Anda di halaman 1dari 23

SOLO EXHIBITION DODOT J.

memories
of the future
VIAVIA YOGYAKARTA AUG 17 th SEP 17 th 2023

VIAVIA JOGJA
MEMORIES OF THE FUTURE

Suatu ketika dalam perjalanan penyeberangan ferry dari Bali ke Lombok yang sangat Panjang
dan membosankan, saya berbincang dengan seorang kenalan. Dia seorang pria berkebangsaan
Amerika, berusia sekitar tiga puluhan tahun dan telah lama menetap di Bali. Pada awal
kedatangannya di Indonesia, dia bekerja di sebuah jaringan hotel internasional berbintang lima di
Jakarta. Beberapa saat setelah pindah ke Bali, dia memutuskan memulai usaha sendiri dengan
pemasaran daring untuk villa – villa atau bungalow yang tumbuh sangat pesat di Bali. Pandemi
Covid 19 memaksanya untuk pulang ke Texas selama hampir dua tahun. Setahun belakangan,
ketika dunia pariwisata mulai menggeliat lagi, dia kembali ke Bali. Namun kali ini dia juga
mengembangkan platform afiliasi pemasaran untuk beragam produk yang dijual secara daring.
Semua dia kerjakan sendiri, dia mengaku mempunyai kemampuan yang sangat mumpuni di bidang
ini. Namun ketika saya tanya bagaimana dengan konten artikel, tampilan grafis dan ilustrasi,
jawabannya benar-benar membuat mata saya terbelalak. Menurut dia, sebelumnya dia harus
mengeluarkan biaya sekitar USD 50 – USD 100 untuk satu artikel pendek atau sebuah ilustrasi
yang berkaitan dengan produk yang ingin dia pasarkan. Sekarang, dia hanya perlu menggunakan
chatbot atau aplikasi professional sejenis berbasis Artificial Intelligent (AI) dengan biaya hanya
USD 20 – USD 30 sebulan, dan dia bisa membuat artikel atau ilustrasi sebanyak yang dia
butuhkan. Dalam perbincangan waktu itu, dia kemudian membuka ponselnya untuk menunjukkan
kepada saya bagaimana AI bekerja. Dia membuka sebuah chatbot dan mengetikkan kata: buatkan
saya sebuah artikel populer tentang tips menjaga kesehatan mata. Dan hanya dalam hitungan detik
keluarlah sebuah artikel yang dimaksud. Sejurus kemudian dia membuka aplikasi untuk foto dan
gambar, dia mengetikkan: buatkan saya sebuah poster vitamin mata berbentuk kapsul dengan latar
belakang bahan herbal dengan tulisan vitamin “A”, vitamin herbal untuk menjaga kesehatan mata
anda. Dan,…ulala.., hanya beberapa detik, beberapa poster yang diinginkan muncul di depan mata.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memang sedemikian pesat. Penemuan-


penemuan penting dalam peradaban manusia seperti roda, internet dan terakhir kecerdasan buatan
(AI) benar-benar membuat lanskap peradaban manusia bertumbuh dan bergerak dalam kecepatan
yang tidak terbayangkan sebelumnya. Rasanya belum begitu lama kita merasa sangat terbantu
dengan kemunculan mesin ATM sehingga kita tidak perlu direpotkan dengan pengisian kertas
blangko dan mengantri di bank ketika hendak mengirimkan uang atau membayar tagihan-tagihan.
Tak lama kemudian sudah muncul mobile banking, bahkan sekarang kita hanya perlu memindai
kode garis melalui ponsel untuk melakukan transaksi. Lantas, bagaimana kira-kira kondisi dalam
lima, sepuluh atau duapuluh tahun kedepan? Apakah akan banyak pengangguran karena banyak
perkerjaan yang akan diambil alih oleh AI? Apa yang akan kita lakukan jikalau bidang perkejaan kita
diambil alih oleh seperngkat kecerdasan buatan? Apakah bertransaksi di masa depan hanya perlu
menempelkan jempol di mesin pemindai? Dan sebagainya, dan sebagainya.

