Ilustrasi : Kumbalaseta
Sebuah sumbangsih kecil untuk ikut melestarikan cerita silat asli Indonesia.
Diwedarkan khusus di :
Padepokan Gagakseta.
November 2023.
Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening Mbak Ayu
Sakiah Bank BRI No. Rek :069301012155501 Kami sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan
bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Ki Arif Usman untuk terus berkarya. Bagi CanMen yang sudah
berkenan bisa info ke email:sakiah2@gmail.com. Matur suwun
2
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
1
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
2
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Raden, Aku melihat paling tidak ada dua orang tua renta yang ikut
dalam rombongan pasukan yang bergerak menuju Kleringan, meskipun
sebenarnya aku tidak yakin” sahut cantrik yang melapor pada mereka
sambil menyembah dengan hormat.
3
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Aku tidak yakin kalau mereka adalah orang-orang tua yang sakti
mandraguna, melihat tingkah laku mereka. Mereka tampak bersenda
gurau seperti anak kecil” kata sang cantrik dengan wajah meremehkan.
4
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Siapakah mereka?”
5
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Yang penting kita sudah yakin, bahwa tinggal satu orang tua yang
menemani Ki Gede Menoreh. Aku tidak mau salah hitung. Seseorang
harus menghadapinya. Begitu pula harus ada seorang lagi sebagai
pelapisnya untuk menjaga segala kemungkinan. Tugas ini kuberikan
pada kalian berdua, Ki Ajar Guntara dan Ki Miswa. Singkirkan sifat
angkuh kalian. Jika perlu berkerja sama untuk melumpuhkannya,
lakukan! Jangan ragu-ragu. Aku sendiri yang akan meringkus Ki Gede
Menoreh” ujar Raden Tenggulun dengan suara agak meninggi.
“Aku rasa tidak ada, Raden. Jika Nyi Pandan Wangi memimpin
Menoreh menuju lembah Merapi dan Nyi Sekar Mirah pulang ke
Sangkal Putung, sepertinya tidak ada perempuan berilmu tinggi lain
6
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
7
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
seorang tua yang sudah sepuh dan Ki Gede Menoreh pastinya” jawab Ki
Sarungga.
8
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
9
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
10
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
*******
11
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Kau yang iblis!” balas Sekar Mirah seketika karena merasa muak
dengan perilaku lawannya yang mengata-ngatainya.
Hati Sekar Merah pun menjadi panas. Sebagai seorang linuwih yang
mewarisi aliran ilmu Kedungjati, terdapat kebanggaan dalam dirinya
sebagai seorang ksatria yang memegang paugeran. Namun jika
lawannya telah merendahkan dengan menyebutnya dengan kata-kata
yang kurang pantas, harga dirinya sebagai seorang perempuan segera
melonjak berujung dengan kemarahan.
12
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
13
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
14
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
15
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
seperti Empu Wisanata, Sekar Mirah tidak berniat untuk mengejar sama
sekali.
“Asal apa?”
“Asal aku tidak disakiti. Sungguh, aku hanya yatim piatu yang selalu
hidup dalam penderitaan, orang-orang selalu menyakitiku, bahkan
bibiku sendiri” ucap Ratih dengan suara agak bergetar.
16
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Aku akan membagi bebannya dengan keempat kuda yang lain” kata
Empu Wisanata dengan cepat.
17
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
Damarpati dan Ratih membagi beban yang tadinya dipikul seekor kuda
kepada empat kuda lainnya.
18
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Terima kasih Nyi. Bagus sekali kalau begitu. Bagus Sadewa harus
dijaga lebih ketat selama diemban oleh Damarpati apalagi jika Ratih ada
di dekatnya. Jika benar dugaanku bahwa Ratih ini adalah putri dari Ki
Wirapati, keberaniannya luar biasa. Dia berani menyerang Kakang
Sedayu dengan belati panjang dari jarak dekat, sebagaimana cerita mbok
ayu Pandan Wangi padaku. Aku akan memikirkan tindakanku
selanjutnya selama perjalanan terhadap keadaan Ratih yang telah
bersama kita”
Ternyata gadis muda hitam manis yang mereka temui di tepi sungai
ini bukanlah gadis padesan biasa. Untunglah, Sekar Mirah dengan
ketajaman penalarannya cepat sadar jati diri Ratih yang sebenarnya
dengan menghubungkan berbagai cerita dan peristiwa yang ia dengar
dan alami sendiri.
