Anda di halaman 1dari 40

PERENCANAAN JARINGAN PIPA DISTRIBUSI DI

KECAMATAN BANJARMASIN SELATAN TAHUN 2023-2028


MENGGUNAKAN SIMULASI EPANET 2.2 PT. AIR MINUM
BANDARMASIH KOTA BANJARMASIN

PROPOSAL
PRAKTIK KERJA LINGKUNGAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Teknik Tirta Lingkungan
Akademi Teknik Tirta Wiyata Magelang

Oleh:
MUHAMMAD FAKIH
N.P.M 202001252

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


AKADEMIK TEKNIK TIRTA WIYATA
MAGELANG
2023
HALAMAN PERSETUJUAN
PROPOSAL PRAKTIK KERJA LAPANGAN

NAMA PENYUSUN : MUHAMMAD FAKIH


N.P.M. : 202001252
JENJANG PENDIDIKAN : DIPLOMA III
PROGRAM STUDY : TEKNIK LINGKUNGAN
JUDUL LAPORAN PKL : PERENCANAAN JARINGAN PIPA
DISTRIBUSI KECAMATAN
BANJARMASIN SELATAN TAHUN 2023-
2028 MENGGUNAKAN SIMULASI
EPANET 2.2 PT. AIR MINUM
BANDARMASIH KOTA BANJARMASIN
DOSEN PEMBIMBING :1.
2.

Magelang, 1 Januari 2023


Disetujui oleh,
Pembimping 2
Pembimbing 1

Mengetahui

Wakil Direktur I Bidang akademik


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu kebutuhan pokok makhluk hidup di dunia ini yang tidak
dapat terpisahkan adalah air. Air bersih merupakan komponen utama dalam
tubuh manusia yang mendukung Kesehatan manusia. Jika tubuh kekurangan
asupan air bersih, maka tidak menutup kemungkinan fungsi tubuh akan
terganggu dan bahkan bisa mengakibatkan gangguan Kesehatan. Dengan
tubuh yang sehat maka manusia dapat mencapai kesejahteraan.

Kesejahteraan masyarakat merupakan tanggung jawab pemerintahan


oleh karena itu maka dibentuk Perusahaan Daerah Air Minum yang bertugas
mengelola system penyediaan air minum di daerah untuk memenuhi
kebutuhan air bersih masyarakat, termasuk di Kecamatan Banjarmasin
Selatan.

PT.Air Minum Bandarmasih Perseroda Kota Banjarmasin salah satu


perusahaan daerah penyedia air minum di Kalimantan Selatan yang saat ini
memiliki cakupan pelayanan sekitar 95%. Pada saat ini PT. Air Minum
Bandarmasih Perseroda berencana menambah cakupan pelayanan air bersih.

Perumahan di salah satu Kec. Banjarmasin Selatan kota Banjarmasin


di bagian Selatan masih ada daerah yang belum mndapatkan pelayanan air
bersih dari PT. Air Minum Bandarmasih Perseroda Kota Banjarmasin. Maka,
pada tahun 2023 PT. Air Minum Bandarmasih berencana menambahkan
pelayanan air minum di salah satu perumahan yang adaa di Kec. Banjarmasin
Selatan untuk kebutuhan sampai tahun 2028 dengan memanfaatkan sisa debit
dan tekanan yang masih ada. Sehubungan dengan hal ini diperlukan
pemasangan jaringan pipa baru ke perumahan tersebut. Agar mendapatkan
aliran yang baik, maka diperlukan perencanaan jaringan yang efektif namun
efisien.

Atas dasar pertimbangan tersebut maka penulisan dalam Praktik Kerja


Lapangan mengambil judul “Perencanaan Jaringan Pipa Distribusi di
Kecamatan Bnajarmasin Selatan tahun 2023-2028 Menggunakan
Simulasi EPANET 2.2 PT. Air Minum Bandarmasih Kota Banjarmasin”.
Sebagai metode perencanaanya, penulis berencana menggunakan Program
EPANET 2.2.
6

1.6 Rumusan Masalah


1. Berapakah kebutuhan air bersih untuk memenuhi daerah
perencanaan di kecamatan Banjarmasin Selatan 2023-2028?
2. Bagaimana sistem jaringan pipa distribusi di Kecamatan
Banjarmasin Selatan?
3. Bagaimaana kondisi hidrolis dari hasil perencanaan dengan
parameter kecepatan aliran dan tekanan?

1.1 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan


sebelumnya, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Menghitung kebutuhan air bersih untuk memenuhi daerah


perencanaan di Kecamatan Banjarmasin Selatan
2. Merencanakan sistem jaringan pipa distribusi di Kecamatan
Banjarmasin Selatan
3. Menganalisis sistem hidrolis hasil perencanaan dengan parameter
kecepatan aliran dan tekanan.

1.4 Ruang Lingkup


1. Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Banjarmasin Selatan PT.
Air Minum Bandarmasih Perseroda Kota Banjarmasin.
2. Merencakan tahun 2023-2028
3. Analisa menggunakan program EPANET 2.2
1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi Penulis

1. Dapat menyelaraskan teori tentang perencanaan jaringan pipa


distribusi yang di dapatkan selama kuliah dengan aplikasi di
lapangan
7

2. Menambah wawasan dan pengetahuan lebih luas tentang


menyusun perencanaan jaringan
3. Dapat menambah pemahaman tentang menghitung debit jumlah
kebutuhan air

1.5.2 Bagi Akademi Teknik Tirta Wiyata

1. Sebagai indikator keberhasilan dalam proses pembelajaran Ilmu


Pengetahuan dan Teknologi
2. Sebagai bahan referensi dalam menganalisa kebutuhan debit air
jaringan pipa distribusi bagi mahasiswa di AKATIRTA
3. Dapat menambah jumlah pustaka yang sudah ada.
1.5.3 Bagi PT. Air Minum Bandarmasih Perseroda Kota Banjarmasin

