Anda di halaman 1dari 27

SPESIFIKASI TEKNIS

1. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Saat ini begitu banyak permasalahan lingkungan yang terjadi, diantaranya adalah
banjir.
Kini banjir sudah umum terjadi di kawasan pedesaan dan perkotaan. Persoalan ini
diakibatkan karena berbagai hal, salah satu penyebabya adalah kurangnya perhatian
dalam mengelola sistem Saluran Pembuang. Sistem Saluran Pembuang sendiri terdiri
dari dua macam, yaitu sistem Saluran Pembuang Primer, sistem Saluran Pembuang
sekunder.

Sistem Saluran Pembuang ini memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Sudah
seharusnya bahwa fungsi Saluran Pembuang ini tidak dialihfungsikan atau berfungsi
ganda sebagai saluran pembuang, yang kini marak terjadi. Alih fungsi ini tidak hanya
menimbulkan satu permasalahan saja, tetapi nantinya akan timbulnya kekacauan dalam
penanganan sistem Saluran Pembuang pula. Permasalahan-permasalahan ini terjadi
akibatnya adanya peningkatan debit pada saluran Saluran Pembuang. Penyebab
lainnya adalah karena peningkatan jumlah penduduk, amblasan tanah, penyempitan
dan pendangkalan saluran, serata sampah disaluran Saluran Pembuang.

Pertama perlu dipahami bahwa masalah banjir adalah bukan masalah parsial, tetapi
masalah yang terintegrasi. Begitu juga penanganannya harus dilakukan secara
terintegrasi. Masalah banjir erat sekali kaitannya dengan sistem Saluran Pembuang
yang kita terapkan, Di mana dalam sistem Saluran Pembuang seluruh komponen
masyarakat pasti terlibat.

Didalam mendukung pelaksanaan pembangunan infrastruktur Saluran Pembuang


permukiman seperti yang diharapkan, diperlukan suatu perencanaan detail yang sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat yang tinggal di kawasan dan permukiman di
maksud.

Peningkatan Saluran Pembuang adalah upaya untuk menjaga dan mengamankan


Saluran Pembuang agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar
perairan di kawasan permukiman.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN


a. Maksud Kegiatan
Maksud daripelaksanaan pekerjaan Peningkatan Saluran Pembuang RT.01 Kel.
Waru Kec. Waru (Bankeu TA.2022) ini sesuai dengan apa yang telah direncanakan
dari sisi kualitas, volume, biaya dan ketepatan waktu pelaksanaan pekerjaan,
sehingga dicapai wujud akhir saluran pembuang yang sesuai dengan Spesifikasi
Teknis (Spek).

b. Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan dari Peningkatan Saluran Pembuang RT.01 Kel. Waru Kec. Waru
(Bankeu TA.2022) adalah tercapainya infrastruktur Saluran Drainase yang tepat
waktu dan tepat mutu sehingga meningkatkan kinerja saluran primer dan sekunder
serta mendukung kinerja daerah permukiman dan perkotaan.

Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang


Berkelanjutan
SPESIFIKASI TEKNIS

1.3. SASARAN KEGIATAN


Sasaran akhir kegiatan adalah terbangunnya saluran drainase/pembuang yang
memenuhi syarat teknis drainase sebagai saluran pembuang air kotor dan air buangan
hujan.
Data penanganan kegiatan:
 Panjang pasangan batu : 1.850 m
 Lebar pasangan batu : 1.30 m – 2.0 m
 Tinggi pasangan batu : 1.20 m – 1.40 m

1.4. LOKASI KEGIATAN


Lokasi kegiatan Peningkatan Saluran Pembuang RT.01 Kel. Waru Kec. Waru
(Bankeu TA.2022) berlokasi di Kecamatan Waru.

1.5. SUMBER PENDANAAN


Pagu dana yang dialokasikan untuk kegiatan Belanja Jasa Konstruksi Peningkatan
Saluran Pembuang RT.01 Kel. Waru Kec. Waru (Bankeu TA.2022) sebesar Rp.
2.395.090.653.00 (Dua Milyar Tiga Ratus Sembilan Puluh Lima Juta Sembilan
Puluh Ribu Enam Ratus Lima Puluh Tiga Rupiah) termasuk PPN yang berasal dari
Bantuan Keuangan Propinsi (Bankeu TA.2022).

1.6. NAMA ORGANISASI PENGADAAN BARANG/JASA


Nama organisasi yang menyelenggarakan/melaksanakan pengadaan jasa konstruksi
adalah sebagai berikut:
Satuan Kerja : Bidang Pengairan Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang
Kab. PPU
Kegiatan :Peningkatan Saluran Pembuang RT.01 Kel. Waru Kec. Waru
(Bankeu TA.2022)
PA : Ir. Riviana Noor, MT
KPA : Abdul Gapur, ST

Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang


Berkelanjutan

2
SPESIFIKASI TEKNIS

2. DATA PENUNJANG

2.1. DATA DASAR


Secara garis besar data dasar dalam Peningkatan Saluran Pembuang RT.01 Kel.
Waru Kec. Waru (Bankeu TA.2022) adalah sebagai berikut:
a. Dokumen Pembiayaan;
Berupa Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) kegiatan Peningkatan Saluran
Pembuang RT.01 Kel. Waru Kec. Waru (Bankeu TA.2022) sebagai bukti tersedianya
anggaran untuk pembiayaan kegiatan konstruksi.

b. Peruntukan Lokasi;
Lokasi yang dipilih untuk kegiatan pelaksanaan konstruksi harus sesuai dengan
peruntukan lokasi yang diatur dalam RUTRK Kabupaten Penajam Paser Utara
dan/atau RDTR.

2.2. STANDAR TEKNIS


Peningkatan Saluran Pembuang RT.01 Kel. Waru Kec. Waru (Bankeu TA.2022)
yang akan dilaksanakan harus memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara. Ketentuan-
ketentuan yang harus dipenuhi yaitu:
 Penggunaan Bahan Bangunan
Bahan bangunan untuk bangunan Pasangan Batu harus memenuhi SNI yang
dipersyaratkan, diupayakan menggunakan bahan bangunan setempat/produksi
dalam negeri, termasuk bahan bangunan sebagai bagian dari komponen bangunan
sistem fabrikasi.

2.3. REFERENSI HUKUM


Acuan regulasi yang menjadi landasan kegiatan Peningkatan Saluran Pembuang
RT.01 Kel. Waru Kec. Waru (Bankeu TA.2022) , adalah sebagai berikut:
a. Undang-Undang Republik Indonesia
1) Undang-Undang RI No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air;
2) Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
3) Undang-Undang RI no. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial.
4) Undang-Undang RI No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


1) Peraturan Pemerintah RI No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber
Daya Air;
2) Peraturan Pemerintah RI. No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi;
3) Peraturan Pemerintah RI No. 34 Tahun 2018 tentang Sistem Standardisasi dan
Penilaian Kesesuaian Nasional;
4) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 14 Tahun 2021 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.

Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang


Berkelanjutan

3
SPESIFIKASI TEKNIS

c. Peraturan Presiden Republik Indonesia


1) Peraturan Presiden RI No. 12 Tahun 2021 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah;
2) Peraturan Presiden RI No. 64 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Presiden No. 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan;

d. Instruksi Presiden Republik Indonesia


1) Instruksi Presiden RI No. 2 Tahun 2009 tentang Penggunaan Produk Dalam
Negeri dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

e. Peraturan Menteri
1) PeraturanMenteri PUPR No. 14/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan
Status Daerah Irigasi;
2) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 33 tahun 2016 tentang Tata Cara
Pengawasan Ketenagakerjaan;
3) Peraturan Menteri PUPR No. 28/PRT/M/2016 tentang Pedoman Analisis Harga
Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum;
4) Peraturan Menteri PUPR No. 10 tahun 2021 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi;
5) Peraturan Menteri PUPR No. 14 Tahun 2020 Tentang Standart Dan Pedoman
Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia;

f. Peraturan Lembaga
1) Peraturan Lembaga LKPP Nomor 12 tahun 2021 tentang Pedoman Pemilihan
PBJP melalui Penyedia;

g. Standar Nasional Indonesia (SNI)


1) SNI Tahun 2002 tentang Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan
untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan;
2) SNI Tahun 2008 tentang Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan untuk
Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan;

Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang


Berkelanjutan

4
SPESIFIKASI TEKNIS

3. RUANG LINGKUP

3.1 LINGKUP PEKERJAAN


Lingkup kegiatan dan uraian pekerjaan Peningkatan Saluran Pembuang RT.01 Kel.
Waru Kec. Waru (Bankeu TA.2022) adalah :
a. Kegiatan Persiapan
Kegiatan persiapan yaitu kegiatan yang meliputi seluruh pekerjaan awal sebelum
pekerjaan dimulai, meliputi:
1) Penyusunan organisasi kerja;
2) Tata cara pengaturan pekerjaan;
3) Penyusunan jadual pelaksanaan pekerjaan;
4) Penyusunan jadual pengadaan bahan, mobilisasi peralatan dan pengerahan
personil;
5) Penyusunan rencana pemeriksaan lapangan;
6) Penyusunan rencana analisa Resiko K3 Konstruksi (RK3K) dan penerapan
Sistem Manajemen K3 Konstruksi (SMK3) sesuai dengan ketentuan K3;
7) Penyusunan program mutu.

b. Kegiatan Pelaksanaan Konstruksi


Pelaksanaan konstruksi meliputi:
1) Pekerjaan Persiapan;
2) Pekerjaan Tanah;
3) Pekerjaan Pasangan;
4) Pekerjaan Lain-lain;
5) Pekerjaan Slab Culvert.

c. Penyusunan Program Mutu


Program mutu harus disusun oleh penyedia jasa dan disepakati oleh pengguna jasa
dan dapat direvisi sesuai kebutuhan. Penyusunan program mutu minimal berisi :
1) Organisasi proyek pengguna jasa dan penyedia jasa;
2) Jadual pelaksanaan pekerjaan;
3) Prosedur pelaksanaan pekerjaan;
4) Prosedur instruksi kerja;
5) Pelaksana kerja;
6) Pekerjaan Lain-lain.

