12.+Ahmad+Widi+Ariq 185060407111004
12.+Ahmad+Widi+Ariq 185060407111004
2 (2023) 241-250
© Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
JTRESDA
Journal homepage: https://jtresda.ub.ac.id/
p-ISSN : 2798-3420 I e-ISSN : 2477-6068
1. Pendahuluan
Penggunaan air terkait erat dengan kegiatan pertanian, yang memainkan peran penting dalam
perekonomian Indonesia. Sebagai bagian dari peningkatan dan pemeliharaan produksi tanaman
pangan, selama ini pemerintah Indonesia telah membangun irigasi dan infrastruktur, baik irigasi baru
maupun rehabilitasi jaringan yang telah ada.
Irigasi adalah penyediaan, pengendalian dan pelepasan air irigasi untuk keperluan pertanian.
Contoh air irigasi antara lain irigasi pompa, irigasi rawa, irigasi kolam, irigasi air tanah, irigasi
permukaan, serta irigasi rawa [1]. Fungsi irigasi adalah untuk menunjang produktivitas negara,
meningkatkan produksi pertanian, meningkatkan ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan
masyarakat, khususnya bagi petani, yang dapat dicapai dengan menjaga kelestarian sistem irigasi
melalui pengelolaan sistem irigasi yang efektif dan efisien.
Sistem irigasi dilaksanakan di seluruh wilayah pembangunan serta pengelolaan irigasi. Sistem
irigasi terencana dilaksanakan secara transparan, terpadu, akuntabel, ramah lingkungan, berkeadilan,
serta memanfaatkan peran serta masyarakat [2].
Dalam Studi yang dilakukan di Daerah Irigasi Kendal Kabupaten Kediri, memiliki keadaan
struktur tanah cukup produktif untuk berbagai macam tanaman. Komoditi unggulan Kabupaten Kediri
adalah beras dan tebu yang kemudian disokong oleh tembakau. Namun kondisi eksisting pada daerah
242
Ariq, Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 241-250
irigasi Kendal menjelaskan bahwa terdapat penurunan pada kinerja jaringan irigasi yang disebabkan
oleh kerusakan saluran dan vegetasi yang menutupi ruas saluran.
Evaluasi kinerja dalam bentuk standar penilaian pada jaringan irigasi diperlukan untuk memilih
layanan irigasi yang sesuai. Penentuan aspek-aspek tersebut membutuhkan perhitungan dan beberapa
pertimbangan melalui aplikasi PDSDA-PAI Versi 2.0 (Pengolah Data Sumber Daya Air –
Pengelolaan Aset Irigasi).
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2006, pengelolaan aset irigasi merupakan
proses manajemen yang terstruktur untuk perencanaan pemeliharaan sistem irigasi guna mencapai
tingkat pelayanan yang ditetapkan dan berkelanjutan bagi pemakai air irigasi dan pengguna jaringan
irigasi dengan pembiayaan pengelolaan aset irigasi seefisien mungkin. PDSDA-PAI adalah salah satu
submodul dari program aplikasi PDSDA (Pengolah Data Sumber Daya Air). Berdasarkan hal tersebut,
PDSDA-PAI berusaha untuk memenuhi kebutuhan semua persyaratan berlanjutan sistem melalui
tahapan-tahapan pengembangan yang kongkrit, terstruktur, dan terbuka [3].
Tujuan dari studi ini yaitu untuk menentukan indeks kinerja sistem irigasi di Daerah Irigasi
Kendal, untuk menjelaskan prioritas tindakan yang akan dijalankan berlandaskan indeks kinerja
sistem irigasi, dan untuk mendapatkan angka kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan Daerah
Irigasi Kendal.