1. Dapat memberi gambaraan aataau informasi tentang perencanaan


jaringan pipa distribusi air minum yang akan dilaksanakan di
kabupaten Banjarmasin selatan
2. Dapat menjadi acuan dan referensi dalam merencanakan jaringan
pipa distribusi
3. Diharapkan dapat digunakan sebagai motivasi dalam peningkatan
pelayanan.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustska


Perencanaan Jaringan Pipa Air Minum adalah Suatu bagian dari
sistem manajemen yang membahas hal yang belum terjadi (yang
diinginkan),Sedangkan jaringan pipa air minum ialah
Susunan/ikatan/ikatan antara pipa dengan pipa lain beserta kelengkapan-
nya , Yang didalamnya terdapat air bersih yang dgunakan untuk keperluan
mandi,cuci,makan,minum.
Perencanaan jaringan air minum perlu drencanakan dengan baik agar
aliran dapat lancer sampai tujuan dengan tekanan sesuai kriteria
(efektif)dan biaya investasinya tidak berlebihan (efisiensi)
Pada perencanaan jaringan distribusi air ada beberapa hal yang
harus diperhatikan yaitu tersedianya air yang cukup (kuantitas), tekanan,
serta kualitas air dari pengolahan. Jaringan distribusi air dalam pipa
merupakan jaringan yang saling terhubung. Sistem jaringan ini memiliki
beberapa jenis yaitu sistem loop, sistem branch (bercabang), sistem grid
iron. Pada jaringan bercabang biasanya lebih efisien untuk di gunakan
pada daerah yang tidak terlalu padat, seperti daerah perdesaan atau
pemukiman kecil.
Epanet adalah program komputer yang mengambarkan simulasi
hidrolis dan kecendrungan kualitas air yang mengalir di dalam jaringan
pipa. Jaringan itu sendiri dari pipa, node (titik koneksi pipa), pompa,
katub, dan tangki air atau reservoir. Epanet menjajaki aliran air di tiap
pipa, kondisi tekanan air di tiap titik dan kondisi konsentrasi bahan kimia
yang mengalir di dalam pipa selama dalam periode pengaliran. Selain itu,
usia air (water age) dan pelacakan sumber dapat juga disimulasikan.
(Rossman, 2000)

2.1.1 Penelitian Terdahulu


9

Penelitian terdahulu meliputi data-data yang berkaitan dengan


judul/topik yang diambil oleh penulis sebagai petunjuk dan pembeda dari
penelitian yang lainnya. Adapun data penelitian terdahulu selengkapnya
sebagaimana table 2.1 berikut:
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No Penelitian, Tujuan Utama Metode Hasil


Tahun, Judul
1. Andreas Membuat Jenis Hasil
Andriano jaringan baru penelitian penelitian
K Hera, 2018, untuk yang yang
Perencanaan memenuhi digunakan di peroleh
Sistem kebutuhan bagi adalah bahwa Sistem
Jaringan masyarakat. penelitian pengaliran
Pipa Distribusi Mensimulasika kuantitatif yang
Air Minum Di n dimensi karena digunakan
PDAM jaringan cenderung adalah
Kabupaten perpipaan menggunakan dengan
Lembata sesuai analisis cara
Dengan kebutuhan air perpompaan,
Menggunakan bersih dengan sistem
Simulasi menggunakan jaringan
Program simulasi pada daerah
Epanet 2.0 Epanet 2.0 terebut adalah
bercabang
(branch), dan
sistem waktu
pengalirannya
2. Muhammad Merencanakan Jenis Hasil
Ganda pembangunan penelitian penelitian di
Mualim, sistem jaringan yang peroleh
10

2018, pipa distribusi digunakan bahwa


Perencanaan baru. adalah Debit yang
Sistem Mengetahui penelitian dibutuhkan
Jaringan debit yang kuantitatif untuk wilayah
Pipa Distribusi dibutuhkan di dengan perencanaan
Di wilayah menggunakan di
Desa Jatimarto tersebut. model Desa
Dan Desa Menghitung matematis Jatimarto
Kasihan kapasitas dan Desa
PDAM reservoir Kasihan pada
Giri Tirta Sari tahun 2018
Kabupaten adalah 1,69
Wonogiri L/detik yang
Dengan diperkirakan
Simulasi untuk
Program memenuhi
Epanet 2.0 10% dari
jumlah
penduduk
8.069 jiwa,
sedangkan
pada tahun
2023 adalah
5.21 L/detik
yang
diperkirakan
cukup untuk
memenuhi 30
% dari jumlah
penduduk
10.388 jiwa.
11

3. Nouma Menentukan Metode Jaringan


Yulina, 2019, diameter pipa penelitian distribusi
Perencanaan yang menggunakan menggunakan
Jaringan Pipa dbutuhkan di Simulasi pipa PVC
Distribusi Air daerah Epanet 2.0 dengan
Minum perencanaan diameter 25
Kecamatan mm, 50 mm,
Sumpiah 75 mm, 100
PDAM Tirta mm, 150 mm,
Satria dan 200 mm.
Kabupaten
Banyumas
Dengan
Simulasi
Epanet 2.0
Tahun 2019-
2023

2.6 Landasan Teori


2.2.1 Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
A. Pengertian Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
Sistem penyelenggaran air minum yang selanjutnya disingkat
SPAM merupakan satu kesatuan sarana dan prasarana penyediaan air
minum. Terdapat 2 jenis sistem penyelenggaraan air minum, yaitu
SPAM jaringan perpipaan dan SPAM bukan jaringan perpipaan.
1. SPAM jaringan perpipaan yang selanjutnya disingkat SPAM JP
adalah kesatuan sarana dan prasaran penyediaan air minum yang
disalurkan atau di akases pelanggan melalui jaringan perpipaan.
SPAM JP meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi,
dan unit pelayanan
12