19
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
********
20
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
21
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Kau tidak akan bisa lari dariku, Ki Lurah!” serunya dengan suara
serak namun penuh dengan gelora ingin membunuh. Ia terus
mengayunkan bindinya dengan kasar. Tujuannya jelas untuk
menghancurkan siapapun lawannya.
22
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
23
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Ki Lurah, aku sarankan Ki Lurah ikut pedati yang akan menuju
Cepaga” katanya setelah menyapa Ki Lurah Jalawrasta yang masih
terduduk bersandar di salah satu tiang pendapa.
“Kalian pergi saja. Aku tidak ingin keluar dari sini” desisnya.
24
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
25
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Apakah hidup kita akan seketika menjadi lebih baik jika berubah
haluan sekarang? Bukankah perjuangan mereka yang berasal dari
padepokan itu juga masih sangat panjang? Berapa banyak pengorbanan
kita yang akan dituntut oleh mereka di kemudian hari?” seru tertahan Ki
Demang Sela dengan tubuh bergetar menahan amarahnya. Tampaknya
segala tekanan batin yang selama ini hanya bisa ditahan-tahan di dalam
hatinya telah menyeruak keluar dari rongga dadanya.
“Ki Demang benar. Kita di Sela selama ini sudah memberikan apa
yang kita bisa kepada Mataram. Mereka tidak menuntut terlalu banyak
sebelum peristiwa ini. Hanya takdir sajalah yang menyebabkan kita
terjerumus dalam persoalan sekarang. Jika tidak, Kademangan Sela
akan tetap seperti sebelumnya, tenang, damai dan tentram meski banyak
kekurangan disana-sini, akan tetapi jiwa kita terasa lebih bebas dalam
menjalani kehidupan kita sehari-hari” cetus salah seorang bebahu yang
leboh condong untuk mengikuti Mataram.
26
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Aku rasa tidak. Jika saja ia seorang yang beringas, mungkin ia akan
berusaha melepaskan diri sejak kemarin. Atau paling tidak ia akan
bersikap kasar dari dalam biliknya”
27
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Aku mendapat perintah ini dari para Lurah Prajuritnya. Sela harus
dikosongkan karena orang-orang Panembahan Agung dikhawatirkan
akan menembus pertahanan Samiran sebentar lagi”
28
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
Tepat pada saat itu, salah seorang pengawal dari Sela datang
bergegas menemui Ki Demang Sela dengan wajah pucat pasi.
29
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
30
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Kalau begitu, mari! Cepat selesaikan kedua orang ini. Kita akan
menyingkir bersama”
31
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
32
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
segala serangan mereka yang tampak kejam dan bengis karena kelebihan
orang yang mereka miliki.
33
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Tetapi kiai”
“He, bukankah kau tadi yang jatuh pingsan di depan regol?” tanya
Jagat Satria Agung mengenali wajah Ki Lurah Jalawrasta.
34
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
memenggal tiga orang sekaligus dengan satu ayunan pedang. Kurasa aku
ingin mencobanya pada kalian hari ini. Aku berjanji, kalian tidak akan
terlalu merasakan kesakitan. Akan kupilih pedang yang paling tajam
melebihi tajamnya sembilu”
“Kau tidak perlu tahu namaku! Kami akan melawan sampai mati”
35
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
Tetapi serangan itu sama sekali tidak berarti baginya. Mudah saja
bagi Jagat Satria Agung untuk bergeser ke samping dan kemudian
menepis tangan sang lurah prajurit. Tepisan yang tampak seperti
pukulan biasa tersebut ternyata mengandung tenaga wadag yang
sedemikan besarnya. Tangan Ki Lurah Jalawrasta langsung terasa
seperti remuk. Ia pun menjerit tidak kuasa menahan rasa sakit yang luar
biasa. Pedangnya ikut terlempar entah kemana.
Lurah prajurit itu pun sempat melihat sekilas serangan Jagat Satria
meski dalam keadaan menahan sakit yang amat sangat di lengannya.
Serangan itu terasa sangat kejam sehingga sedapat-dapatnya, Ki Lurah
Jalawrasta berusaha menggeliat menghindari ujung pedang yang tajam.
