Anda di halaman 1dari 20

Pendahuluan

Saat ini penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) mengalami kenaikan


jumlah kasus yang sangat bermakna. Beberapa kasus bahkan ada yang
hingga meninggal, sehingga di beberapa wilayah provinsi dan kabupaten
oleh pemerintah daerahnya sudah dinyatakan sebagai kejadian luar biasa
(KLB). Di beberapa rumah sakit pasien terus berdatangan setiap harinya.
Banyak pasien sudah tidak lagi dirawat (inap) di ruangan yang biasa
menangani penyakit ini, tetapi banyak juga yang terpaksa mendapat
perawatan di selasar ruang gawat darurat dengan memakai velbed sebagai
tempat tidurnya.

Banyak juga pasien yang datang ke rumah sakit sudah dalam keadaan berat,
bahkan dalam keadaan syok (dengue shock syndrome/DSS), suatu keadaan
yang paling berat dari demam berdarah. Keadaan seperti ini tentu saja harus
diatasi dengan meningkatkan kewaspadaan kita semua, masyarakat dan
pemerintah, khususnya dalam hal mencegah penularan dan apabila sudah
terjadi penyakit mencari pengobatan dalam keadaan yang masih dini.

Apakah penyebab demam berdarah ?

Penyakit DBD adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus
dengue, suatu virus yang termasuk dalam marga (genus) Flavivirus dari
famili Flaviridae. Sebenarnya bila seseorang terinfeksi virus dengue tidak
selamanya akan menjadi DBD. Manifestasi infeksi virus dengue bervariasi
dengan spektrum yang luas, mulai dari infeksi tanpa gejala (asimtomatik),
demam yang tidak khas, demam dengue (dengue fever) dengan atau tanpa
disertai perdarahan, demam berdarah dengue (DBD/dengue hemorrhagic
fever), sampai keadaan yang paling berat yang dapat menyebabkan kematian
yaitu sindrom syok dengue (SSD atau DSS).

Begitu juga bila terjadi DBD tidak selalu akan disertai gejala perdarahan yang
nyata. Hal ini mungkin menjadi salah satu penyebab mengapa masyarakat
tidak segera mencari pengobatan karena tidak atau belum ada tanda-tanda
perdarahan.

Nyamuk apa yang menularkan penyakit DBD ?

Penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk betina yang dalam tubuhnya
terdapat virus dengue. Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor utama
untuk penularan penyakit dengue. Nyamuk lain yang lebih jarang
adalah Aedes albopictus dan yang sangat jarang adalah Aedes
polynesiensis dan Aedes scutellaris.

Sifat-sifat nyamuk A. aegypti adalah sebagai berikut: nyamuk betina


menggigit manusia/antropofilik (dengan menghisap darah untuk
mematangkan telur dalam tubuhnya), umumnya menggigit pada siang hari
(dari pagi sampai petang), dan pada satu waktu senang menggigit berulang-
ulang sekaligus kepada banyak orang (ini alasan di satu tempat dapat terjadi
banyak orang yang terkena DBD).

Nyamuk ini biasa hidup di sekitar perumahan atau tempat-tempat umum,


suka beristirahat di tempat yang agak gelap, seperti pada baju atau kain yang
bergantungan di balik pintu, atau beristirahat di kolong/bawah meja atau kursi.
Jarak terbangnya sekitar 100–200 meter dan senang meletakkan telurnya
pada tempat penampungan air bersih yang tidak berhubungan langsung
dengan tanah seperti vas bunga, tempat minum burung, ban bekas/ kaleng
bekas/gelas plastik bekas tempat minuman/batok kelapa yang didalamnya
terisi genangan air hujan.

Apabila telur nyamuk bersentuhan dengan air, maka telur akan berubah
menjadi jentik (larva), kemudian menjadi kepompong (pupa) dan akhirnya
menjadi nyamuk dewasa. Proses dari telur menjadi nyamuk dewasa ini
memerlukan waktu sekitar 7 -10 hari. Oleh karena itu menguras tempat
penampungan air harus dikerjakan sekurang-kurangnya setiap 7 hari sekali.

Bagaimana cara penularan penyakit DBD ?