Begitu banyak bayangan-bayangan peristiwa di masa depan yang akan segera memenuhi
kepala kita ketika menyadari betapa cepatnya perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan
kita. Ini merupakan sebuah hal lumrah sebagai keniscayaan akan hakikat manusia sebagai makhluk
berfikir. Manusia memiliki kemampuan untuk membuat bayangan-bayangan konstruksi akan
peristiwa-peristiwa yang belum terjadi pada masa depan. Dengan didasari pada peristiwa yang
dilihat dan dialami hari ini, otak kita akan merespon dengan cara mereka-reka dan membuat
perencanaan atau antisipasi akan kejadian-kejadian di masa depan. Dua kalimat terakhir ini
merupakan terjemahan bebas saya atas kutipan The Future Memory Theory yang dikembangkan
oleh Ingvard Wilhelmsen, seorang profesor emeritus di Departemen Ilmu Klinis Universitas Bergen,
Norwegia. Menurutnya, manusia mempunyai kemampuan untuk menggunakan memori episodik
atau memori prospektif untuk membayangkan kemungkinan yang akan terjadi di masa depan.
Memori prospektif yang dipengaruhi oleh emosi ini berfungsi untuk merencanakan dan
mengantisipasi situasi di masa yang akan datang.

Dodot JD, seorang seniman multi talenta yang tinggal di Klaten – Jawa Tengah, menggelar
pameran tunggal karya-karyanya di Viavia Jogyakarta, dengan tajuk Memories of The Future.
Pameran yang akan dibuka oleh Joko Gundul Sulisitiono ini menampilkan 17 karya, kesemuaya
berupa karya Found Object. Sebuah pameran senirupa tunggal yang rasanya baru pertama kali
diadakan di Indonesia.

Saya mengenal Dodot sudah sangat lama, dia pernah mengenyam pendidikan SMSR di
Jogyakarta dan desain grafis di Semarang, berkesenian sepertinya sudah mengurat nadi di
tubuhnya. Bermain musik dan melukis diatas kanvas merupakan hobbynya sejak lama. Selebihnya
jiwa seninya lebih banyak tersalurkan dalam urusan pekerjaan, saya menyebutnya Functional art.
Dari dulu saya selalu terkagum-kagum dengan hasil karyanya, bagaimana dia mendesain dan
menata sebuah café yang sangat artistik nan cozy di Jogya, mengerjakan mural untuk dinding
sebuah workshop di Bali, mendesain dan mengerjakan rumah pohon yang cantik di Kalimantan,
atau pondok kayu di Sumbawa, membuat desain-desain kaos, mendesain dan mengaplikasikan
cutting sticker untuk mobil dan dinding kaca hotel, membuat bangku-bangku karakter, mendesain
dan mengerjakan taman, mendesain dan membuat etalase toko atau interior hotel, dan masih
banyak lagi.

Dalam dua-tiga tahun belakangan, saya dengar dia mulai serius dan fokus untuk melukis,
bahkan setahun belakangan dia mulai mengikuti beberapa pameran lukisan di Jogyakarta, Jakarta
dan Bali. Hingga suatu saat beberapa hari yang lalu dia menghubungi saya dan mengutarakan niat
nya untuk menggelar pameran di Jogyakarta. Saya sedikit terkejut karena ternyata dia bukan
berencana menggelar karya lukisan, tetapi karya trimatra. Saya yang kebetulan saat itu sedang
bergelut dengan beragam urusan, hanya menanggapi sepintas lalu, memberi dukungan moral, dan
meminta maaf tidak bisa berbuat banyak untuk membantu. Berselang sekitar satu minggu
kemudian, dia kembali menghubungi saya, kali ini dengan mengirim foto-foto karya yang akan
dipamerkan, dan bercerita panjang lebar tentang konsep penciptaannya, saya pun memberikan
beberapa masukan. Maka kami pun berdiskusi cukup lama dan intens melalui panggilan whatsapp.
Rupanya Dodot terinspirasi oleh sebuah artikel yang pernah dia baca tentang teori Memori Masa
Depan, namun dia lupa judul artikel dan ilmuwan pencetus teori tersebut.