36
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
37
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
38
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Ya”
“Pergilah”
39
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Ada pangeran, di saku kiri” jawab lurah prajurit itu dengan lirih.
“Syarat apa?”
40
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Guru memilih jalan yang salah. Aku merasa tidak perlu mengikuti
cara guruku” kata Teja Wulung.
41
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Aku sudah melihat ujung dari rencana yang kalian buat. Apa kau
pikir setelah meruntuhkan Mataram, kalian akan duduk di
singgasananya dengan tentram? Semua orang yang dari awal
mendukung kalian akan tersenyum dan pulang ke rumah masing-
masing karena cita-cita kalian tercapai?” tanya Teja Wulung dengan
bertubi-tubi.
42
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
43
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
Oleh sebab itu, Teja Wulung tidak berniat melayani serangan Jagat
Satria apabila murid Panembahan Agung itu bergerak menjauh.
Sejujurnya, Teja Wulung juga tidak berniat menjalani pertarungan sama
sekali. Ia hanya membela dirinya, karena telah di serang lebih dahulu.
44
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
Akan tetapi bila serangan itu telah datang, maka dengan segenap
kekuatannya, Teja Wulung akan menangkis atau mengelak sesuai
dengan kebutuhannya seraya terus menyandarkan kekuatannya pada
keinginan untuk membantu sesama sesuai dengan garis ajaran Yang
Maha Agung.
45
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
*********
Dalam pada itu, perjalanan Sekar Mirah tidak lagi menemui aral
melintang sehingga mendekati waktu sore hari ia telah mendekati
Kademangan Sangkal Putung.
“Baik, nyi” jawab Empu Wisanata dengan wajah lega. Sekar Mirah
tentu sudah memiliki rencananya sendiri.
46
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
47
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
48
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
49
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
50
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Benar ki. Aku ingin menemui seseorang disini” kata Sekar Mirah
dengan suara merendah.
51
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
52
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
Tetapi ia kembali sadar diri, selama ini, iapun hampir tidak pernah
mengurus anak kecil. Kecuali selama beberapa waktu tinggal bersama
bibinya di Kotaraja. Sepertinya pengalamannya masih kurang
dibandingkan Damarpati dan Nyi Dwani.
“Rumah siapakah ini, kiai?” tanya Ratih tidak bisa menahan dirinya.
53
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
54
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Sekar Mirah” panggil Untara. “Oh, Empu Wisanata, Nyi Dwani dan
Damarpati turut serta pula”
“O. Silahkan. Marilah kita duduk sejenak. Tentu kalian sudah lelah
menempuh perjalanan jauh. Apakah kalian bertemu di Kotaraja?”
55
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
56
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
57
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Benar Ki Tumenggung”
58
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Terima kasih kiai. Aku akan berusaha lebih baik” jawab Ratih
dengan khidmat dan bersungguh-sungguh.
Untara tahu benar, bahwa nama Agung Sedayu lah yang akan
menjadi hambatan terbesar hubungan antara Sekar Mirah dan Ratih
kelak jika Ratih memenuhi janjinya. Untara juga menyadari sifat Sekar
Mirah. Ia yakin, Sekar Mirah tidak akan menunda-nunda sebuah urusan
seperti Agung Sedayu. Apalagi, urusan ini berkaitan dengan keselamatan
keluarganya.
59
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
60
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
Meskipun Ratih tidak akan tahu apakah pertanda itu memang benar-
benar diberikan oleh Ki Patih Mandaraka.
61
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Ratih, apa yang terjadi tadi siang aku anggap sebagai sebuah takdir
yang mempertemukan kita. Seperti Kakang Untara katakan sebelumnya,
kau seperti ditakdirkan selalu bertemu jalan dengan salah seorang
diantara kami, sebuah keluarga besar yang memiliki keterikatan satu
sama lain. Aku mengamatimu semenjak tadi dan sepertinya kau
memiliki keterkejutan yang sangat ketika aku menyebutkan Tanah
Perdikan Menoreh”
62
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Aku pernah mendengar nama tanah perdikan itu nyi. Mungkin aku
ingin mengunjunginya jika aku ada kesempatan” sahut Ratih dengan
gugup dan tanpa pikir panjang.