3.2 KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN


a. Tanggung Jawab Kontraktor Pelaksana
1) Kontraktor Pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan secara keseluruhan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan didalam Dokumen Kontrak;
2) Jumlah personil atau tenaga ahli yang ditempatkan harus sesuai dengan bobot
pekerjaan yang ditangani dan disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Direksi
Pengairan;
3) Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi
lapangan proyek yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada
dilokasi pekerjaan minimal selama jam kerja;
4) Melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik kepada DireksiPengairan.

Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang


Berkelanjutan

5
SPESIFIKASI TEKNIS

b. Gambar Pelaksanaan (Shop Drawing)


1) Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat gambar pelaksanaan (Shop
Drawing) untuk pekerjaan-pekerjaan yang memerlukannya, terutama untuk
pekerjaan-pekerjaan yang gambar detailnya tidak dijelaskan dalam gambar
teknis;
2) Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan Shop Drawing ditentukan oleh
Konsultan Supervisi dalam masa konstruksi;
3) Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan sebelum Shop
Drawing yang menjadi kewajibannya disetujui oleh Konsultan Supervisi dan
Direksi Pengairan;
4) Shop Drawing tidak boleh merubah/merevisi gambar teknis kecuali atas
persetujuan Perencana;
5) Shop Drawing tidak boleh merubah, memperbesar dan memperkecil kuantitas
maupun kualitas pekerjaan.

c. Gambar Lapangan dan Dokumen Lapangan


1) Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu set gambar teknis/gambar revisi
dalam format kertas A3, satu set Shop Drawing satu set Spesifikasi Teknis dan
satu set Bill of Quantity dilokasi pekerjaan;
2) Gambar Teknis, Gambar Revisi, Shop Drawing, Spesifikasi Teknis,dan Bill of
Quantity ditempatkan pada tempat yang baik dan dalam kedaan yang rapi.

d. Buku Instruksi dan Buku Tamu


1) Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu buah Buku Instruksidan Buku
Tamu dilokasi pekerjaan pada setiap kantor lapangan dan ditempatkan pada
tempat yang baik;
2) Buku Instruksi berisikan instruksi-instruksi dilokasi pekerjaan yang dikeluarkan
oleh Konsultan Supervisi dan Direksi Pengairan untuk dilaksanakan oleh
Kontraktor Pelaksana yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan;
3) Buku Instruksi harus mencantumkan tanggal instruksi, waktu instruksi, nama
dan jabatan yang memberi instruksi, dan tanda tangan yang memberi instruksi;
4) Instruksi Konsultan Supervisi dan Direksi Pengairan yang berada dalam Buku
Instruksi harus diketahui dan ditanda tangani oleh Kontraktor Pelaksana
minimal Supervisor Lapangan untuk dilaksanakan.

e. Gambar Hasil Pelaksanaan (Asbuilt Drawing)


1) Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat Gambar Hasil Pelaksanaan
(Asbuilt Drawing) yang sesuai dengan hasil pelaksanaan pekerjaan dilapangan
sebelum serah terima tahap pertama dilakukan;
2) Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan Asbuilt Drawing adalah pekerjaan yang
ditentukan oleh Konsultan Supervisi;
3) Asbuilt Drawing yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi dan Direksi Pengairan;
4) Kontraktor Pelaksana diwajibkan menyerahkan 5 set Asbuilt Drawing yang telah
disetujui kepada Direksi Pengairan;
5) Satu set Asbuilt Drawing yang telah disetujui harus disimpan di tempat yang
baik pada bangunan oleh Direksi Pengairan atau pengguna bangunan.

Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang


Berkelanjutan

6
SPESIFIKASI TEKNIS

f. Request Material dan Request Pekerjaan


1) Kontraktor Pelaksana harus mengajukan permohonan penggunaan semua
material bangunan (request material) sebelum material bangunan tersebut
dipakai dan dimasukan ke lokasi pekerjaan;
2) Request Material yang diajukan Kontraktor Pelaksana harus disertai dengan
contoh material dan disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Direksi Pengairan;
3) Persetujuan Request Material yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana
dianggap sah dan diakui apabila disetujui minimal oleh Konsultan Supervisi;
4) Kontraktor Pelaksana harus menyediakan dan menyerahkan satu set contoh
material yang telah disetujui kepada Konsultan Supervisi;
5) Material bangunan yang tidak disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Direksi
Pengairan tidak boleh dipakai sebagai material bangunan dan harus
dikeluarkan dari lokasi pekerjaan;
6) Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan permohonan (request pekerjaan)
untuk pekerjaan yang akan dikerjakan;
7) Request Pekerjaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui
oleh Konsultan Supervisi dan Direksi Pengairan;
8) Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan tanpa Request
Material atau jika Request Pekerjaan yang diajukan belum disetujui oleh
Konsultan Supervisi;
9) Item-item pekerjaan yang memerlukan Request Pekerjaan ditentukan oleh
Konsultan Supervisi.

g. Metode Pelaksanaan
1) Kontraktor Pelaksana harus mengajukan metode pelaksanaan terhadap
pekerjaan pembesian, pengecoran, pekerjaan–pekerjaan lain yang
memerlukanya;
2) Kontraktor Pelaksana harus mengajukan analisis Resiko K3 Konstruksi (RK3K)
dan rencana penerapan manajemen K3 Konstruksi (SMK3) yang akan
diterapkan dalam pelaksanaan pekerjaan;
3) Metode pelaksanaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui
oleh Konsultan Supervisi dan Direksi Pengairan;
4) Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan jika metode
pelaksanaan yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan Supervisi dan
Direksi Pengairan;
5) Item-item pekerjaan yang memerlukan metode pelaksanaan ditentukan oleh
Konsultan Supervisi.

h. Pekerjaan Diluar Jam Kerja


1) Pekerjaan-pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana dengan alasan mempercepat proses penyelesaian pekerjaan harus
diketahui oleh Konsultan Supervisi dan Direksi Pengairan;
2) Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh personil Konsultan Supervisi untuk
pengawasan pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana;
3) Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap kualitas pekerjaan
yang dilakukan diluar jam kerja normal atau pada malam hari.

Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang


Berkelanjutan

7
SPESIFIKASI TEKNIS

i. Perubahan-Perubahan Disain dan Perbedaan-Perbedaan


1) Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi dengan persetujuan Direksi
Pengairan berhak mengadakan perubahan-perubahan pada Gambar Teknis,
Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity yang wajib dilaksanakan oleh Kontraktor
Pelaksana;
2) Kontraktor Pelaksana dengan alasan apapun tidak boleh melakukan perubahan
pada Gambar Teknis, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity tanpa persetujuan
Konsultan Supervisi atau Konsultan Perencana;

3) Perubahan-perubahan akan Gambar Teknis dan Spesifikasi Teknis yang


dilakukan oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan Direksi
Pengairan harus disampaikan secara tertulis kepada Kontraktor Pelaksana
untuk dilaksanakan;
4) Perubahan-perubahan pada Gambar Teknis dan Spesifikasi Teknis yang
dilakukan oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana, dan Direksi
Pengairan secara lisan atau tidak tertulis tidak wajib untuk dilaksanakan oleh
Kontraktor Pelaksana. Resiko karena melaksanakan instruksi tidak tertulis
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana;
5) Perubahan-perubahan akan Gambar Teknis dan Spesifikasi Teknis tidak boleh
menambah biaya pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan dari biaya
pelaksanaan yang ada dalam Kontrak Kerja kecuali ditentukan lain dalam
Kontrak Kerja atau oleh Direksi Pengairan;
6) Perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena perubahan Gambar
Teknis dan Spesifikasi Teknis yang diusulkan oleh Konsultan Perencana dan
Direksi Pengairan dilakukan oleh Konsultan Perencana diketahui oleh Direksi
Pengairan;
7) Perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena perubahan Gambar
Teknis dan Spesifikasi Teknis yang diusulkan oleh Kontraktor Pelaksana
dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana diketahui oleh Konsultan Supervisi dan
disetujui oleh Direksi Pengairan;
8) Kontraktor Pelaksanaberhak memeriksa hasil perhitungan akan
kuantitas/volume pekerjaan dan biaya yang dilakukan oleh Konsultan
Perencana;
9) Jika dalam pelaksanaan pekerjaan ditemukan ketidaksesuaian antara Gambar
Teknis, Spesifikasi Teknis, dan Bill of Quantity, Konsultan Supervisi tidak
dibenarkan mengambil keputusan secara sepihak tetapi harus melaporkannya
kepada Direksi Pengairan untuk tindakan selanjutnya.
10) Konsultan Supervisi dengan persetujuan Konsultan Perencana dan Direksi
Pengairan berhak menentukan acuan mana yang harus dipegang bila terjadi
perbedaan antara Gambar Teknis, Spesifikasi Teknis, dan Bill of Quantity
kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
11) Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Konsultan Supervisi, jika
terjadi perbedaan antara Gambar Teknis, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity
maka urutan acuan yang harus dipegang ditentukan seperti berikut :
 Kontrak Kerja;
 Bill of Quantity;
 Gambar Teknis serta Gambar Revisi; dan
 Spesifikasi Teknis.

Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang


Berkelanjutan

8
SPESIFIKASI TEKNIS

3.3 KELUARAN YANG DIINGINKAN


Keluaranakhir tahap pelaksanaan konstruksi meliputi dokumen hasil pelaksanaan
konstruksi, berupa:
a. Laporan Hasil Pekerjaan (Laporan Harian, Laporan Mingguan, Laporan Bulanan, dan
Foto Dokumentasi Pelaksanaan);
b. Request Material dan Request Pekerjaan;
c. Shop Drawing dan Asbuilt Drawing;
d. Dokumen lainnya yang disyaratkan.

3.4 JANGKA WAKTU PENYELESAIAN KEGIATAN


Jangka waktu pelaksanaan adalah 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak SPMK
diterbitkan.

3.5 METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN


Metode pelaksanaan pekerjaan yang harus diterapkan terdiri dari:
1) Dalam Penawaran Penyedia Jasa membuat metode pelaksaaan pekerjaan
yang menggambarkan penguasaan dalam penyelesaian pelaksanaan
pekerjaan;
2) Dalam Penawaran Penyedia Jasa membuat metode pelaksaan pekerjaan
sesuai ruang lingkup utama pekerjaan;
3) Dalam Penawaran Penyedia Jasa membuat metode pelaksanaan pekerjaan
harus memuat sekurang kurangnya sebagai berikut:
 Volume Pekerjaan;
 Bahan yang digunakan;
 Alat yang digunakan;
 Personil yang digunakan;
 Uraian cara menyelesaikan pekerjaan;
 Waktu pelaksanaan menyelesaikan pekerjaan;
 Identifikasi bahayanya sesuai tabel jenis pekerjaan Rencana Keselamatan
Konstruksi (RKK).

3.6 DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA


Dalam membuat daftar kuantitas dan harga yang harus diajukan terdiri dari:
1) Daftar kuantitas dan harga yang ditawarkan harus sesuai dengan Bill Of
Quantity (BOQ) yang dipersyaratkan;
2) Daftar kuantitas dan harga yang ditawarkan harus sesuai Analisa Item
Pekerjaan yang dipersyaratkan;
3) Dalam menghitung Koefisien dalam Analisa Item Pekerjaan penyedia jasa
harus menyesuaikan dengan Gambar teknis yang dipersyaratkan.

Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang


Berkelanjutan

9
SPESIFIKASI TEKNIS

3.7 PERSONIL
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan ini, tenaga personil yang dibutuhkan antara lain:

NO POSISI JUMLAH KUALIFIKASI


MANAJERIAL

1 Pelaksana Lapangan 1 orang  Memiliki Sertifikat Keterampilan /SKT


Kelas 1,Pelaksana Lapangan
Pekerjaan Jaringan Irigasi (TS030)
yang dikeluarkan oleh Asosiasi yang
telah disahkan oleh LPJK;
 Berpengalaman profesional 2 (dua)
tahun sesuai dengan bidang keahlian;
 Melampirkan Ijazah, NPWP, KTP,
Curriculum Vitae, dan SPT tahunan
personil.

2 Petugas 1 Orang  Memiliki Sertifikat sebagai K3


Keselamatan Konstruksi;
 Melampirkan Ijazah, NPWP, KTP,
Kontruksi
Curriculum Vitae, dan SPT tahunan
personil.

TENAGA PENDUKUNG

3 Quantity 1 orang  Disyaratkan memiliki latar belakang


pendidikan min. D3 Teknik Sipil;
 Memiliki Sertifikat Keterampilan /SKT
Kelas 1 Teknisi Penghitung
Quantitas Sumber Daya Air (TS 035)
yang dikeluarkan oleh Asosiasi yang
telah disahkan oleh LPJK;
 Berpengalaman profesional minimal 2
(dua) tahun sesuai dengan bidang
keahlian.
 Melampirkan Ijazah, KTP, Curriculum
Vitae, dan SPT tahunan personil.

4 Surveyor 1 orang  Memiliki latar belakang pendidikan


minimal D3 Teknik Sipil;
 Memiliki Sertifikat Keterampilan / SKT
Kelas 1 Juru Ukur (TS 004) yang
dikeluarkan oleh Asosiasi yang telah
disahkan oleh LPJK;
 Berpengalaman profesional minimal 2
(dua) tahun sesuai dengan bidang
keahlian, dalam hal ini survey /
pengukuran lapangan.
 Melampirkan SPT tahunan personil.

5 Tukang Pasang Batu 1 orang  Memiliki latar belakang pendidikan


minimal SMA/SMK;
 Memiliki Sertifikat Keterampilan / SKT
Min. Kelas 1 Tukang Pasang Batu /
Stone (Rubble) Mason (Tukang
Bangunan Umum) ; (Kode TA 005)
yang dikeluarkan oleh Asosiasi yang
telah disahkan oleh LPJK;
 Berpengalaman profesional minimal 2

Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang


Berkelanjutan

10
SPESIFIKASI TEKNIS

(dua) tahun sesuai dengan bidang


keahlian.
 Melampirkan Ijazah, KTP, Curriculum
Vitae, dan SPT tahunan personil.

6 Drafter 1 orang  Memiliki latar belakang pendidikan


minimal SMK bid. Sipil/D3 Teknik Sipil

7 Administrasi Proyek 1 orang  Memiliki latar belakang pendidikan


minimal SMA/SMK

3.8 PERALATAN
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan ini, peralatan yang digunakan antara lain:

 Peralatan Utama
Jenis Kapasitas Jumlah
Dump Truck 3-4 m3 (6 Ton) 2
Concrete Mixer (Molen) 0,3 m3 1

Peralatan di lapangan harus memiliki Bukti Milik Sendiri/Sewa Beli/Sewa


Kepada Pihak lain terlampir (Perjanjian Sewa/Faktur/Akte Jual Beli/Kwitansi
Pembelian atau Nota Pembelian) dan kelengkapan lainnya sesuai peralatan
lapangan.

Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang


Berkelanjutan

11
SPESIFIKASI TEKNIS

4. SYARAT-SYARAT UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1. PERSYARATAN UMUM


a. Pelaksanaan pekerjaan harus mengacu pada:
 Syarat-Syarat Khusus Kontrak;
 RKS/Spesifikasi Teknis;
 Gambar teknis, detail, dan gambar kerja;
 Risalah Aanwijzing;
 Keputusan Direksi.
b. Apabila terjadi perbedaan teknis/persepsi tentang pelaksanaan maka diharuskan
berkonsultasi dengan Konsultan Supervisi dan mendapat persetujuan pihak Direksi
Pengairan;
c. Daerah area kerja akan diserahkan kepada Kontraktor Pelaksana (selama
pelaksanaan) dalam keadaan seperti diwaktu pemberian kerja dan dianggap bahwa
Kontraktor Pelaksana mengetahui benar-benar mengenai:
 Letak bagian/area konstruksi yang akan dibangun;
 Batas-batas serta lingkup maupun keadaannya;
 Keadaan fisik bangunan sesuai dengan gambar.
d. Kontraktor Pelaksana diharuskan menyerahkan contoh material/bahan/barang
sebelum digunakan/dipasang di lapangan;
e. Pengawasan terus menerus terhadap pelaksanaan penyelesaian/perapihan, harus
dilakukan oleh tenaga-tenaga dari pihak Kontraktor Pelaksana yang benar-benar
ahli;
f. Pekerjaan yang dilaksanakan meliputi pengadaan material, tenaga kerja dan
peralatan yang dibutuhkan untukmenyelesaikan seluruh pekerjaan yang termasuk
dalamkontrak;
g. Semua barang-barang yang tidak berguna selama pelaksanaan pembangunan
harus dikeluarkan dari lapangan pekerjaan.

4.2. ISTILAH DAN DEFINISI


a. Pembersihan medanterdiri dari penebangan pohon-pohon perdu, semakbelukar
dan pembabatan rumput liar yang tumbuh sepanjang dasar saluran, taludluar dan
dalam, serta di atas tanggul saluran, sehingga profil saluran terlihat rapihkembali
seperti sebelumnya.
b. Kupasan/stripping adalah penggalian humus (tanah organik) berikut rumput yang
akan dilakukan pada semua dasar tanggul, pada lokasi material galian yangdipakai
kembali sebagai bahan timbunan, pada semua dasar jalan, pada lokasiBorrow pit
yang disetujui, dalam batas tanah Daerah Milik Irigasi (DMI).
c. Galian tanah biasa adalah pekerjaan galian dengan material hasil galian
berupatanah pada umumnya, yang dengan mudah dapat dilakukan dengan
Excavator.Seluruh galian harus dikerjakan sesuai dengan garis-garis dan bidang-
bidangyang ditunjukkan dalam gambar atau sesuai dengan yang ditunjukkan
dalamgambar kerja atau sesuai dengan yang diarahkan / ditunjukkan oleh Direksi.
d. Timbunan tanah kembali dari hasil galian adalah kegiatan penimbunan baikuntuk
tanggul maupun untuk di belakang bangunan dengan mempergunakanbahan
timbunan dari hasil galian yang secara spesifikasi teknis bahan tersebutdapat
dipertangung jawabkan.
e. Timbunan tanah dengan material dari borrow area adalah kegiatanpenimbunan
baik untuk tanggul maupun untuk di belakang bangunan denganmempergunakan
bahan timbunan dari galian pada suatu lokasi borrow denganjenis dan kualitas tanah

Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang


Berkelanjutan

12
SPESIFIKASI TEKNIS

yang tertentu dan Kontraktor Pelaksana mengeluarkan biayauntuk pengadaan


material tanah timbunan tersebut.
f. Disposal Area adalah daerah-daerah tempat pembuangan hasil galian yangtidak
dapat dipakai sebagai material timbunan.
g. Quarry adalah daerah-daerah yang tanahnya dapat diambil dan memenuhisyarat
untuk material timbunan.
h. Pasangan batu terdiri dari batu sungai atau gunung dan setiap batu harus
mempunyai berat antara 6 kg sampai 25 kg, akan tetapi batu yang lebih kecil dapat
dipakai atas persetujuan Direksi. Ukuran maksimum harus memperhatikan tebal
dinding, tetapi harus memperhatikan batasan berat seperti tercantum diatas.
i. Siaran adalah adukan yang dipasang diantara batu-batu yang harus dikoreksampai
kedalaman 1 - 2 cm dibawah permukaan batu untuk jenis siar rata dansiar timbul,
dan 2 - 3 cm untuk jenis siar tenggelam.
j. Plesteran adalah pasangan dengan adukan 1 PC : 3 Psr yang harus dipasangpada
bagian atas dari dinding, ujung-ujung saluran pasangan, dan untuk 0.10 mdibawah
tepi atas atau sesuai dengan yang tertera pada gambar.
k. Beton adalah pasangan yang terdiri dari campuran antara semen, pasir dankerikil
dalam ukuran tertentu yang telah ditetapkan, sesuai yang tercantum dalamgambar
kontrak. Proporsi campuran beton akan ditentukan oleh Direksi agardidapatkan
produksi beton yang awet dan ekonomis dan mempunyai kekuatanyang setara
dengan waktu dan derajat kekuatan, dengan perhitungan kondisitekanan, alam
terbuka dan pertimbangan lain.
l. Pancang kayu galam adalah susunan tiang kayu dengan diameter 8 – 15 cm yang
dimasukkan atau ditancapkan secara vertikal ke dalam tanah yang ditujukan untuk
memperkuat daya dukung terhadap beban diatasnya.
m. Pipa suling-suling pemasangan pipa suling-suling menggunakan pipa PVC sesuai
dengan perencanaan pada pasangan batu gunung untuk mengalirkan air ke dalam
saluran.

4.3. RENCANA KERJA


4.3.1. Metode Pelaksanaan
Kontraktor Pelaksana diwajibkan membuat dan menyampaikan metode pelaksanaan
yang rinci untuk setiap jenis pekerjaan, dan disampaikan dalam Pre Construction
Meeting (PCM)untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan Supervisi dan Direksi
Pengairan.

Walaupun metode pelaksanaan telah mendapat persetujuan, Kontraktor Pelaksana


bertanggung jawab penuh terhadap metode pelaksanaan yang diusulkan.Kesalahan
yang ditimbulkan akibat dari metode pelaksanaan pekerjaan tersebut sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana termasuk resiko biayanya.

4.3.2. Master Time Schedule


Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Master
Time Schedule kepada Direksi Pengairan untuk mendapatkan persetujuan. Master Time
Schedule ini memuat jadual pelaksanaan dengan detail yang menunjukkan urutan
kegiatan selama pekerjaan berlangsung.
Master Time Schedule yang telah disetujui oleh Direksi Pengairan sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana yang menyusun dan telah mempertimbangkan
segala resiko dalam rencana jadwal pelaksanaan pekerjaan tersebut.

Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang


Berkelanjutan

13
SPESIFIKASI TEKNIS

4.3.3. Jadual Penugasan Personil


Jadual penugasan personil harus disesuaikan dengan jadual pelaksanaan pekerjaan
dan dibuat secara terpisah.
Dalam jadwal harus sudah termasuk/memperhitungkan waktu pengajuan, dan sewaktu-
waktu dapat ditambah dan dikurang jumlah personil yang dibutuhkan, harus ada
persetujuan dari Direksi Pengairan mengenai jadual penugasan personil.

4.3.4. Perbaikan Jadual Pelaksanaan Pekerjaan


a. Waktu.
Perbaikan terhadap seluruh jadual pelaksanaan pekerjaan harus dilakukan bila
kemajuan penyerapan dana pelaksanaan pekerjaan berbeda lebih dari 10% dari
jadwal rencana atau bila ada indikasi akan terjadinya perubahan prestasi pekerjaan
yang cenderung terlambat.
b. Laporan
Pada saat penyerahan perbaikan jadual pelaksanaan pekerjaan agar diberikan
laporan penjelasan mengenai alasan mengadakan perbaikan yang harus meliputi :
 Uraian sebab perbaikan, termasuk pengaruh pada seluruh jadual karena
adanya perubahan cakupan, perubahan dalam volume dan lamanya aktivitas
dan perubahan lainnya yang dapat mempengaruhi jadual;
 Pembahasan mengenai masalah yang akan dihadapi, termasuk faktor-faktor
penghambat yang ada dan yang diperkirakan akan timbul dan
dampak/pengaruhnya;
 Tindakan perbaikan yang dilakukan, atau diusulkan dan pengaruhnya.

4.3.5. Pembersihan Areal Pekerjaan


Sebelum memulai pekerjaan yang ada dalam kontrak, kontraktor diharuskan terlebih
dahulu membersihkan lokasi pekerjaan dari segala macam tumbuh-tumbuhan dan
rintangan yangterdapat disekitar daerah tersebut, demi kelancaran pelaksanaan
pekerjaan.Pekerjaanpembersihan terdiri dari pembersihan segala macam tumbuh-
tumbuhan, pohon-pohon,semak-semak, sampah-sampah, akar-akaran dan lain
sebagainya.

4.3.6. Pemberitahuan
a. Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya
permanen tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Konsultan Supervisi dan
Direksi Pengairan.
b. Pemberitahuan tertulis lengkap dan jelas harus terlebih dahulu disampaikan kepada
Konsultan Supervisi dan Direksi Pengairan dan dalam jangka waktu yang cukup
sebelum dimulainya pelaksanaan bagian pekerjaan itu, agar Konsultan Supervisi
dan Direksi Pengairan mempunyai waktu yang cukup apabila dipertimbangkan
bahwa perlu mengadakan penelitian dan pengujian terlebih dahulu atas persiapan
pekerjaan tersebut.
c. Pemberitahuan kepada Konsultan Supervisi dan Direksi Pengairan harus disertai
kelengkapan sebagai berikut :
 Jadual pekerjaan termasuk jadual pengujian.
 Metoda kerja (cara kerja, urutan-urutan kerja, jenis alat, penguji dan lain-lain).
 Gambar kerja (shop drawing) untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan
yang memerlukan penjelasan dalam bentuk gambar.

Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang


Berkelanjutan

14
SPESIFIKASI TEKNIS

4.3.7. Mobilisasi dan Demobilisai


a. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah Kontraktor Pelaksana menerima surat pelulusan,
Kontraktor Pelaksana harus memasukkan rencana kepada Konsultan Supervisi dan
Direksi Pengairan mengenai prosedur mobilisasi.
b. Hal ini harus menjamin dilaksanakannya mobilisasi di atas dalam waktu 10
(sepuluh) hari setelah Konsultan Supervisi dan Direksi Pengairan memberikan nota
dimulainya pekerjaan, peralatan harus sudah berada di lokasi proyek sesuai dengan
jadual dibutuhkannya alat-alat tersebut.
c. Kontraktor Pelaksana diharuskan mengajukan daftar terperinci tentang peralatan
yang akan digunakannya untuk melaksanakan pekerjaan. Daftar tersebut harus
sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dan disetujui oleh Konsultan Supervisi dan
Direksi Pengairan dalam hal fungsi dalam pekerjaan, kapasitas, jumlah tahun
pembuatan, pabrik pembuat, kondisi dan rencana waktu tiba di tempat pekerjaan.
d. Kontraktor Pelaksana wajib mendatangkan alat-alat tersebut tepat waktunya sesuai
dengan jadwal pemakaian. Kontraktor Pelaksana dalam keadaan apapun tidak
dibenarkan untuk memindahkan alat-alat tersebut, sebagian atau seluruhnya,
selama pelaksanaan pekerjaan tanpa persetujuan Konsultan Supervisi dan Direksi
Pengairan.

4.3.8. Kecelakaan dan Kesehatan


a. Kecelakaan-kecelakaan yang timbul selama pekerjaan berlangsung menjadi beban
Kontraktor Pelaksana;
b. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menyediakan kotak P3K terisi menurut kebutuhan,
lengkap dengan seorang petugas yang telah terlatih dalam soal-soal mengenai
pertolongan pertama;
c. Terhadap kecelakaan-kecelakaan yang timbul akibat bencana alam, segala
pembiayaannya menjadi beban Kontraktor Pelaksana;
d. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menyediakan alat-alat pemadam kebakaran jenis
ABC (segala jenis api), pasir dalam bak kayu, galah-galah dan lain sebagainya;
e. Kontraktor Pelaksana diwajibkan memperhatikan kesehatan karyawan-
karyawannya;
f. Sejauh tidak disebutkan dalam RKS ini, maka Kontraktor Pelaksana harus mengikuti
semua ketentuan umum lainnya yang dikeluarkan oleh Jawatan Instansi Pemerintah
CQ Undang-Undang keselamatan kerja dan lain sebagainya termasuk semua
perubahan-perubahannya yang hingga kini tetap berlaku.

