Anda di halaman 1dari 16

1.

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Saat ini begitu banyak permasalahan lingkungan yang terjadi, diantaranya adalah
banjir.
Kini banjir sudah umum terjadi di kawasan pedesaan dan perkotaan. Persoalan
ini
diakibatkan karena berbagai hal, salah satu penyebabya adalah kurangnya perhatian
dalam mengelola sistem Saluran Pembuang. Sistem Saluran Pembuang sendiri terdiri
dari dua macam, yaitu sistem Saluran Pembuang Primer, sistem Saluran Pembuang
sekunder.

Sistem Saluran Pembuang ini memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Sudah
seharusnya bahwa fungsi Saluran Pembuang ini tidak dialihfungsikan atau berfungsi
ganda sebagai saluran pembuang, yang kini marak terjadi. Alih fungsi ini tidak hanya
menimbulkan satu permasalahan saja, tetapi nantinya akan timbulnya kekacauan
dalam penanganan sistem Saluran Pembuang pula. Permasalahan-permasalahan ini
terjadi akibatnya adanya peningkatan debit pada saluran Saluran Pembuang.
Penyebab lainnya adalah karena peningkatan jumlah penduduk, amblasan tanah,
penyempitan dan pendangkalan saluran, serata sampah disaluran Saluran Pembuang.

Pertama perlu dipahami bahwa masalah banjir adalah bukan masalah parsial, tetapi
masalah yang terintegrasi. Begitu juga penanganannya harus dilakukan secara
terintegrasi. Masalah banjir erat sekali kaitannya dengan sistem Saluran Pembuang
yang kita terapkan, Di mana dalam sistem Saluran Pembuang seluruh komponen
masyarakat pasti terlibat.

Didalam mendukung pelaksanaan pembangunan infrastruktur Saluran Pembuang


permukiman seperti yang diharapkan, diperlukan suatu perencanaan detail yang sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat yang tinggal di kawasan dan permukiman di
maksud.

Peningkatan Saluran Pembuang adalah upaya untuk menjaga dan mengamankan


Saluran Pembuang agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar
perairan di kawasan permukiman.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN


a. Maksud Kegiatan
Maksud daripelaksanaan pekerjaan Drainase Rt. 06 ini sesuai dengan apa yang
telah direncanakan dari sisi kualitas, volume, biaya dan ketepatan waktu
pelaksanaan pekerjaan, sehingga dicapai wujud akhir saluran drainase yang sesuai
dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK).

b. Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatandari Drainase Rt. 06 adalah tercapainya infrastruktur saluran
drainase yang tepat waktu dan tepat mutu sehingga meningkatkan kinerja saluran
primer dan sekunder serta mendukung kinerja daerah
permukiman dan perkotaan.

1.3. SASARAN KEGIATAN


Sasaran akhir kegiatan adalah terbangunnya saluran drainase/pembuang yang
memenuhi syarat teknis drainase sebagai saluran pembuang air kotor dan air buangan
hujan.

1.4. LOKASI KEGIATAN


Lokasi kegiatan Drainase Rt. 06 berlokasi di Kecamatan Penajam.

2
1.5. SUMBER PENDANAAN
Pagu dana yang dialokasikan untuk kegiatan Belanja Jasa Konstruksi Drainase Rt. 06
sebesar Rp150.493.755,00 (Seratus Lima Puluh Juta Empat Ratus Sembilan Puluh
Tiga Ribu Tujuh Ratus Lima Puluh Lima Rupiah) termasuk PPN yang berasal dari
APBD Kabupaten Penajam Paser Utara tahun anggaran 2023.

1.6. NAMA ORGANISASI PENGADAAN BARANG/JASA


Nama organisasi yang menyelenggarakan/melaksanakan pengadaan jasa konstruksi
adalah sebagai berikut:
Satuan Kerja : Kecamatan Penajam Kab. PPU
Kegiatan : Drainase Rt. 06
PA : KAHAR MASHUD, SH

3
2. DATA PENUNJANG

2.1. DATA DASAR


Secara garis besar data dasar dalam Drainase Rt. 06 adalah sebagai berikut:
a. Dokumen Pembiayaan;
Berupa Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) kegiatan Drainase Rt. 06 sebagai
bukti tersedianya anggaran untuk pembiayaan kegiatan konstruksi.

b. Peruntukan Lokasi;
Lokasi yang dipilih untuk kegiatan pelaksanaan konstruksi harus sesuai dengan
peruntukan lokasi yang diatur dalam RUTRK Kabupaten Penajam Paser Utara
dan/atau RDTR.

2.2. STANDAR TEKNIS


Drainase Rt. 06 yang akan dilaksanakan harus memenuhi ketentuan yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara.
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi yaitu:
 Penggunaan Bahan Bangunan
Bahan bangunan untuk bangunan Pasangan Batu harus memenuhi SNI yang
dipersyaratkan, diupayakan menggunakan bahan bangunan setempat/produksi
dalam negeri, termasuk bahan bangunan sebagai bagian dari komponen bangunan
sistem fabrikasi.