2. SPAM bukan jaringan perpipaan yang selanjutnya disingkat


SPAM BJP Merupakan satu kesatuan sarana prasarana
penyediaan air minum yang disalurkan atau diakses tanpa sistem
perpipaan. SPAM BJP terdiri atas sumur dangkal, sumur pompa,
bak penampungan air hujan, terminal air, dan bangunan
penangkap mata air (Peraturan Mentri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat No. 27 Tahun 2016).
B. Syarat Jaringan Distribusi Air Minum
Dalam merancang jaringan distribusi air minum terdapat
beberapa syarat yang harus dipenuhi, syarat tersebut meliputi:
1. Kualitas
2. Tersedianya air minum yang mengacu kepada PerMenKes
No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum.
3. Kuantitas
4. Tercukupinya air minum minimal 80 liter/orang/hari per orang.
5. Kontinuitas
6. Tersedianya layanan air minum tidak terputus selama 24 jam.
7. Keterjangkauan
Terjangkaunya layanan air minum dengan harga maksimal 4%
dari pendapatan berdasarkan Upah Minimum Regional (UMR)
masyarakat (Permendagri No. 71 Tahun 2016 tentang Perhitungan
dan Penetapan Tarif Air Minum).
2.2.2 Sistem Jaringan Distribusi
A. Kriteria Jaringan
Jaringan pipa distribusi berfungsi untuk mengalirkan air dari
unit produksi ke pelanggan. Dalam merencanakan sistem jaringan
distribusi harus memperhatikan kriteria jaringan distribusi. Adapun
kriteria yang harus diperhatikan:
13

Tabel 2.2 Kriteria Jaringan Distribusi

No Uraian N Kriteria
ot
as
i
1 Debit Q Kebutuhan Air jam
Perencanaa pu puncak
n nc Qpeak = F peak x Q rata-
ak rata
2 Faktor jam F. 1,15 - 3
puncak pu
nc
ak

No Uraian Notasi Kriteria


3 Kecepatan aliran air dalam
pipa
A. Kecepatan minimum V min 0,3 – 0,6 m/dt
b). Kecepatan maksimum
 Pipa PVC atau ACP V max 3,0 – 4,5 m/dt
 Pipa baja atau DCIP V max 6,0 m/dt
4 Tekanan air dalam pipa
a) Tekanan minimum H min (0,5-1,0) atm, pada titik
jangkauan pelayanan
terjauh (pada titik
sambungan
rumah/konsumen terjauh)
b).Tekanan maksimum
 Pipa PVC atau ACP H max 6 -8 atm
 Pipa Baja atau DCIP H max 10 atm
 Pipa PE 100 H max 12,4 MPa
 Pipa PE 80 H max 9,0 MPa
Sumber : Permen PUPR
No.27,2016

B. Jenis Jaringan Distribusi

1. Pipa Primer (Pipa Induk)

Pipa ini merupakan pipa yang berfungsi membawa air


14

minum dari instalasi pengolahan atau reservoir distribusi ke


suatu daerah pelayanan. Pipa primer ini memiliki diameter yang
relatif besar.

2. Pipa Sekunder
Pipa sekunder merupakan pipa yang disambung langsung
pada pipa primer dan mempunyai diameter yang sama atau lebih
kecil dari pipa primer.
3. Pipa Tersier
Pipa ini berfungsi untuk melayani pipa service karena
pemasangan langsung pipa service pada pipa primer sangat tidak
menguntungkan, mengingat dapat terganggunya pengaliran air
dalam pipa dan lalu lintas di daerah pemasangan. Pipa tersier
dapat disambungkan langsung pada pipa sekunder atau pipa
primer.
4. Pipa Service.
Pipa service merupakan pipa yang dihubungkan langsung
pada pipa sekunder atau tersier, yang kemudian dihubungkan
pada sambungan rumah. Pipa ini memiliki diameter relatif kecil.

C. Tipe Pengaliran (Hidrolis)

Tipe pengaliran sistem disstribusi air minum meliputi aliran


Gravitasi dan aliran secara perpompaan.
a. Sistem Gravitasi
Sistem ini dapat di gunakan apabila sumber air memiliki
perbedaan elevasi daerah pelayanan, sehingga tekanan yang di
perlukan memenuhi kriteria. Cara ini cukup efisien, karena
hanya memanfaatkan beda tinggi elevasi.
Head Statis

Sumber
HGL EGL hl
ht
Keterangan :
ht = Head Statis Ek =
hl = Head Loss v2/2g
Sh
Sh = Sisa Head
EGL = Energy Grade Line
HGL = Hidaulic Grade Line Konsumen
Arah Aliran
15

Gambar 2,1 Sistem Aliran Gravitasi


b. Sistem Pompa
Sistem ini menggunakan pompa untuk meningkatkan
tekanan yang dibutuhkan untuk mendistribusikan air dari
reservoir ke konsumen. Cara ini biasanya digunakan jika
daerah pelayanan merupakan daerah yang relatif datar ataupun
sumber air lebih rendah dari daerah pelayanan.

EGL hl
HGL Ek =
HP v2/2g
Sh

Konsumen
Head Statis

Pompa
Arah Aliran
Sumber
Keterangan :
HP = Head Pompa
hl = Head Loss
Sh = Sisa Head
EGL = Energy Grade Line
HGL = Hidaulic Grade Line

Gamber 2.2 Sistem Aliran Pompa

c. Sistem Gabungan (Gravitasi&Pompa)


Sistem gabungan ini fungsi resevoir digunakan untuk
mempertahankan tekanan yang di butuhkan selama fluktulasi
pemakaian air tinggi, atau tidak adanya energi. Selama
pemakaian air rendah, sisa air di pompakan dan dipompakan
dan disimpan dalam resevoir distribusi. Karena cadangan air
yang di simpan selama periode pemakaian tinggi di reservoir
distribusi, maka pompa dapat dioprasikan pada kapasitas debit
rata-rata.
17

Gambar 2.3 Sistem Aliran Gabungan


D. Sistem Jaringan Distribusi
a. Sistem Melingkar (Loop)
Jaringan pipa induk distribusi saling berhubungan satu
dengan yang lain membentuk lingkaran-lingkaran, sehingga
pada pipa induk tidak ada titik mati dan air akan mengalir
kesuatu titik yang dapat melalui beberapa arah. Sistem ni
biasanya di terapkan pada :
 Daerah dengan jaringan jalan yang saling berhubungan.
 Daerah yang kotanya cenderung ke segalah arah.
 Keadaan topografi yang relatif datar.