4.3.9. Pengamanan
a. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu yang ada di
wilayahnya ialah mengenai:
 Kerusakan-kerusakan yang timbul akibat kelalaian/kecerobohan yang
disengaja ataupun tidak;
 Penggunaan sesuatu yang keliru/salah;
 Kehilangan-kehilangan bagian alat-alat/bahan-bahan yang ada di daerahnya.
b. Terhadap semua kejadian sebagaimana disebut diatas Kontraktor Pelaksana harus
melaporkan kepada Direksi Pengairan dalam waktu paling lambat 24 jam untuk
diusut dan selesaikan persoalannya lebih lanjut;
c. Untuk mencegah kejadian-kejadian tersebut diatas Kontraktor Pelaksana harus
mengadakan pengamanan, antara lain penjagaan, penerangan malam, pemagaran
sementara dan sebagainya;
d. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan pengaman dalam pelaksanaannya, agar
upaya keselamatan lingkungan dapat terjamin dengan baik;

Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang


Berkelanjutan

15
SPESIFIKASI TEKNIS

e. Setiap pekerja harus memakai alat-alat pengaman seperti helm, penggantung dan
lain-lain yang dianggap perlu.

4.3.10. Pengawasan
a. Setiap saat Direksi Pengairan harus dapat dengan mudah mengawasi, memeriksa
dan menguji setiap bagian pekerjaan, bahan dan peralatan, Kontraktor Pelaksana
harus mengadakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan;
b. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetap luput dari pengawasan
Direksi Pengairan menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana. Pekerjaan
tersebut jika diperlukan harus segera dibuka sebagian atau seluruhnya;
c. Jika Kontraktor Pelaksana perlu melaksanakan pekerjaan diluar jam kerja normal
sehingga diperlukan pengawasan oleh Direksi Pengairan, maka segala biaya untuk
itu menjadi beban Kontraktor Pelaksana. Permohonan oleh Kontraktor Pelaksana
untuk mengadakan pemeriksaan tersebut harus dengan surat disampaikan kepada
Direksi Pengairan 24 jam sebelum pelaksanaan;
d. Wewenang dalam memberikan keputusan yang berada ditangan petugas-petugas
Direksi Pengairan adalah terbatas pada soal-soal yang jelas tercantum/dimasukan
didalam gambar-gambar dan RKS dan risalah penjelasan. Penyimpangan dari
padanya haruslah seizin Direksi Pengairan.

4.3.11. Pemeriksaandan Penyediaan Bahandan Barang


a. Bila dalam RKS disebutkan nama dan pabrik pembuatan dari suatu bahan dan
barang, maka ini dimaksudkan menunjukan standard minimal mutu/kualitas bahan
dan barang yang digunakan;
b. Setiap barang dan bahan yang ada digunakan harus disampaikan kepada Konsultan
Supervisi oleh Kontraktor Pelaksana untuk mendapatkan persetujuan Direksi
Pengairan. Waktu penyampaiannya dilaksanakan jauh sebelum pekerjaannya
dimulai;
c. Setiap usulan penggunaan nama dan pabrik serta pembuatan dari suatu bahan dan
barang harus mendapat rekomendasi dari Konsultan Supervisi berdasarkan
petunjuk dalam RKS serta gambar-gambar dan risalah penjelasan selanjutnya
usulan tersebut diteruskan untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Pengairan;
d. Contoh bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus diadakan
atas biaya Kontraktor Pelaksanasetelah disetujui oleh Direksi Pengairan, maka
bahan danbarang tersebut seperti diatas yang akan dipakai dalam pelaksanaan
pekerjaan nanti;
e. Contoh bahan dan barang tersebut disimpan oleh Direksi Pengairan untuk dijadikan
dasar penolakan bila ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai dengan
contoh baik kualitas maupun sifatnya;
f. Dalam pengajuan harga penawaran, Kontraktor Pelaksana harus sudah memasukan
sejauh keperluan biaya untuk pengujian berbagai bahan dan barang. Tanpa
mengingat jumlah tersebut, Kontraktor Pelaksana tetap bertangung jawab pula atas
biaya pengajuan bahan dan barang yang tidak memenuhi syarat atas perintah
Direksi Pengairan.

Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang


Berkelanjutan

16
SPESIFIKASI TEKNIS

5. SYARAT-SYARAT UMUM TEKNIS PENGGUNAAN BAHAN

5.1 U M U M
Bahan-bahan yang akan digunakan di dalam proyek ini harus mengutamakan
penggunaan bahan-bahan yang telah diproduksi di dalam negeri dan sesuai dengan
spesifikasi yang diajukan dalam Rencana Kerja &Syarat-Syarat Kerja (RKS) Teknis.

5.2 PENGADAAN MATERIAL


Standar yang digunakan adalah untuk bahan bangunan adalah standar SNI (Standar
eNasional Indonesia).Peraturan dan standar mengenai jenis-jenis pekerjaan mengacu
pada jenis-jenis pekerjaan yang bersangkutan seperti PBI 1971 N.I.-2 untuk pekerjaan
beton, PBBI untuk baja, dan standar-standar lainnya yang berlaku di Indonesia.

Penggunaan standar-standar lain, harus mendapat persetujuan khusus dari Konsultan


Supervisi dan Direksi Pengairan sebelum digunakan.

5.3 PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN BAHAN


5.3.1 Pemeriksaan Dan Pengujian
a. Semua bahan dan barang/benda yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana untuk
digunakan didalam pekerjaan proyek harus dapat dan boleh diperiksa, diuji dan
dianalisa setiap waktu, jika diminta oleh Konsultan Supervisi dan/atau Direksi
Pengairan;
b. Jika Konsultan Supervisi dan Direksi Pengairan menganggap perlu, maka
Kontraktor Pelaksana atas biayanya sendiri harus dapat menunjukkan sertifikat
pengujian dari pabrik yang mengeluarkan produksi bahan dan barang/benda yang
diminta;
c. Dan atas biayanya sendiri, Kontraktor Pelaksana harus menyediakan dan
mempersiapkan bahan-bahan yang akan diuji dan contoh-contoh dari berbagai
macam bahan yang sewaktu-waktu akan diminta atau disyaratkan;
d. Hasil pemeriksaan/pengujian tersebut harus dipelihara dengan baik dan disimpan
oleh Kontraktor Pelaksana dan apabila diminta harus dapat menunjukkan kepada
Konsultan Supervisi dan Direksi Pengairan setiap saat;

5.3.2 Kualitas Pekerjaan dan Penolakannya


a. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan seperti yang disyaratkan
dalam Dokumen Kontrak dan gambar-gambar rencana/pelaksanaan dengan
menggunakan bahan-bahan yang terbaik, dan dengan metoda pelaksanaan
pekerjaan terbaik;
b. Semua bahan-bahan yang dipakai dalam pekerjaan proyek, harus diperiksa oleh
Konsultan Supervisi dan mendapat persetujuan Direksi Pengairan sebelum
digunakan, meskipun bahan-bahan tersebut telah dinyatakan diterima pada waktu
didatangkan di site/lokasi;
c. Bahan-bahan bangunan dan pekerjaan-pekerjaan yang telah dilaksanakan apabila
tidak memenuhi persyaratan, akan ditolak dan Kontraktor Pelaksana harus
mengganti/melaksanakan ulang pekerjaan pekerjaan yang tidak memenuhi standar
tanpa perpanjangan waktu pelaksanaan;
d. Setiap kerugian atau kerusakan yang dinyatakan ditolak oleh Konsultan Supervisi
dan/atau Direksi Pengairan menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana;
e. Konsultan Supervisi dan Direksi Pengairan mempunyai kebebasan untuk menolak
salah satu atau semua bahan-bahan dan teknik pelaksanaan yang tidak sesuai

Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang


Berkelanjutan

17
SPESIFIKASI TEKNIS

dengan kualitas dan sifat-sifatnya yang telah disetujui. Kontraktor Pelaksana harus
segera memindahkan bahan-bahan atau membongkar pekerjaan-pekerjaan yang
dimaksud atas tanggungannya.

5.4 SEMEN
5.4.1 Umum
a. Untuk konstruksi beton bertulang dan beton pratekan dipakai jenis-jenis semen yang
memenuhi ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang ditentukan dalam NI 8 dan
SNI/SII. Semen yang digunakan adalah jenis Semen-Portland jenis I (satu) (Portland
Cement, Normal, Type I) sesuai dengan standar NI 8;
b. Penggunaan bahan tambahan dan semen jenis lain misalnya yang dapat cepat
mengeras, harus mendapat persetujuan dari Konsultan Supervisi;
c. Pekerjaan beton harus menggunakan beton ready mix untuk pelaksanaan pekerjaan
beton. Jika diperlukan pengecoran sendiri oleh Kontraktor Pelaksana maka harus
memenuhi syarat-syarat di bawah ini.