2.3. REFERENSI HUKUM


Acuan regulasi yang menjadi landasan kegiatan Pembangunan Drainase Rt. 06 ,
adalah sebagai berikut:
a. Undang-Undang Republik Indonesia
1) Undang-Undang RI No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya
Air;
2) Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
3) Undang-Undang RI no. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial.
4) Undang-Undang RI No. 02 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


1) Peraturan Pemerintah RI No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber
Daya Air;
2) Peraturan Pemerintah RI. No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi;
3) Peraturan Pemerintah RI No. 34 Tahun 2018 tentang Sistem Standardisasi dan
Penilaian Kesesuaian Nasional;
4) Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan
Jasa
Konstruksi.

c. Peraturan Presiden Republik Indonesia


1) Peraturan Presiden RI No. 12 Tahun 2023 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah;
2) Peraturan Presiden RI No. 64 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Presiden No. 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan;

d. Instruksi Presiden Republik Indonesia


1) Instruksi Presiden RI No. 2 Tahun 2009 tentang Penggunaan Produk Dalam
Negeri dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

4
e. Peraturan Menteri
1) PeraturanMenteri PUPR No. 14/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan
Status Daerah Irigasi;
2) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 33 tahun 2016 tentang Tata Cara
Pengawasan Ketenagakerjaan;
3) Peraturan Menteri PUPR No. 28/PRT/M/2016 tentang Pedoman Analisis Harga
Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum;
4) Peraturan Menteri PUPR No. 21/PRT/M/2019 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi;
5) Peraturan Menteri PUPR No. 14 Tahun 2020 Tentang Standart Dan Pedoman
Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia;

f. Standar Nasional Indonesia (SNI)


1) SNI Tahun 2002 tentang Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan
untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan;
2) SNI Tahun 2008 tentang Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan untuk
Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan;

5
3. RUANG LINGKUP

3.1 LINGKUP PEKERJAAN


Lingkup kegiatan dan uraian pekerjaan Drainase Rt. 06 adalah :
a. Kegiatan Persiapan
Kegiatan persiapan yaitu kegiatan yang meliputi seluruh pekerjaan awal sebelum
pekerjaan dimulai, meliputi:
1) Penyusunan organisasi kerja;
2) Tata cara pengaturan pekerjaan;
3) Penyusunan jadual pelaksanaan pekerjaan;
4) Penyusunan jadual pengadaan bahan, mobilisasi peralatan dan pengerahan
personil;
5) Penyusunan rencana pemeriksaan lapangan;
6) Penyusunan rencana analisa Resiko K3 Konstruksi (RK3K) dan penerapan
Sistem Manajemen K3 Konstruksi (SMK3) sesuai dengan ketentuan K3;
7) Penyusunan program mutu.

b. Kegiatan Pelaksanaan Konstruksi


Pelaksanaan konstruksi meliputi:
1) Pekerjaan Persiapan;
2) Pekerjaan Tanah;
3) Pekerjaan Pasangan;
4) Pekerjaan Lain-lain.

c. Penyusunan Program Mutu


Program mutu harus disusun oleh penyedia jasa dan disepakati oleh pengguna
jasa dan dapat direvisi sesuai kebutuhan. Penyusunan program mutu minimal berisi :
1) Organisasi proyek pengguna jasa dan penyedia jasa;
2) Jadual pelaksanaan pekerjaan;
3) Prosedur pelaksanaan pekerjaan;
4) Prosedur instruksi kerja;
5) Pelaksana kerja;
6) Pekerjaan Lain-lain.

3.2 KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN


a. Tanggung Jawab Kontraktor Pelaksana
1) Kontraktor Pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan secara keseluruhan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan didalam Dokumen Kontrak;
2) Jumlah personil atau tenaga ahli yang ditempatkan harus sesuai dengan bobot
pekerjaan yang ditangani dan disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Direksi
Pengairan;
3) Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi
lapangan proyek yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada
dilokasi pekerjaan minimal selama jam kerja;
4) Melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik kepada DireksiPengairan.

b. Gambar Pelaksanaan (Shop Drawing)


1) Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat gambar pelaksanaan (Shop
Drawing) untuk pekerjaan-pekerjaan yang memerlukannya, terutama untuk
pekerjaan-pekerjaan yang gambar detailnya tidak dijelaskan dalam gambar
teknis;
2) Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan Shop Drawing ditentukan oleh
Konsultan Supervisi dalam masa konstruksi;

6
3) Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan sebelum Shop
Drawing yang menjadi kewajibannya disetujui oleh Konsultan Supervisi dan
Direksi Pengairan;
4) Shop Drawing tidak boleh merubah/merevisi gambar teknis kecuali atas
persetujuan Perencana;
5) Shop Drawing tidak boleh merubah, memperbesar dan memperkecil
kuantitas maupun kualitas pekerjaan.