Nyamuk betina dapat terinfeksi virus dengue sewaktu dia menghisap darah
dari pasien dengue fase demam pada saat darahnya banyak mengandung
virus (viremia), yaitu 2 hari sebelum sampai 5 hari sesudah demam timbul.
Nyamuk bersifat infektif dalam 8-12 hari sesudah menghisap darah (masa
inkubasi ekstrinsik) dan bisa tetap infektif selama hidupnya. Selama masa ini,
virus berkembang biak pada saluran pencernaan dan akhirnya bisa sampai di
kelenjar ludah.

Pada saat nyamuk tersebut menggigit orang lain (yang sehat), dia akan
mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan sehingga orang tersebut
akan tertular virus dengue. Masa inkubasi penyakit ini 3-14 hari (paling sering
4-7 hari) dan setelah itu akan mulai timbul gejala-gejala penyakit.
Bagaimana gejala penyakit DBD ?

1. Fase demam ditandai dengan demam yang mendadak tinggi, terus


menerus , disertai nyeri kepala, nyeri otot seluruh badan, nyeri sendi,
kemerahan pada kulit, khususnya kulit wajah (flushing). Gejala lain
seperti nafsu makan berkurang, mual, dan muntah sering ditemukan.

Pada fase ini sulit dibedakan dengan penyakit bukan dengue, maupun antara
penyakit dengue berat dan yang tidak berat. Bila diperiksa laboratorium
darah, biasanya ada penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia) dan pada
awal jumlah trombosit dan nilai hematokrit (kekentalan darah) sering kali
masih dalam batas normal. Fase ini biasanya berlangsung selama 2–7 hari.

1. Fase kritis biasanya terjadi paling sering pada hari ke-4–6 (dapat
terjadi lebih awal pada hari ke-3 atau lebih lambat pada hari ke–7)
sejak dari mulai sakit demam. Pada fase ini terjadi peningkatan
permeabilitas pembulu darah kapiler sehingga akan terjadi
perembesan plasma (plasma leakage), sehingga darah menjadi kental,
dan apabila tidak mendapat terapi cairan yang memadai, dapat
menyebabkan syok sampai kematian.

Sering disertai tanda bahaya berupa muntah yang terus menerus, nyeri perut,
perdarahan pada kulit, dari hidung, gusi, sampai terjadi muntah darah dan
buang air besar berdarah.

Pada fase ini juga dapat ditemukan badan dingin (terutama pada ujung
lengan dan kaki) sebagai tanda syok, tampak lemas, bahkan terjadi
penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan darah dapat ditemukan penurunan
jumlah trombosit yang disertai peningkatan nilai hematokrit yang nyata.

Fase ini terjadi pada saat suhu tubuh mulai mengalami penurunan sampai
mendekati batas normal (defervescence). Hal ini yang sering menyebabkan
terlambatnya orang berobat, karena menganggap bila suhu tubuh mulai turun
berarti penyakit akan mengalami penyembuhan. Pada pasien yang tidak
mengalami peningkatan permeabilitas kapiler akan menunjukkan perbaikan
klinis menuju kesembuhan.

1. Fase pemulihan biasanya berlangsung dalam waktu 48 – 72 jam yang


ditandai oleh perbaikan keadaan umum, nafsu makan pulih, anak
tampak lebih ceria, dan pengeluaran air kemih (diuresis) cukup atau
lebih banyak dari biasanya.
Pada pemeriksaan laboratorium darah nilai hematokrit akan mengalami
penurunan sampai stabil dalam rentang normal dan disertai peningkatan
jumlah trombosit secara cepat menuju nilai normal.
Bagaimana pengobatan penyakit DBD ?

Sampai saat ini belum ada obat (anti virus) yang spesifik untuk penyakit ini.
Pengobatan yang utama adalah mempertahankan keseimbangan ciran
dengan pemberian cairan yang cukup, tidak kurang maupun berlebihan.
Jenis, jumlah, dan cara pemberian berdasar atas fase penyakit, keadaan
klinis, dan atas panduan nilai hematokrit.

Apabila tidak ada muntah dan masih mau minum, pada fase demam masih
boleh dirawat di rumah dengan pemberian cairan/minum dengan jumlah yang
lebih banyak dari biasanya. Pengobatan lain berupa simtomatik khususnya
pemberian obat antipiretik (penurun demam). Obat yang direkomendasikan
adalah obat yang mengandung parasetamol, sedangkan asetosal dilarang
penggunaannya dan ibuprofen tidak direkomendasikan.

