat urgensi serta komitmen pemerintah
pada isu-isu tertentu yang harus segera ditangani. Kebijakan
- 63 -

disesuaikan dengan hasil sinkronisasi dan telaahan dari eselon yang


diatasnya. Kebijakan disusun secara berurutan berdasarkan tingkat
urgensi serta prioritas program pemerintah.
Perumusan arah kebijakan dan strategi Unit Pelaksana Teknis harus
memperhatikan:
1. Arah kebijakan dan strategi serta prioritas pembangunan nasional
pada 5 (lima) tahun mendatang.
2. Arah kebijakan dan strategi pengelolaan SDA nasional kedepan.
3. Arah kebijakan dan strategi Direktorat Jenderal SDA untuk
pencapaian sasaran pembangunan nasional bidang SDA dan
sasaran strategis Kementerian PUPR.
4. Arah kebijakan dan strategi pengelolaan SDA WS yang menjadi
wilayah kerjanya, sebagaimana dirumuskan pada dokumen pola
dan/atau rencana pengelolaan SDA WS yang menjadi wilayah
kerjanya.
5. Pengarustamaan RPJMN 2020-2024, yaitu: Kesetaraan Gender, Tata
Kelola Pemerintahan yang Baik, Pembangunan Berkelanjutan,
Kerentanan Bencana dan Perubahan Iklim, Modal Sosial dan
Budaya, dan Transformasi Digital.
6. Arah kebijakan sektoral sebagaimana dirumuskan pada Renstra Unit
Kerja sesuai dengan bidangnya.
Rumusan kebijakan untuk aspek-aspek pengelolaan SDA dipilih sesuai
dengan tingkat urgensi penanganannya dalam kurun waktu 5 (lima)
tahun.
Sumber data yang dibutuhkan, antara lain: rancangan RPJMN,
rancangan Renstra Kementerian PUPR, Rancangan Renstra Direktorat
Jenderal SDA, arah kebijakan sektoral di tingkat nasional, rancangan
Renstra Unit Kerja terkait

Tabel 3.2 Contoh Pemilihan Kebijakan berdasarkan Urgensi Penanganan


Isu Strategis
Arahan
berdasarkan Arah Kebijakan
Direktorat Kebijakan
Kebijakan Pengelolaan SDA Pola dan Kebijakan Pemerinta
Teknis / Lainnya
Rencana PSDA Ditjen SDA h Daerah
Pusat
WS
1 2 3 4 5 6
Konservasi SDA:
- Perlindungan dan Pelestarian
SDA;
- Kapasitas tampungan Air;
- Pengelolaan Kualitas Air dan
- Pengendalian Pencemaran Air.
Pendayagunaan SDA:
- Penyediaan SDA;
- Penggunaan SDA;
- Pengembangan SDA;
- Pengusahaan SDA.
Pengendalian Daya Rusak Air
- Kebijakan Pencegahan Daya
Rusak Air;
- Kebijakan Penanggulangan
Daya Rusak Air dan Mitigasi
Bencana;
- Kebijakan Pengendalian Banjir;
- Kebijakan Pengendalian Erosi
- 64 -

Isu Strategis
Arahan
berdasarkan Arah Kebijakan
Direktorat Kebijakan
Kebijakan Pengelolaan SDA Pola dan Kebijakan Pemerinta
Teknis / Lainnya
Rencana PSDA Ditjen SDA h Daerah
Pusat
WS
1 2 3 4 5 6
dan Sedimentasi;
- Kebijakan Pengamanan Pantai
dan Muara Sungai.
Keterangan: beri tanda (√) untuk pilihan sesuai prioritas
Kolom 1 : Aspek pengelolaan SDA;
Kolom 2 : isu strategis di WS berdasarkan pola dan rencana PSDA;
Kolom 3 : Arah kebijakan Direktorat Jenderal;
Kolom 4 : Arahan dari Direktorat Teknis / Pusat yang merupakan penjabaran dari Arah kebijakan Direktorat
Jenderal SDA;
Kolom 5 : Kebijakan pemerintah daerah;
Kolom 6 : kebijakan aspek pengelolaan SDA yang yang terpilih yang selanjutnya disesuaikan dengan program
yang ada didalam Matrik Dasar Penyusunan Program dan Kegiatan.

Termasuk dalam arah kebijakan dan strategi disini adalah kebijakan


dan strategi terkait penerapan kepatuhan internal di lingkungan Unit
Pelaksana Teknis (BBWS/BWS/Balai Teknis).

3.5.2 Penyusunan Kerangka Regulasi


Tahapan ini menjelaskan Kerangka Regulasi yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan tugas, fungsi serta kewenangannya dan penjabaran
peranan Kerangka Regulasi dalam mendukung pencapaian sasaran
pembangunan nasional, sasaran strategis Kementerian PUPR dan
sasaran program Direktorat Jenderal SDA.
Kerangka regulasi disusun sebagai bentuk operasionalisasi dari arah
kebijakan BBWS/BWS/Balai Teknis dengan memperhatikan dan
menganalisis kebutuhan-kebutuhan pedoman maupun regulasi.
Kerangka regulasi tersebut diperlukan dalam rangka melaksanakan
strategi BBWS/BWS/Balai Teknis dan untuk menunjang pencapaian
output maupun outcome unit kerja dalam pelaksanaan masa periode
Renstra Unit Pelaksana Teknis.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kerangka
regulasi, antara lain:
1. Analisis peraturan perundang-undangan yang sudah ada dan
pengaruhnya dengan pelaksanaan tugas dan fungsi
BBWS/BWS/Balai Teknis pada kondisi saat ini.
2. Peraturan perundang-undangan yang dibutuhkan untuk mencapai
sasaran pembangunan nasional, sasaran strategi Kementerian
PUPR dan sasaran program Direktorat Jenderal SDA 5 (lima) tahun
mendatang.

Dalam dokumen Renstra Unit Pelaksana Teknis, regulasi yang


diperlukan oleh BBWS/BWS/Balai Teknis harus dituangkan dalam
bentuk matriks kerangka regulasi. Matriks kerangka regulasi terdiri
dari: arah kerangka regulasi dan/atau kebutuhan regulasi; urgensi
pembentukan berdasarkan evaluasi regulasi eksisting, kajian dan
penelitian; unit penanggungjawab; unit terkait/institusi; dan target
- 65 -

penyelesaian. Sumber data yang dibutuhkan, antara lain: daftar


peraturan perundang-undangan di tingkat nasional dan brainstorming.