c. Gambar Lapangan dan Dokumen Lapangan


1) Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu set gambar teknis/gambar
revisi dalam format kertas A3, satu set Shop Drawing satu set Spesifikasi
Teknis dan satu set Bill of Quantity dilokasi pekerjaan;
2) Gambar Teknis, Gambar Revisi, Shop Drawing, Spesifikasi Teknis,dan Bill of
Quantity ditempatkan pada tempat yang baik dan dalam kedaan yang rapi.

d. Buku Instruksi dan Buku Tamu


1) Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu buah Buku Instruksidan
Buku Tamu dilokasi pekerjaan pada setiap kantor lapangan dan ditempatkan
pada tempat yang baik;
2) Buku Instruksi berisikan instruksi-instruksi dilokasi pekerjaan yang
dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi dan Direksi Pengairan untuk
dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana yang berhubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan;
3) Buku Instruksi harus mencantumkan tanggal instruksi, waktu instruksi, nama
dan jabatan yang memberi instruksi, dan tanda tangan yang memberi instruksi;
4) Instruksi Konsultan Supervisi dan Direksi Pengairan yang berada dalam Buku
Instruksi harus diketahui dan ditanda tangani oleh Kontraktor Pelaksana
minimal Supervisor Lapangan untuk dilaksanakan.

e. Gambar Hasil Pelaksanaan (Asbuilt Drawing)


1) Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat Gambar Hasil Pelaksanaan
(Asbuilt Drawing) yang sesuai dengan hasil pelaksanaan pekerjaan dilapangan
sebelum serah terima tahap pertama dilakukan;
2) Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan Asbuilt Drawing adalah pekerjaan
yang ditentukan oleh Konsultan Supervisi;
3) Asbuilt Drawing yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi dan Direksi Pengairan;
4) Kontraktor Pelaksana diwajibkan menyerahkan 5 set Asbuilt Drawing yang
telah disetujui kepada Direksi Pengairan;
5) Satu set Asbuilt Drawing yang telah disetujui harus disimpan di tempat yang
baik pada bangunan oleh Direksi Pengairan atau pengguna bangunan.

f. Request Material dan Request Pekerjaan


1) Kontraktor Pelaksana harus mengajukan permohonan penggunaan
semua material bangunan (request material) sebelum material bangunan
tersebut dipakai dan dimasukan ke lokasi pekerjaan;
2) Request Material yang diajukan Kontraktor Pelaksana harus disertai dengan
contoh material dan disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Direksi Pengairan;
3) Persetujuan Request Material yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana
dianggap sah dan diakui apabila disetujui minimal oleh Konsultan Supervisi;
4) Kontraktor Pelaksana harus menyediakan dan menyerahkan satu set contoh
material yang telah disetujui kepada Konsultan Supervisi;
5) Material bangunan yang tidak disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Direksi
Pengairan tidak boleh dipakai sebagai material bangunan dan harus
dikeluarkan dari lokasi pekerjaan;
6) Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan permohonan (request pekerjaan)
untuk pekerjaan yang akan dikerjakan;
7) Request Pekerjaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui
oleh Konsultan Supervisi dan Direksi Pengairan;
7
8) Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan tanpa Request
Material atau jika Request Pekerjaan yang diajukan belum disetujui oleh
Konsultan Supervisi;
9) Item-item pekerjaan yang memerlukan Request Pekerjaan ditentukan oleh
Konsultan Supervisi.

g. Metode Pelaksanaan
1) Kontraktor Pelaksana harus mengajukan metode pelaksanaan terhadap
pekerjaan pembesian, pengecoran, pekerjaan–pekerjaan lain yang
memerlukanya;
2) Kontraktor Pelaksana harus mengajukan analisis Resiko K3 Konstruksi
(RK3K) dan rencana penerapan manajemen K3 Konstruksi (SMK3) yang akan
diterapkan dalam pelaksanaan pekerjaan;
3) Metode pelaksanaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui
oleh Konsultan Supervisi dan Direksi Pengairan;
4) Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan jika metode
pelaksanaan yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan Supervisi dan
Direksi Pengairan;
5) Item-item pekerjaan yang memerlukan metode pelaksanaan ditentukan oleh
Konsultan Supervisi.

h. Pekerjaan Diluar Jam Kerja


1) Pekerjaan-pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana dengan alasan mempercepat proses penyelesaian pekerjaan harus
diketahui oleh Konsultan Supervisi dan Direksi Pengairan;
2) Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh personil Konsultan Supervisi untuk
pengawasan pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana;
3) Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap kualitas pekerjaan
yang dilakukan diluar jam kerja normal atau pada malam hari.
i. Perubahan-Perubahan Disain dan Perbedaan-Perbedaan
1) Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi dengan persetujuan Direksi
Pengairan berhak mengadakan perubahan-perubahan pada Gambar Teknis,
Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity yang wajib dilaksanakan oleh Kontraktor
Pelaksana;
2) Kontraktor Pelaksana dengan alasan apapun tidak boleh melakukan perubahan
pada Gambar Teknis, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity tanpa persetujuan
Konsultan Supervisi atau Konsultan Perencana;