Keberhasilan pengobatan sangat dipengaruhi oleh diagnosis dini dan


pemantauan keadaan klinis serta pemberian cairan yang tepat.

Bagaimana pencegahan penyakit DBD?

Masyarakat perlu mewaspadai dan mengantisipasi serangan penyakit DBD


dengan menjaga kebersihan lingkungan supaya dapat menghilangkan sarang
atau tempat perindukan nyamuk.

Saat ini, pencegahan DBD yang paling efektif dan efisien adalah kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus, yaitu:

 Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat


penampungan air seperti bak mandi, tempat penampungan air minum,
penampung air lemari es, tempat minum burung, vas bunga, dan lain-
lain sekurang-kurangnya 7 hari sekali;

 Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air


seperti drum, toren air, dan sebagainya;
 Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang
memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk atau
kalau tidak memungkinkan dibuang dengan cara menguburnya.

Adapun yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk kegiatan


pencegahan seprti: menggunakan kelambu saat tidur, mengatur cahaya dan
ventilasi dalam rumah, menghindari kebiasaan menggantung pakaian di
dalam rumah, mengoleskan obat anti nyamuk (repellent) pada daerah kulit
terbuka, kecuali muka, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk,
menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit
dibersihkan, serta memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk; dan lain-lain.

Adapun pengasapan (fogging) merupakan upaya pencegahan yang kurang


efektif, bila tidak disertai PSN, karena hanya membunuh nyamuk dewasa.
Apabila akan dilakukan juga harus memenuhi persyaratan tertentu. Menurut
Pedoman Kemenkes RI tahun 2007, kegiatan pengendalian vektor dengan
pengasapan atau fogging fokus dilakukan di rumah pasien/tersangka DBD
dan lokasi sekitarnya yang diperkirakan menjadi sumber penularan. Kegiatan
ini dilakukan bila hasil penyelidikan epidemiologi (PE) positif yaitu ditemukan
penderita/tersangka DBD lainnya atau ditemukan tiga atau lebih orang
dengan demam tanpa sebab dan ditemukan jentik > 5%. Fogging
dilaksanakan dalam radius 200 meter dan dilakukan dua siklus dengan
interval kurang lebih 1 minggu.

Penulis:

Djatnika Setiabudi

UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI

IDAI Cabang Jawa Barat

WASPADA DEMAM BERDARAH DENGUE


06.04.2016

Memasuki musim hujan, Indonesia mengalami peningkatan drastis penderita


demam berdarah dengue (DBD). Penyakit DBD merupakan penyakit akibat
infeksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014, DBD dapat ditemukan di
seluruh propinsi di Indonesia, dan hampir setiap tahun menyebabkan epidemi
pada musim hujan. Beberapa faktor yang mempengaruhi hal ini antara lain
adanya semua serotipe virus dengue di Indonesia, iklim tropis yang
mendukung kehidupan virus dan vektor nyamuk, masih adanya air bersih
yang tertampung sebagai media pertumbuhan larva nyamuk Aedes
aegypti serta peningkatan curah hujan.
Gejala

DBD lebih sering terjadi dan bisa lebih berbahaya jika dialami oleh anak.
Secara teoritis, Seseorang anak dapat mengalami infeksi dengue lebih dari
satu kali, karena virus dengue mempunyai empat serotipe. Pada anak,
respons imun terhadap infeksi virus dengue belum sempurna sehingga hasil
akhir infeksi adalah kerusakan dinding pembuluh darah dan perembesan
plasma darah. Manifestasi klinis DBD sangat luas, yaitu dari infeksi tanpa
gejala, gejala ringan, sampai gejala berat bahkan kematian. Banyak faktor
yang mempengaruhi berat-ringannya manifestasi infeksi dengue, antara lain
faktor usia, status gizi, serotipe virus, serta adanya komorbiditas penyakit lain.
Hal yang berbahaya dari DBD adalah perdarahan yang berat dan renjatan
(kurangnya cairan dalam pembuluh darah yang mengganggu perfusi ke
jaringan tubuh).