Tabel 3.3 Format Matriks Kerangka Regulasi


ARAH KERANGKA
URGENSI PEMBENTUKAN
REGULASI
BERDASARKAN EVALUASI UNIT UNIT TARGET
NO DAN/ATAU
REGULASI EKSISTING, PENANGGUNGJAWAB TERKAIT/INSTITUSI PENYELESAIAN
KEBUTUHAN
KAJIAN DAN PENELITIAN
REGULASI

1.

2.

3.

4.

5.

3.6. Penyusunan Program, Kegiatan, Sasaran dan Indikator


Langkah selanjutnya adalah menyusun struktur program, kegiatan, sasaran
dan indikator yang digunakan untuk mencapai sasaran kegiatan oleh
BBWS/BWS/Balai Teknis dalam rangka mendukung pencapaian sasaran
program Direktorat Jenderal SDA dan sasaran strategis Kementerian PUPR.
Struktur program dan kegiatan yang digunakan mengikuti struktur pada
Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK).
Contoh:
 Program : Pengelolaan Sumber Daya Air
 Kegiatan : Pengembangan dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Permukaan,
Rawa Dan Tambak
Program dan kegiatan memiliki sasaran dan indikator untuk menunjukkan
kinerja pencapaiannya. Sasaran Program adalah hasil yang akan dicapai dari
suatu Program dalam rangka pencapaian Sasaran Strategis. Sasaran Program
disusun berdasarkan:
1. Sasaran Program yang dirumuskan harus menggambarkan hasil
(outcome) dari pelaksanaan program unit organisasi Eselon I sesuai tugas
dan fungsinya;
2. Setiap Program dapat memiliki lebih dari satu Sasaran Program; dan
3. Sasaran Program perlu memiliki keterkaitan dan hubungan sebab-akibat
dengan Sasaran Strategis Kementerian/Lembaga dan Sasaran Kegiatan.
Setiap sasaran program harus memiliki indikator yang merupakan ukuran
kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan keberhasilan
pencapaian Sasaran Program. Indikator kinerja program yang dirumuskan:
1. harus mencerminkan Sasaran Kinerja Unit Organisasi Eselon I sesuai
dengan tugas dan fungsinya;
2. harus dapat mendukung pencapaian kinerja Kementerian PUPR (Visi,
Misi, dan Sasaran Strategis);
3. harus dapat dievaluasi setiap tahun.
- 66 -

4. setiap Sasaran Program diarahkan memiliki satu indikator kinerja


program untuk memudahkan dalam penerapan system penganggaran
berbasis kinerja dan manajemen kinerja.
5. memenuhi kriteria penyusunan indikator kinerja SMART (Spesific,
Measured, Achievable, Relevant, and Time Bond).
Sementara, Sasaran Kegiatan merupakan hasil yang akan dicapai dari suatu
Kegiatan dalam rangka pencapaian Sasaran Program yang mencerminkan
berfungsinya keluaran (output). Sasaran Kegiatan disusun berdasarkan:
1. Setiap kegiatan dapat memiliki satu atau lebih Sasaran Kegiatan;
2. Sasaran Kegiatan yang dirumuskan harus dapat mendukung tercapainya
Sasaran Program;
3. Sasaran Kegiatan merupakan Sasaran Strategis unit kerja; dan
4. Sasaran Kegiatan perlu memiliki keterkaitan dan hubungan sebab-akibat
dengan Sasaran Program.
Setiap sasaran kegiatan harus memiliki Indikator yang merupakan ukuran
kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan keberhasilan
pencapaian Sasaran Kegiatan. Indikator kinerja kegiatan yang dirumuskan:
1. harus mencerminkan Sasaran Kinerja Unit kerja sesuai dengan tugas dan
fungsinya;
2. harus bersifat spesifik dan terukur;
3. harus dapat mendukung pencapaian Indikator Kinerja Program; dan
4. harus dapat dievaluasi berdasarkan periode waktu tertentu.

Program dan sasaran program serta kegiatan dan sasaran kegiatan beserta
indikatornya sudah disusun pada Renstra Direktorat Jenderal SDA. Hal ini
menjadi satu kesatuan Peta Strategi Direktorat Jenderal SDA. Pada
penyusunan Renstra Unit Pelaksana Teknis, arsitektur ini diadopsi untuk
kemudian dijabarkan lebih lanjut ke dalam target output.
Contoh:
1. Sasaran Program : Meningkatnya ketahanan air
Indikator Sasaran Program:
a. Tingkat layanan sarana prasarana air baku (%)
b. Tingkat kapasitas tampung sumber-sumber air (%)
c. Tingkat kapasitas pengendalian daya rusak (%)
d. Tingkat keterpaduan tata kelola pengelolaan SDA (%)
e. Tingkat kinerja layanan irigasi (%)
f. Tingkat kinerja operasi dan pemeliharaan (%)

2. Sasaran Kegiatan untuk mendukung pencapaian indikator (e):


a. Peningkatan kinerja layanan irigasi [oleh BBWS/BWS]
b. Peningkatan layanan pembinaan bidang irigasi dan rawa [oleh Dit.
Irigasi dan Rawa].
- 67 -

3.7. Penyusunan Target dan Pendanaan


3.7.1 Menentukan Target dan Pendanaan
Target kinerja adalah hasil dan satuan hasil sasaran kegiatan yang
akan dicapai dari setiap indikator kinerjanya. Target kinerja sasaran
kegiatan menunjukkan tingkat sasaran kinerja spesifik yang akan
dicapai oleh BBWS/BWS/Balai Teknis yang meliputi kegiatan dan
output-output dalam periode waktu yang telah ditetapkan. Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam menyusun target, antara lain:
1. Desain (studi lainnya) yang sudah disusun, apakah sudah
ditindaklanjuti atau belum;
2. Jumlah infrastruktur SDA yang sudah dibangun oleh BBWS/BWS
dan apakah kapasitasnya sudah memenuhi kebutuhan;
3. Target menggambarkan angka kuantitatif dan satuan yang akan
dicapai dari setiap indikator kinerja sasaran;
4. Penetapan target relevan dengan indikator kinerjanya, logis dan
berdasarkan data baseline yang jelas. Baseline merupakan volume
yang tercapai hingga periode Renstra yang sedang berjalan;
5. Penentuan target dilakukan dengan melihat hasil evaluasi
pencapaian target, sehingga dapat dihitung target yang masih
harus dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan;
6. Tahapan pelaksanaan suatu proyek yang diprogramkan: kapan
mulai, kapan selesai.
7. Mempertimbangkan kemampuan pelaksanaan oleh
BBWS/BWS/Balai Teknis (apakah SDM memadai, peralatan
cukup, dll);
8. Kebijakan sektor yang dirumuskan oleh Direktorat/Pusat sesuai
dengan bidangnya.
Penentuan indikator kinerja dapat mempertimbangkan beberapa
komponen, antara lain:
a. Biaya pelayanan (cost of service). Indikator biaya biasanya diukur
dalam bentuk biaya unit (unit cost), misalnya biaya per unit
pelayanan. Beberapa pelayanan mungkin tidak dapat ditentukan
biaya unitnya, karena output yang dihasilkan tidak dapat
dikuantifikasi atau tidak ada keseragaman tipe pelayanan yang
diberikan. Untuk kondisi tersebut dapat dibuat indikator kinerja
proksi, misalnya belanja per kapita.
b. Penggunaan (utilization). Indikator pengunaan pada dasarnya
membandingkan antara jumlah pelayanan yang ditawarkan (supply
of service) dengan permintaan publik (public demand). Indikator ini
harus mempertimbangkan preferensi publik, sedangkan
pengukurannya biasanya berupa volume absolut atau presentase
tertentu, misalnya presentase penggunaan kapasitas.
c. Kualitas dan standar pelayanan (quality and standards). Indikator
kualitas dan standar pelayanan merupakan indikator yang paling
sulit diukur, karena menyangkut pertimbangan yang sifatnya
subyektif. Penggunaan indikator kualitas dan standar pelayanan
- 68 -

