Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH HERMENEUTIKA

"HERMENEUTIKA HUSSERL"

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas akhir Mata Kuliah Hermeneutika

Jurusan Aqidah Dan Filsafat Islam

Dosen pengampuh: Dr. Astrid Veranita, M.Phil

Oleh:

NUR AFIFAH

NIM : 30100121070

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... i

BAB I .............................................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 1

A. Latar belakang ................................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 2

C. Tujuan ............................................................................................................................................... 2

BAB II ............................................................................................................................................................. 3

PEMBAHASAN ............................................................................................................................................... 3

A. Biodata .............................................................................................................................................. 3

B. Karya-Karya Edmund Husser ............................................................................................................. 4

C. Teori Hermeneutika Fenomenologi .................................................................................................. 4

D. Langkah-langkah hermeneutika........................................................................................................ 7

BAB III ............................................................................................................................................................ 8

PENUTUP ....................................................................................................................................................... 8

KESIMPULAN: ............................................................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................................... 9

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hermeneutika secara umum dimengerti sebagai bentuk pemahaman atau penafsiran atas teks.
Pengertian hermeneutika yang menekankan interpretasi teks pada dasarnya tidak dapat
dilepaskan dari latar historis hermeneutika yang sejak awal dirancang sebagai metode khusus
bagi pembacaan teks atau manuskrip yang bercorak teologis. Keterlibatan hermeneutika dalam
menafsir teks atau naskah klasik berimplikasi pada persinggungan antara hermeneutika dengan
filologi. Namun demikian, perlu dibedakan secara tegas antara hermeneutika dan filologi. Paul
Ricoeur menyatakan bahwa hermeneutika lahir sebagai usaha untuk menaikkan tafsir dan
filologi ke level kunstlehre, yaitu ‘teknologi’ atau tata cara yang tidak hanya terbatas pada
himpunan cara kerja yang tak saling berhubungan.1

Persoalan hermeneutika dalam perspektif filosofis merujuk pada metode fenomenologi


Husserl. Fenomenologi merupakan titik pijak bagi pengembangan berbagai metode kefilsafatan
maupun hermeneutika kontemporer. Lebih jauh, fenomenologi bahkan dianggap sebagai usaha
pertama yang mendorong penelaahan atas pemahaman yang bersifat hermeneutis. Pendapat ini
datang dari sejumlah filsuf yang mengungkap keterkaitan fenomenologi dengan hermeneutika
seperti Dilthey, Heidegger, Bultmann dan Ricoeur. Lebensphilosophie (filsafat kehidupan) yang
digagas Dilthey mengungkap siginifikansi peran fenomenologi dalam pemikiran filosofis Dilthey
menyangkut penghayatan atas kehidupan. Filsafat Dilthey menyediakan ruang bagi
fenomenologi karena konsep sentralnya, erlebnis atau penghayatan diperdalam oleh pendiri
fenomenologi, Edmund Husserl.2

Representasi pemikiran para filsuf menyangkut relasi fenomenologi sebagai acuan


hermeneutika menunjukkan dinamika yang khas dalam diskursus filsafat. Hal ini tentu tidak bisa
dilepaskan dari kontribusi fenomenologi sendiri yang sedari awal disusun sebagai proyek
filosofis idealis. Sehingga tidak dapat dipungkiri, fenomenologi telah memengaruhi atau bahkan
berkontribusi baik secara langsung ataupun tidak bagi proyek-proyek filosofis para filsuf
meskipun Husserl sendiri di berbagai tulisannya tidak pernah menyatakan dengan terbuka bahwa
fenomenologi merupakan usaha hermeneutis atau menyangkut persoalan hermeneutika.