3) Perubahan-perubahan akan Gambar Teknis dan Spesifikasi Teknis


yang dilakukan oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan
Direksi Pengairan harus disampaikan secara tertulis kepada Kontraktor
Pelaksana untuk dilaksanakan;
4) Perubahan-perubahan pada Gambar Teknis dan Spesifikasi Teknis yang
dilakukan oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana, dan Direksi
Pengairan secara lisan atau tidak tertulis tidak wajib untuk dilaksanakan oleh
Kontraktor Pelaksana. Resiko karena melaksanakan instruksi tidak tertulis
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana;
5) Perubahan-perubahan akan Gambar Teknis dan Spesifikasi Teknis tidak boleh
menambah biaya pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan dari biaya
pelaksanaan yang ada dalam Kontrak Kerja kecuali ditentukan lain dalam
Kontrak Kerja atau oleh Direksi Pengairan;
6) Perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena perubahan Gambar
Teknis dan Spesifikasi Teknis yang diusulkan oleh Konsultan Perencana dan
Direksi Pengairan dilakukan oleh Konsultan Perencana diketahui oleh Direksi
Pengairan;
7) Perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena perubahan Gambar
Teknis dan Spesifikasi Teknis yang diusulkan oleh Kontraktor Pelaksana
8
dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana diketahui oleh Konsultan Supervisi dan
disetujui oleh Direksi Pengairan;
8) Kontraktor Pelaksanaberhak memeriksa hasil perhitungan
akan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya yang dilakukan oleh Konsultan
Perencana;
9) Jika dalam pelaksanaan pekerjaan ditemukan ketidaksesuaian antara Gambar
Teknis, Spesifikasi Teknis, dan Bill of Quantity, Konsultan Supervisi tidak
dibenarkan mengambil keputusan secara sepihak tetapi harus melaporkannya
kepada Direksi Pengairan untuk tindakan selanjutnya.
10) Konsultan Supervisi dengan persetujuan Konsultan Perencana dan Direksi
Pengairan berhak menentukan acuan mana yang harus dipegang bila terjadi
perbedaan antara Gambar Teknis, Spesifikasi Teknis, dan Bill of Quantity
kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
11) Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Konsultan Supervisi, jika
terjadi perbedaan antara Gambar Teknis, Spesifikasi Teknis dan Bill of
Quantity maka urutan acuan yang harus dipegang ditentukan seperti berikut :
 Kontrak Kerja;
 Bill of Quantity;
 Gambar Teknis serta Gambar Revisi; dan
 Spesifikasi Teknis.

3.3 KELUARAN YANG DIINGINKAN


Keluaranakhir tahap pelaksanaan konstruksi meliputi dokumen hasil
pelaksanaan konstruksi, berupa:
a. Laporan Hasil Pekerjaan (Laporan Harian, Laporan Mingguan, Laporan Bulanan, dan
Foto Dokumentasi Pelaksanaan);
b. Request Material dan Request Pekerjaan;
c. Shop Drawing dan Asbuilt Drawing;
d. Dokumen lainnya yang disyaratkan.

3.4 JANGKA WAKTU PENYELESAIAN KEGIATAN


Jangka waktu pelaksanaan adalah 30 (tiga puluh) hari kalender sejak SPMK
diterbitkan.

3.5 METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN


Metode pelaksanaan pekerjaan yang harus diterapkan terdiri dari:
1) Dalam Penawaran Penyedia Jasa membuat metode pelaksaaan pekerjaan
yang menggambarkan penguasaan dalam penyelesaian pelaksanaan
pekerjaan;
2) Dalam Penawaran Penyedia Jasa membuat metode pelaksaan pekerjaan
sesuai ruang lingkup utama pekerjaan;
3) Dalam Penawaran Penyedia Jasa membuat metode pelaksanaan pekerjaan
harus memuat sekurang kurangnya sebagai berikut:
 Volume Pekerjaan;
 Bahan yang digunakan;
 Alat yang digunakan;
 Personil yang digunakan;
 Uraian cara menyelesaikan pekerjaan;
 Waktu pelaksanaan menyelesaikan pekerjaan;
 Identifikasi bahayanya sesuai tabel jenis pekerjaan Rencana Keselamatan
Konstruksi (RKK).

3.6 DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA


Dalam membuat daftar kuantitas dan harga yang harus diajukan terdiri dari:
1) Daftar kuantitas dan harga yang ditawarkan harus sesuai dengan Bill Of
Quantity (BOQ) yang dipersyaratkan;
2) Daftar kuantitas dan harga yang ditawarkan harus sesuai Analisa Item
Pekerjaan yang dipersyaratkan;
9
3) Dalam menghitung Koefisien dalam Analisa Item Pekerjaan penyedia jasa
harus menyesuaikan dengan Gambar teknis yang dipersyaratkan.