2. Bahan dan Metode
Penyusunan penelitian ini memerlukan beberapa step kegiatan, ialah: Penyiapan kegiatan
inventarisasi aset irigasi dengan melakukan penugasan personil, pelatihan, pengecekan peralatan dan
penyusunan jadwal; Pengumpulan data primer dan sekunder melalui pengolahan data, verifikasi data
dan pengambilan foto dokumentasi; Menjelajahi web untuk data GPS; Mengisi formulir untuk
visualisasi data di lapangan; validasi data mengenai dimensi aset, kondisi dan fungsinya; Pemasukan
data ke komputer menggunakan aplikasi komputer PDSDA PAI versi 2.0; memanfaatkan aplikasi
untuk menentukan hasil indeks kinerja; membandingkan hasil dengan inventaris aset 2008 dalam
modul dengan menggunakan indikator kuantitatif dalam persen guna menetapkan hasil indeks kinerja
tingkat kerusakan; Terakhir adalah penentuan skala prioritas penanganan penanganan menggunakan
analisis SWOT dan metode Analytic Hierarchy Process (AHP).
2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini terletak pada Daerah Irigasi Kendal yang ada pada Kecamatan
Gurah Kabupaten Kediri. Kabupaten Kediri sendiri terletak pada provinsi Jawa Timur.
243
Ariq, Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 241-250
menggambarkan gagasan Kabupaten Agraria. Pada tahun 2019, jumlah penduduk di wilayah Pagu
adalah 46.454. Empat kota dengan populasi terbesar adalah kota Pagu dengan 5.988 individu
(12,89%), Semanding dengan 4.888 individu (10,52%), Tanjung dengan 4.823 individu (10,38%), dan
Bulupasar dengan 4.547 individu (9,78%). (Sumber: LKJiP 2019 Kecamatan Pagu).
2.2 Tahap Kesiapan Kelengkapan Kegiatan Penelusuran Atau Inventarisasi
Pada umumnya kegiatan ini dilaksanakan oleh instansi atau individu yang terikat dari daerah
jaringan irigasi tersebut. Hal-hal yang disiapkan:
1. Penugasan personel
2. Persiapan pelatihan
3. Pengecekan perlengkapan yang diperlukan
4. Persiapan agenda kegiatan
5. Pengadaan/penyediaan peralatan
2.3 Penetapan Hasil Prioritas Penanganan
Pengaplikasian dengan menggunakan software memudahkan penentuan jenis perawatan jaringan
irigasi, sepanjang informasi kondisi, pengoperasian dan luas layanan jaringan irigasi sudah lengkap.
Kemudian dapat dilakukan penetapan skala prioritas penanganan dengan analisa SWOT dan metode
Analytic Hierarchy Process (AHP).
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Data Teknis Daerah Irigasi Kendal
Area irigasi Kendal merupakan sistem Irigasi yang mendapatkan layanan air irigasi dari
bendung Kendal. Areal potensial Daerah Irigasi Kendal adalah seluas 512 Ha (Permen No. 14 Th.
2015), setelah dibangun (pelaksanaan konstruksi) areal irigasi fungsional menjadi seluas 506 Ha
(Updating Th. 2019). Dalam studi ini diambil luasan secara keseluruhan yaitu 506 Ha berdasarkan
hasil updating tahun 2019, yang nantinya dalam pengaplikasian software PDSDA-PAI dimasukkan
luasan daerah irigasi tersebut.
Bendung Kendal terletak di Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri. Konstruksi bendung dengan
versi Mercu tetap yang dilengkapi dengan bangunan penguras bendung dan 4 buah pintu intake.
Untuk mendistibusikan air irigasi dari intake ke petak – petak tersier melalui prasarana yang ada
berupa saluran pembawa yaitu saluran induk sebagai berikut :
1. Saluran Primer
244
Ariq, Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 241-250
2. Saluran Sekunder
Bendung Kendal memiliki Saluran Sekunder Kanan dengan panjang saluran 1111 m dan Saluran
Sekunder Kiri dengan panjang saluran 5510 m.
3. Saluran Tersier
Bendung Kendal memiliki Saluran Tersier dengan panjang saluran 7457 m.