1 Ricoeur, Paul, Hermeneutika Ilmu Sosial, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2009),

2 Budi F. Hardiman, Seni Memahami, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2015), h.

1
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Biodata mengenai filsuf Edmund Husserl?
2. Apa saja karya-karya Edmund Husserl?
3. Jelaskan Bagaimana teori hermeneutika Edmund Husserl?
4. Bagaimana langkah-langkah hermeneutika Edmund Husserl?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui riwayat hidup sosok Edmund Husserl
2. Untuk mengetahui apa saja karya Edmund Husserl
3. Untuk mengetahui teori Edmund Husserl mengenai hermeneutika nya
4. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam hermeneutika Husserl ini

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biodata
Edmund Husserl (1859-1938) dilahirkan di sebuah kota kecil Prosznitz di daerah Moravia,
ketika itu merupakan wilayah kekaisaran Austria Hongaria, namun dari perang dunia pertama
(1918) hingga sekarang masuk pada wilayah Cekoslavia. Ia dilahirkan dari keluarga Yahudi
kelas menengah. Husserl sendiri berasal dari kata Iserle (=Israel). Pada umur 27 tahun dia
dibaptis dalam gereja Kristen bertradisi Protestan. Ia mulai belajar di Universitas Leipzig, Berlin
dan Wina dalam bidang matematika, fisika, astronomi dan filsafat. Husserl mendapat jabatan
sebagai asisten dari Weirstrass seorang ahli matematika di Berlin. Matakuliah yang diasuh oleh
Husserl ialah matematika. Keterkaitan terhadap filsafat dirasakan setelahy mengikuti kuliah-
kuliah yang diampu oleh Franz Brentano, di Wina.3Ia pernah menjadi dosen tamu di Halle yang
mengampu matakuliah filsafat. Ia juga pernah mengajar filsafat di Gottingen, sebagai dosen tidak
tetap pada tahun 1901-1916.4

Husserl berhasil memperoleh gelar doktor filsafat dengan disertasi filsafat matematika yang
berjudul Beitra Gziwur Varitionsreachnung (1983). Pada tahun 1901 dinobatkan sebagai
Profesor di Universitas Gottingen, ketika ia menagajar di Gottungen pemikiran
fenomenologisnya mencapai kematangan. Selanjutnya pada tahun 1916 ia menerima undangan
di Freiburg Im Breisgau untuk menjadi Profesor. Ketika ia mengajar di Freiburg ia sudah mulai
menerima pengakuan dari tingkat internasional. Di akhir hidupnya ia mengalami banyak
kesulitan, akibat tingkah laku Nazi Jerman, disbebakan Husserl adalah keturunan Yahudi.
Husserl pernah dilarang mengajar di kampus Universitas Freiburg, demikian juga dengan anak-
anaknya mengalami hal serupa. Husserl tidak mengungsi meninggalkan Jerman sampai akhir
hayatnya, walaupun menadapat tawaran untuk mengungsi ke Amerika Serikat. Husserl
meninggal pada usia tujuh puluh sembilan tahun pada tanggal 28 April 1938, karena sakit yang
dideritanya selama hampir satu tahun.5

3
Bertens K, Filsafat Barat Abad XX (Jakarta: PT Gramedia, 1987), 94-95

4
Bakker, Anton, Metode-Metode Filsafat, (Jakarta: Graha Indonesia, 1984), 107

5
Bertens, Filsafat…., 95-98

3
B. Karya-Karya Edmund Husser
Karir filsafat Hsuserl dimulai dari sebuah buku yang ditulisnya dengan judul “The
Fundation of Arimatic”, dalam karyanya ini belum terlihat filsafat yang ingin dikembangkannya.
Tiga karya lain yang dapat menepatkannya sebagaifilsuf adalah Logical Investigation (1900-
1901), “Ideas for a Pure Phenomenology” (1913), kemudian 3disusul lagi dengan karya
selanjutnya “Cartesian Meditation” (1929), dalam dua karya itu, Logical Investigation dan Ideas
for a Pure Phenomenology, ia mulai mendeskripsikan tentang metode reduksi fenomenologis
(The Method of Phemnomenological Reduction).6

Bertens (1987) memberikan catatan bahwa Husserl adalah seorang yang sangat aktif
menulis, ketika ia meninggal jumlah tulisan yang pernah ia tulis sebanyak 50.000 lembar tulisan.
Masalah-masalah tersebut merupakan hasil dari catatan-catatan kuliah, surat-surat serta
dokumen-dokumen pribadinya, dan sebagian besar merupakan catatan dalam bentuk stenografi
di mana ia terbiasa berfikir dengan penanya. Naskah-naskah yang diterbitkan kebanyakan dalam
keadaan terbengkalai.