3.7 PERSONIL
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan ini, tenaga personil yang dibutuhkan antara lain:

NO POSISI JUMLAH KUALIFIKASI


MANAJERIAL

1 Pelaksana Lapangan 1 orang  Memiliki Sertifikat Keterampilan /SKT


Kelas 1,Pelaksana Lapangan
Pekerjaan Jaringan Irigasi (TS030)
yang dikeluarkan oleh Asosiasi yang
telah disahkan oleh LPJK;

2 Petugas 1 Orang  Memiliki Sertifikat sebagai K3


Keselamatan Konstruksi;
Kontruksi

3.8 PERALATAN
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan ini, peralatan yang digunakan antara lain:

 Peralatan Utama
Jenis Kapasitas Jumlah
Dump Truck 3-4 m3 (6 Ton) 1

Peralatan di lapangan harus memiliki Bukti Milik Sendiri/Sewa Beli/Sewa


Kepada Pihak lain terlampir (Perjanjian Sewa/Faktur/Akte Jual Beli/Kwitansi
Pembelian atau Nota Pembelian) dan kelengkapan lainnya sesuai
peralatan
lapangan.

10
4. PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1. KETENTUAN UMUM


Pelaksanaan pekerjaan harus dilakukan sesuai ukuran/dimensi yang tertera dalam
gambar atau atau sesuai dengan volume yang tertera dalam BOQ atau sesuai dengan
arahan direksipekerjaan.

Semua bahan dan mutu pekerjaan harus mempergunakan dan sesuai dengan
ketentuanketentuandari Standar Normalisasi Indonesia dari edisi / revisi terakhir atau
standarinternasional yang secara substantial setara atau lebih tinggi dari standar
nasional yangdisyaratkan.

Semua bahan dan mutu pekerjaan yang tidak sepenuhnya diperinci disini atau dicakup
olehStandar Normalisasi Indonesia haruslah bahan dan mutu pekerjaan kelas utama.

4.2. PEKERJAAN PERSIAPAN


Pekerjaan Persiapan adalah semua kegiatan yang perlu dilaksanakan baik sebelum,
selama berlangsungnya kontrak dan setelah berakhirnya kontrak.Item pekerjaan yang
termasuk/dimasukan dalam pekerjaan persiapan ini secara detail disajikan berikut ini.

4.3. PAPAN NAMA PROYEK


a. Kontraktor Pelaksanaharus membuat dan memasang papan nama
proyekyang memuat tentang identitas proyek;
b. Papan nama proyek belatar belakang putih dengan tulisan warnahitam, kecuali
untuk logo atau simbul dapat dipakai warna yangbervariasi;
c. Papan nama proyek harus mencantumkan Instansi Pemberi Tugas, Sumber
Dana, Kontraktor Pelaksana, dan Konsultan Supervisi;
d. Papan juga harus mencantumkan besar anggaran pelaksanaanproyek, waktu
mulai
proyek, dan waktu penyelesaian proyek.

4.4. PEKERJAAN SURVEY DAN PENGUKURAN


a. Yang termasuk Pekerjaan Survey dan Pengukuran adalah pemasangan Bench Mark
danpelaksanaan pengukuran itu sendiri.
b. Sebelum melakukan pekerjaan pengukuran, maka pihak Kontraktor Pelaksana
diminta untukmengajukan request kepada Direksi untuk pekerjaan pengukuran ini.
c. Penarikan/penentuan titik-titik elevasi dilakukan dari patok elevasi yang telah
disetujui/ditentukan oleh Direksi. Jika tidak ada patok elevasi yang dapat dipakai,
biasa digunakanelevasi lokal yang dipindahkan ke Patok Bantu Elevasi (PBE) dari
ukuran 4/6, denganpersetujuan Direksi.
d. Semua alat ukur topografi yang digunakan harus dikalibrasi dan disetujui
oleh
Direksi.
e. Pada saat pelaksanaan pengukuran alat ukur harus dilindungi dari terik
matahari/hujan.
f. Semua pemasangan Patok Bantu Elevasi (PBE) harus diikatkan pada titik atau
diletakkanpada bangunan yang sifatnya tetap/tidak berubah.
g. Identifikasi PBE harus dilakukan agar fungsi patok tersebut dalam pekerjaan
pengukuran mudah digunakan. Pekerjaan ini diantaranya meliputi : pemberian
nomor, pengecatan dan pemberian catatan lain yang perlu, sehubungan dengan
jenis pekerjaan pengukuran yangdilakukan.
h. Tiap patok bench mark (BM) tambahan yang dipasang Kontraktor Pelaksana harus
dibuat dari beton bertulang klas K-175, dengan ukuran 0.20 x 0.20 x 1.00 m sesuai
dengan gambar dari album Standar Perencanaan Irigasi, atau menurut petunjuk lain
dalam gambar.
11
i. Tiap BM harus dilengkapi dengan paku kuningan tanda elevasi dan plat nama
dari
marmerukuran 0.12 x 0.12 m pada satu sisi.
j. Patok-patok BM harus dipasang vertikal dalam galian, kemudian dengan hati-hati
diurugkembali sampai tinggal 0.20 m diatas permukaan tanah. Penempatan patok-
patok BMdilaksanakan Kontraktor Pelaksana sesuai dengan petunjuk Direksi.