5.4.2 Beton
a. Untuk pekerjaan Beton Struktural pada proyek ini, digunakan beton Ready Mix K-
125, dengan slump 10 ± 2cm. Metode pengambilan slump beton harus sesuai
dengan SNI 03-1972-1990;
b. Seluruh tata cara dan pengadaan, pengerjaan dan pengetesan harus mengikuti
peraturan SNI 03-6861.1-2000 (air), SNI 15-2530-1991 (semen), SNI 03-6820-2002
(semen), SNI 03-6861-2002 (agregat) dan SNI 03-6861.1-2002 (pasir)

5.4.3 Pengujian
a. Semen yang digunakan harus disertai tanggal produksi dan batas kadaluwarsanya
disertai dengan sertifikat dari pabrik yang menunjukkan bahwa semen tersebut telah
diuji dan dianalisa mengenai komposisi kimianya sesuai dengan persyaratan yang
relevan dengan NI 8;
b. Setiap pengiriman semen yang dikirim ke site/lapangan harus dalam keadaan belum
kadaluwarsa dan belum terjadi penggumpalan atau membatu;
c. Semen yang akan dipakai dan telah dikirim tidak diijinkan untuk dipergunakan pada
pekerjaan apapun sebelum hasil pemeriksaan dilapangan diterima dengan baik oleh
Konsultan Supervisi. Hal ini untuk menentukan apakah semen yang didatangkan
telah rusak selama pengangkutan atau selama disimpan. Dan tidak ada semen yang
dapat digunakan sebelum diterima dan dinyatakan baik oleh Konsultan Supervisi;
d. Konsultan Supervisi dapat menolak semen yang didatangkan/yang ada,
berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, meskipun telah mendapat sertifikat dari
pabrik.

5.4.4 Pengangkutan Dan Penyimpanan Semen


a. Umur semen pada waktu pengiriman di lapangan tidak boleh lebih dari 2 (dua) bulan
dan harus digunakan dalam waktu tidak lebih dari 3 (tiga) bulan setelah tiba
dilapangan. Pengiriman semen ke lapangan harus dalam kendaraan
tertutup/terlindung dengan baik terhadap cuaca dan harus disimpan dengan baik di
dalam gudang-gudang yang mempunyai cukup lubang udara (ventilasi), tahan
terhadap cuaca dan air untuk mencegah kerusakan karena kelembaban udara;
b. Lantai gudang semen harus terbuat dari kayu dengan tinggi minimum adalah 30 cm
di atas tanah dan diberi ventilasi;
c. Pengiriman semen harus dapat dipisah-pisahkan dan segera ditempatkan di dalam

Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang


Berkelanjutan

18
SPESIFIKASI TEKNIS

gudang-gudang tersebut di atas agar dapat dengan mudah diidentifikasikan,


diperiksa, ditest, dikontrol pengeluarannya, dan dipakai pada pelaksanaan sesuai
dengan urutan datangnya;
d. Penumpukan semen dalam kantong/zak tidak boleh lebih dari 13 (tiga belas)
tumpukan zak. Semen dari jenis berbeda, harus disimpan secara terpisah agar
dalam penggunaannya tidak tertukar. Penggunaan semen dalam jumlah yang besar
dapat dikerjakan dengan urutan pemakaian;
e. Semen yang telah menggumpal tidak diperbolehkan untuk digunakan lagi di dalam
pekerjaan konstruksi. Kontraktor Pelaksana harus menyampaikan laporan mingguan
kepada Konsultan Supervisi mengenai sumber pengadaan, pengiriman,
penyimpanan, dan menjelaskan berapa banyak semen yang diterima dan
dikeluarkan, serta penggunaannya pada jenis pekerjaan yang telah dilakukan
selama minggu tersebut.

5.5 AIR
a. Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam,
alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak
beton dan/atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat
diminum;
b. Apabila mungkin, air harus diperoleh dari sumber air minum, atau didapat dari
sumber lain dan harus mendapat persetujuan dari Konsultan Supervisi;
c. Untuk penggunaan air yang diperoleh dari sumber sumur dalam lokasi proyek, maka
seluruh biaya pengadaan, pemeliharaan, sumber tenaga listrik dan lain-lain
ditanggung oleh Kontraktor Pelaksana;
d. Bila terdapat keragu-raguan mengenai air untuk pembuatan beton, Kontraktor
Pelaksana diharuskan untuk mengirim contoh air itu, ke lembaga pemeriksaan
bahan yang diakui untuk diselidiki kandungan zat yang dapat merusak beton
dan/atau baja tulangan. Dan hanya air dengan kualitas yang telah disetujui
Konsultan Supervisi yang dapat digunakan;
e. Apabila pemeriksaan contoh air tersebut di atas tidak dapat dilakukan, maka dalam
hal adanya keragu-raguan mengenai air harus diadakan percobaan perbandingan
antara kekuatan tekan campuran semen + pasir dengan memakai air tersebut di
atas, dan dengan memakai air suling;
f. Air tersebut dianggap dapat dipakai, apabila kekuatan mortar dengan memakai air
tersebut pada umur 7 dan 28 hari paling sedikit adalah 90% dari kekuatan tekan
mortar dengan memakai air suling pada umur yang sama;
g. Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton dapat ditentukan dengan
ukuran isi atau ukuran berat seperti yang disyaratkan dan harus dilakukan setepat-
tepatnya.

Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang


Berkelanjutan

19
SPESIFIKASI TEKNIS

6. PELAKSANAAN PEKERJAAN

6.1. KETENTUAN UMUM


Pelaksanaan pekerjaan harus dilakukan sesuai ukuran/dimensi yang tertera dalam
gambar atau atau sesuai dengan volume yang tertera dalam BOQ atau sesuai dengan
arahan direksipekerjaan.

Semua bahan dan mutu pekerjaan harus mempergunakan dan sesuai dengan
ketentuanketentuandari Standar Normalisasi Indonesia dari edisi / revisi terakhir atau
standarinternasional yang secara substantial setara atau lebih tinggi dari standar
nasional yangdisyaratkan.

Semua bahan dan mutu pekerjaan yang tidak sepenuhnya diperinci disini atau dicakup
olehStandar Normalisasi Indonesia haruslah bahan dan mutu pekerjaan kelas utama.

Direksi akan menetapkan apakah semua atau sebagian yang dipesan atau diantarkan
untuk penggunaan dalam pekerjaan sesuai untuk pekerjaan tersebut, dan keputusan
Direksi dalamhal ini pasti dan menentukan.

Apabila ada perbedaan antara standar yang disyaratkan dengan standar yang diajukan
oleh Kontraktor Pelaksana, maka Kontraktor Pelaksana harus menjelaskan secara
tertulis kepada DireksiPekerjaan, sekurang-kurangnya 28 hari sebelum Direksi
Pekerjaan menetapkan setuju atautidak terhadap pekerjaan yang akan dilaksanakan.

Standar satuan ukuran yang dipergunakan pada dasarnya MKS, sedangkan


penggunaan standar satuan lain dapat dipergunakan sepanjang hal tersebut tidak
dapat dielakkan.

6.2. PEKERJAAN PERSIAPAN


Pekerjaan Persiapan adalah semua kegiatan yang perlu dilaksanakan baik sebelum,
selama berlangsungnya kontrak dan setelah berakhirnya kontrak.Item pekerjaan yang
termasuk/dimasukan dalam pekerjaan persiapan ini secara detail disajikan berikut ini.

6.3. PAPAN NAMA PROYEK


a. Kontraktor Pelaksanaharus membuat dan memasang papan nama proyekyang
memuat tentang identitas proyek;
b. Papan nama proyek belatar belakang putih dengan tulisan warnahitam, kecuali
untuk logo atau simbul dapat dipakai warna yangbervariasi;
c. Papan nama proyek harus mencantumkan Instansi Pemberi Tugas, Sumber Dana,
Kontraktor Pelaksana, dan Konsultan Supervisi;
d. Papan juga harus mencantumkan besar anggaran pelaksanaanproyek, waktu mulai
proyek, dan waktu penyelesaian proyek.

Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang


Berkelanjutan

20
SPESIFIKASI TEKNIS

6.4. PEKERJAAN SURVEY DAN PENGUKURAN


a. Yang termasuk Pekerjaan Survey dan Pengukuran adalah pemasangan Bench Mark
danpelaksanaan pengukuran itu sendiri.
b. Sebelum melakukan pekerjaan pengukuran, maka pihak Kontraktor Pelaksana
diminta untukmengajukan request kepada Direksi untuk pekerjaan pengukuran ini.
c. Penarikan/penentuan titik-titik elevasi dilakukan dari patok elevasi yang telah
disetujui/ditentukan oleh Direksi. Jika tidak ada patok elevasi yang dapat dipakai,
biasa digunakanelevasi lokal yang dipindahkan ke Patok Bantu Elevasi (PBE) dari
ukuran 4/6, denganpersetujuan Direksi.
d. Semua alat ukur topografi yang digunakan harus dikalibrasi dan disetujui oleh
Direksi.
e. Pada saat pelaksanaan pengukuran alat ukur harus dilindungi dari terik
matahari/hujan.
f. Semua pemasangan Patok Bantu Elevasi (PBE) harus diikatkan pada titik atau
diletakkanpada bangunan yang sifatnya tetap/tidak berubah.
g. Identifikasi PBE harus dilakukan agar fungsi patok tersebut dalam pekerjaan
pengukuran mudah digunakan. Pekerjaan ini diantaranya meliputi : pemberian
nomor, pengecatan dan pemberian catatan lain yang perlu, sehubungan dengan
jenis pekerjaan pengukuran yangdilakukan.
h. Tiap patok bench mark (BM) tambahan yang dipasang Kontraktor Pelaksana harus
dibuat dari beton bertulang klas K-175, dengan ukuran 0.20 x 0.20 x 1.00 m sesuai
dengan gambar dari album Standar Perencanaan Irigasi, atau menurut petunjuk lain
dalam gambar.
i. Tiap BM harus dilengkapi dengan paku kuningan tanda elevasi dan plat nama dari
marmerukuran 0.12 x 0.12 m pada satu sisi.
j. Patok-patok BM harus dipasang vertikal dalam galian, kemudian dengan hati-hati
diurugkembali sampai tinggal 0.20 m diatas permukaan tanah. Penempatan patok-
patok BMdilaksanakan Kontraktor Pelaksana sesuai dengan petunjuk Direksi.