Pada tahun 1887 ia menulis karangan dengan judul Ueber den Begrif der Zahl (Tentang
Konsep Bilangan). Tahun 1891 terbit lagi buku tentang Philosophie der Arithmetik,
Psikologische und Logische Untersuchungen (Filsafat Ilmu Berhitung, Penelitian-penelitian
Psikologis dan Logis), pada tahun 1900-1901 ia mempublikasikan buku yang berjudul Logische
Untersuchungen (dalam dua jilid), penelitian-penelitian tentang logika.

C. Teori Hermeneutika Fenomenologi


Sejak awal hermeneutika dipahami sebagai suatu bentuk penafsiran atau pemahaman.
Penafsiran yang pada mulanya berfokus pada teks lambat laun menemukan geraknya yang
semakin luas hingga memasuki pemahaman filosofis. Dinamika perubahan dan pergeseran
pemikiran seputar hermeneutika menuntut fleksibilitas yang melampaui arena tekstualitas. Upaya
ini tentu bisa dipahami sebagai bentuk pengembangan keilmuan. Namun demikian, mencermati
kembali fundamental yang menjadi latar atau bahkan fondasi suatu pemikiran sangat diperlukan
agar pemikiran tersebut mempunyai akar sekaligus kerangka yang tepat dalam perkembangannya.

Cita-cita Husserl adalah membuat fenomenologi menjadi bagian dari ilmu, yakni ilmu
tentang kesadaran (science of consciousness). Akan tetapi pendekatan fenomenologi berusaha
dengan keras membedakan diri dari epistemologi tradisional, psikologi, dan bahkan dari filsafat
itu sendiri. Namun sampai sekarang definisi jelas dan tepat dari fenomenologi belum juga dapat
dirumuskan dan dimengerti, bahkan oleh orang yang mengklaim menggunakannya. Oleh karena
itu dengan mengacu pada tulisan Smith, saya akan coba memberikan definisi dasar tentang

6
Shofiyullah Mz, Fenomenologi Edmund Husserl (Suatu Pendekatan Memahami Ketegangan Religiusitas), Jurnal Ilmu-Ilmu
Ushuluddin Esensia, Vol. 3, No. 2, Juli, 2002, 253

4
fenomenologi, sekaligus mencoba memberi contoh penerapannya. Setelah itu saya akan
mengajak anda untuk memahami latar belakang teori fenomenologi Husserl yang memang secara
langsung diinspirasikan oleh Frans Bretagno, terutama pemikirannya soal psikologi deskriptif.
Lalu masih mengacu pada tulisan Smith, saya akan mengajak anda memahami teori tentang
kesadaran, terutama konsep kuncinya yang disebut sebagai intensionalitas. Intensionalitas sendiri
berarti kesadaran yang selalu mengarah pada sesuatu (consciousness on something), seperti
kesadaran akan waktu, kesadaran akan tempat, dan kesadaran akan eksistensi diri sendiri.
Selanjutnya kita akan berdiskusi tema-tema yang lebih spesifik di dalam filsafat Husserl, seperti
pemikirannya tentang logika, ontologi, dan filsafat transendental.7

Menurut Smith fenomenologi Husserl adalah sebuah upaya untuk memahami kesadaran
sebagaimana dialami dari sudut pandang orang pertama. Secara literal fenomenologi adalah studi
tentang fenomena, atau tentang segala sesuatu yang tampak bagi kita di dalam pengalaman
subyektif, atau tentang bagaimana kita mengalami segala sesuatu di sekitar kita. Setiap orang
pada dasarnya pernah melakukan praktek fenomenologi. Ketika anda bertanya “Apakah yang
aku rasakan sekarang?”, “Apa yang sedang kupikirkan?”, “Apa yang akan kulakukan?”, maka
sebenarnya anda melakukan fenomenologi, yakni mencoba memahami apa yang anda rasakan,
pikirkan, dan apa yang akan anda lakukan dari sudut pandang orang pertama.

Dengan demikian fenomenologi adalah upaya untuk memahami kesadaran dari sudut
pandang subyektif orang terkait. Pendekatan ini tentu saja berbeda dengan pendekatan ilmu
pengetahuan saraf (neuroscience), yang berusaha memahami cara kerja kesadaran manusia di
dalam otak dan saraf, yakni dengan menggunakan sudut pandang pengamat. Neurosains lebih
melihat fenomena kesadaran sebagai fenomena biologis. Sementara deskripsi fenomenologis
lebih melihat pengalaman manusia sebagaimana ia mengalaminya, yakni dari sudut pandang
orang pertama.