Orang tua disarankan membawa anaknya berobat ke fasilitas kesehatan jika


anak mengalami hal berikut:

 Demam berlangsung lebih dari 3 hari, tidak turun setelah pemberian


obat penurun panas
 Demam disertai bintik-bintik merah di kulit yang tidak hilang dengan
penekanan
 Demam disertai perdarahan spontan dari mulut, hidung atau tempat
lain yang tidak biasa
 Demam yang disertai penurunan kadar trombosit, penurunan kadar
leukosit, dan peningkatan hematokrit
 Terdapat penderita DBD di sekitar tempat tinggal atau sekolah
 Anak cenderung tidur dan sulit dibangunkan, meracau, ujung – ujung
jari teraba dingin saat bebas demam (kemungkinan anak mengalami
renjatan)
 Demam yang disertai dengan tanda bahaya DBD seperti muntah-
muntah yang sering, sakit perut hebat atau buang air kecil yang
berkurang atau tidak ada dalam 4-6 jam terakhir

Pada penderita DBD diperlukan pemantauan atau observasi terus-menerus,


terutama pada fase kritis (hari bebas demam). Pada beberapa penderita yang
dirawat, tujuan perawatan adalah untuk menjamin observasi dan menjaga
volume cairan pembuluh darah yang memadai.

Anak sebaiknya segera dibawa berobat jika mengalami hal tersebut, untuk
mencegah anak jatuh dalam kondisi yang lebih berat. Jika anak telah
mengalami renjatan, maka pasokan oksigen ke berbagai jaringan tubuh
berkurang dan menyebabkan kerusakan organ. Pada kondisi ini penyakit
akan lebih sulit ditangani.

Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan darah pada anak dengan demam sebaiknya dilakukan paling


tidak pada hari ke-3 sampai ke-4 sejak timbul demam. Pemeriksaan yang
disarankan adalah hemoglobin, hematokrit, trombosit, leukosit dan hitung
jenis. Antibodi terhadap dengue dapat diperiksa dengan NS1 (hari sakit ke 1 –
2) atau IgM Dengue (sejak hari sakit ke 5). Kadar trombosit yang rendah
(trombositopenia) tidak selalu berarti DBD, apalagi bila kadarnya belum di
bawah 100.000 /uL. Penyakit infeksi virus lain yang tidak spesifik,
penyakit idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP), sepsis, dan infeksi jamur
juga menyebabkan trombositopenia.

Pemberian Cairan

Sebelum dibawa berobat, anak dapat diberikan cairan rumah tangga


sebanyak yang anak mampu. Cairan yang dianjurkan untuk penderita DBD
adalah cairan yang mengandung mineral (cairan isotonik kaleng, air putih
dengan garam dan gula, atau oralit). Pemberian jus jambu, angkak, atau
kurma untuk penderita DBD belum terbukti bermanfaat secara ilmiah dan
belum bisa dijadikan pedoman. Tidak ada larangan untuk memberikan cairan
tersebut kepada penderita DBD. Namun, perlu diperhatikan bahwa pada anak
yang sedang sakit, pemberian minum yang bercitarasa tajam dapat
memancing muntah. Muntah yang berlebihan dapat memperburuk kondisi
anak.

Pencegahan

DBD dapat dicegah dengan penggunaan kelambu saat tidur dan lotion anti-
nyamuk, pemberantasan sarang nyamuk, pemeriksaan jentik nyamuk di bak
mandi, penyemprotan cairan insektisida (fogging), dan gerakan 3 M
(mengubur barang bekas, menutup tempat penampungan air, dan menguras
bak air).

Fogging yang efektif merupakan salah satu cara menurunkan populasi


nyamuk. Namun, perlu diperhatikan dosis insektisida yang digunakan,
perhitungan arah angin, dan perhitungan radius daerah
cakupan. Fogging sebaiknya dilakukan pada pagi hari pukul 07.00 – 10.00
dan sore hari pukul 15.00 sampai 17.00. Bila dilakukan pada siang hari,
nyamuk sedang tidak beraktivitas dan asap fogging mudah menguap karena
udara siang yang panas. Fogging sebaiknya tidak dilakukan pada keadaan
hujan.