6.5. GAMBAR-GAMBAR PELAKSANAAN (SHOP DRAWING)


Dalam memulai, mengerjakan dan mengevaluasi pekerjaan baik untuk saluran-
saluran,bangunan air dan bendung, harus berdasarkan data ketinggian dan posisi yang
pasti sesuaidengan kondisi lapangan.Untuk ini Kontaktor harus menyediakan
serangkaian alat ukurberikut tenaga kerjanya untuk keperluan ini.
Gambar-gambar yang harus disiapkan Kontraktor Pelaksana adalah:

6.5.1. Gambar-gambar Pekerjaan Tetap


a. Umum
Semua gambar-gambar yang disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana haruslah
gambar-gambaryang telah ditanda tangani oleh Direksi, dan apabila ada perubahan
harus diserahkan kepada Direksi untuk mendapat persetujuan sebelum program
pelaksanaan dimulai.
b. Gambar-gambar pelaksanaan
Kontraktor Pelaksana harus menggunakan gambar kontrak sebagai dasar untuk
mempersiapkan Gambar Pelaksanaan. Gambar itu dibuat lebih detail untuk
pekerjaan tetap dan dimana mungkin dapat memperlihatkan penampang melintang
dan memanjang dari beton, pasangan batu, pengaturan batang pembesian

Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang


Berkelanjutan

21
SPESIFIKASI TEKNIS

termasuk rencana pembengkokan, pemotongan dan daftar besi beton, tipe bahan
yang digunakan, mutu, tempat dan ukuran yang tepat.

c. Gambar-gambar bengkel/gedung
Gambar-gambar bengkel atau gedung disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana untuk
keperluan penyimpanan peralatan dan bahan-bahan milik Kontraktor Pelaksana.
d. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan 1 (satu) set gambar-gambar lengkap di
lapangan
Apabila ada pekerjaan dilaksanakan sebelum ada persetujuan Direksi
adalahmenjadi resiko Kontraktor Pelaksana. Persetujuan Direksi terhadap gambar-
gambar tersebuttidak akan meringankan tanggung jawab Kontraktor Pelaksana atas
kebenaran gambartersebut.

6.5.2. Gambar-gambar Pekerjaan Sementara


a. Umum
Semua gambar yang disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana harus terperinci, dan
diserahkankepada Direksi sebelum tanggal pelaksanaan pekerjaan atau dalam
waktu yang telahditentukan dalam Kontrak.
Gambar-gambar harus menunjukan detail dari pekerjaan sementara seperti
Cofferdam, tanggul sementara, pengalihan aliran dan sebagainya.
Gambar Perencanaan yang diusulkan Kontraktor Pelaksana yang dipakai dalam
pelaksanaan Konstruksi (sah) juga harus diserahkan kepada Direksi sebanyak
3(tiga) rangkap.
b. Gambar-gambar untuk pekerjaan sementara yang ditinggalkan
Kontraktor Pelaksana hendaknya mengusulkan pekerjaan sementara yang berkaitan
denganpekerjaan tetap secara lebih mendetail dan diserahkan kepada Direksi
untukmengubah dan mendapat persetujuan sebelum tanggal dimulainya
pelaksanaan.

6.5.3. Gambar-gambar Purnalaksana/Terlaksana (As Built Drawing)


a. Selama masa pelaksanaan, Kontraktor Pelaksana harus memelihara satu set
gambar yangdilaksanakan paling akhir untuk tiap-tiap pekerjaan. Pada gambar yang
memperlihatkan perubahan yang sudah diberikan sesuai dengan kontrak,
sejauhgambar tersebut sudah dilaksanakan dengan benar kemudian dicap
“SUDAHDILAKSANAKAN”.
b. Gambar-gambar yang dilaksanakan akan diperiksa tiap bulan di lapangan
olehDireksi dan tiap hari oleh Pengawas Lapangan, dan apabila ditemukan hal-hal
yangtidak memuaskan dan tidak dilaksanakan, paling lambat harus diperiksa
kembaliselama 6 (enam) hari kerja.
c. Gambar terlaksana (As Built Drawing) harus dibuat di kertas A3 yang berkualitasbaik
bila pekerjaan telah diselesaikan 100 % dan dibuat rekaman dalam bentuk CD.
Dalam waktu 1 (satu) minggu setelah penandatanganan serah terima ke I (PHO),
Kontraktor Pelaksana harus sudah menyerahkan gambar terlaksana (As Built
Drawing) yangterdiri dari satu set gambar lengkap dengan ukuran A3.

6.6. PEMBERSIHAN LOKASI


a. Lahan lokasi yang digunakan harus dibersihkan/dibereskandari segala hal yang
akan mengganggu kelancaran pekerjaandan atau mempengaruhi kualitas
pekerjaan, sesuai arahan/petunjuk Konsultan Supervisi dan/atau Direksi Pengairan;

Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang


Berkelanjutan

22
SPESIFIKASI TEKNIS

b. Sebelum pekerjaan galian tanah dilaksanakan makapermukaan tanah harus


diratakan terlebih dahulu menurut ketinggian/kedalaman galian/timbunan tanah
yangdirencanakan;
c. Pada tanah yang berhumus atau masih terdapat tumbuhan,maka permukaan tanah
(top soil) harus dikupas dan dibuangsetebal 10 cm;
d. Benda-benda/barang yang berada di atas lahan yang akandibangun adalah milik
pemberi tugas. Segala yangmengakibatkan kerugian yang terjadi sebagai
akibatpelaksanaan pekerjaan adalah menjadi tangung jawab penuhpihak
pelaksana

6.7. PEKERJAAN TANAH


a. Lingkup dari pekerjaan tanah yang meliputi semua pekerjaan yang berkaitan adalah
sebagaiberikut:
 Pembersihan;
 Penggalian termasuk pembentukan dan saluran;
 Penimbunan kembali, bedding dan pekerjaan pelapisan;
 Pembuangan, stok dan penggunaan kembali material dari galian;
 Penimbunan;
 Pekerjaan lain yang mungkin diarahkan oleh Direksi.
b. Metode untuk setiap pekerjaan tertentu secara tertulis harus diusulkan kepada
Direksi untukmendapatkan persetujuan paling tidak 7 (tujuh) hari sebelum
pelaksanaan pekerjaan.
c. Kontraktor Pelaksanaakan menyimpan setiap material pekerjaan galian dari
beberapa tempat danakan membuang material galian seperti yang telah ditentukan
dalam gambar atau sepertiyang diarahkan oleh Direksi.
d. Semua pekerjaan tanah dari beberapa bagian harus dilaksanakan menurut ukuran
ketinggian yang ditunjukkan dalam gambar, atau menurut ukuran dan ketinggian
lain, yang mungkin akan diperintahkan oleh Direksi. Ukuran yang berdasarkan atau
berhubungan dengan ketinggian tanah, atau jarak terusan harus ditunjukkan kepada
Direksi lebih dahulu, sebelum memulai pekerjaan tanah pada setiap tempat. Yang
dimaksud dengan “ketinggian tanah” adalah tinggi “permukaan tanah” sesudah
pembersihan lapangan dan sebelum pekerjaan tanah dimulai.
e. Ketelitian mengenai tinggi dan ukuran dapat diizinkan sebagai diterangkan dibawah
ini,apabila luas rata-rata penampang basah saluran untuk panjang 500 m, seperti
yang terterapada gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi.
 Dasar Saluran : + 0.05 m atau - 0.10 m vertikal
 Level Puncak Timbunan : + 0.10 m atau – 0.10 m vertikal
 Dasar Kemiringan : + 0.05 m horisontal
 Puncak Kemiringan Timbunan : + 0.10 m horisontal
f. Garis sumbu dari saluran, tanggul dan jalan harus diletakkan dengan teliti dan tidak
bolehdipengaruhi oleh toleransi tersebut diatas.