245
Ariq, Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 241-250
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara blangko dan software
PDSDA-PAI versi 2.0 dalam menghitung indeks kinerja saat ini. Hasil akhir didapatkan hasil yang
berbeda dan tergolong wajar, karena kriteria penilaian yang digunakan memiliki beberapa perbedaan.
Didapatkan selisih nilai indeks kinerja sistem sebesar 7,21%.
246
Ariq, Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 241-250
total pembobotan (0,440). Alasan pembobotan tinggi karena pada saat ini prosentase kondisi alat
transportasi dan jumlah perabot dasar UPT untuk pemeliharaan rutin telah tercukupi sebesar 80-90%.
Adapun kelemahan yang dimiliki oleh Daerah Irigasi Kendal yakni Produktivitas Tanam Padi.
Dengan bobot (0,01) rating (1) dan total rating (0,01) Alasan pembobotan kelemahan tinggi karena,
Perbandingan produktivitas padi saat ini terealisasi di wilayah irigasi Kendal dan rata-rata nasional
60% untuk masa tanam I, II, dan III produktivitas padi (6,13 ton / ha).
a. Kekuatan
1) Peralatan dan Perlengkapan UPTD
Bobot 0.110: Antara 80 – 90% kondisi transportasi UPT dalam kondisi baik. Serta
peningkatan 50 persen dalam jumlah karyawan yang menerima fasilitas transportasi. 80- 90%
perabot kantor di UPT dalam kondisi baik dan memenuhi persyaratan.
2) Aspek Fisik Jaringan Irigasi
Bobot 0.100: Saluran pembuang di UPT sudah diperbaiki dan berfungsi sampai 90 -
<100%. Sedangkan persentase kondisi kerusakan pada jalan masuk ke bangunan utama adalah
10-20%.
3) Kelembagaan
Bobot 0.220: Pada UPT kuantitas P3A yang sudah legal sebesar 60%, serta sudah
memiliki anggaran hukum dan prosedur.
4) Produktivitas Tanam
Bobot 0.250: Persentase realisasi luas tata tanam terbilang baik dan rancangan tata tanam
Musim Tanam I sampai III mencapai 80 hingga 90%.
5) SDM
Bobot 0.100: Sekitar 80-<90% yang melaksanakan tupoksi pada UPT Pagu sudah benar
dan sudah paham O&P.
b. Kelemahan
1) Peralatan O&P dan Alat Komunikasi
Bobot 0.100: Jumlah alat dasar dan alat komunikasi untuk perawatan rutin hanya
sejumlah 60 hingga <80% dibandingkan jumlah pekerja lapangan.
2) Aspek Fisik Jaringan Irigasi
Bobot 0.040: Beberapa pintu pada bangunan utama dan pelengkap tidak dapat
dioperasikan dengan lancar, serta beberapa pintu dapat dikatakan dalam kondisi baik.
Sementara penyelesaian rehabilitasi saluran pada tahun ini hanya mencapai sebesar 60 hingga
<80%.
3) Kelembagaan mengenai Rapat GP3A/IP3A dengan Ranting/Pengamat/UPTD
Bobot 0.100: Kegiatan rapat mengenai kelembagaan dihadiri oleh pengamat dan
GP3A/IP3A hanya 60 hingga 80%.
4) Kegiatan Organisasi GP3A/IP3A untuk aktif mengikuti survei/penelusuran jaringan
Bobot 0.020: Prosentase GP3A/IP3A giat mengikuti survei/penelusuran jaringan sebesar
60 hingga <80%.
5) SDM atau Personalia
Bobot 0.240: Jumlah personil pada UPT Pagu hanya sebesar 60-<80% oleh yang
dibutuhkan.
6) Produktivitas Tanam Padi
Bobot 0.010: Persentase realisasi Produktivitas padi yang ada pada Daerah Irigasi Kendal
Musim Tanam I sampai III sebesar <60%
247
Ariq, Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 241-250
Pada data analisis EFAS yang dilakukan terlihat bahwa peluang yang dominan pada
Daerah Irigasi Kendal yakni dukungan pemerintah berupa bantuan dana untuk pengembangan
dan pengelolaan jaringan irigasi dengan bobot (0.150) rating (3) dan total pembobotan (0.46).