Ketika saya berselancar di mesin pencari dan mengajukan beberapa pertanyaan di chatbot
untuk bahan tulisan ini. Bahan literasi yang pertama saya temukan justru sebuah novel dengan
judul yang sama persis dengan judul yang dipilih Dodot untuk pameran kali ini: Memories of The
Future, sebuah novel yang diterbitkan pada tahun 2019 dan banyak mendapat pujian karya penulis
Amerika keturunan Norwegia, Siri Hustvedt. Namun, ketika saya membaca sinopsis novel tersebut,
meskipun terlihat benang merahnya, saya melihat gagasan utamanya justru menjadi antitesis dari
konsep penciptaan karya-karya Dodot dalam pameran ini. Dalam novelnya, Hustvedt
menceriterakan seorang penulis wanita yang menulis sebuah novel setelah dia menemukan
kembali jurnal pribadinya yang berisi catatan-catatan kejadian dan draft awal untuk sebuah novel
yang ingin ditulisnya 40 tahun yang lalu. Artinya, tokoh utama dalam novel ini membawa konstruksi
dari kejadian-kejadian dan kenangan di masa silam untuk bisa diwujudkannya pada hari ini.
Sedangkan, gagasan karya-karya Dodot, meskipun sama-sama berawal dari penemuan suatu hal
lama – meskipun, bingkai-kala nya jauh lebih pendek, karena kita masih bisa mendapatkan benda-
benda tersebut pada hari ini -- , namun Dodot mengkonstruksikanya ke masa depan. Dodot
menemukan benda-benda lama, utamanya mainan anak-anak yang telah usang dan terbengkalai,
kemudian baik secara tersurat maupun tersirat, dia menempatkan benda-benda tersebut pada
bayang-bayang gagasan peristiwa di masa depan.

Membayangkan kita memandangnya dimasa depan ketika benda-benda dan mainan-


mainan tersebut tidak lagi diproduksi atau sulit ditemukan, tentu akan menjadi sebuah oase
kesejukan dalam batin kita. Mungkin pikiran kita tidak hanya diajak berkelana pada masa-masa
keceriaan kanak-kanak, namun juga kenangan akan beragam peristiwa yang mengelilingi masa-
masa itu. Gagasan karya ini yang tadi saya sebut disampaikan dalam karya Dodot secara tersurat,
kita langsung bisa menerkanya karena terpampang sedemikian telanjang. Lebih dalam lagi, kita
bisa menelisik gagasan yang tersirat, seperti misalnya dalam karya berjudul Blockchain atau
Metaverse. Keping-keping cakram mainan yang biasanya didapatkan dalam kemasan camilan,
pada masanya tidak hanya menjadi koleksi anak-anak, namun juga menjadi benda bernilai untuk
dipertaruhkan dalam permainan yang mereka ciptakan, entah dengan cara saling menabrakan
dalam kondisi berputar dan yang terpental yang kalah, atau melempar keudara dimana pemenang
adalah keping yang gambar utamanya terlihat, dsb. Di masa depan tidak hanya keping cakram
tersebut punah, tetapi mungkin anak-anak sudah mulai bertaruh dengan mata uang kripto yang
berbasis blockchain. Sedangkan keping-keping kecil puzzle berbentuk menyerupai teropong,
berubah menjadi susunan imaji dunia metaverse atau wajah serupa meme dalam NFT. Pada karya
lain, terlihat tentara menghadapi musuh masa depan, berupa robot alien. Atau bagaimana dia
mendekonstruksi potongan-potongan mainan menjadi sebuah mainan menyerupai wayang namun
berbentuk layaknya makhluk alien. Dan sebagainya, dan sebagainya.. Kita semua bebas untuk
menginterprestasikan setiap karya yang dipamerkan. Saya hanya berusaha menjabarkan alur
penyampaian ide yang digagas Dodot dalam proses penciptaan karyanya dengan mengacu pada
The Future Memory Theory atau teori Memori Masa Depan dari Ingvard Wilhelmsen, yang
menjadi inspirasi utama dalam gelaran pameran kali ini.

Gagasan yang coba disampaikan melalui pameran ini tentu saja bukan semata berkenaan
dengan hal-hal bersifat klangenan seperti halnya mainan. Namun Dodot mencoba mengabarkan
sebuah pola, yang dalam hal ini kebetulan disampaikan melalui benda-benda dan mainan usang.
Pola teori memori masa depan ini bisa kita terapkan pada beragam hal yang kita alami saat ini.
Mulai dari hal-hal kecil dengan jangka pendek seperti ingin melakukan perjalanan jauh, otak kita
mulai mereka-reka dan membuat beragam hal antisipatif untuk kejadian kedepan, seperti
bagaimana kita akan memesan tiket, melakukan perjalanan ke bandara, setiba di bandara tujuan
akan meneruskan perjalanan menggunakan transportasi apa dan bagaimana, dst. Sedangkan
dalam ikhwal kehidupan yang lebih hakiki, memori masa depan akan sangat membantu dalam
meningkatkan kualitas hidup, membangun harapan dan impian, membuat perencanaan dan
menciptakan berbagai antisipasi akan peristiwa yang mungkin akan terjadi di masa depan.