6.8. PEMASANGAN BOUWPLANK


a. Pasangan bouwplank dibuat untuk membantu menentukan as/sumbu-sumbu dalam
perletakan bangunan,baik mengenaikesikuannya atau ukuran-ukuran lainnya;
b. Semua papan bouwplank menggunakan kayu kelas II/terentang, papan-papan
harus lurus diserut rata, permukaan papan harus “WATERPASS” dengan piel lantai
±0,00. Setiap jarak 1,50 m, papan bouwplank diperkuat dengan patok kayu

Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang


Berkelanjutan

23
SPESIFIKASI TEKNIS

berukuran 6/10 cm atau dolken. Pada papan bouwplank ini harus di cat sumbu-
sumbu yang diperlukan, dengan cat yang tidak luntur oleh pengaruh cuaca;
c. Jarak papan bouwplank minimal 2,00 m, dari garis bangunanterluar, untuk
mencegah kelongsoran terhadap galian-galian tanah pondasi;
d. Setelah pekerjaan papan bouwplank selesai, Kontraktor Pelaksana wajib meminta
pemeriksaan dan persetujuan tertulis dari Konsultan Supervisi;

6.9. PEKERJAAN PASANGAN


a. Yang termasuk Pekerjaan Pasangan meliputi : pasangan batu kali, pekerjaan
siaran,pekerjaan plesteran, pekerjaan batu kosong, pekerjaan bronjong termasuk
adukansemennya.
b. Sebelum melakukan pekerjaan pasangan batu, maka pihak Kontraktor Pelaksana
diminta untukmengajukan request kepada Direksi untuk pekerjaan pasangan batu
ini.
c. Batu yang dipakai harus batu yang bersih dan keras dan telah disetujui oleh Direksi.
d. Pasir yang digunakan harus yang baik dan telah disetujui Direksi.
e. Air yang dipakai untuk membuat adukan harus yang bersih dan sesuai kebutuhan.
f. Semen yang digunakan harus Portland cement yang telah disetujui Direksi.
g. Spesi/adukan pekerjaan pasangan batu harus dari campuran semen dan pasir
denganperbandingan volume 1 pc : 4 psr, atau seperti ditentukan dalam gambar
untuk setiappekerjaan.
h. Pasangan batu harus tersusun sedemikian rupa sehingga antara batu dengan batu
terisi spesi secara homogeen, sehingga batu-batu tersebut tidak saling
berhimpitan/bersentuhan.
i. Susunan batu raen (batu muka) harus mempunyai jarak (lebar naat antara 1-2 cm),
tebal /dalam siaran 1-1,5 cm dan batu raen tersebut dibentuk segi enam atau
ditentukan lain olehDireksi.
j. Apabila diperintahkan atau tertera dalam gambar, perlu diadakan sambungan
geraksederhana pada bagian pasangan batu yang tidak direncanakan untuk
menahan air.Umumnya sambungan gerak sederhana dibutuhkan bilamana terdapat
satu penyambungandengan bangunan lama, karena bangunan baru dan bangunan
lama akan mempunyai nilaipenurunan (settlement) yang berbeda.
k. Sambungan gerak sederhana dapat dibentuk dengan memasang susunan batuan
yangterdiri dari batuan bergradasi (saringan kerikil atau filter) dibelakang pasangan
batu padabagian sambungan setinggi sambungan tadi.
l. Saringan ini harus terdiri dari batu dan krikil terpilih dan baik. Untuk menahan
longsornyasaringan ini harus diberi lapisan penutup ijuk setebal 3 cm atau geotextile
mebrane.

6.10. PEKERJAAN LAIN-LAIN


6.10.1. Papan Duga Pengukur Ketinggian Air (Water Level Staff Gauge)
a. Kontraktor Pelaksana harus melengkapi dan memasang papan duga ketinggian air
disaluran induk dilokasi seperti ditunjukkan dalam gambar atau sepertidiarahkan
oleh Direksi.
b. Papan duga akan terbuat dari pelat besi anti karat (stainless steel) atau
dilapisidengan galvanized dan sisi yang terbaca terdiri dari urutan angka dalam
intervalsentimeter. Kontraktor Pelaksanaakan memasang papan duga (staff gauge)
seperti yangtelah disebutkan lokasinya dengan baut dari besi anti karat (stainless
steel) atausemacamnya seperti diarahkan oleh Direksi terhadap ketinggian yang

Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang


Berkelanjutan

24
SPESIFIKASI TEKNIS

telahditentukan secara persis oleh hasil survey/pengukuran yang telah ditentukan


dandisetujui oleh Direksi.

6.10.2. Pipa Peresapan (Suling-Suling)


a. Tembok-tembok penahan, melebihi dari 1.50 m pasangan miring dan tembok-
tembokkepala harus dilengkapi dengan suling-suling yang dibuat dari pipa PVC
dengandiameter 50 mm dan paling tidak satu buah untuk setiap 2.0 m2 luas
permukaan.Setiap ujung pemasukan suling-suling harus dilengkapi dengan
saringan. Suling-sulingdipasang bersamaan dengan pasangan batu dan disisakan
0.20 m keluar sisibelakang pasangan batu guna pasangan saringan sebelum diurug.
Pada pasanganmiring saringan kerikil juga dibuat bersama dengan pasangan batu.
b. Suling-suling perlu dibuatkan terutama untuk pekerjaan yang desakan air tanahnya
tinggi sehingga pada masa-masa tekanan air tanah bertambah keras tidak akan
merusak konstruksi dan airnya akan mencari celah keluar lewat suling-suling
tersebut. Suling-suling dibuat dari pipa PVC ø 50mm dan paling tidak 1 buah tiap
radius 2 m dan dibelakangnya diberi saringan dari ijuk, kerikil, dan batu-batu kecil.
Pekerjaan ini disesuaikan dengan bestek dan spesifikasi teknisnya atau petunjuk
dari Konsultan Supervisi nantinya.
c. Saringan terdiri atas lapisan ijuk yang dipasang pada ujung pipa menonjol
keluarpasangan, dibungkus dengan kerikil atau batu pecah sekeliling pipa setebal
15 cm.Saringan krikil tersebut dibungkus lagi dengan ijuk untuk membatasi saringan
daritanah asli atau tanah urug.

6.10.3. Pancang Kayu Galam


a. Pancang kayu galam yang digunakan haruslah yang sesuai dengan yang
disyaratkan oleh direksi Pengairan.
b. Pemasangan pancang kayu galam harus sesuai dengan gambar rencana yang
sudah di sepakati oleh direksi pengairan.

Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang


Berkelanjutan

25
SPESIFIKASI TEKNIS

7. HAL-HAL LAIN

7.1. PRODUKSI DALAM NEGERI


Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus mengutamakan pengunaan produksi dalam
negeri. Produksi luar negeri boleh dipakai atau digunakan selama produksi dalam negeri
tidak dapat digunakan.

7.2. PERSYARATAN KERJASAMA


Jika kerjasama dengan penyedia jasa konstruksi lain diperlukan untuk pelaksanaan
kegiatan pelaksaan konstruksi ini maka persyaratan sesuai dengan SDP harus dipatuhi.

7.3. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


Penyedia wajib melaksanakan K3 di lapangan sesuai dengan peraturan menteri
pekerjaan umum, selain itu perusahaan diharuskan mengisi tabel yang ada di lampiran
KAK yaitu tabel Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko, Penetapan Pengendailan Risiko
K3. Biaya tambahan selain yang tercantum pada BOQ dalam pelaksanaan K3 di
lapangan menjadi tanggung jawab penyedia.

7.4. PEDOMAN PENGUMPULAN DATA LAPANGAN


Untuk pelaksanaan Peningkatan Saluran Pembuang RT.01 Kel. Waru Kec. Waru
(Bankeu TA.2022) ini didalam perhitungan volume berpedoman kepada peraturan yang
berlaku, antara lain: Regulasi-Regulasi Nasional maupun Internasional yang mengatur
tentangTurap Beton, PBI, PMI, PPBBI, ASTM dan lain-lain yang disyaratkan undang-
undang dan peraturan pemerintah yang berlaku.
Penajam, Juni 2022
Pengendali Teknis
Bidang Pengairan
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

ABDUL GAPUR, ST
NIP. 19790517 201001 1 008

Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang


Berkelanjutan

26
SPESIFIKASI TEKNIS

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO, PENETAPAN PENGENDALIAN RISIKO K3

Nama Perusahaan :
Kegiatan : Peningkatan Saluran Pembuang RT.01 Kel. Waru Kec. Waru (BANKEU TA.2022)
Lokasi : Kecamatan Waru
Tanggal dibuat :

PENILAIAN RISIKO PENETAPAN


SKALA
NO. JENIS PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA DAMPAK TINGKAT PENGENDALIAN
KEKERAPAN KEPARAHAN PRIORITAS
RISIKO RISIKO K3
1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Galian tanah biasa sedalam s.d 1m Kaki terkena cangkul pada saat
menggali

2 Pasangan batu belah tipe mortar N fc=5,2 Kaki kejatuhan batu pada saat
Mpa, Beda tinggi >0 s.d 1m', cara manual memasang batu

3 Pasangan batu belah tipe mortar N fc=5,2 Kaki kejatuhan batu pada saat
Mpa, Beda tinggi >1 s.d 2m', cara manual memasang batu

4 Plesteran tebal 1,5 cm dengan mortar tipe N, Tangan terkena cetok pada saat
fc=5,2 Mpa (setara 1PC : 4PP) pekerjaan plesteran list

5 Pancang kayu galam Tangan terkena penumbuk pancang

6 Pipa Suling-suling 3,2" Tangan terkena gergaji pada saat


pemotongan pipa

7 Bekisting Tangan terkena gergaji pada saat


pemotongan triplex dan balok

8 Pembesian Tangan terkena pleser pada saat


membengkokkan besi

9 Betok K-175 Tangan terkena sekop pada saat


membuat campuran beton

Keterangan :
uraian pekerjaan dan identifikasi bahaya didasarkan pada tingkat risiko terbesar dari seluruh uraian pekerjaan dan identifikasi bahaya yang telah ditetapkan Pejabat Penandatangan
Kontrak di Nomor 2 dalam rancangan konseptual sistem manajemen keselamatan konstruksi.
Kolom (1), (2), (3) mengikuti tabel dalam LDP huruf M.6
Kolom (4), (5), (6), (7), (8), (9) diisi oleh penyedia

Mewujudkan Kemanfaatan Sumber Daya Air Yang


Berkelanjutan

27

Anda mungkin juga menyukai