Alasan pembobotan tinggi karena dengan adanya dana bantuan yang diberikan oleh
pemerintah dapat mengoptimalkan untuk dilakukan pengembangan dan rehabilitasi jaringan
irigasi yang ada guna menunjang produktivitas tanam pada Daerah Irigasi Kendal.
a. Peluang
1) Adanya Program Pemerintah
Bobot 0.150: Diketahui bahwa mulai tahun 2022, pemerintah dapat memulai dan
menargetkan pembangunan satu juta hektar irigasi dan rehabilitasi tiga juta hektar jaringan
irigasi untuk mendukung ketahanan pangan dan air nasional.
2) Dukungan Dana Pemerintah
Bobot 0.150: Dengan adanya dukungan pemerintah berupa bantuan dana dapat dilakukan
restorasi atau peningkatan fungsi jaringan irigasi dalam rangka memulihkan atau
meningkatkan pelayanan irigasi sedemikian rupa sehingga diharapkan dapat meningkatkan
luas tanam atau indeks pertanaman (IP).
3) Diadakan Pertemuan Tahunan
Bobot 0.100: Menyelenggarakan rapat tahunan, P3A/GP3A/IP3A dapat menyampaikan
keinginan, pernyataan, dan pendapat terkait irigasi kepada dinas administrasi kabupaten
irigasi untuk rapat rutin tahunan Konsultan Daerah Pekerjaan dan Pemeliharaan Irigasi.
4) Pengesahan kelembagaan perkumpulan petani pemakai air (P3A/GP3A/IP3A)
Bobot 0.150: Disahkannya P3A/GP3A/IP3A dapat menunjang usulan terkait rencana
penanaman apabila saat ini kebutuhan air tidak memenuhi.
5) Pengembangan pengelolaan aset irigasi berbasis aplikasi
Bobot 0.050: SDM UPT Pagu dan P3A/GP3A/IP3A dapat menggunakan alat dan
perangkat yang ada untuk melakukan inventarisasi jaringan irigasi dan memperoleh data
inventarisasi untuk diolah dengan aplikasi.
b. Ancaman
1) Perubahan Alih Fungsi Lahan Pertanian
Bobot 0.100: Perlunya pembinaan kepada P3A/GP3A/IP3A untuk aktif mengikuti
kegiatan survei jaringan irigasi dan penelusuran yang berkaitan dengan penurunan jumlah
sawah yang disebabkan oleh konversi lahan pertanian.
2) Minimnya Anggaran dan SDM yang Memadai
Bobot 0.100: Minimnya anggaran akan berpengaruh pada pemeliharaan jaringan irigasi
sehingga diperlukan adanya usulan peminjaman dana sementara kepada pemerintah dalam
negeri dan penambahan personil PPA, POB, dan Pekarya untuk menunjang perencanaan tata
tanam padi guna mewujudkan kedaulatan pangan nasional.
3) Berkurangnya Produktivitas Tanaman Padi
Bobot 0.050: P3A/GP3A/IP3A dapat mengajukan kembali rencana penanaman padi jika
pola tanam yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan air.
4) Berkurangnya Kesadaran Masyarakat Untuk Membuang Sampah
Bobot 0.050: Dengan minimnya kesadaran masyarakat akan pentingnya membuang
sampah maka diperlukan pemberian penyuluhan kepada para petani dan masyarakat sekitar
semua untuk tidak membuang sampah atau limbah di saluran dan sanksi kepada siapa saja
yang menyalahgunakannya.