harus dilakukan secara hati-hati karena kalau terlalu menekankan


indikator ini justru dapat menyebabkan kontraproduktif.
d. Cakupan pelayanan (coverage). Indikator cakupan pelayanan perlu
dipertimbangkan apabila terdapat kebijakan atau peraturan
perundangan yang mensyaratkan untuk memberikan pelayanan
dengan tingkat pelayanan minimal yang ditetapkan.
e. Kepuasan (satisfaction). Indikator kepuasan biasanya diukur
melalui metode jajak pendapat secara langsung atau menggunakan
indikator produksi misalnya jumlah komplain.
Konsumen yang akan dilayani adalah masyarakat. Untuk itu, perlu
diidentifikasi kebutuhan infrastruktur SDA yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Sumber data yang diperlukan dalam penyusunan target,
didapatkan dari sisa target dari Renstra pada periode sebelumnya,
brainstorming ataupun diskusi dengan pakar, Pemerintah Daerah, dan
masyarakat.
Penentuan target kinerja kemudian diikuti dengan perkiraan
kebutuhan pendanaannya. Penyusunan kebutuhan pendanaan
merupakan detail penjabaran strategi pendanaan program dan
kegiatan untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan.
Pendanaan dapat bersumber dari APBN baik yang bersumber dari
Rupiah Murni, Pendapatan Nasional Bukan Pajak (PNBP), Pinjaman
dan/atau Hibah Luar Negeri (PHLN) serta sumber/skema lainnya
seperti Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dan Corporate
Social Responsibility (CSR).
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kerangka pendanaan
adalah:
1. Perhitungan kebutuhan pendanaan untuk
pembangunan/rehabilitasi/OP masing-masing infrastruktur SDA di
wilayah kerja BBWS/BWS.
2. Proyek-proyek yang merupakan kelanjutan dari Renstra periode
sebelumnya dan kebutuhan pendanaan untuk kelanjutan dan
penuntasan proyek tersebut.
3. Potensi proyek yang akan didanai oleh Pinjaman/Hibah Luar Negeri
dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), sesuai dengan
ketentuan yang mengatur. Hal ini akan menjadi masukan
penyusunan Daftar Rencana Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri
(DRPHLN-Bluebook) pada 5 (lima) tahun ke depan.
4. Mempertimbangkan kemampuan pelaksanaan oleh
BBWS/BWS/Balai Teknis (apakah SDM memadai, peralatan
cukup, dll).
Penyusunan kerangka pendanaan BBWS/BWS/Balai Teknis dilakukan
dengan melaksanakan review data RKAKL BBWS/BWS/Balai Teknis
pada tahun berjalan, rekapitulasi hasil review baseline, serta perkiraan
program yang akan dilaksanakan pada 5 (lima) tahun mendatang.
- 69 -

3.7.2 Analisis Risiko


Bab penyusunan target dan pendanaan juga dilengkapi dengan analisis
risiko terhadap pencapaian target yang ditetapkan tersebut. Analisis
atau manajemen risiko dilakukan mengacu pada tahapan sebagaimana
menyusun manajemen risiko penerapan kepatuhan internal.
Analisis mencakup evaluasi dan prioritasi risiko, serta apa yang bisa
dilakukan jika terjadi permasalahan yang mempengaruhi pencapaian
target dan sasaran, dan upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk
meninimalisasi kemungkinan permasalahan tersebut timbul,
mengawasi, mengurangi dampak, dan melokalisir permasalahan.

Tabel 3.4 Format Matriks Kinerja dan Pendanaan

3.7.3 Menggunakan Modul Perencanaan pada Sistem E-Programming


untuk Menyusun Rincian Target dan Kebutuhan Pendanaan
Pengisian modul perencanaan pada e-programming ini dimaksudkan
agar program, kegiatan, sasaran dan indikator serta target dan
pendanaan yang telah disusun mempunyai satu wadah database
digital, sehingga mudah untuk diakses kapan saja.
E-Programming merupakan sistem yang dikembangkan
menindaklanjuti Surat Edaran Direktur Jenderal SDA Nomor
16/SE/D/2015 tentang Pedoman Pengintegrasian Sistem Manajemen
Perencanaan dan Sistem Manajemen Kinerja di Lingkungan Direktorat
Jenderal SDA, Kementerian PUPR. Pada sistem E-Programming ini
terdapat 3 (tiga) modul, yaitu Modul Perencanaan, Modul
Pemrograman, dan Modul Penganggaran, dengan fungsi masing-
masing:
 Modul Perencanaan, digunakan untuk merencanakan program 5
(lima) tahunan. Modul ini menjadi input bagi penyusunan proyek
prioritas pada Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal SDA
dan Renstra BBWS/BWS.
- 70 -

 Modul Pemrograman, digunakan untuk menyusun program


tahunan. Modul ini menjadi input bagi penyusunan Rencana Kerja
(Renja) Direktorat Jenderal SDA menggunakan sistem KRISNA yang
dikembangkan oleh Kementerian PPN/Bappenas.
 Modul Penganggaran, digunakan untuk menyusun rencana
penganggaran (tahunan). Modul ini menjadi input bagi penyusunan
anggaran menggunakan modul (sistem) penganggaran yang
dikembangkan oleh Kementerian Keuangan.
Ketiga modul memiliki keterkaitan satu sama lainnya, sehingga
runutan perencanaan, pemrograman, dan penganggaran diharapkan
dapat terpantau dengan baik.