Gambar 2.4 Sistem Aliran Melingkar

b. Sistem Cabang (Branch)


Pada sistem ini, air hanya mengalir dari 1 arah pada setiap
ujung pipa akhir daerah pelayanan terdapat beberapa titik akhir
(dead end). Sistem ini biasanya digunakan pada daerah dengan
sifat-sifat sebagai berikut:
 Perkembangan kota ke arah memanjang.
 Sarana jaringan jalan tidak saling berhubungan.
 Keadaan topografi dengan kemiringan medan yang menuju satu
arah.
18

Gambar 2.5 Sistem Branch


c. Sistem Gabungan (Branch dan Loop)
Sistem ini merupakan perpaduan antara sistem Cabang
(Branch) dengan sistem melingkar (Loop). Rumus yang
digunakan dalam sistem gabungan adalah dari reservoir ke
sistem jaringan loop menggunakan rumus sistem jaringan
melingkar (Loop), sedangkan dari sistem loop ke jaringan
bercabang memakai rumus jaringan dengan sistem branch
(bercabang).

Gambar 2.6 Sistem Gabungan


d. Sistem Grid Iron
Sistem ini merupakan salah satu pola pada jaringan
perpipaan distribusi air bersih. Sistem grid iron adalah bentuk
modifikasi dari sistem cabang.

Gambar 2.7 sistem Grid Iron

e. Sistem Radial
Sistem ini merupakan perpaduan antara sistem cabang
(branch) dengan sistem melingkar (loop). Rumus yang di
pergunakan dalam sistem gabungan adalah dari reservoir ke
sistem jaringan loop menggunakan sistem jaringan melingkar,
19

sedangkan dari sistem loop menggunakan rumus sistem jaringan


branch.

Gambar 2.8 Sistem Radial

E. Sistem Waktu Pengaliran


a) System Continous
System ini merupakan system berkelanjutan atau
berkesinambungan dalam arti pendistribusian air minum
disuplly secara terus menerus selama 24 jam perhari
b) System Intermitten
Dalam system ini air minum yang disupply dari pendistribusian
hanya beberapa jam dalam satu hari. Pengaliran dengan
pengaturan waktu, misal pagi 2 – 4 jam : malam 2 – 4 jam.
Sistem ini biasanya diterapkan apabila kuantitas air dan
tekanan air tidak mencukupi.
20

2.3 Kebutuhan Air


Kebutuhan air bersih adalah banyaknya air yang diperlukan untuk
melayani penduduk yang dibagi dalam dua klasifikasi pemakaian air,
yaitu untuk keperluan domestik (rumah tangga) dan non
domestik.Kebutuhan air untuk suatu daerah perencanaan merupakan
penjumlahan dari kebutuhan air domestik, non domestik dan ditambah
nilai kehilangan air, serta perkalian dengan faktor hari maksimum atau
faktor jam puncak.
3.3 (Dharmasetiawan, 2004)
1. Kebutuhan Domestik
Kebutuhan air domestik merupakan kebutuhan air untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga sehari-hari seperti minum, masak, mandi,
mencuci dan sebagainya. Kebutuhan air domestik dipengaruhi oleh
ketersediaan, budaya, dan iklim atau kondisi lingkungan. Sedangkan
kecenderungan meningkatnya kebutuhan air domestik ditentukan oleh
kebiasaan pola hidup masyarakat setempat dan didukung oleh kondisi
sosial ekonomi.Rumus Kebutuhan Air Domestik
QD = QSR + QHU .....(1)
Keterangan :
QD = Kebutuhan air domestik (m3/hari)
QSR = Kebutuhan air untuk sambungan rumah (m3/hari)
QHU = Kebutuhan air untuk hidran umum (m3/hari)
Untuk mengetahui kriteria perencanaan air bersih dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
21

Tabel 2.3 Kriteria Kebuthan Air Domestik


Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk
(jiwa)
2
>
0 <
1.
. 2
0 50
10 0 0
0 0.0
0.0 0 .
0. 00
00 0 0
NO URAIAN 0 -
- 1 0
0 1.0
50 0 0
0 00.
0.0 0
M 00
00 . D
E 0
SEDANG 0 E
T BESAR
0 S
R
0 A
O
KECIL
Konsumsi
Unit
1. Sambungan 190 170 150 130 100
Rumah
(L/org/hari)
Konsumsi
unit Hidran
2. 30 30 30 30 30
Umum
(L/org/hari)
Konsumsi
3. unit non 20 -30 20-30 20-30 20-30 10-20
domestik (%)
Kehilangan
4. 20-30 20-30 20-30 20-30 20
Air (%)
Faktor Hari
5. 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
Maksimum
Faktor Jam
6. 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
Puncak
Jumlah Jiwa
7. 5 5 6 6 10
per SR
8. Jumlah Jiwa 100 100 100 1 200
per HU 0
22

Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk


(jiwa)
2
>
0 <
1.
. 2
0 50
10 0 0
0 0.0
0.0 0 .
0. 00
00 0 0
NO URAIAN 0 -
- 1 0
0 1.0
50 0 0
0 00.
0.0 0
M 00
00 . D
E 0
SEDANG 0 E
T BESAR
0 S
R
0 A
O
KECIL
0
-
2
0
0
Sisa Tekan di
Jaringan
9. 10 10 10 10 10
Distribusi
(mka)
10. Jam Operasi 24 24 24 24 24
5
0
50
:
:
SR : HU 5
11. 50 80 : 20 70 : 30 70 : 30
(%) 0
s.d.
s.
80 : 20
d.
80 : 20
Cakupan
12. pelayanan (% **)90 90 90 90 ***) 70
)
(Ditjen Cipta Karya DPU, 2016)
**) 60% perpipaan, 30% non perpipaan
***) 25% perpipaan, 45% non perpipaan
2. Kebutuhan Non Domestik
Kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air untuk memenuhi
sarana-sarana kota, seperti sarana sosial,sarana ibadah,industri,niaga dan
23

umum lainnya. Kebutuhan air non domestik untuk suatu daerah meningkat
sejalan dengan peningkatan penduduk dan perubahan tata guna lahan.
Rumus Kebutuhan Air Non Nomestik :
QND = (10 s.d 20) % x QD .....(2)
Keterangan:
QND = Kebutuhan air non domestik (m/hari)
QD = Kebutuhan air domestik (m/hari)
Kebutuhan air non domestik menurut kriteria perencanaan pada dinas PU
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.4 kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kota Kategori
Metropolitan Besar,Sedang,dan kecil
Sektor Nilai Satuan
Sekolah 10 Liter/murid/hari
Rumah sakit 200 Liter/tempat tidur/hari
Puskesmas 2.000 Liter/unit/hari
Masjid / gereja 3.000 Liter/unit/hari
Kantor 10 Liter/pegawai/hari
Pasar 12.000 Liter/hektar/hari
Hotel 150 Liter/tempat tidur/hari
Rumah makan 100 Liter/tempat duduk/hari
Komplek Militer 60 Liter/orang/hari
Kawasan industry 0,2 – 0,8 Liter/detik/hektar
Kawasan pariwisata 0,1 – 0,3 Liter/detik/hektar
(Modul Proyeksi Kebutuhan Air dan Identifikasi Pola Fluktuasi Pemakaian Air)

Tabel 2.5 Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kategori Desa


Sektor Nilai Satuan
Sekolah 5 Liter/murid/hari
Rumah sakit 200 Liter/tempat tidur/hari
Puskesmas 1.200 Liter/unit/hari
Masjid 3.000 Liter/unit/hari
Mushola 2.000 Liter/unit/hari
Pasar 12.000 Liter/hektar/hari
Komersial / industri 10 Liter/hari
24

(Modul Proyeksi Kebutuhan Air dan Identifikasi Pola Fluktuasi Pemakaian Air)

Tabel 2.6 Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kategori Lain


Sektor Nilai Satuan
Lapangan terbang 10 Liter/orang/detik
Pelabuhan 50 Liter/orang/detik
Stasiun kereta api dan 10 Liter/orang/detik
terminal bus
Kawasan industri 0,75 Liter/detik/hektar
(Modul Proyeksi Kebutuhan Air dan Identifikasi Pola Fluktuasi Pemakaian Air)

3. Kebutuhan Air Total


Kebutuhan air Total adalah total kebutuhan air baik domestik, non
domestik ditambah. Rumus menghitung kebutuhan air total :
Q Total = Q Domestik + Q Non Domestik + Kehilangan Air .....(3)

4. Non Revenue Water


Non Revenue Water (NRW) atau juga disebut Air Tak Berekening
(ATBR) adalah perbedaan jumlah air yang masuk ke sistem distribusi
dengan air yang tercetak di rekening. NRW merupakan jumlah dari air
yang dikonsumsi tak berekening (unbilled consumption) dan kehilangan
air (water losess).
Konsumsi tak berekening terbagi menjadi dua kategori yaitu :
 Konsumsi Tak Berekening Bermeter (unbilled Metered Consumption)
 Konsumsi Tak Berekening Tak Bermeter (unbilled unmetered
consumption)

Sedangkan kehilangan air terbagi menjadi dua yakni :


 Kehilangan Non Fisik atau Semu (Apparent Losess)
 Kehilangan Fisik atau Nyata (Real Losess)
25

(PAMJAYA,2014)
5. Kehilangan Air
Kehilangan air berasal dari instalasi itu sendiri, pada jaringan
distribusi, kesalahan admisnistrasi, dan juga untuk pemadam kebakaran.
Kehilangan air diasumsikan 20 % dari kebutuhan domestik ditambah
kebutuhan non domestik.

6. Fluktuasi Kebutuhan Air


Fluktuasi kebutuhan air bersih dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu
jumlah penduduk, aktifitas penduduk, adat istiadat dan kebiasaan
penduduk. Yang dimaksud dengan fluktuasi kebutuhan air adalah :
1. Pada jam – jam tertentu dalam satu hari, kebutuhan air akan memuncak
yang disebut jam puncak (peak hour).
2. Dalam hari – hari tertentu untuk setiap minggu, bulan atau tahun akan
terdapat kebutuhan air yang lebih besar dari kebutuhan rata – rata yang
disebut hari maksimum (maksimum day)
Kebutuhan air pada hari maksimum dan jam puncak dihitung
berdasarkan kebutuhan air rata – rata dengan pendekatan sebagai
berikut:
1. Kebutuhan air pada hari maksimum
Faktor harian maksimum x Q Rata-rata .....(4)
2. Kebutuhan air pada jam puncak
Faktor jam puncak x Q Rata – rata .....(5)

7. Idle Capacity
Idle capacity merupakan suatu kapasitas produksi yang tidak
terpakai atau kapasitas yang menganggur. Maka bisa diambil kesimpulan
bahwa idle capacity adalah debit sisa/cadangan air yang belum digunakan.
Debit sisa ini dapat dilihat secara visual ditandai dengan over flow
pada sumber.
26

Idle capacity dapat dihitung secara matematis dengan


menggunakan rumus :
Idle Capacity = Qinput – Qoutput – NRW .....(6)
Dimana :
Qin = Debit yang tercatat di water meter induk (L/dtk)
Qout = Debit dari DRD yang telah terjual oleh PDAM (L/dtk)
NRW = Angka Kehilangan Air (%)

