Banyak juga pasien yang datang ke rumah sakit sudah dalam keadaan berat,
bahkan dalam keadaan syok (dengue shock syndrome/DSS), suatu keadaan
yang paling berat dari demam berdarah. Keadaan seperti ini tentu saja harus
diatasi dengan meningkatkan kewaspadaan kita semua, masyarakat dan
pemerintah, khususnya dalam hal mencegah penularan dan apabila sudah
terjadi penyakit mencari pengobatan dalam keadaan yang masih dini.
Penyakit DBD adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus
dengue, suatu virus yang termasuk dalam marga (genus) Flavivirus dari
famili Flaviridae. Sebenarnya bila seseorang terinfeksi virus dengue tidak
selamanya akan menjadi DBD. Manifestasi infeksi virus dengue bervariasi
dengan spektrum yang luas, mulai dari infeksi tanpa gejala (asimtomatik),
demam yang tidak khas, demam dengue (dengue fever) dengan atau tanpa
disertai perdarahan, demam berdarah dengue (DBD/dengue hemorrhagic
fever), sampai keadaan yang paling berat yang dapat menyebabkan kematian
yaitu sindrom syok dengue (SSD atau DSS).
Begitu juga bila terjadi DBD tidak selalu akan disertai gejala perdarahan yang
nyata. Hal ini mungkin menjadi salah satu penyebab mengapa masyarakat
tidak segera mencari pengobatan karena tidak atau belum ada tanda-tanda
perdarahan.
Penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk betina yang dalam tubuhnya
terdapat virus dengue. Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor utama
untuk penularan penyakit dengue. Nyamuk lain yang lebih jarang
adalah Aedes albopictus dan yang sangat jarang adalah Aedes
polynesiensis dan Aedes scutellaris.
Apabila telur nyamuk bersentuhan dengan air, maka telur akan berubah
menjadi jentik (larva), kemudian menjadi kepompong (pupa) dan akhirnya
menjadi nyamuk dewasa. Proses dari telur menjadi nyamuk dewasa ini
memerlukan waktu sekitar 7 -10 hari. Oleh karena itu menguras tempat
penampungan air harus dikerjakan sekurang-kurangnya setiap 7 hari sekali.
Nyamuk betina dapat terinfeksi virus dengue sewaktu dia menghisap darah
dari pasien dengue fase demam pada saat darahnya banyak mengandung
virus (viremia), yaitu 2 hari sebelum sampai 5 hari sesudah demam timbul.
Nyamuk bersifat infektif dalam 8-12 hari sesudah menghisap darah (masa
inkubasi ekstrinsik) dan bisa tetap infektif selama hidupnya. Selama masa ini,
virus berkembang biak pada saluran pencernaan dan akhirnya bisa sampai di
kelenjar ludah.
Pada saat nyamuk tersebut menggigit orang lain (yang sehat), dia akan
mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan sehingga orang tersebut
akan tertular virus dengue. Masa inkubasi penyakit ini 3-14 hari (paling sering
4-7 hari) dan setelah itu akan mulai timbul gejala-gejala penyakit.
Bagaimana gejala penyakit DBD ?
Pada fase ini sulit dibedakan dengan penyakit bukan dengue, maupun antara
penyakit dengue berat dan yang tidak berat. Bila diperiksa laboratorium
darah, biasanya ada penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia) dan pada
awal jumlah trombosit dan nilai hematokrit (kekentalan darah) sering kali
masih dalam batas normal. Fase ini biasanya berlangsung selama 2–7 hari.
1. Fase kritis biasanya terjadi paling sering pada hari ke-4–6 (dapat
terjadi lebih awal pada hari ke-3 atau lebih lambat pada hari ke–7)
sejak dari mulai sakit demam. Pada fase ini terjadi peningkatan
permeabilitas pembulu darah kapiler sehingga akan terjadi
perembesan plasma (plasma leakage), sehingga darah menjadi kental,
dan apabila tidak mendapat terapi cairan yang memadai, dapat
menyebabkan syok sampai kematian.