“Tentu kau akan berkesempatan. Jika kau ikut aku, kita akan
bergabung dengan segenap orang Menoreh di perkemahan nantinya.
Siapa tahu, kau akan memiliki kawan dari mereka dan mereka akan
mengajakmu mengunjungi Menoreh. Apa kau bersedia?”
“Mengapa?”
“Aku…, aku tidak pandai berteman. Aku ragu akan ada orang yang
akan mengajakku ke Menoreh. Bukankah diantara pasukan dan prajurit
tidak akan ada perempuan sepantar dengan diriku?”
63
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
*******
64
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
65
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
Tetapi Jagat Satria juga tidak ingin membuang waktu lebih lama
lagi. Ia sudah melihat sendiri kedahsyatan Teja Wulung saat melawan Ki
Rangga Agung Sedayu di Menoreh. Sudah tentu murid Ki Ageng
Selagilang ini seorang yang tangguh tanggon dan memiliki Aji Jaya
Kawijayan tingkat tinggi sehingga percuma menurutnya jika menguji
Teja Wulung setingkat demi setingkat.
66
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
67
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
68
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
********
69
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Ratih, Kami tahu dengan benar kau adalah puteri dari Ki Wirapati,
pemimpin padepokan Wirapati yang sempat berdiri di tanah Perdikan
Menoreh” ucap Untara kemudian dengan suara beratnya sehingga
sangat menunjukkan wibawanya sebagai seorang pemimpin pasukan
yang dihormati.
“Bukan itu saja Ratih. Ketahuilah bahwa aku adalah istri dari Agung
Sedayu dan Bagus Sadewa adalah putranya” ucap Sekar Mirah segera
menimpali.
70
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
71
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Ini bukan soal kesalahpahaman kiai, yang jelas ayahku telah mati
di Menoreh. Seseorang harus mempertanggungjawabkannya” desis
Ratih dengan suara bergetar.
72
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Aku tidak tahu! Aku tidak tahu apa-apa” seru Ratih diakhiri
dengan suara rintihannya.
Untara dan Sekar Mirah jadi iba. Tidak ada gunanya mereka
mendesak Ratih saat ini. Ia tentu tidak mau bicara jika ia mengetahui
sesuatu. Tetapi jika ia tidak mengetahui serba sedikitpun, tentu sangat
mengherankan pula.
73
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Jawab aku Nyi, aku ingin tahu tangan siapa yang mencabut
nyawanya?” desak Ratih.
74
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
75
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Aku tidak tahu Nyi. Aku tidak sanggup berpikir hingga kesana.
Apalah arti dari diriku yang hina dan tidak lagi memiliki orangtua ini.
Apa gunanya diriku hidup. Aku sudah melihat nyai bertarung. Aku
bukan tandinganmu. Membalas kematian ayahku pun aku tidak akan
sanggup” bisik Ratih dalam perasaannya yang sengsara.
Ratih masih diam dalam rangkulan Dwani. Tetapi tampak air mata
gadis itu masih mengalir. Sesekali isakannya pun terdengar.
“Kakang, aku tidak bisa berlama-lama lagi. Aku harus segera tiba di
Sangkal Putung. Ratih sudah mengetahui kebenaran. Sepertinya ia tidak
mungkin ikut bersamaku. Aku hanya bisa memberinya pilihan, ia bebas
menentukan langkahnya jika ia ingin pergi atau jika kakang bermurah
hati aku memohon agar Ratih menginap di sini sebelum ia memutuskan
keinginannya” kata Sekar Mirah dengan cepat. Ia segera meneruskan,
76
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Tetapi aku telah memberikan janjiku kepada Nyi Sekar Mirah. Aku
tidak akan mengingkarinya” katanya secara tiba-tiba.
“Aku bersedia Nyi. Lakukan apa yang Nyi Sekar Mirah mau padaku,
bukankah Nyi Sekar Mirah sudah berjanji tidak akan menyakitiku? Aku
rasa itu sudah cukup bagiku” ujar Ratih secara tiba-tiba dengan suara
tanpa keraguan.
77
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Aku berjanji Nyi. Sebagaimana janji Nyi Sekar Mirah tidak akan
menyakitiku” jawab Ratih mantap.
“Aku sungguh tidak menduga sikapmu akan seperti ini, Ratih” kata
Untara kemudian dengan tarikan napas penuh kelegaan.