8. Proyeksi Jumlah Penduduk


Proyeksi jumlah penduduk merupakan perkisaran jumlah penduduk
di masa mendatang. Perhitungan proyeksi jumlah penduduk dilakukan
untuk memprediksi kebutuhan air bersih suatu wilayah dalam kurun waktu
tertentu. Berikut metode yang digunakan untuk menghitung proyeksi
penduduk :
1) Metode Least Square
Pn=a+ b ( x ) .....(7)
Dimana : Pn = Jumlah penduduk tahun proyeksi
a = Konstanta
b = Konstanta
x = Nomor tahun proyeksi dihitung dari tahun awal data
2) Metode Eksponensial
Y =a . eb ( x ) .....(8)
Dimana : Y = Jumlah penduduk tahun proyeksi
a,b = Konstanta
x = Nomor tahun proyeksi dihitung dari tahun awal
e = Bilangan eksponensial (2,7183)
3) Metode Logaritmik
Y =a+b . l n x .....(9)
Dimana: Y = Jumlah penduduk tahun proyeksi
a,b = Konstanta
x = Jumlah Tahun
27

n = Jumlah Data
Dasar pemilihan metode proyeksi penduduk Perhitungan faktor korelasi
dapat dilakukan dengan menganalisa dan membandingkan data
kependudukkan yang tersedia dengan data penduduk dari perhitungan
metode proyeksi yang digunakan dan metode dipilih yang nilai
korelasinya mendekati 1. Persamaan faktor korelasi dapat dirumuskan
melalui persamaan matematis berikut :

2
r=
∑ ( Pn −Pr ) −∑ ( Pn−P )
2 2

∑ ( P n−Pr )2
.....(10)
Dimana :
2
r = Faktor korelasi
Pn= Jumlah penduduk pada tahun ke-n
Pr = Rata-rata jumlah penduduk dari data yang diketahui
P = Estimasi jumlah penduduk berdasarkan perhitungan metode
(Permen PU No 18, 2007)

2.3.1 Hidrolika Jaringan


Hidrolika adalah ilmu yang mempelajari perilaku air secara fisik
dalam arti perilaku-perilaku yang ditelaah harus terukur secara fisik
melalui jenis distribusi dan waktu distribusi. Perilaku yang dipelajari
meliputi hubungan antara debit air yang mengalir dalam pipa sehingga
dapat diketahui reaksi yang timbul seperti kecepatan, tekanan,
kehilangan energi dan lainnya.
(Dharmasetiawan,2004)

1. Kecepatan Aliran
Kecepatan aliran dimaksudkan untuk menghindari timbulnya
kerak/endapan dan korosi dalam pipa akibat rendahnya kecepatan aliran
dalam pipa. Kecepatan aliran dalam pipa juga dibatasi dengan nilai-nilai
tertentu. Batas kecepatan di dalam pipa yang biasa digunakan yaitu:
28

 Kecepatan Maksimum : 3,0-6,0 m/dt


 Kecepatan Minimum : 0,3-0,6 m/dt
Kecepatan aliran dapat diketahui dengan perhitungan :
Persamaan Kontinuitas
Kontinuitas adalah persamaan yang menghubungkan kecepatan fluida
dari satu tempat ketempat lain. Q1 = Q2 = Q3. Dari persamaan di atas,
jika ZA, ZB, dan sifat-sifat pipa diketahui maka hT, Q1, Q2 dan Q3
dapat
di hitung. Sesuai pada gambar berikut ini :

Gambar 2.9 Persamaan Kontinuitas


(Triatmodjo, 2010)

A 1 ×v 1 = A2 ×v 2 →Q1=Q 2 .....(11)
Keterangan :
A = Luas penampang (m2)
v = Kecepatan aliran (m/detik)
Q = Debit aliran (m3/detik)
(Triatmodjo, 2010)

2. Kehilangan Tekanan
Kehilangan tekanan maksimum 10 m/km panjang pipa.
Kehilangan tekanan (hf) dalam pipa terjadi akibat adanya friction antara
fluida dengan permukaan pipa. Kehilangan tekanan ada dua macam :
a.) Minor losses adalah kehilangan tekanan akibat peralatan pipa
(fitting) dan juga belokan.
2
v
he = k ( ) .....(12)
2. g
29

keterangan :
he = Kehilangan tekanan minor (m)
k = Koefisien kehilangan energi minor
V = Kecepatan aliran (m/det)
G = Percepatan Gravitasi (m/det2)
Tabel 2.5 Koefisien Hazen-Wiliam
No Fitting Loss Coefisient
1. Globe Valve, fully open 10
2. Gate Valve, fully open 0,2
3. Short radius elbow 0,9
4. Medium radius elbow 0,8
5. Long radius elbow 0,6
6. Closed return elbow 2,2
7. Standart tee flow trough branch 1,8
8. Standart tee flow trough run 0,6
(Rossman,2000)
b.) Mayor losses adalah kehilangan tekanan sepanjang pipa lurus
karena gesekan air dengan dinding pipa. Dapat dihitung
menggunakan persamaan Hazen-wiliam.
Rumus :
Q=0,2785 x Chw x D 2,63 x s 0.54 .....(13)
Dimana :
Hf
S= , Sehingga kehilangan tekanan (hf) : .....(14)
L

( )
1,85
Q
Hf = 2,63
xL .....(15)
0,2785 x Chw x D

Keterangan :
Q = Debit (m3/det)
Chw = Koefisien Hazen-wiliam
D = Diameter Pipa (m)
S = Kemiringan Hidrolis (m)
Hf = kehilangan tekanan mayor (m)
30

L = Panjang pipa (m)

Nilai Chw atau koefisien Hazen-William dapat dilihat sebagai


berikut :
Tabel 2.6 Koefisien Hazen-Wiliam

No Jenis (Material) Pipa Nilai Chw


1. Asbes Cement 120
2. Poly Vinyl Chloride (PVC) 120 – 140
3. High Density Poly Ethylene (HDPE) 130
4. Medium Density Poly Ethylene (MDPE) 130
5. Ductile Cast Iron Pipe (DCIP) 110
6. Besi Tuang, Cast Iron (CIP) 110
7. Galvanized Irn Pipe (GIP) 110
8. Steel Pipe (Pipa Baja) 110
(Dharmasetiawan,2004)