Walaupun berfokus pada pengalaman subyektif orang pertama, fenomenologi tidak berhenti
hanya pada deskripsi perasaan-perasaan inderawi semata. Pengalaman inderawi hanyalah titik
tolak untuk sampai makna yang bersifat konseptual (conceptual meaning), yang lebih dalam dari
pengalaman inderawi itu sendiri. Makna konseptual itu bisa berupa imajinasi, pikiran, hasrat,
ataupun perasaan-perasaan spesifik, ketika orang mengalami dunianya secara personal. Jika
fenomenologi berfokus pada pengalaman manusia, lalu apa kaitan fenomenologi dengan
psikologi sebagai ilmu tentang perilaku manusia? Husserl sendiri merumuskan fenomenologi
sebagai tanggapan kritisnya terhadap psikologi positivistik, yang menolak eksistensi kesadaran,
dan kemudian menyempitkannya semata hanya pada soal perilaku. Oleh sebab itu menurut Smith,
fenomenologi Husserl lebih tepat disebut sebagai psikologi deskriptif, yang merupakan lawan
dari psikologi positivistik.

7 David Woodruff Smith, Husserl, London, Routledge, 2007. Hal.188

5
Di dalam fenomenologi konsep makna (meaning) adalah konsep yang sangat penting.
“Makna”, demikian tulis Smith tentang Husserl, “adalah isi penting dari pengalaman sadar
manusia..” 8 Pengalaman seseorang bisa sama, seperti ia bisa sama-sama mengendari sepeda
motor. Namun makna dari pengalaman itu berbeda-beda bagi setiap orang. Maknalah yang
membedakan pengalaman orang satu dengan pengalaman orang lainnya. Makna juga yang
membedakan pengalaman yang satu dan pengalaman lainnya. Suatu pengalaman bisa menjadi
bagian dari kesadaran, juga karena orang memaknainya. Hanya melalui tindak memaknailah
kesadaran orang bisa menyentuh dunia sebagai suatu struktur teratur (organized structure) dari
segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Namun begitu menurut Husserl, makna bukanlah obyek
kajian ilmu-ilmu empiris. Makna adalah obyek kajian logika murni (pure logic). Pada era
sekarang logika murni ini dikenal juga sebagai semantik (semantics). Maka dalam arti ini,
fenomenologi adalah suatu sintesis antara psikologi, filsafat, dan semantik (atau logika murni).

Cita-cita Husserl adalah mengembangkan fenomenologi sebagai suatu displin ilmiah yang
lengkap dengan metode yang jelas dan akurat. Di dalam ilmu-ilmu alam, seperti kimia, fisika,
dan biologi, kita mengenal adalah metode penelitian ilmu-ilmu alam yang sifatnya empiris dan
eksperimental. Inti metode penelitian ilmu-ilmu alam adalah melakukan observasi yang sifatnya
sistematis, dan kemudian menganalisisnya dengan suatu kerangka teori yang telah
dikembangkan sebelumnya. Husserl ingin melepaskan diri dari cara berpikir yang melandasi
metode penelitian semacam itu. Baginya untuk memahami manusia, fenomenologi hendak
melihat apa yang dialami oleh manusia dari sudut pandang orang pertama, yakni dari orang yang
mengalaminya.

Fenomenologi Husserlian adalah ilmu tentang esensi dari kesadaran. Namun apa
sebenarnya yang dimaksud dengan esensi dari kesadaran? Berdasarkan penelitian Smith
fenomenologi Husserl dibangun di atas setidaknya dua asumsi. Yang pertama, setiap pengalaman
manusia sebenarnya adalah satu ekspresi dari kesadaran. Seseorang mengalami sesuatu. Ia sadar
akan pengalamannya sendiri yang memang bersifat subyektif. Dan yang kedua, setiap bentuk
kesadaran selalu merupakan kesadaran akan sesuatu. Ketika berpikir tentang makanan, anda
membentuk gambaran tentang makanan di dalam pikiran anda. Ketika melihat sebuah mobil,
anda membentuk gambaran tentang mobil di dalam pikiran anda. Inilah yang disebut Husserl
sebagai intensionalitas (intentionality), yakni bahwa kesadaran selalu merupakan kesadaran akan
sesuatu.