5) Banyaknya Bangunan Masyarakat yang Dibangun Diatas Saluran Irigasi
248
Ariq, Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 241-250
Bobot 0.100: Karena padatnya hunian bangunan masyarakat yang ada diatas saluran
irigasi, maka diperlukan adanya pembinaan kepada P3A/GP3A/IP3A untuk aktif mengikuti
kegiatan survei/penelusuran jaringan irigasi terkait dengan survei bangunan milik masyarakat
yang dibangun diatas saluran irigasi.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, nilai dari catatan pelaksanaan kerangka sistem air untuk wilayah
Sistem Air Kendal mendapat angka sebesar 84,31% mengingat pemrograman PSDA-PAI Versi 2.0
masuk kedalam kategori baik (80 - < 90%). Hasil perhitungan Analytical Hierarchy Process (AHP)
diperoleh komponen infrastruktur fisik sebagai kebutuhan prioritas utama, yaitu sebanyak 0,266
(diutamakan pada Saluran Pembawa dengan hasil sebesar 0,180). Pada hasil analisis SWOT dan
analisis IFAS & EFAS menunjukkan bahwa pembobotan prioritas penanganan juga jatuh kepada
aspek Prasarana Fisik (Saluran Pembawa, Bangunan Utama, dan Bangunan Pelengkap) berdasarkan
besaran NKF (Nilai Kondisi Fisik) masing-masing aspek.
Dengan demikian disusunlah strategi-strategi penanganan melalui analisis SWOT dan analisis
IFAS & EFAS untuk mendukung pertumbuhan yang agresif. Rekapitulasi angka kebutuhan nyata
operasi dan pemeliharaan (AKNOP) menjelaskan bahwa saluran pembawa pada Daerah Irigasi
Kendal sebanyak Rp 19.326.790.000,00.
Daftar Pustaka
[1] Anonim, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 12 Tahun 2015
tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat, 2015
[2] Anonim, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 17 Tahun 2015
tentang Komisi Irigasi. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2015
[3] Anonim, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 23 Tahun 2015
tentang Pengelolaan Aset Irigasi. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, 2015
[4] Anonim, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 30 Tahun 2015
tentang Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi. Jakarta: Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat, 2015
[5] Anonim, Modul kinerja Jaringan Irigasi Diklat Teknis Operasi dan Pemeliharaan Irigasi
Tingkat Dasar. Bandung: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi,
2016
[6] Kurniawati L, “Inventarisasi Kondisi Jaringan Irigasi Saluran Irigasi Sekunder Pada Daerah
Irigasi Taman Sari Wilayah Kerja Pengamat Pengairan Wuluhan Kabupaten Jember”, Skripsi
Universitas Jember, 2017
[7] Pribadi, Laurentius P, “Analisa Indeks Kinerja Daerah Irigasi Pakis Kecamatan Pakis
Kabupaten Malang dengan Menggunakan Software PDSDA-PAI Versi 2.0”, Skripsi Teknik
Pengairan, 2019
[8] Rizaldy, MF, “Studi Penilaian Kinerja Irigasi Dan Angka Kebutuhan Nyata Operasi Dan
Pemeliharaan (Aknop) Pada Daerah Irigasi Sumber Mujur Kecamatan Candipuro Kabupaten
Lumajang”, Skripsi Teknik Pengairan, 2021
[9] T.L. Saaty, Theory and Applications of the Analytic Network Process. Pittsburgh, USA: RWS
Publication, 2005
249
Ariq, Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 2 (2023) p. 241-250
[10] T.L. Saaty, Fundamentals of Decision Making, Pittsburgh, USA: RWS Publication, 1994
[11] T.L. Saaty, Decision Making with Dependence and Feedback: Analytic Network Process.
Pittsburgh, USA: RWS Publications, 1996
[12] T.L. Saaty & Vargas, L.G, Models, Methods, Concepts and Application of the Analytic
Hierarchy Process. Boston, USA: Kluwer Academic Publishers, 2001
[13] T.L. Saaty, Decision Making with The Analytic Hierarchy Process. International Journal
Services Sciences. 1: 83-98, 2008
[14] Widyo, Nurcahyo, Eko, “Evaluasi dan Penentuan Prioritas Rehabilitasi Jaringan Irigasi
Sidareja di Cilacap dengan Metode ANP (Analytical Networking Process)”, Thesis,
Universitas Sebelas Maret, 2016
250