2.4.1 Program Epanet 2.2


Epanet (Environmental Protection Agency Network) adalah
sebuah program komputer (model) yang melaksanakan simualsi
hidraulik dan perilaku kualitas air di dalam suatu jaringan pipa
distribusi air minum (pipa bertekanan). Suatu jaringan distribusi air
minum terdiri dari pipa, node (percabangan pipa), pompa, tangki air
atau reservoir dan katup-katup.
1. Input dan Output di Epanet 2.2
Input data yang dibutuhkan adalah :
a). Demand Multiplier
b). Jenis Pipa
c). Base Demand
d). Flow Factor / Pola pemakaian air
e). Factor Jam Puncak
Output data yang dihasilkan diantaranya adalah :
a). Hidrolik head dari masing-masing node
31

b). Tekanan dan kualitas air.

2. Kegunaan Epanet 2.2


Program EPANET 2.2 merupakan aplikasi komputer dalam
sistem WINDOWS 95/98/2000/Me maupun NT 2000, yang terintegrasi
dalam editing jaringan input data, simulasi hidrolis dan kualitas air
yang dapat dilihat outputnya dalam berbagai format seperti kode
jaringan yangberwarna, tabel, desain grafik terhadap variabel waktu
yang dikehendaki.Kegunaan program EPANET 2.2 yaitu :
a) Didesain sebagai alat untuk mengetahui perkembangan dan
pergerakan air serta degradasi unsur kimia yang ada dalam air di
pipa distribusi
b) Dapat digunakan sebagai dasar analisis dan berbagai macam sistem
distribusi, detail desai, model kalibrasi hidrolik, analisa sisa khlor
dan beberapa unsur lainnya.
3. Base Demand
Base demand adalah kebutuhan dasar untuk tiap sambungan
yang diperoleh dari DRD (Data Rekening Ditagih). Data Rekening
Ditagih adalah kebutuhan dasar untuk tiap bulan. Base demand dapat
diperoleh dengan rumus :
Jumlah rata−rata pemakaian air 3 bulan
Base Demand =
Jumlah SR
.....(17

4. Demand Multiplier
Demand multiplier adalah angka penambahan atau
penggandaan kebutuhan pada sistem jaringan secara menyeluruh
(berlaku pada seluruh Demand system, termasuk angka kebocoran
air). Demand Multiplier dapat diperoleh dengan rumus :
100 %
Demand Multiplier =
(100 %-NRW)
.....(18)
32

5. Flow Faktor
Flow factor adalah pola aliran pemakaian air pelanggan. Flow
faktor dapat diperoleh dengan rumus :
Debit Per jam
Flow Faktor =
Debit rata-rata
.....(19)
Faktor jam puncak = nilai faktor yang tertinggi

6. Head Faktor
Head faktor adalah pola tekanan pada titik tapping. Head faktor dapat
diperoleh dengan rumus :
Elevasi + p
Head Faktor = .....(20)
Elevasi
Keterangan :
P = Pressure/tekanan (m)
(Dharmasetiawan, 2004)
33

BAB III
METODOLOGI

3.1 Lokasi Dan Waktu Kegiatan


3.3.1 Lokasi
Lokasi Praktik kerja Lapangan akan di laksanakan di Perumahan
Kabupaten Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin
3.3.2 Waktu
Praktik Kerja Lapangan ini berlangsung dari tanggal 10 mei 2023
sampai 29 juli 2023.
3.2 Sumber Data
3.3.1 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi tempat
peneliti melakukan Praktik Kerja Lapangan meliputi:
Tabel 3.1 Teknik Pengambilan Data Sekunder

No Data Sumber Data Fungsi Data


Badan Pusat Statistik
Jumlah Penduduk Untuk memproyeksi
(BPS)/Data
1 Kab.Banjarmasin jumlah penduduk 5
kependudukan
Selatan tahun kedepan
desa/Capil
Diperoleh dari bagian
Mengetahui daerah
Peta wilayah perencanaan di PDAM
2 yang ingin
perencanaan. atau mencari
direncanakan
menggunakan QGIS 3.16
Mengetahui jumlah
DRD ( Daftar Didapat dari bagian kebutuhan air pada
3
Rekening Ditagih ) hubungan pelanggan di daerah eksisting dan
3 Bulan Terakhir PDAM menghitung idle
capacity.

3.3.2 Data Primer


Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
kegiatan Praktik Kerja Lapangan, meliputi:

Tabel 3.2 Data Primer


34

No Jenis Data Cara Mendapatkan Data Manfaat


Untuk mengetahui beda
Data Elevasi didapat
tinggi/head antara node
1 Elevasi menggunakan DEM (Digital
dan sebagai input data
Elevation Model).
Epanet.
Pembacaan meter induk Untuk mengetahui
Fluktuasi selama 24 jam pada jaringan faktor jam puncak dan
2 Pemakaian eksisting yang memiliki menjadi data Flow
Air karakteristik sama dengan Pattern pada input data
daerah perencnaan. Epanet.
Untuk mengetahui
Panjang pipa diukur dengan
panjang pipa yang
3 Panjang Pipa cara digitasi menggunakan
dibutuhkan dan diinput
Qepanet.
ke Epanet.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi
Observasi dilakukan untuk meninjau secara langsung dan
mencari data-data tidak tersedia yang hanya bisa didapatkan
dengan pengamatan secara langsung mengenai kondisi wilayah
perencanaan.
2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara diskusi atau mengajukan pertanyaan
dengan pihak terkait.
3. Studi Literatur
Studi literature merupakan kegiatan mempelajari literature
atau referensi buku yang sesuai dengan perencanaan jaringan
pipa distribusi.
4. Praktek Lapangan
Teknik pengumpulan data dengan cara praktik lapangan
digunakan untuk mendapatkan data acuan secara akurat
berdasarkan pengamatan secara langsung di daerah cakupan
pelayanan.
3.4 Kerangka Pemikiran dan Analisis Data
35