Sering disertai tanda bahaya berupa muntah yang terus menerus, nyeri perut,
perdarahan pada kulit, dari hidung, gusi, sampai terjadi muntah darah dan
buang air besar berdarah.
Pada fase ini juga dapat ditemukan badan dingin (terutama pada ujung
lengan dan kaki) sebagai tanda syok, tampak lemas, bahkan terjadi
penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan darah dapat ditemukan penurunan
jumlah trombosit yang disertai peningkatan nilai hematokrit yang nyata.
Fase ini terjadi pada saat suhu tubuh mulai mengalami penurunan sampai
mendekati batas normal (defervescence). Hal ini yang sering menyebabkan
terlambatnya orang berobat, karena menganggap bila suhu tubuh mulai turun
berarti penyakit akan mengalami penyembuhan. Pada pasien yang tidak
mengalami peningkatan permeabilitas kapiler akan menunjukkan perbaikan
klinis menuju kesembuhan.
Sampai saat ini belum ada obat (anti virus) yang spesifik untuk penyakit ini.
Pengobatan yang utama adalah mempertahankan keseimbangan ciran
dengan pemberian cairan yang cukup, tidak kurang maupun berlebihan.
Jenis, jumlah, dan cara pemberian berdasar atas fase penyakit, keadaan
klinis, dan atas panduan nilai hematokrit.
Apabila tidak ada muntah dan masih mau minum, pada fase demam masih
boleh dirawat di rumah dengan pemberian cairan/minum dengan jumlah yang
lebih banyak dari biasanya. Pengobatan lain berupa simtomatik khususnya
pemberian obat antipiretik (penurun demam). Obat yang direkomendasikan
adalah obat yang mengandung parasetamol, sedangkan asetosal dilarang
penggunaannya dan ibuprofen tidak direkomendasikan.
Saat ini, pencegahan DBD yang paling efektif dan efisien adalah kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus, yaitu:
Penulis:
Djatnika Setiabudi
DBD lebih sering terjadi dan bisa lebih berbahaya jika dialami oleh anak.
Secara teoritis, Seseorang anak dapat mengalami infeksi dengue lebih dari
satu kali, karena virus dengue mempunyai empat serotipe. Pada anak,
respons imun terhadap infeksi virus dengue belum sempurna sehingga hasil
akhir infeksi adalah kerusakan dinding pembuluh darah dan perembesan
plasma darah. Manifestasi klinis DBD sangat luas, yaitu dari infeksi tanpa
gejala, gejala ringan, sampai gejala berat bahkan kematian. Banyak faktor
yang mempengaruhi berat-ringannya manifestasi infeksi dengue, antara lain
faktor usia, status gizi, serotipe virus, serta adanya komorbiditas penyakit lain.
Hal yang berbahaya dari DBD adalah perdarahan yang berat dan renjatan
(kurangnya cairan dalam pembuluh darah yang mengganggu perfusi ke
jaringan tubuh).
Anak sebaiknya segera dibawa berobat jika mengalami hal tersebut, untuk
mencegah anak jatuh dalam kondisi yang lebih berat. Jika anak telah
mengalami renjatan, maka pasokan oksigen ke berbagai jaringan tubuh
berkurang dan menyebabkan kerusakan organ. Pada kondisi ini penyakit
akan lebih sulit ditangani.
Pemeriksaan Darah
Pemberian Cairan
Pencegahan
DBD dapat dicegah dengan penggunaan kelambu saat tidur dan lotion anti-
nyamuk, pemberantasan sarang nyamuk, pemeriksaan jentik nyamuk di bak
mandi, penyemprotan cairan insektisida (fogging), dan gerakan 3 M
(mengubur barang bekas, menutup tempat penampungan air, dan menguras
bak air).
Saat ini, vaksin DBD saat ini sudah tersedia dan dalam waktu dekat akan
diedarkan di Indonesia. Pemberian vaksin tidak lantas mengurangi upaya
pencegahan DBD yang ada, dan dilakukan bersama-sama. Dengan
peningkatan kesadaran masyarakat terhadap bahaya infeksi DBD,
keikutsertaan masyarakat dalam usaha pencegahan, dan adanya vaksin,
maka diharapkan angka kesakitan dan kematian anak akibat DBD di
Indonesia dapat diturunkan.