Saat ini, vaksin DBD saat ini sudah tersedia dan dalam waktu dekat akan
diedarkan di Indonesia. Pemberian vaksin tidak lantas mengurangi upaya
pencegahan DBD yang ada, dan dilakukan bersama-sama. Dengan
peningkatan kesadaran masyarakat terhadap bahaya infeksi DBD,
keikutsertaan masyarakat dalam usaha pencegahan, dan adanya vaksin,
maka diharapkan angka kesakitan dan kematian anak akibat DBD di
Indonesia dapat diturunkan.

Penulis: Dr. Natharina Yolanda

*Catatan :Artikel berdasarkan wawancara dengan Dr. Ari Prayitno, SpA(K),


Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak RS
Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Gerakan Bersama Melawan Demam Berdarah
16.03.2016

Pada 3 Februari 2016, diluncurkan Gerakan Bersama Melawan Demam


Berdarah, yaitu suatu gerakan edukasi Demam Berdarah Dengue (DBD) yang
dicetuskan oleh GSK Consumer Healthcare Indonesia dan didukung oleh
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Gerakan ini difokuskan pada penyakit DBD, karena masih
merupakan penyakit dengan angka kejadian yang sangat tinggi di Indonesia
dan berulang setiap tahun. Menurut survei, hal ini disebabkan masih
rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai gejala dan
pencegahan DBD.
DBD merupakan suatu penyakit akibat infeksi virus dengue melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti, dapat menimbulkan gejala yang bervariasi, dari sakit
sampai berat bahkan kematian. Perlu diketahui bahwa tidak semua DBD
menimbulkan gejala perdarahan yang nyata. Infeksi dengue yang ringan
disebut demam dengue (tanpa kebocoran pembuluh darah), sedangkan
infeksi lebih berat menyebabkan demam berdarah dengue (dengan
kebocoran pembuluh darah). Kebocoran pembuluh darah ini menyebabkan
cairan keluar dari pembuluh darah sehingga terjadi syok. Syok merupakan
akibat jaringan tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen yang dibawa oleh
darah. Keadaan syok adalah suatu keadaan berat yang dapat menimbulkan
kematian.

Perjalanan infeksi dengue terdiri dari 3 fase, yaitu fase demam, fase kritis,
dan fase penyembuhan. Pada fase demam (hari ke 1 sampai 3), anak demam
tinggi, tidak mau makan dan minum, mual, dan lemas. Trombosit dan
kekentalan darah (hematokrit) pada fase ini umumnya masih normal. Bahaya
pada fase ini adalah terjadinya dehidrasi dan kejang yang dicetuskan demam.
Setelah hari ketiga, demam mulai turun. Pada fase bebas demam ini, terjadi
perembesan cairan melalui pembuluh darah, penurunan jumlah trombosit,
dan peningkatan kekentalan darah. Anak dalam fase kritis memiliki risiko
besar mengalami syok dan perdarahan. Jika anak mengalami penanganan
yang baik, maka anak akan memasuki fase penyembuhan. Pada fase ini,
anak lebih aktif dan mau makan. Cairan yang sebelumnya merembes keluar
pembuluh darah akan masuk kembali pada fase penyembuhan. Jika cairan
infus tidak segera dikurangi, anak memiliki risiko kelebihan cairan dalam
tubuh.

Gejala dan Tanda

Gejala utama pada dengue adalah demam. Namun, tidak semua demam
adalah dengue. Pada dengue, demam umumnya timbul mendadak dan tinggi
(>38,5oC) pada anak yang sebelumnya masih aktif, disertai berbagai gejala
lain seperti:

- Tidak mau makan atau minum

- Rewel atau lemas

- Nyeri kepala, nyeri otot, nyeri belakang mata

- Mual dan muntah

- Perdarahan (mimisan, gusi berdarah, buang air besar bercampur darah)

- Ruam kemerahan pada kulit

- Buang air kecil berkurang


Demam yang disebabkan infeksi virus lain (seperti diare atau batuk pilek)
umumnya tidak mendadak dan anak masih cukup aktif jika demam turun.
Anak yang tetap lemas atau tidak mau makan setelah demam turun di hari
ketiga, perlu dicurigai adanya infeksi dengue. Sebagai penuntun lain, adanya
tanda bahaya (warning signs) berikut menandakan perlunya anak untuk
segera dibawa berobat:

- Nyeri perut hebat

- Muntah terus – menerus

- Mimisan atau buang air besar berdarah

- Tangan dan kaki dingin

- Tidak sadar, bicara meracau, atau kejang

- Cenderung tidur dan sulit dibangunkan

Pengobatan

Pengobatan infeksi dengue yang utama adalah pemantauan suhu tubuh,


pemberian cairan yang cukup, dan pengenalan tanda bahaya. Anak yang
mengalami demam tinggi umumnya menolak makan dan minum sehingga
berisiko mengalami dehidrasi. Obat penurun panas yang dianjurkan adalah
parasetamol, karena efek samping minimal dan tidak mengiritasi lambung.
Obat penurun panas lain seperti ibuprofen atau aspirin tidak dianjurkan jika
ada kecurigaan infeksi dengue. Antibiotik tidak diperlukan pada infeksi virus
dengue.

Pencegahan

Hal yang penting dalam penanggulangan DBD adalah pengendalian vektor


dan kebersihan lingkungannya. Nyamuk Aedes aegypti yang menyebarkan
virus dengue berbeda dengan nyamuk rumah biasa. Nyamuk ini memiliki
belang hitam - putih di badan, kepala, dan kakinya dan terbang pada siang
hari. Nyamuk betina bertelur di genangan air bersih, meninggalkan jentik
nyamuk yang akan berkembang menjadi pupa, kemudian menjadi nyamuk
dewasa. Siklus nyamuk ini berlangsung cepat, yaitu setiap 1 minggu sekali.
Satu ekor nyamuk betina dapat menggigit manusia berkali – kali (multiple
bites) sehingga penyebaran virus dengue juga berlangsung cepat.

Strategi pencegahan DBD pada rumah tangga yang lama dikenal adalah 3M
Plus. Perlu diketahui bahwa 3M terdiri dari menguras bak mandi, menutup
tempat penampungan air (TPA), dan mendaur ulang barang bekas.
Pengurasan bak mandi tidak hanya dengan air, namun juga perlu penyikatan
dinding bak karena jentik nyamuk dapat menempel pada dinding. Sebaiknya
pengurasan bak dilakukan setiap 1 minggu sekali, sesuai dengan daur hidup
nyamuk. Untuk genangan air yang tidak terjangkau dan tidak dapat dikuras
(seperti talang air hujan), dapat ditaburkan bubuk larvasida (abate). Tindakan
Plus lain yang dapat dilakukan adalah penggunaan kelambu saat tidur dan
lotion anti nyamuk, serta pemeliharaan ikan sebagai predator
nyamuk. Fogging (pengasapan) hanya bermanfaat untuk membasmi nyamuk
dewasa; jentik tidak dapat mati dengan pengasapan.

Usaha pembasmian jentik tidak cukup pada tingkat rumah tangga. Pada
tingkat lingkungan yang lebih besar, pengendalian jentik dapat dilakukan
dengan menggerakkan juru pemantau jentik (jumantik). Jumantik adalah satu
orang pada satu rumah yang bertugas memantau keberadaan jentik dan
mendorong upaya pemberantasannya.

Dengan mengetahui gejala dan tanda bahaya DBD serta cara


pencegahannya, diharapkan angka kejadian dan kematian akibat dengue di
Indonesia dapat dikurangi.

Penulis: dr. Natharina Yolanda

Berdasarkan presentasi Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, SpA(K) 1 dan Dr.
dr. Aman Bhakti Pulungan, SpA(K)2 pada acara Peluncuran Gerakan
Bersama Melawan Demam Berdarah di Hotel JW Marriot, Jakarta, 3 Februari
2016.