Gambar 3.6 Tampilan menu awal aplikasi e-Programming

Mengenal Modul Perencanaan


Modul perencanaan melekat pada aplikasi e-programming diakses
melalui http://sda.pu.go.id/#Aplikasi#Perencanaan&Penganggaran#e-
Programming.
Modul perencanaan dapat diakses oleh Subdirektorat/Bidang/Bagian
Perencanaan pada:
a. Unit kerja yang Membidangi Program dan Anggaran
b. Unit Kerja Pembina Kegiatan
c. BBWS/BWS
Manual penggunaan Modul Perencanaan dapat diakses pada Sistem E-
Programming.

Tugas Masing-masing Pihak pada Modul Perencanaan


Masing-masing pihak, baik di lingkungan Unit Kerja maupun di
lingkungan BBWS/BWS memiliki tugas masing-masing:
1. Unit Kerja yang Membidangi Program dan Anggaran, melakukan :
a. Kompilasi terhadap usulan proyek yang disampaikan oleh
BBWS/BWS
- 71 -

b. Melakukan pengecekan terhadap kesesuaian penggunaan


nomenklatur, output, dan kegiatan
c. Melakukan kewajaran usulan pendanaan
d. Mengevaluasi kesesuaian usulan proyek dengan dokumen pola
dan rencana, serta prioritas dan kebijakan nasional jangka
menengah
2. Unit Kerja Pembina Kegiatan, melakukan:
a. Kompilasi terhadap usulan proyek yang disampaikan oleh
BBWS/BWS sesuai dengan bidangnya masing-masing
b. Melakukan pengecekan terhadap kewajaran usulan pendanaan
dan kesesuaian target (volume) pada proyek yang diusulkan
c. Menyusun proyek prioritas pada jangka menengah sesuai dengan
bidangnya masing-masing
3. BBWS/BWS, melakukan:
a. Menyusun usulan proyek untuk jangka menengah, mengacu pada
dokumen pola dan rencana pengelolaan SDA WS di lingkungan
kerjanya dan mempertimbangkan capaian program jangka
menengah sebelumnya dan perkiraan kebutuhan ke depan
b. Melakukan input usulan proyek pada modul perencanaan,
termasuk untuk kegiatan yang di Tugas Perbantuan (TP)-kan.

Timeline Pengisian Modul Perencanaan


Pengisian Modul Perencanaan dilakukan sekali dalam 5 (lima) tahun.
Penyesuaian terhadap pengisian modul tersebut dilakukan setiap
tahunnya. Rincian tahunan proyek yang diprogramkan tiap tahunnya
menjadi bahan pembahasan pada pelaksanaan Konsultasi Regional
Kementerian PUPR dan wadah koordinasi lainnya dalam rangka
penyusunan program tahunan.
Hasil pengisian Modul Perencanaan ditelaah oleh Direktorat/Pusat
selaku pembina kegiatan dan Unit Kerja yang Membidangi Program dan
Anggaran. Hasil dari penelaahan ini kemudian dapat diekspor menjadi
matriks kinerja dan pendanaan yang merupakan lampiran pada
Renstra Unit Pelaksana Teknis dan lampiran pada Dokumen
Perencanaan Lainnya untuk Satuan Kerja (Satker).

3.8. Penyusunan Kerangka Kelembagaan


Kerangka kelembagaan merupakan perangkat, struktur organisasi,
ketatalaksanaan, dan pengelolaan aparatur sipil negara yang digunakan
untuk mencapai visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi BBWS/BWS/Balai Teknis.
Penyusunan kerangka kelembagaan ini bertujuan untuk:
a. Meningkatkan keterkaitan dan koordinasi pelaksanaan Renstra, sesuai
dengan fungsi, serta visi dan misi Kementerian PUPR;
b. Mempertajam arah kebijakan dan strategi sesuai dengan kapasitas
organisasi dan dukungan sumber daya aparatur sipil negara;
- 72 -

c. Membangun struktur organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran, untuk
menghindari duplikasi fungsi dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi
BBWS/BWS/Balai Teknis;
d. Memperjelas ketatalaksanaan dan meningkatkan profesionalitas sumber
daya aparatur.
Dalam penyusunan kerangka kelembagaan, terdapat beberapa prinsip yang
harus diperhatikan, antara lain:
a. Dalam merumuskan kerangka kelembagaan, setiap BBWS/BWS/Balai
Teknis harus mempertimbangkan keterkaitan, kontribusi dan peran
BBWS/BWS/Balai Teknis dalam mencapai tujuan pembangunan jangka
panjang di dalam Renstra dan prioritas pembangunan di dalam renstra;
b. Setiap BBWS/BWS/Balai Teknis wajib melakukan penataan kelembagaan
mengacu kepada kebijakan pembangunan, peraturan dan memperhatikan
prinsip pengorganisasian yang efektif, efisien dan transparan;
c. Kerangka kelembagaan disusun untuk mampu menopang dan
mewujudkan rencana kerja menjadi kenyataan;
d. Kerangka kelembagaan yang disusun dapat merupakan proses evaluasi
terhadap struktur organisasi kelembagaan yang sudah ada.

Untuk itu, dalam penyusunan kerangka kelembagaan, perlu diperhatikan:


a. Struktur organisasi saat ini sudah dapat mendukung tugas dan fungsi
BBWS/BWS/Balai Teknis ke depan.
b. Ketatalaksanaan yang dibutuhkan BBWS/BWS/Balai Teknis ke depan.
c. Jumlah SDM yang diperlukan dan pengelolaananya untuk menjalankan
tugas dan fungsi BBWS/BWS/Balai Teknis ke depannya.