Perjalanan infeksi dengue terdiri dari 3 fase, yaitu fase demam, fase kritis,
dan fase penyembuhan. Pada fase demam (hari ke 1 sampai 3), anak demam
tinggi, tidak mau makan dan minum, mual, dan lemas. Trombosit dan
kekentalan darah (hematokrit) pada fase ini umumnya masih normal. Bahaya
pada fase ini adalah terjadinya dehidrasi dan kejang yang dicetuskan demam.
Setelah hari ketiga, demam mulai turun. Pada fase bebas demam ini, terjadi
perembesan cairan melalui pembuluh darah, penurunan jumlah trombosit,
dan peningkatan kekentalan darah. Anak dalam fase kritis memiliki risiko
besar mengalami syok dan perdarahan. Jika anak mengalami penanganan
yang baik, maka anak akan memasuki fase penyembuhan. Pada fase ini,
anak lebih aktif dan mau makan. Cairan yang sebelumnya merembes keluar
pembuluh darah akan masuk kembali pada fase penyembuhan. Jika cairan
infus tidak segera dikurangi, anak memiliki risiko kelebihan cairan dalam
tubuh.
Gejala utama pada dengue adalah demam. Namun, tidak semua demam
adalah dengue. Pada dengue, demam umumnya timbul mendadak dan tinggi
(>38,5oC) pada anak yang sebelumnya masih aktif, disertai berbagai gejala
lain seperti:
Pengobatan
Pencegahan
Strategi pencegahan DBD pada rumah tangga yang lama dikenal adalah 3M
Plus. Perlu diketahui bahwa 3M terdiri dari menguras bak mandi, menutup
tempat penampungan air (TPA), dan mendaur ulang barang bekas.
Pengurasan bak mandi tidak hanya dengan air, namun juga perlu penyikatan
dinding bak karena jentik nyamuk dapat menempel pada dinding. Sebaiknya
pengurasan bak dilakukan setiap 1 minggu sekali, sesuai dengan daur hidup
nyamuk. Untuk genangan air yang tidak terjangkau dan tidak dapat dikuras
(seperti talang air hujan), dapat ditaburkan bubuk larvasida (abate). Tindakan
Plus lain yang dapat dilakukan adalah penggunaan kelambu saat tidur dan
lotion anti nyamuk, serta pemeliharaan ikan sebagai predator
nyamuk. Fogging (pengasapan) hanya bermanfaat untuk membasmi nyamuk
dewasa; jentik tidak dapat mati dengan pengasapan.
Usaha pembasmian jentik tidak cukup pada tingkat rumah tangga. Pada
tingkat lingkungan yang lebih besar, pengendalian jentik dapat dilakukan
dengan menggerakkan juru pemantau jentik (jumantik). Jumantik adalah satu
orang pada satu rumah yang bertugas memantau keberadaan jentik dan
mendorong upaya pemberantasannya.
Berdasarkan presentasi Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, SpA(K) 1 dan Dr.
dr. Aman Bhakti Pulungan, SpA(K)2 pada acara Peluncuran Gerakan
Bersama Melawan Demam Berdarah di Hotel JW Marriot, Jakarta, 3 Februari
2016.
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, dimana
penyakit ini biasa muncul di musim penghujan. Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes
aegypti. Nyamuk ini memiliki ciri berwarna hitam kecoklatan dengan corak putih pada
bagian kepala, torak, perut dan kaki (Kemenkes RI, 2013).
Menurut WHO (2018), virus dengue dapat masuk ke dalam tubuh manusia dan
bereplikasi selama 5-7 hari sehingga bisa menimbulkan gejala klinis walaupun kadang
tidak ditemukan gejala pada beberapa orang. Virus dengue memerlukan manusia
sebagai perantara penularannya dan nyamuk sebagai vektornya. Nyamuk Aedes
aegypti berperan sebagai penular yang utama dan nyamuk Ae. Albopictus berperan
sebagai penular yang kedua. Perbedaan nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes
albopictus berada pada bagian toraknya. Nyamuk Aedes aegypti memiliki warna bulan
sabit putih, sedangkan nyamuk Aedes albopictus berbentuk garis lurus (Kemenkes RI,
2013).