Reviewer: Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, SpA(K)

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, dimana
penyakit ini biasa muncul di musim penghujan. Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes
aegypti. Nyamuk ini memiliki ciri berwarna hitam kecoklatan dengan corak putih pada
bagian kepala, torak, perut dan kaki (Kemenkes RI, 2013).
Menurut WHO (2018), virus dengue dapat masuk ke dalam tubuh manusia dan
bereplikasi selama 5-7 hari sehingga bisa menimbulkan gejala klinis walaupun kadang
tidak ditemukan gejala pada beberapa orang. Virus dengue memerlukan manusia
sebagai perantara penularannya dan nyamuk sebagai vektornya. Nyamuk Aedes
aegypti berperan sebagai penular yang utama dan nyamuk Ae. Albopictus berperan
sebagai penular yang kedua. Perbedaan nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes
albopictus berada pada bagian toraknya. Nyamuk Aedes aegypti memiliki warna bulan
sabit putih, sedangkan nyamuk Aedes albopictus berbentuk garis lurus (Kemenkes RI,
2013).
Perkembangan virus dengue disebut juga dengan masa inkubasi. Masa inkubasi terjadi
secara ekstrinsik dan intrinsik melalui tubuh nyamuk dan manusia. Masa inkubasi
ekstrinsik terjadi dalam tubuh nyamuk, dimana virus dengue akan bereplikasi selama 4-
10 hari kemudian virus ini akan masuk ke ludah nyamuk sehingga nantinya ketika
nyamuk menghisap darah manusia, virus dengue juga dapat masuk ke dalam tubuh
manusia dan bereplikasi selama 5-7 hari atau disebut sebagai masa inkubasi intrinsik
dan menimbulkan tanda gejala DBD walaupun beberapa orang tidak mengalami tanda
dan gejala tersebut (WHO, 2018).
Faktor risiko yang berpotensi menyebabkan terjadinya penularan dan semakin
berkembangnya penyakit DBD adalah pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak
memiliki pola tertentu, faktor urbanisasi yaitu perpindahan penduduk secara terus –
menerus dari kota kecil ke kota besar yang tidak berencana dan terkontrol dengan baik,
semakin majunya sistem transportasi sehingga perpindahan penduduk sangat mudah,
sistem pengelolaan limbah dan penyediaan air bersih yang tidak memadai,
berkembangnya penyebaran dan kepadatan nyamuk, kurangnya sistem pengendalian
nyamuk yang efektif, serta melemahnya struktur kesehatan masyarakat. Selain faktor-
faktor lingkungan tersebut diatas adalah status imunologi (kekebalan tubuh) seseorang
yang kurang baik. Perubahan iklim (climate change) global yang menyebabkan kenaikan
rata-rata temperatur, perubahan pola musim hujan dan kemarau juga disinyalir
menyebabkan risiko terhadap penularan DBD (Kemenkes. 2017).
Lalu bagaimana gejala dan penatalaksaannya?
Pada anak gejalanya berupa demam selama 1 sampai 5 hari, radang tenggorokan, dan
batuk ringan. Pada anak yang umurnya lebih dari 5 tahun, gejalanya adalah demam
tinggi, nyeri kepala dan belakang mata. Penderita Demam Berdarah Dengue akan
mengalami panas tinggi yang di sebabkan masuknya virus dengue ke dalam tubuh yang
dapat menimbulkan tanda gejala sebagai berikut, penderita akan mengalami demam
tinggi selama 5 sampai 7 hari, suhu tubuh lebih dari 37°C, mukosa bibir kering, mata
terlihat cekung, gejala nyeri otot (Susilo. 2016).
Penatalaksanaan DBD
A.DD (Demam Dengue)
1.Istirahat ditempat tidur (tidak melakukan aktivitas).
2.Kompres hangat diberikan apabila diperlukan.
3.Untuk menurunkan suhu menjadi <39°C, dapat diberikan paracetamol. Asetosal,
salisilat, ibuprofen jangan digunakan pada pasien DBD.
4.Beri pasien minum yang cukup dan yang mengandung elektrolit seperti oralit
5.Monitor suhu, jumlah kadar sel darah merah (hematokrit), dan jumlah keping darah
(trombosit) hingga fase penyembuhan (IDAI, 2014)
B.DBD Tanpa Syok (penuran aliran darah secara tiba tiba)
1.Lakukan tata laksana DD.