“Ki Tumenggung, aku sama sekali tidak tahu menahu urusan apa
yang membawa ayah ke Menoreh. Mengapa ayah memindahkan seluruh
78
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
“Maaf Nyi, pada saat itu aku tidak begitu perduli urusan ayahku.
Aku hanya sempat menemui mereka sekali saat mengantarkan minum.
Seorang diantaranya adalah guru ayahku. Aku tidak begitu
mengenalnya, karena aku lahir setelah ayah meninggalkan
padepokannya. Tetapi yang dua lagi aku hanya bisa menyebutkan ciri-
cirinya” kata Ratih. Ia kemudian menceritakan sedikit pengenalannya
tentang kedua tamu ayahnya yang sempat ia temui di Padepokan
Wirapati.
“Demikian, Kiai. Aku tidak tahu lebih banyak dari apa yang
kusaksikan. Mungkin Paman Sanggalangit lebih tahu duduk perkaranya.
Ia orang kepercayaan ayah dan kakek guru” kata Ratih.
79
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
80
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
Sungguh sayang sekali jika dikemudian hari gadis cantik ini justru
terkungkung oleh keburaman hatinya dan menjadi buta oleh
dendamnya. Ratih patut mendapatkan kesempatan yang lebih baik.
Demikianlah menurut pemikiran Sekar Mirah pada saat ini.
“Ah, ternyata persoalan yang kau bawa masih sangat banyak, Mirah.
Tunggulah sebentar, istriku akan menghidangkan minum lebih dulu”
kata Untara dengan tawa renyah sambil memberi isyarat kepada istrinya
yang sedari tadi mengintip dari pintu pringgitan, mencoba mencari
waktu yang tepat untuk menghidangkan panganan karena ia melihat
pembicaraan sedemikian tegangnya meski diantara sanak kadang
suaminya sendiri.
0OO0OO0
Bersambung ke Jilid 20
81
Kemelut Lembah Merapi Merbabu – 19
Oleh: Arif Usman
Cuplikan cerita:
“He! Turun kalian dari rakit itu. Kami harus menyeberang lebih dahulu!” seru menggelegar seseorang dari
belakang mereka.
Suaranya sedemikian mengejutkan dan sepertinya telah dibarengi dengan kemampuannya yang tinggi
sehingga seruan itu sampai dapat menggetarkan jantung.
Serentak murid-murid perguruan Jalatunda menoleh ke belakang dengan wajah dipenuhi kemarahan.
Tidak ada seorangpun di atas dunia ini yang diperbolehkan bersikap demikian. Kecuali orang-orang yang
memang sudah siap mati untuk mencari perkara dengan mereka.
“Kurang ajar. Mereka mencari perkara dengan kita” geram beberapa orang murid Perguruan Jalatunda
dengan wajah mengeras.
Putut Segara Geni yang sudah ada diatas rakit bergegas turun untuk mengetahui siapakah orang yang
dianggapnya gila karena sudah berani menyuruh mereka turun dari rakit.
“Kami lebih dulu ada di penyeberangan ini. Siapapun yang datang belakangan, sebaiknya menunggu
giliran”
“Diam! Aku punya urusan penting di Menoreh. Tidak akan kutunda barang sepenginangpun hanya karena
menunggu giliran dibelakang kelinci-kelinci seperti kalian!”
“He! Jaga mulutmu kisanak!” teriak Putut Segara Amuk merangsek maju untuk berdiri di sebelah Putut
Segara Geni.
“Kau tidak tahu berhadapan dengan siapa he!?” beentak orang itu lagi.
“Sebut namamu orang tua! Kami berjumlah lebih banyak! Tidak ada yang bisa memerintah kami selain
guru kami!” tantang Putut Segara Geni dengan kasar.
“Namaku Ki Ageng Lawang Geni. Minggirlah, aku punya urusan hidup mati dengan orang-orang
Menoreh!” seru orang itu…..Nantikan kelanjutannya di KLMM.
Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening Mbak Ayu
Sakiah Bank BRI No. Rek :069301012155501 Kami sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan
bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Ki Arif Usman untuk terus berkarya. Bagi CanMen yang sudah
berkenan bisa info ke email:sakiah2@gmail.com. Matur suwun.
82