4.5. GAMBAR-GAMBAR PELAKSANAAN (SHOP DRAWING)


Dalam memulai, mengerjakan dan mengevaluasi pekerjaan baik untuk saluran-
saluran,bangunan air dan bendung, harus berdasarkan data ketinggian dan posisi yang
pasti sesuaidengan kondisi lapangan.Untuk ini Kontaktor harus menyediakan
serangkaian alat ukurberikut tenaga kerjanya untuk keperluan ini.
Gambar-gambar yang harus disiapkan Kontraktor Pelaksana
adalah:

4.5.1. Gambar-gambar Pekerjaan Tetap


a. Umum
Semua gambar-gambar yang disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana haruslah
gambar-gambaryang telah ditanda tangani oleh Direksi, dan apabila ada perubahan
harus diserahkan kepada Direksi untuk mendapat persetujuan sebelum program
pelaksanaan dimulai.
b. Gambar-gambar pelaksanaan
Kontraktor Pelaksana harus menggunakan gambar kontrak sebagai dasar untuk
mempersiapkan Gambar Pelaksanaan. Gambar itu dibuat lebih detail untuk
pekerjaan tetap dan dimana mungkin dapat memperlihatkan penampang melintang
dan memanjang dari beton, pasangan batu, pengaturan batang pembesian
termasuk rencana pembengkokan, pemotongan dan daftar besi beton, tipe
bahan
yang digunakan, mutu, tempat dan ukuran yang tepat.
c. Gambar-gambar bengkel/gedung
Gambar-gambar bengkel atau gedung disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana untuk
keperluan penyimpanan peralatan dan bahan-bahan milik Kontraktor Pelaksana.
d. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan 1 (satu) set gambar-gambar lengkap di
lapangan
Apabila ada pekerjaan dilaksanakan sebelum ada persetujuan Direksi
adalahmenjadi resiko Kontraktor Pelaksana. Persetujuan Direksi terhadap gambar-
gambar tersebuttidak akan meringankan tanggung jawab Kontraktor Pelaksana atas
kebenaran gambartersebut.

4.5.2. Gambar-gambar Pekerjaan Sementara


a. Umum
Semua gambar yang disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana harus terperinci, dan
diserahkankepada Direksi sebelum tanggal pelaksanaan pekerjaan atau dalam
waktu yang telahditentukan dalam Kontrak.
Gambar-gambar harus menunjukan detail dari pekerjaan sementara
seperti
Cofferdam, tanggul sementara, pengalihan aliran dan
sebagainya.
Gambar Perencanaan yang diusulkan Kontraktor Pelaksana yang dipakai dalam
pelaksanaan Konstruksi (sah) juga harus diserahkan kepada Direksi sebanyak
3(tiga) rangkap.
b. Gambar-gambar untuk pekerjaan sementara yang ditinggalkan
Kontraktor Pelaksana hendaknya mengusulkan pekerjaan sementara yang
berkaitan denganpekerjaan tetap secara lebih mendetail dan diserahkan kepada
Direksi untukmengubah dan mendapat persetujuan sebelum tanggal dimulainya
pelaksanaan.

4.5.3. Gambar-gambar Purnalaksana/Terlaksana (As Built Drawing)

12
a. Selama masa pelaksanaan, Kontraktor Pelaksana harus memelihara satu set
gambar yangdilaksanakan paling akhir untuk tiap-tiap pekerjaan. Pada gambar yang
memperlihatkan perubahan yang sudah diberikan sesuai dengan kontrak,
sejauhgambar tersebut sudah dilaksanakan dengan benar kemudian dicap
“SUDAHDILAKSANAKAN”.
b. Gambar-gambar yang dilaksanakan akan diperiksa tiap bulan di lapangan
olehDireksi dan tiap hari oleh Pengawas Lapangan, dan apabila ditemukan hal-hal
yangtidak memuaskan dan tidak dilaksanakan, paling lambat harus diperiksa
kembaliselama 6 (enam) hari kerja.
c. Gambar terlaksana (As Built Drawing) harus dibuat di kertas A3 yang berkualitasbaik
bila pekerjaan telah diselesaikan 100 % dan dibuat rekaman dalam bentuk CD.
Dalam waktu 1 (satu) minggu setelah penandatanganan serah terima ke I
(PHO), Kontraktor Pelaksana harus sudah menyerahkan gambar terlaksana
(As Built Drawing) yangterdiri dari satu set gambar lengkap dengan ukuran A3.