2.Pada saat pasien datang, berikan cairan infus kristaloid/ NaCI 0,9% atau dekstrosa 5%
dalam ringer laktat/NaCI 0,9%, 6-7 ml/kgBB/jam.
3.Monitor suhu, nadi, frekuansi napas, tekanan darah, volume urin setiap jam dan
hematokrit serta trombosit setiap 6 jam. Selanjutnya evaluasi 12-24 jam.
4.Apabila selama observasi keadaan umum membaik yaitu anak nampak tenang,
tekanan nadi kuat, tekanan darah stabil, diuresis cukup, dan kadar Ht cenderung turun
minimal dalam 2 kali pemeriksaan berturut-turut, maka tetesan dikurangi menjadi 5
ml/kgBB/jam.
5.Apabila dalam 27 observasi selanjutnya tanda vital tetap stabil, tetesan dikurangi
menjadi 3 ml/kgBB/jam dan akhirnya cairan dihentikan setelah 24-48 jam (IDAI, 2014).
C.DBD Dengan Syok (penuran aliran darah secara tiba tiba)
1.Penggantian volume plasma segera dengan memberikan cairan kristaloid 20 ml/kgBB
secara intravena dalam 30 menit. Bila tidak ada perbaikan pemberian cairan kristoloid
ditambah cairan koloid.
2.Terapi oksigen 2 liter per menit harus selalu diberikan pada semua pasien syok.
3.Monitor suhu, nadi, frekuansi napas, tekanan darah, volume urin setiap jam dan
hematokrit serta trombosit
4.Setelah pemberian cairan resusitasi kristaloid dan koloid, syok masih menetap
sedangkan kadar hematokrit turun, maka pikirkan adanya perdarahan internal. Maka
dianjurkan pemberian transfusi darah segar/ komponen sel darah merah (IDAI, 2014).
Setelah mengetahui tentang gejala dan tatalaksanaan DBD, selanjutnya kita akan
memberikan tips dalam pencegahan DBD berikut cara pencegahannya:
1.Menguras
Membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi,
ember air, tempat penampungan air, penampung air lemari es dan lain-lain.
2.Menutup
Menutup rapat-rapat tempat penampungan air.
3.Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang yang dapat memicu tempat
perkembangbiakan nyamuk penular DBD.
4.Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan.
5.Menggunakan kelambu saat tidur.
6.Menghindari kebiasaan menggantung pakaian didalam rumah yang bisa menjadi
tempat perkembangbiakan nyamuk.
7.Menggunakan obat anti nyamuk oles ketika tidur dan beraktifitas sehari-hari.
(Ustiawaty, Pertiwi and Aini, 2020)
Penulis : Gentri Zulfika, Fauziah Dinda Pratama, Adila Rosyida, Mellisa Dwi Mustika, Ayu
Arihanakita S, Ayu Devi Prestiyanti, Monica Agustine, Chalimatus Sya'diyah (Kelompok
1.2)
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes. (2017). Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue
Di Indonesia. Jakarta
IDAI, 2014. Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana Infeksi Dengue pada Anak; UKK
Infeksi dan Penyakit Tropis, IDAI
Susilo, A. S. A., & Irdawati, S. K. (2016). Upaya Penurunan Suhu Tubuh Dengan
Kompres Hangat Pada Anak DBD Di RSPA Boyolali (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Tansil, Melissa G, dkk. (2021). Faktor Risiko Terjadinya Kejadian Demam Berdarah
Dengue Pada Anak. Jurnal Biomedik, Vol. 13(1), Hal. 90-99.
Kemenkes RI, 2013. Buku Saku Pengendalian Demam Berdarah Dengue Untuk
Pengelola Program DBD Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit
dan Penyehat Lingkungan.
WHO, W. H. O., 2018. Dengue Control : Epidemiology. [Online] Available at:
https://www.who.int/denguecontrol/epidemiology/en/ [Accessed 14 Juni 2021].
Ustiawaty, J., Pertiwi, A. D. and Aini, A. (2020) ‘Upaya Pencegahan Penyakit Demam
Berdarah Melalui Pemberantasan Nyamuk Aedes aegypti’, Jurnal Pengabdian Magister
Pendidikan IPA, 3(2). doi: 10.29303/jpmpi.v3i2.528.
Nasihudin, A. A. (2021, July 23). Waspada, Ini Jam-Jam Nyamuk Aedes Aegypti
Penyebab DBD Serang Manusia.
RSU Sejahtera Bhakti dan Holistik. (2021, July 23). Perbedaan Chikungunya dan
Demam Berdarah (DBD). Retrieved from RSU Sejahtera Bhakti dan Holistik

Anda mungkin juga menyukai