3.4.1 Kerangka Pemikiran


36

3.4.2 Alur Analisis Data


37

3.5 Metode Analisis data


3.5.1 Analisis Idle Capacity
Analisis idle capacity untuk mengetahui berapa sisa debit
yang dibutuhkan untuk wilayah perencanaan. Dalam Praktek Kerja
Lapangan ini menggunakan metode teoritis yaitu dengan cara
mengetahui terlebih dahulu debit yang keluar dari sumber. Setelah
debit sumber diketahui tahapan selanjutnya mengetahui debit
eksisting yang ada di wilayah tersebut. Idle capacity dapat
diketahui dengan cara debit sumber dikurangi dengan debit wilayah
eksisting pada daerah perencanaan
Idle capacity yang telah diketahui dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan air pada wilayah perencanaan. Diharapkan
idle capacity yang ada dapat memenuhi kebutuhan air di wilayah
perencanaan sesuai dengan perhitungan proyeksi kebutuhan
air.jika idle capacity tidak mencukupi kebutuhan air di wilayah
perencanaan alternative yang digunakan adalah dengan
menambah /mencari air dari sumber lain atauu biisa jga dengan
menurunkan nilai NRW sebagai idle.

3.5.2 Analisis Kebutuhan Air untuk 2023 – 2028


Untuk menghitung kebutuhan air dimulai dengan
mengetahui jumlah penduduk minimal 5 tahun terakhir, kemudian
Memproyeksikan laju pertumbuhan jumlah penduduk 5 tahun
kedepan dengan menggunakan tiga metode proyeksi yaitu Least
Square,eksponensial,dan logaritmatik.Metode proyeksi yang
digunakan adalah metode yang nilai korelasinya mendekati sau.
Rumus proyeksi penduduk.
Setelah sudah terproyeksi dan mendapatkan hasilnya baru
bisa Menentukan atau menghitung kebutuhan airper
orang/hari,dengan menggunakan ( kriteria konsumsi air domestik ada
38

pada tabel 2.3), lalu Menghitung kebutuhan air tiap SR, dengan
mengalikan jumlah jiwa per SR dengan kebutuhan orang/hari.
Kemudian setelah menghitung kebutuhan air per orang dan
kebutuhan tiap SR selanjutnya dapat Menghitung kebutuhan air
domestik yang meliputi kebutuhan sambungan rumah dan hidran
umum, kebutuhan air domestik adalah penjumlahan kebutuhan SR
dan HU, rumus menghitung kebutuhan air domestik ada pada
persamaan (1), sedangkan menghitung kebutuhan air non domestik,
dengan menggunakan ( kriteria kebutuhan air non domestik ada pada
halaman 20), dan tahap yang terakhir Menghitung kebutuhan air
total dengan menggunakan rumus pada persamaan (3) dan membuat
tabel rekapitulasi untuk kebutuhan air.

3.5.3 Merencanakan Sistem Jaringan Distribusi yang sesuai dengan


kriteria Distribusi Kecepatan Aliran dan Tekanan
Dalam merancang jaringan pipa distribusi, Peta daerah
perencanaan serta penentuan node, pengukuran elevasi dan panjang
pipa diambil menggunakan QGIS 3.16 kemudian diinput ke Epanet.
Setelah semua tergambarkan, maka langkah selanjutnya adalah
mengisikan data yang dibutuhkan di setiap rancangan lakukan
simulasi dengan menentukan diameter pipa, hingga kecepatan dan
sisa tekan minimum memenuhi kriteria perencanaan jaringan pipa
distribusi. Diameter yang digunakan yaitu diameter pipa yang
tersedia di pasaran.
Selanjutnya RUN, Running Epanet 2.2 dilakukan untuk
mengetahui apakah tekanan di jaringan sudah memenuhi kriteria
distribusi atau belum. Dalam proses perencanaan, perencana bebas
menentukan rancangan sistem jaringan distribusi, akan tetapi sistem
jaringan distribusi yang baik adalah sesuai dengan kriteria distribusi
Permen PUPR No.18 Tahun 2007.
39

3.6 Rencana Jadwal Kegiatan


Rencanakan kegiatan yang akan dilakukan oleh Penulis dengan
rincian sebagai berikut:
1. Minggu I : Persiapan
2. Minggu Ⅱ - Ⅲ : Pengumpulan data
3. Minggu Ⅳ-Ⅵ : Praktik Kerja Lapangan
4. Minggu Ⅶ-Ⅸ : Pengolahan Data
5. Minggu Ⅷ-Ⅸ : Analisis dan pembahasan Data
6. Minggu Ⅹ-Ⅺ : Penyususnan Laporan PKL
7. Minggu Ⅻ : Ujian dan Revisi

Minggu ke
No Uraian Data
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII
1 Persiapan

2 Pengumpulan Data

3 PKL
A. Mengukur Debit Air

B. Mencari Elevasi

4 Pengolahan Data

5 Analisis dan Pembahasan Data

6 Penyusunan Laporan PKL

7 Ujian dan Revisi


40

3.7 Diagram Network Planning

3 Analisis 5 Pe
ula 2 Data 5 n
ump ta 5 2 Minggu 7 L na yus
ng Da gu ap n u
Pe ng
n i M 3 ora
1M in n Ujian
gg
Studi u dan
0 Persiapan 3
1 Literatur 9 Revisi 12
0 PKL
0 1 Minggu 3 8 Minggu 3 6
Pra 9 12
kt 1
Lap ek Ker han Minggu
ang
an a
j
eng o la
P a
3 D at
Min 4
ggu 4 3 gg
6 Min
u

SP Keterangan :
n A
SP n= Nomor Kejadian : Lintasan Kritis
L SPA= Saat Paling Awal
SPL= Saat Paling Lama

Anda mungkin juga menyukai