4.6. PEMBERSIHAN LOKASI


a. Lahan lokasi yang digunakan harus dibersihkan/dibereskandari segala hal yang
akan mengganggu kelancaran pekerjaandan atau mempengaruhi kualitas
pekerjaan, sesuai arahan/petunjuk Konsultan Supervisi dan/atau Direksi Pengairan;
b. Sebelum pekerjaan galian tanah dilaksanakan makapermukaan tanah harus
diratakan terlebih dahulu menurut ketinggian/kedalaman galian/timbunan tanah
yangdirencanakan;

c. Pada tanah yang berhumus atau masih terdapat tumbuhan,maka permukaan tanah
(top soil) harus dikupas dan dibuangsetebal 10 cm;
d. Benda-benda/barang yang berada di atas lahan yang akandibangun adalah milik
pemberi tugas. Segala yangmengakibatkan kerugian yang terjadi sebagai
akibatpelaksanaan pekerjaan adalah menjadi tangung jawab penuhpihak
pelaksana

4.7. PEKERJAAN TANAH


a. Lingkup dari pekerjaan tanah yang meliputi semua pekerjaan yang berkaitan adalah
sebagaiberikut:
 Pembersihan;
 Penggalian termasuk pembentukan dan saluran;
 Penimbunan kembali, bedding dan pekerjaan pelapisan;
 Pembuangan, stok dan penggunaan kembali material dari
galian;
 Penimbunan;
 Pekerjaan lain yang mungkin diarahkan oleh Direksi.
b. Metode untuk setiap pekerjaan tertentu secara tertulis harus diusulkan kepada
Direksi untukmendapatkan persetujuan paling tidak 7 (tujuh) hari sebelum
pelaksanaan pekerjaan.
c. Kontraktor Pelaksanaakan menyimpan setiap material pekerjaan galian dari
beberapa tempat danakan membuang material galian seperti yang telah ditentukan
dalam gambar atau sepertiyang diarahkan oleh Direksi.
d. Semua pekerjaan tanah dari beberapa bagian harus dilaksanakan menurut ukuran
ketinggian yang ditunjukkan dalam gambar, atau menurut ukuran dan ketinggian
lain, yang mungkin akan diperintahkan oleh Direksi.
e. Ketelitian mengenai tinggi dan ukuran dapat diizinkan sebagai diterangkan dibawah
ini,apabila luas rata-rata penampang basah saluran untuk panjang 500 m, seperti
yang terterapada gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi.
 Dasar Saluran : + 0.05 m atau - 0.10 m vertikal
 Dasar Kemiringan : + 0.05 m horisontal
f. Garis sumbu dari saluran, tanggul dan jalan harus diletakkan dengan teliti dan tidak
bolehdipengaruhi oleh toleransi tersebut diatas.

13
4.8. PEMASANGAN BOUWPLANK
a. Pasangan bouwplank dibuat untuk membantu menentukan as/sumbu-sumbu
dalam perletakan bangunan,baik mengenaikesikuannya atau ukuran-ukuran
lainnya;

b. Setelah pekerjaan papan bouwplank selesai, Kontraktor Pelaksana wajib


meminta pemeriksaan dan persetujuan tertulis dari Konsultan Supervisi;

4.9. PEKERJAAN PASANGAN


a. Yang termasuk Pekerjaan Pasangan meliputi : pasangan batu kali, pekerjaan
siaran,pekerjaan plesteran, pekerjaan batu kosong, pekerjaan bronjong termasuk
adukansemennya.
b. Sebelum melakukan pekerjaan pasangan batu, maka pihak Kontraktor Pelaksana
diminta untukmengajukan request kepada Direksi untuk pekerjaan pasangan
batu ini.
c. Batu yang dipakai harus batu yang bersih dan keras dan telah disetujui oleh
Direksi. d. Pasir yang digunakan harus yang baik dan telah disetujui Direksi.
e. Air yang dipakai untuk membuat adukan harus yang bersih dan sesuai
kebutuhan. f. Semen yang digunakan harus Portland cement yang telah disetujui
Direksi.
g. Spesi/adukan pekerjaan pasangan batu harus dari campuran semen dan pasir
denganperbandingan volume 1 pc : 4 psr, atau seperti ditentukan dalam gambar
untuk setiappekerjaan.
h. Pasangan batu harus tersusun sedemikian rupa sehingga antara batu dengan batu
terisi spesi secara homogeen, sehingga batu-batu tersebut tidak saling
berhimpitan/bersentuhan.
i. Susunan batu raen (batu muka) harus mempunyai jarak (lebar naat antara 1-2 cm),
tebal /dalam siaran 1-1,5 cm dan batu raen tersebut dibentuk segi enam atau
ditentukan lain olehDireksi.

4.10. PEKERJAAN LAIN-LAIN


4.10.1. Papan Duga Pengukur Ketinggian Air (Water Level Staff Gauge)
a. Kontraktor Pelaksana harus melengkapi dan memasang papan duga ketinggian air
disaluran induk dilokasi seperti ditunjukkan dalam gambar atau sepertidiarahkan
oleh Direksi.
b. Papan duga akan terbuat dari pelat besi anti karat (stainless steel) atau
dilapisidengan galvanized dan sisi yang terbaca terdiri dari urutan angka dalam
intervalsentimeter. Kontraktor Pelaksanaakan memasang papan duga (staff gauge)
seperti yangtelah disebutkan lokasinya dengan baut dari besi anti karat (stainless
steel) atausemacamnya seperti diarahkan oleh Direksi terhadap ketinggian yang
telahditentukan secara persis oleh hasil survey/pengukuran yang telah ditentukan
dandisetujui oleh Direksi.