DI akhir tulisan, saya ingin menyinggung bahwa karya-karya dalam gelaran pameran ini
cukup unik, memiliki unsur collectible , memenuhi unsur-unsur estetik, dan dikreasikan dengan
sebuah gagasan positif. Namun karena ini merupakan hal baru, cukup menarik untuk ditunggu
bagaimana apresiasi para penikmat seni. Selamat mengapresiasi!

Budhi Hastho
TITLE : Bellum Omnium Contra Omnes I

SIZE : 98 X 36 X 20 cm

YEAR : 2023
TITLE : Bellum Omnium Contra Omnes II

SIZE : 98 X 36 X 20 cm

YEAR : 2023
TITLE : HILING HILING

SIZE : 55 X 18 X 36 cm

YEAR : 2023
TITLE : SRIPAT SRIPIT MIRSANI RINGGIT

SIZE : 20 X 20 X 7 cm

YEAR : 2023
TITLE : CITY BATTLE

SIZE : 20 X 20 X 20 cm

YEAR : 2023
TITLE : NYIRUK NGIWO

SIZE : 30 X 26 X 22 cm

YEAR : 2023
TITLE : MLETRE

SIZE : 30 X 18 X 25 cm

YEAR : 2023
TITLE : JATHILAN

SIZE : 40 X 20 X 20 cm

YEAR : 2023
TITLE : WAYANG ALIEN

SIZE : 40 X 25 X 9 cm

YEAR : 2023
TITLE : PIRATES OF THE PRAWIROTAMAN

SIZE : 24 X 42 X 11 cm

YEAR : 2023
TITLE : DEEP SEA

SIZE : 50 X 42 X 25 cm

YEAR : 2023
TITLE : GROW OLD WITH U

SIZE : 24 X 17 X 17 cm

YEAR : 2023
TITLE : PROM QUEEN

SIZE : 46 X 32 X 28 cm

YEAR : 2023
TITLE : PAWIROTAMAN QUEEN

SIZE : 35 X 17 X 17 cm

YEAR : 2023
TITLE : BLOCKCHAIN

SIZE : 42 X 60 cm

YEAR : 2021
TITLE : METABABY

SIZE : 42 X 60 cm

YEAR : 2021
TITLE : METAVERCITY

SIZE : 42 X 60 cm

YEAR : 2021
Dodot J.D
Klaten 11 Oktober 1977

SMSR Yogyakarta
Etnomusikologi ISI Surakarta
this is my curriculum vitae
Jl. Kesejahteraan Sosial No.58
(Depan Radio Jiz Fm)
Sonosewu, Kasihan,Bantul, Yogyakarta

+62 889 8003 9082

rememberdodot

rememberdodot@gmail.com

EXHIBITIONS
2023
Jagat Raya - Viavia Jogja
Darah Moeda ( ARCHA Project ) - Hotel Gallery Prawirotaman
Re-Kreasi ( Cerobong Art ) - Hotel Gallery Prawirotaman
Indonesia Kini, 25 tahun peristiwa Mei 98 - Bentara Budaya Jakarta
Quarto#2 - Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta
Jogja Menggambar - Griya Abhipraya Yogyakarta
Group Exhibition - Vice & Virtue Gallery Jakarta

2022
Sen.Sa.Si - Museum Antonio Blanco Ubud Bali
Abhiseva - Semesta Gallery Jakarta
Mimesis - Unicorn Sub-Sel Art Space Surabaya
Mini Exibition - Twin House Bintaro
in bloom : Back to the Roots - Green Host Boutique Hotel Yogyakarta
Dhekahan Gedhe Onggopatran - Monumen Lumpang Piyungan Yogyakarta
2021
Bronze Prize Award
Indonesia - China Cultural
International Painting Competition

2020 Off kegiatan ( pandemi covid 19)


2019
Kodok Khayangan - Art Instalation
Taman Wisata Candi Prambanan
2018
Root Bloody Roots - Art Instalation
Dayang Resort Singkawang Kalbar

2017
Gelar Karya - Lor in Hotel Surakarta
Solo CityWalk Art Festival - Jl. Slamet Riyadi Solo

2015
Pembuatan Patung Icon Umbul Ponggok Klaten Jawa Tengah

Anda mungkin juga menyukai