3.9. Penelaahan
Penelaahan rancangan Renstra Unit Pelaksana Teknis merupakan bagian dari
rangkaian proses penyusunan Renstra Unit Pelaksana Teknis,
Direktorat/Pusat, Renstra Direktorat Jenderal SDA, dan Renstra Kementerian
PUPR, yang bertujuan untuk memastikan:
a. Kebijakan, Program, dan Kegiatan konsisten dengan kebijakan nasional,
Renstra Kementerian PUPR dan Renstra Direktorat Jenderal SDA;
b. Sasaran Program dan Sasaran Kegiatan Unit Pelaksana Teknis
mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional;
c. muatan rancangan Renstra Unit Kerja sesuai dengan tugas dan fungsi
Unit Pelaksana Teknis;
d. kesesuaian Program dan Kegiatan dengan pembagian urusan kewenangan
pusat-daerah;
e. keterkaitan antara :
 Tujuan dan Sasaran Strategis Kementerian PUPR;
 Program dan Sasaran Program Direktorat Jenderal SDA;
 Kegiatan dan Sasaran Kegiatan Unit Kerja; dan
 Kegiatan dan Sasaran Kegiatan Unit Pelaksana Teknis;
f. Kebutuhan sumber daya telah sesuai dengan kondisi ekonomi makro
yang terdapat dalam rancangan awal RPJMN;
- 73 -

g. Kesesuaian Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan dengan tugas


dan fungsinya dalam rangka pencapaian Visi, Misi, dan Tujuan
Kementerian PUPR untuk melaksanakan program pembangunan yang
terdapat dalam rancangan awal RPJMN.
h. Rincian kegiatan beserta target dan kebutuhan pendanaannya pada
bidang masing-masing dalam rangka mencapai sasaran strategis
Kementerian PUPR dan sasaran program Direktorat Jenderal SDA;
i. Perkiraan target disesuaikan dengan capaian Renstra periode sebelumnya
dan kemampuan pelaksanaannya dimasa mendatang;
Penelaahan rancangan Renstra Unit Pelaksana Teknis dilakukan secara terus
menerus dalam satu siklus perencanaan yang terdiri atas:
a. Pertemuan antara bidang program dan perencanaan umum dengan Unit
Kerja yang Membidangi Program dan Anggaran dalam rangka membahas
kesesuaian rancangan Renstra Unit Pelaksana Teknis dengan rancangan
Renstra Direktorat Jenderal SDA dan Rancangan Renstra Kementerian
PUPR; dan
b. Forum penyesuaian dalam rangka untuk membahas kesesuaian
rancangan Unit Pelaksana Teknis dengan rancangan Renstra Direktorat
Jenderal SDA dan Renstra Kementerian PUPR.
Bahan-bahan yang perlu dipersiapkan dalam pelaksanaan penelaahan
Renstra Unit Pelaksana Teknis, antara lain:
a. Rancangan Renstra Unit Pelaksana Teknis;
b. Dokumen terkait aspirasi Masyarakat (jika ada);
c. Evaluasi Renstra periode sebelumnya (jika ada); dan/atau
d. Dokumen pendukung lainnya.

Kebijakan SDA

Sasaran
Renstra Direktorat
Strategis
Jenderal SDA
Sasaran

Sasaran
Rancangan Renstra
UPT Kegiatan
(BBWS/BWS/Balai PENELAAHAN PENELAAHAN AKHIR
Teknis) PER BIDANG DAN PENETAPAN
- Outline (oleh masing-masing (oleh Unit Kerja Yang
- Naskah Renstra Direktorat/Pusat sesuai Membidangi Program Dan
bidangnya) Anggaran)
- Matriks Target &
Alokasi Pendanaan
- Detail Usulan Proyek
Pola dan
Rencana SDA Renstra UPT
(BBWS/BWS/Balai
RTRW Teknis)

Gambar 3.7 Proses Penelaahan Renstra UPT (BBWS/BWS/Balai Teknis) di


lingkungan Direktorat Jenderal SDA
- 74 -

Penelaahan Renstra Unit Pelaksana Teknis (BBWS/BWS/Balai Teknis)


dimulai dari Bulan September tahun berjalan, yang akan melibatkan Unit
Kerja yang Membidangi Program dan Anggaran sebagai koordinator
penelaahan dan Direktorat/Pusat sebagai tim penelaah yang membidangi
masing-masing kegiatan. Penelaahan Tahap I dilaksanakan terhadap rincian
proyek yang diusulkan untuk diprogramkan pada 5 (lima) tahun mendatang.
Penelaahan tahap II dilaksanakan secara bertahap hingga Renstra Direktorat
Jenderal SDA ditetapkan pada Bulan April tahun mendatang (t+1). Setelah
dilaksanakan penetapan Renstra Direktorat Jenderal SDA, perlu dilakukan
penyempurnaan/penyesuaian kembali hingga penetapan Renstra Unit
Pelaksana Teknis (BBWS/BWS/Balai Teknis) pada Bulan Mei tahun
mendatang (t+1).

3.10. Penetapan dan Masa Berlaku


Renstra Unit Pelaksana Teknis (BBWS/BWS/Balai Teknis) ditetapkan oleh
Kepala BBWS/BWS/Balai Teknis dan menjadi dasar bagi penyusunan
program tahunan di lingkungan BBWS/BWS/Balai Teknis. Masa berlaku
Renstra ini adalah 5 (lima) tahun dan dapat direview pada pertengahan waktu
(midterm review) dan dapat direvisi jika memenuhi kriteria sebagaimana
diatur oleh peraturan perundangan.
- 75 -

BAB IV
TATA CARA TAHAPAN PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN LAINNYA
(SATUAN KERJA/SNVT)

A. Proses Penyusunan Dokumen Perencanaan Lainnya


1. Proses Penyusunan dan Penelaahan
Proses penyusunan dan penelaahan Dokumen Perencanaan Lainnya
dimulai pada awal Tahun Anggaran berjalan setelah Satuan Kerja
ditetapkan.
2. Proses Penetapan
Dokumen Perencanaan Satuan Kerja ditetapkan setelah struktur organisasi
Satuan Kerja ditetapkan dengan masa berlaku dokumen adalah 1 (satu)
tahun, selama Satuan Kerja (Satker) tersebut masih difungsikan.

B. Tahapan Penyusunan Dokumen Perencanaan Lainnya


Tahapan penyusunan dokumen perencanaan lainnya (Satuan Kerja/SNVT) di
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dibagi atas tahapan-tahapan sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan;
2. Tahap Identifikasi Kondisi Umum dan Permasalahan;
3. Tahap Internalisasi Visi dan Misi;
4. Tahap Penyusunan Tujuan dan Output Sasaran Kegiatan;
5. Tahap Penyusunan Target dan Pendanaan;
6. Tahap Penelaahan; dan
7. Penetapan dan Masa Berlaku Dokumen Perencanaan Lainnya