4.10.2. Pipa Peresapan (Suling-Suling)


a. Tembok-tembok penahan, melebihi dari 1.50 m pasangan miring dan tembok-
tembokkepala harus dilengkapi dengan suling-suling yang dibuat dari pipa PVC
dengandiameter 50 mm dan paling tidak satu buah untuk setiap 2.0 m2 luas
permukaan.Setiap ujung pemasukan suling-suling harus dilengkapi dengan
saringan. Suling-sulingdipasang bersamaan dengan pasangan batu dan disisakan
0.20 m keluar sisibelakang pasangan batu guna pasangan saringan sebelum
diurug. Pada pasanganmiring saringan kerikil juga dibuat bersama dengan
pasangan batu.
b. Suling-suling perlu dibuatkan terutama untuk pekerjaan yang desakan air tanahnya
tinggi sehingga pada masa-masa tekanan air tanah bertambah keras tidak akan
merusak konstruksi dan airnya akan mencari celah keluar lewat suling-suling
tersebut. Suling-suling dibuat dari pipa PVC ø 50mm dan paling tidak 1 buah tiap
radius 2 m dan dibelakangnya diberi saringan dari ijuk, kerikil, dan batu-batu kecil.
Pekerjaan ini disesuaikan dengan bestek dan spesifikasi teknisnya atau petunjuk
dari Konsultan Supervisi nantinya.
14
c. Saringan terdiri atas lapisan ijuk yang dipasang pada ujung pipa menonjol
keluarpasangan, dibungkus dengan kerikil atau batu pecah sekeliling pipa setebal
15 cm.Saringan krikil tersebut dibungkus lagi dengan ijuk untuk membatasi
saringan daritanah asli atau tanah urug.

4.10.3. Pancang Kayu Galam


a. Pancang kayu galam yang digunakan haruslah yang sesuai dengan yang
disyaratkan oleh direksi Pengairan.
b. Pemasangan pancang kayu galam harus sesuai dengan gambar rencana yang
sudah di sepakati oleh direksi pengairan.

5. HAL-HAL LAIN

5.1. PRODUKSI DALAM NEGERI


Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus mengutamakan pengunaan produksi dalam
negeri. Produksi luar negeri boleh dipakai atau digunakan selama produksi dalam
negeri tidak dapat digunakan.

5.2. PERSYARATAN KERJASAMA


Jika kerjasama dengan penyedia jasa konstruksi lain diperlukan untuk
pelaksanaan kegiatan pelaksaan konstruksi ini maka persyaratan sesuai dengan SDP
harus dipatuhi.

5.3. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


Penyedia wajib melaksanakan K3 di lapangan sesuai dengan peraturan menteri
pekerjaan umum, selain itu perusahaan diharuskan mengisi tabel yang ada di lampiran
KAK yaitu tabel Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko, Penetapan Pengendailan Risiko
K3. Biaya tambahan selain yang tercantum pada BOQ dalam pelaksanaan K3 di
lapangan menjadi tanggung jawab penyedia.

5.4. PEDOMAN PENGUMPULAN DATA LAPANGAN


Untuk pelaksanaan Pembangunan Saluran Drainase RT.18 Kel. Petung ini didalam
perhitungan volume berpedoman kepada peraturan yang berlaku, antara lain: Regulasi-
Regulasi Nasional maupun Internasional yang mengatur tentangTurap Beton, PBI, PMI,
PPBBI, ASTM dan lain-lain yang disyaratkan undang-undang dan peraturan pemerintah
yang berlaku.

Penajam, Maret 2023


Pengguna Anggaran
Kecamatan Penajam

KAHAR MASHUD, SH
Nip. 19730118 200604 1 003

15
IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO, PENETAPAN PENGENDALIAN RISIKO K3

Nama Perusahaan :
Kegiatan : Drainase Rt. 06
Lokasi : Kecamatan Penajam
:

PENILAIAN RISIKO
SKALA PENETAPAN
NO. JENIS PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA DAMPAK TINGKAT
KEKERAPAN KEPARAHAN PRIORITAS PENGENDALIAN RISIKO K3
RISIKO
1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Galian tanah biasa sedalam < 1m Kaki terkena cangkul

2 Pasangan batu dengan mortar tipe Kaki kejatuhan batu


N (Setara Camp. 1:4)

3 Plesteran tebal 1,5 cm dengan Tangan terkena cetok pada saat


mortar tipe N (Setara Camp. 1:4) pekerjaan plesteran list

4 Pancang kayu galam Tangan terkena penumbuk pancang

5 Pipa Suling-suling 1,5" Tangan terkena gergaji pada saat


pemotongan pipa

Keterangan
Kolom 1, 2, 3 mengikuti tabel dalam LDP huruf M6
Kolom 4, 5, 6, 7, 8, 9 diisi oleh penyedia

16
17

Anda mungkin juga menyukai