8 Ibid, hal. 190.

6
D. Langkah-langkah hermeneutika
Adapun Langkah-langkah hermeneutika fenomenologi edmund Husserl yaitu:

1. Reduksi Fenomenologis merupakan langkah penting dalam fenomenologi Husserl. Ini


melibatkan sementara mengabaikan asumsi dan pengetahuan sebelumnya tentang objek
atau fenomena yang dipelajari. bertujuan untuk mengalami objek atau fenomena secara
langsung, tanpa pengaruh pengetahuan atau interpretasi sebelumnya. Yang artinya disini
Pengamatan yang teliti dan refleksi kritis terhadap objek yang diamati
2. Deskripsi Fenomenologis: Setelah pengurangan fenomenologis, langkah berikutnya
adalah melakukan deskripsi fenomenologis yang teliti. Ini melibatkan pengamatan dan
analisis yang cermat terhadap objek atau pengalaman yang dipelajari. Husserl
menekankan pentingnya memperhatikan detail dan karakteristik yang spesifik dari
fenomena, serta kesadaran kepribadian yang melibatkan pengalaman tersebut.Hal ini
bertujuan untuk mencapai pemahaman secara langsung dan autentik tentang makna yang
terkandung dalam teks atau objek tersebut.
3. Sintesis dari hasil analisis untuk memperoleh pemahaman yang lebih utuh dan
menyeluruh tentang objek tersebut

7
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN:
Edmund Husserl, seorang filsuf Jerman yang hidup dari tahun 1859 hingga 1938, paling dikenal
sebagai pendiri fenomenologi, sebuah pendekatan filosofis yang berfokus pada studi tentang
kesadaran dan pengalaman subjektif. Meskipun perhatian utama Husserl adalah penyelidikan
kesadaran, karyanya juga berkontribusi pada pengembangan hermeneutika.

Pendekatan hermeneutik Husserl, sering disebut sebagai “fenomenologi hermeneutik”, bertujuan


untuk mengungkap makna dan struktur pengalaman hidup. Dia menekankan pentingnya
menafsirkan pengalaman hidup untuk mendapatkan wawasan tentang makna yang mendasarinya.
Menurut Husserl, kesadaran itu disengaja, artinya selalu diarahkan pada sesuatu, dan struktur
yang disengaja ini memberikan landasan untuk interpretasi.

Dalam karya-karyanya selanjutnya, Husserl memperluas pendekatan fenomenologisnya dengan


memasukkan apa yang disebutnya "hermeneutika transendental". Hermeneutika transendental
berusaha mengungkap struktur dan kondisi fundamental yang memungkinkan interpretasi makna
atau objek apa pun. Dengan menganalisis hubungan antara subjek penafsir dan objek yang
diinterpretasikan, Husserl bertujuan untuk mengungkap prinsip-prinsip fundamental yang
mengatur semua tindakan interpretasi.

Secara keseluruhan, pendekatan hermeneutis Husserl terkait erat dengan proyek


fenomenologisnya yang lebih luas. Ini menekankan pentingnya interpretasi dalam memahami
struktur dan makna pengalaman hidup, sekaligus mengeksplorasi kondisi mendasar yang
memungkinkan interpretasi itu sendiri.

8
DAFTAR PUSTAKA
Ricoeur, Paul, Hermeneutika Ilmu Sosial, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2009

David Woodruff Smith, Husserl, London, Routledge, 2007

Hardiman, F. Budi, Seni Memahami, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2015

Bertens, K., Filsafat Kontemporer Inggris-Jerman, Jakarta: Gramedia Pustaka, 2002

Bakker, Anton, Metode – Metode Filsafat, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984

Shofiyullah Mz, Fenomenologi Edmund Husserl (Suatu Pendekatan Memahami Ketegangan


Religiusitas), Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Esensia, Vol. 3, No. 2, Juli, 2002, 253

Anda mungkin juga menyukai