Gambar 4.1 Bagan Alir Tahapan Penyusunan Dokumen Perencanaan Lainnya


(Satuan Kerja/SNVT)
- 76 -

4.1. Persiapan
Tahapan persiapan meliputi persiapan awal pelaksanaan dan persiapan
teknis pelaksanaan sebagai berikut:
1) Persiapan awal pelaksanaan, meliputi:
a. Kajian awal, yang diperoleh dari:
i. Identifikasi isu strategis yang akan dihadapi 1 (satu) tahun
mendatang.
Isu strategis merupakan gambaran hal-hal yang akan dihadapi
dalam penyediaan infrastruktur SDA 1 (satu) tahun ke depan di
wilayah kerja Satuan Kerja. Sumber data yang dapat digunakan,
antara lain:
 Dokumen pola dan/atau rencana pengelolaan SDA WS yang
menjadi wilayah kerja BBWS/BWS (jika ada), meliputi: isu
strategis dan program-program prioritas, neraca air, potensi
sumber daya air, kapasitas infrastruktur SDA yang telah
terbangun pada wilayah sungai tersebut;
 Rancangan Renstra BBWS/BWS;
 Dokumen perencanaan lainnya;
 Perkembangan kebutuhan terkini (mendukung industri,
pariwisata, dll);
 Brainstorming dan jaring pendapat dengan Pemerintah Daerah.
Contoh isu strategis pada wilayah sungai, antara lain:
 Kebutuhan air baku untuk Kawasan Industri (KI) dan dukungan
10 Juta Sambungan Rumah (SR) sebesar 100 liter/detik
 Rawan kekeringan selama 3 (tiga) bulan setiap tahunnya.
ii. Identifikasi peraturan perundangan terkait tugas, fungsi dan
kewenangan.
Pada tahap ini, dilakukan idetifikasi peraturan perundang-
undangan apa saja yang mendasari pelaksanaan tugas dan fungsi
serta pembagian kewenangan? Sumber data yang dapat digunakan,
antara lain:
 Peraturan Menteri PUPR terkait tugas dan fungsi
 Peraturan Menteri PUPR terkait wilayah kerja BBWS/BWS
 Peraturan/Keputusan yang mengatur wilayah kerja Satuan Kerja
(Satker)
 Peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait
kewenangan, misalnya UU Nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah.
iii. Identifikasi struktur organisasi.
Pada tahap ini diidentifikasi apakah struktur organisasi saat ini
dapat menjawab target BBWS/BWS ke depan sesuai bidang?
Sumber data yang dapat digunakan, antara lain: Peraturan Menteri
PUPR terkait tugas dan fungsi dan kebutuhan struktur organisasi
ke depan.
iv. Identifikasi dan pengumpulan data dan informasi.
Pada tahap ini, dilakukan identifikasi data dan informasi apa saja
yang dibutuhkan untuk menyusun dokumen perencanaan lainnya
- 77 -

untuk Satuan Kerja? Sumber data yang dapat digunakan, antara


lain:
 Matriks capaian target Renstra (jika ada) periode sebelumnya
 Potensi air dan kebutuhan infrastruktur berdasarkan dokumen
pola dan/atau rencana pengelolaan SDA WS yang menjadi
wilayah kerja BBWS/BWS
 Masukan masyarakat dan usulan Pemerintah Daerah terkait
kebutuhan infrastruktur
b. Kajian terhadap Renstra BBWS/BWS yang sudah ditetapkan.
2) Persiapan teknis pelaksanaan, meliputi: penyiapan metodologi
pelaksanaan, penyiapan rencana kerja dan penyiapan
perangkat/peralatan kerja termasuk personil. Pada tahap ini, ditentukan
apakah penyusunan dokumen perencanaanl ainnya untuk Satuan Kerja
(Satker) dilakukan secara kontraktual dengan melibatkan pihak ketiga
atau akan dilaksanakan secara swakelola. Termasuk dalam tahapan ini
adalah menyusun KAK dan penyiapan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
dalam rangka menunjang kegiatan penyusunan dokumen perencanaan
lainnya Satuan Kerja.

4.2. Identifikasi Kondisi Umum dan Permasalahan


Tahapan ini bertujuan untuk mengidentifikasi isu strategis dan permasalahan
yang sedang dan diperkirakan akan dihadapi di masa datang. Identifikasi
meliputi kondisi umum dan permasalahan.
A. Identifikasi kondisi umum meliputi:
a. Evaluasi terhadap pelaksanaan proyek yang belum selesai
b. Evaluasi terhadap faktor-faktor yang menjadi kendala dan hambatan
penyelesaian proyek-proyek tersebut
1) Adakah perubahan signifikan telah terjadi pada kondisi
pengelolaan SDA secara umum, misalnya:
 defisit ketersediaan air, dapat dilihat dari neraca ketersediaan
air dan kebutuhan;
 pergeseran arah kebijakan pengelolaan SDA terkait percepatan
pembangunan infrastruktur, adanya pengembangan wilayah
strategis yang memerlukan dukungan SDA;
 intensitas banjir, kekeringan yang terjadi pada wilayah sugai
tertentu, dan lain sebagainya.
2) Kendala yang besifat eksternal yang menjadi penghambat
penyelesaian proyek, misalnya:
 Hambatan atas penyediaan tanah, misalnya: lahan perkebunan
akan dijadikan sawah, atau daerah genangan masih
merupakan daerah konservasi, dan lain sebagainya;
 Kendala yang menyangkut peraturan dan perundang-undangan
dapat mengakibatkan penundaan program dimasukkan dalam
rencana strategis
 Dukungan pemerintah daerah, dan lain sebagainya.
- 78 -

3) Kendala internal, seperti kesiapan desain; kelengkapan dokumen


proses pengadaan; keterbatasan anggaran pemerintah;
ketersediaan SDM; dan lain-lain.
B. Identifikasi potensi dan permasalahan merupakan langkah untuk
menganalisis permasalahan, potensi, kelemahan, peluang serta tantangan
jangka menengah maupun secara nasional yang akan dihadapi dalam
rangka melaksanakan penugasan yang diamanatkan sebagai sasaran
pembangunan nasional pada sektor yang menjadi tugas Satuan Kerja
(Satker).
Identifikasi potensi dan permasalahan pada penyusunan dokumen
perencanaan lainnya untuk Satuan Kerja (Satker) dapat mengadopsi
identifikasi kondisi umum dan permasalahan pada dokumen Renstra
BBWS/BWS. Pemetaan potensi dan permasalahan pada level BBWS/BWS
didasarkan pada dokumen pola dan/atau rencana pengelolaan SDA WS yang
menjadi wilayah kerja BBWS/BWS, hasil analisis berupa SWOT Analysis,
Cost-Benefit Analysis (CBA) atau metode lainnya.