Perkembangan virus dengue disebut juga dengan masa inkubasi. Masa inkubasi terjadi
secara ekstrinsik dan intrinsik melalui tubuh nyamuk dan manusia. Masa inkubasi
ekstrinsik terjadi dalam tubuh nyamuk, dimana virus dengue akan bereplikasi selama 4-
10 hari kemudian virus ini akan masuk ke ludah nyamuk sehingga nantinya ketika
nyamuk menghisap darah manusia, virus dengue juga dapat masuk ke dalam tubuh
manusia dan bereplikasi selama 5-7 hari atau disebut sebagai masa inkubasi intrinsik
dan menimbulkan tanda gejala DBD walaupun beberapa orang tidak mengalami tanda
dan gejala tersebut (WHO, 2018).
Faktor risiko yang berpotensi menyebabkan terjadinya penularan dan semakin
berkembangnya penyakit DBD adalah pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak
memiliki pola tertentu, faktor urbanisasi yaitu perpindahan penduduk secara terus –
menerus dari kota kecil ke kota besar yang tidak berencana dan terkontrol dengan baik,
semakin majunya sistem transportasi sehingga perpindahan penduduk sangat mudah,
sistem pengelolaan limbah dan penyediaan air bersih yang tidak memadai,
berkembangnya penyebaran dan kepadatan nyamuk, kurangnya sistem pengendalian
nyamuk yang efektif, serta melemahnya struktur kesehatan masyarakat. Selain faktor-
faktor lingkungan tersebut diatas adalah status imunologi (kekebalan tubuh) seseorang
yang kurang baik. Perubahan iklim (climate change) global yang menyebabkan kenaikan
rata-rata temperatur, perubahan pola musim hujan dan kemarau juga disinyalir
menyebabkan risiko terhadap penularan DBD (Kemenkes. 2017).
Lalu bagaimana gejala dan penatalaksaannya?
Pada anak gejalanya berupa demam selama 1 sampai 5 hari, radang tenggorokan, dan
batuk ringan. Pada anak yang umurnya lebih dari 5 tahun, gejalanya adalah demam
tinggi, nyeri kepala dan belakang mata. Penderita Demam Berdarah Dengue akan
mengalami panas tinggi yang di sebabkan masuknya virus dengue ke dalam tubuh yang
dapat menimbulkan tanda gejala sebagai berikut, penderita akan mengalami demam
tinggi selama 5 sampai 7 hari, suhu tubuh lebih dari 37°C, mukosa bibir kering, mata
terlihat cekung, gejala nyeri otot (Susilo. 2016).
Penatalaksanaan DBD
A.DD (Demam Dengue)
1.Istirahat ditempat tidur (tidak melakukan aktivitas).
2.Kompres hangat diberikan apabila diperlukan.
3.Untuk menurunkan suhu menjadi <39°C, dapat diberikan paracetamol. Asetosal,
salisilat, ibuprofen jangan digunakan pada pasien DBD.
4.Beri pasien minum yang cukup dan yang mengandung elektrolit seperti oralit
5.Monitor suhu, jumlah kadar sel darah merah (hematokrit), dan jumlah keping darah
(trombosit) hingga fase penyembuhan (IDAI, 2014)
B.DBD Tanpa Syok (penuran aliran darah secara tiba tiba)
1.Lakukan tata laksana DD.
2.Pada saat pasien datang, berikan cairan infus kristaloid/ NaCI 0,9% atau dekstrosa 5%
dalam ringer laktat/NaCI 0,9%, 6-7 ml/kgBB/jam.
3.Monitor suhu, nadi, frekuansi napas, tekanan darah, volume urin setiap jam dan
hematokrit serta trombosit setiap 6 jam. Selanjutnya evaluasi 12-24 jam.