4.3. Internalisasi Visi dan Misi


Visi dan misi hanya dimiliki oleh Presiden dan Wakil Presiden, yang kemudian
diharmonisasi dan dituangkan ke dalam rancangan RPJMN. Visi dan Misi
Kementerian PUPR sendiri merupakan internalisasi visi dan misi Presiden dan
Wakil Presiden yang memperlihatkan gambaran umum mengenai keadaan
yang ingin dicapai dan konsistensi kinerja Kementerian PUPR pada akhir
periode perencanaan (5 tahun ke depan).
Tahap internalisasi visi dan misi Kementerian PUPR pada penyusunan
dokumen perencanaan lainnya untuk Satuan Kerja (Satker) dapat
mengadopsi rumusan internalisasi visi dan misi Kementerian PUPR pada
dokumen Renstra BBWS/BWS.
Internalisasi visi dan misi Kementerian PUPR pada dokumen perencanaan
lainnya untuk Satuan Kerja (Satker) meliputi:
 Internalisasi Visi PUPR pada Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
 Dukungan terhadap Misi Kementerian PUPR
 Dukungan terhadap Tujuan Kementerian PUPR
 Dukungan terhadap Sasaran Kementerian PUPR
 Dukungan terhadap tujuan dan sasaran BBWS/BWS
Sumber data yang diperlukan dalam internalisasi visi dan misi, antara lain:
Rancangan RPJMN; Rancangan Renstra Kementerian PUPR; Rancangan
Renstra Direktorat Jenderal Sumber Daya Air; dan rancangan Renstra
BBWS/BWS.

4.4. Penyusunan Tujuan dan Output Sasaran Kegiatan


Tujuan merupakan pernyataan tentang kondisi yang diinginkan pada 5 (lima)
tahun ke depan dalam rangka mewujudkan visi dan misi. Tujuan Satuan
Kerja (Satker) merupakan pernyataan tentang kondisi yang diinginkan pada 1
(satu) tahun ke depan sebagai bagian dari perwujudan tujuan dan sasaran
BBWS/BWS.
- 79 -

Kriteria-kriteria yang harus diperhatikan dalam penyusunan tujuan Satuan


Kerja (Satker) adalah sebagai berikut:
a. Tujuan harus sejalan dengan visi, misi, tujuan, sasaran strategis
Kementerian PUPR dan sasaran program Direktorat Jenderal Sumber
Daya Air dalam mendukung pencapaian outcome dan berlaku pada
periode jangka menengah;
b. Tujuan tidak terpisahkan dari tujuan BBWS/BWS;
c. Tujuan harus sesuai dan dapat dicapai dengan kemampuan yang dimiliki
oleh Satuan Kerja;
d. Tujuan harus dapat mengarahkan perumusan sasaran kegiatan, arah
kebijakan dan strategi serta kegiatan pada lingkup Satuan Kerja (Satker).
Tujuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut ke dalam output sasaran
kegiatan. Sasaran Kegiatan adalah hasil yang akan dicapai dari suatu
kegiatan dalam rangka pencapaian Sasaran Program yang mencerminkan
berfungsinya keluaran (output). Kriteria-kriteria yang harus diperhatikan
dalam penyusunan output sasaran kegiatan:
a. Output sasaran kegiatan yang ditetapkan harus merupakan ukuran
pencapaian dari tujuan Satuan Kerja;
b. Output sasaran kegiatan harus dirumuskan dengan jelas dan terukur
juga mendukung pencapaian rumusan outcome
Sasaran kegiatan Satuan Kerja merupakan bagian dari Peta Strategi
BBWS/BWS. Perumusan output sasaran kegiatan merupakan bagian dari
rumusan Sasaran Kegiatan pada Peta Strategi BBWS/BWS.
Contoh:
 Sasaran strategis (SS) - level Kementerian PUPR: Meningkatkan dukungan
terhadap peningkatan ketahanan pangan menjadi 35%.
 Sasaran program (SP) – level Direktorat Jenderal Sumber Daya Air:
Meningkatkan ketahanan air, dengan salah satu indikator capaiannya
adalah peningkatan irigasi diairi oleh waduk dari 11% menjadi 13%.
 Sasaran kegiatan (SK) – level Direktorat Irigasi dan Rawa : Meningkatkan
percepatan pemrograman pembangunan irigasi dari 6 (enam) waduk
selesai.
 Sasaran kegiatan (SK) – level BBWS/BWS : Meningkatkan luas layanan
irigasi dari jaringan irigasi yang dibangun di wilayah kerja BWS Sumatera I
seluas 5.000 Hektar.
 Sasaran kegiatan (SK) – level Satuan Kerja (Satker) Pelaksanaan Jaringan
Pemanfaatan Air: Meningkatkan luas layanan irigasi dari jaringan irigasi
yang dibangun di wilayah kerja BWS Sumatera I pada tahun 2022 seluas
1.000 Hektar melalui pembangunan jaringan irigasi sekunder sepanjang 20
Km.

4.5. Penyusunan Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan


i. Menentukan Target dan Pendanaan
Target kinerja adalah hasil dan satuan hasil sasaran kegiatan yang akan
dicapai dari setiap indikator kinerjanya. Target kinerja output sasaran
kegiatan menunjukkan tingkat sasaran kinerja spesifik yang akan dicapai
oleh Satuan Kerja (Satker), yang meliputi kegiatan dan output-output
- 80 -

dalam periode waktu yang telah ditetapkan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam menyusun target, antara lain:
1. Desain (studi lainnya) yang sudah disusun, apakah sudah
ditindaklanjuti atau belum;
2. Jumlah infrastruktur SDA yang sudah dibangun oleh Satuan Kerja
(Satker) dan apakah kapasitasnya sudah memenuhi kebutuhan;
3. Target menggambarkan angka kuantitatif dan satuan yang akan
dicapai dari setiap indikator kinerja sasaran;
4. Mempertimbangkan kemampuan pelaksanaan oleh Satuan Kerja
(apakah SDM memadai, peralatan cukup, dll);
5. Kebijakan sektor yang dirumuskan oleh Direktorat/Pusat sesuai
dengan bidangnya.
Penentuan target kinerja kemudian diikuti dengan perkiraan kebutuhan
pendanaannya. Penyusunan kebutuhan pendanaan merupakan detail
penjabaran strategi pendanaan program dan kegiatan untuk mencapai
target kinerja yang telah ditetapkan. Pendanaan dapat bersumber dari
APBN baik yang bersumber dari Rupiah Murni, Pendapatan Nasional
Bukan Pajak (PNBP), Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri (PHLN) serta
sumber/skema lainnya seperti Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha
(KPBU) dan Corporate Social Responsibility (CSR).
Penyusunan target kinerja dan kerangka pendanaan Satuan Kerja (Satker)
menginduk pada rencana dan program yang disusun oleh BBWS/BWS
pada Renstra BBWS/BWS. Hal yang perlu dipertimbangkan juga adalah
target kinerja dan pendanaan pada tahun berjalan sebagaimana
dirumuskan pada RKA K/L Satuan Kerja

ii. Analisis Risiko


Bab penyusunan target dan pendanaan juga dilengkapi dengan analisis
risiko terhadap pencapaian target yang ditetapkan tersebut. Analisis atau
manajemen risiko dilakukan mengacu pada tahapan sebagaimana
menyusun manajemen risiko penerapan kepatuhan internal.
Analisis mencakup evaluasi dan prioritasi risiko, serta apa yang bisa
dilakukan jika terjadi permasalahan yang mempengaruhi pencapaian target
dan sasaran, dan upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk
meninimalisasi kemungkinan permasalahan tersebut timbul, mengawasi,
mengurangi dampak, dan melokalisir permasalahan.
- 81 -

Tabel 4.1 Format Matriks Kinerja dan Pendanaan

4.6. Penelaahan
Penelaahan rancangan dokumen perencanaan lainnya untuk Satuan Kerja
(Satker) dilakukan setiap tahunnya setelah Satker ditetapkan. Penelaahan ini
dilakukan untuk memastikan:
a. Output sasaran kegiatan mendukung pencapaian Sasaran Program dan
Sasaran Kegiatan BBWS/BWS;
b. Muatan rancangan dokumen perencanaan lainnya sesuai dengan tugas
dan fungsi Satuan Kerja (Satker);
c. Perkiraan target dan kebutuhan pendanaan disesuaikan dengan yang
sudah dirumuskan pada Renstra BBWS/BWS dan kemampuan
pelaksanaannya dimasa mendatang
Penelaahan rancangan dokumen perencanaan lainnya untuk Satuan Kerja
dilakukan dengan melibatkan Satuan Kerja, Bidang Program dan
Perencanaan Umum BBWS/BWS, Direktorat/Pusat selaku pembina dan Unit
Kerja yang membidangi Program dan Anggaran di Lingkungan Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air.
Bahan-bahan yang perlu dipersiapkan dalam pelaksanaan penelaahan
dokumen perencanaan lainnya untuk Satuan Kerja, antara lain:
a. Renstra BBWS/BWS;
b. Rancangan dokumen perencanaan lainnya untuk Satuan Kerja;
c. Dokumen terkait aspirasi Masyarakat (jika ada);
d. Evaluasi pelaksanaan proyek oleh Satuan Kerja tahun sebelumnya;

4.7. Penetapan dan Masa Berlaku Dokumen Perencanaan Lainnya


Dokumen perencanaan lainnya ditetapkan oleh Kepala Satuan Kerja dan
menjadi dasar bagi penyusunan program tahunan Satuan Kerja (Satker).
Masa berlaku dokumen perencanaan lainnya untuk Satuan Kerja (Satker) ini
adalah 1 (satu) tahun, selama Satuan Kerja (Satker) tersebut masih
difungsikan.
- 82 -

BAB V

MUATAN RENSTRA UNIT KERJA (ESELON II), RENSTRA UNIT PELAKSANA TEKNIS
(BBWS/BWS/BALAI TEKNIK) DAN DOKUMEN PERENCANAAN LAINNYA (SATUAN
KERJA/SNVT)

Muatan Renstra diatur secara berjenjang antar setiap entitas, dari tingkat
Kementerian, Unit Organisasi, Unit Kerja/Unit Pelaksana Teknis hingga ke tingkat
Satuan Kerja dan oleh karenanya muatan pada setiap komponen Renstra harus
disesuaikan dengan lingkup kewenangan, tugas dan fungsi pada setiap entitas.
Muatan pada setiap komponen harus memiliki hubungan sebab akibat (cassuality)
dan memiliki kerangka kerja logis yang jelas antar setiap entitas. Muatan Renstra
pada entitas yang lebih tinggi dapat dijabarkan atau diturunkan kepada entitas
yang lebih rendah. Demikian pula sebaliknya muatan Renstra pada entitas yang
lebih rendah mendukung muatan Renstra yang lebih tinggi.
Muatan Renstra dan Dokumen Perencanaan Lainnya di Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air mengacu sebagaimana diatur pada Surat Edaran Menteri PUPR
Nomor 09/SE/M/2020 sebagai berikut:

A. Muatan Renstra Unit Kerja (Eselon II)


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Kondisi Umum
1.2 Potensi dan Permasalahan
BAB II TUJUAN DAN SASARAN
2.1 Tujuan Unit Kerja
2.2 Sasaran Kegiatan Unit Kerja
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, DAN
KERANGKA KELEMBAGAAN
3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Unit Organisasi
3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Unit Kerja
3.3. Kerangka Regulasi
3.4. Kerangka Kelembagaan
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
4.1 Target Kinerja
4.2 Kerangka Pendanaan
BAB V PENUTUP
LAMPIRAN
a. Matriks target kinerja dan pendanaan
b. Matriks kerangka regulasi
- 83 -

B. Muatan Renstra Unit Pelaksana Teknis (BBWS/BWS/Balai Teknik)


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Kondisi Umum
1.2 Potensi dan Permasalahan
BAB II TUJUAN DAN SASARAN
2.1 Tujuan BBWS/BWS
2.2 Sasaran Kegiatan BBWS/BWS
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, DAN
KERANGKA KELEMBAGAAN
3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Unit Organisasi
3.2. Arah Kebijakan dan Strategi BBWS/BWS
3.3. Kerangka Regulasi
3.4. Kerangka Kelembagaan
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
4.1 Target Kinerja
4.2 Kerangka Pendanaan
BAB V PENUTUP
LAMPIRAN
1. Matrik rencana proyek 2020-2024 dengan target (output dan outcome) dan
perkiraan kebutuhan pendanaan
2. Matrik Kinerja dan Pendanaan
3. Matrik Kerangka Regulasi
4. Informasi spasial yang memuat peta-peta antara lain: peta WS dan badan
air; peta daerah rawan banjir, kekeringan, dan isu lain; peta lokasi
infrastruktur SDA eksisting; peta lokasi infrastruktur SDA rencana; dan
peta ketersediaan air.
5. Informasi lainnya yang memuat hal-hal yang dianggap penting oleh
BBWS/BWS yang harus menjadi bagian dari Renstra BBWS/BWS.
-84-

Co Muatan Dokumen Perencanaan Lainnya(Satuan Kctta/SNVT)


BAB I PENDAHULUAN
l.l Kondisi Umuln
l.2 Potensi dan PeHnasahhan
BAB II TU」 UAN DAN SASARAN
2.l Tttuan Satuan Kctta
2.2 0utput Kcgiatan Satuan Ke=ja
BAB III TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
3.l Targct Kinetta
3.2 Kerangka Pendanaan
BAB IV PENUTUP

DIREKTUR」 EN BER DAYA AIR,

198810 t AOLa<

Anda mungkin juga menyukai