4.Apabila selama observasi keadaan umum membaik yaitu anak nampak tenang,
tekanan nadi kuat, tekanan darah stabil, diuresis cukup, dan kadar Ht cenderung turun
minimal dalam 2 kali pemeriksaan berturut-turut, maka tetesan dikurangi menjadi 5
ml/kgBB/jam.
5.Apabila dalam 27 observasi selanjutnya tanda vital tetap stabil, tetesan dikurangi
menjadi 3 ml/kgBB/jam dan akhirnya cairan dihentikan setelah 24-48 jam (IDAI, 2014).
C.DBD Dengan Syok (penuran aliran darah secara tiba tiba)
1.Penggantian volume plasma segera dengan memberikan cairan kristaloid 20 ml/kgBB
secara intravena dalam 30 menit. Bila tidak ada perbaikan pemberian cairan kristoloid
ditambah cairan koloid.
2.Terapi oksigen 2 liter per menit harus selalu diberikan pada semua pasien syok.
3.Monitor suhu, nadi, frekuansi napas, tekanan darah, volume urin setiap jam dan
hematokrit serta trombosit
4.Setelah pemberian cairan resusitasi kristaloid dan koloid, syok masih menetap
sedangkan kadar hematokrit turun, maka pikirkan adanya perdarahan internal. Maka
dianjurkan pemberian transfusi darah segar/ komponen sel darah merah (IDAI, 2014).
Setelah mengetahui tentang gejala dan tatalaksanaan DBD, selanjutnya kita akan
memberikan tips dalam pencegahan DBD berikut cara pencegahannya:
1.Menguras
Membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi,
ember air, tempat penampungan air, penampung air lemari es dan lain-lain.
2.Menutup
Menutup rapat-rapat tempat penampungan air.
3.Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang yang dapat memicu tempat
perkembangbiakan nyamuk penular DBD.
4.Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan.
5.Menggunakan kelambu saat tidur.
6.Menghindari kebiasaan menggantung pakaian didalam rumah yang bisa menjadi
tempat perkembangbiakan nyamuk.
7.Menggunakan obat anti nyamuk oles ketika tidur dan beraktifitas sehari-hari.
(Ustiawaty, Pertiwi and Aini, 2020)
Penulis : Gentri Zulfika, Fauziah Dinda Pratama, Adila Rosyida, Mellisa Dwi Mustika, Ayu
Arihanakita S, Ayu Devi Prestiyanti, Monica Agustine, Chalimatus Sya'diyah (Kelompok
1.2)
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes. (2017). Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue
Di Indonesia. Jakarta
IDAI, 2014. Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana Infeksi Dengue pada Anak; UKK
Infeksi dan Penyakit Tropis, IDAI
Susilo, A. S. A., & Irdawati, S. K. (2016). Upaya Penurunan Suhu Tubuh Dengan
Kompres Hangat Pada Anak DBD Di RSPA Boyolali (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Tansil, Melissa G, dkk. (2021). Faktor Risiko Terjadinya Kejadian Demam Berdarah
Dengue Pada Anak. Jurnal Biomedik, Vol. 13(1), Hal. 90-99.
Kemenkes RI, 2013. Buku Saku Pengendalian Demam Berdarah Dengue Untuk
Pengelola Program DBD Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit
dan Penyehat Lingkungan.
WHO, W. H. O., 2018. Dengue Control : Epidemiology. [Online] Available at:
https://www.who.int/denguecontrol/epidemiology/en/ [Accessed 14 Juni 2021].
Ustiawaty, J., Pertiwi, A. D. and Aini, A. (2020) ‘Upaya Pencegahan Penyakit Demam
Berdarah Melalui Pemberantasan Nyamuk Aedes aegypti’, Jurnal Pengabdian Magister
Pendidikan IPA, 3(2). doi: 10.29303/jpmpi.v3i2.528.
Nasihudin, A. A. (2021, July 23). Waspada, Ini Jam-Jam Nyamuk Aedes Aegypti
Penyebab DBD Serang Manusia.
RSU Sejahtera Bhakti dan Holistik. (2021, July 23). Perbedaan Chikungunya dan
Demam Berdarah (DBD). Retrieved from RSU Sejahtera Bhakti dan Holistik